Anda di halaman 1dari 13

Nama/Nim : 1.

Tri Mulyani (0501521001)


2. Faridatul Anisah (0501521002)
Prodi : Pendidikan Kejuruan S2
Mata kuliah : Landasan, Isu, dan Kebijakan Pendidikan Kejuruan

SMK SEBAGAI SEKOLAH PENGGERAK

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung visi dan misi Presiden untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya
pelajar pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Dimana visi
dari pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Profil pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia (memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan
pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari), berkebinekaan global (menumbuhkan rasa
saling menghargai dan memungkinkan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak
bertentangan dengan budaya luhur bangsa.), bergotong royong (melakukan kegiatan secara
bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah
dan ringan ), mandiri (kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi dan regulasi diri),
bernalar kritis (memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan)
dan kreatif (menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya serta tindakan yang
orisinal).
Untuk mempercepat/ mendorong terwujudnya visi pendidikan nasional adalah satunya
dengan program sekolah penggerak. Sekolah Penggerak sebagai kebijakan baru dalam
reformasi pendidikan, dimana pendidikan dalam suatu negara dapat berjalan dengan baik dan
sukses apabila dimulai dari gerakan perubahan dalam lingkup sekolah. Perubhan dalam
sekolah dapat dimulai dengan program sekolah-sekolah penggerak yang bisa digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Konsep dari sekolah penggerak diharapkan dapat memunculkan
pergerakan untuk sekolah-sekolah lain. Kemudian sekolah penggerak bisa menjadi panutan,
tempat pelatihan, dan juga inspirasi bagi guru-guru maupun kepala sekolah.
Peran SMK bisa sebagai penggerak lokal/ daerah, yang mana dapat
mengatasi/memecahkan permasalahan yang berkembang di negara Indonesia. SMK diyakini
dapat mengatasi tantangan ini dengan acuannya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) SMK
setempat yang tangguh dan profesional, dengan latar belakang disiplin ilmu Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) yang kini tengah menghasilkan ribuan peserta didik dengan latar
belakang yang beraneka ragam suku, budaya, bidang profesi pekerjaan di keluarga masing-
masing.

PEMBAHASAN
II. Lingkup dan Ragam Masalah
Sekolah penggerak adalah sebuah program kolaborasi antara Kementerian Pendidikan
Kebudayaan dengan Pemerintah Daerah/Lokal yang memiliki komitmen Bersama demi
terwujudnya pendidikan yang lebih baik sesuai dengan potensi daerah masing-masing.
Program sekolah penggerak sekolah penggerak diyakini sebagai katalis dalam mewujudkan
visi dalam pendidikan di negara Indonesia. Sekolah penggerak terdiri dari dua pokok penting
yaitu sekolah yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistic dengan
mewujudkan profil pelajar Pancasila dan diawali dnegan Sumber Daya Manusia yang unggul
khususnya kepala sekolah dan guru. Program sekolah penggerak merupakan penyempurnaan
program transformasi sekolah sebelumnya.
Saat ini terdapat lima kelompok/kategori tantangan dunia pendidikan pada saat ini yang
perlu dihadapi untuk Indonesia kedepan, yaitu sebagai berikut:
a. Ekosistem
1. Sekolah sebagai tugas
Melalui tugas yang Bapak/Ibu guru berikan, siswa dapat menjadi lebih disiplin untuk
belajar secara mandiri. Namun, apakah tugas yang diberikan tersebut dapat
memberikan dampak positif untuk siswa? banyak siswa yang mengeluh tugas
sekolahnya terlalu banyak sehingga tidak bisa meluangkan waktu belajar untuk
mengembangkan potensi diluar mata pelajaran pokok/kompetensi. Tugas siswa di
sekolah yang terlalu menumpuk juga berpotensi menambah tekanan dan kelelahan fisik
mereka.
2. Pimpinan sebagai pengatur
Pimpinan di sekolah hanya mengatur, biasanya pemimpin hanya meneteapkan aturan
dan kebijakan yang harus diikuti dan kebijakan tersebut harus diikuti oleh semua
anggota. Pimpinan tidak berfokus kepada pemberian pelayanan dan hanya menekankan
pada aturan.
3. Manajemen sekolah terlalu administratif
Kebanyakan guru saat ini tak fokus kegiatan mengajar karena terlalu sibuk mengurus
persoalan administrasi di sekolah. Alhasil beban administrasi para guru itu pun menjadi
persoalan dalam pendidikan di Indonesia.
4. Masih ada sekolah yang belum melibatkan orang tua
Sekolah hanya fokus pada bagaimana cara mendidik siswa tanpa melibatkan peran
orang tua pada proses pembelajaran mereka. Padahal keterlibatan orangtua memiliki
kaitan yang sangat erat dengan hasil prestasi anak.
b. Guru
1. Guru sebagai pelaksana kurikulum
Masih banyak guru yang tidak dilibatkan dalam pembuatan kuirkulum. Guru hanya
sebagai pelaksana suatu kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Guru
memiliki peran juga dalam pembautan kuirkulum, dimana guru lebih tau kenyaataan
yang ada dilapangan/ yang di lingkungan sekolah.
2. Guru sebagai sumber pengetahuan satu-satunya
Guru dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, shingga siswa tidak dapat
dengan bebas mengemukakan pendapatnya dengan leluasa. Para siswa hanya fokus
mengamati dan mendengar apa yang diucapkan dan diajarkan pada guru. Guru
membagikan ilmu pengetahuan sesuai denga napa yang mereka ketahui dan kuasai
3. Pelatihan guru berdasar pada teori
Pelatihan yang diberikan oleh guru berdasar buku teks, dimana hanya berdasar pada
teori-teori saja tanpa praktik. Tentunya ini akan sangat memiliki pengaruh besar,
dimana teori dan kenyataan lapangan/praktik pasti menemukan hasil yang berbeda

c. Pedagogi
1. Siswa sebagai penerima pengetahuan
Posisi siswa disini sebagai pendengar atas segala informasi yang disampaikan oleh guru,
siswa tidak diberi kebebasan dalam menyampaian presepsi dari sudut pandang mereka
2. Fokus kepada kegiatan tatap muka
Pembelajaran disini maksudnya, guru hanya menggunakan metode ceramah pada saat
mengajar dan tidak memanfaatkan teknologi untuk melakukan inovasi padasa saat
proses pembelajaran
d. Kurikulum
1. Perkembangan linear
Artinya menawarkan urutan atau rangkaian tertentu dari sebuah kemajuan melalui
berbagai tahap. Istilah “linear” digunakan untuk model-model yang memiliki langkah-
langkah dalam rangkaian yang berlangsung dalam sebuah garis lurusdari awal hingga
akhir.
2. Kurikulum berdasarkan konten
Konten seringkali diserahkan saja pada keputusan guru atau diambil saja dari buku teks
yang berlimpah-limpah, tanpa mengaitkan dengan tujuan pendidikan, tujuan kurikulum
atau dengan tujuan instruksional.
3. Fokus kepada kegiatan akademik
Siswa terlalu terlalu berfokus pada aspek akademik, tapi ada penekanan pada life skill,
karakter, dan sebagainya tidak terlalu diperhatikan. Ini dapat menjadi masalah di masa
mendatang, karena life skill dan karakter sangat dibutuhkan oleh siswa untuk
menghadapi dunia kerja.
e. Sistem penilaian
1. Bersifat sumatif/menghukum
Penilaian sumatif adalah suatu aktivitas penilaian yang menghasilkan nilai atau angka
yang kemudian digunakan sebagai keputusan pada kinerja siswa. Kegiatan penilaian ini
dikakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran telah selesai.
Penilaian sumatif digunakan untuk menentukan klasifikasi penghargaan pada akhir
kursus atau program.

III. Pernyataan Masalah


Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara
holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM
yang unggul (kepala sekolah dan guru). Kepala sekola sebagai pemimpin dan guru dianggap
sebagai pemain utama/ mesin pendorong dalam mengembangkan dan menumbuhkan
kompetensi dan karakter pada peserta didik.
Butuhnya kerjasama antar kepala sekolah dan guru untuk melakukan kolaborasi.
Kolaborasi ini bertujuan untuk memunculkan ekosistem/lingkungan sekolah yang sehat,
khususnya dalam bidang pengetahuan yang kemudian memunculkan inovasi yang dapat
diciptakan secara bersma-sama. Kolaborasi disini tidak hanya natara kepala sekolah dan guru
saja, tetapi seluruh eleman yang berkiatan dengan proses pembelajaran termasuk siswa
maupun orang tua.
Dalam kelas, pengetahuan pengetahuan tidak hanya bersumber pada guru saja tetapi
pengethauan juga dapat bersumber pada siswa. Dalam proses pembelajaran guru bisa
mempersilahkan peserta didik untuk bebas mengemukakan gagasan mereka, memunculkan
kondisi belajar dengan komuniaksi timbal balik. Kaitannya dengan ini, maka kolaborasi antar
guru dan peserta didik juga sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Kolaborasi juga
bertujuan untuk memperkaya sumber belajar antara guru maupun peserta didik.
Era modernisasi dimana segala sumber informasi dapat mudah di akses oleh siswa,
siswa dapat mengakses sumber belajar dari media sosial yang telah tersedia pada pernagkat
elektronik/telepon pintar. Dalam artian disini siswa siswa dituntut harus memahami dan
memiliki pengalaman terhadap media sosial yang mereka gunakan. Jika siswa mengetahui
manfaat dari mdia sosial yang mereka gunakan, maka akan menciptakan pengetahuan dnegan
berbagai pengalaman belajar yang lebih inovatif dan tidak terlalu monoton. Kemudia siswa
dapat terhindar dari rasa bosan dan tidak hanya fokus pada sumber belajar buku teks.
Selain itu, perlu juga memutus hierarki kekuasaan antara kepala sekolah dan guru.
Hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara kepala sekolah dan guru menyebabkan
sekolah berhenti secara mendadak dalam menciptakan ekosistem sekolah yang baik. Perlu
adanya hubungan yang setara antara kepala sekolah dan guru dalam menciptakan program
sekolah yang mendukung pembelajaran yang berpartisipasi aktif dalam menciptakan
ekosistem pembelajaran yang mandiri dan relevan.
IV. Alternatif kebijakan
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah
sebelumnya.
1. Program kolaborasi antara kemendikbud dengan pemerintah daerah dimana komitmen
pemda menjadi kunci utama
2. Intervensi dilakukan secara holistik, mulai dari SDM sekolah, pembelajaran, perencanaan,
digitalisasi, dan pendampingan pemerintah daerah.
3. Memiliki ruang lingkup yang mencakup seluruh kondisi sekolah, tidak hanya sekolah
unggulan saja, baik negeri dan swasta.
4. Pendampingan dilakukan selama 3 tahun ajaran dan sekolah melanjutkan upaya
transformasi secara mandiri
5. Program dilakukan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indosenia
menjadi sekolah penggerak.

a. Tahapan Proses Transformasi Sekolah di Indonesia


Program sekolah penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluurh tahap
untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju dalam waktu 3 tahun ajaran

b.

Program Sekolah Penggerak terdiri dari lima intervensi yang saling terkait dan tidak
bisa dipisahkan
1. Pendampingan konsulttaif dan asimetris
Program kemitraan antara Kemendikbud dan pemerintah daerah dimana
Kemendikbud memberikan pendampingan implementasi Sekolah penggerak.
Kemdikbud melalui UPT di masing masing provinsi akan memberikan
pendampingan bagi pemda provinsi dan kab/kota dalam perencanaan Program
Sekolah
Penggerak. Penguatan SDM Sekolah Penguatan Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah,
penilik, dan Guru melalui program pelatihan dan pendampingan intensif (coaching)
one to one dengan pelatih ahli yang disediakan oleh Kemdikbud
UPT Kemdikbud di masing masing provinsi akan memberikan pendampingan
Pemda selama implementasi Sekolah Penggerak seperti fasilitasi Pemda dalam
sosialisasi terhadap pihak pihak yang dibutuhkan hingga mencarikan solusi terhadap
kendala lapangan pada waktu implementasi
2. Penguatan SDM Sekolah
Penguatan Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Penilik, dan Guru melalui program
pelatihan dan pendampingan intensif (coaching) one to one dengan pelatih ahli yang
disediakan oleh Kemdikbud.

3. Pembelajaran dengan paradigma baru


Pembelajaran yang berorientasi pada penguatan kompetensi dan pengembangan
karakter yang sesuai nilai-nilai Pancasila, melalui kegiatan pembelajaran di dalam dan
luar kelas.
Program Intrakurikuler
 Pembelajaran terdiferensiasi
 Capaian pembelajaran disederhanakan
 Siswa memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan
kompetensi
 Guru leluasa memilih perangkat ajar sesuai kebutuhan
Program Kokurikuler
 Lintas mata pelajaran
 Berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi umum
 Pembelajaran interdisipliner di luar kegiatan kelas
 Melibatkan masyarakat
 Muatan lokal dikembangkan sesuai dengan isu nasional dan global

4. Perencanaan berbasis data


Manajemen berbasis sekolah: perencanaan berdasarkan refleksi diri sekolah

5. Digitalisasi Sekolah
Penggunaan berbagai platform digital bertujuan mengurangi kompleksitas,
meningkatkan efisiensi, menambah inspirasi, dan pendekatan yang customized
 Platform Guru : Profil dan pengembangan Kompetensi
Alat bantu Guru untuk menignkatkan kompetensi melalui pengembangan berbasis
microlearning dan habituasi
 Platfrom Guru : Pembelajaran
Alat bantu Guru untuk menjalankan pembelajaran dengan paradigma baru dan
pembelajaran terdeferensiasi
 Platform Sumber Daya Sekolah
Meningkatkan flesibilitas, transparansi dan akutanbilitas dalam manajemen
sumber daya sekolah
 Dashboard Rapor Pendidikan
Memotret kondisi mutu pendidikan secara akurat dan otomatis. Dirujuk untuk
evaluasi perencanaan
c. Tokoh yang berperan dalam sekolah penggerak
1. Pemerintah Daerah
2. Pelatih ahli dan Pengawas
Pelatih ahli melakukan pendampingan kepala sekolah dan Pengawas mendapatkan
pelatihan dan pendampingan
3. Kepala Sekolah
Berkolaborasi dalam Community of Practice dengan Kepala Sekolah Penggerak lain
dan Kepala sekolah mendapatkan pelatihan manajemen dan instructional leadership
4. Komite Pembelajaran Guru
Dipilih oleh Kepala sekolah untuk membantu Pembelajaran Gurudan Menjadi
fasilitator pembelajaran Guru
5. Guru
Akan menggunakan platform pembelajaran mandiri guru dan Menerapkan prinsip
pengajaran & penilaian yang efektif

6. Murid
Akan menggunakan pembelajaran dengan paradigma baru:
Pembelajaran intrakurikuler yang terdiferensiasi dan Proyek kokurikuler lintas mata
pelajaran yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi umum
7. Mitra
Perguruan tinggi, lembaga sosial, kepala desa, pemimpin, dsb.
8. Komite Orang Tua
Pemangku Kepentingan
9. Platform Teknologi
Sebagai pendukung

d. Manfaat Sekolah Penggerak


Untuk Pemerintah Daerah
- Meningkatkan kompetensi SDM Sekolah
- Membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan
- Efek multiplier dari Sekolah Penggerak ke sekolah lainnya
- Mempercepat peningkatan mutu pendidikan di daerah
- Peluang mendapatkan penghargaan sebagai Daerah Penggerak Pendidikan
- Menjadi daerah rujukan praktik baik dalam pengembangan Sekolah Penggerak
Untuk Sekolah
- Meningkatkan hasil mutu pendidikan dalam kurun waktu 3 tahun ajaran
- Meningkatnya Kompetensi kepala Sekolah, Guru
- Percepatan digitalisasi sekolah
- Kesempatan untuk menjadi katalis perubahan bagi sekolah lain
- Percepatan pencapaian profil pelajar Pancasila
- Mendapatkan pendampingan intensif untuk transformasi sekolah
- Memperoleh tambahan anggaran untuk pembelian bahan ajar bagi pembelajaran
dengan paradigma baru

e. SMK sebagai Sekolah Penggerak


Salah satu keunggulan SMK adalah mampu menghasilkan lulusan yang terampil
dan tangguh kompetensi yang dimiliki. Hal ini merupakan suatu terobosan baru bagi
dunia pendidikan di SMK, Kompetensi dan pengetahuan yang dimiliki lulusan SMK
diharapkan memiliki nilai jual di berbagai dunia usaha dan industri. Kelincahan SMK
sebagai penggerak dengan terobosan program-programnya mengantarkan SMK lebih
dikenal oleh usaha/lndustri dan masyarakat. Kesempatan ini digunakan oleh SMK
untuk mengadakan kerjasama baik dalam bidang pendidikan maupun ekonomi.
Harapannya dengan adanya program sekolah penggerak ini akan mempercepat
peningkatan mutu pendidikan di daerah. Sekolah penggerak menjadi harapan di masa
depan agar SMK yang belum mengalami peningkatan mutu, berkonsultasi atau bahkan
mendapat pendampingan dari sekolah yang telah bergabung dalam program sekolah
penggerak.
SMK di daerah diharap mampu berpartisipasi program sekolah penggerak agar
transformasi pendidikan dimulai dari luar perkotaan karena itu sangat penting, adanya
tempat-tempat berkonsultasi dan mendapatkan pembelajaran dengan budayanya
masing-masing di dalam desanya masing-masing sehingga mereka lebih terinspirasi
untuk melakukan perubahan.
Dampak multiplier ini akan bisa mementor SMK di sekitarnya untuk
meningkatkan kemampuan yang nanti akan diberikan sumber daya dan resource yang
bisa membantu sekolah-sekolah di sekitarnya, dengan program ini sekolah-sekolah
justru saling berkolaborasi meningkatkan mutu pendidikan secara bersama-sama,
dibanding saling berkompetisi secara tidak seimbang. Kemampuan berkolaborasi,
kemampuan berinovasi antara sekolah khususnya SMK, antara kepala sekolah jadi ini
adalah fungsi dari program sekolah penggerak.

V. Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan


Peran SMK harus menginovasi ide-ide besar yang kemudian
mengiplementasikannya, baik melalui pendidikan akademis maupun non akademis.
Pendidikan berkualitas bisa dibidik dari banyak sisi tidak hanya akademis, non akademis
pun menjadi bidikan yang tidak luput dari perubahan pendidikan. Karena pendidikan
yang ditandai dari keberhasilan membangun Sumber Daya Manusia, dan dapat sebagai
pelopor perubahan di lingkungan sekitarnya. Antar SMK dapat melakukan kolaborasi
(antar kepala sekolah, guru,murid, serta orang tua) satu sama lain untuk meningkatkan
mutunya secara sama-sama untuk mewujudkan visi dari pendidikan Indonesia.
REFERENSI

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 2021.


https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/programsekolahpenggerak/. Diakses Pada 5
Oktober 2021 pukul 22.00

Anda mungkin juga menyukai