Oleh Kelompok 2:
Rizal Afrialdi 2186206160
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pendidikan
PKN SD tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kami, untuk itu salam terima
kasih kami ucapkan untuk dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam
membuat makalah ini. Dan tidak lupa juga terima kasih buat teman- teman yang telah
ikut memberi semangat pada kami.
Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh
karena itu kepada para pembaca, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif
demi kesempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Amin ya robbal
Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Garuda Pancasila adalah lambang Negara Indonesia. Burung garuda hanyalah sebuah
hewan fiktif yang hanya ada dalam mitos. Berdasarkan mitologi Hindu dan Buddha, garuda erat
hubungannya dengan kehidupan dunia atas atau khayangan. Banyak gambaran tentang bentuk
dari burung garuda dan sebagian besar memiliki pandangan yang sama, yaitu sosok manusia
yang memiliki paruh dan sayap elang. Bangsa Indonesia mengenal burung garuda dari nenek
moyang mereka yang menorehkan gambar burung garuda ini pada relief dan arca pada candi-
candi yang berada di daerah kawasan Indonesia. Pada salah satu komplek Candi Prambanan
terdapat sebuah kisah yang menceritakan tentang manusia setengah burung yang bernama
garuda. Sosok inilah yang diperkirakan menjadi inspirasi dari lambang Garuda Pancasila
Garuda sebagai simbol melambangkan kekuatan dan kecepatan. Garuda pada kenyataan
tidak dapat ditemukan, tetapi menurut bangsa Indonesia sendiri wujud nyata dari burung garuda
adalah burung Elang Rajawali. Pada awalnya, bentuk dari Garuda Pancasila tidak seperti yang
sekarang ini. Bentuk dari Garuda Pancasila mengalami banyak perubahan.karena dirasa kurang
tepat dan belum mewakili dari bangsa Indonesia sendiri. Proses terciptanya lambang negara
Indonesia diawali oleh ide yang akhirnya mendapatkan persetujuan. Presiden Soekarno lalu
memerintahkan untuk merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara
Indonesia melalui sebuah panitia yaitu, Panitia Lencana Negara. Bentuk dasar yang dipilih
adalah burung garuda. Setelah perancangan gambar lambang Negara selesai dibuat, rancangan
diserahkan kepada Presiden Soekarno. Melalui rapat, diputuskan untuk memperbaiki pita yang
dicengkeram oleh garuda menjadi warna putih dengan tulisan Bhineka Tunggal Ika.
Dengan adanya ilmu yang mempelajari tentang tanda, yaitu semiotik, diharap dapat
memberikan penjelasan tentang makna yang terkandung dalam lambang Negara tersebut dan
alasan penggunaan burung garuda sebagai bentuk dasar lambang negara. Semiotik adalah sebuah
ilmu yang mempelajari tentang tanda yang digunakan untuk menggambarkan suatu hal.
Komunikasi pun berawal dari tanda, karena didalam tanda mengandung pesan dan makna
tersendiri. Dengan adanya tanda, maka akan mempermudah seseorang dalam berkomunikasi
karena tanda merupakan salah satu perantara seseorang dalam berkomunikasi. Semiotik
mengulas berbagai macam unsur interaksi dengan pengetahuan yang manusia miliki untuk
menghasilkan sebuah makna.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana simbol-simbol Garuda Pancasila menurut Analisis Semiotik?
C. TUJUAN
Ialah untuk mengetahui analisis dari simbol-simbol Garuda Pancasila sebagai lambang
negara Indonesia.
BAB II
ANALISIS SEMIOTIKA HUKUM LAMBANG NEGARA INDONESIA
A. PENGERTIAN SEMIOTIKA
Semiotika adalah sebuah disiplin ilmu dan metode analisis yang dapat mengkaji tanda tanda
yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui makna yang terkandung dalam objek tersebut.
Penjelasan Pasal 46 Undang-Undang No,mor 24 Tahun 2009 menyatakan : “ Yang
dimaksud dengan “Garuda Pancasila” adalah lambang berupa burung garuda yang sudah dikenal
melalui mitologi kuno yaitu burung yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan
sebagai Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menggambarkan bahwa Indonesia
adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
Penegasan semiotika dapat dipahami melalui teks hukum negara dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 Tentang Lambang Negara pada penjelasan Pasal 3 Burung
garuda, yang digantungi perisai itu, ialah lambang tenaga pembangun (creatif vermogen) seperti
dikenal pada peradaban Indonesia.
B. PENJELASAN SEMIOTIKA GARUDA PANCASILA
Burung garuda dari mythologi menurut perasaan Indonesia berdekatan dengan burung elang
rajawali. Burung itu dilukiskan dicandi Dieng, Prambanan dan Panataran. Ada kalanya dengan
memakai lukis berupa manusia dengan berparuh burung dan bersayap (Dieng); dicandi
Prambanan dan dicandi Jawa Timur rupanya seperti burung, dengan berparuh panjang berambut
raksasa dan bercakar. Lihatlah lukisan garuda dicandi Mendut, Prambanan dan dicandi-candi
Sukuh,Kedal di Jawa Timur. Umumnya maka garuda terkenal baikoleh archeologi,
Kesusasteraan dan mythologi Indonesia.Lencana garuda pernah dipakai oleh perabu Airlangga
pada abad kesebelas, dengan bernama Garudamukha. Menurut patung Belahan beliau dilukiskan
dengan mengendarai seekor garuda. Pergerakan Indonesia Muda (1928) pernah memakai panji-
panji sayap garuda yang ditengah-tengahnya berdiri sebilah keris di atas tiga gurisan garis. Sayap
garuda berbulu 17 (tanggal 17) dan ekornya berbulu 8 (bulan 8 = Agustus).
Bandingkan dengan teks hukum Pemerintah pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
1951 Tentang Lambang Negara. Pemerintah membagi struktur lambang negara menjadi tiga
bagian, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 1, Lambang Negara Republik Indonesia terbagi atas
tiga bagian, yaitu :
1. Burung Garuda, yang menengok dengan kepalanya lurus kesebelah kanannya;
2. Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda;
3. Semboyan ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Kemudian Pasal 4 menyatakan
ditengah-tengah perisai, yang berbentuk jantung itu, terdapat sebuah garis hitam tebal yang
maksudnya melukiskan katulistiwa (aequator).
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 Tentang Lambang Negara
menjelaskan secara rinci, burung garuda yang dikalungkan perisai, sebagaimana penjelasan Pasal
4 Perisai atau tameng dikenal oleh kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai senjata dalam
perjuangan mencapai tujuan dengan melindungi diri. Perkakas perjuangan yang sedemikian
dijadikan lambang; wujud dan artinya tetap tidak berubah-ubah, yaitu lambang perjuangan dan
perlindungan. Dengan mengambil bentuk perisai itu, maka Republik Indonesia berhubungan
langsung dengan peradaban Indonesia Asli.
Pasal 46 Undang –Undang Nomor 24 Tahun 2009, menyatakan; “semboyan Bhinneka
Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.Penjelasan Pasal 46 menjelaskan,
bahwa yang dimaksud dengan “semboyan Bhinneka Tunggal Ika” adalah pepatah lama yang
pernah dipakai oleh pujangga ternama Mpu Tantular. Kata bhinneka merupakan gabungan dua
kata: bhinna dan ika diartikan berbeda-beda tetapi tetap satu dan kata tunggal ika diartikan
bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan
menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bandingkan dengan teks hukum pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951
pada Pasal 5 menyatakan :Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan
dalam bahasa Jawa-Kuno, yang berbunyi : BHINNEKA TUNGGAL IKA. Kemudian penjelasan
Pasal 5. Perkataan Bhinneka itu ialah gabungan dua perkataan: bhinna dan ika. Kalimat
seluruhnya itu dapat disalin : berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Pepatah ini dalam sekarang
artinya, karena menggambarkan persatuan atau kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia, walaupun
ke luar memperlihatkan perbedaan atau perlainan. Kalimat itu telah tua dan pernah dipakai oleh
pujangga ternama Empu Tantular dalam arti : di antara pusparagam adalah kesatuan.
Kemudian makna garis hitam tebal pada perisai Pancasila dalam UU Nomor 24 Tahun
2009 Pasal 48 ayat (1) Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat
sebuah garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa Penjelsan Pasal 48 Ayat (1) Yang
dimaksud dengan “garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa” adalah garis untuk
melambangkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara merdeka dan
berdaulat yang dilintasi garis katulistiwa
Sedangkan Pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 Pasal 4. Ditengah-tengah
perisai, yang berbentuk jantung itu, terdapat sebuah garis hitam tebal yang maksudnya
melukiskan katulistiwa (aequator). Penjelasan Pasal 4 menjelaskan, bahwa Dengan garis yang
melukiskan katulistiwa (aequator) itu, maka ternyatalah bahwa Republik Indonesia satu-satunya
Negara Asli yang merdeka-berdaulat dipermukaan bumi berhawa-panas; garis katulistiwa
melewati Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Di daerah Kongo, di kepulauan Pasifik dan
Amerika Selatan tidak-lah (belumlah) terbentuk negara penduduk Asli. Jadi garis tengah itu
menimbulkan perasaan, bahwa Republik Indonesia ialah satusatunya Negara Asli yang merdeka-
berdaulat, terletak di katulistiwa dipermukaan bumi.
Mengapa menggunakan simbol hewan ? Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 1951 pada Pasal 1 menjelaskan, bahwa mengambil gambaran hewan untuk Lambang-
Negara bukanlah barang yang ganjil. Misalnya untuk lambang Republik India diambil lukisan
singa, lembu, kuda dan gajah, seperti tergambar pada tiang Maharaja Priyadarsi Asyoka berasal
dari Sarnath dekat Benares.
Kemudian dijelaskan secara semiotika dari mana asal lukisan garuda dalam peradaban
bangsa Indonesia ? Lukisan garuda diambil dari benda peradaban Indonesia, seperti hidup dalam
mythologi, symbologi dan kesusastraan Indonesia dan seperti pula tergambar pada beberapa
candi sejak abad ke 6 sampai ke-abad ke 16. Demikian pula makna semiotika terhadap
perisai, bahwa Perisai adalah asli, sedangkan arti semboyan yang dituliskan dengan huruf latin
berbahasa Jawa-kuno menunjukkan peradaban klassik.
Kemudian didalam lambang negara terdapat perisai, pada pasal 46 Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2009 dinyatakan :” perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada
leher Garuda”. Apa makna semiotika perisai ? dalam teks hukum penjelasan pasal 46 Undang-
Undang Nomor 24 tahun 2009 menyatakan: “ Yang dimaksud dengan “perisai” adalah tameng
yang telah dikenal lama dalam kebudayaan dan peradaban asli Indonesia sebagai bagian senjata
yang melambangkan perjuangan dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
Bandingkan dengan teks hukum negara oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 1951 pada Pasal 3. Garuda yang digantungi perisai dengan memakai paruh,
sayap, ekor dan cakar mewujudkan lambang tenaga pembangun. Demikian juga penjelasan Pasal
3 menjelaskan : Burung garuda, yang digantungi perisai itu, ialah lambang tenaga pembangun
(creatif vermogen), seperti dikenal pada peradaban Indonesia.
Selanjutnya terdapat seloka tertulis diatas pita, penjelasan Pasal 46 Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2009menyatakan, bahwa Yang dimaksud dengan “semboyan Bhinneka Tunggal
Ika” adalah pepatah lama yang pernah dipakai oleh pujangga ternama Mpu Tantular.
Kata bhinneka merupakan gabungan dua kata: bhinna dan ika diartikan berbeda-beda tetapi tetap
satu dan kata tunggal ika diartikan bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 47 ayat (1) Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 memiliki
paruh, sayap, ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga pembangunan. Ayat (2) Garuda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor
berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45.
Apa semiotika teks yang menyatakan “berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu
19, dan leher berbulu 45. ? Makna semiotikanya ditegaskan pada penjelasan Pasal 45 Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “sayap garuda berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan
leher berbulu 45” adalah lambang tanggal 17 Agustus 1945 yang merupakan waktu
pengumandangan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Pasal 48 ayat (1) Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa. Pasal 48 Ayat (2) Pada perisai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar
Pancasila sebagai berikut: a. dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di
bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima; b. dasar Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah
perisai; c. dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas
perisai; d. dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai;
dan e. dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan
padi di bagian kanan bawah perisai.
Berdasarkan Pasal 48 ayat (1) terdapat teks yang menyatakan, “sebuah garis hitam tebal
yang melukiskan katulistiwa, apa makna semiotika pernyataan ini ? Penjelasan Pasal 48
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa” adalah garis
untuk melambangkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara merdeka
dan berdaulat yang dilintasi garis katulistiwa. Pada Pasal 48 ayat (2) Huruf b, menyatakan tali
rantai bermata bulatan dan persegi, apa makna semiotikanya ? Mata rantai bulat yang
berjumlah 9 melambangkan unsur perempuan, mata rantai persegi yang berjumlah 8
melambangkan unsur laki-laki. Ketujuh belas mata rantai itu sambung menyambung tidak
terputus yang melambangkan unsur generasi penerus yang turun temurun Kemudian pada pasal
48 ayat (2) huruf e menyatakan lambang dengan kapas dan padi, apa makna semiotikanya,
pada penjelasan pasal 48 ayat (1) huruf e, menjelaskan, makna semiotika, yakni Kedua
tumbuhan kapas dan padi sesuai dengan hymne yang menempatkan pakaian (sandang) dan
makanan (pangan) sebagai simbol tujuan kemakmuran dan kesejahteraan.
Bagaimana tata warna lambang negara Indonesia? Pasal 49 Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2009 menyatakan ; Pasal 49 Lambang Negara menggunakan warna pokok yang terdiri
atas: a. warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai; b. warna putih di bagian kiri
atas dan kanan bawah perisai; c. warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda; d. warna
hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan e. warna alam untuk seluruh gambar
lambang.
Apa makna semiotika warna kuning emas, Penjelasan Pasal 49 Huruf c menyatakan,
bahwa yang dimaksud dengan “warna kuning emas” adalah warna kuning keemasan secara
digital memunyai kadar MHB: merah 255, hijau 255, dan biru 0. Warna kuning
emas melambangkan keagungan bangsa atau keluhuran Negara.
Bandingkan dengan makna semiotika warna lambang neagara pada penjelasan Pasal 2
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951. Warna-kemegahan emas bermaksud kebesaran
bangsa atau keluhuran Negara. Warna-warna pembantu dilukiskan dengan hitam atau meniru
seperti yang sebenarnya dalam alam.
Mengapa perisai yang berbentung jantung berisi semiotika sila ke satu Pancasila
menggunakan warna hitam ? Penjelasan Pasal 49 hurud d menyatakan; Yang dimaksud dengan
“warna hitam” adalah warna hitam yang secara digital mempunyai kadar MHB: merah 0, hijau 0,
biru 0. Warna hitam menggambarkan siklus dan jalinan kehidupan umat manusia dari awal mula
penciptaan hingga akhir kehidupan. Kemudian apa yang dimaksud warna alam untuk seluruh
lambang ? Penjelasan pasal 49 Huruf e, bahwa yang dimaksud dengan “warna alam” adalah
warna-warna yang menyerupai warna benda dan makhluk hidup yang ada di alam. Warna-warna
itu menggambarkan semangat dan dinamika kehidupan di alam semesta ini.
Jika kita bandingkan dengan makna tata warna lambang negara dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 1961 Tentang Lambang Negara, menyatakan pada Pasal
2. Perbandingan-perbandingan ukuran adalah menurut gambar tersebut dalam pasal 6. Warna
terutama yang dipakai adalah tiga, yaitu Merah, Putih dan Kuning emas, sedang dipakai pula
warna hitam dan warna yang sebenarnya dalam alam. Warna emas dipakai untuk seluruh burung
Garuda, dan Merah-Putih didapat pada ruangan perisai di tengah-tengah.
Kemudian bagaimana tata cara penggunaan lambang negara dalam praktek kenegaraan ?
Penggunaan lambang negara diatur pada Pasal 51 Undang-Undang Npmor 24 Tahun 2009 yang
menyatakan, bahwa Lambang Negara wajib digunakan di:a. dalam gedung, kantor, atau ruang
kelas satuan pendidikan; b. luar gedung atau kantor; c. lembaran negara, tambahan lembaran
negara, berita negara, dan tambahan berita negara; d. paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang
diterbitkan pemerintah; e. uang logam dan uang kertas; atau f. materai.
Pasal 52 Lambang Negara dapat digunakan: a. sebagai cap atau kop surat jabatan; b.
sebagai cap dinas untuk kantor; c. pada kertas bermaterai; d. pada surat dan lencana gelar
pahlawan, tanda jasa, dan tanda kehormatan; e. sebagai lencana atau atribut pejabat negara,
pejabat pemerintah atau warga negara Indonesia yang sedang mengemban tugas negara di luar
negeri; f. dalam penyelenggaraan peristiwa resmi; g. dalam buku dan majalah yang diterbitkan
oleh Pemerintah; h. dalam buku kumpulan undang-undang; dan/atau i. di rumah warga negara
Indonesia.
Pasal 53 ayat (1) Penggunaan Lambang Negara di dalam gedung, kantor atau ruang
kelas satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a dipasang pada: a. gedung
dan/atau kantor Presiden dan Wakil Presiden; b. gedung dan/atau kantor lembaga negara; c.
gedung dan/atau kantor instansi pemerintah; dan d. gedung dan/atau kantor lainnya. Pasal 53
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “penggunaan Lambang Negara di dalam gedung atau kantor”
adalah untuk menunjukkan kewibawaan negara yang penggunaannya dibatasi hanya pada kantor
dinas.
Penjelasan Pasal 53 Huruf b Yang dimaksud dengan “lembaga negara” antara lain:
Presiden dan Wakil Presiden, Menteri dan pejabat setingkat menteri, Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan.Kemudian Penjelasan Pasal 53
Huruf d Yang dimaksud dengan “gedung atau kantor lain” adalah gedung sekolah, kantor
perusahaan swasta, organisasi dan lembaga-lembaga.
Pasal 53 ayat (2) Penggunaan Lambang Negara di luar gedung atau kantor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 huruf b pada: a. istana Presiden dan Wakil Presiden; b. rumah jabatan
Presiden dan Wakil Presiden; c. gedung atau kantor dan rumah jabatan kepala perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri; dan d. rumah jabatan gubernur, bupati, walikota, dan camat.
Penjelasan Pasal 53 Ayat (2) Yang dimaksud dengan “penggunaan Lambang Negara di luar
gedung atau kantor” adalah penggunaan Lambang Negara sebagai lambang keistimewaan yang
penggunaannya ditempatkan di muka sebelah luar pada rumah jabatan (ambtswoning) yang
disediakan khusus untuk pejabat negara.
Pasal 53 ayat (3) Penggunaan Lambang Negara di dalam gedung atau kantor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 huruf a dan di luar gedung atau kantor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf b diletakkan pada tempat tertentu. Penjelasan Pasal 53 Ayat (3) Yang
dimaksud dengan “tempat tertentu” adalah tempat yang pantas, menarik perhatian orang, mudah
dilihat, dan tampak baik bagi pandangan mata semua orang yang datang dan berada di gedung
atau kantor tersebut.
Pasal 53 ayat (4) Penggunaan Lambang Negara pada lembaran negara, tambahan
lembaran negara, berita negara, dan tambahan berita negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 huruf c diletakkan di bagian tengah atas halaman pertama dokumen.
Pasal 53 ayat (5) Penggunaan Lambang Negara pada paspor, ijazah, dan dokumen resmi
yang diterbitkan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf d diletakkan di bagian
tengah halaman dokumen. Pasal 54 ayat (1) Lambang Negara sebagai cap atau kop surat jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf a digunakan oleh:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Dewan Perwakilan Rakyat;
d. Dewan Perwakilan Daerah;
e. Mahkamah Agung dan badan peradilan; Pasal 54 ayat (1) Huruf e Yang dimaksud dengan
“badan peradilan” antara lain Mahkamah Konstitusi
f. Badan Pemeriksa Keuangan;
g. menteri dan pejabat setingkat menteri;
h. kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar
luar biasa dan berkuasa penuh, konsul jenderal, konsul, dan kuasa usaha tetap, konsul jenderal
kehormatan, dan konsul kehormatan; i. gubernur, bupati atau walikota; j. notaris; dan k. pejabat
negara lainnya yang ditentukan undang-undang.
Pasal 54 ayat (2) Penggunaan Lambang Negara sebagai cap dinas untuk kantor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf b digunakan untuk kantor: a. Presiden dan Wakil
Presiden; b. Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Dewan Perwakilan Rakyat; d. Dewan
Perwakilan Daerah; e. Mahkamah Agung dan badan peradilan; f. Badan Pemeriksa Keuangan; g.
menteri dan pejabat setingkat menteri; h. kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh, konsul jenderal, konsul,
dan kuasa usaha tetap, konsul jenderal kehormatan, dan konsul kehormatan; i. gubernur, bupati
atau walikota; j. notaris; dan k. pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undangundang.
Pasal 54 ayat (3) Lambang Negara sebagai lencana atau atribut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 huruf e dipasang pada pakaian di dada sebelah kiri. (4) Lambang Negara yang
digunakan dalam penyelenggaraan peristiwa resmi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf
f dipasang pada gapura dan/atau bangunan lain yang pantas.
Pasal 55 ayat (1) Dalam hal Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan
Bendera Negara, gambar Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden, penggunaannya diatur
dengan ketentuan: a. Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada
Bendera Negara; dan b. gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden ditempatkan
sejajar dan dipasang lebih rendah daripada Lambang Negara. Pasal 55 ayat (2) Dalam hal
Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dipasang di dinding, Lambang
Negara diletakkan di tengah atas antara gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden.
Pasal 56 ayat (1) Ukuran Lambang Negara disesuaikan dengan ukuran ruangan dan
tempat sebagaimana tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
Pasal 56 ayat (2) Lambang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dibuat dari bahan
yang kuat. Penjelasan Pasal 56 Ayat (2) Yang dimaksud dengan “Lambang Negara dibuat dari
bahan yang kuat” adalah bahwa Lambang Negara harus dibuat dari bahan cor semen, metal,
campuran besi atau campuran bahan lain yang liat dan kuat, sehingga bentuk Lambang Negara
terlihat kokoh dan kuat, dapat digunakan untuk waktu yang lama, tidak mudah patah, hancur
ataupun tidak cepat rusak.
Apa saja Larangan penggunaan lambang negara ? Pasal 57 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 ? menyatakan, Setiap orang dilarang: a. mencoret, menulisi, menggambari, atau
membuat rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan
kehormatan Lambang Negara; b. menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai
dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran; c. membuat lambang untuk perseorangan,
partai politik, perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai
Lambang Negara; dan d. menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur
dalam Undang-Undang ini.
Bagaimana sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, khususnya
berkaitana dengan laranan penggunaan lambang negara yang tidak sesuai dengan undang-undang
ini ? Pasal 69 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), setiap orang yang: a. dengan sengaja
menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan
perbandingan ukuran; b. membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan,
organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang Negara; atau c. dengan
sengaja menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur dalam Undang-
Undang ini.
Pasal 68 Setiap orang yang mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak
Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah.Berikut.
C. TABULASI SEMIOTIKA
A. Kesimpulan
Lambang Negara Indonesia adalalah garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
TunggalIka. Lambang Negara Indonesia berbentuk burung garuda yang kepalanya menoleh ke
sebela kanan dari sudut pandang Garuda, perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti Berbeda beda
tetapi tetap satu ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh
Sultan Hamid II dari Pontianak , yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno,dan
diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Lambang negara Garuda Pansila diatur
penggunaannya dalamperaturan pemerinta No. 43/1958
B. Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan arahan serta
bimbingan. Kritik dan saran akan sangat diharapkan, dimana bisa membangun dan menuntun
kami agar bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi pemakalah. Mohon maaf apabila ada kekurangan pada penulisan maupun
isi makalah serta terimakasih atas arahan serta saran dan kritiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid,Sultan II kepada Solichin Salam (1967 )sebagaimana ditulis kembali Max Yusuf Al
Kadrie