Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:
1. Faktor Internal
a. Faktor Fisiologi
1) Penyakit
Anak yang sakit akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf sensoris dan
motorik melemah. Akibatnya, ransangan yang diterima melalui indera tidak dapat
diteruskan ke otak, terutama jika mengalami sakit dalam kurun waktu yang lama,
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab anak mudah
efektif karena saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal meproses,
indranya. Oleh karena itu, seorang guru atau petugas diagnostik harus meneliti
3) Kecacatan
dan kakinya.
2. Faktor Psikologis
a. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap individu mempunyai bakat yang
Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang
anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah
putus asa, dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak yang suka
mengganggu di kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar sehingga nilainya rundah.
b. Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan
belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak
sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapannya dan tidak sesuai
dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu,
pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan
belajar.
Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari
pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa
kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan
mempengaruhinya terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa
mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar
yang kondusif.
d. Motivasi Belajar
belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi
e. Konsentrasi Belajar
Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh
selama beberapa menit. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara
pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar
merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta
nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin
g. Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses
belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan.
ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi
pengalaman.
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin
sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya
akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah
percaya dirinya.
dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan
secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah
dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah
yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar,
berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon
tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk
j. Kebiasaan Belajar
berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk
tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-
tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk
1. Disleksia
a. Anak yang lahir prematur dengan berat lahir rendah dapat mengalami
pemusatan perhatian.
pendengaran atau anak dengan cerebral palsy (c.p.) akan mengalami kesulitan
belajar membaca.
c. Anak kurang memahami perintah karena lingkungan yang menggunakan
e. Anak yang sering absen karena sakit atau ada masalah dalam keluarga.
f. Anak yang pandai dan berbakat yang tidak tertarik dengan pembelajaran
2. Disgrafia
a. Motorik
b. Perilaku
Anak yang kesulitan dalam menulis akan menunjukkan perilaku yang mudah
c. Persepsi
terganggu, maka anak akan kesulitan dalam menulis apa yang dikatakan oleh
guru.
d. Memori
karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan dituis. Jika gangguan
menyangkut ingatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau
kata dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori maka anak akan
gurunya.
Anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering
3. Diskalkulia
kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak
3. Fobia matematika
matematika adalah anak takut jika jawaban yang didapatkannya salah, karena
jawaban yang salah berarti kegagalan sehingga anak dituntut untuk selalu bisa
suatu kegagalan, tapi justru bisa membuat anak lebih memahami konsep
jika jawaban yang diberikan salah, karena tidak semua anak punya motivasi
yang tinggi setelah dimarahi. Beberapa anak justru akan semakin takut dan
4. Dispraksia
gangguan saraf pengirim sinyal dari otak ke otot anggota gerak. Banyak pakar
kesehatan yang percaya bahwa kondisi ini diakibatkan oleh faktor genetik.
Risiko dispraksia dilaporkan meningkat jika ibu terbiasa minum alkohol saat
hamil, atau bayi lahir prematur dengan berat rendah. Meski begitu, mekanisme
5. Underachievement
b. Faktor guru
Guru juga memegang peranan penting dalam prestasi sekolah anak karena
Perkembangan Fisik
1. Disleksia
Perkembangan fisik anak disleksia secara umum normal, akan tetapi beberapa anak
mengalami permasalahan pada motorik kasar atau motorik halus. Motorik kasar seperti
berlari, menangkap bola dan sebagainya. Perkembangan kognitifnya juga pada umumnya
sama seperti anak lainnya, hanya saja memiliki kekurangan pada kemampuan membaca,
menulis, berhitung.
2. Disgrafia
Anak-anak normal dan anak disgrafia secara fisik dan psikologis pada umumnya sama.
Namun, Anak-anak disgrafia bisa saja normal dalam berbicara, dan normal dalam
3. Diskalkulia
Anak dengan diskalkulia tidak mengalami perkembangan fisik yang berbeda dengan anak
normal, namun memiliki konotasi medis yanh memandang adanya keterkaitan dengan
4. Dispraksia
Pada perkembangan fisik anak dispraksia tidak berbeda jauh dengan anak normal lainnya.
atau sensorik. Pada dasarnya dispraksia bukan gangguan yang terjadi pada otot atau
pengucapan.
5. Underachievement
Perkembangan fisik pada anak underachiever tidak jauh berbeda dengan anak normal
lainnya. Mereka memiliki memori memadai dengan potensi intelektual yang cenderung
diatas normal. Namun, ada beberapa kasus pada anak underachiever yang mengalami
cacat fisik, sehingga hal tersebut menjadi salah satu penyebab anak mengalami
underachievement.
Daftar pustaka:
https://www.academia.edu/5407896/Disgrafia
https://www.academia.edu/9065653/IDENTIFIKASI_ANAK_UNDERACHIEVER
_DAN_STRATEGI_PENANGANANNYA
https://doktersehat.com/gejala-dispraksia-pada-anak/
http://eprints.umk.ac.id/183/1/IDENTIFIKASI_KESULITAN_BELAJAR_PADA_
ANAK.pdfhttp://jurnal.untidar.ac.id/index.php/transformatika/article/view/204/
156
https://www.tentorku.com/penyebab-diskalkulia-dan-solusinya/
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/674/jbptunikompp-gdl-mochammady-33655-7-
unikom_m-a.pdf