Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN INTEGRATIF

22.45 Pendidikan, Perencanaan Pendidikan

Dalam

suatu

proses

pembelajaran

tidak

ada

suatu

pendekatan

pembelajaran yang tepat untuk semua topik dan semua situasi, oleh
karena

itu

guru

dalam

menentukan

metode

dan

pendekatan

pembelajaran apa yang harus dipilih harus senantiasa memperhatikan


kondisi

siswa/murid,

sarana

prasarana

yang

ada

maupun

materi

pembelajaran apa yang akan dibahas.


Begitu juga di setiap sekolah tidak semua siswa/murid mempunyai latar
belakang sosiai budaya, ekonomi, agama serta motivasi yang sama dalam
setiap belajarnya, kondisi ini mengharuskan setiap guru memahami
karakteristik dari siswa/murid atau kelas yang dihadapi jika ingin proses
pembelajarannya bisa berhasil.
Kondisi yang berbeda-beda tentang latar belakang kemampuan, ekonomi,
sosial budaya, agama dan motivasi siswa/murid tersebut dalam belajar,
bisa terlihat dari prestasi belajar yang dicapai, akhlak, budi pekerti dan
perilaku

siswa/murid

yang

ditunjukkan

oleh

siswa/murid

dalam

kehidupannya sehari-hari.
Pengertian Pendekatan Integratif
Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan
pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara
terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan

bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisahpisah. Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam :
a. Integratif Internal
Yaitu keterkaitan yang terjadi antar bahan pelajaran itu sendiri, misalnya
pada waktu pelajaran bahasa dengan fokus menulis kita bisa mengaitkan
dengan membaca dan mendengarkan juga.
b. Integratif Eksternal
Yaitu keterkaitan antara bidang studi yang satu dengan bidang studi yang
lain, misalnya bidang studi bahasa dengan sains dengan tema lingkungan
maka kita bisa meminta siswa/murid membuat karangan atau puisi
tentang banjir untuk pelajaran bahasanya untuk pelajaran sainsnya kita
bisa menghubungkan dengan reboisasi atau bisa juga pencemaran
sungai.
Pendekatan pembelajaran terpadu adalah seperangkat asumsi yang
berisikan

wawasan

pembelajaran

dengan

dan

aktifitas

memadukan

berfikir

dalam

pengetahuan,

merencanakan

pengalaman

dan

keterampilan sebagai area isi kegiatan belajar mengajar. Fogarty dalam


buku How to Integrate the curricula menyatakan bahwa pembelajaran
terpadu merupakan :
1. The vertical spiral represents the spiraling curricula built into most
text materials as.
2. The horizontal band reprsents the breadth and depth of learning in
a given subject.
3. The circle represents the integration of skill, themes, concepts, and
topicsaccros dislipines.
Pendekatan

pembelajaran

terpadu,

menurut

Aminuddin

(1994),

merupakan perencanaan dan proses pembelajaran yang ditujukan untuk


menguntai tema, topik, pemahaman, dan pengalaman belajar secara
terpadu. Pembelajaran terpadu itu sebagai wawasan dan bentuk kegiatan
berfikir ketika guru merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan
berlandas tumpu pada prinsip-prinsip:

a. Humanisme
Manusia secara fitrah memiliki bekal yang sama dalam upaya memahami
sesuatu. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pendidikan.
1. Guru bukan satu-satunya sumber informasi.
2. iswa/murid disikapi sebagai subjek belajar yang kreatif mampu
menemukan pemahaman sendiri.
3. Dalam proses belajar mengajar, guru lebih banyak bertindak
sebagai model, teman pendamping, pemotivasi, penyedia bahan
pembelajaran, aktor yang juga bertindak sebagai pembelajar.
b. Progresifisme
Prilaku manusia dilandasi motif dan minat tertentu. Implikasi wawasan
tersebut dalam kegiatan pendidikan :
1. Isi pembelajaran harus memiliki kegunaan bagi pebelajar secara
aktual.
2. Dalam kegiatan belajarnya siswa/murid harus menyadari manfaat
pengusaan isi pembelajaran itu bagi kehidupannya.
3. Isi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan,
pengalaman dan pengetahuan pembelajar.
c. Rekonstruksionisme
Manusia

selain

memiliki

kesamaan

juga

memiliki

kekhasan.

Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pendidikan :


1. Layanan pembelajaran
individual.

selain

bersifat

klasikal

juga

bersifat

2. Pebelajar selain ada yang menguasai isi pembelajaran secara cepat


juga ada yang menguasai isi secara lambat.
3. Pebelajar perlu disikapi sebagai subjek yang unik, baik itu
menyangkut proses merasa, berfikir dan karakteristik individualnya
sebagai hasil bentukan lingkungan keluarga, teman bermain,
maupun lingkungan kehidupan sosial masyarakatnya.
Prinsip diatas dapat dihubungkan dengan wawasan progresifisme yang be
ranggapan bahwa

penguasaan

pengetahuan dan keterampilan

tidak bersifat

mekanisme

tetapi

memerlukan

daya

kreativitas.

Pemerolehan pengetahuan secara pengetahuan dan keterampilan melalui


kreativitas

itu

berkembang

secara

berkesinambungan.

Pemahaman

kosakata misalnya, akan membentuk keterampilan menyusun kalimat.


Kemampuan memahami kosakata dan keterampilan dalam menyusun
kalimat.
Progresifisme juga berisi wawasan bahwa dalam proses belajarnya
siswa/murid seringkali dihadapkan pada masalah yang yang memerlukan
cara pemecahan secara baku. Dalam pemecahan masalah tersebut
siswa/murid perlu menyaring dan menyusun ulang pengalaman dan
pengetahuan yang dimilikinya secara coba-coba atau secara hipotesis.
Dalam

hal

demikian

terjadi

proses

berfikir

yang

terkait

dengan

disikapi

sebagai

metakognisi.
Dalam

wawasan

kreativitas

dalam

konstruktivisme
menata

serta

proses

belajar

menghubungkan

pengalaman

dan

pengetahuan hingga membentuk suatu keutuhan. Dalam tindak kreatif


tersebut siswa/murid pada dasarnya merupakan subjek pemberi makna.
Dalam

proses

pembelajaran

guru

hendaknya

jangan

menggurui

melainkan secara adaptif berusaha memahami jalan pikiran siswa untuk


kemudian

menampilkan

sejumlah

kemungkinan.

Bagi

Fulwier,

like

students, teachers aslaerner are unique (Fulwier, 1992).


Dinyatakan demikian karena dalam mengendalikan, mengembangkan,
sampai ke mengubah bentuk proses belajar setiap guru boleh menjadi
sering dihadapkan pada masalah baru. Sebab itu guru juga perlu belajar,
mengembangkan

kreativitas

sejalan

dengan

kekhasan

siswa/murid.

Peristiwa belajar, konteks pembelajaran, terdapat perkembangan maupun


problema baru ditinjau dari konteks pembelajaran bahwa ketiga wawasan
diatas juga dapat dihubungkan dengan wawasan whole language.
Proses pembelajaran yang dilakukan sah dinyatakan diwarnai whole
language apabila:

1. Hasil belajar ihwal bunyi, kosakata, struktur wicara, membaca,


mengarang misalnya memiliki kesinambungan dan keterpaduan.
2. Siswa/murid mempelajari bahasa dalam konteks pemakaian, baik
secara lisan maupun tulisan.
3. Siswa/murid mempelajari bahasa sesuai dengan keragaman fungsi
dan pemakaian.
4. Proses kreatif siswa/murid dalam berbahasa lebih mendapatkan
perhatian dibandingkan pemahaman ihwal kebahasaannya,
5. Guru mengadakan evaluasi proses dan hasil secara integratif
dengan menggunakan berbagai data sebagai bahan penilaian.
Konsep Pembelajaran Terpadu
Kecenderungan konsep pembelajaran terpadu diyakini sebagai suatu
pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran anak. Pendekatan ini berangkat dari
suatu paham bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu konsep
dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Adapun untuk dapat melaksanakan pembelajaran terpadu, beberapa hal
yang diperlukan antara lain adalah:
1. Kejelian guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai arahan
pengait konseptual intra ataupun antar bidang studi.
2. Penguasaan material dan metodologi terhadap bidang-bidang studi
yang bisa dikaitkan.
3. Wawasan kependidikan yang mampu membuat guru selalu waspada
untuk memanpaatkan setiap keputusan dan tindakan untuk
memberikan uraian nyata bagi pencapaian tujuan utuh pendidikan.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran

terpadu

memiliki

beberapa

diantaranya:
1. Berpusat pada anak (studend centerd).
2. Memberi pengalaman langsung pada anak.

macam

karakteristik,

3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.


4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran.
5. Bersipat luwes.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
7. Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran terpadu di amati dan di kaji dari beberapa
mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotakkotak.
8. Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai
macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
skemata yang dimiliki siswa.
9. Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya
menjadi otentik.
10. Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses
pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses
evaluasi.
Wujud lain dari implementasi terpadu yang bertolak pada tema, yakni
kegiatan pembelajaran yang dikenal dengan berbagai nama seperti
pembelajaran proyek, pembelakaran unit, pembelajaran tematik dan
sebagainya.
Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya:
1. Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak.
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak pada minat dan
kebutuhan anak.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil
belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran
berpikir anak.

Terpadu

menumbuh

kembangkan

keterampilan

5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai


permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan anak.

dengan

6. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja


sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang
lain.
Selain kelebihan pembelajaran terpadu juga memiliki keterbatasan
terutama pada pelaksanaannya, terutama pada aspek evaluasi yang lebih
banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi tidak hanya terhadap
hasil tetapi juga terhadap proses.
Ragam Model Pembelajaran Terpadu (Integratif)
Pembelajaran terpadu mempunyai beberapa model seperti yang diungkap
oleh Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas
model-model pembelajaran terpadu terdiri atas :
1. Model pembelajaran terpadu antara dua mata pelajaran dalam
struktur kurikulum yang berlaku. Misalnya antara mata pelajaran
Matematika dan mata pelajaran Bahasa Indonesia, atau mata
pelajaran Matematika dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, dsb.
2. Model pembelajaran terpadu antara satu mata pelajaran tertentu
dengan bahan ajar yang tidak berdiri sendiri sebagai mata
pelajaran, misalnya antara mata pelajaran Pendidikan Agama
dengan bahan ajar pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup,
antara mata pelajaran Biologi dengan pendidikan reproduksi sehat
dan HIV/AIDS, antara mata pelajaran PPKn dengan bahan ajar
pendidikan budi pekerti, mata pelajran Bahasa Indonesia dengan
bahan ajar keimanan dan ketaqwaan, dsb.
3. Model pembelajaran terpadu beberapa mata pelajaran, lebih dari
dua mata pelajaran, misalnya mata pelajaran Matematika, Sains,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian yang
dimasukkan ke dalam satu proyek kegiatan pembelajaran (metode
proyek).
Ditinjau dari cara memadukan konsep, pengetahuan, keterampilan, topik,
dan unit-unit tema, dapat dihasilkan sejumlah model pembelajaran
terpadu berbeda. Menurut Fogaty (1991) ada 10 model cara pemaduan
pembelajaran yakni:

1. Model Fragmented, yaitu pemaduannya hanya terbatas pada satu


disiplin ilmu tertentu.
2. Model Connected, yaitu pembelajaran dapat dipayungkan pada
induk disiplin tertentu
3. Model Nested, merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan
konsep dan keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran
4. Model Sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar
mata pelajaran yang berbeda secara paralel.
5. Model Shared merupakan bentuk pemaduan yang disebabkan
ketumpangtindihan konsep dalam dua mata pelajaran atau lebih.
6. Model Webbed merupakan model pemaduan yang bertolak dari
pendekatan tematis dalam mengintegrasikan bahan pelajaran.
7. Threated, merupakan model pemaduan bentuk keterampilan,
misalnya keterampilan mengadakan peramalan yang terkait dengan
pengujian hipotesis (jawaban semertara), estimasi, antisipasi
tahapan cerita dalam novel, maupun antisipasi bentuk pemacahan
masalah berdasarkan analisis situasi melalui sebuah disiplin yang
mencakup keseluruhan.
8. Model Integrasi, model Integrasi kurikulum tersebut berfokus pada
metacurriculum.
9. Salah satu bentuk pengembangan model Immersed ini adalah pada
penggunaan bentuk pembelajaran tersebut dilakukan dengan
meminta siswa menceritakan pengalaman dalam proses membaca,
menulis, kesulitan yang dihadapi dan cara memecahkan
masalahnya maupun bentuk-bentuk transisi yang dialami saat
belajar bahasa.
10. Model Network merupakan model pemanduan pembelajaran yang
mengandalkan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk,
pemecahan masalah maupun tuntutan bentuk keterampilan baru
setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi,
maupun konteks yang berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai