Mata Kuliah :
Analisis Perkembangan, Psikologi Pendidikan, dan Pembelajaran
Topik:
Perbedaan Individu : Intelegensi, Bakat, Gaya Belajar, Kepribadian dan
Tempramen, serta Implikasinya dalam Pembelajaran
i
DAFTAR ISI
ii
MINDMAP TUGAS 2
1
ESSAY MINDMAP TUGAS 2
Perbedaan Individu : Intelegensi, Bakat, Gaya Belajar, Kepribadian dan
Tempramen, serta Implikasinya dalam Pembelajaran
A. Perbedaan Individu
Pembelajaran yang efektif dan dikatakan mengalami keberhasilan apabila
dalam proses pembelajaran yang berlangsung dapat merespon sesuai dengan
kebutuhan khusus peserta didiknya. Dalam pembelajaran setiap peserta didik
memiliki kemampuan individu yang berbeda-beda, sehingga menjadi kewajiban
kepada guru untuk memahami dan mensiasati kondisi tersebut agar setiap peserta
didiknya berhasil setelah proses pembelajaran selesai. Secara umum perbedaan
individu yang dimiliki peserta didik meliputi perbedaan intelegensi, perbedaan
bakat, perbedaan gaya belajar, serta perbedaan kepribadian dan tempramen.
Berikut akan kita bahas perbedaan-perbedaan tersebut dan implikasinya dalam
pembelajaran.
1. Intelegensi
a. Pengertian intelegensi
Intelegensi dalam dunia pendidikan secara sederhana sering
dimaknai sebagai kecerdasan dalam belajar, kemampuan dalam
menganalisis dan menyelesaikan masalah dengan waktu yang singkat.
Definisi lain diungkapkan David Wechsler (dalam Azwar, 2004)
intelegensi merupakan kumpulan kemampuan seseorang untuk bertindak
dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi
lingkungannya dengan efektif. Kemampuan intelegensi membantu
seseoran untuk menyelesaikan permasalahan yang abstrak dan sulit,
sehingga dengan kemampuan tersebut diharapkan dapat membentuk
kepercayaan diri yang tinggi terhadap orang tersebut. Menurut Purwanto
(2000) intelegensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa intelegensi adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional
untuk beradaptasi dengan situasi yang baru secara cepat dan efektif
sebagai wujud kecerdasan dalam belajar. Menurut Bayley (dalam
Slameto,1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan
intelegensi individu, yaitu:
1) Faktor Keturunan (faktor bawaan)
Faktor bawaan merupakan faktor-faktor biologis yang diturunkan
melalui pewarisan genetik oleh orang tua. Pewarisan gen inilah
2
menjadi faktor pembawa ciri bawaan yang diwariskan orang tua
kepada keturunannya.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mengacu pada segala sesuatu yang berada di luar
diri individu. Faktor ini dapat meliputi banyak hal, mulai dari status
sosial ekonomi orang tua, pola gizi, stimulasi dan rangsangan, pola
asuh orang tua, dan budaya.
a) Status sosial ekonomi orang tua, faktor ini meliputi pekerjaan
orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan perbedaan status
ekonomi orang tua. Meskipun tidak sepenuhnya berpengaruh
tetapi faktor-faktor tersebut akan berdampak kepada pola hidup
yang mengarahkan kepada perbedaan kemampuan intelegensi
individu.
b) Pola pengasuhan terhadap anak, faktor ini menjadi yang paling
dominan dalam pembentukan karakter dan intelegensi individu.
Terdapat tiga jenis pola pengasuhan orang tua terhadap anak yaitu
otoriter, permissive, dan autoritatif. Pola asuh otoriter adalah
bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orang tua
kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Pola
asuh ini dapat menjadikan anak kurang inisiatif, cenderung ragu,
dan mudah gugup. Oleh karena sering mendapat hukuman anak
menjadi tidak disiplin dan nakal. Pola asuh permisif merupakan
bentuk pengasuhan di mana orang tua memberi kebebasan
sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak
dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh
orang tua. Pola asuh ini secara praktik kurang bagus untuk
diterapkan, karena akan menjadikan anak kurang bertanggung
jawab dengan apa yang diamanahkan terhadap anak tersebut.
Sementara itu pola asuh autoritatif bercirikan adanya hak dan
kewajiban orang tua dan anak adalah sama dalam arti saling
melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan
menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin.
c) Budaya, secara tidak disadari bentuk budaya dan kebudayaan
seseorang akan mempengaruhi prilaku individu manusia. Sebagai
contoh adalah bagaimana nilai dan norma membentuk perilaku
individu masyarakat. Misalkan adat dan nilai-nilai dalam
masyarakat memberitahu pada anggotanya tentang apa yang baik
atau penting dalam masyarakat tersebut. Nilai-nilai ini terjabarkan
dalam norma-norma. Norma-norma memberikan panduan dan
pandangan bagi anggota masyarakat bagaimana harus berperilaku.
Norma menjadi ukuran pantas dan tidak pantas, salah dan benar,
baik dan buruk bagi anggota masyarakat. Kondisi inilah yanga
akan menjadi cikal bakal kemampuan intelegensi melalui sikap
dan pengambilan keputusan dalam penyelesaian permasalahan.
3
b. Teori tentang intelegensi
Azwar (2004) menguraikan secara ringkas mengenai teori-teori
intelegensi, antara lain:
1) Alfred Binet
Alfred Binet termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan
bahwa intelegensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu
faktor satuan atau faktor umum. Menurut Binet, intelegensi
merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang
sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan
intelegensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan
orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan
individu berdasar suatu kriteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah
seseorang cukup intelegen atau tidak, dapat diamati dari cara dan
kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya
untuk mengubah arah tindakannya.
2) Thurstone
Thurstone berpendapat bahwa intelegensi terdiri dari faktor yang
jamak (multiple factors), mencakup tujuh kemampuan mental utama
(primary mental abilities), yaitu: (1) Pemahaman verbal (verbal
comprehension) Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes
kosakata, termasuk sinonim dan lawan kata, dan testes kemampuan
menyimak bacaan. (2) Kecepatan verbal (verbal fluency) Kemampuan
ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut menghasilkan kata-
kata secara cepat dan tepat. (3) Bilangan (number) Kemampuan ini
biasanya diukur melalui pemecahan masalah-masalah aritmatika.
Dalam tes ini sangat ditekankan tidak hanya masalah-masalah
perhitungan dan pemikiran, tetapi juga penguasaan atau pengetahuan
yang sudah ada sebelumnya. (4) Visualisasi spasial (spatial
visualization) Kemampuan ini biasanya diukur dengan tes-tes yang
menuntut manipulasi mental atas simbol-simbol atau bangun-bangun
geometris. (5) Ingatan (memory) Kemampuan ini biasanya diukur
melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang dihafal
dari gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (kata-kata). (6)
Pemikiran (reasoning) Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-
tes analogi-analogi. Dan (7) Kecepatan persepsi (perceptual speed)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut
pengenalan simbol secara cepat.
3) R. Bernard Cattell
Dalam teorinya mengenai organisasi mental, Cattell
mengklasifikasikan kemampuan intelegensi menjadi dua macam,
yaitu: (1) Intelegensi Fluid, yang merupakan faktor bawaan biologis.
(2) Intelegensi Crystallized, yang merefleksikan adanya pengaruh
pengalaman, pendidikan, dan kebudayaan dalam diri seseorang.
Intelegensi crystallized ini akan meningkat seiring dengan
meningkatnya pengalaman seseorang.
4
2. Bakat
a. Pengertian bakat
Istilah bakat merupakan terjemahan dari aptitude yang memiliki arti
sebagai potensi atau kemampuan yang potensial untuk dikembangkan dan
dilatih. Selain itu, bakat juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan
khusus dari dalam diri individu yang menjadi bawaan sejak lahir dan
terkait dengan struktur otak. Crow dalam (Suryabrata, 2008)
menyatakan bahwa bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua
orang dalam tingkat yang beragam. Sejalan dengan definisi Crow,
Brigham dalam (Sobur, 2003) mendefinisikan Bakat adalah kondisi,
kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang
dapat dilakukan individu (segi performance/kinerja) setelah individu
mendapat latihan.
Berdasarkan uraian di atas, bakat dapat diartikan sebagai potensi
atau kemampuan yang dimiliki oleh individu setelah individu mendapat
latihan. Menurut Guillford dalam (Syadih, 2004) mengatakan bahwa
kemampuan kinerja dalam bakat yang dimiliki individu mencakup tiga
komponen yaitu : komponen psikomotorik, komponen perceptual dan
komponen intelektual.
1) Komponen psikomotorik.
Komponen psikomotorik mencakup 6 faktor, yaitu: faktor kekuatan,
faktor impuls, faktor kecepatan gerak, faktor ketelitian, faktor
koordinasi dan faktor keluwesan (flexibility)
2) Komponen perceptual
komponen perceptual meliputi kemampuan dalam mengadakan
persepsi, yaitu faktor-faktor yang antara lain berupa: kepekaan indera,
perhatian, orientasi ruang, orientasi waktu, luasnya daerah persepsi,
kecepatan persepsi dan lain sebagainya.
3) Komponen intelektual
Dari ketiga dimensi, dimensi inilah yang mempunyai implikasi yang
sangat luas. Komponen ini meliputi lima faktor yaitu: (a) Faktor
ingatan, yang mencakup: Faktor ingatan mengenai substansi, faktor
ingatan mengenai relasi, faktor ingatan mengenai sistem. (b) Faktor
pengenalan, yang mencakup: pengenalan terhadap keseluruhan
infomasi, golongan/kelas, hubungan-hubungan, bentuk atau strktur,
dan kesimpulan. (c) Faktor Evaluatif, yang mencakup: Evaluasi
mengenai identitas, relasi-relasi, sistem dan evaluasi terhadap penting
tidaknya problem (kepekaan terhadap problem yang dihadapi).
(d) berfikir divergen, yang meliputi: faktor untuk menghasilkan unit-
unit, faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan, faktor
5
kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan, faktor untuk
menghasilkan sistem, fakto untuk transformasi divergen, faktor untuk
menyusun bagian-bagian menjadi garis besar atau kerangka.
b. Jenis-jenis bakat
Berdasarkan penjelasan tiga komponen penting dalam bakat, tiga
komponen bakat tersebut akan memungkinkan kualitas yang dimiliki
individu tersebut berkembang dan menghasilkan kemampuan-
kemampuan khusus dalam bidang tertentu sesuai dengan potensinya.
Bakat kemampuan khusus dalam (Munandar 2002) diklasifikasikan
menjadi lima bagian yaitu:
1) Bakat akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami konsep yang
berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal), dan
sejenisnya.
2) Bakat kreatif produktif, artinya bakat dalam hal menciptakan sesuatu
yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru, arsitektur
terbaru, dan sejenisnya.
3) Bakat seni, misalnya mampu mengaransemen musik yang digemari
banyak orang, menciptakan lagu dalam waktu yang singkat, dan mampu
melukis dengan indah dalam waktu yang relatif singkat.
4) Bakat psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu tangkis
5) Bakat sosial, antara lain mahir melakukan negosiasi, menawarkan suatu
produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir dalam
kepemimpinan.
3. Gaya Belajar
a. Pengertian gaya belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya yang relatif bersifat
permanen karena terdapat pengalaman dalam prosesnya. Adanya
perubahan yang dihasilkan berupa ranah kognetif, afektif, dan psikomotor
pada peserta didik dalam pencapaian hasil belajar tersebut pasti memiliki
cara atau strategi yang bervariasi. Cara peserta didik untuk belajar atau
memahami materi dan menginterpretasikan dalam kemampuannya itulah
yang sering disebut sebagai gaya belajar. Sarasin (1999) mendefinisikan
bawa gaya belajar adalah pola perilaku yang spesifik dalam menerima
informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru, serta proses
menyimpan informasi atau keterampilan baru. Sejalan dengan pendapat
sebelumnya, Ghufron (2013) menyatakan bahwa gaya belajar adalah cara
pandang seseorang dalam menerima informasi dan menerapkan informasi
tersebut sebagai ketrampilannya. Berdasarkan uraian tersebut, gaya
belajar dapat diartikan sebagai cara peserta didik dalam memahami
6
informasi berupa ketrampilan baru dalam proses pembelajaran yang
sesuai dengan materi ajar yang disampaikan guru.
Peserta didik pada umumnya akan merasa kesulit memproses
informasi dalam suatu cara yang dirasa tidak sesuai dan tidak nyaman
bagi mereka untuk belajar. Peserta didik pada dasarnya memiliki
kebutuhan belajar sendiri, belajar dengan cara yang berbeda, serta
memproses informasi dengan cara yang berbeda-beda. Oleh karena itu
jika gaya mengajar guru tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka,
maka kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan efektif. Ketika guru
mengajar sesuai dengan gaya belajar peserta didik, guru sama dengan
memberitahu kepada peserta didik untuk mencapai kompetensinya.
Dalam pencapaian kompetensi peserta didik berupa ketrampilan
pada ranah kognetif, afektif. dan psikomotor. Gaya belajar peserta didik
dapat berubah tergantung pada aktifitas belajar atau perubahan
pengalaman.
7
matematika (logismatematik), ruang (spasial), musik (musical),
gerakan (kinestetik), dalam diri sendiri (intrapersonal),
(interpersonal), dan alamiah (naturalis).
8
4) Sequential and global learners
Sequential learners Global learners
1. Tipe sequential cenderung 1. Tipe global mungkin mampu
memahami melalui langkah- memecahkan masalah kompleks
langkah yang linier, setiap dengan cepat atau
langkah mengikuti langkah mengumpulkan sesuatu secara
sebelumnya secara logis. bersama-sama dalam suatu cara
2. Tipe sequential cenderung yang baru, tetapi mungkin
mengikuti langkah-langkah mereka akan mengalami
logis dalam mencari solusi; kesulitan dalam menjelaskannya.
9
Definisi tersebut menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang
cenderung untuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu dalam
berbagai situsai. Dalam pembahasan ini akan kita lihat dua model dalam
meninjau perbedaan kepribadian, yaitu model Big Five dan model Brigg-
Myers (MBTI).
1) Model Big Five
Model kepribadian yang dikembangkan oleh Lewis Goldbreg (1993)
digunakan untuk melihat pribadian individu berdasarkan lima
komponen yang dikenal dengan big five.
a) Agreeableness. Merefleksikan perbedaan individual yang
berhubungan dengan kerjasama dan harmoni sosial. Individu
agreeable bergaul dengan baik, mereka penuh perhatian, mereka
percaya bahwa pada dasarnya setiap orang itu jujur, sopan, dan
dapat dipercaya. Sebaliknya Individu dengan kepribadian
disagreeable menempatkan keinginannya di atas orang lain.
Mereka pada umumnya tidak memperhatikan keberadaan orang
lain, sehingga tidak mungkin memperluas diri mereka pada orang
lain.
b) Extroversion. Individu dengan kepribadian ini menikmati
keberadaannya bersama orang lain, penuh energi, serta mengalami
emosi positif. Mereka cenderung antusias. Dalam kelompok
mereka suka berbicara, menegaskan diri mereka sendiri, dan
menunjukkan perhatian pada diri sendiri. Sebaliknya individu
introvert cenderung kurang gembira, kurang energi dan aktifitas
rendah. Mereka cenderung tenang dan menarik diri dari dunia
sosial. Kurang terlibatnya mereka dalam dunia sosial tidak berarti
mereka malu atau depresi, orang introvert butuh stimulasi yang
rendah dan memilih sendirian.
c) Neoroticism individu dengan kepribadian ini menunjuk pada
kecenderungan untuk mengalami emosi negative. Mereka
memiliki lebih besar kemungkinan untuk menginterpretasikan
situasi biasa sebagai situasi yang mengancam, dan frustrasi kecil
sebagai kesulitan yang tanpa harapan. Reaksi emosi negatif
mereka cenderung menetap untuk jangka waktu yang lama,
sehingga mereka sering merasakan bad mood.
d) Conscientiousness. Conscientiousness berkaitan dengan cara
individu mengontrol, mengatur, dan memerintah impuls. individu
dengan kepribadian ini menghindari kesalahan dan mencapai
kesuksesan tingkat tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan
dan gigih. Mereka juga dilihat orang lain secara positif sebagai
orang yang cerdas dan dapat dipercaya. Kebalikan dari
kepribadian ini adalah unconscientious. Orang yang
unconscientious dikecam atas sifatnya yang sulit dipercaya,
kurang ambisi, cepat menyerah, tetapi mereka akan mengalami
kesenangan jangka pendek dan tidak pernah dicap kaku.
10
e) Opennes to experience disekripsikan sebagai dimensi kepribadian
yang membedakan orang yang kreatif dan imajinatif dengan orang
yang sederhana dan konvensional. Orang yang terbuka adalah
orang yang secara intelektual selalu ingin tahu, memiliki apresiasi
terhadap seni, serta sensitive terhadap kecantikan. Jika
dibandingkan dengan orang yang tertutup, mereka cenderung
lebih menyadari perasaan mereka.
2) Model Brigg-Myers (MBTI)
Brigg dan Myers menyebutkan bahwa terdapat empat karakter utama
dalam membedakan kepribadian satu orang dengan orang lain. Empat
karakter utama kepibadian ini yang selanjutnya disebut sebagai big
four. Model big four ini meliputi dimensi:
a) Extraversion versus Introversion
Extraversion Introversion
1. Orang ekstrovert menemukan 1. Orang introvert menemukan
energi pada orang dan benda- tenaga di dalam ide, konsep,
benda. Mereka memilih dan abstraksi.
berinteraksi dengan orang lain, 2. Orang introvert merupakan
dan berorientasi pada pemikir reflektif dan
tindakan. konsentrator. Bagi orang
2. Siswa ekstrovert menikmati introvert, tidak ada kesan
bekerja dalam kelompok, baik tanpa refleksi.
di dalam kelas maupun di luar 3. Ciri-ciri orang introvert
kelas. (terlalu menjaga privasi, lebih
3. Ciri-ciri orang ekstrovert (suka sedikit teman, lebuh menyukai
berteman, jiwa sosial tinggi, kelompok kecil, dan
suka berkelompok, cenderung kurang
perhatiannya mudah dialihkan) bersosialisasi).
11
c) Thinking versus Feeling
Thinking Feeling
1. Sebagian dari kita 1. Sebagian lagi membuat
memutuskan sesuatu secara keputusan dengan memusatkan
impersonal pada logika, pada nilai-nilai kemanusiaan.
prinsip, dan analisis. Siswa thinking menghargai
2. Siswa thinking menghargai kebebasan.
kebebasan, mereka membuat 2. Siswa feeling menghargai
keputusan dengan harmoni. Mereka memusatkan
mempertimbangkan kriteria pada nilai-nilai dan kebutuhan-
objektif dan logika dari kebutuhan kemanusiaan pada
situasi. saat membuat keputusan atau
3. Ciri-ciri orang dengan penilaian.
kepribadian thinking (logis, 3. Ciri-ciri orang berkepribadian
obyektif, rasional, kritis, dan felling (tidak suka konflik,
tegas terhadap orang lain). lembut, memiliki empati yang
tinggi, dan peduli terhadap
orang lain).
