Anda di halaman 1dari 2

PENDIDIKAN BEBAS KESERAGAMAN KURIKULUM

Secara etimologi, Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Pedagogie” yang terdiri dari
kata “Pais” dan “again”. Secara leksikal dapat diartikan bahwa pendidikan adalah bimbingan
atau pertolongan yang sengaja diberikan orang dewasa kepada anak-anak agar ia menjadi
dewasa. Pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan education, dalam bahasa latin
pendidikan disebut dengan educatum yang tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata
E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak, sedangkan Duco
berarti berkembang atau sedang berkembang. Jadi secara etimologi, Pendidikan adalah proses
mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.

Secara terminology, para ahli mengemukakan berbagai pendapat terkait dengan


pendidikan, antara lain yaitu : Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional) bahwa
pengertian Pendidikan adalah proses penunjang kekuatan kodrat sebagai manusia yang memiliki
akal, dalam menguasai pengetahuan pada peserta didik.

Bagaimanakah pendidikan kita saat ini?. Pendidikan di Indonesia saat ini semakin
menurun kualitasnya, tidak ada perubahan dan kemajuan. Pendidikan di indonesia yang kita
ketahui masih banyak yang harus diperbaiki seperti kualitas guru, strategi pembelajaran guru,
dan lain-lainnya. Tetapi Permasalahan pendidikan yang mendasar yang terjadi di Indonesia saat
ini merupakan permasalahan mengenai keseragaman kurikulum. Itulah yang belum kita sadari
bahwa itu yang mendasar yang menyebabkan pendidikan di Indonesia tidak ada perkembangan
dan kemajuan sampai saat ini. Keseragaman kurikulum inilah yang perlu kita ubah menjadi
kurikulum yang berbeda.

Keseragaman kurikulum merupakan keseragaman dalam perangkat pelajaran atau bahan


ajar yang digunakan guru sebagai bahan ajar kepada peserta didik. Jika sepanjang kurikulum kita
masih tetap terus diseragamkan, akan lahir manusia-manusia yang SDM nya tidak peduli dengan
lingkungan, dan tidak tau mengarahkannya. Maka akan lahir guru-guru yang menyebut “Diujung
pena saya ini lah nilai mu”, itulah pemikiran seorang guru yang saat ini di indonesia yang
digunakan sesuka hatinya untuk mengancam setiap peserta didik. Dengan keseragaman
kurikulum inilah yang menyebabkan guru-guru ataupun dosen system pengajarannya yang tidak
perspektif dan kurang profesional.

Pendidikan di Indonesia yang kita ketahui memaksa peserta didik menggunakan seragam
sekolah padahal peserta didik sekarang lebih senang tidak menggunakan seragam sekolah
melainkan bebas dalam keseragaman. Dengan seragam bebas peserta didik lebih leluasa
berkreasi, lebih percaya diri dan dapat menjadi diri sendiri dengan seragam pilihannya sendiri
tanpa ada paksaan saat menggunakan seragam saat kesekolah. Orang tua peserta didik pun tak
lagi pusing dengan seragam sekolah yang diwajibkan harus seragam.

Seperti halnya juga dalam keseragaman kurikulum dimana peserta didik dipaksa untuk
mengikuti system kurikulum. Seharusnya pemerintah harus memikirkan kebutuhan pendidikan
peserta didik saat ini bukan hanya kemauan dan keputusan sendiri melainkan melihat apa yang
dibutuhkan seorang peserta didik dan menyesuaikannya.

Dengan keseragaman sistem kurikulum banyak guru-guru dan dosen hanya menggunakan
satu model pembelajaran saja agar proses pembelajaran di indonesia seragam, karena menurut
mereka jika model pembelajaran terlalu banyak digunakan akan membuat mereka mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran peserta didik. Padahal guru-guru dan dosen tidak sadar
akan hal pentingnya berbagai macam model pembelajaran digunakan dalam proses pembelajaran
agar menimbulkan niat peserta didik dalam belajar dan berjalannya proses pembelajaran dengan
baik hingga peserta didik dapat memahami pelajaran yang disampaikan seorang guru dan dosen.

Sejatinya sekolah ataupun kampus merupakan ajang atau ruang untuk memprovokasikan
dan sebagai istilah untuk memantik,Maka guru dan dosen sebagai fasilitator yang disebut juga
pemantik. Tetapi permasalahannya masih banyak yang menganggap guru satu-satunya sumber
pengetahuan sehingga banyak guru yang tidak memperhatikan model pembelajarannya seperti
posisi duduk dan cara proses pembelajaran, dimana yang kita ketahui seorang guru tidak peduli
akan hal itu sehingga membiarkan peserta didik itu hanya seperti itu sampai dia lulus tanpa
membuat suatu kreasi dan kreatif dalam proses pembelajaran tersebut seperti hal mengkreasikan
sistem posisi duduk peserta didik agar tidak bosan dengan model posisi duduknya diubah dan
belajar ditempat lain seperti di alam. Peserta didik akan lebih senang dengan suatu kreasi dan
kreatif yang dibuat oleh seorang guru dalam menumbuhkan niat belajar peserta didik. Seorang
guru dan dosen saat ini lebih memperhatikan kognitif peserta didik dan mengabaikan
psikomotorik serta afektifnya karna yang dituntut adalah hasilnya.

Keseragaman kurikulum inilah sebagai persoalan yang mendasar di pendidikan di


indonesia saat ini. Dimana peserta didik dipaksa untuk mengikuti kurikulum, mestinya
kurikulum yang dicocokkan kepada peserta didik agar tau bagaimana potensi peserta didik,
bagaimana karakter peserta didik. Sehingga ketika kurikulum yang menyesuaikan kepeserta
didik maka tidak akan ada banyak kurikulum-kurikulum baru melainkan akan ada banyak
perbedaan dan tidak lagi keseragaman kurikulum.

Jadi untuk mereformasi Pendidikan di Indonesia harus mengubah Keseragaman


Kurikulum menjadi Kurikulum yang berbeda/bebas dan harus mengupas tuntas tentang undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai