Anda di halaman 1dari 5

A.

PENDAHULUAN
Berbagai tantangan dalam dunia Pendidikan hadir sebagai akibat dari pesatnya
pengetahuan dan teknologi. Secara otomatis perkembangan ini menyentuh semua
aspek kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan dan Pendidikan. Sehingga lahirnya
sebuah orientasi dimana ditekankannya Pendidikan bermakna. Hal ini kemudian
menjadi isu penting dalam Pendidikan, seperti yang telah dilaporkan oleh the
International Commission on Education for the Twenty first Century atau suatu
komisi yang dibentuk oleh UNESCO dan bertugas mengkaji Pendidikan yang tepat
untuk abad 21.
Laporan itu mengatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan,
peran pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-
based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan
berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat, baik untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang
kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan.
Sama halnya dengan penilaian, system Pendidikan Indonesia tidak lagi berpacu
pada test standar. Karena test standar membatasi kreatifitas siswa dalam
mengembangkan kemampuan dalam mengeksplorasi.
Tes essay merupakan contoh yang sangat umum dari suatu asesmen berbasis
kinerja, tetapi ada banyak contoh lain, meliputi produksi artistik, eksperimen dalam
sains, presentasi lisan, dan menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah
dunia-nyata. Penekanan pada melakukan, tidak hanya mengetahui; pada proses dan
juga produk. Selain itu, asesmen dari kemampuan siswa untuk membuat observasi,
memformulasikan hipotesis, mengumpulkan data, dan menggambarkan konklusi
saintifik valid dapat membutuhkan penggunaan asesmen kinerja. Menggunakan
matematika untuk menyelesaikan masalah dunianyata yang bermakna dan untuk
mengomunikasikan solusi terhadap masalah yang lain dapat juga diases baik dengan
menggunakan tugas-tugas kinerja dalam setting realistik.
B. PERFORMANCE ASSESMENT (ASSESMEN KINERJA)
Asesmen kinerja menentukan suatu basis bagi guru dengan mengevaluasi
keefektivan proses atau prosedur yang digunakan (misalnya pendekatan untuk
pengumpulan data, manipulasi instrumen) dan produk yang dihasilkan dari kinerja
suatu tugas (misalnya, laporan hasil lengkap, senikerja lengkap). 1.5.1Tipe-Tipe
Asesmen Berbasis Kinerja Asesmen kinerja kadang-kadang juga menunjuk kepada
asesmen otentik (authentic assessments) atau asesmen alternatif (alternative
assessments). Tetapi istilah-istilah itu tidak dapat dipertukarkan. Asesmen alternatif
menyoroti perbedaan terhadap tes tradisional kertas-dan-pensil; sedangkan asesmen
otentik menekankan aplikasi praktis tugas-tugas dalam setting dunia-nyata (Linn &
Gronlund, 1995: 238). Asesmen kinerja seringkali menunjuk pada asesmen otentik
dengan menekankan bahwa guru mengases kinerja sementara siswa terlibat dalam
pemecahan masalah dan pengalaman belajar yang dinilai dalam kebenaran diri
mereka sendiri, bukan sebagai makna menilai prestasi siswa. Bagaimanapun, tidak
semua asesmen kinerja adalah otentik dalam pengertian bahwa guru melibatkan siswa
dalam menyelesaikan masalah real (Linn & Gronlund, 1995:13). Asesmen kinerja
diperlukan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dengan melakukan secara
aktual. Asesmen kinerja diperlukan untuk mengobservasi dan evaluasi keterampilan.
Asesmen kinerja menilai kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan
yang diperolehnya dan skill dalam beragam konteks autentik/nyata dan bekerja secara
kolaboratif untuk memecahkan masalah yang kompleks (Stiggin, 1994) Penilaian
kinerja siswa dapat dilakukan ketika siswa sedang melakukan unjuk kerja atau
melalui produk yang dibuat oleh siswa. Kinerja siswa yang dinilai harus disesuaikan
dengan indicator pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Menurut
Wulan (2004) asesmen kinerja telah direkomendasikan oleh para ahli asesmen
sebagai penilaaian autentik pada pembelajaran sains, tetapi besarnya potensi asesmen
kinerja dalam menilai kemampuan proses sains belum dimanfaatkan oleh sebagian
besar guru sains di Indonesia.
Penilaian kinerja dapat berbasis pengamatan proses ketika skill ditunjukkan atau
berbasis pengamatan produk yang dibuat. Menurut zainul dan windarwati (2010),
asesmen kinerja merupakan penilaian yang mengharuskan peserta didik untuk
mempertunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban yang tersedi
C. TARGET PENILAIAN PERFORMANCE ASSESMEN
(ASSESMEN KINERJA)

D. PERANGKAT PENILAIAN DALAM PERFORMANCE


ASSESMEN(ASSESMEN KINERJA)

E. CIRI-CIRI TASK YANG BAIK

F. CIRI-CIRI RUBRIK YANG BAIK


G. PROSES PENGEMBANGAN PERFORMANCE ASSESMEN(ASSESMEN
KINERJA)
H. VALIDITAS DAN REABILITAS PERFORMANCE
ASSESMEN(ASSESMEN KINERJA)
I. CONTOH INSTRUMEN OBSERVASI
J. CONROH PEMBOBOTAN DAN PENENTUAN NILAI AKHIR DALAM
ASSESMEN KINERJA
K. CONTOH TUGAS KINERJA PADA ASSESMEN KINERKA
L. RUBRIK PENILAIAN ASSESMEN
M. CONTOH ISTRUMEN ASSESMEN KINERJA VERSI SEKOLAH
PROSES PENILAIAN ASSESMEN KINERJA

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA Bern, R. G., & De Stefano, J. (2001). Best Practices in
Contextual Teaching and Learning (A Research Monograph). New York: Office
of Vocational and Adult Education. Darling-Hammond, L., & Snyder, J. (2001).
Authentic Assessment of Teaching in Context. In Howey, K. R, (Eds.),
Contextual Teaching and Learning: Preparing Teacher to Enhance Student
Success in the Workplace and Beyond (pp. 227-228). New York: ERIC
Clearinghouse on Teaching and Teacher Education American Association of
College for Teacher Education. Fogarty, R. (1997). Problem-Based Learning
and Other Curriculum Models for the Multiple Intelligences Classroom.
Melbourne: HAWKER BROWNLOW Education. Gay, L. R. (1985).
Educational Evaluation and Measurement: Competencies for Analysis and
Application. Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing
Company. Gronlund, N. E., & Linn, R. L. (1990). Measurement and Evaluation
in Teaching. Sixth Edition. New York: MacMillan Publishing Company. Hart,
D. (1994). Authentic Assessment: A Handbook for Educators. Menlo Park:
Addison Wesley Publishing Company. Jacob, C. (2003). Apa, Bagaimana, dan
Mengapa CT&L. Makalah Disajikan pada Penataran Guru SMP Se-JABAR
tentang CT&L. Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Pendidikan: Bagian
Proyek Peningkatan Mutu dan Pembangunan Gedung SLTP Jawa Barat Tahun
2003. Jacob, C. (2003). Peranan Belajar Regulasi-diri dalam CT&L: Suatu
Telaah Teoretis dan Praktis. Makalah Disajikan pada Penataran Guru SMP
SeJABAR tentang CT&L. Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Pendidikan:
Bagian Proyek Peningkatan Mutu dan Pembangunan Gedung SLTP Jawa Barat
Tahun 2003.
18
Jacob, C. (2003). Peranan Belajar Observasi dan Pemodelan dalam CT&L.
Makalah Disajikan pada Penataran Guru SMP Se-JABAR tentang CT&L.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat Dinas Pendidikan: Bagian Proyek Peningkatan
Mutu dan Pembangunan Gedung SLTP Jawa Barat Tahun 2003. Kemp, J. E.
(1985). The Instructional Design Process. New York: Harper & Row, Publisher.
Linn, R. L., & Gronlund, N. E. (1995). Measurement and Assessment in
Teaching. Seventh Edition. Englewood Cliff: Merril, an imprint of Prentice
Hall.

Anda mungkin juga menyukai