PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sesorang. Dalam bahasa Inggris
pendidikan berarti education. Sedangkan dalam bahasa latin berarti educatum yang berasal dari kata E
dan Duco, E berarti perkembangan dari luar dari dalam ataupun perkembangan dari sedikit menuju
banyak, sedangkan Duco berarti sedang berkembang. Dari sinilah, pendidikan bisa juga disebut sebagai
upaya guna mengembangkan kemampuan diri.
Landasan berarti tumpuan,dasar atau alas,karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik
tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material,dapat pula bersifat konseptual. Landasan pendidikan
adalah tumpuan, dasar, atau asas konseptual yang menyelubungi pendidikan secara keseluruhan. Tanpa
landasan yang jelas, salah-salah pendidikan dapat menjadi sesuatu yang mencengkram manusia lewat
komersialisasi dan kekhususan yang berdampak pada kesenjangan pendidikan. Asas pendidikan
merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan.
Pendidikan dapat dipahami dari dua sudut pandang.Pertama dari sudut praktek sehingga kita mengenal
istilah praktek pendidikan dan kedua dari sudut studi sehingga kita kenal studi pendidikan. Praktek
pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan
dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro) dan dapat berupa kegiatan pendidikan
(bimbingan pengajaran dan latihan).Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang
dalam rangka memahami pendidkan.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari critical book review ini ialah sebagai berikut.
1. Untuk memahami dan mengetahui landasan pendidikan bagi anak Sekolah Dasar.
1.3 MANFAAT
A. Buku Utama
ISBN : 978-4980-02-3
B. Buku Pembanding
ISBN : 978-979-3401-61-4
BAB II
RINGKASAN BUKU
Landasan Filosofi Filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat
segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Filsafat adalah studi umum dan masalah
mendasar mengenai hal-hal seperti keberadaan, pengetahuan, kebenaran, keindahan, hukum, keadilan,
validitas, pikiran, dan bahasa.
Secara entomologis, istilah "Pendidikan" berasal dari kata Latin- “Educare", "Educere" dan "Educatum".
"Educare" berarti untuk bangkit atau memunculkan atau menyuburkan. Ini menunjukkan bahwa anak
harus dibesarkan atau diberi makan dengan menjaga tujuan dan cita-cita tertentu. Maka pendidikan di
pengertian yang lebih luas adalah tindakan atau pengalaman yang memiliki efek formatif pada pikiran,
karakter atau kemampuan fisik seorang individu. Dalam pengertian teknisnya, pendidikan adalah proses
di mana masyarakat dengan sengaja mentransmisikan pengetahuan, keterampilan, dan nilainya yang
terakumulasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Filosuf pendidikan, John Dewey, berpandangan bahwa pendidikan itu proses memanusiakan manusia.
Filosofi pendidikan Indonesia bertitik tolak dari akar budaya nasional Indonesia dengan refleksi histori
bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki Filsafat Umum Filsafat yaitu Pancasila.
Pedagogis berasal dari bahasa Yunani, paid (anak-anak) dan agogos (memimpin) sehingga pedagogis
berarti pemimpin anak-anak. Dimana, pada perkembangan berikutnya secara khusus yaitu sebagai
suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak". Pada akhirnya pedagogis didefinisikan secara umum
sebagai ilmu dan seni mengajar.
Seorang pendidik (guru) tidak boleh menyepelekan dalam menjalankan tugas mengajar walaupun sudah
menguasai teori pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar yang terpenting adalah kepribadian dan
kreativitas. Kepribadian guru harus baik, menjadi panutan bagi peserta didiknya karena pada dasarnya
kata guru berasal dari kata digugu lan ditiru yang perlu diperhatikan dan dicontoh. Guru juga harus
kreatif dalam menggunakan metode dan media pembelajaran. Metode dan media yang digunakan
harus bervariasi dan memperhatikan situasi dan lingkungan serta tujuan yang akan dicapai.
Pendidikan Dasar Salah satu masalah pendidikan dalam pengembangannya adalah masalah dasar, istilah
ini diartikan sebagai alas, landasan sebagai dasar atau tumpuan. Landasan teoritis pendidikan dasar
adalah suatu dasar atau pedoman teoritis yang dijadikan titik tolak dalam menjalankan dan
mengembangkan praktik pendidikan di tingkat pendidikan dasar yakni dalam jenjang Sekolah Dasar (SD)
dan bentuk sekolah lain yang sederajat.
Teori Kognitivisme, istilah kognitif berasal dari kata kognisi, yang berarti mengetahui atau mengetahui,
yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan, dan pengunaan, pengetahuan. Abraham Maslow dan
Carl Rogers merupakan dua orang pakar dalam teori humanistik. Teori ini terlihat dari terlihatnya moral
dan potensi pelajar. Di samping itu, teori humanistik ini juga difokuskan pada perkara-perkara yang
berkaitan langsung dengan individu, keunikan diri sendiri bagi seseorang dan juga kepentingan
kemanusiaan terhadap individu. Konstruktivisme adalah sebuah teori tentang apa yang diketahui dan
bagaimana anak menjadi tahu. Banyak konstruktivis percaya bahwa anak menciptakan pengetahuannya
sendiri dan guru hanyalah seorang fasilitator. Behaviorisme adalah suatu studi tentang tingkah laku
manusia. Behaviorisme dapat menjelaskan perilaku manusia dengan menyediakan program pendidikan
yang efektif. Fokus utama dalam konsep behaviorisme adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar
yang merangsangnya.
