Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber

daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam

mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para peserta didik dapat mengembangkan

potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat memiliki

kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan yang

bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa

pendidikan di setiap jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara

sistematis guna mencapai tujuan tersebut.

b. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?

2. Apa tujuan dari pendidikan?

3. Apa saja yang termasuk dalam aspek-aspek pendidikan?

1
c. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan.

2. Untuk mengetahui tujuan dari pendidikan.

3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam aspek-aspek pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang

mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh

seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos.

Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti

mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris pendidikan

diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual

(Muhajir, 2000:20). Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.

Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu kesereagaman

arti.

Pendidikan dalam arti sempit

Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang

diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan

adalah segala pengaruh yang diupayakan oleh sekolah terhadap anak yang

bersekolah agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh

terhadap hubugan hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. Jika diperinci dari

pengertian diatas terdapat beberapa komponen pendidik antara lain sebagai

berikut.

 Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam lingkungan

pendidikan yang diciptakan khusus untuk mennyelengggarakan pendidikan.

Secara teknis pendidikan berlangsung di kelas.

3
 Bentuk kegiatan. Isi pendidikan tersusun secara terprogram dalam bentuk

kurikulum. Kegiatan pendidikan lebih berorientasi pada kegiatan guru dan

siswa siswa sehingga guru mempunyai peran yang sentral dan menentukan.

Kegiatan pendidikan terjadwal dan materinya pun tertentu.

 Masa pendidikan. Pendidikan belangsung dalam waktu terbatas yaitu untuk

anak anak dan remaja.

 Tujuan. Tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar. Tujuan pendidikan

terbatas pada kemampuan tertentu tujuan pendidikan adalah mempersiapkan

hidup.

Pengetian alternatif dan luas terbatas

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan masyarakat dan pemerintah

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan, yang berlangsung di

sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayt untuk mempersiapkan peserta didik

untuk dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat

pada masa yang akan dating. Pendidikan adalah pengalaman pengalaman belajar

terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah

dan luar saekolah yang berlangsung seumur hidup, bertujuan untuk

mengoptimalisasi kemampuan kemampuan individu, dari pengertian diatas jika

diamati secara seksama ada beberapa kekhususan penting.

b. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli

 Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat kata awal me

sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan.

Selanjutnya pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

4
ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

 Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut “tarbiyah” yang berarti proses

persiapan dan pengasuhan manusia pada fase-fase awal kehidupannya yakni

pada tahap perkembangan masa bayi dan kanak-kanak (Jalal,1988). Dalam

sebuah Kamus Arab-Inggris Modern disebutkan kata rabba, rabbaba, dan

tarabbabal walada memiliki arti yang sama yakni so faster atau to bring up

(Elias & Elias, 1982) artinya memlihara/mengasuh anak.

 Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate

(mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan

mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit

education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk

memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989).

 Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah

proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai kebutuhan.

Dalam pengertian yang luas dan represtatif (mewakili/mencerminkan segala

segi), pendidikan ialah... the total process of developing human abilities and

behavior, drawing on almost all lifes experiences (Tardif, 1987). (Seluruh

tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku

manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.)

 Dalam Dictionary of Pszchologz (1972) pendidikan diartikan sebagai... the

institutional procedures which are employed in accomplising the development

of knowledge, habits, attitudes, etc. Usuallz the term is applied to formal

institution. Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat

5
kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk

menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan,

kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Pendidikan juga dapat berlangsung secara

nonformal dengan cara mengajar diri sendiri (self-instruction).

 Menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981), pendidikan adalah usaha secara

sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak

ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab

moril dari segala perbuatannya... orang dewasa itu adalah orang tua di anak

atau orang tua yang atas dasar tugas dan keududukannya mampunyai

kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam

lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.

 Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1, adalah usaha sadar terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar secara aktif

mengembangkan potensi dirinya

c. Pengertian Ilmu Pendidikan

Pakar pendidikan memiliki pandangan yang berbeda tentang pengertian ilmu

pendidikan. Perbedaan pendapat itu disebabkan Karena sudut pandang yang

berbeda.

 Carter (1985:36) berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah suatu bangunan

pengetahuan sistematis yang mencakup aspek aspek kuantitatif dan objrktif

dari proses belajar dan juga mengajukan instrumen secara saksama dalam

mengajukan hipotesis hipotesis pendidikan untuk diuji berdasarkan

pengalaman yang seringkali dalam bentuk eksperimen.

6
 Driyakarya (1980 : 66 . 67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah, yakni

pemikiran yang bersifat kritis, meiliki metode, dan tersusun secara sistematis

tentang pendidikan. Kritis artinya menerima pengetahuan atas dasar analisis

dan pemahaman serta arugumen yang kuat. Meiliki metode berarti dalam

proses berfikir dan menyelidiki, orang menggunakan cara atau teknik tertentu.

Sistematis berarti dalam suatu proses, pemikir ilmiah dijiwai oleh ide yang

menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran pikiran dan pendapat nya tidak

hanya berhubungan, namun juga merupakan satu kesatuan

 Barnadib (1987:7) mengemukakan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang

mmembicarakan masalah masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan

abstrak.

 Langaveld, paedagogi atau ilmu mendidik adalah suatu ilmu yang bukan

hanya menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek

itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak. Objek ilmu

pendidikan ialah proses proses situasi pendidikan.

 Brodjonegoro menjelaskan bahwa ilmu pendidikan adalah teori pendidikan,

perenungan tentang pendidikan. Dalam arti yang luas paedagogi adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari soal soal yang timbul dalam praktik

pendidikan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat dilihat adanya penekanan yang sama

bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah

masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Ilmu pendidikan membicarakan

masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori, ataupun yang bersifat praktis.

Sebagai ilmu pendidikan teoretis, maka ilmu pendidikan ditujukan pada

penyusunan persoalan dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah, bergerak

7
dari praktik penyusunan teori, dan penyusunan system pendidikan. Ilmu

pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris, rohani, normatif yang diangkat

dari pengalaman pendidikan kemudian disusun secara teoretis untuk digunakan

secara praktis.

d. Pengelompokan Ilmu Pendidikan

Sebagai ilmu yang berdiri sendiri, ilmu pendidikan termasuk ilmu yang baru

berkembang. Padahal secara praktis, pendidikan sudah dimulai sejak manusia itu

ada. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ilmu pendidikan dapat

dikelompokkan dan diberi atribut sebagai berikut.

 Ilmu pendidikan sebagai ilmu normative

 Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang bersifat teoretis dan praktis

 Memiliki objek material dan objek formal

 Memiliki sistematika

 Pendidikan sebagai upaya sadar

 Pedidikan sebagai sebuah ilmu

e. Filasofi Pendidikan Nasional

Berdasarkan pengalaman panjang sejarah bangsa indonesia, dari mulai zaman

kerajaan sampai penjajahan, baik Portugis, Belanda, Inggris maupun Jepang,

maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap filosofi pendidikan di Indonesia

yang terdiri dari beribu-ribu pulau, berbagai macam suku, dan memiliki berbagai

macam bahasa daerah. Maka, sudah barang tentu para pendiri republik ini dalam

menentukan filosofi pendidikan nasional bertitik tolak dari akar budaya nasional

Indonesia dengan refleksi historis bangsa Indonesia.

Di samping akar budaya dan historis bangsa Indonesia, maka filosofi

pendidikan nasional memperhatikan pula kehidupan bangsa-bangsa lain di dunia,

8
sehingga pendidikan di Indonesia pun dapat dimengerti, dipahami, dan memiliki

kualitas yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Outcome dari pendidikan kita

diharapkan dapat diterima dan dikembangkan menjadi warga dunia dan menjadi

manusia yang dapat diterima dengan baik. dengan demikian, nilai-nilai moral

yang terkandung dalam pendidikan nasional, yaitu nilai moral Pancasila, dapat

berinteraksi dengan nilai moral yang berlaku universal di seluruh penjuru dunia.

Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada pelestarian

dan pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang berpusat

pada pengembangan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan yang

bersifat perenialisme dan progresif yang melihat subjek didik sebagai bagian dari

warga dunia, dan mengingatkan dengan sungguh-sungguh agar warga dunia tidak

didikte oleh perubahan tetapi mampu memberi alternatif. Dengan dasar itu, maka

misi pendidikan nasional dalam hal ini diterjemahkan sebagai rekonstruksi sosial.

(Komarudin,2009:12)

Berdasarkan pengalaman panjang sejarah bangsa indonesia, dari mulai zaman

kerajaan sampai penjajahan, baik Portugis, Belanda, Inggris maupun Jepang,

maka hal tersebut sangat berpengaruh terhadap filosofi pendidikan di Indonesia

yang terdiri dari beribu-ribu pulau, berbagai macam suku, dan memiliki berbagai

macam bahasa daerah. Maka, sudah barang tentu para pendiri republik ini dalam

menentukan filosofi pendidikan nasional bertitik tolak dari akar budaya nasional

Indonesia dengan refleksi historis bangsa Indonesia.

Di samping akar budaya dan historis bangsa Indonesia, maka filosofi

pendidikan nasional memperhatikan pula kehidupan bangsa-bangsa lain di dunia,

sehingga pendidikan di Indonesia pun dapat dimengerti, dipahami, dan memiliki

kualitas yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Outcome dari pendidikan kita

9
diharapkan dapat diterima dan dikembangkan menjadi warga dunia dan menjadi

manusia yang dapat diterima dengan baik. dengan demikian, nilai-nilai moral

yang terkandung dalam pendidikan nasional, yaitu nilai moral Pancasila, dapat

berinteraksi dengan nilai moral yang berlaku universal di seluruh penjuru dunia.

Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang berpusat pada pelestarian

dan pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang berpusat

pada pengembangan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan yang

bersifat perenialisme dan progresif yang melihat subjek didik sebagai bagian dari

warga dunia, dan mengingatkan dengan sungguh-sungguh agar warga dunia tidak

didikte oleh perubahan tetapi mampu memberi alternatif. Dengan dasar itu, maka

misi pendidikan nasional dalam hal ini diterjemahkan sebagai rekonstruksi sosial.

(Komarudin,2009:12)

2. Unsur-Unsur Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan

Pembahasan tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang penting, mengingat

perjalanan setiap institusi yang memiliki visi yang jelas selalu dimulai dari tujuan.

Demikian pula pendidikan yang kini menjadi harapan mengarahkan pada

kehidupan yang lebih baik hendaknya selalu berangkat dari tujuan yang akan

dicapai.

Plato mengatakan bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran

terhadap self knowing dan self realization kemudian inquiry dan reasoning and

logic. Jadi, di sini jelas bahwa tujuan pendidikan memberikan penyadaran

terhadap apa yang diketahuinya, kemudian pengetahuan tersebut harus

direalisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian serta mengetahui

hubungan kausal, yaitu alasan dan alur pikirnya.

10
Ahli filsafat lain seperti Aristoteles mengatakan bahwa tujuan pendidikan

penyadaran terhadap self realization, yaitu kekuatan efektif (virtue) kekuatan

untuk menghasilkan (efficacy) dan potensi untuk mencapai kebahagiaan hidup

melalui kebiasaan dan kemampuan berpikir rasional. Ahli lainnya seperti Dewey

yang merupakan ahli filsafat dan ahli pendidikan bangsa Amerika Serikat

berpendapat bahwa pendidikan kemasyarakatanlah yang lebih penting dari

pendidikan individual. Menurut Dewey, tujuan pendidikan ialah mengembangkan

seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat berfungsi secara

individual dan berfungsi sebagai anggota masyarakat melalui penyelenggaraan

pendidikan dan pengajaran yang bersifat aktif, ilmiah, dan memasyarakat serta

berdasarkan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan jiwa, pengetahuan,

rasa tanggung jawab, keterampilan, kemauan, dan kehalusan budi pekerti.

(Komarudin,2009:13)

b. Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran, seta dengan cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran utnuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. (Triwiyanto,2014:25)

c. Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan tertentu. (Triwiyanto,2014:25)

d. Pendidik

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan

11
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan. (Triwiyanto,20214:26)

e. Interaksi Edukatif

Interaksi edukatif adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (Triwiyanto,2014:25)

f. Isi Pendidikan

Isi pendidikan merupakan materi-materi dalam proses pembelajaran yang

bertujuan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara. (Triwiyanto,2014:25)

g. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah tempat manusia berinteraksi timbal balik

sehingga kemampuannya dapat terus dikembangkan kearah yang lebih baik lagi.

Lingkungan pendidikan sering dijabarkan dengan keluarga, sekolah, dam

masyarakat. (Triwiyanto,2014:26)

3. Aspek-Aspek Pendidikan

a. Pendidikan Budi Pekerti Atau Pendidikan Akhlak

Budi pekerti atau akhlak dapat diartikan sebagai satu-satunya aspek yang

sangat fundamental atau paling dasar dalam kehidupan. Budi pekerti dapat terlahir

dari pendidikan baik secara formal maupun non formal. Tujuan dari pendidikan

budi pekerti adalah mendidik anak agar dapat membedakan antara baik dan buruk,

terpuji dan tercela, sopan dan tidak. Dengan demikian pembentukan pendidikan

akhlak mencakup dua macam pembentukan yaitu pembentukan kata hati dan

pembentukan kemauan. Pembentukan kata hati agar anak memiliki kepekaan

12
terhadap baik dan buruk dan pembentukan kemauan agar anak mempunyai

kemampuan yang kuat untuk tidak melakukan hal yang tidak baik.

Ahli filsafat Yunani kuno Socrates mengatakan bahwa “siapa yang tahu akan

mau” yang artinya seseorang akan mau berbuat sesuai kebajikan jika ia tahu akan

kebajikan, tapi pada kenyataannya di jaman sekarang tidak demikian. Pada saat ini

harus ada pembentukan kemauan disamping pembentukan kata hati untuk berbuat

sesuatu dengan yang baik sebagaimana telah kita ketahui. Sedangkan ada

pendapat lain mengatakan Rousseau menyatakan “manusia baik waktu dilahirkan

tetapi jadi rusak karena masyarakat”

Pelaksanaan pendidikan budi pekerti di sekolah dalam hal ini terdiri dari dua

pendapat.

Pendapat pertama menghendaki pendidikan budi pekerti diberikan pada jam-

jam tersendiri. Hal ini cocok untuk murid-murid kelas rendah karena pendapat

menghendaki mata pelajaran budi pekerti memiliki jam-jam nya tersendiri dengan

begitu ada mata pelajaran tersendiri.

Sedangkan pendapat kedua menghendaki pendidikan budi pekerti

diintegrasikan kedalam semua mata pelajaran. Hal ini cocok untuk kelas-kelas

yang lebih tinggi. Oleh karena itu banyak mata pelajaran yang baik sebagai wadah

dari pendidkan budi pekerti, misalnya mata pelajaran agama, bahasa dan juga

kewarganegaraan. Dengan demikian, hasil kegiatan guru tersebut akan tampak

nyata pada kadar motivasi dan keberhasilan studi pada taraf  itu, yang mempunyai

pengaruh yang sangat besar pada tahap-tahap selanjutnya. Jadi pendidikan budi

pekerti atau akhlak bertujuan membentuk kepribadian yang luhur.

b. Pendidikan Kecerdasan

13
Pendidikan kecerdasan merupakan tugas pokok dari sekolah disamping tugas-

tugas yang lain. Tujuan dari pendidikan kecerdasan adalah melatih dan

mempertinggi daya pikir anak sehingga dapat berpikir secara kritis, logis, kreatif

dan reflektif.

Berfikir kritis berarti dengan cepat anak melihat hal-hal yang benar dan tidak

benar. Berfikir kreatif berarti dapat menemukan sesuatu yang baru dari percobaan-

percobaan dan pengamatan yang dilakukan. Berfikir logis berarti dengan cepat

melihat hubungan masalah yang satu dengan masalah yang lain, dapat

menghubungka beberapa masalah, membandingkan dan menarik kesimpulan.

Berfikir reflektif berarti dapat menggunakan cara-cara berfikir iduktif dan

deduktif dengan tepat untuk memecahkan persoalan. Hal-hal yang perlu

diperhatikan untuk melatih anak berfikir ialah:

 Menghindari verbalistis dalam pengajaran yaitu pengajaran yang disajikan

hanya dengan kata-kata tanpa disertai contoh, demonstrasi atau keperagaan.

Sehingga murid hanya menghafal tanpa mengerti pengertian dari yang dihafal

 Menyajikan pengajaran dalam bentuk pemecahan masalah (problem solving),

dengan demikian murid dipaksa untuk berfikir bagaimana caranya

menggunakan teori dan rumus yang telah dipelajari untuk memecahkan

masalah yang dihadapi.

 Melakukan aktifitas dalam praktek untuk menyelidiki dan menguji kebenaran,

pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya.

 Melatih murid-murid untuk membuat laporan setelah melakukan suatu

kegiatan, sehingga bisa mengungkapkan isi hatinya dengan bahasa teratur,

singkat, jelas dan mudah dimengerti.

Untuk melatih murid-murid berfikir logis digunakan  empat macam metode yaitu :

14
1. Analogi ialah menarik kesimpulan berdasarkan persamaan-persamaan.

2. Induksi ialah menarik kesimpulan berdasarkan contoh percobaan atau fakta.

3. Deduksi ialah menarik kesimpulan berdasarkan dalil atau hukum.

4. Silogisme ialah menarik kesimpulan dengan dua tingkat ialah, premis mayor

dan premis minor. Premis mayor yaitu pertanyaan yang mengandung

pengertian yang lebih tinggi atau lebih luas. Sedangkan premis minor yaitu

pernyataan yang mengandung pengertian yang lebih sempit atau rendah dari

premis mayor.

c. Pendidikan Sosial atau Kemasyarakatan

Pada umumnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

dan senantiasa hidup dalam kelompok. Untuk itu, manusia dituntut dapat

menyesuaikan diri dalam bersosial. Tujuan dari pendidikan sosial adalah mendidik

anak agar dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bersamaan dapat mengambil

bagian secara aktif dalam kehidupan tersebut. Pendidikan sosial dari sekolah dapat

dikembangkan melalui pembagian tugas dan kegiatan sosial dalam masyarakat.

Pendidikan sosial perlu untuk memenuhi kebutuhan kita agar diakui, dihargai,

dihormati dan dikagumi serta untuk dianut dan diamati.

d. Pendidikan dalam Kewarganegaraan

Sebagai manusia tentunya kita juga hidup dalam suatu kelompok yang besar

yaitu negara. Oleh karena itu, sangatlah penting jika kepada anak diberikan

pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan yaitu pendidikan yang

bertujuan agar anak menjadi warga negara yang baik berguna bagi tanah air,

bangsa dan negara. Sehingga, tahu akan nilai-nilai kemerdekaan, kebenaran,

keadilan dan sanggup membela dan memperjuangkannya.

15
Dengan pendidikan kewarganegaraan anak akan tahu dan sanggup

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Sebagai warga negara anak harus

diajari untuk memelihara kelestarian bangsa dan negara, untuk itu diperlukan

memupuk rasa kebangsaan yang merupakan rasa perikemanusiaan dan terdiri dari

nasionalisme (cinta bangsa) dan patriotisme (cinta tanah air). Dapat dikatakan

bahwa pendidikan kewarganegaraan tidak boleh menimbulkan chauvinisme, yaitu

sikap penghargaan yang berlebihan terhadap bangsa dan negaranya sendiri.

e. Pendidikan Estetika atau Keindahan

Pada umumnya pendidikan keindahan ini kurang mendapat perhatian dari para

pendidik hal ini disebabkan karena: Pendidikan keindahan bukan merupakan

aspek pendidikan yang begitu prinsipial atau tidak bisa digunakan sebagai suatu

pokok penghidupan. Tujuan pendidikan keindahan adalah agar semua anak

mempunyai rasa keharuan terhadap keindahan dan untuk membiasakan dengan

hal-hal yang baik dan indah. Sehingga dapat menghargai dan menikmati

keindahan.

Meskipun keindahan tidak dapat dijadikan suatu pokok penghidupan, tetapi

keindahan itu kita dapati dalam segala bidang kehidupan sehari-hari. Kiranya

kepada anak juga perlu ditanamkan bahwa yang baik, yang indah , bukanlah yang

mahal-mahal saja.

Sehingga mempunyai selera terhadap keindahan, lalu akan dapat menghargai

dan menikmati keindahan itu sendiri. Keindahan tidak terletak pada mahal dan

murah tetapi terletak pada seni bagaimana menyusun kombinasi dan komposisi.

f. Pendidikan Jasmani

Pendidkan jasmani tidak hanya berupa latihan saja tetapi pendidikan jasmani

juga bertujuan untuk membentuk watak, dengan memupuk dan mengembangkan

16
sifat-sifat dan tabiat-tabiat yang baik. Selain itu agar anak dapat tumbuh

jasmaninya dan mentalnya dengan sempurna. Menurut pasal 9 UU.no 4 thn 1950

pendidikan jasmani yang menuju kelarasan antara tubuhnya badan dan

perkembangan jiwa dan merupakan bangsa yang sehat dan kuat lahir bathin.

Pendidikan jasmani terdiri dari empat cabang yaitu senam, atletik, permainan dan

bela diri. Jadi tujuan pendidikan jasmani yang sebenarnya ialah untuk

mengadakan keselarasan atau keharmonisan antara dua ragam.

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Untuk memshsmi pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada

pemahaman hakikat pendidikan, yaitu kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie

bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Oleh karena

itu, pedagogik (paedagogics) atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang

17
sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagai anak atau untuk anak sampai ia

mencapai kedewasaan (Sukardjo dan Komarudin, 2010:7).

Mudyahardjo (2012:13) memberikan pengertian pendidikan ke dalam tiga

jangkauan, yaitu pengertian pendidikan maha luas, sempit, dan luas terbatas. Definisi

maha luas, yaitu pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman

belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan

adalah segala situasi yang memengaruhi pertumbuhan individu.

Definisi sempit, yaitu pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah

pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan

remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan

kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugaas sosial mereka.

Sementara itu, definisi luas terbatas, yaitu pendidikan adalah usaha sadar yang

dilakukan keluarga, masyarkat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah

sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan

dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.

Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan

mengenai definisi pendidikan. Pendidikan adalah usaha menarik sesuatu di dalam

manusi sebagai upaya memberikan pengalaman-pengalaman belajar terprogram

dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar

sekolah, yang berlangasung seumur hidup yang bertujuan mengoptimalisasi

kemampuan-kemampuan individu agar di kemudian hari dapat memainkan peranan

hidup. (Triwiyanto,2014:23)

b. Saran

18
Kami  sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca, agar kami dapat memperbaiki pembuatan makalah kami di waktu yang akan

datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sukardjo. 2015. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Syah, Muhibbin. 2017. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mudyahardjo, Redja. 2014. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar

Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Kadir, Abdul. 2015. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

20

Anda mungkin juga menyukai