12
5. Temperamen
a. Pengertian temperamen
Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi
individu, termasuk juga mudahtidaknya terkena rangsangan emosi,
kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya,
segala cara dari pada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini
bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal
dari keturunan Allport dalam (Azwar, 2004). Pendapat lain dikemukakan
oleh G. Ewald: Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan
dengan konstitusi jasmani.
Tempramen adalah sifat-sifat jiwa yang sangat erat hubungannya
dengan keadaan jasmani seseorang yang terlihat dalam hal-hal yang khas,
seperti keadaan darah, pencernaan, pusat saraf, dan lain-lain. Oleh karena
itu temperamen sukar diubah atau didik dan tidak mengalami
perkembangan, karena temperamen tergantung konstelasi hormon-
hormon dan keadaan cairan dalam tubuh.
13
penerapan seperti strategi atau metode tersebut, guru dapat
mengakomodasi kebutuhan individual menunjukkan bahwa mereka ingin
merangkul seluruh siswa dalam seluruh proses pembelajaran. Selanjutnya
siswa memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk aktif berpartisipasi
dalam kelas ketika mereka tahu bahwa guru mereka mempertimbangkan
kebutuhan mereka sebagai individu. Terdapat beberapa metode dan
strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
dengan memandang perbedaan individu peserta didik. Adapun strategi
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Menggunakan metode pembelajaran yang menunjukkan adanya
pemahaman lintas budaya, perbedaan gender dan usia dalam pilihan-
pilihan gaya belajar.
2. Memahami pilihan gaya belajar siswa kemudian menyediakan
lingkungan belajar yang mendukung gaya belajar mereka.
3. Meminta siswa untuk mengenali gaya belajar mereka dan memberi
hadiah untuk kelebihan mereka. Bantu mereka memahami mengapa
mereka melakukan apa yang mereka lakukan dalam situasi belajar.
4. Beri kesempatan kepada siswa untuk memilih bagaimana menerima
pelajaran danbagaimana menunjukkan pengetahuannya. Dalam
mengerjakan tugas, tawarkan pilihanjenis, waktu, dan tanggal
penyelesaian tugas.
5. Gunakan kombinasi Cooperative Learning, pembelajaran individual,
dan pembelajaran kelompok, atau antara aktifitas-aktifitas belajar
yang berpusat pada guru dengan pembelajaran yang berpusat pada
siswa.
6. Berikan umpan balik dengan segera, konsisten, dan jelas.
7. Evaluasi pengalaman pembelajaran berdasarkan tujuan atau syarat-
syarat pencapaian yang telah ditentukan, observasi perilaku dan
keterlibatan siswa dalam belajar.
Penjabaran strategi dan metode pembelajaran di atas, dapat menjadi
alternatif pilihan kepada guru untuk menyikapi implikasi (keterlibatan)
perbedaan individu peserta didik dalam proses pembelajaran.
14
DAFTAR RUJUKAN
Azwar, S. 2004. Pengantar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ghufron, M.N. dan Rini Risnawati. 2012. Gaya Belajar; Kajian Teoritik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Purwanto, N. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunyabrata, sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sobur, alex.2003. Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia.
Syadih, S Nana. 2004. Landasan Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya
Munandar, utami. 2002. Kreatifitas dan keberbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka
utama
15
YEL-YEL
16
ANALISIS MASALAH DAN PROGRAM KERJA
Topik : Perbedaan Individu; Intelegensi, Bakat, Gaya Belajar, Kepribadian, Tempramen, serta Implikasinya dalam Pembelajaran
No Sub Topik Keadaan Ideal Kenyataan di Analisis Keadaan Temuan Alternatif Solusi Rekomendasi Solusi
Sekolah Ideal vs permasalahan
Kenyataan
1 Intelegensi Setiap peserta Dalam Temuan kondisi 1. Proses 1. Mengoptimalkan Keberagaman intelegensi
didik memiliki praktiknya, yang ada dalam pembelajaran kinerja guru peserta didik seharusnya
kemampuan proses praktik yang dilakukan sehingga guru dapat menjadi kemudahan
intelegensi yang pembelajaran pembelajaran di oleh guru belum mampu dan dapat bagi guru untuk mencapai
bervariasi, ada yang dilakukan sekolah tidak dapat menfasilitasi peserta hasil belajar peserta didik
yang tinggi sedang guru di sekolah sesuai dengan mengcover didik sesuai dengan yang optimal.
dan rendah. belum mengarah keadaan ideal yang seluruh tingkat intelegensi Rekomendasi solusi
Dengan perbedaan kepada diharapkan. perbedaan yang dimiliki peserta pencapaian tersebut salah
ini, dalam proses penyetaraan dan intelegensi didik. satunya adalah : Dalam
pembelajaran pengembangan peserta didik. 2. Guru dalam proses proses pembelajarannya
seharusnya dapat intelegensi yang 2. Hanya peserta pembelajaran guru harus dapat
meningkatkan dimiliki oleh didik intelegensi sebaiknya tidak memfasilitasi peserta
intelegensi peserta peserta didik. tinggi saja yang terfokus kepada didik berdasrkan
didik yang sedang mengalami peserta didik yang perbedaan intelegensi
dan yang rendah peningkatan memiliki intelegensi masing-masing secara
untuk mencapai kemampuan yang tinggi saja, keseluruhan dan bertahap
kesetaraan rata- dalam proses pengkoordinasian dalam pencapaiannya,
rata. Serta peserta pembelajaran tingkat intelegensi sehingga diharapkan
didik dengan peserta didik penting perbedaan intelegensi
intelegensi yang dilakukan. antar peserta didik yang
tinggi menjadi tinggi seharusnya dapat
lebih perkembang. menginfluens kepada
peserta didika yang lain.
17
2 Bakat Dalam Dalam Temuan kondisi 1. Perencanaan 1. Guru harus Pentingnya mengetahui
perancangan kenyataanya, yang ada dalam proses mengembangkan dan meninjau perbedaan-
proses masih banyak praktik pembelajaran rancangan proses perbedaan bakat yang
pembelajaran pada guru yang dalam pembelajaran di yang dilakukan pembelajaran harus dimiliki peserta didik. Hal
setiap materi ajar penyusunan sekolah guru guru belum mengacu kepadan ini tentu dapat menbantu
seyogyanya guru rancangan dalam perancangan mengacu perbedaan bakat dari guru dan merumuskan
harus mengetahui proses proses kepada peserta didik. capaian-capaian apa saja
perbedaan bakat pembelajarannya pembelajarannya, perbedan bakat dengan mengetahui yang akan didapat dari
yang dimiliki belum mengacu tidak sesuai dari mesing- perbedaan bakat ranah kognetif, afektif dan
masing-masing kepada dengan keadaan masing peserta yang dimiliki psikomotor setelah
peserta didik. perbedaan bakat ideal yang didik. Sehingga masing-masing kegiatan pembelajaran
yang dimiliki diharapkan. optimalisasi peserta didik guru berlangsung.
Organisator opeh peserta pencapaian hasil dapat menargetkan
didiknya. belajara belum capaian klasikal dari
sempurna. hasil belajar yang
akan dicapai.
3 Gaya Belajar Dalam belajar dan Kenyataan Temuan kondisi 1. Guru tidak Berdasarkan temuan Rekomendasi solusi dapat
pembelajaran dalam praktik yang ada dalam memetakan permasalahan, alternaif tawarkan untuk
peran guru sebagai pembelajaran di proses perbedaan gaya solusi yang ditawarkan: permasalahan ini adalah:
inisiator dan sekolah pada pembelajaran di belajar yang 1. Memahami terlebih pemilihan strategi yang
fasilitator pada umumnya sekolah tidak dimiliki peserta dahulu karakteristik tepat dan penerapan
pelaksanaanya penggunaan sesuai dengan didik. gaya belajar dari metode pembelajaran
harus memahami strategi atau keadaan ideal yang 2. Guru tidak peserta didik yang disesuaikan dengan
perbedaan gaya metode diharapkan dapat informasi sebelum melakukan gaya belajar peserta didik
belajar yang pembelajaran tentang gaya kegiatam sebelum pelaksanaan
dimiliki peserta kurang belajar peserta pembelajaran. pembelajarn dilaksanakan.
didik, dan diperhatikan didiknya, 2. Dari informasi yang Karena pada umumnya
mengambil sesuai dengan sehingga guru sudah didapatlkan peserta didik akan merasa
dengan geya belajar tidak tahu tentang gaya belajar, kesulitan dalam
menerapkan peserta didiknya. strategi/metode guru sebagai memproses informasi
strategi atau pembelajaran inisiator harus yang disampaikan oleh
metode yang cocok memiliki ide atau guru apabila strategi dan
18
pembelajaran yang sesuai dengan gagasan tenteng metode pembelajaran
cocok dan sesuai gaya peserta strategi yang digunakan tidak
dengan gaya didiknya. pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar
belajar yang cocok dengan daya mereka.
dimiliki oleh belajar peserta
peserta didiknya. didiknya.
4 Kepribadian Idealnya proses Kenyataan yang Temuan kondisi 1. Peserta didik Alternatif solusi Rekomendasi solusi yang
pendidikan dapat terjadi di yang ada dalam terkadang sering terhadap temuan dapat ditawarkan untuk
membentuk sekolah, guru proses melawan masalah : permasalahan ini adalah:
kepribadian yang sering pembelajaran di dengan guru. 1. Guru dan guru Mengintensifkan kegiatan
baik pada peserta mengeluhkan sekolah tidak 2. Menurunnya bimbingan konseling bimbingan konseling yang
didik sebagai kenakalan dan sesuai dengan sifat sopan harus saling sudah dibentuk. Selain itu,
perwujudan hasil kebandelan keadaan ideal yang santun pada diri bekerjasama untuk kegiatan bimbingan ini
belajar pada ranah peserta didik diharapkan peserta didik melakukan harus disosialisasikan
afektif. selama proses terhadap guru. pendidikan secara kepada orang tua peserta
pembelajaran pendekatan didik dan lingkungan
berlangsung. kepribadian agar masyarakat di sekitar
mengetahui faktor- sekolahan untuk turut
faktor penyebab dari membantu mengawasi dan
peserta didik bandel melaporkan kepada pihak
dan tidak sopan pengelola sekolahan untuk
terhadap serta ditindak lanjuti.
mencari solusi dari
tindakan tersebut.
19
5 Tempramen Terjalin proses Dalam Temuan kondisi 1. Kurang pekanya Alternatif solusi Rekomendasi solusi yang
pembelajaran yang praktiknya pada yang ada dalam peserta didik terhadap temuan dapat ditawarkan untuk
bagus antara guru proses proses ataupun guru masalah : permasalahan ini adalah:
dan peserta didik, pembelajaran pembelajaran di dalam proses 1. Meningkatkan lagi Guru secara pribadi
respon yang bagus sering terjadi sekolah tidak pembelajaran, pendekatan kepada melakukan program
juga harus terjalin miskomunikasi, sesuai dengan sehingga proses peserta didik, agar pendekatan secara khusus
antara guru dan faktor biasanya keadaan ideal yang pembelajaran terjalin hubungan kepada setiap individu
peserta didik kurang pekanya diharapkan kurang emposional yang peserta didik masing-
untuk guru atau peserta kondusif. tinggi. Sehingga masing yang bermasalah.
menciptakan didik dalam menciptakan suasana
suasana belajar proses belajara yang
yang kondusif. pembelajaran kondusif.
20
Program Peningkatan Kepribadian Peserta Didik melalui Bimbingan Konseling
berbasis Tiga Pilar (Guru, Orang Tua, dan Lingkungan Masyarakat)
Latar belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah proses memanusiakan manusia, arti dari kalimat
tersebut adalah proses pendidikan pada hakikatnya adalah untuk menghasilkan
kualitas pribadi peserta didik yang lebih baik, memiliki moral dan akhlak, serta
mengimplementasikan hasil yang sudah dadapat dalam bentuk ketrampilan dan
kepribadian. Namun dalam kenyataannya, guru dalam proses pembelajara di
sekolahan sering mengeluhkan tentang kenakalan, kebandelan, dan kepribadian
kurang baik yang dimiliki oleh peserta didik. Tentu kondisi ini menjadi dilema
tersendiri, karena kenakalan, kebandelan, dan kepribadian kurang baik yang dimiliki
peserta didik akan berdampakl pada hasil belajar peserta didik secara keseluruhan.
Tidak hanya berimbas pada hasil belajar satu peserta didik yang bandel saja, karena
kebandelan dan kepribadian kurang baik akan menginfluens peserta didik lain.
Berdasarlan uraian permasalahan di atas maka perlu diadakan Program
Peningkatan Kepribadian Peserta Didik melalui Bimbingan Konseling berbasis
Tiga Pilar (Guru, Orang Tua, dan Lingkungan Masyarakat).
Tujuan
Tujuan dari program ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kepribadian peserta didik agar proses pembelajaran berjalan
dengan efektif dan kondusif, sehingga hasil belajar dapat tercapai secara
keseluruhan.
2. Untuk melibatkan tiga pilar penting pendidikan (guru, orang tua, dan lingkungan
masuarakat) dalam peningkatan kepribadian peserta didik.
Rumusan Masalah
1. Peserta didik terkadang sering melawan dengan guru.
2. Menurunnya sifat sopan santun pada diri peserta didik terhadap guru
Teori
Istilah kepribadian secara bahasa, berasal dari kata pribadi yang memiliki arti
manusia sebagai perseorangan, yang meliputi keseluruhan sifat-sifat dan watak yang
dimilikinya. Jika kata dasar pribadi mendapat imbuhan ke_an, maka kata
kepribadian dapat diartikan sebagai sifat dasar yang tercermin pada sikap seseorang
secara individu. Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang
menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan (Purwanto, 2000).
Definisi tersebut menyiratkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang cenderung
21
untuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai situsai. Dalam
pembahasan ini akan kita lihat dua model dalam meninjau perbedaan kepribadian,
yaitu model Big Five dan model Brigg-Myers (MBTI).
1) Model Big Five
Model kepribadian yang dikembangkan oleh Lewis Goldbreg (1993)
digunakan untuk melihat pribadian individu berdasarkan lima
komponen yang dikenal dengan big five.
e) Agreeableness. Merefleksikan perbedaan individual yang
berhubungan dengan kerjasama dan harmoni sosial. Individu
agreeable bergaul dengan baik, mereka penuh perhatian, mereka
percaya bahwa pada dasarnya setiap orang itu jujur, sopan, dan
dapat dipercaya. Sebaliknya Individu dengan kepribadian
disagreeable menempatkan keinginannya di atas orang lain.
