Anda di halaman 1dari 30

SEMIOTIKA LAMBANG NEGARA GARUDA PANCASILA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah pendidikan PKn SD


Dosen Pengampu : Mufarizuddin, MP.d

Oleh Kelompok 2:
Rizal Afrialdi 2186206160

Anugrah Esa Lestari 2186206020

Annisa Elviani 2186206018

Illia Hazana 2186206078

Sartika Syahni 2186206222

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Pendidikan
PKN SD tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kami, untuk itu salam terima
kasih kami ucapkan untuk dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam
membuat makalah ini. Dan tidak lupa juga terima kasih buat teman- teman yang telah
ikut memberi semangat pada kami.
Kami menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh
karena itu kepada para pembaca, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif
demi kesempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Amin ya robbal
Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bangkinang, 22 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SEMIOTIKA LAMBANG NEGARA GARUDA PANCASILA....................................................1


KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 5
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................5
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................6
C. TUJUAN.......................................................................................................................................6
BAB II ANALISIS SEMIOTIKA HUKUM LAMBANG NEGARA INDONESIA.......................7
A. PENGERTIAN SEMIOTIKA.......................................................................................................7
B. PENJELASAN SEMIOTIKA GARUDA PANCASILA..............................................................7
C. TABULASI SEMIOTIKA..........................................................................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................... 30
A. Kesimpulan.................................................................................................................................30
B. Saran...........................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Garuda Pancasila adalah lambang Negara Indonesia. Burung garuda hanyalah sebuah
hewan fiktif yang hanya ada dalam mitos. Berdasarkan mitologi Hindu dan Buddha, garuda erat
hubungannya dengan kehidupan dunia atas atau khayangan. Banyak gambaran tentang bentuk
dari burung garuda dan sebagian besar memiliki pandangan yang sama, yaitu sosok manusia
yang memiliki paruh dan sayap elang. Bangsa Indonesia mengenal burung garuda dari nenek
moyang mereka yang menorehkan gambar burung garuda ini pada relief dan arca pada candi-
candi yang berada di daerah kawasan Indonesia. Pada salah satu komplek Candi Prambanan
terdapat sebuah kisah yang menceritakan tentang manusia setengah burung yang bernama
garuda. Sosok inilah yang diperkirakan menjadi inspirasi dari lambang Garuda Pancasila
Garuda sebagai simbol melambangkan kekuatan dan kecepatan. Garuda pada kenyataan
tidak dapat ditemukan, tetapi menurut bangsa Indonesia sendiri wujud nyata dari burung garuda
adalah burung Elang Rajawali. Pada awalnya, bentuk dari Garuda Pancasila tidak seperti yang
sekarang ini. Bentuk dari Garuda Pancasila mengalami banyak perubahan.karena dirasa kurang
tepat dan belum mewakili dari bangsa Indonesia sendiri. Proses terciptanya lambang negara
Indonesia diawali oleh ide yang akhirnya mendapatkan persetujuan. Presiden Soekarno lalu
memerintahkan untuk merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara
Indonesia melalui sebuah panitia yaitu, Panitia Lencana Negara. Bentuk dasar yang dipilih
adalah burung garuda. Setelah perancangan gambar lambang Negara selesai dibuat, rancangan
diserahkan kepada Presiden Soekarno. Melalui rapat, diputuskan untuk memperbaiki pita yang
dicengkeram oleh garuda menjadi warna putih dengan tulisan Bhineka Tunggal Ika.
Dengan adanya ilmu yang mempelajari tentang tanda, yaitu semiotik, diharap dapat
memberikan penjelasan tentang makna yang terkandung dalam lambang Negara tersebut dan
alasan penggunaan burung garuda sebagai bentuk dasar lambang negara. Semiotik adalah sebuah
ilmu yang mempelajari tentang tanda yang digunakan untuk menggambarkan suatu hal.
Komunikasi pun berawal dari tanda, karena didalam tanda mengandung pesan dan makna
tersendiri. Dengan adanya tanda, maka akan mempermudah seseorang dalam berkomunikasi
karena tanda merupakan salah satu perantara seseorang dalam berkomunikasi. Semiotik
mengulas berbagai macam unsur interaksi dengan pengetahuan yang manusia miliki untuk
menghasilkan sebuah makna.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana simbol-simbol Garuda Pancasila menurut Analisis Semiotik?
C. TUJUAN
Ialah untuk mengetahui analisis dari simbol-simbol Garuda Pancasila sebagai lambang
negara Indonesia.
BAB II
ANALISIS SEMIOTIKA HUKUM LAMBANG NEGARA INDONESIA

