Anda di halaman 1dari 64

Modul 7

Pendidikan Anak Tunadaksa dan


Tunalaras
Wida Mawaddah 857154442
Nurmalita Sari 857157566
Ratih Wulan Sari 857167581
Fitri Megarani 857158765

Kelompok 4
KB 1
DEFINISI, PENYEBAB, KLASIFIKASI, DAN DAMPAK TUNADAKSA

A. PENGERTIAN DAN DEFINISI ANAK TUNADAKSA

Tunadaksa adalah anak yang memiliki anggota tubuh tidak


sempurna.

Anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai penyandang bentuk


kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian
yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi, komunikasi
mobilisasi dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi.
PENYEBAB KETUNADAKSAAN
Sebab-sebab sebelum kelahiran (fase
01 prenatal)

02 Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal)

03 Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal)


KLASIFIKASI ANAK
TUNADAKSA
Kelainan pada sistem Kelainan pada sistem otot dan
celebral ( Cerebral rangka (Musculus Skeletal
System) System)

1. Poliomyelitis
Celebral Palsy atau 2. Muscle Dystropy
kelumpuhan otak 3. Spina Bifida
DAMPAK
TUNADAKSA

1. Dampak Akademik
2. DampakSosial /
Emosional
3. Dampak Fisik /
kesehatan
KB 2
Kebutuhan Khusus Dan Profil
Pendidikan Anak Tunadaksa

A. Kebutuhan Khusus Anak Tunadaksa


Kebutuhan akan keleluasaan Gerak dan Memosisikan diri

Kebutuhan Komunikasi

Kebutuhan Keterampilan Memelihara Diri

Kebutuhan Psikososial
Profil Pendidikan Anak Tunadaksa
1. Tujuan Pendidikan
2. Sistem Pendidikan
3. Pelaksanaan Pembelajaran
4. Penataan Lingkungan Belajar dan Sarana
Khusus
5. Personel
6. Evaluasi
Tujuan Pendidikan

Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991,


agar peserta didik mampu :
- Mengembangkan Sikap, Pengetahuan dan keterampilan, sebagai
anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik
dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat
mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti
pendidikan lanjutan.
Menurut Connor (1975) dalam Musyafak Asyari (1995), ada
7 Aspek yang harus di adaptasikan pada anak tunadaksa

1. Pengembangan intelektual dan akademik


2. Membantu perkembangan fisik
3. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan
diri anak
4. Mematangkan aspek sosial
5. Meningkatkan ekspresi diri
6. Mempersiapkan masa depan anak
SISTEM PENDIDIKAN

Pendidikan Intergrasi (Terpadu)

Pendidikan Segregasi (terpisah)

Pendidikan Inklusif
Pelaksanaan Pembelajaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaanya
adalah sebagai berikut:

01 Perencanaan Pembelajaran

02 Prinsip Pembelajaran
Penataan Lingkungan Belajar dan Sarana Khusus

Terkait dengan kemampuan motorik penderita


tunadaksa, maka gedung atau fasilitas yang disediakan
seharusnya ramah terhadap tunadaksa. Sebaiknya
bangunan yang ada meliputi tiga hal yaitu, anak mudah
keluar masuk, mudah bergerak dalam ruangan dan mudah
mengadakan penyesuaian atau segala sesuatu yang ada
diruangan itu mudah digunakan
PERSONEL
Berikut adalah Personel yang harus ada dalam penyelenggaraan
pendidikan anak tunadaksa yaitu,
1. Guru Pendamping Khusus
2. Guru yang memiliki keahlian khusus, dalam seni ataupun
keterampilan
3. Guru sekolah biasa
4. Dokter umum
5. Dokter ahli ortopedi
6. Neurolog
7. Ahli terapi lainnya (Terapi Wicara, Phycotherapist, Bimbingan
Konseling dan orhtotist prosthetist)
EVALUASI

Evaluasi dilakukan berdasarkan berat atau ringan nya kelainan


yang diderita oleh anak tunadaksa
KB

3 Definisi, Klarifikasi, Penyebab,


dan Dampak Ketunalarasan
A. PENGERTIAN DAN DEFINISI ANAK
TUNALARAS
Penggunaan istilah tunalaras sangat bervariasi berdasarkan sudut
pandang tiap-tiap ahli yang menanganinya.
Dalam Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1991 disebutkan bahwa
tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah
laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik
terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sementara
DEFINISI itu masyarakat lebih mengenalnya dengan istilah anak nakal.

