Anda di halaman 1dari 18

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK : III

ANGGOTA : 1. DWI AGUSTINI ANGRAINI (06101381722045)

2. ENI APRILIANI (06101381722052)

3. VIVIN ROGATI MANALU (06101381722059)

4. MELLY TRI RAHMI (06101381722062)

DOSEN PENGASUH : RODI EDI, S.Pd., M.Si.

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................3

1.3 Tujuan .............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4

2.1 Teori Belajar Konstruktivisme .......................................................................5

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................4


3.1 Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik .....................................................6

3.2 Tokoh Teori Belajar Konstruktivistik ............................................................6

3.3 Peran Mengkonstruksi pengetahuan ..............................................................6

3.4 Proses Belajar Konstruktivistik ......................................................................6

3.5 Evaluasi Belajar Konstruktivistik ..................................................................6

BAB IV PENUTUP ................................................................................................4


4.1 Kesimpulan ...................................................................................................6

4.2 Saran ...............................................................................................................6

SOAL – SOAL
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik
manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki, yaitu orang-orang
yang memiliki kepekaan, kemandirian, tanggung jawab terhadap resiko dalam
mengambil keputusan dan mengembangkan segenap aspek potensi melalui
proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri.
Langkah strategis bagi perwujudan tujuan tersebut adalah adanya layanan
ahli kependidikan yang bersifat dan berdaya guna tinggi. Pendekatan cara
belajar siswa aktif didalam proses belajar adalah landasan yang kokoh bagi
terbentuknya manusia masa depan yang diharapkan.
Dalam proses belajar dan mengajar yang harus diperhatikan adalah
bagaimana manusia belajar dan bagaimana manusia mengajar. Kedua kegiatan
tersebut dalam rangka memahami cara manusia mengkonstruksi
pengetahuannya tentang objek-objek dan peristiwa yang dijumpai selama
kehidupannya. Manusia akan mencari dan menggunakan hal-hal atau peralatan
yang dapat membantu memahami pengalamannya. Demikian juga manusia
akan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan bukanlah
suatu yang sudah ada dan tersedia sementara orang lain tinggal menerimanya,
pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan dari pikiran
seseorang yang telah mempunyai pengetahuan kepada pikiran orang lain yang
belum memiliki pengetahuan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian teori belajar konstruktivistik?
2. Seperti apakah ciri dan prinsip dalam teori belajar konstruktivistik?
3. Siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dalam teori belajar konstruktivistik?
4. Bagaimana proses teori belajar konstruktivistik?
5. Bagaimana evaluasi dalam teori belajar konstruktivistik?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar peserta diskusi atau pembaca dapat mengetahui :
1. Pengertian teori belajar konstruktivistik
2. Apa saja ciri dan prinsip teori belajar konstruktivistik
3. Apa tujuan dari teori belajar konstruktivistik
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori konstruktivistik
5. Proses belajar konstruktivistik
6. Evaluasi dalam teori belajar konstruktivistik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar Konstruktivisme


Teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori
pembelajaran konstruktivis (constructivist theorist of learning).
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)
kita sendiri. Menurut Slavin (Trianto, 2010) teori konstruktivis menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merivisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide.
Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar
Winahyu(2001) konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan
yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil
kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.
Agar siswanya mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu
siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswanya mampu
menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus
serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat
klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswanya untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari
yang lain ( selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah
muncul penilaian siswanya terhadap pengalaman, dan menjadi landasan
bagi pembentukan pengetahuannya.

Dalam upaya mengimpementasikan teori belajar kosntruktivisme, Tyler


(1996) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut:

1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya


dengan bahasa sendiri
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang
pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imanjinatif
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru
4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa
5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka,
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif


2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa
3. Mengajar adalah membantu siswanya untuk belajar
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa
6. Guru adalah fasilitator

Dalam perkembangannya banyak sekali model pembelajaran yang


mengacu pada teori belajar konstruktivisme yang dapat digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran guna meningkatkan penguasaan i konsep siswa ,
namun dalam pembahasan kali ini akan dipaparkan dua model pembelajaran
yang dapat digunakan yakni model pembelajaran guided inquiry dan guided
discovery.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Teori Belajar Konstruktivistik


Menurut faham konstruktivistik pengetahuan merupakan konstruksi
(bentuk) dari orang yang mengenal sesuatu. Konstruksi berarti bersifat
membangun, dalam konteks filsafat pendidikan. Konstruktivisme adalah
suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konseptual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit.
Menurut Tran Vui, konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang
dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalamn-
pengalaman sendiri. Sedangkan teori konstruktivisme adalah teori yang
memberikan kebenaran terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain.
Dalam teori konstruktivistik yang terpenting adalah bahwa dalam proses
pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang
harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang
lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Kreativitas dan keaktifan akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam
kehidupan kognitif siswa (Suparno, 1997:81).
Dari beberapa pandangan diatas dapat kami simpulkan, bahwa teori ini
memberikan keaktian terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetisi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
membangun dirinya sendiri.
3.2 Tokoh Teori Belajar Konstruktivistik
Dalam teori belajar konstruktivistik ini, tokoh yang berperan adalah Pieget
dan Vygotsky. Menurut Pieget ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi. Menurutnya siswa
mengkronstrusi pengetahuan dan informasi serta menekan seorang guru
memberi sebuah dukungan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan
membimbing ketimbang sebagai pengatur dan pembentuk pembelajaran
siswa.
Menurut Vygotsky seorang siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui
interaksi social dengan orang lain. Isi dari pengetahuan tersebut dipengaruhi
oleh lingkungan dan kebiasaan mereka. Dan seorang guru harus banyak
menciptakan kesempatan bagi siswa untuk belajar dengan teman sebaya dan
guru dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
konstruktivistik, yaitu :
1. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang
relevan.
2. Mengutamakan proses.
3. Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman social.
4. Menanamkan pembelajaran dalam upaya mengkonstruksikan pengalaman.

Ciri-ciri teori belajar konstruktivistik


1. Member peluang kepada siswa untuk membina pengetahuan baru.
2. Menggalakan ide yang timbul dari siswa untuk digunakan sebagai
panduan merancang pengajaran.
3. Menerima daya usaha siswa.
4. Dapat mengaji bagaimana siswa belajar mengeluarkan ide.
5. Membina siswa untuk dapat berdialog dengan sesame siswa dan guru.
Prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik
1. Pengetahuan dibangun dan dikembangkan oleh siswa.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindah dari guru ke siswa, kecuali hanya
dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
3. Siswa aktif mengontruksi secara terus-menerus.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancer.
5. Mencari dan menilai pendapat siswa.

Tujuan Teori Belajar Konstruktivistik

1. Adanya motivasi untuk siswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari pertanyaannya sendiri.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

Kelebihan dan Kekurangan Teori konstruktivistik

1. Kelebihan teori belajar konstruktivistik.


- Bisa adanya group atau kelompok, untuk saling berinteraksi.
- Pembelajaran terjadi lebih kepada ide-ide dari siswa itu sendiri.
2. Kekurangan
- Tidak cocok untuk siswa pasif.
- Siswa belajar secara konsep dasar tidak pada keterampilan dari siswa
itu sendiri.
- Tidak memusatkan pada kurikulum yang ada.
3.3 Peran Mengkonstruksi Pengetahuan
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunkaan indranya,
melalui interaksinya dengan objek dan lingkungannya. Misalnya dengan
melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan, seseorang dapat
mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah suatu yang sudah dibentuk,
melainkan suatu proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi
dengan objek atau lingkungan, pengetahuan dan pemahamannya akan objek
dan lingkungan tersebut meningkat lebih terperinci.
Von Galserfeld ( dalam Paul, S., 1996), mengemukakan bahwa ada
beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan, yaitu :
1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman
2. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan dan kesamaan
dan perbedaan
3. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu daripada
lainnya.

Faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses mengkonstruksi


pengetahuan adalah konstruksi pengetahuan yang telah ada, pengalaman, dan
jaringan struktur kognitif yang dimilikinya. Keterbatasan pengalaman
seseorang pada suatu hal yang akan membatasi pengetahuannya akan hal
tersebut.

3.4 Proses Belajar konstruktivistik


Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif,
bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke
dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Kegiatan belajar
lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari
fakta-fakta yang terlepas. Proses tersebut berupa pemberian makna terhadap
objek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-
sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi.
1. Peranan Siswa (si Belajar)

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses


pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar.
Ia harus aktif melakukan kegiatan , aktif berfikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang harus
mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal
bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling menentukan terwujudnya
gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat
dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada siswa.

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah


memiliki kemampuan awal sebelum mempunyai sesuatu. Kemampuan awal
tersebut akan menjadi dasar dalam mengonstruksi pengetahuan yang baru.
Oleh sebab itu, meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana
atau dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbing.

2. Peranan Guru

Dengan belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu


agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru
hanya membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntun lebih memahami
jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat
mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai
dengan kemauannya.

Peranan kunci guru dalam pendidikan adalah pengendalian yang meliputi :

1. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk


mengambil keputusan dan bertindak.
2. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
3. Menyediakan sistem dukungan yang memberi kemudahan belajar agar
siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
3.5 Evaluasi Belajar Konstruktivistik
Evaluasi belajar pandangan konstruktivistik menggunakan goal-free
evaluation, yaitu suatu konstruksi untuk mengatasi kelemahan evaluasi pada
tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih objektif jika evaluator tidak diberi
informasi tentang selanjutnya. Jika tujuan belajar diketahui sebelum proses
belajar dimulai, proses belajar dan evaluasinya akan berat sebelah. Bentuk-
bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahnya pada tugas-tugas autentik.
Pembelajaran konstruktivistik membantu siswa menginternalisasi dan
menstransformasi informasi baru. Pandangan ini tidak melihat pada apa saja
yang dapat diungkapkan atau apa yang dapat diulang oleh siswa terhadap
pelajaran yang telah dilajarkan dengan cara menjawab soal-soal tes,
melainkan pada apa yang dapat dihasilkan siswa, didemonstrasikan dan
ditunjukkan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teori belajar konstruktivistik adalah teori belajar yang menekankan siswa


untuk belajar aktif mencari pengetahuan, informasi, dan hal lain yang
diperlukan dengan cara berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan, guna
membangun dirinya sendiri. Guru hanya sebagai fasilisator saja yang hanya
mengarahkan siswa agar tidak melenceng dari tujuan belajar.

4.2 Saran
Teori ini lebih cocok diterapkan dalam pendidikan yang peserta didiknya
remaja dan dewasa, karena dalam usia tersebut sudah adanya kematangan
secara fisik maupun fisikis sehingga lebih mudah dalam menerapkannya, dari
pada usia anak-anak. Apalagi dalam perkuliahan, teori ini sangat penting dan
sering kali diterapkan. Oleh karena itu, kami mengajak pada teman-teman
mahasiswa untuk lebih aktif dalam mencari wawasan dan pengetahuan seperti
makna dalam teori ini.
SOAL – SOAL

Latihan Soal Pilihan Ganda


1. Melakukan penilaian yang mencakup cara-cara penyelesaian masalah
dengan berpatokan pada aturan yang berlaku, seperti peta konsep,
diagaram ven, portopolio, uji kompetensi, dan ujian komprehensif.
Aktivitas guru tersebut menggunakan pembelajaran berbasis….
a. Kognitivisme
b. Behaviorisme
c. Konstruktivisme
d. Humanisme
e. Social

2. Sebuah teori belajar secara filosofis pengetahuan dibangun oleh manusia


sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
merupakan teori belajar…
a. Kognitifisme
b. Konstruktivisme
c. Behaviorisme
d. Afektifisme
e. Humanisme

3. Belajar dalan perspektif konstruktivisme lebih menekan kepada…


a. Hasil
b. Pembelajaran
c. Nilai
d. Proses
e. Motivasi
4. Dari pernyataan dibawah ini, manakah yang menunjukkan kelebihan
pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran dilihat dari peran
guru?
a. Bu Lili hanya menunjukkan cara bagaimana siswa dapat
memperoleh data melalui internet
b. Pak Hadi harus memberikan ceramah di depan kelas sepanjang proses
pembelajaran
c. Pada saat mengajar, Pak Budi harus menjelaskan materi secara terus-
menerus
d. Bu Amelia menganggap bahwa kemampuan siswanya adalah sama
e. Bu Dian menganggap bahwa muridnya telah mengerti materi yang
akan dijelaskan

5. Dalam proses mengkonstruksi pengetahuannya, siswa mengembangkan


gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan pemikiran ulang
terhadap pengetahuan yang diperoleh pada…
a. Masa lalu dan masa depan
b. Masa sekarang dan masa lalu
c. Masa siswa belajar
d. Saat siswa sedang melakukan kegiatan
e. Masa depan dan masa sekarang

6. Konstruktivisme merupakan suatu filosofi dan bukan suatu strategi


pembelajaran. Hal tersebut dikemukakan oleh seorang ilmuwan yang
bernama…
a. Brooks & Brooks
b. Von Glasersfeld
c. Schwandt
d. Windschitl
e. Bandura
7. Teori konstruktivisme dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang
bersifat…
a. Kognitif
b. Objektif
c. Generative
d. Subjektif
e. Sibernetik

8. Dibawah ini yang merupakan tokoh dari teori belajar konstruktivisme


adalah…
a. J.Piaget
b. Bandura
c. Bruner
d. Ausubel
e. Gagne

9. Yang bukan termasuk tujuan konstruktifisme adalah…


a. Menciptakan ilmu pengetahuan
b. Menginterpretasikan pengetahuan
c. Mengorganisasikan pengetahuan
d. Tidak menghiraukan pengetahuan
e. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab
siswa itu sendiri

10. Dibawah ini yang tidak termasuk dari tujuan belajar konstruktivisme
dalam pedidikan anak,kecuali…
a. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan menemukan cara
belajar
b. Mengembangkan rencana tindakan
c. Mengembangkan alternative kebijakan
d. Orientasi kebijakan public
e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri

Latihan Soal Essay

1. Apa prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik?


Jawab :
1. Pengetahuan dibangun dan dikembangkan oleh siswa.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindah dari guru ke siswa, kecuali hanya
dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
3. Siswa aktif mengontruksi secara terus-menerus.
4. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancer.
5. Mencari dan menilai pendapat siswa.

2. Jelaskan hakikat anak menurut pandangan teori belajar konstruktivistik?


Jawab :
Perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif
memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan,
perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan
tentang keadaan ketidak seimbangandan keadaan keseimbangan.
Seperti apa yang Piaget katakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam
pikiran seorang anak dengan kegiatan asmilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk
mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring
laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis.

3. Paham konstruktivistik yang mengatakan bahwa pengetahuan anak tidak


dapat ditransfer dari orang lain termasuk guru disebut paham apa dan siapa
tokohnya?
Jawab :
Menurut paham konstruktivis pengetahuan merupakan konstruksi
(bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Pengetahuan
tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang
mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan
pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi
dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk
suatu skema (jamak: skema) yang baru. Seseorang yang belajar itu berarti
membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus-menerus.
Tokohnya adalah Suparno, 1997.

Anda mungkin juga menyukai