A. PENGERTIAN SEMIOTIKA
Semiotika adalah sebuah disiplin ilmu dan metode analisis yang dapat mengkaji tanda tanda
yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui makna yang terkandung dalam objek tersebut.
Penjelasan Pasal 46 Undang-Undang No,mor 24 Tahun 2009 menyatakan : “ Yang
dimaksud dengan “Garuda Pancasila” adalah lambang berupa burung garuda yang sudah dikenal
melalui mitologi kuno yaitu burung yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan
sebagai Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menggambarkan bahwa Indonesia
adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
Penegasan semiotika dapat dipahami melalui teks hukum negara dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 Tentang Lambang Negara pada penjelasan Pasal 3 Burung
garuda, yang digantungi perisai itu, ialah lambang tenaga pembangun (creatif vermogen) seperti
dikenal pada peradaban Indonesia.
B. PENJELASAN SEMIOTIKA GARUDA PANCASILA
Burung garuda dari mythologi menurut perasaan Indonesia berdekatan dengan burung elang
rajawali. Burung itu dilukiskan dicandi Dieng, Prambanan dan Panataran. Ada kalanya dengan
memakai lukis berupa manusia dengan berparuh burung dan bersayap (Dieng); dicandi
Prambanan dan dicandi Jawa Timur rupanya seperti burung, dengan berparuh panjang berambut
raksasa dan bercakar. Lihatlah lukisan garuda dicandi Mendut, Prambanan dan dicandi-candi
Sukuh,Kedal di Jawa Timur. Umumnya maka garuda terkenal baikoleh archeologi,
Kesusasteraan dan mythologi Indonesia.Lencana garuda pernah dipakai oleh perabu Airlangga
pada abad kesebelas, dengan bernama Garudamukha. Menurut patung Belahan beliau dilukiskan
dengan mengendarai seekor garuda. Pergerakan Indonesia Muda (1928) pernah memakai panji-
panji sayap garuda yang ditengah-tengahnya berdiri sebilah keris di atas tiga gurisan garis. Sayap
garuda berbulu 17 (tanggal 17) dan ekornya berbulu 8 (bulan 8 = Agustus).
Bandingkan dengan teks hukum Pemerintah pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
1951 Tentang Lambang Negara. Pemerintah membagi struktur lambang negara menjadi tiga
bagian, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 1, Lambang Negara Republik Indonesia terbagi atas
tiga bagian, yaitu :
1. Burung Garuda, yang menengok dengan kepalanya lurus kesebelah kanannya;
2. Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda;
3. Semboyan ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Kemudian Pasal 4 menyatakan
ditengah-tengah perisai, yang berbentuk jantung itu, terdapat sebuah garis hitam tebal yang
maksudnya melukiskan katulistiwa (aequator).
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 Tentang Lambang Negara
menjelaskan secara rinci, burung garuda yang dikalungkan perisai, sebagaimana penjelasan Pasal
4 Perisai atau tameng dikenal oleh kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai senjata dalam
perjuangan mencapai tujuan dengan melindungi diri. Perkakas perjuangan yang sedemikian
dijadikan lambang; wujud dan artinya tetap tidak berubah-ubah, yaitu lambang perjuangan dan
perlindungan. Dengan mengambil bentuk perisai itu, maka Republik Indonesia berhubungan
langsung dengan peradaban Indonesia Asli.
Pasal 46 Undang –Undang Nomor 24 Tahun 2009, menyatakan; “semboyan Bhinneka
Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.Penjelasan Pasal 46 menjelaskan,
bahwa yang dimaksud dengan “semboyan Bhinneka Tunggal Ika” adalah pepatah lama yang
pernah dipakai oleh pujangga ternama Mpu Tantular. Kata bhinneka merupakan gabungan dua
kata: bhinna dan ika diartikan berbeda-beda tetapi tetap satu dan kata tunggal ika diartikan
bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan
menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bandingkan dengan teks hukum pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951
pada Pasal 5 menyatakan :Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan
dalam bahasa Jawa-Kuno, yang berbunyi : BHINNEKA TUNGGAL IKA. Kemudian penjelasan
Pasal 5. Perkataan Bhinneka itu ialah gabungan dua perkataan: bhinna dan ika. Kalimat
seluruhnya itu dapat disalin : berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Pepatah ini dalam sekarang
artinya, karena menggambarkan persatuan atau kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia, walaupun
ke luar memperlihatkan perbedaan atau perlainan. Kalimat itu telah tua dan pernah dipakai oleh
pujangga ternama Empu Tantular dalam arti : di antara pusparagam adalah kesatuan.
Kemudian makna garis hitam tebal pada perisai Pancasila dalam UU Nomor 24 Tahun
2009 Pasal 48 ayat (1) Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat
sebuah garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa Penjelsan Pasal 48 Ayat (1) Yang
dimaksud dengan “garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa” adalah garis untuk
melambangkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara merdeka dan
berdaulat yang dilintasi garis katulistiwa
Sedangkan Pada Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 Pasal 4. Ditengah-tengah
perisai, yang berbentuk jantung itu, terdapat sebuah garis hitam tebal yang maksudnya
melukiskan katulistiwa (aequator). Penjelasan Pasal 4 menjelaskan, bahwa Dengan garis yang
melukiskan katulistiwa (aequator) itu, maka ternyatalah bahwa Republik Indonesia satu-satunya
Negara Asli yang merdeka-berdaulat dipermukaan bumi berhawa-panas; garis katulistiwa
melewati Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian. Di daerah Kongo, di kepulauan Pasifik dan
Amerika Selatan tidak-lah (belumlah) terbentuk negara penduduk Asli. Jadi garis tengah itu
menimbulkan perasaan, bahwa Republik Indonesia ialah satusatunya Negara Asli yang merdeka-
berdaulat, terletak di katulistiwa dipermukaan bumi.
Mengapa menggunakan simbol hewan ? Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 66
Tahun 1951 pada Pasal 1 menjelaskan, bahwa mengambil gambaran hewan untuk Lambang-
Negara bukanlah barang yang ganjil. Misalnya untuk lambang Republik India diambil lukisan
singa, lembu, kuda dan gajah, seperti tergambar pada tiang Maharaja Priyadarsi Asyoka berasal
dari Sarnath dekat Benares.
Kemudian dijelaskan secara semiotika dari mana asal lukisan garuda dalam peradaban
bangsa Indonesia ? Lukisan garuda diambil dari benda peradaban Indonesia, seperti hidup dalam
mythologi, symbologi dan kesusastraan Indonesia dan seperti pula tergambar pada beberapa
candi sejak abad ke 6 sampai ke-abad ke 16. Demikian pula makna semiotika terhadap
perisai, bahwa Perisai adalah asli, sedangkan arti semboyan yang dituliskan dengan huruf latin
berbahasa Jawa-kuno menunjukkan peradaban klassik.
Kemudian didalam lambang negara terdapat perisai, pada pasal 46 Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2009 dinyatakan :” perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada
leher Garuda”. Apa makna semiotika perisai ? dalam teks hukum penjelasan pasal 46 Undang-
Undang Nomor 24 tahun 2009 menyatakan: “ Yang dimaksud dengan “perisai” adalah tameng
yang telah dikenal lama dalam kebudayaan dan peradaban asli Indonesia sebagai bagian senjata
yang melambangkan perjuangan dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
Bandingkan dengan teks hukum negara oleh pemerintah dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 1951 pada Pasal 3. Garuda yang digantungi perisai dengan memakai paruh,
sayap, ekor dan cakar mewujudkan lambang tenaga pembangun. Demikian juga penjelasan Pasal
3 menjelaskan : Burung garuda, yang digantungi perisai itu, ialah lambang tenaga pembangun
(creatif vermogen), seperti dikenal pada peradaban Indonesia.
Selanjutnya terdapat seloka tertulis diatas pita, penjelasan Pasal 46 Undang-Undang
Nomor 24 tahun 2009menyatakan, bahwa Yang dimaksud dengan “semboyan Bhinneka Tunggal
Ika” adalah pepatah lama yang pernah dipakai oleh pujangga ternama Mpu Tantular.
Kata bhinneka merupakan gabungan dua kata: bhinna dan ika diartikan berbeda-beda tetapi tetap
satu dan kata tunggal ika diartikan bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu
kesatuan. Semboyan ini digunakan menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 47 ayat (1) Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 memiliki
paruh, sayap, ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga pembangunan. Ayat (2) Garuda
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor
berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45.
Apa semiotika teks yang menyatakan “berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu
19, dan leher berbulu 45. ? Makna semiotikanya ditegaskan pada penjelasan Pasal 45 Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “sayap garuda berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan
leher berbulu 45” adalah lambang tanggal 17 Agustus 1945 yang merupakan waktu
pengumandangan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Pasal 48 ayat (1) Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa. Pasal 48 Ayat (2) Pada perisai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar
Pancasila sebagai berikut: a. dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di
bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima; b. dasar Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah
perisai; c. dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas
perisai; d. dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai;
dan e. dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan
padi di bagian kanan bawah perisai.
Berdasarkan Pasal 48 ayat (1) terdapat teks yang menyatakan, “sebuah garis hitam tebal
yang melukiskan katulistiwa, apa makna semiotika pernyataan ini ? Penjelasan Pasal 48
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa” adalah garis
untuk melambangkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara merdeka
dan berdaulat yang dilintasi garis katulistiwa. Pada Pasal 48 ayat (2) Huruf b, menyatakan tali
rantai bermata bulatan dan persegi, apa makna semiotikanya ? Mata rantai bulat yang
berjumlah 9 melambangkan unsur perempuan, mata rantai persegi yang berjumlah 8
melambangkan unsur laki-laki. Ketujuh belas mata rantai itu sambung menyambung tidak
terputus yang melambangkan unsur generasi penerus yang turun temurun Kemudian pada pasal
48 ayat (2) huruf e menyatakan lambang dengan kapas dan padi, apa makna semiotikanya,
pada penjelasan pasal 48 ayat (1) huruf e, menjelaskan, makna semiotika, yakni Kedua
tumbuhan kapas dan padi sesuai dengan hymne yang menempatkan pakaian (sandang) dan
makanan (pangan) sebagai simbol tujuan kemakmuran dan kesejahteraan.
Bagaimana tata warna lambang negara Indonesia? Pasal 49 Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2009 menyatakan ; Pasal 49 Lambang Negara menggunakan warna pokok yang terdiri
atas: a. warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai; b. warna putih di bagian kiri
atas dan kanan bawah perisai; c. warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda; d. warna
hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan e. warna alam untuk seluruh gambar
lambang.
Apa makna semiotika warna kuning emas, Penjelasan Pasal 49 Huruf c menyatakan,
bahwa yang dimaksud dengan “warna kuning emas” adalah warna kuning keemasan secara
digital memunyai kadar MHB: merah 255, hijau 255, dan biru 0. Warna kuning
emas melambangkan keagungan bangsa atau keluhuran Negara.
Bandingkan dengan makna semiotika warna lambang neagara pada penjelasan Pasal 2
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951. Warna-kemegahan emas bermaksud kebesaran
bangsa atau keluhuran Negara. Warna-warna pembantu dilukiskan dengan hitam atau meniru
seperti yang sebenarnya dalam alam.
Mengapa perisai yang berbentung jantung berisi semiotika sila ke satu Pancasila
menggunakan warna hitam ? Penjelasan Pasal 49 hurud d menyatakan; Yang dimaksud dengan
“warna hitam” adalah warna hitam yang secara digital mempunyai kadar MHB: merah 0, hijau 0,
biru 0. Warna hitam menggambarkan siklus dan jalinan kehidupan umat manusia dari awal mula
penciptaan hingga akhir kehidupan. Kemudian apa yang dimaksud warna alam untuk seluruh
lambang ? Penjelasan pasal 49 Huruf e, bahwa yang dimaksud dengan “warna alam” adalah
warna-warna yang menyerupai warna benda dan makhluk hidup yang ada di alam. Warna-warna
itu menggambarkan semangat dan dinamika kehidupan di alam semesta ini.
Jika kita bandingkan dengan makna tata warna lambang negara dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 1961 Tentang Lambang Negara, menyatakan pada Pasal
2. Perbandingan-perbandingan ukuran adalah menurut gambar tersebut dalam pasal 6. Warna
terutama yang dipakai adalah tiga, yaitu Merah, Putih dan Kuning emas, sedang dipakai pula
warna hitam dan warna yang sebenarnya dalam alam. Warna emas dipakai untuk seluruh burung
Garuda, dan Merah-Putih didapat pada ruangan perisai di tengah-tengah.
Kemudian bagaimana tata cara penggunaan lambang negara dalam praktek kenegaraan ?
Penggunaan lambang negara diatur pada Pasal 51 Undang-Undang Npmor 24 Tahun 2009 yang
menyatakan, bahwa Lambang Negara wajib digunakan di:a. dalam gedung, kantor, atau ruang
kelas satuan pendidikan; b. luar gedung atau kantor; c. lembaran negara, tambahan lembaran
negara, berita negara, dan tambahan berita negara; d. paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang
diterbitkan pemerintah; e. uang logam dan uang kertas; atau f. materai.
Pasal 52 Lambang Negara dapat digunakan: a. sebagai cap atau kop surat jabatan; b.
sebagai cap dinas untuk kantor; c. pada kertas bermaterai; d. pada surat dan lencana gelar
pahlawan, tanda jasa, dan tanda kehormatan; e. sebagai lencana atau atribut pejabat negara,
pejabat pemerintah atau warga negara Indonesia yang sedang mengemban tugas negara di luar
negeri; f. dalam penyelenggaraan peristiwa resmi; g. dalam buku dan majalah yang diterbitkan
oleh Pemerintah; h. dalam buku kumpulan undang-undang; dan/atau i. di rumah warga negara
Indonesia.
Pasal 53 ayat (1) Penggunaan Lambang Negara di dalam gedung, kantor atau ruang
kelas satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a dipasang pada: a. gedung
dan/atau kantor Presiden dan Wakil Presiden; b. gedung dan/atau kantor lembaga negara; c.
gedung dan/atau kantor instansi pemerintah; dan d. gedung dan/atau kantor lainnya. Pasal 53
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “penggunaan Lambang Negara di dalam gedung atau kantor”
adalah untuk menunjukkan kewibawaan negara yang penggunaannya dibatasi hanya pada kantor
dinas.
Penjelasan Pasal 53 Huruf b Yang dimaksud dengan “lembaga negara” antara lain:
Presiden dan Wakil Presiden, Menteri dan pejabat setingkat menteri, Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan.Kemudian Penjelasan Pasal 53
Huruf d Yang dimaksud dengan “gedung atau kantor lain” adalah gedung sekolah, kantor
perusahaan swasta, organisasi dan lembaga-lembaga.
Pasal 53 ayat (2) Penggunaan Lambang Negara di luar gedung atau kantor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 huruf b pada: a. istana Presiden dan Wakil Presiden; b. rumah jabatan
Presiden dan Wakil Presiden; c. gedung atau kantor dan rumah jabatan kepala perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri; dan d. rumah jabatan gubernur, bupati, walikota, dan camat.
Penjelasan Pasal 53 Ayat (2) Yang dimaksud dengan “penggunaan Lambang Negara di luar
gedung atau kantor” adalah penggunaan Lambang Negara sebagai lambang keistimewaan yang
penggunaannya ditempatkan di muka sebelah luar pada rumah jabatan (ambtswoning) yang
disediakan khusus untuk pejabat negara.
Pasal 53 ayat (3) Penggunaan Lambang Negara di dalam gedung atau kantor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 huruf a dan di luar gedung atau kantor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 huruf b diletakkan pada tempat tertentu. Penjelasan Pasal 53 Ayat (3) Yang
dimaksud dengan “tempat tertentu” adalah tempat yang pantas, menarik perhatian orang, mudah
dilihat, dan tampak baik bagi pandangan mata semua orang yang datang dan berada di gedung
atau kantor tersebut.
Pasal 53 ayat (4) Penggunaan Lambang Negara pada lembaran negara, tambahan
lembaran negara, berita negara, dan tambahan berita negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 huruf c diletakkan di bagian tengah atas halaman pertama dokumen.
Pasal 53 ayat (5) Penggunaan Lambang Negara pada paspor, ijazah, dan dokumen resmi
yang diterbitkan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf d diletakkan di bagian
tengah halaman dokumen. Pasal 54 ayat (1) Lambang Negara sebagai cap atau kop surat jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf a digunakan oleh:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Dewan Perwakilan Rakyat;
d. Dewan Perwakilan Daerah;
e. Mahkamah Agung dan badan peradilan; Pasal 54 ayat (1) Huruf e Yang dimaksud dengan
“badan peradilan” antara lain Mahkamah Konstitusi
f. Badan Pemeriksa Keuangan;
g. menteri dan pejabat setingkat menteri;
h. kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai duta besar
luar biasa dan berkuasa penuh, konsul jenderal, konsul, dan kuasa usaha tetap, konsul jenderal
kehormatan, dan konsul kehormatan; i. gubernur, bupati atau walikota; j. notaris; dan k. pejabat
negara lainnya yang ditentukan undang-undang.
Pasal 54 ayat (2) Penggunaan Lambang Negara sebagai cap dinas untuk kantor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf b digunakan untuk kantor: a. Presiden dan Wakil
Presiden; b. Majelis Permusyawaratan Rakyat; c. Dewan Perwakilan Rakyat; d. Dewan
Perwakilan Daerah; e. Mahkamah Agung dan badan peradilan; f. Badan Pemeriksa Keuangan; g.
menteri dan pejabat setingkat menteri; h. kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh, konsul jenderal, konsul,
dan kuasa usaha tetap, konsul jenderal kehormatan, dan konsul kehormatan; i. gubernur, bupati
atau walikota; j. notaris; dan k. pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undangundang.
Pasal 54 ayat (3) Lambang Negara sebagai lencana atau atribut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 huruf e dipasang pada pakaian di dada sebelah kiri. (4) Lambang Negara yang
digunakan dalam penyelenggaraan peristiwa resmi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 huruf
f dipasang pada gapura dan/atau bangunan lain yang pantas.
Pasal 55 ayat (1) Dalam hal Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan
Bendera Negara, gambar Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden, penggunaannya diatur
dengan ketentuan: a. Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada
Bendera Negara; dan b. gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden ditempatkan
sejajar dan dipasang lebih rendah daripada Lambang Negara. Pasal 55 ayat (2) Dalam hal
Bendera Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dipasang di dinding, Lambang
Negara diletakkan di tengah atas antara gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden.
Pasal 56 ayat (1) Ukuran Lambang Negara disesuaikan dengan ukuran ruangan dan
tempat sebagaimana tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.
Pasal 56 ayat (2) Lambang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dibuat dari bahan
yang kuat. Penjelasan Pasal 56 Ayat (2) Yang dimaksud dengan “Lambang Negara dibuat dari
bahan yang kuat” adalah bahwa Lambang Negara harus dibuat dari bahan cor semen, metal,
campuran besi atau campuran bahan lain yang liat dan kuat, sehingga bentuk Lambang Negara
terlihat kokoh dan kuat, dapat digunakan untuk waktu yang lama, tidak mudah patah, hancur
ataupun tidak cepat rusak.
Apa saja Larangan penggunaan lambang negara ? Pasal 57 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2009 ? menyatakan, Setiap orang dilarang: a. mencoret, menulisi, menggambari, atau
membuat rusak Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan
kehormatan Lambang Negara; b. menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai
dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran; c. membuat lambang untuk perseorangan,
partai politik, perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai
Lambang Negara; dan d. menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur
dalam Undang-Undang ini.
Bagaimana sanksi Pelanggaran Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, khususnya
berkaitana dengan laranan penggunaan lambang negara yang tidak sesuai dengan undang-undang
ini ? Pasal 69 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), setiap orang yang: a. dengan sengaja
menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan
perbandingan ukuran; b. membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan,
organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang Negara; atau c. dengan
sengaja menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur dalam Undang-
Undang ini.
Pasal 68 Setiap orang yang mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak
Lambang Negara dengan maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah.Berikut.
C. TABULASI SEMIOTIKA

Kode Peraturan Pemerintah Undang-Undang Makna Semiotika


Semiotik Nomor 66 Tahun 1951 Nomor 24 Tahun 2009 Masing Unsur Dalam
a Tentang Lambang Negara Tentang Bendera, Lambang Negara
Bahasa, Lambang
Negara serta Lagu
Kebangsaan
Simbol Pasal 1. Lambang Negara Pasal 46 : Lambang PP No 66 Tahun 1951
Garuda Republik Indonesia terbagi Negara Kesatuan 1.Burung garuda dari
atas tiga bagian, yaitu : 1. Republik mythologi menurut
Burung Garuda, yang Indonesia berbentuk perasaan
menengok dengan Garuda Pancasila yang Indonesia berdekatan
kepalanya lurus kesebelah kepalanya menoleh dengan burung elang
kanannya; 2. Perisai berupa lurus ke sebelah kanan, rajawali
jantung yang digantung perisai berupa jantung
dengan rantai pada leher yang digantung dengan UU No 24 Tahun 2009
Garuda; 3. Semboyan rantai pada 1.Garuda Pancasila”
ditulis di atas pita yang leher Garuda, dan adalah lambang berupa
dicengkeram oleh semboyan Bhinneka burung garuda yang
Garuda. Kemudian Pasal 4 Tunggal Ika ditulis di sudah dikenal melalui
menyatakan ditengah- atas pita yang mitologi kuno yaitu
tengah perisai, yang dicengkeram burung yang menyerupai
berbentuk jantung itu, oleh Garuda. yang burung elang rajawali.
terdapat sebuah garis hitam dimaksud dengan
tebal yang maksudnya “berbentuk Garuda PP No 66 Tahun 1951
melukiskan katulistiwa Pancasila”? Penjelasan
(aequator). Pasal 46 Undang- 2.Burung garuda, yang
Pasal 3 Burung garuda, Undang No,mor 24 digantungi perisai itu,
yang digantungi perisai itu, Tahun 2009 ialah lambang tenaga
ialah lambang tenaga menyatakan : “ Yang pembangun (creatif
pembangun (creatif dimaksud dengan vermogen)
vermogen) seperti dikenal “Garuda Pancasila”
pada peradaban Indonesia. adalah lambang berupa UU No 24 Tahun 2009
Burung garuda dari burung garuda yang Garuda digunakan
mythologi menurut sudah dikenal melalui sebagai Lambang Negara
perasaan Indonesia mitologi kuno yaitu Kesatuan Republik
berdekatan dengan burung burung Indonesia untuk
elang rajawali. Burung itu yang menyerupai menggambarkan bahwa
dilukiskan dicandi Dieng, burung elang Indonesia adalah bangsa
Prambanan dan Panataran. rajawali. Garuda yang besar dan negara
Ada kalanya dengan digunakan yang kuat
memakai lukis berupa sebagai Lambang
manusia dengan berparuh Negara Kesatuan PP No 66 Tahun 1951
burung dan bersayap Republik Indonesia Menyatakan Garuda dari
(Dieng); dicandi untuk menggambarkan mythologi, Umumnya
Prambanan dan dicandi bahwa Indonesia adalah maka garuda terkenal
Jawa Timur rupanya seperti bangsa yang besar dan baik
burung, dengan berparuh negara yang kuat oleh archeologi, kesusaste
panjang berambut raksasa raan dan mythologi
dan bercakar. Lihatlah
lukisan garuda dicandi UU No 24 Tahun 2009
Mendut, Prambanan dan menyatakan
dicandi-candi Sukuh, Kedal burung garuda yang
di Jawa Timur. Umumnya sudah dikenal melalui
maka garuda terkenal baik mitologi kuno
oleh archeologi, kesusastera
an dan mythologi
Indonesia.Lencana garuda
pernah dipakai oleh perabu
Airlangga pada abad
kesebelas, dengan bernama
Garudamukha. Menurut
patung Belahan beliau
dilukiskan dengan
mengendarai seekor garuda.
Pergerakan Indonesia Muda
(1928) pernah memakai
panji-panji sayap garuda
yang ditengah-tengahnya
berdiri sebilah keris di atas
tiga gurisan garis. Sayap
garuda berbulu 17 (tanggal
17) dan ekornya berbulu 8
(bulan 8 = Agustus).

Simbol Pasal 3. Pasal 47 PP No 66 Tahun 1951


Bulu Garuda yang digantungi (1) Garuda dengan Tidak menjelaskan makna
Sayap, perisai dengan memakai perisai sebagaimana bulu ekor 8 dan sayap 17.
ekor 17, paruh, sayap, ekor dan dimaksud dalam Hanya menjelaskan
8 cakar Pasal 46 memiliki berkaitan dengan
mewujudkan lambang paruh, sayap, ekor, dan Pergerakan Indonesia
tenaga pembangun. cakar yang Muda (1928) pernah
Sayap Garuda berbulu 17 mewujudkan lambang memakai panji-panji
dan ekornya berbulu 8. tenaga pembangunan. sayap garuda
(2) Garuda yang ditengah-tengahnya
sebagaimana dimaksud berdiri sebilah keris di
pada ayat (1) memiliki atas tiga gurisan garis.
sayap yang masing- Sayap
masing berbulu 17, garuda berbulu 17
ekor berbulu 8, (tanggal 17) dan ekornya
pangkal ekor berbulu berbulu 8 (bulan 8 =
19, dan leher berbulu Agustus).
45.Penjelasan Pasal 47
Ayat (2) UU No 12 Tahun 2009
Yang dimaksud dengan Yang dimaksud dengan
“sayap garuda berbulu “sayap garuda berbulu 17,
17, ekor berbulu 8, ekor berbulu 8,
pangkal ekor berbulu pangkal ekor berbulu 19,
19, dan leher berbulu dan leher berbulu 45”
45” adalah lambang adalah lambang
tanggal 17 Agustus tanggal 17 Agustus 1945
1945 yang merupakan yang merupakan waktu
waktu pengumandangan
pengumandangan proklamasi kemerdekaan
proklamasi Republik Indonesia.
kemerdekaan Republik
Indonesia.
Simbol Pasal 1. Perisai berupa Pasal 46 perisai berupa PP No 66 Tahun 1951
Perisai jantung yang digantung jantung yang digantung menjelasakan
dengan rantai pada leher dengan rantai bahwa Lima buah ruang
Garuda; Pasal 4 pada leher Garuda. pada perisai itu masing-
Lima buah ruang pada Pasal 48 Pada perisai masing mewujudkan
perisai itu masing-masing sebagaimana dimaksud dasar Panca Sila
mewujudkan dasar Panca dalam Pasal 46
Sila terdapat lima buah UU No 24 Tahun 2009
Pasal 4. ruang yang Menjelaskan lima buah
Perisai atau tameng dikenal mewujudkan dasar ruang yang mewujudkan
oleh kebudayaan dan Pancalisa. dasar
peradaban Indonesia Penjelasan Pasal 46 Pancalisa.
sebagai Yang dimaksud dengan
senjata dalam perjuangan “perisai” adalah tameng PP No 66 Tahun 1951
mencapai tujuan dengan yang telah dikenal Menjelaskan makna
melindungi diri Perkakas lama dalam perisai sebagai senjata
perjuangan yang kebudayaan dan adalah melambangkan
sedemikian dijadikan peradaban asli perjuangan dan
lambang; wujud dan artinya Indonesia sebagai perlindungan diri untuk
tetap tidak bagian mencapai tujuan diri dan
berubah-ubah, yaitu senjata yang Dengan mengambil
lambang perjuangan dan melambangkan bentuk perisai itu, maka
perlindungan. perjuangan dan Republik Indonesia
Dengan mengambil bentuk perlindungan diri untuk berhubungan
perisai itu, maka Republik mencapai tujuan langsung dengan
Indonesia berhubungan peradaban Indonesia Asli.
langsung dengan peradaban UU No 24 Tahun 2009
Indonesia Asli. hanya menjelaskan,
bahwa“perisai” adalah
tameng yang telah dikenal
lama dalam kebudayaan
dan peradaban asli
Indonesia sebagai bagian
senjata yang
melambangkan
perjuangan dan
perlindungan diri untuk
mencapai tujuan
Simbol Pasal 4. Pasal 48 PP No 66 Tahun 1951
Garis Ditengah-tengah perisai, (1) Di tengah-tengah menjelaskan bahwa
Hitam yang berbentuk jantung itu, perisai sebagaimana terdapat sebuah garis
ditengah terdapat sebuah garis dimaksud dalam hitam tebal yang
Perisai hitam tebal yang Pasal 46 terdapat maksudnya melukiskan
maksudnya melukiskan sebuah garis hitam katulistiwa (aequator).
katulistiwa (aequator) tebal yang Jadi
Penjelasan Pasal 4 Dengan melukiskan katulistiwa. garis tengah itu
garis yang melukiskan Penjelasan Pasal 48 menimbulkan perasaan,
katulistiwa (aequator) itu, Ayat (1) bahwa Republik
maka ternyatalah Yang dimaksud dengan Indonesia ialah satu-
bahwa Republik Indonesia “garis hitam tebal yang satunya
satu-satunya Negara Asli melukiskan Negara Asli yang
yang merdeka-berdaulat katulistiwa” adalah merdeka-berdaulat,
dipermukaan bumi garis untuk terletak di katulistiwa
berhawa-panas; garis melambangkan bahwa dipermukaan bumi
katulistiwa melewati Negara
Sumatera, Kesatuan Republik UU No 24 Tahun 2009.
Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia merupakan Yang dimaksud dengan
Irian. Di daerah Kongo, di negara merdeka dan “garis hitam tebal yang
kepulauan Pasifik dan berdaulat yang dilintasi melukiskan
Amerika Selatan tidak-lah garis katulistiwa. katulistiwa” adalah garis
(belumlah) terbentuk untuk melambangkan
negara penduduk Asli. Jadi bahwa Negara
garis tengah itu Kesatuan Republik
menimbulkan perasaan, Indonesia merupakan
bahwa Republik Indonesia negara merdeka dan
ialah satu-satunya berdaulat yang dilintasi
Negara Asli yang merdeka- garis katulistiwa.
berdaulat, terletak di
katulistiwa
dipermukaan bumi
Simbol Pasal 4 Lima buah ruang Pasal 48 ayat (2) Pada PP No 66 Tahun 1951
Sila pada perisai itu masing- perisai sebagaimana menggunakan
Kesatu masing mewujudkan dasar dimaksud dalam Pasal istilah semiotika Nur
Panca Sila : 46 Cahaya di ruangan
I. Dasar Ketuhanan Yang terdapat lima buah tengah berbentuk bintang
Maha Esa terlukis dengan ruang yang yang bersudut lima
Nur Cahaya di ruangan mewujudkan dasar
tengah berbentuk bintang Pancasila sebagai UU No 24 Tahun 2009
yang bersudut lima berikut: meenggunakan istilah
a. dasar Ketuhanan semiotika dilambangkan
Yang Maha Esa dengan cahaya di bagian
dilambangkan tengah perisai berbentuk
dengan cahaya di bintang yang bersudut
bagian tengah perisai lima
berbentuk
bintang yang bersudut
lima;
Simbol Pasal 4 Dasar Peri Pasal 48 ayat (2) PP No 66 Tahun 1951
Sila Kemanusiaan dilukiskan huruf b. dasar Menyebut simbol Dasar
Kedua dengan tali rantai bermata Kemanusiaan yang Kemanusian
bulatan Adil dan Beradab Menjelaskan makna
dan persegi. Penjelasan dilambangkan dengan simbol mata rantai
Pasal 4 Mata bulatan dalam tali rantai bermata bulatan 9 dan persagi 8
rantai menunjukkan bulatan yang simbol laki-laki dan
bahagian perempuan dan dan persegi di bagian perempuan. Rantai yang
digambar kiri bawah perisai; bermata 17 itu sambung
berjumlah 9; mata pesagi Penjelasan Pasal 48 menyambung tidak putus-
yang digambar berjumlah 8 Huruf b putusnya, sesuai
menunjukkan bahagian Mata rantai bulat yang dengan manusia yang
laki-laki. berjumlah 9 bersifat turun-temurun.
Rantai yang bermata 17 itu melambangkan unsur
sambung menyambung perempuan, mata rantai UU No 24 Tahun 2009
tidak putus-putusnya, persegi yang berjumlah Menyebut dasar
sesuai 8 Kemanusiaan yang Adil
dengan manusia yang melambangkan unsur dan Beradab
bersifat turun-temurun. laki-laki. Ketujuh belas Menjelaskan Makna
mata rantai itu simbol Mata rantai bulat
sambung menyambung yang berjumlah 9
tidak terputus yang melambangkan unsur
melambangkan perempuan, mata rantai
unsur generasi penerus persegi yang berjumlah 8
yang turun temurun. melambangkan unsur
laki-laki. Ketujuh belas
mata rantai itu
sambung menyambung
tidak terputus yang
melambangkan
unsur generasi penerus
yang turun temurun.
Simbol Pasal 4 Dasar Kebangsaan Pasal 48 c. dasar PP No 66 Tahun 1951
Sila dilukiskan dengan pohon Persatuan Indonesia menyebut Dasar
Ketiga beringin, tempat berlindung dilambangkan dengan Kebangsaan
pohon beringin di
bagian kiri atas perisai; UU No 24 Tahun 2009
menyebut dasar Persatuan
Indonesia
Simbol Pasal 4 Dasar Kerakyatan d. dasar Kerakyatan PP No 66 Tahun 1951
Sila dilukiskan Kepala Banteng yang Dipimpin oleh menyebut Dasar
Keempat sebagai lambang tenaga Hikmat Kerakyatan dan
rakyat Kebijaksanaan dalam menjelaskan makna
Permusyawaratan/Perw sebagai lambang tenaga
akilan rakyat
dilambangkan dengan
kepala banteng di UU No 24 Tahun 2009
bagian Menyebut dasar
kanan atas perisai; dan Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan
Perwakilan

Simbol Pasal 4 Dasar Keadilan Pasal 48 Dasar PP No 66 Tahun 1951


Sila Sosial dilukiskan dengan Keadilan Sosial menyebut Dasar Keadilan
Kelima kapas dan padi, sebagai dilukiskan dengan Sosial Dasar Keadilan
tanda kapas dan padi, sebagai Sosial.
tujuan kemakmuran. tanda Makna simbol padi kapas
Penjelasan Pasal 4 tujuan kemakmuran. sebagai tanda
Kedua tumbuhan kapas dan Penjelasan Dasar tujuan kemakmuran dan
padi itu sesuai dengan Keadilan Sosial hymne yang memuji-muji
hymne yang memuji-muji dilukiskan dengan pakaian (sandang) dan
pakaian (sandang) dan kapas dan padi, sebagai makanan (pangan).
makanan (pangan). tanda
tujuan kemakmuran UU No 24 Tahun 2009
Dasar Keadilan Sosial
dan menjelaskan kapas
dan padi, sebagai tanda
tujuan kemakmuran
Simbol Pasal 5. Pasal 46 semboyan PP No 66 Tahun 1951
Tulisan Di bawah lambang tertulis Bhinneka Tunggal Ika memaknai Bhinneka
Bhinnka dengan huruf latin sebuah ditulis di atas pita yang Tunggal Ika untuk
Tunggal semboyan dalam bahasa dicengkeram oleh menggambarkan
Ika Jawa-Kuno, yang Garuda. Penjelasan persatuan atau
berbunyi : Pasal 48 Yang kesatuan Nusa dan
BHINNEKA TUNGGAL dimaksud dengan Bangsa Indonesia,
IKA. Penjelasan Pasal 5. “semboyan Bhinneka walaupun ke luar
Perkataan Bhinneka itu Tunggal Ika” adalah memperlihatkan
ialah gabungan dua pepatah lama yang perbedaan atau perlainan
perkataan: pernah dipakai oleh
bhinna dan ika. Kalimat pujangga ternama Mpu UU No 24 Tahun 2009
seluruhnya itu dapat disalin Tantular. Semboyan ini digunakan
: berbeda-beda tetapi Kata bhinneka merupak menggambarkan
tetap satu jua. an gabungan dua persatuan dan
Pepatah ini dalam artinya, kata: bhinna dan kesatuan bangsa dan
karena menggambarkan ika diartikan berbeda- Negara Kesatuan
persatuan atau beda tetapi tetap satu Republik Indonesia
kesatuan Nusa dan Bangsa dan kata tunggal ika
Indonesia, walaupun ke diartikan bahwa di
luar memperlihatkan antara pusparagam
perbedaan atau perlainan. bangsa Indonesia
Kalimat itu telah tua dan adalah satu
pernah dipakai oleh kesatuan. Semboyan ini
pujangga ternama Empu digunakan
Tantular dalam arti : di menggambarkan
antara pusparagam adalah persatuan dan
kesatuan kesatuan bangsa dan
Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Makna Pasal 2 Warna terutama Pasal 49 Lambang PP No 66 Tahun 1951
Warna yang dipakai adalah tiga, Negara menggunakan Warna emas dipakai
yaitu Merah, Putih dan warna pokok yang untuk seluruh burung
Kuning emas, sedang terdiri atas: a. warna Garuda. Makna
dipakai pula warna hitam merah di bagian kanan semiotikanya
dan warna yang sebenarnya atas dan kiri bawah adalah Warna-
dalam alam. perisai; b. warna putih kemegahan emas
Warna emas dipakai untuk di bagian kiri atas dan bermaksud kebesaran
seluruh burung Garuda, dan kanan bawah perisai; c. bangsa atau keluhuran
Merah-Putih didapat warna kuning emas Negara.
pada ruangan perisai di untuk seluruh burung
tengah-tengah. Penjelasan Garuda; d. warna hitam UU No 24 Tahun 2009
pasal 2 Pasal 2. di tengah-tengah perisai warna kuning emas untuk
Warna-kemegahan emas yang berbentuk seluruh burung Garuda;
bermaksud kebesaran jantung; dan e. warna “warna kuning emas”
bangsa atau keluhuran alam untuk seluruh adalah warna kuning
Negara. gambar lambang. keemasan Warna kuning
Warna-warna pembantu Apa makna semiotika emas melambangkan
dilukiskan dengan hitam warna kuning emas, keagungan bangsa atau
atau meniru seperti yang Penjelasan Pasal 49 keluhuran Negara
sebenarnya dalam alam. Huruf c menyatakan,
bahwa yang dimaksud
dengan “warna kuning
emas” adalah warna
kuning keemasan
secara digital
memunyai kadar MHB:
merah 255, hijau 255,
dan biru 0. Warna
kuning
emas melambangkan
keagungan bangsa
atau keluhuran
Negara
Simbol Penjelasan Pasal 1 Lukisan Penjelasan Pasal 46
Burung garuda diambil dari benda Yang dimaksud dengan
Garuda peradaban Indonesia, “Garuda Pancasila”
diambil seperti hidup dalam adalah lambang berupa
oleh mythologi, symbologi dan burung garuda yang
bangsa kesusastraan Indonesia dan sudah dikenal melalui
Indonesia seperti pula tergambar mitologi kuno yaitu
pada beberapa candi sejak burung
abad ke 6 sampai ke-abad yang menyerupai
ke 16. Dan menurut burung elang rajawali.
perasaan Indonesia
berdekatan dengan burung
elang rajawali.

Berdasarkan tabel dekontruksi/pembongkaran makna semiotika lambang negara diatas,


menarik untuk dipaparkan, bahwa teks hukum negara menjelaskan bahwa lambang negara
Indonesia diambil dari mitologi, symbologi dan kesusastraan Indonesia yaitu burung
Garuda menurut perasaan Indonesia berdekatan dengan burung elang rajawali atau
burungyang menyerupai burung elang rajawali.

D. SIMBOL-SIMBOL GARUDA PANCASILA


Simbol burung yang menyerupai elang Rajawali itu oleh teks hukum negara dinama Garuda
Pancasila berwarna kuning emas, melambangkan kebesaran bangsa melambangkan keagungan
bangsa atau keluhuran Negara, sedangkan makna lambang negara secara keseluruhan sebagai
lambang tenaga pembangun (creatif vermogen) dan sebagai Lambang Negara Kesatuan Republik
Indonesia untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang
kuat.
Jumlah sayap garuda berbulu 17, ekor berbulu 8, pangkal ekor berbulu 19, dan leher berbulu
45” adalah lambang tanggal 17 Agustus 1945 yang merupakan waktu pengumandangan
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dan secara historis sebagai simbol pergerakan yang
pernah dipakai oleh bangsa Indonesia dalam Pergerakan Indonesia Muda (1928) memakai panji-
panji sayap garuda yang ditengah-tengahnya berdiri sebilah keris di atas tiga gurisan garis. Sayap
garuda berbulu 17 (tanggal 17) dan ekornya berbulu 8 (bulan 8 = Agustus).
Burung Elang Rajawali Garuda Pancasila tersebut dikalungi perisai atau tameng yang dikenal
oleh kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai senjata dalam perjuangan mencapai tujuan
dengan melindungi diri. Perisai adalah perkakas perjuangan yang sedemikian dijadikan lambang;
wujud dan artinya tetap tidak berubah-ubah, yaitu lambang perjuangan dan perlindungan.
Dengan mengambil bentuk perisai itu, maka Republik Indonesia berhubungan langsung
dengan peradaban Indonesia Asli. Perisai dalam kebudayaan asli Indonesia adalah sebagai
bagian senjata yang melambangkan perjuangan dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
Ditengah-tengah perisai, yang berbentuk jantung itu, terdapat sebuah garis hitam tebal yang
maksudnya melukiskan katulistiwa (aequator), Garis itu sebagain penanda/kode secara historis
ternyatalah bahwa Republik Indonesia satu-satunya Negara Asli yang merdeka-berdaulat
dipermukaan bumi berhawa-panas; garis katulistiwa melewati Sumatera,Kalimantan, Sulawesi
dan Irian. Di daerah Kongo, di kepulauan Pasifik dan Amerika Selatan tidak-lah (belumlah)
terbentuk negara penduduk Asli. Jadi garis tengah itu menimbulkan perasaan, bahwa Republik
Indonesia ialah satu-satunya Negara Asli yang merdeka-berdaulat, terletak di katulistiwa
dipermukaan bumi. Garis Katulistiwa itu dilambangkan dengan “garis hitam tebal yang adalah
garis untuk melambangkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara
merdeka dan berdaulat yang dilintasi garis katulistiwa.
Perisai tersebut memiliki lima ruang yang masing-masing mewujudkan dasar Pancasila
sebagai berikut: Simbol Sila Kesatu Pancasila adalah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa
dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima;
Jika dikorelasikan pada semiotika hukum pada tataran konstitusional adalah dirumuskan menjadi
Pasal 29 ayat (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
Simbol Sila Kedua Pancasila adalah dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai yang
terdiri dari mata rantai bulat yang berjumlah 9 melambangkan unsur perempuan, mata rantai
persegi yang berjumlah 8 melambangkan unsur laki-laki. Ketujuh belas mata rantai itu sambung
menyambung tidak terputus atau tidak putus-putusnya yang melambangkan unsur generasi
penerus yang turun temurun, sesuai dengan manusia yang bersifat turun-temurun.
Simbol Sila Ketiga Pancasila adalah dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon
beringin di bagian kiri atas perisai, simbola yang dilukiskan dengan pohon beringin, tempat
berlindung, Itulah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk republik sebagai negara
hukum yang berpaham kedaulatan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
(Pasal 1 ayat (1), (2), (3) UUD Neg RI 1945.
Simbol Sila Keempat adalah dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh HikmatKebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas
perisai, simbolisasi yang dilukiskan kepala banteng sebagai lambang tenaga rakyat untuk
mewujudkan Sila Kelima Keadilan Sosial Bagi seluruh rakyat Indosesia yang Dasar Keadilan
Sosial dilukiskan dengan kapas dan padi, sebagai tanda tujuan kemakmuran. Kedua tumbuhan
kapas dan padi itu sesuai dengan hymne yang memuji-muji pakaian (sandang) dan makanan
(pangan).
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh
Garuda. “semboyan Bhinneka Tunggal Ika” adalah pepatah lama yang pernah dipakai oleh
pujangga ternama Mpu Tantular. Kata bhinneka merupakan gabungan dua
kata: bhinna dan ika diartikan berbeda-beda tetapi tetap satu dan kata tunggal ika diartikan
bahwa di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan
menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pepatah ini dalam artinya, karena menggambarkan persatuan atau kesatuan Nusa dan Bangsa
Indonesia, walaupun ke luar memperlihatkan perbedaan atau perlainan. Menurut Soekarno
adalah Bhina Ika, Tunggal Ika yang artinya yang di antara pusparagam adalah kesatuan. Atau
didalam keragaman itu, Persatuan itu merupakan satu kesatuan yang secara sederhana diartikan
bagi bangsa Indonesia saat ini adalah keragaman dalam persatuan dan persatuan dalam
keragaman.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lambang Negara Indonesia adalalah garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
TunggalIka. Lambang Negara Indonesia berbentuk burung garuda yang kepalanya menoleh ke
sebela kanan dari sudut pandang Garuda, perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung
dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti Berbeda beda
tetapi tetap satu ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh
Sultan Hamid II dari Pontianak , yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno,dan
diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950. Lambang negara Garuda Pansila diatur
penggunaannya dalamperaturan pemerinta No. 43/1958

B. Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan arahan serta
bimbingan. Kritik dan saran akan sangat diharapkan, dimana bisa membangun dan menuntun
kami agar bisa membuat makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi pemakalah. Mohon maaf apabila ada kekurangan pada penulisan maupun
isi makalah serta terimakasih atas arahan serta saran dan kritiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Yamin,Muhammad.(1967) Pembahasan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta : Prapanca,1967,


halaman 144.

Soediman.Kartohadiprojo(2010)Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,


Jakarta Gatra Pustaka, halaman 229.

Hamid,Sultan II kepada Solichin Salam (1967 )sebagaimana ditulis kembali Max Yusuf Al
Kadrie

Anda mungkin juga menyukai