Public Law 94-242 (Undang-Undang tentang PLB di Amerika


Serikat) mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah
gangguan emosi dalam kurun waktu tertentu dengan tingkat yang
tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar
B. KLASIFIKASI ANAK TUNALARAS
Rosembera, dkk Quay, dkk
(1992) (1979)
Mengelompokkan atas Anak yang mengalami
tingkah laku yang gangguan kacau
beresiko tinggi dan
rendah. Anak yang cemas
menarik diri
Beresiko tinggi :
Hiperaktif, agresif, pembangkang, Definisi ketidakmatangan :
delinkuensi, anak yang menarik Anak yang tidakada perhatian,
diri dari pergaulan sosial lambat, tidak ada minat
sekolah, dll
Beresiko rendah : Anak agresi sosialisasi,
Mercury is the closest mempunyai ciri masalah
planet to the Sun gangguan bersosialisasi dengan
‘gang’ tertentu.
PENYEBAB KETUNALARASAN
01 02 03
Faktor Keturunan Faktor Kerusakan Fisik Faktor Lingkungan

04
Faktor lain
DAMPAK ANAK TUNALARAS
Dampak Dampak Sosial / Dampak Fisik /
Akademik Emosional Kesehatan

❖ Pencapaian hasil ❖ Aspek Sosial :


belajar yang jauh di Masalah yang ❖ Adanya gangguan
menimbulkan masalah makan
bawah rata-rata bagi orang lain, Tindakan ❖ Gangguan tidur
❖ Sering kali agresif, melakukan ❖ Gangguan gerakan
membolos sekolah kejahatan remaja

 Aspek emosional : Seringkali anak merasakan


 Sering kali dikirim ke Adanya hal-hal yang ada sesuatu yang tidak beres
klinik bimbingan menimbulkan penderitaan pada jasmaninya : ia mudah
bagi anak, serta rasa mendapat kecelakaan, cemas
gelisah terhadap kesehatannya, dll
KEGIATAN
BELAJAR
4

KEBUTUHAN KHUSUS dan PROFIL


PENDIDIKAN ANAK TUNALARAS
A. KEBUTUHAN KHUSUS
Kebutuhan akan
penyesuaian lingkungan Kebutuhan untuk
belajar maupun proses mengembangkan Kebutuhan akan
pembelajaran yang sesuai kemampuan fisik sebaik- penguasaan keterampilan
dengan kondisi anak baiknya khusus untuk bekal
tunalaras hidupnya.

Kebutuhan akan adanya Kebutuhan akan adanya Kebutuhan akan adanya


kesempatan sebaik- rasa aman suasana yang tidak
baiknya, agar dapat menambah rasa rendah
menyesuaikan diri diri
dengan lingkungannnya.
MODEL / STRATEGI
PEMBELAJARAN

