(Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata Psikologi
Belajar)
Disusun Oleh:
Kelompok III
1. Augusti Mudzakki (171311798)
2. Fadhii Lazuardi (171311804)
3. Fadhiil Nabhaan May (171311805)
4. Farhan Ramzi al-Faruq (171311808)
Makalah ini disusun dalam rangka penyelesaian tugas yang diberikan oleh
Ibu Desy Ayu Ningrum, M.Psi dalam mata kuliah Psikologi Belajar. Makalah ini
mengupas perihal mengenai Teori Belajar dan Aplikasi: Behavioristik yang dimana
bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai Teori belajar yang ada
dalam pembelajaran, serta prinsip belajar dalam pembelajaran. Semoga dengan
makalah ini dapat menjadi bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Makalah ini tentunya masih amat jauh dari kata sempurna, maka alangka
baiknya kritik dan saran yang membangun dapat disampaikan kepada penulis agar
makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 23
3.2. Saran ................................................................................................................. 24
Daftar Pustaka ................................................................................................... 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Pendahuluan
Seorang calon pendidik diharapakan paham mengenai ilmu psikologi.
Mengapa demikian? Karena seorang pendidik akan berhadapan langsung dengan
peserta didik yang merupakan manusia. berbeda dari hewan ataupun robot yang
dengan mudahnya dapat dilatih atau diprogram, manusia sangatlah kompleks dan
memilik karakteristik yang unik dan berbeda-beda. Oleh karena itu seorang
pendidik harus dapat memahami peserta didik dari banyak sisi, diantaranya ialah
jiwa atau mental peserta didik.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Behavioristik?
2. Siapakah tokoh-tokoh Behavioristik?
3. Jelaskan teori-teori belajar Behavioristik!
4. Sebutkan kelebihan dan kekurangan teori belajar Behavioristik!
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Behavioristik
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam teori belajar Behavioristik
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Teori Belajar Behavioristik
2.1.1. Pengertian Teori
Teori adalah seperangkat konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
memberikan, menjelaskan, dan memprediksikan fenomena.1
1
Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Hal: 19 - 20
2
Sarwono, Sarlito. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers. Hal: 27 - 28
3
Mahmud, M. Dimyati. 2009. Psikolgi Pendidikan: Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakartaa. Hal: 122
4
Thobroni. Op,Cit., Hal: 55-56
5
Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press
6
Thobroni. Op,Cit.,. Hal: 58
7
Ibid. Hal : 62
8
Ibid. Hal : 63
9
Ibid. Hal : 64
Albert merupakan salah satu tokoh yang masuk kedalam aliran Neo-
Behaviorisme yang dapat menghubungkan antara dunia Behavior dengan Kognitif
10
Ibid. Hal : 66
11
Ibid. Hal : 68
12
Ibid. Hal : 68 - 69
Keadaan bagian dalam sangkar yang disebut puzzle box (peti teka teki) itu
merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan
diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula-mula kucing tersebut
mengeong, mencakar, melompat, dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu
untuk memperoleh makanan yang ada di depannya. Akhirnya, entah bagaimana,
secara kebetulan kucing itu berhasil menekan pengungkit dan terbukalah pintu
sangkar tersebut. Eksperimen Puzzle box ini kemudian terkenal dengan nama
instrumental conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai
instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki
(Hintzman, 1978).16
13
Ibid. Hal : 69 - 70
14
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Hal: 83
15
Ibid. Hal: 83
16
Ibid. Hal: 83
Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah
tentu tak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan tidur saja
dalam puzzle box yang mengurungnya. Dengan kata lain, kucing itu tidak akan
menampakkan gejala belajar untuk ke luar. Sehubungan dengan hal ini, hampir
dapat dipastikan bahwa motivasi(seperti rasa lapar) merupakan hal yang sangat
vital dalam belajar.18
Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya dari hasil-hasil
penelitiannya. Ketiganya adalah hukum efek, hukum latihan, dan hukum kesiapan.
17
Ibid. Hal: 83 - 84
18
Ibid. Hal: 84
19
Ibid. Hal: 84
Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara
kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan
connectiong. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara
stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan
terjadi suatu hubungan yang erat bila sering dilatih. Berkat latihan yang terus
menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa atau
otomatis.21
20
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 24-25
21
Ibid: 25
10 | T e o r i B e l a j a r d a n A p l i k a s i : B e h a v i o r i s t i k
rumus-rumus fisika, dalil-dalil tertentu, tapi mereka kurang dapat
menerapkannya. Ilmu pengetahuan yang seseorang punyai lebih dekat
dengan istilah penumpukan ilmu yang bersifat kaku. Untuk menjawab soal-
soal ulangan objektif tes seperti benar-salah (true false) atau multiple
choice, ilmu pengetahuan yang bersifat mekanis (hafalan) akan lebih cocok
dan mendukung untuk tes atau soal-soal tertentu. Dalam arti lain, anak atau
seseorang akan bisa namun tidak paham hakikatnya
b. Pelajar bersifat teacher centered (terpusat pada guru)
Guru yang aktif dalam membelajarkan anak didik. Guru pemberi stimulus.