Mereka pada umumnya tidak memperhatikan keberadaan orang
lain, sehingga tidak mungkin memperluas diri mereka pada orang
lain.
f) Extroversion. Individu dengan kepribadian ini menikmati
keberadaannya bersama orang lain, penuh energi, serta mengalami
emosi positif. Mereka cenderung antusias. Dalam kelompok
mereka suka berbicara, menegaskan diri mereka sendiri, dan
menunjukkan perhatian pada diri sendiri. Sebaliknya individu
introvert cenderung kurang gembira, kurang energi dan aktifitas
rendah. Mereka cenderung tenang dan menarik diri dari dunia
sosial. Kurang terlibatnya mereka dalam dunia sosial tidak berarti
mereka malu atau depresi, orang introvert butuh stimulasi yang
rendah dan memilih sendirian.
g) Neoroticism individu dengan kepribadian ini menunjuk pada
kecenderungan untuk mengalami emosi negative. Mereka
memiliki lebih besar kemungkinan untuk menginterpretasikan
situasi biasa sebagai situasi yang mengancam, dan frustrasi kecil
sebagai kesulitan yang tanpa harapan. Reaksi emosi negatif
mereka cenderung menetap untuk jangka waktu yang lama,
sehingga mereka sering merasakan bad mood.
h) Conscientiousness. Conscientiousness berkaitan dengan cara
individu mengontrol, mengatur, dan memerintah impuls. individu
dengan kepribadian ini menghindari kesalahan dan mencapai
kesuksesan tingkat tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan
dan gigih. Mereka juga dilihat orang lain secara positif sebagai
orang yang cerdas dan dapat dipercaya. Kebalikan dari
kepribadian ini adalah unconscientious. Orang yang
unconscientious dikecam atas sifatnya yang sulit dipercaya,
kurang ambisi, cepat menyerah, tetapi mereka akan mengalami
kesenangan jangka pendek dan tidak pernah dicap kaku.
i) Opennes to experience disekripsikan sebagai dimensi kepribadian
yang membedakan orang yang kreatif dan imajinatif dengan orang
22
yang sederhana dan konvensional. Orang yang terbuka adalah
orang yang secara intelektual selalu ingin tahu, memiliki apresiasi
terhadap seni, serta sensitive terhadap kecantikan. Jika
dibandingkan dengan orang yang tertutup, mereka cenderung
lebih menyadari perasaan mereka.
2) Model Brigg-Myers (MBTI)
Brigg dan Myers menyebutkan bahwa terdapat empat karakter utama
dalam membedakan kepribadian satu orang dengan orang lain. Empat
karakter utama kepibadian ini yang selanjutnya disebut sebagai big four.
Model big four ini meliputi dimensi:
a) Extraversion versus Introversion
Extraversion Introversion
1. Orang ekstrovert menemukan 1. Orang introvert menemukan
energi pada orang dan benda- tenaga di dalam ide, konsep,
benda. Mereka memilih dan abstraksi.
berinteraksi dengan orang lain, 2. Orang introvert merupakan
dan berorientasi pada pemikir reflektif dan
tindakan. konsentrator. Bagi orang
2. Siswa ekstrovert menikmati introvert, tidak ada kesan
bekerja dalam kelompok, baik tanpa refleksi.
di dalam kelas maupun di luar 3. Ciri-ciri orang introvert
kelas. (terlalu menjaga privasi, lebih
3. Ciri-ciri orang ekstrovert (suka sedikit teman, lebuh menyukai
berteman, jiwa sosial tinggi, kelompok kecil, dan
suka berkelompok, cenderung kurang
perhatiannya mudah dialihkan) bersosialisasi).
23
mempertimbangkan kriteria pada nilai-nilai dan kebutuhan-
objektif dan logika dari kebutuhan kemanusiaan pada
situasi. saat membuat keputusan atau
3. Ciri-ciri orang dengan penilaian.
kepribadian thinking (logis, 3. Ciri-ciri orang berkepribadian
obyektif, rasional, kritis, dan felling (tidak suka konflik,
tegas terhadap orang lain). lembut, memiliki empati yang
tinggi, dan peduli terhadap
orang lain).
24
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa program ini dimulai dari rapat
dan diskusi yang dihadiri kepala sekolah sebagai pemegang keputusan tertinggi di sekolah.
Merancang tim dalam program ini yang terdiri dari guru mata pelajaran dan guru bimbingan
konseling. Tim ini menilai dan mengamati untuk mendapatkan informasi tentang kepribadian
peserta didik secara menyeluruh. Kemudian informasi ini disosialisasikan kepada guru lain,
orang tua, dan lingkungan masyaakat disekitar sekolah melalui rapat awal tahun atau akhir
tahun. Hasil dari sosialisasi dan rapat tersebut kemudian dikoordinasikan serta dilanjutkan
pada tahap monitoring terhadap peserta didik yang bermasalah. Monitoring dilakukan
dengan pengawasan dan pembinaan peserta didik di dalam sekolah atau di luar sekolah.
Setelah itu dilanjutkan pada tahap evaluasi.
25