Model Model Model Model


biogenetik behavioral psikodinamika ekologis
Model ini dipilih berdasarkan Model ini mempunyai asumsi Model ini berpandangan bahwa Model ini mempunyai asumsi
bahwa gangguan emosi perilaku yang menyimpang / bahwa gangguan ini terjadi
asumsi bahwa gangguan perilaku
merupakan indikasi gangguan emosi disebsbkan oleh karena adanya disfungsi antara
disebabkan oleh kecacatan
ketidakmampuan menyesuaikan gangguan yang terjadi dalam anak dengan lingkungannya.
genetik/ biokimiawi sehingga
diri yang terbentuk, bertahan, dan proses perkembangan kepribadian. Oleh karena itu, cara
penyembuhannya ditekankan mengatasinya dengan
mungkin berkembang. Oleh Cara mengatasinya yaitu dengan
pada pengobatan, diet, olahraga, karena itu, penanggannya tidak memperbaiki problem prilaku
pengajaran psikoedukasional, yaitu
operasi atau mengubah hanya ditujukan kepada anak, agar mengupayakan interaksi
usaha untuk membantu anak
lingkungan. teteapi pada lingkungan tempat dalam mengekspesikan dan yang baik antara anak dan
anak belajar dan tinggal. mengendalikan perasaannya. lingkungannya.
b. Teknik/pendekatan
Perawatan Modifikasi Strategi Stratregi
dengan obat perilaku psikodinamika ekologi
Kavale dan Nye (1984) Dalam teknik ini Tujuan pendekatan ini Pendukung Teknik,
mengemukakan bahwa dilakukan untuki adalah membantu anak mengasumsikan
obat-obatan dapat mendorong perilaku menjadi sadar akan bahwa dengan
mengurangi / prososial dan kebutuhannya, diciptakannya
menghilangkan gangguan mengurangi perilaku keinginannya, dan lingkungan yang
perilaku, seperti adanya antososial adalah kekuatannya sendiri. baik maka perilaku
perbaikan perhatian, hasil penyesuaian perilaku Penganjur strategi ini anak akan baik
belajar, dan nilai tes yang melaljui operant menyarankan agar pula.
baik, serta hiperaktif yang conditioning dan task dilakukan evaluasi
menuju arah perbaikkan. analysis (analisis tugas). diaglostik, perawatan,
pengambilan keputusan,
dan prosedur psikiatrik.
3. Tempat Layanan
a. Tempat khusus
Tempat ini dikenal dengan Sekolah Luar Biasa Anak
Tunalaras (SLB-E). Sama Dengan sekolah luar biasa
yang lain, SLB-E memiliki kurikulum dan struktur
pelaksanaannya yang disesuaikan denga keadaan
dengan anak tunalaras, baik yang sedang maupun
berat.

b. Tempat Inklusi
Dari banyak jenis anak tunalaras, ada 3
jenis, yaitu hyperactive, distraktibilitas,
dan impulsitas yang kemungkinan
banyak dijumpai di sekolah biasa
(umum), dimana mereka belajar
bersama-sama dengan anak normal.
1. Hiperaktif
Berdasarkaan klasifikasi dana karakteristik yang dikemukakan oleh
Quay (Hallahan & Kauffman, 1986), hiperaktif termasuk dalam
dimensi anak yang bertingkah laku kacau (conduct disorder).

Ciri-ciri anak hiperaktif adalah sebagai berikut :


1. Gerakannya terlalu aktif, tak mau diam sepanjang hari
2. Suka mengacau teman-teman sebayanya
3. Sulit memperhatikan dengan baik.

Hiperaktif disebabkan oleh banyak faktor, seperti disfungsi


otak,kekurangan oksigen, kecelakan fisik, keracunan serbuk timah,
kekurangan gizi dan perawatan pada masa tumbuh kembang, minuman
keras dan obat-obatan terlarang selama kehamilan, kemiskinan, dan
lingkungan keluarga yang tidak sehat.
TEKNIK-TEKNIK PEMBELAJARAN ANAK
Medikasi
HIPERAKTIF
Diet Modifikasi tingkah laku
Bagi anak hiperaktif, medikasi Pantangan berbagai macam Perilaku dapat diubah dan
yang sering dipakai adalah obat- makanan/ minuman yang dikendalikan dengan
obatan perangsang saraf mengandung zat pewarna atau mengatur pola interaksi
terutama pada kaitannya dengan penyedap rasa dapat menyebabkan antara individu dengan
penerangan hiperaktif lingkungannya.

Lingkungan yang terstruktur Modeling Biofeedback


Pendekatan ini menekankan Perilaku yang ditunjukkan anak Biofeedback merupakan teknik
pengaturan lingkungan belajar sering merupakan akibat meniru pengendalian perilaku atau proses
anak, misalnya mengurangi objek contoh perilaku yang diberikan biologis internal dengan cara memberi
atau benda di kelas yang dapat oleh teman sekelas atau orang informasi (feeding back) kepada anak
mengganggu perhatian anak, dewasa. Prosedur yang dipakai mengenai kondisi perilaku dan tubuhnya.
penjelasan secara terperinci, adalah dengan menyuruh anak Anak dilatih untuk mengendalikan
pemberian konsekuensi, dan lain reguler di kelas untuk membri aktivitas otot-ototnya dengan memantau
sebagainnya. contoh perilaku yang baik sendiri tekanan ototnya.
2. DISTRAKBILITAS
Gangguan dalam perhatian pasa stimulus yang relevan secara
efisien.

Short
attention Underselection Overselective
span attention attention
Ketidakmampuan Ketidakmampuan Terlalu selektif dalam
memusatkan perhatian membedakan antara memberi perhatian,
dalam waktu yang relatif stimulus yang relevan sehingga hal-hal yang
lama dan terlalu sering yang harus diperhatikan sebenarnya relevan
berpindah perhatian dari dan stimulus yang tidak menjadi tertinggal.
satu objek ke objek yang relevan yang harus
lain diabaikan.
LAYANAN ANAK DISTRAKBILITAS
Ada beberapa cara yang digunakan dalam memberi layanan kepada
anak-anak tunalaras, diantaranya sebagai berikut :
1. Lingkungan yang terstruktur dan stimulus yang terkendali
• Dinding dan langit-langit yang kedap suara
• Pemasangan karpet dilantai
• Jendela ditutup dengan kain atau kaca baru
• Lemari dan isisnya ditata sehingga isinya tidak tampak
• Disediakan meja tulis yang tertutup di depan dan sampingnya
sehingga anak dapat bekerja sendiri tanpa gangguan.
• Tetapkanlah apa yang diharapkan dari anak dan jelaskan apa itu

2. Modifikasi tingkah laku


3. IMPULSIVITAS
Seseorang dikatakan impulsive jika cendrung mengikuti kemauan
hatinya dan terbiasa bereaksi cepat tanpa berpikir panjang dalam
situasi maupun tugas-tugas akademik

Penyebab Impulsif :
• Faktor keturunan
• Cemas
• Faktor budaya
• Disfungsi saraf
• Perilaku yang dipelajari di lingkungan
• Faktor ego dan super ego tidak berkembang
Metode untuk Mengendalikan Impulsif

Adapun beberapa metode untuk mengendalikan impulsif,


diantaranya:
• Melatih verbalisasi aktivitasnya untuk mengendalikan perilakunya
• Modifikasi tingkah laku
• Mengajarkan seperangkat keterampilan kepada anak, antara lain
keterampilan memusatkan perhatian, menghindari gangguan/ stimulant
pengganggu, mengembangkan keterampilan pengingat.
• Mendiskusikan perilaku anak antara guru dengan anak itu sendiri untuk
memperoleh pemahaman akan masalah perilaku anak itu
• Wawancara dengan anak segera setelah perilaku terjadi untuk melihat
apa yang telah terjadi, mengapa terjadi.
• Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah.
SARANA

Sarana pendidikan pada dasarnya tidak


berbeda dengan sarana pendidikan
biasa (sekolah reguler). Hanya saja
membutuhkan ruangan khusus,
misalnya ruangan konsultasi psikologi,
atau bimbingan dan konseling, ruang
pemeriksaan kesehatan terapi fisik
melalui olahraga, permaianan dan lain-
lain.
PERSONIL
Di Lembaga Pendidikan anak tunalaras dibutuhkan beberapa tenaga professional, seperti guru
yang berpengalaman dan matang kepribadiannya, tenaga ahli bidang keilmuan lain, yakni
psikolog, konselor, psikiater, neurolog, dan pekerja sosial
EVALUASI
Evaluasi yang dapat digunakan dalam pendidikan anak tunalaras adalah evaluasi yang berkaitan
dengan prestasi belajar. Pada dasarnya evaluasi ini sama seperti evaluasi yang dilakukuan pada
anak baisa disekolah reguler. Selain itu ada hal yang paling penting dievaluasi adalah aspek
kesehatan mentalnya, misalnya tingkat kegelisahan anak, frekuensi agresivitasnya,
kegelisahannya, dan dain-lain.
THANKS!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and includes icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik
Modul 8
Pendidikan Anak
Berkesulitan Belajar
Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar

Kegiatan Belajar 1 Kegiatan Belajar 2 Kegiatan Belajar 3


Definisi, Penyebab, dan Karakteristik Anak Intervensi Anak
Jenis-Jenis Kesulitan Berkesulitan Belajar Berkesulitan Belajar
Belajar
1
Kegiatan Belajar
Definisi, Penyebab, dan Jenis-jenis
Kesulitan Belajar
A. DEFINISI KESULITAN BELAJAR
• Beragam istilah yang digunakan untuk menyebut • Menurut Canadian Association for
Anak Berkesulitan Belajar (ABB) adalah brain Children and Adults with Learning
injured, minimal brain dysfunction, language Disabilities (1981) anak berkesulitan
disorders, educationally handicapped. Namun belajar adalah mereka yang tidak mampu
istilah umum yang sering digunakan oleh para mengikuti pelajaran di sekolah
ahli pendidikan adalah learning disabilities meskipun tingkat kecerdasannya
(Donald, 1976:1) yang diartikan sebagai termasuk rata-rata, sedikit di atas rata-
“Kesulitan Belajar”. Oleh karena sifat kelainan rata, atau sedikit di bawah rata-rata, dan
yang spesifik, kelompok anak yang mengalami apabila kecerdasannya lebih rendah dari
kesulitan belajar ini, disebut Specific Learning kondisi tersebut bukan lagi termasuk
Disabilities, yaitu kesulitan belajar khusus learning disabilities.
(Painting, 1983: Kirk, 1989).
A. DEFINISI KESULITAN BELAJAR
• The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD)
mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah istilah umum yang
digunakan untuk kelompok gangguan yang heterogen yang
berupa kesulitan nyata dalam salah satu atau lebih dalam
mendengarkan, mengucapkan, membaca, menulis, berpikir, dan
kemampuan matematika. Gangguan ini terdapat dalam diri
seseorang yang disebabkan adanya disfungsi minimal pada
system saraf di otak.
“Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas akademiknya, yang disebabkan oleh adanya
ketidakberfungsian sistem persarafan yang minimal di otak, atau gangguan
dalam psikologi dasar, sehingga mengakibatkan terhambatnya dalam
melaksankan tugas-tugas akademik dan berdampak terhadap prestasi
belajar rendah. Untuk mengembangkan potensinya secara optimal mereka
memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus.”

–Definisi sederhana Anak Berkesulitan Belajar


B. KLASIFIKASI KESULITAN BELAJAR

Developmental learning disabilities Academic learning disabilities

Kesulitan belajar yang berhubungan Kesulitan belajar akademik


dengan perkembangan mencakup mencakup kesulitan belajar membaca,
gangguan perhatian, ingatan, motorik, menulis, dan berhitung atau
persepsi, berbahasa dan berpikir. matematika.
C. PENYEBAB KESULITAN BELAJAR

Faktor Genetis
Disebabkan faktor keturunan.
Faktor Faktor
Organis/Biologis Lingkungan
Disebabkan disfungsi dari Bukanlah bersifat primer
sistem saraf pusat. (utama), tetapi lebih banyak
bersifat sekunder.
Menurut (Kirk/Gallagher, 1989: 197)
Terdapat empat faktor yang dapat memperberat gangguan dalam belajar yaitu:

Kondisi Fisik

Faktor Lingkungan

Faktor Motivasi dan Afeksi

Kondisi Psikologis
Kegiatan
Belajar
2
Karakteristik Anak
Berkesulitan Belajar
Menurut Clement (1991)
Terdapat 10 gejala yang sering dijumpai pada anak berkesulitan belajar yaitu :
1. Hiperaktif;
2. Gangguan persepsi motorik;
3. Emosi yang labil;
4. Kurang koordinasi;
5. Gangguan perhatian;
6. Impulsif;
7. Gangguan memori dan berpikir;
8. Kesulitan pada akademik khusus (membaca, matematika dan menulis);
9. Gangguan dalam berbicara dan mendengarkan; dan
10. Hasil electroencephalogram (EEG) tidak teratur serta tanda neurologis tidak
jelas.
Menurut Hallahan ciri anak yang
mengalami kesulitan belajar yaitu:

Masalah Persepsi Mengalami Menunjukkan


dan Koordinasi Gangguan dalam Gejala sebagai
Masalah Mengingat Siwa yang Tidak
dan Berpikir Aktif

Gangguan dalam Kurang Mampu Pencapaian Hasil


Perhatian dan Menyesuaikan Belajar yang
Hiperaktif Diri Rendah
B. KARAKTERISTIK KHUSUS ANAK BERKESULITAN MEMBACA

Gangguan Membaca Anak yang berkesulitan membaca kurang mampu membedakan kata-
Lisan kata yang berbeda secara ortografis.

Gangguan Jangka Anak yang mengalami kesulitan membaca mengalami kesulitan


Pendek merekam huruf yaitu mengeja huruf secara teratur.

Gangguan Pada anak yang berkesulitan membaca, perbedaan strategi di dalam


pemahaman teks dapat disebabkan oleh kekurangan dalam penguasaan
Pemahaman Bahasa.
C. KARAKTERISTIK KHUSUS ANAK BERKESULITAN MENULIS

Menulis dengan Menulis Ekspresif


Tangan

Mengeja Karakteristik Khusus


Anak Berkesulitan
Matematika/Berhitung
Menurut Bley & Thornton (Lovitt, 1989)
Terdapat 11 kategori perilaku utama pada anak yang kesulitan belajar
matematika yaitu :
1. Figure-ground
2. Discrimination
3. Reversal
4. Spatial
5. Short-term
6. Long-term
7. Sequential
8. Closure
9. Expresive Language
10. Receptive Language
11. Abstract Reasoning
Berkaitan dengan banyaknya anak berkesulitan belajar dalam Matematika Cawley &
Colleagues (Lovvit, 1989) mengemukakan tiga bentuk alasan kegagalan yaitu:

Keterkaitan Kegagalan Kegagalan


Kegagalan pembelajaran Individu
3
Kegiatan Belajar
Intervensi Anak Berkesulitan
A. Intervensi Terhadap Anak
Berkesulitan Membaca
Uraian tentang intervensi terhadap siswa berkesulitan membaca
akan membahas tentang: tipe (bentuk) kesulitan membaca,
asesmen kemampuan membaca, prosedur intervensi kesulitan
membaca, dan pendekatan, serta teknik dalam intervensi
kesulitan membaca.
1. Tipe (bentuk) kesulitan membaca
Secara umum, M. Monroe (dalam permanarian, 1992:7) membagi kesulitan membaca menjadi delapan
bagian, yaitu sebagai berikut:
a. Kurang mengenal huruf
b. Bingung urutan letak huruf
c. Menambah suara yang tidak ada
d. Menghilangkan huruf yang ada
e. Mengganti kata
f. Mengulang kata
g. Menambahkan kata yang tidak ada dalam bacaan
h. Menghilangkan kata yang ada dalam bacaan
Hasil pengamatan di lapangan terhadap beberapa kasus (siswa kelas 4 SD), ditemukan berbagai tipe
gangguan dalam membaca, yaitu sebagai berikut:
a. Menghilangkan huruf
b. Menghilangkan kata
c. Menambah huruf
d. Penggantian huruf dan kata
e. Kurang memperhatikan tanda baca
f. Pemahaman isi bacaan
2. Asesmen Kemampuan membaca
Asesmen kemampuan membaca bertujuan untuk: (a) menentukan pengelompokan anak secara tepat untuk pengajaran, (b)
menunjukkan secara tepat kebutuhan belajar anak secara spesifik, (c) menilai kekuatan dan kelemahan dari prgram
pengajaran, (d) mengakses perkembangan membaca seseorang, dan (e) pertanggung jawaban kepada orang tua/masyarakat.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, ada dua bentuk asesmen yang dapat digunakan, yaitu asesmen formal dan
informal.
a. Asesmen formal
1) Tes survei
2) Tes Diagnostik
• Pengenalan huruf
• Pengenalan kata
• Menganalisis kata
• Pemahaman kata
• Pemahaman bagian bacaan
3. Tes hasil belajar
b. Asesmen informal
1) Informal Reading Inventories (IRI)
2) Cloze prosedure
3) Asesmen minat membaca
3. Prosedur Intervensi Kesulitan Membaca

