BAB I
PENDADULUAN
A.Latar Belakang
Kegiatan penilaian sangat bersifat kuantitatif. Dan lebih banyak diarahkan pada upaya
memeriksa perbedaan-perbedaan individual. Dalam bidang pendidikan, berbagai alat uji/ tes
diarahkan pula untuk mengukur perbedaan individual antara siswa yang satu dan siswa-siswa
yang lain dalam setiap bidang studi.
Penilaian itu bukan pengukuran atau prediksi, melainkan interpretasi atau judgment.
Interpretasi selalu menunjuk adanya perbandingan. Penilaian tidak dimaksudkan untuk
menghasilkan hukuman yang bersifat umum melainkan menentukan nilai dari suatu objek atau
peristiwa dalam konteks situasi tertentu.
Banyak orang menghubungkan penilaian alternatif bergerak ke arah perubahan yang telah
terjadi di tempat kerja. Di masa lalu, menyiapkan murid-murid sekolah umum untuk pekerjaan
manufaktur yang menjadi tulang punggung perekonomian. Difokuskan pada sekolah dasar
keahlian dan pengetahuan berbasis fakta. Kertas-dan-pensil tes cukup diukur berdasarkan fakta
pengetahuan yang digunakan dalam ekonomi lama. Penilaian alternatif membantu sekolah
mempersiapkan siswa untuk tugas-tugas kompleks yang akan dituntut dari mereka ketika mereka
menjadi dewasa dengan berfokus pada keterampilan berpikir daripada menghafal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka tujuan dari penulisan ini kami mencoba untuk
menguraikan bahasan – bahasan tentang penilaian dalam proses belajar-mengajar, khususnya
tentang penilaian alternatif.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejak pertengahan tahun 1980-an, para ahli pendidikan banyak berbicara mengenai
kelemahan tes baku yang peranannya semakin dominan dalam system persekolahan. Tes baku
yang didasarkan pada prinsip validitas, reliabilitas, keamanan, kemanfaatan dan akurasi suatu
pengukuran hasil belajar, semakin luas dipersoalkan karena dianggap sebagai bagian yang
terisolir dari proses belajar secara keseluruhan.
Istilah penilaian alternatif secara luas didefinisikan sebagai metode penilaian apapun
yang alternatif. Penilaian alternatif menuntut siswa untuk menunjukkan keterampilan dan
pengetahuan yang tidak dapat dinilai dengan menggunakan penilaian berupa tes. Penilaian
alternatif berusaha untuk mambuat siswa berpikir kritis dan evaluasi keterampilan dengan
meminta siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas terbuka yang sering mengambil lebih dari satu
periode kelas untuk menyelesaikan.
Ada beberapa alasan memilih untuk memanfaatkan tes atau penilaian alternatif, baik dalam
proses maupun dalam produk proses pembelajaran.
1. Keberhasilan atas terjadinya perubahan lebih tergantung pada kerja keras dibandingkan
penjejalan pelajaran dimenit terakhir.
2. Bentuk ini lebih menghargai yang konsisten, karena menuntut keterlibatan dalam proses
pembelajaran secara langsung.
3. Penilaian ini menuntut respon segera dari dosen atau guru.
4. Penilaian ini menuntut dosen atau guru melakukan komunikasi yang lebih baik, lebih
terbuka, dan lebih jelas terhadap mahasiswa atau siswa.
5. Moodel penilaian ini dapat memotivasi untuk bekerja dengan cara dan gaya yang berbeda
sesuai dengan kecendrungan masing- masing.
6. Model penilaian ini dapat mengurangi “jarak” hubungan yang berbeda antara fungsi guru
dan siswa, dan dapat meciptakan hubungan yang akrab antara kedua belah pihak.
7. Model penilaian ini diyakini lebih adil, lebih mudah mengukur kompetensi, kualitas, dan
keahlian, serta bernilai dalam konteks external.
8. Menggunakan metode penilaian standar membuat aktivitas mendekati kehidupan nyata.
Menurut beberapa ahli seperti Gardner, Fodor, Sternberg, Perkins, Gruber menunjukkan
bahwa individu yang kreatif menggunakan apa yang mereka miliki lebih efisien dan
fleksibel. Seperti individu yang sangat reflektif tentang kegiatan mereka, mereka menggunakan
waktu, dan kualitas produk mereka (Gardner, 1993). Maka, dapat disimpulkan fungsi penilaian
alternatif adalah sebagai berikut :
Karateristik utama penilaian alternatif tidak hanya mengukur belajar siswa, tapi secara
lengkap memberi informasi yang lebih jelas tentang proses pembelajaran. Berikut ialah empat
asumsi pokok penilaian kinerja:
Ada banyak cara untuk mengimplementasikan penilaian alternatif dalam kelas. Walau
bagaimanapun penilaian alternative mungkin akan menunjukkan sebagian besar karakteristik ini:
Penilaian ini didasarkan pada tugas-tugas otentik yang menunjukkan kemampuan peserta
didik untuk mencapai tujuan komunikasi
Instruktur dan peserta fokus pada komunikasi, bukan pada jawaban yang benar dan yang
salah
Membantu peserta didik untuk menetapkan kriteria untuk berhasil menyelesaikan tugas
komunikasi
Peserta didik memiliki kesempatan untuk menilai diri mereka sendiri dan rekan-rekan
mereka.
Meminta para siswa untuk melakukan, menciptakan atau menghasilkan sesuatu.
Mendorong siswa dalam merefleksikan diri.
Mengukur hasil signifikansi.
Mampu berpikir tingkat tinggi dan keterampilan pemecahan masalah.
Menggunakan tugas-tugas yang mewakili kegiatan instruksional bermakna.
Memanggil aplikasi dunia nyata.
Menggunakan penilaian manusia (bukan mesin) untuk skor.
Memerlukan peran instruksional dan penilaian untuk guru.
Memberikan kesempatan penilaian diri bagi siswa.
Menyediakan kesempatan bagi individu maupun kerja kelompok.
Mendorong siswa untuk melanjutkan aktivitas belajar di luar ruang lingkup penugasan.
Eksplisit mendefinisikan kriteria kinerja.
Membuat penilaian sama pentingnya dengan kurikulum dan pengajaran
Penilaian alternatif mengambil banyak bentuk, sesuai dengan sifat keterampilan dan
pengetahuan yang sedang dinilai. Siswa biasanya diminta untuk menunjukkan pembelajaran
dengan menciptakan sebuah produk, seperti pameran atau presentasi lisan, atau melakukan suatu
keterampilan, seperti melakukan sebuah eksperimen atau demonstrasi.
Empat variasi penilaian alternatif adalah penilaian kinerja, penilaian portofolio, penilaian
proyek dan penilaian investigasi. Dalam situasi tertentu, lebih dari satu bentuk mungkin terlibat.
Sebuah deskripsi singkat dari masing-masing uraian sebagai berikut.
Performance assessment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana
peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan
yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi boleh dikatakan
bahwa perfeformance assessment adalah suatu penilaian yang meminta peserta tes untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai
dengan kriteria yang diinginkan.
Istilah ini mengacu pada berbagai kegiatan penilaian guru yang memberikan kesempatan untuk
mengamati siswa menyelesaikan tugas-tugas dengan menggunakan keterampilan yang sedang
dinilai. Sebagai contoh, di kelas sains, daripada mengambil tes pilihan ganda tentang eksperimen
ilmiah, siswa benar-benar melakukan percobaan laboratorium dan menulis tentang proses dan
pilihan-pilihan mereka dalam laporan laboratorium.
Tujuan tugas dalam penilaian unjuk kerja adalah untuk mengetahui apakah yang diketahui siswa
dan apakah yang mereka lakukan. Penilaian unjuk kerja bisa dimulai secara perlahan dan teratur.
Akan tetapi karena penilaian unjuk kerja menilai pemahaman siswa, maka lebih baik
mengunakan penilaian dengan komentar dari pada nilai numerik. Sebab nilai memberi kesan
pada siswa bahwa pekerjaan itu berhasil, sebagian, atau tidak sama sekali. Komentar guru dapat
memberikan pandangan pada siswa akan pemahamannya dan merupakan dasar pekerjaan
berikutnya.
Dua hal yang harus ada dalam penilaian unjuk kerja adalah standar unjuk kerja harus ditetapkan
dan tugas unjuk kerja harus ditulis sehingga dapat dievaluasi menggunakan standar yang
ditetapkan tersebut.