Bab 3: Konsep Pendidikan Dasar Dalam Perspektif Pemikir Ki Hajar Dewantara dan John Dewey
Pendidikan harus mengutamakan kecerdasan maupun budi pekerti. Tujuan akhir pendidikan yaitu
pembentukan budi pekerti dan intelektualitas yang seimbang, agar keluaran tidak hanya sekedar cerdas,
tetapi juga memiliki budi pekerti yang luhur. Jika pendidikan intelektual lebih dominan, maka hasil yang
didapat adalah putra putri bangsa yang cerdas tetapi budi pekerti mereka tidak tertanam dengan baik.
Ki Hajar Dewantara juga menyatakan bahwa pendidikan pada umumnya merupakan upaya untuk
memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan alam
dan masyarakat. Jadi, selain pendidikan intelektual dan pendidikan budi pekerti yang seimbang,
pendidikan juga harus selaras dengan keadaan hidup bangsanya.
Ki Hajar Dewantara mengemukakan beberapa teorinya mengenai sistem pendidikan. Salah satunya
yaitu konsep belajar Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut
wuri handayani.
John Dewey merupakan Seorang Asal Amerika Serikat yang memiliki beberapa pandangan dan teori
mengenai pendidikan. Salah satunya yaitu bahwa pendidikan merupakan suatu proses kehidupan itu
sendiri dan bukanya penyiapan kehidupan di masa depan. maksudnya adalah pendidikan dan
pengajaran yang dilakukan harus alami atau berdasarkan pengalaman anak. Teori John Dewey
mengemukakan bahwa anak belajar belajar menggunakan cara Learning by doing (belajar sambil
melakukan). Namun, tidak hanya melakukan, tetapi juga melakukan penanaman gagasan pada saat
melakukan. Penanaman gagasan yang terpenting. Teori ini cocok pada anak usia sekolah dasar dimana
anak suka dan bergerak sehingga pengetahuan diterapkan dari hasil praktik dan pengalaman. Dengan
belajar melalui pengalaman langsung, anak akan lebih mudah mendapatkan ilmu pengetahuannya.
Selain itu, keterlibatan dan kreativitas siswa dapat meningkat.
Salah satu masalah pendidikan dalam pengembangannya adalah masalah dasar, istilah ini diartikan
sebagai alas, landasan sebagai dasar atau tumpuan. Fondasi sebagai alas atau pijakan berdirinya
sesuatu hal memiliki dua sifat, ada yang bersifat materi dan ada yang bersifat konseptual. Jadi dapat
disimpulkan bahwa landasan yuridis pendidikan adalah dasar tumpuan secara hukum yang dipandang
sebagai aturan baku yang berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu.
Pendidikan Di Indonesia Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia telah dibelenggu oleh kekuasaan bangsa
penjajah. Semua kekayaan milik Indonesia dieksploitasi, baik dari segi sumber daya alam maupun dari
segi sumber daya manusianya sendiri. Sehari setelah pengikraran proklamasi yaitu pada tanggal 18
Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Undang-Undang Dasar
1945 sebagai konstitusi negara. Pada alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tertulis
beberapa tujuan nasional bangsa Indonesia termasuk tujuan di bidang pendidikan, yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehubungan dengan hal tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal
31 ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah dapat menyediakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dimana penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional itu lebih lanjut diatur oleh undang-undang.
A. Landasan Psikologi
Istilah psikologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche berarti jiwa, dan logos yang berarti
ilmu. Jadi, secara harfiah berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan.
Dengan dasar ini maka dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa
manusia. Jiwa manusia berkembang sejalan dengan pertumbuhan jasmani. Dalam perkembangan jiwa
dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab pada masa ini anak-anak peka untuk belajar.
Oleh karena itu, layanan-layanan pendidikan terhadap mereka harus pula dibuat bertingkat-tingkat agar
pelajaran itu dapat dijangkau oleh anak-anak.
B. Karakteristik Siswa SD
Anak Sekolah Dasar kelas rendah memiliki ciri-ciri/karakteristik yang berbeda dengan anak Sekolah
Dasar kelas tinggi. Ciri-ciri anak masa kelas rendah Sekolah Dasar meliputi: adanya hubungan yang kuat
antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah; suka memuji diri sendiri; apabila tidak dapat
menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting: suka
membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya; serta suka meremehkan
orang lain. Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa secara umum karakteristik sekolah dasar
yaitu kemampuan anak untuk berkembang dari konkret menuju abstrak, dimana anak tidak dipaksakan
menuju tahap perkembangan berikutnya.
C. Karakteristik Guru SD
SD yang efektif memiliki karakteristik dan peran yang efektif pula, antara lain: Kesadaran akan hakikat
sebagai guru SD yaitu memiliki pemahaman yang jelas dan wawasan yang luas tentang pendidikan dan
pembelajaran sekolah dasar. Serta memiliki peran sebagai guru, orang tua, sahabat, dan sebagai
penghibur bagi anak.