Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

KETERKAITAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Disusun oleh
KELOMPOK II KELAS MATRIKULASI GABUNGAN:

Rafida (19713251037)
Ririn Aryani (19717251034)
Surya Jatmika (19726251026)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang sistematis dan metodis tentang suatu
hal atau masalah. Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu
bidang. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Dalam KBBI, ilmu didefinisikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Setelah melihat pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa syarat ilmu pengetahuan sebagai berikut:
a. Ilmu pengetahuan harus ada obyeknya. Adapun obyek ilmu pengetahuan adalah obyek
material dan formal. Obyek material adalah bahan yang menjadi sasaran suatu ilmu
pengetahuan sedangkan obyek formal adalah sudut pembahasan suatu ilmu
pengetahuan, misal: ilmu jiwa dan ilmu manusia yang keduanya mempunyai objek
material sama yaitu manusia, akan tetapi obyek formalnya berbeda. Oleh karena itu
obyek material ilmu pengetahuan dapat sama, sedang obyek formalnya berbeda.
b. Ilmu pengetahuan harus metodis artinya dalam mengadakan pembahasan serta
penyelidikan untuk suatu ilmu pengetahuan harus menggunakan metode yang ilmiah.
c. Ilmu pengetahuan harus sistematis.
d. Ilmu pengetahuan harus mempunyai dinamika: ilmu pengetahuan harus tumbuh dan
berkembang untuk mempunyai kesempuranaan.
e. Ilmu pengetahuan harus praktis: ilmu pengetahuan harus berguna dan dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
f. Ilmu pengetahuan harus diabadikan untuk kesejahteraan manusia.
Berdasarkan pengertian/definisi dari ilmu pengetahuan di atas, dan syarat-syarat
suatu bidang pengetahuan menjadi ilmu. Apakah pendidikan dapat dikategorikan sebagai
ilmu tersendiri? Pertanyaan tersebut akan dijawab dalam makalah ini dengan judul
keterkaitan pendidikan dan ilmu pendidikan.

B. Tujuan Penyusunan
Tujuan dari penuilisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian pendidikan
2. Menjelaskan pendidikan sebagai ilmu
3. Menjelaskan keterkaitan antara pendidikan dan ilmu pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
1. Pengertian menurut Redja Mudyahardjo
Redja Mudyahardjo dalam Binti Maunah (2009:1) menyatakan secara luas bahwa
pendidikan adalah hidup, dimana segala pengalaman belajar berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup, singkatnya segala situasi hidup yang mempengaruhi
individu. Sedangkan secara sempit pendidikan merupakan sekolah, dimana pendidikan
adalah pengajaran yang dilakukan di lembaga formal.
2. Pengertian menurut John Dewey
Pendidikan menurut John Dewey (dalam Hasbullah 2012: 2) adalah proses
pembentukan kecakapan-kecapakan fundamental secara intelektual dan emosional kearah
alam dan semesta manusia.
3. Pengertian menurut Ahmad D. Marimba
Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama (Hasbullah 2012: 3).
4. Pengertian menurut J.J. Rousseau
Menurut J.J. Rousseau sebagaimana yang dikutip oleh Hasbullah, pendidikan
adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa (Hasbullah 2012: 2)
5. Pengertian menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 dan UU No. 20 Tahun 2003
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Kemudian
menurut UU No. 20 Tahun 2003 juga disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hasbullah 2012: 4).
6. Pengertian menurut Arif Rohman
Secara etimologi atau kebahasaan, kata pendidikan berasal dari kata dasar ‘didik’
yang mendapat imbuhan awalan dan akhiran pe-an. Berubah menjadi kata kerja
‘mendidik’ yang berarti membantu anak untuk menuguasai aneka pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai yang diwarisi dari keluarga dan masyarakatnya. Istilah ini
pertama kali muncul dengan bahasa Yunani yaitu ‘paedagoegiek’ yang berarti ilmu
menuntun anak, dan ‘paedagogia’ adalah pergaulan dengan anak-anak, sedangkan
orangnya yang menuntun atau mendidik anak adalah ‘paedagog’ (Rohman, 2011: 5).

3
7. Pengertian menurut Suroso Prawiroharjo:
Pendidikan sebagai bantuan pendidik untuk membuat peserta didik dewasa
(mampu menetapkan pilihan/ keputusan disertai tanggung jawab).
8. Pengertian menurut George F. Kneller:
Pendidikan dalam arti luas: tindakan atau pengalaman yang berpengaruh pada jiwa,
watak, dan fisik seseorang. Pendidikan dalam arti teknis: pendidikan adalah proses
masyarakat melalui lembaga sekolah mentransformasikan warisan budaya (nilai dan
keterampilan) kepada generasi selanjutnya.
9. Pengertian menurut Ki Hadjar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, mengartikan pendidikan sebagai usaha menuntun segenap
kekuatan kodrat yang ada pada anak baik sebagai individu manusia maupun sebagai
anggota masyarakat agar dapat mencapai kesempurnaan hidup.
Berdasarkan uraian pengertian pendidikan baik secara etimologis, terminologis
maupun yuridis dapat dipahami bahwa:
1. Pendidikan berwujud aktivitas interaktif yang sadar dan terencana.
2. Pendidikan dilakukan oleh minimal dua orang, satu pihak berperan sebagai fasilitator
sedang pihak lainnya sebagai subjek yang berupaya mengembangkan diri.
3. Proses dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran.
4. Terdapat nilai yang diyakini kebenarannya sebagai dasar aktivitas.
5. Memiliki tujuan baik guna mengembangkan segenap potensi internal individu anak.
6. Puncak ketercapaian tujuan adalah kedewasaan, baik secara fisik, psikologi, sosial,
emosional, ekonomi, moral dan spiritual pada peserta didik.

Unsur-Unsur
Pendidikan

terkandung pembinaan, interaksi antara pendidik pengembangan potensi pendidikan berlangsung


pengembangan, dan peserta didik untuk guna pemenuhan dimanapun
peningkatan, serta tujaun mecapai tujuan yang komitmen manusia
diinginkan sebagai individu, sosial,
dan milik tuhan.

B. Pendidikan Sebagai Ilmu


1. Pengertian Ilmu Pendidikan
Pandangan para ahli mengenai pendidikan yang baik selalu dilakukan dengan cara-
cara mendidik yang baik. Cara mendidik yang baik adalah cara yang dilakukan dengan
mendasarkan diri pada teori-teori mendidik yang dihasilkan dari pemikiran dan penelitian
para ahli. Disamping itu, pengalaman pendidik para pendahulu yang dianggap berhasil
juga diakui sebagai referensi cara mendidik yang baik. Dengan kata lain, pendidikan yang
baik adalah pendidikan yang dilakukan dengan mendasarkan pada teori dan pengalaman

4
praktik mendidik yang disepakati para ahli yang terangkum dalam disiplin ilmu yang
disebut dengan ilmu pendidikan.
Berikut ini adalah definisi ilmu pendidikan oleh beberapa ahli, yaitu:
No Ahli Definisi
1 S. Brojonegoro Ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul
dalam praktek pendidikan.
2 M.J. Langeveld Ilmu yang menelaah obyek secara dalam untuk mempelajari
tindakan yang hendak dilakukan.
3 Cater V. Good Ilmu pendidikan dipahami dalam dua pengertian. Pengertian
pertama, ilmu pendidikan dipahami sebagai seni mendidik
(the art of educating) atau seni mengajar (the art of
teaching). Pengertian ini mengandung arti bahwa ilmu
pendidikan dianggap sebagai ilmu yang berisi tentang
sederetan kiat-kiat jitu dalam mendidik yang efektif.
Kemudian pengertian kedua, ilmu pendidikan dipahami
sebagai disiplin ilmu yang mempelajari fenomena-
fenomena pendidikan dengan prinsip-prinsip ilmiah
(science of education).
4 Imam Barnadib Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membicarakan masalah-
masalah umum pendidikan secara menyeluruh dan abstrak.
Pendidikan memiliki corak teoritis dan praktis. Bercorak
teoritis artinya bersifat normatif atau menunjukkan standar
nilai tertentu. Sedangkan corak praktis dimaksudkan tentang
bagaimana pendidikan harus dilaksanakan (Wiji Siswanto,
2013: 25).
5 Driyarkara Ilmu pendidikan merupakan pemikiran ilmiah, yaitu
pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis
tentang realitas yang disebut dengan pendidikan. Kritis
diartikan sebagai sebuah penerimaan yang tidak begitu saja
dapat diterima secara langsung, tetapi semua pernyataan
yang ada dasar yang kuat dalam pendapat tersebut. Orang
yang kritis memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin
memahami betul-betul terkait dengan apa yang sedang
muncul dalam benaknya.
Berdasarkan definisi-definisi ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan
adalah ilmu yang membahas tentang fenomena pendidikan dalam persfektif luas dan
integratif. Dalam persfektif luas, pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia
agar menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia. Sedangkan dalam arti integratif,
pendidikan dikaji secara historis, sosiologis, filosofis dan psikologis. Upaya pendidikan
mencakup seluruh aktivitas pendidikan sekaligus pemikiran sistematisnya.

5
2. Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis, dan sistematis
yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk menentukan hakikat dan
prinsip-prinsip apa yang dipelajari. Syarat suatu kawasan studi menjadi ilmu adalah (1)
memiliki objek studi. (2) memiliki sistematika. (3) memiliki metode.
Objek ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Akan tetapi, perilaku manusia
diamati oleh berbagai bidang ilmu seperti: psikologi, sosiologi, dan antropologi. Pembeda
ilmu pendidikan dan ilmu lain adalah objek formalnya. Objek formal adalah objek material
yang disoroti oleh suatu ilmu, atau sudut pandang tertentu yang menentukan macam ilmu.
Objek formal ilmu pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikan dan semua
fenomena yang berhubungan dengan pendidikan dalam prespektif yang luas dan integratif.
Sistematika ilmu pendidikan berdasarkan tinjauan yaitu: (1) melihat pendidikan
sebagai gejala manusiawi. (2) pendidikan sebagai upaya sadar. (3) pendidikan sebagai
gejala manusiawi dan upaya sadar. Pendidikan sebagai gejala manusiawi dapat dianalisis
dan proses atau situasi pendidikan yaitu adanya komponen-komponen pendidikan yang
secara terpadu saling berinteraksi dalam satu rangkaian keseluruhan, kebulatan, dan
kesatuan mencapai tujuan. Komponen pendidikan adalah:
a. Tujuan pendidikan
b. Peserta didik
c. Pendidik
d. Isi pendidikan
e. Metode pendidikan
f. Alat pendidikan
g. Lingkungan pendidikan
Pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia. Sistematika ini bertolak pada fungsi pendidikan, yaitu:
a. Menumbuhkan kreativitas peserta didik.
b. Menjaga lestarinya nilai-nilai insani dan illahi.
c. Menyiapkan tenaga kerja yang produktif.
Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan upaya sadar adalah menyiapkan masa
depan. Ilmu pendidikan memiliki tiga dimensi, yaitu:

6
Dimensi Ilmu Pendidikan

Dimensi lingkungan pendidikan: keluarga, sekolah, dan luar sekolah

Dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan: fondasional (teoritis dalam


pendidikan, struktural (lembaga pendidikan), operasional (persoalan praktis)

Dimensi waktu dan ruang: pemahaman pendidikan dimasa lampau, masa kini
(pelaksanaan) dan masa depan (antisipasi).

Metode yang digunakan dalam ilmu pendidikan adalah sebagai berikut.


1) Metode normatif yaitu metode yang berkenaan dengan konsep manusia yang
diidealkan yang ingin dicapai dalam pendidikan yang menyangkut baik dan
buruk.
2) Metode eksplanatori yaitu metode untuk mengetahui kondisi dan kekuatan apa
yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
3) Metode teknologis yaitu metode yang berfungsi untuk mengungkapkan
bagaimana melakukan cara-cara menuju keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan.
4) Metode deskriptif-fenomenologis yaitu metode yang digunakan untuk
mmemahami kenyataan pendidikan dan mengklasifikasikannya, sehingga
ditemukan hakikatnya.
5) Metode hermeneuitis yaitu metode untuk memahami kenyataan pendidikan yang
konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan struktur dari kegiatan
pendidikan.
6) Metode analitis-kritis yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis secara
kritis tentang istilah-istilah, konsep-konsep, proporsi-proporsi, dan teori-teori
yang digunakan dalam pendidikan.
Syarat lain adalah evidensi empiris yaitu kesesuaian antara konsepsi teoritisnya
dengan permasalahan-permasalahan dalam praktek. Sehingga sesuai dengan sifat ilmu
pendidikan yang teoritis dan praktis.
3. Sifat Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan bersifat empiris, rohaniah, normatif, historis, teoritis, dan praktis.
Empiris karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman. Rohaniah berarti
memandang manusia sebagai mahluk sosial yang berbudaya. Normatif karena berdasar
pada baik buruk suatu hal (yang ingin dicapai adalah yang baik). Historis karena
mempelajari pendidikan masa lalu sebagai latar belakang. Teoritis artinya memberikan

7
pemikiran yang tersusun secara teratur dan logis. Praktis karena berisi masalah dan
ketentuan pendidikan yang langsung ditunjukan pada perbuatan mendidik.

C. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Normatif


Menurut pandangan John Dewey yang dikutip dalam Wiji Siswanto menyatakan
bahwa kebenaran itu terletak pada kenyataan praktis. Artinya, apa yang berguna untuk diri itu
benar dan sesuai dengan praktik, itulah sebenarnya kebenaran. Kemudian menurut pandangan
John Locke dengan teori tabularasa mengatakan bahwa manusia dibentuk dengan proses
pendidikan, karena manusia seperti kertas putih yang bisa diberi warna apa saja sesuai
keinginan (Wiji Siswanto, 2013: 27)
Dari pandangan beberapa ahli diatas, maka dapat dipahami bahwa nilai-nilai tertentu
yang dapat dijadikan norma adalah pengetahuan yang kemudian menjadi dasar bagi
pelaksanaan pendidikan. Ini berarti nilai-nilai yang dijunjung tinggi-tinggi dijadikan sebagai
norma atau kriteria untuk mendidik. Dengan demikian ilmu pendidikan diarahkan kepada
perbuatan pendidik yang memiliki tujuan dimana tujuan tersebut dijunjung tinggi
keberadaanya. Sedang nilai itu sendiri merupakan ukuran dari sesuatu yang sifatnya normatif,
sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normatif.
D. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Teoritis dan Praktis
Menurut Wiji Siswanto dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar ilmu pendidikan
menjelaskan bahwa untuk mendalami sebuah kajian tentang pendidikan dibutuhkan sebuah
teori (ilmu teoritis) agar dapat dijadikan sebagai landasan dalam mencari kebenaran melalui
praktik (ilmu praktis), sehingga hasil yang didapatkan merupakan kajian yang sistematis,
terarah dan empirik. Untuk saat ini, ilmu pendidikan sebagai ilmu masih dalam proses
membentuk jati diri (Wiji Siswanto, 2013: 28). Dari pandangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa ilmu pendidikan umumnya tidak hanya mencari pengetahuan secara deskriptif tenang
suatu objek tetapi juga dibutuhkan adanya pemahaman mendalam melalui praktik-prakik
pendidikan yang terus menerus dilakukan melalui kajian-kajian yang berujung pada
kebermanfaatan bagi peserta didik

E. Pengembangan Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan dasar dan sumber ilmu pendidikan. Selain itu, ilmu
pendidikan juga diperkuat dengan adanya pondasi pendidikan. Pondasi pendidikan adalah
studi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan-
kebijakan dan praktik-praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Van Cleve Morris
mengelompokkan pondasi pendidikan menjadi dua bentuk umum, yaitu: (1) pondasi historis
dan filosofis dan (2) pondasi sosiologis dan psikologis.
Pondasi historis dan psikologis adalah tentang pendidikan berhubungan dengan strategi,
jangka panjang, dan karakter lembaga pendidikan. Sejarawan pendidikan dan filsuf
pendidikan yakni bahwa sesungguhnya tidak ada guru yang mengetahui apa yang sedang ia

8
perbuat jika ia tidak dapat melihat pekerjaan profesionalnya dalam konteks suatu lingkungan
masa sekarang mengenal ideologi-ideologi pendidikan yang berkompetisi.
Studi pada pondasi sosiologis dan psikologis adalah tentang pendidikan tentang meneliti
proses edukatif sebagai suatu usaha taktik dalam membentuk tingkah laku individu dan
kelompok. Ahli sosiologi dan ahli psikologi yakni bahwa sesungguhnya tidak ada guru yang
mengetahui apa yang sedang ia perbuat jika ia tidak dapat mengenal seberapa banyak anak
belajar dan orang lain selain guru, dan memahami teori-teori belajar yang pokok dimana
pengajaran modern didasarkan.
Pemahaman tentang pondasi pendidikan akan membantu seorang pendidik prospektif
untuk berpikir secara lebih jernih tentang mana yang esensial tentang pekerjaan yang ia akan
terlibat sebagai seorang guru. Hal ini akan sangat berguna dalam proses praktik pendidikan.
F. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah diutarakan di atas dapat disimpulkan
beberapa poin, sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan suatu proses bimbingan yang didalamnya mengandung unsur-
unsur pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya yang dilakukan secara sadar, teratur
dan sistematis dengan tujuan agar si peserta didik berproses menuju kedewasaan.
2. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membahas tentang fenomena penddikan dalam
persfektif luas dan integratif. Dalam persfektif luas, pendidikan merupakan upaya
memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia.
Sedangkan dalam arti integratif, pendidikan dikaji secara historis, sosiologis, filosofis
dan psikologis. Upaya pendidikan mencakup seluruh aktivitas pendidikan sekaligus
pemikiran sistematisnya.
3. Ilmu pendidikan adalah ilmu yang bersifat normatif karena menjunjung tinggi nilai-
nilai norma yang dijadikan sebagai kriteria dalam mendidik.
4. Ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis dan teoritis diartikan sebagai ilmu yang tidak
hanya mencari pengetahuan secara deskriptif tenang suatu objek tetapi juga dibutuhkan
adanya pemahaman mendalam melalui praktik-prakik pendidikan yang terus menerus
dilakukan melalui kajian-kajian yang berujung pada kebermanfaatan bagi peserta didik.
5. Pendidikan dikatakan memenuhi persyaratan sebagai ilmu karena memiliki (a) objek
studi (objek material dan formal) (2) sistematika (3) metode.

9
DAFTAR PUSTAKA
Arif Rohman, (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang
Mediatama Yogyakarta.
Dwi Ssiswoyo, dkk, (2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Hasbullah, (2012). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan edisi revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hj. Binti Maunah, (2009). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit TERAS.
Ngalim Purwanto, (2014). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya.
Wiji Suwarno, (2013). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

10

Anda mungkin juga menyukai