Guru yang melatih dan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh anak
didik.
c. Anak didik pasif
Anak didik kurang terdorong untuk berpikir dan juga ia tidak ikut
menentukan bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Anak didik lebih
mengaharapkan stimulus dari guru. Bila tidak ada stimulus, anak didik tidak
kreatif dan aktif untuk belajar mandiri. Kemiskinan kreativitas anak didik
inilah yang tidak sesuai dengan konsep belajar discovery-inquiry
d. Teori ini lebih mengutamakan materi.
Materi cenderung dijejalkan sebanyak-banyaknya ke dalam otak anak didik
(cara-cara Pendidikan tradisional) dengan harapan anak didik banyak
mempunyai pengetahuan. Bila belajar seperti ini cenderung menjadi
intelektualistik.22
22
Ibid. Hal: 25-26
11 | P s i k o l o g i B e l a j a r
refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks
tersebut (Terrace, 1973).23
23
Syah, Muhibbin.Op.Cit., Hal: 85
24
Ibid. Hal: 85 - 86
25
Ibid. Hal: 86
26
Ibid. Hal: 86
12 | T e o r i B e l a j a r d a n A p l i k a s i : B e h a v i o r i s t i k
asam, ketika mereka melihat buah asam-asaman tentu saja air lirunya keluar tanpa
disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks. Atau katakan saja refleks bersyarat.
Bagi para pengendara kendaraan bermotor tentu akan berhenti ketika dia meihat
lampu lalu lintas menyala merah dan bergerak setelah dia melihat lampu lalu lintas
menyala hijau. Bagi para perenang dalam suatu perlombaan renang, mereka akan
berhenti setelah mencapai finis. Di sekolah, bagi semua anak didik bunyi lonceng
dalam frekuensi tertentu sebagai tanda masuk, istirahat atau pulang, maka mereka
akan menaatinya.27
Teori ini bila diterapkan dalam kegiatan belajar juga banyak kelemahannya.
Kelemahan-kelemahan itu antara lain berikut ini.
27
Djamarah, Syaiful Bahri. Op.Cit., Hal: 26
28
Ibid. Hal: 26
29
Ibid. Hal: 27
13 | P s i k o l o g i B e l a j a r
para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic
Skinner (lahir tahun 1904), seorang penganut behaviorisme yang dianggap
kontroversial. Karya tulisnya yang dianggap baru/terakhir berjudul About
Behaviorism diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-
karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi
yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno, 1987).30
Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang
sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber, 1988). Tidak seperti dalam
respondent conditioning (yang responsnya didatangkan oleh stimulus tertentu),
respons dalam operant conditioning terjadi tanpa diketahuii oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri
sesungguhnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning.31
30
Syah, Muhibbin. 2001. Op.Cit., Hal: 88
31
Ibid. Hal: 88 - 89
32
Ibid. Hal: 89
14 | T e o r i B e l a j a r d a n A p l i k a s i : B e h a v i o r i s t i k
sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini
mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya.33
Jelas sekali bahwa eksperimen Skinner di atas mirip sekali dengan trial and
error learning yang ditemukan oleh Thorndike. Dalam hal ini, fenomena tingkah
laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan satisfaction (kepuasan),
sedangkan menurut Skinner, fenomena tersebut melibatkan reinforcement
(penguatan). Dengan demikian, baik belajar dalam teori S-R Bond maupun dalam
teori operant conditioning langsung atau tidak, keduanya mengakui arti penting law
of effect.35
33
Ibid. Hal: 89
34
Ibid. Hal: 89
35
Ibid. Hal: 89
36
Ibid. Hal: 90
15 | P s i k o l o g i B e l a j a r
otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respons, sehingga terkesan
seperti kinerja mesin atau robot. Jika kita renungkan dan bandingkan dengan teori
juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik belajar yang terdapat dalam teori-
teori behavioristik yang terlanjur diyakini sebagian besar ahli Pendidikan kita itu,
sesungguhnya mengandung banyak kelemahan.37
1. Proses belajar itu dipandang dapat diamati secara langsung, padahal belajar
adalah proses kegiatan mental yang tidak daapt disaksikan dari luar kecuali
sebagian gejalanya.
2. Proses belajar itu dipandang bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan
seperti gerakan mesin dan robot, padahal setiap siswa memiliki self-
regulation (kemampuan mengatur diri sendiri) dan self control
(pengendalian diri) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak
merespons jika ia tidak menghendaki, misalnya karena Lelah atau
berlawanan dengan kata hati.
3. Proses Belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat
sulit diterima, mengingat amat mencoloknya perbedaan anatara karakter
fisik dan psikis manusia dengan karakter fisik dan psikis hewan.38
Reinforcement
37
Ibid. Hal: 90
38
Ibid. Hal: 90-91
16 | T e o r i B e l a j a r d a n A p l i k a s i : B e h a v i o r i s t i k
di waktu yang akan datang.39 Singkatnya, reinforcement adalah konsekuensi yang
memperkuat tingkah laku.
a) Reinforcement Positif
b) Reinforcement Negatif
Hukuman
39
Mahmud, M. Dimyati. 2009. Psikolgi Pendidikan: Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta. Hal: 124
40
Ibid. Hal: 124
17 | P s i k o l o g i B e l a j a r
Suatu perbuatan yang diikuti oleh hukuman, kecil kemungkinannya diulangi lagi
pada situasi-situasi yang serupa di saat lain.41
a) Presentation Punishment
b) Removal Punishment
Mengendalikan Antecedent
Antecedent itu dapat berupa pemberi tahuan atau ajakan sebelum seseorang
diminta melakukan sesuatu antecedent dapat menimbulkan konsekuensi yang
positif atau pun yang negatif. Karena itu mengingatkan lebih dulu itu penting. Kalau
murid berbuat sesuai dengan pengingatan tersebut, guru tinggal memberikan
reinforcement saja. Tanpa itu barangkali guru tidak pernah berkesempatan
memberikan reinforcement kepada perilaku murid yang benar, sebab murid bisa
jadi tidak ingat untuk berbuat yang benar itu.44
41
Ibid. Hal: 125
42
Ibid. Hal: 125
43
Ibid. Hal: 125
44
Ibid. Hal: 129
18 | T e o r i B e l a j a r d a n A p l i k a s i : B e h a v i o r i s t i k
2.3.4. Contiguous Conditioning (Pembiasaan Asosiasi Dekat)
Teori belajar pembiasaan asosiasi dekat (contiguous conditioning) adalah
sebuah teori belajar yang mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar berdasarkan
kedekatan hubungan antara stimulus dengan respons relevan. Contiguous
conditioning sering disebut sebagai teori belajar istimewa dalam arti paling
sederhana dan efisien, karena di dalamnya hanya terdapat satu prinsip yaitu
kontiguitas (contiguity) yang berarti kedekatan asosiasi antar stimulus-respons.45
45
Syah, Muhibbin. Op.Cit., Hal: 91
46
Ibid. Hal: 91
19 | P s i k o l o g i B e l a j a r
daya terik bagi generasi penerus ahli psikologi belajar seiring dengan muncul dan
populernya psikologi kognitif.47
47
Ibid. Hal: 92
20 | T e o r i B e l a j a r d a n A p l i k a s i : B e h a v i o r i s t i k
8. Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang
masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi, dan
harus dibiasakan, suka meniru, dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung.48
48
Thobroni. Op.Cit.,. Hal: 71-72
21 | P s i k o l o g i B e l a j a r
yaitu guru sebagai centre, otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru
melatih, dan menentukan apa yang harus dipelajari oleh murid49
49
Ibid Media. Hal: 72-73
22 | T e o r i B e l a j a r d a n A p l i k a s i : B e h a v i o r i s t i k
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Teori belajar adalah Konsep, cara, rencana atau metode mengenai tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik dalam
kelas ataupun luar kelas
Teori Belajar Behaviorisme ialah sebuah teori yang memiliki definisi bahwa
belajar ialah suatu perbuahan tingkah laku yang dapat diukur. Atau dapat dikatakan
bahwa teori belajar Behaviorisme ialah suatu konsep teori belajar yang memiliki
karakteristik pandangan Behavioristik
• Connectionism
• Classical Conditioning
• Operant Conditioning
• Contiguous Conditioning
Kelebihan :
23 | P s i k o l o g i B e l a j a r
• Cocok digunakan untuk pelajaran yang membutuhkan aktivitas Fisik
• Pembentukan disiplin yang baik
Kekurangan :
• Siswa Pasif
• Kurang manusiawi
• Tidak semua pelajaran dapat menggunakan metode ini
3.2.Saran
Makalah ini masih amat jauh dari kata sempurna, kiranya kritik dan saran yang
membangun dapat diberikan kepada penyusun agar dapat menjadi bahan evaluasi
kedepannya, dan jika perlu menjadi acuan perbaikan makalah ini.
24 | T e o r i B e l a j a r d a n A p l i k a s i : B e h a v i o r i s t i k
DAFTAR PUSTAKA
Bruno. 1987. Kamus Istilah Psikologi. Alih bahasa : Samekto, Seselia. Yogyakarta
: Kanisius.
Hilgard, ER. And Bower, G. H., 1975, Schemas Versus Mental Model In Human
Memory, Chinester : John Wiley and Sons.
Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.