Anda di halaman 1dari 12

Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu:

1. Faktor Internal

a. Faktor Fisiologi

1) Penyakit

Anak yang sakit akan mengalami kelemahan fisik, sehingga saraf sensoris dan

motorik melemah. Akibatnya, ransangan yang diterima melalui indera tidak dapat

diteruskan ke otak, terutama jika mengalami sakit dalam kurun waktu yang lama,

maka saraf akan bertambah lemah.

2) Kondisi tubuh yang kurang sehat

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab anak mudah

lelah, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, pikiran

terganggu. Karena hal-hal tersebut maka dalam penerimaan pelajaranpun kurang

efektif karena saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal meproses,

mengolah, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui

indranya. Oleh karena itu, seorang guru atau petugas diagnostik harus meneliti

kadar gizi makanan dari anak.

3) Kecacatan

Cacat tubuh disebabkan atas:

a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,

dan gangguan psikomotor.


b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya

dan kakinya.

2. Faktor Psikologis

a. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap individu mempunyai bakat yang

berbeda-beda. Bakat yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi anak didik.

Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang

anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah

putus asa, dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak yang suka

mengganggu di kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar sehingga nilainya rundah.

b. Minat

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan

belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak

sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapannya dan tidak sesuai

dengan tipe-tipe khusus anak banyak menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu,

pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan

belajar.

c. Sikap Terhadap Belajar

Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari

pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa

kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan

mempengaruhinya terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa
mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar

yang kondusif.

d. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses

belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan

belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi

belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.

e. Konsentrasi Belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.

Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses

memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai

strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat.

Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh

menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat

selama beberapa menit. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan

prestasi belajar dapat ditingkatkan.

f. Mengolah Bahan Belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara

pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar

merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta

nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin

baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar.

g. Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses

belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan.

Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau

menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa

ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi

tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan,

pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan

pengalaman.

h. Rasa Percaya Diri Anak

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari

segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari

lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap

pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin

sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya

akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah

percaya dirinya.

i. Intelegensi dan Keberhasilan Belajar

Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk

dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan

secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah

dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah

yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar,

berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon
tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk

melakukan belajar dibidang kterampilan.

j. Kebiasaan Belajar

Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam

berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk

tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-

nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat

bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk

tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk

sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti

belajar bagi diri sendiri.

Selain faktor internal dan faktor eksternal, adapun faktor-faktor penyebab

berdasarkan masing-masing kesulitan belajar, yaitu:

1. Disleksia

Menurut Sidiarto (2007) menunjukkan bahwa penyebab anak mengalami

keterlambatan atau kesulitan perkembangan membaca adalah:

a. Anak yang lahir prematur dengan berat lahir rendah dapat mengalami

kerusakan otak sehingga mengalami kesulitan belajar atau gangguan

pemusatan perhatian.

b. Anak dengan kelainan fisik seperti gangguan penglihatan, gangguan

pendengaran atau anak dengan cerebral palsy (c.p.) akan mengalami kesulitan

belajar membaca.
c. Anak kurang memahami perintah karena lingkungan yang menggunakan

beberapa bahasa (bi- atau multilingual).

d. Anak yang sering pindah sekolah.

e. Anak yang sering absen karena sakit atau ada masalah dalam keluarga.

f. Anak yang pandai dan berbakat yang tidak tertarik dengan pembelajaran

bahasa sehingga kurang konsentrasi dan banyak membuat kesalahan.

2. Disgrafia

Menurut Lerner (1985:402), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

kemampuan anak untuk menulis:

a. Motorik

Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami

gangguan, akan kesulitan dalam menulis. Tulisannya tidak jelas, terputus-

putus dan tidak mengikuti garis.

b. Perilaku

Anak yang kesulitan dalam menulis akan menunjukkan perilaku yang mudah

bosan dalam belajar, karena ia kesulitan untuk mengekspresikan sesuatu.

c. Persepsi

Jika persepsi visualnya yang terganggu, anak mungkin akan sulit

membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti, d dengan b, p

dengan q, h dengan n, atau m dengan w. Jika persepsi auditorisnya yang

terganggu, maka anak akan kesulitan dalam menulis apa yang dikatakan oleh

guru.
d. Memori

Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan menulis

karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan dituis. Jika gangguan

menyangkut ingatan visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau

kata dan jika gangguan tersebut menyangkut memori auditori maka anak akan

mengalami kesulitan menulis kata-kata yang baru saja diucapkan oleh

gurunya.

e. Kemampuan melaksanakan (cross modal)

Kemampuan ini menyangkut kemampuan mentransfer dan mengorganisasikan

fungsi visual ke motorik. Kemampuan ini dapat menyebabkan anak

mengalami gangguan koordinasi mata-tangan sehingga tulisan menjadi tidak

jelas, terputus-putus atau tidak mengikuti garis lurus.

f. Penggunaan tangan yang dominan

Anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering

terbalik-balik dan kotor.

g. Kemampuan memahami instruksi

Ketidakmampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru

menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru.

3. Diskalkulia

1. Kelemahan pada proses penglihatan atau visual

Anak yang memiliki kelemahan ini kemungkinan besar akan mengalami


diskalkulia. Ia juga berpotensi mengalami gangguan dalam mengeja dan

menulis dengan tangan.

2. Bermasalah dalam hal mengurutkan informasi.

Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan

mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya juga akan sulit

mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan

kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, maka anak

cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti

membaca kode-kode dan mengeja, serta apa pun yang membutuhkan

kemampuan mengingat kembali hal-hal detail.

3. Fobia matematika

Anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika bisa

kehilangan rasa percaya dirinya. trauma tersebut bisa disebabkan oleh

beberapa hal. Misalnya, gurunya suka marah-marah, galak atau memiliki

wajah seram sehingga membuat anak-anak menjadi takut dan mengakibatkan

dirinya sulit menerima pelajaran tersebut.

4. Takut akan kesalahan

Selain fobia dengan matematika, ketakutan yang sebenarnya dari pelajaran

matematika adalah anak takut jika jawaban yang didapatkannya salah, karena

jawaban yang salah berarti kegagalan sehingga anak dituntut untuk selalu bisa

memberikan jawaban yang benar. Padahal jawaban yang salah bukanlah

suatu kegagalan, tapi justru bisa membuat anak lebih memahami konsep

matematika dan menganalisis pikirannya.


Guru yang mengajar pun sebaiknya tidak langsung memarahi sang anak

jika jawaban yang diberikan salah, karena tidak semua anak punya motivasi

yang tinggi setelah dimarahi. Beberapa anak justru akan semakin takut dan

membenci pelajaran tersebut.

4. Dispraksia

Dispraksia adalah gangguan koordinasi gerak tubuh yang disebabkan oleh

gangguan saraf pengirim sinyal dari otak ke otot anggota gerak. Banyak pakar

kesehatan yang percaya bahwa kondisi ini diakibatkan oleh faktor genetik.

Risiko dispraksia dilaporkan meningkat jika ibu terbiasa minum alkohol saat

hamil, atau bayi lahir prematur dengan berat rendah. Meski begitu, mekanisme

yang menyebabkan belum diketahui pasti.

5. Underachievement

Menurut Gustian (2002) menjelaskan faktor-faktor underachiever

antara lain adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan sekolah sebagai penyebab underachiever

Sekolah merupakan faktor yang sangat berperan dalam menyebabkan

terjadinya underachiever pada anak. Cara pengajaran, materi-materi yang

diberikan, danukuran-ukuran keberhasilan dan kemampuan guru dapat

menjadi penyebab anak mengalami underachiever.

b. Faktor guru
Guru juga memegang peranan penting dalam prestasi sekolah anak karena

gurulah yang mentransfer pengetahuan kepada anak. Bagaimana guru dalam

memperlakukan anak didiknya akan mempengaruhi prestasi yang akan dicapai

anak. Harapan (expectancy) guru terhadap kemampu ananak sangat

berpengaruh pada penilaian anak mengenai kemampuan dirinya.

c. Keluarga dan lingkungan rumah

Selain sekolah, lingkungan rumah juga dapat menyebabkan anak menjadi

underachiever. Bagaimana orang-orang terdekat memperlakukan anak akan

mempengaruhi pencapaian anak dalam berprestasi.

Perkembangan Fisik

1. Disleksia

Perkembangan fisik anak disleksia secara umum normal, akan tetapi beberapa anak

mengalami permasalahan pada motorik kasar atau motorik halus. Motorik kasar seperti

berlari, menangkap bola dan sebagainya. Perkembangan kognitifnya juga pada umumnya

sama seperti anak lainnya, hanya saja memiliki kekurangan pada kemampuan membaca,

menulis, berhitung.

2. Disgrafia
Anak-anak normal dan anak disgrafia secara fisik dan psikologis pada umumnya sama.

Namun, Anak-anak disgrafia bisa saja normal dalam berbicara, dan normal dalam

keterampilan motorik lainnya, tetapi mengalami hambatan dalam menulis.

3. Diskalkulia

Anak dengan diskalkulia tidak mengalami perkembangan fisik yang berbeda dengan anak

normal, namun memiliki konotasi medis yanh memandang adanya keterkaitan dengan

gangguan sistem saraf pusat.

4. Dispraksia

Pada perkembangan fisik anak dispraksia tidak berbeda jauh dengan anak normal lainnya.

Kondisi dispraksia disebabkan kurangnya kemampuan otak dalam memproses informasi

hingga pesan-pesan tidak sepenuhnya atau benar-benar ditransmisikan. Akibatnya, anak

menjadi kesulitan dalam berpikir, merencanakan, dan melakukan tugas-tugas motorik

atau sensorik. Pada dasarnya dispraksia bukan gangguan yang terjadi pada otot atau

gangguan kecerdasan, meski dampaknya bisa mempengaruhi kemampuan berbahasa dan

pengucapan.

5. Underachievement

Perkembangan fisik pada anak underachiever tidak jauh berbeda dengan anak normal

lainnya. Mereka memiliki memori memadai dengan potensi intelektual yang cenderung

diatas normal. Namun, ada beberapa kasus pada anak underachiever yang mengalami

cacat fisik, sehingga hal tersebut menjadi salah satu penyebab anak mengalami

underachievement.
Daftar pustaka:

Sumarno Markam., (1989), Pengendalian Kesulitan Belajar dan DMO. Jakarta :


FKU

Thompson, J. 2012. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Esensi,


Penerbit Erlangga.

https://www.academia.edu/5407896/Disgrafia

https://www.academia.edu/9065653/IDENTIFIKASI_ANAK_UNDERACHIEVER
_DAN_STRATEGI_PENANGANANNYA

https://doktersehat.com/gejala-dispraksia-pada-anak/

http://eprints.umk.ac.id/183/1/IDENTIFIKASI_KESULITAN_BELAJAR_PADA_
ANAK.pdfhttp://jurnal.untidar.ac.id/index.php/transformatika/article/view/204/
156

https://www.tentorku.com/penyebab-diskalkulia-dan-solusinya/

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/674/jbptunikompp-gdl-mochammady-33655-7-
unikom_m-a.pdf

Anda mungkin juga menyukai