1 2 3
Identifikasi Diagnosis Penyusunan
maslah program layanan

4
Evaluasi
4. Pendekatan dan Teknik dalam Intervensi Kesulitan
Membaca
Carnine & Silbert dalam Mercer & Mercer (1989:366) mengemukakan dua pendekatan pokok dalam
mengajar membaca permulaan. Kedua pendekatan tersebut adalah, pendekatan dengan penekanan pada
lambang atau yang menekankan pada bunyi huruf dan pendekatan dengan pendekatan makna, atau
menekankan pada penggunaan kata. Teknik yang diklasifikan ke dalam pendekatan pada lambang antara
lain:
a. Teknik Gillingham dan Stillman
1) Mengenal huruf
2) Merangkai huruf menjadi kata
3. Membaca kalimat dan cerita
b. Teknik fernald
1) Tahap satu
2) Tahap dua
3) Tahap tiga
4) Tahap empat
c. Pendekatan untuk membantu siswa dalam membaca pemahaman
B. Intervensi Terhadap Anak
Berkesulitan Menulis
Dalam uraian ini akan dibahas tentang intervensi bagi anak-anak
yang mengalami kesulitan belajar menulis, khususnya menulis
dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis
ekspresif.
Adapun pembahasannya meliputi: tipe-tipe kesulitan menulis,
asesmen, diagnostik, dan remediasi.
1. Tipe-tipe Kesulitan Menulis

Ada berbagai tipe/bentuk kesulitan menulis, diantaranya sebagai berikut:


a. Kesalahan dalam menuliskan bentuk huruf
b. Ukuran huruf yang tidak normal
c. Ukuran huruf tidak proporsional
d. Bentuk huruf yang tidak menentu
e. Menulis tidak lancar
f. Kesalahan dalam menuliskan angka
g. Tulisan terlalu miring
h. Kesulitan menentukan besarnya jarak per huruf
i. Berantakan
j. Ketidakmampuan untuk menulis tepat pada garis horizontal
k. Pensil terlalu ditekan, atau kurang sekali menekan
l. Kotor
2. Asesmen Kesulitan Menulis
Asesmen terhadap kesulitan menulis dapat dilakukan dengan menggunakan, asesmen formal dan informal.
a. Asesmen formal
Instrumen disusun untuk mengasesmen kemampuan menulis pada sembilan tugas berikut:
1) Menulis dari kiri kenan, 2) memegang pensil, 3) menulis nama depan, 4) mempertahankan posisi menulis yang
tepat, 5) menulis huruf yang diminta, 6) menyalin kata-kata, 7) menyalin tulisan dari papan tulis ke kertas/buku, 8)
melebihi garis, dan 9) menulis nama akhir
b. Asesmen informal
1) Observasi
2) Menganalisis pola-pola kesalahan tulisan
a) Bentuk huruf
b) Ukuran huruf
c) Jarak
d) Kualitas garis
e) Kemiringan huruf
f) Kecepatan menulis
3. Diagnostik dan
Remediasi
Pembahasan mengenai diagnostik
dan remediasi kesulitan menulis,
mencakup menulis dengan tangan
(hand writing), mengeja, dan
menulis ekspresif (ekspressive
writing)
C. Intervensi Terhadap Anak Berkesulitan
Belajar Matematika
Layanan intervensi yang akan dibahas, ditujukan bagi anak
berkesulitan belajar pada salah satu cabang matematika, yaitu
aritmatika (berhitung). Kesulitan belajar berhitung secara garis
besar dibagi ke dalam dua bagian, yaitu kesulitan belajar
berhitung faktual dan kesulitan belajar berhitung soal cerita.
Keduanya memiliki perbedaan dilihat dari faktor penyebabnya.
1. Pola-pola Kekeliruan Khusus
2. Asesmen Kesulitan Belajar Matematika
• Teknik wawancara (diagnostic interview)
• Teknik test survey yang dibuat guru
3. Pengajaran Remidi
• Nilai tempat
• Penjumlahan
• pengurangan
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai