Anda di halaman 1dari 92

Kelompok 1

Nama : - Dewi Indah Nurmalasari 12211210097


- Euis Yulianti 12211210604

Pendidik Memiliki Tanggung Jawab Terhadap Pelaksanaan dan Hasil


Pekerjaannya

Tugas utama seorang guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau


iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar
dengan baik dan semangat (Djamarah, 1997: 1).
Menurut Rosmali (2005), tugas seorang guru itu mencakup beberapa hal,
yaitu sebagai berikut:
1. Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk
pengabdian.
Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan
bidang kemasyarakatan.
2. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan
kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
3. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadi
dirinya sebagai orangtua kedua. Guru harus mampu menarik simpati
sehingga guru tersebut menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun
yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam
belajar.
4. Guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukkan manusia
Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila (Usman, 1998: 7).
Jadi tugas guru yang dimaksud adalah tugas yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas, dan dalam bentuk pengabdian. Sehingga keberadaan guru
merupakan faktor yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun
dalam kehidupan bangsa sejak dahulu, karena keberadaan guru bagi suatu bangsa
amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-
lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan
zaman dengan teknologi yang semakin canggih dan segala perubahan serta

1
pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang
menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.
Peters dikutip Sudjana (2002:15), menyebutkan tugas dan tanggungjawab
guru, yaitu:
a) guru sebagai pengajar,
b) guru sebagai pembimbing, dan
c) guru sebagai administrator.
Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Dimana
guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan
melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada
tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang
dihadapinya. Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya
merupakan jalinan antara pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan
meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa
tugas dan tanggung jawab tidak bisa dilakukan orang lain, kecuali oleh dirinya.
Demikian pula ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu dituntut
untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan. Guru harus sadar
bahwa yang dianggap baik dan benar saat ini, belum tentu benar di masa yang
akan datang.
Oleh karena itu guru dituntut agar selalu meningkatkan wawasan dan
pengetahuan, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia harus
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang
pendidikan dan pengajaran.
Dunia ilmu pengetahuan tak pernah berhenti tapi selalu muncul hal-hal
yang baru. Guru harus dapat mengikuti perkembangan tersebut, sehingga ia harus
lebih dahulu mengetahuinya dari pada siswa dan masyarakat pada umumnya
Tanggung jawab guru menurut Hamalik (2004: 127), yaitu sebagai
berikut:

1. Guru harus menuntut murid-murid belajar.


2. Turut serta membina kurikulum sekolah.

2
3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan
jasmaniah).
4. Memberikan bimbingan kepada murid.
5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan
penilaian atas kemajuan belajar.
6. Menyelenggarakan penelitian.
7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif.
8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila.
9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan
perdamaian dunia.
10. Turut menyukseskan pembangunan.

Tanggung jawab meningkatkan peranan profesional guru. Bertitik tolak


dari tanggungjawab guru yang telah dikemukakan di atas maka dengan
demikian guru sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan
profesionalnya. Tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh
guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan melaksanakan
tanggungjawabnya dengan cara yang sebaik-baiknya.

Wijaya dkk. (1994:9), menyebutkan beberapa tanggung jawab yang


memerlukan sejumlah kemampuan yang lebih khusus dari seorang guru, yaitu:

1. Tanggungjawab moral adalah setiap guru harus memiliki kemampuan


menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah adalah setiap guru
harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu membuat
satuan pelajaran, mampu dan memahami kurikulum dengan baik, mampu
mengajar dikelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan
nasihat, menguasai teknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan,
mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan lain-lain.
3. Tanggungjawab guru dalam bidang kemasyarakatan adalah turut serta
menyukseskan pembangunan dalam bidang kemasyarakatan, untuk itu
guru harus mampu membimbing, mengabdi kepada dan melayani
masyarakat.
4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku keilmuan
bertanggungjawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang
telah menjadi spesialisasinya dengan melaksanakan penelitian dan
pengembangan.

3
Perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi lainnya terletak dalam
tugas dan tanggungjawabnya. Tugas dan tanggungjawab tersebut erat kaitannya
dengan kompetensi atau kemampuan yang disaratkan untuk memangku profesi
tersebut. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah kompetensi guru.
Guru memiliki tugas dan tanggungjawab yang beragam yang
berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas guru dalam proses belajar-
mengajar meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang
kemasyarakatan. Sedangkan tanggung jawab guru adalah menuntut siswa untuk
giat belajar, melakukan pembinaan dan bimbingan dan lain-lain.
Untuk itu guru harus memiliki kecakapan dalam membimbing peserta
didik. Di dalam mengajar akan lebih berhasil kalau disertai dengan kegiatan
bimbingan yang banyak berpusat pada kemampuan intelektual, guru perlu
memiliki pengetahuan yang memungkinkan dapat menetapkan tingkat
perkembangan setiap anak didiknya, baik perkembangan emosi, minat dan
kecakapan khusus maupun dalam prestasi fisik dan sosial.
Dengan demikian tugas dan tanggungjawab guru tidak dapat dibatasi oleh
ruang dan waktu. Dia tidak terikat oleh keterbatasan jam dan kelas untuk
mendidik. Karena proses belajar tidak hanya dilakukan di sekolah namun
dibutuhkan di lingkungan untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa, atau
sekurang-kurangnya dapat membentuk landasan yang berarti untuk bekal siswa
selanjutnya.

4
Kelompok 2:
Mia Syarifah Islamiati (1211210119)
Vina Selfiana (12211210948)

Guru Harus Memilki Keadilan Kepada Siapa Saja Yang Menjadi


Haknya
Pendidikan merupakan isu paling hangat di dunia manapun karena
menyangkut penyiapan sumber daya manusia setiap bangsa. Pendidikan menjadi
sangat penting setiap saat karena berhubungan langsung dengan zaman dan
perubahannya yang tiada henti. Itulah mengapa pendidikan dewasa ini sangat erat
hubungannya dengan pesatnya perkembangan ICT. Bagaimana pula guru-guru di
era globalisasi ini harus menyikapinya?
Anak-anak adalah harapan bangsa, untuk itu mereka mempunyai hak
memperoleh pendidikan, sebagaimana diatur dalam Pasal 31 UUD 1945
(amandemen) ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Bahkan dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal
49 menegaskan bahwa Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh
pendidikan. Dalam pasal ini malah tidak boleh ada satupun hal yang bisa
menghambat anak untuk memperoleh pendidikan. Termasuk di dalamnya
keluarga dan orang tua.
Masalah ketidaksetaraan atau ketidakadilan dalam pendidikan di negara
kita memang lebih mengerucut kepada masalah ketidakmampuan ekonomi
keluarga. Banyak anak yang terpaksa tidak sekolah karena harus bertoleransi
dengan keadaan ekonomi orang tua yang sangat minim, walaupun masalah
berikutnya yang tercipta juga tidak kalah besar, misalnya : pemerintah
mengadakan kelas RSBI dan SBI tapi justru menciptakan pengkastaan dalam
pendidikan. Sekolah internasional ini membutuhkan biaya tinggi dalam
pelaksanaannya, sehingga hanya keluarga kelas menengah ke atas saja yang
berkesempatan meneguk indahnya pendidikan berkelas internasional. RSBI dan
SBI sendiri banyak dianut dan dilaksanakan justru oleh sekolah negeri milik
pemerintah yang seyogyanya memberikan kesempatan pada wong cilik.

5
UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas Pasal 5, ayat (1) menjelaskan bahwa
setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Untuk itu, jika memang guru bertekad memberikan keadilan bagi
semua anak bangsa, maka guru wajib memberikan mutu terbaik untuk peserta
didik. Mutu yang baik tidak harus dilaksanakan di sekolah mahal.
Adil secara harfiyah bermakna sama. Menurut kamus Bahasa Indonesia,
adil berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak
kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran dan yang sepatutnya.
Dalam kontek pengertian tersebut, menjadi guru yang adil berarti guru
harus berpandangan bahwa semua anak didik mempunyai kedudukan yang sama
di hadapannya. Secara umum memperlakukan mereka sama dan tidak membeda-
bedakan. Guru hanya berpihak kepada kepentingan dan kebutuhan anak didik,
bagaimana memberikan “sesuatu” yang bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak.
Guru harus berpegang teguh kepada kebenaran dan bertindak atas dasar kepatutan
dan kepantasan. Sebagaimana pepatah dalam bahasa jawa, guru tidak boleh
berlaku “Mban cinde mban siladan”. Maksud dari ungkapan ini adalah, menjadi
guru yang adil berarti guru tidak sepantasnya memperlakukan satu atau beberapa
anak didik secara istimewa dan terhadap yang lainnya biasa-biasa saja bahkan
cenderung tidak memberikan perhatian.

Hakikat Keadilan
Dari banyaknya etimologi dan terminologi tentang adil dapat disimpulkan,
sekurang-kurangnya ada tiga hakikat keadilan. Ketiganya adalah :
1. Adil dalam pengertian sama (al-musawat)
2. Adil dalam pengertian keseimbangan (at-tawazun) dan
3. Adil dalam pengertian “perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikann
hak-hak itu kepada setiap pemiliknya.
Agar menjadi guru yang adil, setiap guru hendaknya
mengimplementasikan 3 hakikat keadilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari
pada saat bersinggungan dengan anak didik.

6
Implentasi Adil Dalam Proses Menjadi Guru Yang Adil
Keadilan tidak hanya harus ditegakkan dalam dunia hukum dan
pemerintahan. Keadilan dapat ditegakberdirikan di mana saja, tak terkecuali
dalam dunia pendidikan. Dan dalam dunia pendidikan, salah satu pilar penegak
keadilan adalah guru. Maka, menjadi guru yang adil adalah sebuah keniscayaan.
Agar dapat menjadi guru yang adil maka tiga hakikat keadilan
sebagaimana yang tersebut sebelumnya harus diimplementasikan dalam proses
pembelajaran dengan anak didik.

1. Perlakukan yang sama


Anak didik mempunyai hak diperlakukan sama oleh guru. Oleh karenanya
guru harus bertindak dengan tidak membedakan di antara anak didiknya dalam hal
kesempatan mendapatkan ilmu. Laki-laki atau prempuan, kaya atau miskin,
sempurna atau berkebutuhan khusus, kota atau desa, dan sebagainya mempunyai
hak yang sama dalam hal mendapatkan memperoleh pembelajaran yang maksimal
dari guru.
Termasuk dalam kontek ini, guru harus tidak membeda-bedakan asal usul
suku, ras, agama dan golongan anak didik. Apapun warna kulitnya, berasal dari
suku dan ras apapun mereka, mempunyai keyakinan dan agama apapun yang
dianut serta dari golongan manapun, anak didik berhak mendapat pembelajaran
apapun dari guru tanpa pengecualian.
Untuk menjadi guru yang adil maka langkah pertama adalah memberikan
pembelajaran kepada seluruh siswa tanpa kecuali dengan kualitas yang sama.

2. Adil dalam keseimbangan


Proses pembelajaran bertujuan menghasilkan output yang sebaik-baiknya.
Siapapun anak didik yang terlibat dalam proses pembelajaran diharapkan menjadi
lulusan yang berkualitas. Dalam kontek inilah, adil dalam keseimbangan dapat
diterapkan oleh guru yang ingin menjadi guru yang adil.
Anak didik tidak mempunyai kecerdasan yang sama. Masing-masing dari
mereka memiliki tingkat kecerdasan dan daya tangkap yang bervariasi. Bahkan di

7
antara mereka ada anak yang tergolong berkebutuhan khusus. Terhadap mereka,
tentu guru harus memberikan “perlakuan khusus”.
Kepada anak didik yang mempunyai daya tangkap dan kecerdasan rendah,
siapapun yang ingin menjadi guru yang adil, maka ia harus memberikan perhatian
lebih dan memberikan pembelajaran dengan intensitas dan kualitas yang lebih
pula. Mereka harus diperlakukan “berbeda” dengan anak-anak yang
berkecerdasan tinggi. Demikian juga terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
Dibutuhkan kesabaran, ketelatenan dan keuletan yang cukup dalam memberikan
pembelajaran kepada mereka.

3. Adil dalam hak-hak individu


Anak didik diciptakan Allah dengan segala keberbedaan antara satu dan
yang lainnya. Mereka mempunyai potensi, bakat, minat dan kecenderungan yang
berbeda. Tentu saja dalam kontek ini, hak-hak yang harus mereka dapatkan
menjadi berbeda. Oleh karenanya, guru sesuai kemampuan harus dapat
memfasilitasi segala keberbedaan yang dimiliki anak didik.
Dengan memberikan fasilitas yang memadai maka anak didik akan
berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kecenderungan mereka.
Mengarahkan anak didik agar berkembang namun tidak sesuai dengan potensi,
bakat, minat dan kecenderungan merupakan tindakan memaksakan kehendak dan
tindakan ketidakadilan.
Untuk anak didik SLTA, memberikan banyak pilihan jurusan adalah
bentuk keadilan dalam kontek ini. Anak didik diberi kebebasan untuk memilih
jurusan sesuai potensi yang dimiliki adalah tindakan adil. Guru memberikan
bimbingan secukupnya agar anak didik tepat dalam jalur potensi yang dimiliki.

Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulannya
sebagai berikut:
1. Menurut kamus Bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran
dan yang sepatutnya.

8
2. Menjadi guru yang adil berarti guru harus berpandangan bahwa semua anak
didik mempunyai kedudukan yang sama di hadapannya.
3. Implentasi adil dalam proses menjadi guru yang adil yaitu: memberikan
perlakuan yang sama, adil dalam keseimbangan, dan adil dalam memberikan
hak-hak indiviu.

Kelompok 4:

Bustanul firdaus ( 12211210046)

M. Ghazian Lutfi (12211210101)

MENDIDIK AGAR EFECTIVE HARUS DI JIWAI DENGAN NILAI –


NILAI YANG HIDUP DALAM LINGKUNGAN PROFESI ITU SENDIRI.

Cara Mendidik Efektif

Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya karakter, yaitu mengetahui yang


benar dan bertindak mulia. Mendidik dan mengajar yang efektif adalah mendidik
yang dapat membangun karakter. Seoarng pendidik akan mendidik dengan efektif
jika pendidik menguasai materi pelajaran yang akan di ajarkannya, memnetukan
strategi pembelajaran dengan kebutuhan perkembangan siswa, membuat desain
pembelajaran, ahli dalam memotivasi, ahli dalam berkomunikasi, bekrja secara
efktif denagn siswa yang berasal dari latar belakang kultur yang berlainan,
menguasai teknologi, memiliki komitmen dan motivasi.

Richard Dunne & Ted Wragg (1996) dalam bukunya “Effective Teaching”
menyatakan bahwa “Pembelajaran efektif (effective teaching) adalah jantungnya
sekolah efektif atau sekolah yang berhasil mencapai tujuannya. Di bagian
pengantar buku tersebut di atas, Anwar Jasin menyatakan bahwa “Mutu hasil
pendidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu kegiatan belajar mengajar. Mutu
profesional guru harus terlihat pada kemampuannya mengelola kelas dan
mengajar secara efektif dalam arti dia mampu membelajarkan para siswa
menguasai bahan pelajaran yang diberikannya sesuai dengan tuntutan kurikulum”.

9
Pengertian pembelajaran efektif bukanlah sesuatu yang sederhana atau tentu
tidak memadai lagi jika hanya diartikan sebatas transfer of knowledge, justru
menjadi penting ketika diartikan sebagai pembelajaran konstruktivistik yang lebih
berorientasi pada siswa (student centries). Dalam arti, peserta didik atau si belajar
menjadi pusat pembelajaran. Sementara teaching-learning berada melingkari
peserta didik tersebut. Keberhasilan teaching learning tergantung pada; (1)
enabling environment; (2) knowledge infrastructure; (3) human and physical
resource, and (4) school management and governance. Akhirnya hal tersebut di
atas sangat ditentukan oleh sebuah kebijakan pendidikan.

Pendapat senada menyatakan bahwa, “Mutu pendidikan ditentukan oleh


“Effective Teaching and Learning (ETL)”. ETL itu sendiri dipengaruhi oleh; (1)
teacher supply, training, and profesional development support;(2) school
leadership internal organization and culture; (3) quality assurance and support
system; (4) accountability mechanisms and processes, including school
governence; (5) the physical environment of the school; (6) the curriculum and
it’s assessment:instructional aid; (7) links and partnerships with parent and the
community; and (8) the well-being attendance and motivation of all pupils.

Santrok (2007) mengemukakan bahwa untuk enjadi guru yang efektif


perlu di perhtaikan beberapa hal:

1. Pengajaran yang efektif mensyaratkan agar guru menguasai secara utuh


ilmu yang diajarkannya, contohnya guru fisika harus menguasai seluruh materi
fisika yang diajarkannya.

2. Memperluas perspektif, guru harus yakin bahwa dirinya dapat menjadi


guru yang efektif sebagaimana diinginkannya, contohnya guru fisika harus
memiliki kepercayaan diri ketika mendidik murid-murid.

3. Guru perlu meningkatkan diri secara terus menerus, contoh; guru fisika
terus belajar dan berlatih untuk meningkatkan ilmunya.

John W. Santrock menyatakan bahwa ada dua hal utama yang harus
dikuasai guru, yaitu;

10
1. Pengetahuan dan Keahlian Professional meliputi;

Penguasaan terhadap Materi Pelajaran

Guru yang efektif harus memiliki pengetahuan, fleksibel dan memahami


materi pelajaran yang di ampu. Penguasaan subjek materi tidak hanya mencakup
fakta, istilah dan konsep umum, tetapi mencakup pengetahuan tentang dasar-dasar
pengorganisasian materi, mengaitkan berbagai gagasan, cara berfikir dan
berargumentasi, pola perubahan dalam satu mata pelajaran, dan kemampuan untuk
mengaitkan satu gagasan dari suatu disiplin ilmu ke disipiln ilmu lainnya.

Strategi Pengajaran.

Kontruktivisme menekankan agar individu secara aktif menyusun dan


membangun (to construct) pengetahuan dan pemahamannnya. Menurut
pandangan konstruksivis, guru bukan sekedar memberi informasi ke pikiran aank,
akan tetapi guru mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka,
menemukan pengetahuan, merenung, dan berpikir secara kritis. Konstruksivis
juga menekankan pada kolaborasi, anak-anak saling bekerja sama untuk
menegtahui dan memahami materi pelajaran.

Penetapan Tujuan dan Keahlian Perencanaan Intruksioal.

Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, baik ia menggunakan


prespektif tradisional maupun konstruksivis. Namun, guru harus menentukan
tujuan pengajaran dan menyusun rencana pembelajaran untuk mencapai tujuan
pengajaran tersebut. Guru juga harus menyusun kriteria tertentu agar sukses. Guru
secara matang menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan pelajaran agar
siswa meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam menyusun rencana
pembelajaran, guru harus memikirkan tentang cara agar pelajaran bias menantang
sealigus menarik.

Keahlian Manajemen Kelas.

Aspek penting lain untuk menjadi guru yang efektif adalah kemampuan
menjaga kelas agar tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas/siswa ke

11
tugas-tugas yang telah dipersiapkan guru untuk mengaktifkan siswa. Guru yang
efektif membangun dan mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif. Agar
lingkungan belajar optimal, guru perlu senantiasa meninjau ulang strategi
penataan dan prosedur pengajaran, pengorganisasian kelompok, monitoring, dan
mengaktifkan kelas, serta menangani tindakan siswa yang mengganggu kelas.

Keahlian Motivasional.

Guru yang efektif memiliki strategi yang baik untuk memotivasi siswa agar
mau belajar. Para ahli psikologi pendidikan semakin percaya bahwa motivasi ini
paling baik didorong dengan memberi kesempatan siswa untuk belajar di dunia
nyata, agar setiap siswa berkesempatan menemukan sesuatu yang baru dan sulit.
Guru yang efektif mengetahui bahwa siswa akan termotivasi saat mereka bias
memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi
kesempatan kepada siswa untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek
mereka sendiri.

Keahlian Komunikasi.

Sisi lain yang tak kalah pentingnya dalam mengajar adalah keahlian dalam
berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami
komunikasi nonverbal dari siswa, dan mampu memecahkan konflik secara
konstruktif. Keahlian komunikasi bukan hanya penting untuk bukan hanya
penting untuk mengajar, tetapi juga untuk berinteraksi dengan orangtua siswa.
Guru yang efektif menggunakan keahlian komunikasi yang baik saat mereka
berbicara dengan siswa, orangtua, administrator, dan lainnya, serta memiliki gaya
komunikasi asertif bukan agresif.

Bekerja secara Efektif dengan Siswa dari Latar Belakang Kultural


Berbeda.

Guru yang efektif mampu mendorong siswanya untuk menjalin hubungan


positif dengan siswa yang berbeda, membimbing siswa untuk berpikir secara
kritis tentang isu kultural dan etnis, menanamkan sikap saling menerima, dan
bertindak sebagai mediator kultural.

12
Keahlian Teknologi.

Guru yang efektif mampu mengembangkan keahlian teknologi dan


mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar mengajar di kelas,
menggunakan alat komunikasi melalui komputer seperti internet, mendesain
media pembelajaran berbasis komputer, serta menggunakan media ICT lainnya
untuk keperluan pembelajaran.

2. Komitmen dan Motivasi.

Menjadi guru yang efektif membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini
mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada siswa. Guru yang efektif
memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuannya dan tidak membiarkan emosi
negatif melunturkan motivasi dirinya.

Cara mendidik efktif terletak pada kunci-kunci berikut ini:

A. Proses belajar mengajar yang menyenangkan

Belajar yang menyenangkan tentu saja akan membuat anak tertarik dan tidak
akan membuat mereka jenuh. Terutama bagi anak usia dini. Lebih baik untuk
menunda kegiatan belajar apabila kita belum bisa menciptakan suasana
menyenangkan bagi anak. Karena apabila kita memaksa anak untuk belajar dalam
situasi yang menegangkan, hal itu dapat membuat anak frustasi dan menjadi tidak
mau belajar, karena merasa trauma dan ketakutan. Pemaksaan bahkan bisa
melumpuhkan sel syaraf yang terdapat di otak anak. Setiap pendidik pasti
mengharapkan agar anak mendapatkan hasil belajar yang optimal, dan hal itu
hanya akan didapatkan apabila anak mempunyai ketertarikan pada apa yang kita
ajarkan. Caranya yaitu dengan belajar sambil bermain, bercerita,bernyanyi dan
lain sebagainya.

B. Kasih Sayang

“Kasih sayang melahirkan kecerdasan”, hasil dari sebuah penelitian telah


membuktikan bahwa pembentukan otak dan perasaan sangat terikat erat pada
kasih sayang yang diberikan kepadanya semasa ia berada di dalam kandungan

13
sampai kasih sayang yang ia dapatkan setelah ia lahir dan tumbuh dewasa.
“Autis” adalah salah satu contoh sebagai akibat dari kurangnya kasih sayang.
(Autis terjadi akibat kurang terhubungkannya syaraf –syaraf di pusat otak yang
berisi emosi yang mengisi gerakan rasional dan pikiran logis). Hilangnya perasaan
cinta pada awal kehidupan juga dapat melemahkan kekuatannya dan membuat
pengaruh yang fatal pada otak. Pernyataan ini diperkuat oleh hasil penelitian
bahwa ukuran otak anak yang jarang tersiram kasih sayang dan jarang diajak
bermain lebih kecil 30% daripada anak normal pada usia yang sama.

C. Disiplin

Disiplin merupakan salah satu elemen penting agar terciptanya efektifitas


belajar. Namun disiplin juga harus diterapkan secara konsisten dan ber”sinergi”.
Konsisten atau istiqomah diperlukan dalam proses penerapan disiplin. Hilangnya
konsistensi akan menghancurkan upaya kita dalam menegakkan disiplin.Satu
contoh ,misalnya kita menginginkan satu bentuk tertentu pada sebuah pohon. Kita
dapat membentuknya dengan mengikat dahan pohon tersebut dengan tali atau
kawat. Namun bayangkan apa yang akan terjadi apabila dalam waktu yang singkat
kita telah membuka ikatan itu ? tentu dahan pohon yang diikat tadi akan kembali
seperti keadaan semula, bahkan mungkin akan bergerak lebih jauh dari posisi
semula. Akan tetapi dengan kesabaran dan ketelatenan kita akan mendapatkan
hasil yang sesuai dengan keinginan kita. Itulah sebabnya kenapa pendidikan anak
harus dilakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai anak memahami apa
yang kita ajarkan. Karena pendidikan adalah sebuah proses yang sangat panjang
dan tak berujung. Selanjutnya kita akan menjelaskan tentang arti dari kata
“sinergi”. Sinergi adalah satu bentuk penyatuan energi dari semua pihak yang
berkepentingan, dalam hal ini yaitu kerjasama yang berkesinambungan antara
orang tua,pihak sekolah serta lingkungan (kakek nenek, saudara, teman bermain,
dll). Artinya pendidikan bukan hanya merupakan tanggung jawab orang tua saja,
atau tanggung jawab sekolah saja, akan tetapi telah menjadi tanggung jawab
bersama,sehingga dalam pelaksanaan disiplinpun harus ada koordinasi yang baik
dari semua pihak.

D. Hukuman dan Ganjaran

14
Hukuman dapat diterapkan apabila anak tidak mematuhi aturan yang telah
disepakati / tidak disiplin, dengan tujuan agar anak tidak mengulangi
perbuatannya.

Ganjaran / hadiah diberikan kepada anak ketika anak berhasil melakukan


perbuatan yang baik (menurut norma agama ataupun norma yang berlaku di
masyrakat), dengan tujuan untuk memotivasi anak agar mereka mempertahankan
bahkan meningkatkan perilaku baiknya menjadi lebih baik.

Kelompok 5

Adnan hidayat

Rahmat iskandar

GURU HARUS BERPEGANG PADA RUMUSAN ATURAN ATAU


NORMA DALAM MENGEMBAN PROFESI

Pengertian Etika
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat diperlukan suatu sistem atau
pedoman yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bargaul atau
berhubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Sistem pengaturan
pergaulan tersebut dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, adat, dan
lain-lain. Secara etismologis, kata etika berasal dari bahasaa Yunani “ethos”, yang
artinya adat kebiasaan atau watak kesusilaan. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (edisi ke-empat), etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika
memuat tentang apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, apa
yang baik, dan apa yang buruk. Dengan adanya etika perilaku-perilaku baik diatur
berdasarkan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

15
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, etika dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Dengan
demikian, etika dapat diartikan sebagai kumpulan nilai-nilai moral yang dianut
oleh masyarakat tertentu setelah melalui pengkajian secara kritis. Ada dua macam
etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya
prilaku manusia.
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai
dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap
dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika
normatif dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana
manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis,
teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi
manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu
tindakan. Etika umum dapat dianalogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud seperti bagaimana
kita mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang kita lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral
dasar. Penerapan itu juga dapat berwujud sperti bagaimana kita menilai perilaku
diri sendiri dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis. Selain

16
itu, penerapan lainnya adalah cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika khusus dibagi lagi menjadi dua bagian:
1). Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
2). Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan
sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut
hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara
kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-
pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia
terhadap lingkungan hidup. Berikut adalah contoh etika sosial.
a. Sikap terhadap sesama
b. Etika profesi
c. Etika politik
d. Etika lingkungan
e. Etika idiolog
Dengan demikian etika profesi merupakan cabang dari etika khusus yang
merupakan produk dari etika sosial.
Prinsip-prinsip etika profesi
1. Tanggung jawab. Etika profesi harus bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan profesi dan hasilnya, serta bertanggungjawab terhadap
dampak dari profesi terhadap masyarakat.
2. Keadilan. Etika profesi dapat menjamin hak siapa saja.
3. Otonomi. Setiap kaum profesional memiliki dan diberi hak kebebasan
dalam menjalankan profesinya. Namun, dibatasi oleh tanggung jawab dan
komitmen profesional dan tidak mengganggu kepentingan umum.
4. Integritas moral yang tinggi. Komitmen pribadi yang tinggi menjadi
keluhuran suatu profesi.

17
Kode Etik Profesi
Secara harfiah, kode etik adalah sumber etika, aturan, sopan santun, atau
suatu hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok
kepegawaian. Pasal 28 undang-undang ini dengan jelas menyatakan bahwa
“pegawai negeri sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku
dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasaan.” Dalam penjelasan undang-
undang tersbut dinyatakan bahwa dangan adanya kode etik ini, pegawai negeri
sipil sebagi aparatur Negara, abdi Negara, dan abdi masyarakat mempunyai
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan
dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dari uraian tersebut terlihat bahwa kode etik
profesi adalah norma-norma, pedoman sikap, tingkah laku yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidup di masyarakat .
Tujuan Kode Etik Profesi
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode Etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Menurut E. Mulyasa (2009: 44-45), secara umum tujuan mengadakan kode etik
adalah sebagai berikut.
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak
luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remeh
terhadap profesi yang bersangkutan. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu
profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencermakan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segi
ini, kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan.

b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.


Kesejahteraan yang dimaksud yaitu meliputi kesejahteraan lahir (atau
material) maupun kesejahteraan batin ( spiritual atau mental). Dalam hal

18
kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-
petunjuk kepada para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
Tujuan lain kode etik profesi dapat juga berkaitan dengan peningkatan
kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi para anggota profesi dapat dengan
mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdiannya dalam
melaksanakan tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma
dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
pengabdian para anggotanya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan setiap
anggota untuk secara aktif berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan
kegiatan-kegiatan yang di rancang organisasi.
Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga
dan memelihara kesejahteraan para anggota.menjadi pedoman perilaku,
meningkatkan pengabdian aggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan
mutu organisasi profesi.
Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada
suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak
boleh dilakukan oleh seorang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh
orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota profesi dari
organisasi tersebut. Maka jelas bahwa orang-orang yang bukan dan tidak menjadi
anggota profesi tersebut, tidak dapat dikenakan aturan yang ada dalam kode etik
tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang
menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi
profesi yang bersangkutan. Apabila setiap orang yang menjalankan profesi suatu

19
profesi secara otomatis tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan
profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, Karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
Kode Etik Profesi Guru Indonesia
Kode etik guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan
diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksakan tugas sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Adapun tujuan mengapa kode etik guru harus ditaati, ialah agar:
1. Para guru memiliki pedoman dalam dalam bertingkah laku sebagai
pendidik.
2. Para guru dapat becermin diri mengenai tingkah lakunya.
3. Para guru dapat menjaga perilaku.
4. Guru dengan cepat akan memperbaiki diri apabila melakukan
kesalahan.
5. Agar guru menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat umum.
Kode etik guru Indonsia ditetapkan dalam suatu kongres, yaitu kongres
PGRI XIII di Jakarta pada tahun 1973, kemudian disempurnakan dalam kongres
PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta. Adapun kode etik Guru Indonesia yang telah
disempurnakan adalah sebagai berikut.
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang
Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujdunya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru
Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan mendominasi dasar-
dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

20
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang
pendidikan.

Berkaitan hubungan guru dengan peserta didik, orang tua/wali,


masyarakat, sekolah, profesi, organisasi profesi, dan pemerintah, maka dibuatlah
nilai-nilai operasional yang harus dijalannkan oleh guru sebagai berikut.

Hubungan Guru dengan Peserta Didik:

1. Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah,
dan anggota masyarakat.
3. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah

21
yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien
bagi peserta didik.
6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
9. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
14. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan
yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
15. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada
peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan,
moral, dan agama.
16. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

22
Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid:
1. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien
dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
2. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan
objektif mengenai perkembangan peserta didik.
3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
4. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan
berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
6. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak
atau anak-anak akan pendidikan.
7. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

Hubungan Guru dengan Masyarakat:


1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
2. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
4. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya.

23
6. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada
masyarakat.
8. Guru tidak menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan
bermasyarakat.

Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat:


1. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
2. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
3. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.
4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah.
5. Guru menghormati rekan sejawat.
6. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat.
7. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
8. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan
dengan tuntutan profesionalitasnya.
9. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan
dan pembelajaran.
10. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
11. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-
tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari
kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.

24
13. Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru berkaitan dengan kualifikasi
dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
14. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.
15. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas
dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
16. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
17. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak
langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

Hubungan Guru dengan Sejawat:


1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan
dan mata pelajaran yang diajarkan.
3. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
4. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
6. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan
merendahkan martabat profesionalnya.
7. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
8. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-
tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang
pendidikan dan pembelajaran.

25
Hubungan Guru dengan Organisasi Profesinyaa (sekolah):
1. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara
aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.
2. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
3. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyarakat.
4. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan
profesional lainnya.
6. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat
merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
7. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh
keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
8. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hubungan Guru dengan Pemerintah:


1. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang
Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
2. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang
berbudaya.
3. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan
dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

26
4. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau
satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.
5. Guru tidak melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat
pada kerugian negara.

Kesimpulan
Guru harus berpegang pada rumusan norma dalam mengemban profesi.
Karena seorang guru akan berinteraksi langsung dengan murid, masyarakat,
sesama guru, maupun organisasi profesinya dan pemerintah. Dimana ada aruran
dan norma berlaku yang harus dipatuhi. Ada sanksi bilamana guru melanggar
aturan. Guru juga memberikan contoh kepada murid dan kemungkinan akan
diikuti oleh murid. Guru harus sesuai dengan tujuan kode etik profesi.

Kelompok : 06

Nama : Diah Wulandari 12211210915

Nurhabibah 12211210914

TOLAK UKUR PERBUATAN PENDIDIKAN YANG SUKSES

Konsep belajar menurut UNESCO, menuntu setiap satuan pendidikan


untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk sekarangdan
masa depan, yaitu : (1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2) learning
to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini peserta didik dituntut untuk
terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi
seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan
bersama).

Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah


laku pada seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, yang asalnya tidak
mempunyai keterampilan menjadi mempunyai keterampilan, dan yang asalnya

27
tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi bisa mengerjakan sesuatu yang
semuanya itu merupakan hasil dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan
yang dilakukan secara sengaja. Dengan demikian, perubahan-perubahan yang
terjadi pada peserta didik sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut
merupakan hasil dari belajar atau dengan kata lain disebut hasil belajar.

Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam


proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan belajar tersebut terdapat
beberapa indikator yang dapat diketahui bahwa proses belajar mengajar tersebut
dianggap berhasil atau tidak. Maka indikator keberhasilan belajar peserta didik
dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik terhadap bahan
pengajaran yang telah diajarkan serta dari perbuatan atau tingkah laku yang telah
digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara
individual maupun kelompok.

Penilaian Keberhasilan Belajar

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar peserta


didik dapat dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar, tes merupakn
suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatanpengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pertanyaan
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik guna
mengukur aspek prilaku peserta didik.

Adapun tes prestasi belajar yang dapat digunakan sebagai penilaian


keberhasilan peserta didik, yaitu : (1) tes formatif,(2) tes subsumatif, dan(3) tes
sumatif. Tes prestasi belajar tersebut secara sederhan dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a) Tes formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencapai


umpan balik (feed back), yang selanjutnya penilaian tersebutdapat
digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau
yang sudah dilakukan.
b) Tes subsumatif adalah penilaian yang meliputi sejumlah bahan pengajaran
tertentu yang telah diajarkan pada waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk

28
memperoleh gambaran daya serap peserta didik untuk meningkatkan
tingakat prestasi belajar peserta didik.
c) Tes sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar peserta didik
terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu
tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, keberhasilan


belajar dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah tujuan, guru,
peserta didik, kegiatan pembelajaran, bahan dan alat evaluasi.dari beberapa
faktor tersebut tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi membentuk suatu kesatuan
guna mencapai keberhasilan belajar mengajar yang tinggi.

Kelompok : 07
Badrina Alfi
Wildatunnisa

Upaya-upaya Pencegahan Perilaku Tidak Etis Seorang Pendidik

Pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak


didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat pendidik adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di tempat – tempat tertentu, tidak mesti di lembaga
pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musala, di rumah, dan
sebagainya. Pendidik bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik,
serta bertanggung jawab untuk membentuk anak didik agar menjadi orang
bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang akan
datang.
Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas
seorang pendidik, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam
melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan pendidik pada tingkat
yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan
banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang

29
yang menunjukkan bahwa sebagian pendidik memiliki ijazah perguruan tinggi.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas
pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam
kenyataannya banyak pendidik yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-
kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh
kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:
1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2. Menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3. Menggunakan destruktif discipline,
4. Mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu)
peserta didik,
5. Merasa diri paling pandai di kelasnya,
6. Tidak adil (diskriminatif), serta
7. Memaksakan hak peserta didik.
Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang
profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang
dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni:
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik,
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik,
3. Kompetensi profesional adalah kamampuan penguasaan materi
pelajaran luas mendalam,
4. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Upaya lain yang dapat dilakukan agar sikap dan perilaku menyimpang
dalam dunia pendidikan dapat hindari, diantaranya:
1. Menyiapkan tenaga pendidik yang benar-benar profesional yang dapat
menghormati siswa secara utuh.

30
2. Guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru
siswa mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru
sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku.
3. Budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah.
4. Adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan
orang tua.
Upaya selanjutnya adalaah menerapkan enam belas pilar dalam
pembentukan karakter seorang guru, antara lain:
1) kasih sayang,2) penghargaan, 3) pemberian ruang untuk
mengembangkan diri, 4) kepercayaan, 5) kerjasama, 6) saling berbagi, 7) saling
memotivasi, 8) saling mendengarkan, 9) saling berinteraksi secara positif, 10)
saling menanamkan nilai-nilai moral, 11) saling mengingatkan dengan ketulusan
hati, 12) saling menularkan antusiasme,13) saling menggali potensi diri, 14)
saling mengajari dengan kerendahan hati, 15) saling menginsiprasi, 16) saling
menghormati perbedaan.

Dari data diatas, dapat di ambil kesimpulan bahwa seorang pendidik yang
mana diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik, bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, serta membentuk
anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa,
dan bangsa di masa yang akan datang.
Dari data diatas disebutkan bahwa pemerintah juga ikut andil dalam
mencerdaskan anak bangsa, contohnya dengan meningkatkan kualitas seorang
pendidik yang mana dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak
penyimpangan. Walaupun dalam kenyataannya banyak pendidik yang melakukan
kesalahan-kesalahan, terdapat beberapa upaya yang dapat mengatasi kesalahan-
kesalahan yang dilakukan oleh pendidik itu.
Upaya pertama adalah menerapkan empat kompetensi dasar yang mana
tertuang didalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni: 1) Kompetensi
Pedagogik, 2) Kompetensi Kepribadian, 3) Kompetensi Profesional, dan 4)
kompetensi Sosial.
Upaya kedua agar sikap dan perilaku menyimpang dalam dunia
pendidikan terhindar adalah menyiapkan tenaga pendidik yang benar-benar

31
profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh, memberikan kesadaran
bahwa guru merupakan key succes factor dalam keberhasilan budi pekerti peserta
didik maka hendaknya guru dapat menjaga image dalam bersikap dan berperilaku,
menjadikan budi pekerti sebagai mata pelajaran khusus di sekolah, dan
mengadakan kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan
orang tua.
Upaya ketiga yang dapat dilakukan dalam pencegahan perilaku buruk
seorang pendidik adalah menerapkan enam belas pilar dalam pembentukan
karakter seorang pendidik.Jika para pendidik menyadari dan menerapkan 16 pilar
pembangunan karakter tersebut jelas akan memberikan sumbangsih yang luar
biasa kepada masyarakat dan negaranya.

Kelompok : 08

Regina Maudy Octaviana

Qisthi

PERWUJUDAN MORAL YANG HAKIKI PENDIDIK YANG


TIDAK DAPAT DIPAKSAKAN DARI LUAR

Pengertian Profesi

Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua


pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian
yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh
nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan
sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan
yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan
yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan
ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya

32
penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat
manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin
etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut.

Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada
standar pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi.
Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi
tersebut tidak bersifat komersial”. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah
dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.

Etika Profesi

Sebelum Membahas mengenai etika Profesi alangkah baiknya kita bahas


dulu apa yang dimaksud dengan etika ;

Etika adalah : Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasaYunani)
yang berarti karakter, watak kesusilaan atauadat. Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengankonsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk
menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik.

Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan


mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip prinsip moralyang ada.

pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common
sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi
dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit

33
professional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada
saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya.

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup


tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi
saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama,
protokoler dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan


masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung
tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan
dengan hak-hak asasi umumnya.

Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani
ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran
bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli
berikut ini :

Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia


dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba dalam
sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia
dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Drs.
H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Kode etik profesi

Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupakata-kata, tulisan


atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode
juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

34
Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok
tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari- hari di masyarakat maupun di
tempat kerja.

MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN) Kode etik


profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan
tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan Kode Etik Profesi

Etika profesi merupakan standar moral untuk profesional yaitu mampu


memberikan sebuah keputusan secara obyektif bukan subyektif, berani
bertanggung jawab semua tindakan dan keputusan yang telah diambil, dan
memiliki keahlian serta kemampuan. Terdapat beberapa tujuan mempelajari kode
etik profesi adalah sebagai berikut.

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri

Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika

• Kebutuhan individu.

• Korupsi alasan ekonomi.

• Tidak ada pedoman.

• Area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan.

35
• Perilaku dan kebiasaan individu.

• Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi.

• Lingkungan tidak etis.

• Pengaruh dari komunitas.

• Perilaku orang yang ditiru.

• Efek primordialisme yang kebablasan.

Sangsi Pelanggaran Etika

• Sanksi Sosial

Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat “dimaafkan”.

• Sanksi Hukum

Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas
utama, diikuti oleh hukum Perdata.

Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna


yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya, (KBBI, 1994). Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku,
keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional (Longman, 1987).

“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental


dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang
memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta
komitmenya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas professional melalui
berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan
makna proesional.

36
Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap
eksekutif yang baik. Ciri-ciri profesionalisme:

Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap
eksekutif yang baik. Ciri-ciri profesionalisme:

1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran


dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
yang bersangkutan dengan bidang tadi

2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu


masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam
mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan

3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan


mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya

4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi


serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat
dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya

Kode etik profesional

Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh
sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada
anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi
itu dimata masyarakat.

Apabila anggota kelompok profesi itu menyimpang dari kode etiknya,


maka kelompok profesi itu akan tercemar di mata masyarakat. Oleh karena itu,
kelompok profesi harus mencoba menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya
sendiri. Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan
berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.

Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring perkembangan zaman.
Kode etik profesi merupakan pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini
perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar.

37
Kelompok 9 :
Marsiti (12211210059)
Nurjamilah aryani (12211210051)

GURU MEMILKI KEPRIBADIAN YANG TANGGUH YANG


BERCIRIKAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA DAN
BERAKLAK MULIA

Peranan guru adalah luas. Guru adalah pendidik, pembimbing dan


pendorong. Dia juga penyampai ilmu, penggerak dan penasihat. Ini bermaksud,
guru atau pendidik mempunyai tugas dan tanggungjawab yang mencabar,
kepentingan peranan guru itu memang tidak dapat dinafikan kerana boleh
dikatakan setiap ahli masyarakat pada zaman ini melalui pendidikan yang
diberikan oleh guru.

Islam meletakkan tugas sebagai guru yang melaksanakan tugas tarbiyah


adalah ditempat yang sungguh mulia, seluruh masa yang digunakan dikira sebagai
ibadah, setiap langkah dari rumah ke sekolah dan pulang kerumah dari sekolah
akan mendapat satu pahala dan dihapuskan satu dosa, menyampaikan ilmu secara
hikmah dan ikhlas semata-mata kerana Allah merupakan jihad yang paling tinggi
pada pandangan Islam seperti mana yang dituntut dalam syariat Islam.
Firman Allah s.w.t. maksudnya : “Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai
Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan
berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih
baik”.( Surah al-Nahl ayat 125)
Dalam Islam terdapat 4 martabat guru atau pendidik iaitu:
1) Mudarris : yang bermaksud guru yang hanya mengajar mata pelajaran
kemahiran mereka sahaja.
2) Mu’allim : yang bermaksud guru yang tidak hanya mengajar mata pelajaran
mereka tetapi turut menyampaikan ilmu-ilmu lain.\Mursyid : yang bermaksud
guru yang menyampaikan ilmu dan menunjukkan jalan yang benar.

38
3) Murabbi : yang bermaksud guru yang mendidik, memelihara, mengasuh,
mentarbiyyah anak didiknya menjadi manusia yang berilmu, bertaqwa dan
beramal soleh.
Sebagai seorang guru yang beriman dan bertaqwa keempat-empat ciri di atas
hendaklah fahami dan dihayati di dalam kehidupannya sebagai pendidik terutama
ciri keempat iaitu mendidik, memelihara, mengasuh, mentarbiyyah anak didiknya
menjadi manusia berilmu, bertaqwa dan beramal soleh.
Beberapa Definisi Mengenai Guru Dalam paradigma Jawa, pendidik
diidentikkan dengan guru, yang mempunyai makna "Digugu dan ditiru"artinya
mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti.Sedangkan dalam kamus besar bahasa
Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya (matapencahariannya, profesinya)
mengajar.
Menurut Ngalim Purwanto bahwa guru ialah orang yang pernah
memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok
orang.Ahmad Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensiafektif, kognitif maupun
psikomotorik.
Dalam pengertian umumGuru adalah pendidik dan pengajar pada
pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal,pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai
semacamkualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang
mengajarkan suatu hal yang barudapat juga dianggap seorang guru. Beberapa
istilah yang juga menggambarkan peran guru, antaralain: Dosen, Mentor dan
Tutor.
Dalam pasal 1 Undang-undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, “guru adalah pendidikprofesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, danmengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
danpendidikan menengah”

39
Hal penting yang juga perlu difahami oleh seseorang yang akan menjadi
seorang guru adalah pilar dasar pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara ada
lima asas dalam pendidikan yaitu :
1) Asas Kodrat Alam; Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang menjadi
satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main (Sunatullah), tiap
orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara
wajar menurut kodratnya.
2) Asas Kemerdekaan; kemerdekaan sebagai karunia Tuhan kepada semua
makhluk manusia yang memberikan kepadanya “hak untuk mengatur dirinya
sendiri”, dengan selalu mengingat syarat-syarat tertib damainya hidup
bersama (masyarakat).
3) Asas Kebudayaan; Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti
kebudAyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus
diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).
4) Asas Kabangsaan; Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka
dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain,
menciptakan keserasian dengan bangsa lain.
5) Asas kemanusiaan; Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai
dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan. E. Sistem Pendidikan Dalam
pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan “Sistem
Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam menempatkan anak
sebagai sentral proses pendidikan. Dalam Sistem Among, maka setiap pamong
sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap: Ing ngarsa
sung tuladha, Ing madya mangun karsa, dan Tutwuri handayani. Ing ngarsa
berarti di depan, atau orang yang lebih berpengalaman dan atau lebih
berpengatahuan. Sedangkan tuladha berarti memberi contoh, memberi teladan
(Ki Muchammad Said Reksohadiprodjo, 1989: 47). ing ngarsa sung tuladha
mengandung makna, sebagai among atau pendidik adalah orang yang lebih
berpengetahuan dan berpengalaman, hendaknya mampu menjadi contoh yang
baik atau dapat dijadikan sebagai “central figure” bagi siswa. Mangun karsa
berarti membina kehendak, kemauan dan hasrat untuk mengabdikan diri
kepada kepentingan umum, kepada cita-cita yang luhur. Sedangkan ing madya

40
berarti di tengah-tengah, yang berarti dalam pergaulan dan hubungannya
sehari-hari secara harmonis dan terbuka. Jadi ing madya mangun karsa
mengandung makna bahwa pamong atau pendidik sebagai pemimpin.

Sistem pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara juga merupakan


warisan luhur yang patutdiimplementasikan dalam perwujudan masyarakat yang
berkarakter. Jika para pendidik sadar bahwa keteladanan adalah upaya nyata
dalam membentuk anak bangsa yang berkarakter, semua kita tentu akan terus
mengedepankan keteladanan dalam segala perkataan dan perbuatan. Sebab dengan
keteladanan itumaka karakter religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, cinta
damai, peduli sosial, dan karakter laintentu akan berkembang dengan baik.
Begitu pula jika kita sadar bahwa berkembangnya karakter peserta didik
memerlukan dorongan danarahan pendidik, sebagai pendidik tentu kita akan terus
berupaya menjadi motivator yang baik. Sebab dengan dorongan dan arahan
pendidik maka karakter kreatif, mandiri, menghargi prestasi, dan pemberani
peserta didik akan terbentuk dengan baik..
Organisator Sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan
oleh guru dalam bidang ini memiliki kegiatan pengelolaan kegiataan akademik
dan lain sebagainya.8. Inisator Sebagai inisiator guru harus dapat menjadi
pencetur ide-ide kemajuan dan pendidikan dalam pengajaran.
Tugas Dan Peran GuruTugas Guru.
Sebagai seorang pendidik yang memahami fungsi dan tugasnya, guru
khususnya ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula
dengan seperangkat latihan keterampilan keguruan dan pada kondisi itu pula ia
belajar memersosialisasikan sikap keguruan yang diperlukannya. Seorang yang
berpribadi khusus yakni ramuan dari pengetahuan sikap dan
keterampilankeguruan yang akan ditransformasikan kepada anak didik atau
siswanya
.Guru yang memahami fungsi dan tugasnya tidak hanya sebatas dinding
sekolah saja, tetapi juga sebagai penghubung sekolah dengan masyarakat yang
juga memiliki beberapa tugas menurut Rostiyah (dalamDjamarah, 2000 : 36)
mengemukakan bahwa fungsi dan tugas guru profesional adalah :

41
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,
kecakapan dan pengalaman- pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita dan dasar
negara kita Pancasila.
3. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik.
4. Sebagai prantara dalam belajar.
5. Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak didik ke arah
kedewasaan.
6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
7. Sebagai penegak disiplin. Guru menjadi contoh dalam segala hal, tata
tertib dapat berjalan apabila guru menjalaninya terlebih dahulu.
8. Sebagai adminstrator dan manajer Guru sebagai perencana kurikulum.
9. Guru sebagai pemimpin.
10. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.Seorang guru baru
dikatakan sempurna jika fungsinya sebagai pendidik dan juga
berfungsi sebagai pembimbing.
Sebagai pendidik guru harus berlaku membimbing dalam arti menuntun sesuai
dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang terpenting ikut
memecahkan persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak
didik. Dengan demikian diharapkan menciptakan perkembangan yang lebih baik
pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental.
Dari uraian di atas secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar
dapat disebutkan sebagaiberikut :
a) Fasilitator Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan
fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar mengajar.
b) Motivator Sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak
didik agar bergairah dan aktif belajar.
c) Informator Sebagai informator guru harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diprogramkan dalam
kurikulum.

42
d) Pembimbing Peran guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran
yang telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing.
e) Korektor Sebagai korektor guru harus bisa membedakan mana nilai
yang baik dan buruk.
f) Organisator Sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang
diperlukan oleh guru dalam bidang ini memiliki kegiatan pengelolaan
kegiataan akademik dan lain sebagainya.
g) Inisator Sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetur ide-ide
kemajuan dan pendidikan dalam pengajaran.
h) Demonstrator Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran
anak didik pahami. mempergakan apa yang diajarkan secara diktatis,
sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak
didik, tujuan pengajaran tercapai dengan efektif dan efisien.
i) Pengelolaan kelas Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik
karena kelas adalah tempat terhimpun semua anak didik dan guru
dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.
j) Mediator Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan
jenisnya baik media non material maupun material.
k) Supervisor Guru hendaknya dapat membantu memperbaiki dan
menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.
l) Evaluator Guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur
dengan memerikan penilaian yang menyentuh aspek intrinsik dan
ekstrinsik.
Sedangkan menurut WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang
guru yaitu:
a. pendidik (nurturer),
b. model,
c. pengajar dan pembimbing
d. pelajar (learner),
e. komunikator terhadap masyarakat setempat
f. pekerja administrasi, serta

43
g. kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang
berkaitan dengan tugas-tugasmemberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-
tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) sertatugas-tugas yang berkaitan
dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan
sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Tugas-tugas ini berkaitan denganmeningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebihlanjut
seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa
yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan danhidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-
tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat,
bangsa dannegara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai
Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman
belajar. Setiap guru harusmemberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
lain di luar fungsi sekolah seperti persiapanperkawinan dan kehidupan keluarga,
hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual danmemilih pekerjaan
di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah
lakusosial anak.
Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki
pribadi yang sesuaidengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan
negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam
masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih
lanjut.Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu
menambah pengetahuan dan keterampilanagar supaya pengetahuan dan
keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu
diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti

44
membuat rencana mengajar,mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan
dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Hubungan Guru dengan Berbagai Aspek Hubungan Guru dengan Peserta
Didik :
 Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
 Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan
mengamalkan hak-hak dankewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan
anggota masyarakat.
 Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara
individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
 Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proseskependidikan.
 Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diridari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
 Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat pesertadidiknya
 Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
 Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak pesertadidiknya.
 Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhandan perkembangan peserta didiknya.
 Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisiyang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.
 Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannyadengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.

45
 Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionallnya
kepada peserta didik dengancara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
 Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional
dengan peserta didiknya untukmemperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.

Kelompok 10
Halimatus Sa’diyah
Lilisnurkomalasari

BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI PROFESI


A. Pengertian dan ciri-ciri profesi
Istilah “profesi” memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebutprofesi. Untuk mecegah kesimpang-siuran tentang arti
profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan itu, berikut ini dikemukakan
beberapaistilah dan ciri-ciri profesi.“Profesi” adalahs uatu jabatan atau pekerjaan
yang menuntutkeahliandariparapetugasnya.Artinya, pekerjaan yang
disebutprofesi, tidak bias dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak
disiapkan secara khusus terlebih dahulu untukm elakukan pekerjaan itu.
Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian,
dan persiapa naka demik. Kata Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu.Di dalam profess idi tuntuta danya keahlian
dan etika khususs erta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi
bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secarak husus di
persiapkan untuk itu.Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan
oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain. Profesi adalah suatu
pekerjaan yang dalam melaksanakan tugas nya memerlukan / menuntut keahlian
(expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.
Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusu s diperuntukkan untuk
itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan.

46
Ada beberapaistilah yang berkaitan dengan profesi, antaralain :
• Profesi adalah jabatan yang menuntut keahlian seseorang walau profesi tersebut
tidak bersifat komersial.
• Profesional mengacu pada dua hal yaitu, pertama orang yang menyandang suatu
profesi.Kedua, penanpilan seorang dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.
• Profesionalisme adalah suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian
kwalitas yang menandaiatau melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalis
memengandung pula pengertian menjalankan suatuprofesi untuk keuntungan atau
sebagai sumber penghidupan.
• Profesionalitas merupakan kemampuan sikap seorang anggota profesi untuk
bertindak secara professional.
• Profesionalisasi meruju kepada suatu proses pengembangan keprofesionalan
para anggota suatuprofesi.
B. Ciri-ciri Profesi
Secara umum ada beberapa cirri atau sifat yang selalu melekat pada profesi,
yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasa nya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatan nya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletak kan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
C. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling
Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi
yang dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan tersebut diatas. Namun, berhubung
dengan perkembangan nya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia,
dewasa ini pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai
persyaratan yang diharapkan. Sebagai profesi yang handal, bimbingan dan
konseling masih perlu dikembangkan, bahkan diperjuangkan.

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam profesi BK

47
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,
kebebasan memilih, dan mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks
kemaslahatan umum:
• Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai
makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi;
• Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan
konseli pada khususnya;
• Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada
khususnya;
• Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya;
• Toleran terhadap permsalahan konseli,
• Bersikap demokratis

Kesimpulan
Jadi kesimpulan dari makalah di atas tersebut adalah bimbingan konseling sebagai
profesi itu hanya bisa di lakukan atau di kerjakan oleh seseorang yang sudah
menguasai atau yang ahli dalam bidang tersebut mulai dari pelayanan nya,
konsultasi nya karena kalo seseorang mengerjakan nya tanpa keahlian atau yang
mempunyai bidang tersebut kita bias salah memberikan materi atau pengarahan
kepada si konseling tersebut karena ini lebih mengaju untuk kehidupan atau
recana sikonseling tersebut.

Nama : De Irhas Nur Fizri ( 12211210946 )


Siti Nuriawati ( 12211210122 )
Kelompok : 11

GURU MEMILIKI WAWASAN KEPENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

A. Guru memiliki wawasan kependidikan


Salah satu ciri guru yang profesional adalah memiliki wawasan
kependidikan. Wawasan kependidikan adalah salah satu syarat mutlak seorang
pendidik untuk menjadi pendidik yang baik karena dengan memiliki wawasan

48
kependidikan seorang guru dapat meningkatkan wawasan dan keyakinannya
sebagai ahli pendidikan maupun pendidik dan pengelola pendidikan. Konsep-
konsep ilmiah pendidikan memperluas khasanah pengetahuan tentang tingkah
laku manusia sebagai individu atau pribadi sebagai makhluk sosial dan sebagai
makhluk susila.
Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan karena seorang guru
harus mampu melihat pendidikan sebagai suatu proses sekaligus sebagai tujuan.
Asumsi dasar yang memandang pendidikan sebagai suatu kegiatan kehidupan
dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia seutuhnya di lingkungan
masyarakat. Sehingga dengan demikian, guru mampu menjalankan tugas dan
peranannya dalam mendidik manusia menjadi manusia yang seutuhnya atau
memanusiakan manusia secara profesional dan bertanggung jawab.

Wawasan kependidikan menjelaskan mengenai hal sebagai berikut :


 Pandangan tentang pendidikan
 Tentang hakekat manusia
 Faktor pendidikan
 Konsep pendidikan sepanjang hayat
 Hubungan kebudayaan dan pendidikan

B. Guru memiliki wawasan Wawasan psikologi


Psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi
yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan
dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori
psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah
tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih


psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya
pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, proses belajar
mengajar, sistem evaluasi, dan layanan bimbingan dan konseling merupakan

49
beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa
dilepaskan dari psikologi.

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak


orang, diantaranya peserta didik, pendidik, administator, masyarakat dan orang
tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara
efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut
seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat
menunjukkan perilakunya secara efektif.

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan


pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai
aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Di sinilah arti penting psikologi pendidikan bagi guru. Penguasaan guru


tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus
dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin syah (2003) mengatakan
bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon
guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses
belajar mengajar peserta didik”

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan –


pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.


Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru
akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang
dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha

50
mengaplikasikan pemikiran bloom tentang taksonomi perilaku individu
dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru
dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan
sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan
individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang
sedang dialami siswanya.
c. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga
diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami
psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan
bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan
interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
d. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi
yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan
memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa
untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa
pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan
mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator
maupun motivator belajar siswanya.
e. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang
kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai
memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang
kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan
menyenangkan.
f. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk
terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan
menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.

51
g. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru
dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik
dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun
menentukan hasil-hasil penilaian.

Kelompok 13:

Ersi Syaulla

Siti Khoerunnisa

Memiliki Wawasan Psikologi, Budaya Peserta Didik dan Lingkungan

1. Wawasan Psikologi

Seorang pendidik harus memiliki wawasan pendidik karena ada beberapa


tujuan yaitu pertama, agar seseorang mempunyai pemahaman yang lebih baik
tentang individu, baik dirinya sendiri, maupun orang lain. Kedua, dengan hasil
pemahaman tersebut seseorang diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan
perlakuan yang lebih bijaksana. Tindakan yang bijaksana menyangkut
penggunaan cara atau metode yang tepat terhadap individu yang tepat, pada saat
dan dalam situasi yang tepat.
Sesungguhnya setiap orang membutuhkan pengetahuann tentang
psikologi, sebab dalam kehidupan setiap orang selalu menghadapi, bergaul dan
berkerja sama dengan ornag lain. Orang-orang yang dalam pekerjaannya
memberikan pelayanan kepada orang, atau menghadapi orang membutuhkan
pengetahuan psikologi yang lebih banyak dan mendalam dibandingkan dengan
orang-orang yang menghadapi orang hanya dalam pergaulan dan dalam kehidupan
keluarga.
Setiap orang sebenarnya pendidik, minimal pernah berperan sebagai
pendidik, atau melakukan fungsi pendidikan. Para pendidik memberikan suri
tauladan, arahan, bimbingan, dan pembinaan. Agar interaksi yang berisi suri
tauladan, arahan, bimbingan dan pembinaan ini berlangsung dan memberikan
hasil yang sebaik-baiknya membutuhkan pengetahuan psikologi. Agar seorang
guru dapat mempersiapkan pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat,

52
kemampuan dan kebutuhan siswa dan menyampaikan bahan pelajaran dengan
baik, maka dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan memahami segala sifat,
kemampuan, dan kondisi para siswanya. Pengetahuan demikian diperoleh dari
studi tentang psikologi.
Tidak hanya guru yang membutuhkan pengetahuan tentang psikologi,
tetapi juga pekerjaan sosial lainnya yang juga membutuhkannya. Semua pekerjaan
bertujuan untuk memeberikan pelayanan. Agar pelayanan tepat, perlu didasarkan
pada hasil pemahaman terhadap para klien. Kekurangtepatan dalam pemahaman
dapat menyebabkan kesalah dalam memberikan suatu tindakan atau
keputusan.Hal ini jelas merupakan suatu kegagalan dalam pekerjaan.
Psikologi pendidikan sangat penting dalam proses pendidikan. Karena
didalam proses pendidikan memerlukan interaksi yang baik dan hal ini
memerlukan pengetahuan psikologi. Seseorang pendidik akan dapat memberikan
pengetahuan dan ilmunya kepada anak didik dengan baik dan tepat berdasarkan
kemampuan mereka untuk memahami yang disampaikan oleh pendidik. Dan
semua pendidikan, suri tauladan dan arahan dapat menuju kearah yang baik dan
yang diinginkan. Tugas pendidikan yang pertama adalah memberikan bimbingan
agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena
itu diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan
manusia agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya
guna. Beberapa hukum dasar yang perlu kita perhatikan dalam membimbing anak
dalam proses pendidikan:
1) Tiap-tiap Anak Memiliki Sifat Kepribadian yang Unik
Anak didik merupakan pribadi yang sedang tumbuh dan berkembang.
Dikatakan tiap anak memiliki sifat kepribadian yang unik, artinya anak
memiliki sifat-sifat khas yang dimiliki oleh dirinya sendiri dan tidak
dimiliki oleh ornag lain. Keunikan sifat pribadi seseorang itu terbentuk
karena peranan tiga faktor penting, yaitu keturunan, lingkungan dan diri
sendiri.
2) Tiap Anak Memiliki Kecerdasan atau IQ (Intelligensi Quotien) yang
Berbeda-beda

53
Sejak anak dilahirkan, mereka memiliki potensi-potensi yang berbeda
dan bervarisi. Pendidikan memberi hak kepada anak untuk
mengembangkan potensinya.
3) Tiap-tiap Pertumbuhan Mempunyai Ciri-ciri Tertentu
Karena tiap tahap pertumbuhan itu memiliki ciri-ciri tertentu hal ini
dapat membantu pendidik untuk mengatur strategi pendidikan sesuai
dengan kesiapan anak untuk menerima, memahami dan menguasai bahan
pendidikan, jadi strategi pendidikan untuk siswa sekolah taman kanak-
kanak akan berbeda dengan strategi yang diperuntukkan siswa sekolah
dasar.

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat besar manfaatnya


bagi kehidupan manusia. Memang, semua disiplin ilmu ada manfaatnya, tetapi
tidak ada suatu disiplin ilmu seperti psikologi yang mampu menyentuh hampir
seluruh dimensi kehidupan manusia. Betapa tidak, teori-teori dan riset psikologi
telah digunakan dan diaplikasikan secara luas dalam berbagai lapangan
kehidupan, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan proses pembelajaran,
industry, perdagangan, sosial-kemasyarakatan, politik, kesehatan, dan bahkan
agama.
Secara umum, psikologi dapat dibedakan menjadi dua cabang, yaitu
psikologi teoritis dan psikologi terapan. Psikologi teoritis dapat pula dibedakan
atas dua bagian, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus. Dalam ruang
lingkup psikologi, ilmu ini termasuk ke dalam psikologi khusus, yaitu psikologi
yang mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.
Dari pengertian psikologi di atas, maka dapat dipahami bahwa psikologi
perkembangan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
individu manusia dalam perkembangannya beserta latar belakang yang
mempengaruhinya. Sedangkan psikologi perkembangan peserta didik adalah
bidang kajian psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari aspek-
aspek perkembangan individu yang berada pada tahap usia sekolah dasar dan
sekolah menengah.

54
Dengan memahami dan mengerti tentang psikologi perkembangan peserta
didik, serta mengetahui seluk – beluk di dalamnya, maka sebagai calon tenaga
pendidik harus memahami betul perkembangan peserta didik dan karakteristiknya.
Menjadi guru berarti memikul amanah yang begitu besar, yang mesti
dipertanggungjawabkan, tidak hanya di hadapan manusia melainkan juga kepada
Allah Swt. Profesi guru ternyata harus dilakoni dengan sepenuh hati, melibatkan
hampir segena kemampuan jiwa dan raga, kemampuan intelektual, fisikal,
emosional, dan bahkan spiritual sekaligus.
Untuk dapat tampil menjadi guru yang ideal, memmang tidak cukup hanya
mengandalkan penguasaan atas materi atau ilmu yang akan diajarkan. Namun
menjadi seorang guru harus mengetahui faktor – faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi perkembangan peserta didik dalam belajar. Karena mereka datang
dengan membawa corak kepribadian, karakteristik, tingkah laku, minat, bakat,
kecerdasan, dan berbagai tingkat perkembangan lainnya yang berbeda – beda
pula. Oleh sebab itu, guru perlu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki
peserta didik, motivasinya, latar belakang akademisnya, sosial ekonominya, dan
sebagainya.
Adanya keharusan guru mengenal karakteristik peserta didik, berarti guru
harus menguasai dan mendalami psikologi perkembangan peserta didik, yakni
sebuah disiplin ilmu yanh secara khusus membahas tentang aspek – aspek atau
karakteristik perkembangan peserta didik. Psikologi perkembangan peserta didik
juga memungkinkan guru untuk memahami apa yang dibutuhkan, diminati, dan
yang hendak dicapai oleh peserta didik, serta dapat membreikan pelayanan yang
bersifat individual bagi mereka yang mengalami kesulitan.

A. Tujuan dan Manfaat Psikologi

a. Tujuan Psikologi

Psikologi peserta didik bertujuan :

J Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam


tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai
dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam

55
artian yang berlaku bagi anak-anak di mana saja dan dalam
lingkungan social-budaya mana saja.

 Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik,


baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
 Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada
tahapan atau masa perkembangan tertentu.
 Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang
menimbulkan reaksi yang berbeda.
 Khusus bagi guru, berguna untuk:

1. Dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan


pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap
tingkat perkembangan tertentu.
2. Dapat memilih metode pengajaran dan menggunakan bahasa yang
sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid – murid.

b. Manfaat Psikologi

Psikologi perkembangan peserta didik adalah sebuah disiplin


ilmu yang secara khusus mempelajari tentang perkembangan tingkah
peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan. Manfaat
mempelajari perkembangan peserta didik diantaranya:

 Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam


memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu
seorang anak.
 Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik dapat
membantu guru mengenali kapan perkembangan normal yang
sesungguhnya dimulai.
 Dengan mengetahui pola normal perkembangan, memungkinkan
para guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak menghadapi
perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan
perilakunya.

56
 Pengetahuan tentang perkembangan memungkinkan para guru
memberikan bimbingan belajar yang tepat kepada anak.
 Studi perkembangan dapat membantu kita memahami diri sendiri.

B. Tujuan dan Manfaat Psikologi

c. Tujuan Psikologi

Psikologi peserta didik bertujuan :

J Memberikan, mengukur dan menerangkan perubahan dalam


tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai
dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam
artian yang berlaku bagi anak-anak di mana saja dan dalam
lingkungan social-budaya mana saja.

 Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik,


baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
 Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada
tahapan atau masa perkembangan tertentu.
 Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang
menimbulkan reaksi yang berbeda.
 Khusus bagi guru, berguna untuk:

3. Dapat memilih dan memberikan materi pendidikan dan


pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik pada tiap
tingkat perkembangan tertentu.
4. Dapat memilih metode pengajaran dan menggunakan bahasa yang
sesuai dengan tingkat perkembangan pemahaman murid – murid.

d. Manfaat Psikologi

Psikologi perkembangan peserta didik adalah sebuah disiplin


ilmu yang secara khusus mempelajari tentang perkembangan tingkah
peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan. Manfaat
mempelajari perkembangan peserta didik diantaranya:

 Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam


memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu
seorang anak.

57
 Pengetahuan tentang perkembangan peserta didik dapat
membantu guru mengenali kapan perkembangan normal yang
sesungguhnya dimulai.
 Dengan mengetahui pola normal perkembangan, memungkinkan
para guru untuk sebelumnya mempersiapkan anak menghadapi
perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan
perilakunya.
 Pengetahuan tentang perkembangan memungkinkan para guru
memberikan bimbingan belajar yang tepat kepada anak.
 Studi perkembangan dapat membantu kita memahami diri sendiri.

C. Pengaruh Lingkungan terhadap Individu Peserta Didik

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap


pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar.

Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai


empirik yang berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu
mulai mengalami dan mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa
melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan itu, karena
lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.

Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita
ikuti pada uraian berikut :

a. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial

Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya


meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat
memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya
akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam
keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.

58
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia
pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan
berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu
bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.

Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang


sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira
berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan
minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan
manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain.
Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu
akan berlangsung sangat lambat sekali.

b. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu

Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan


sumber inspirasi dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya
bagi dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena
manusia hidup adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta
mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di alam sekitarnya.

Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :

1) Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan


menjadi alat pergaulan sosial individu. Contoh: air dapat
dipergunakan untuk minum atau menjamu teman ketika
berkunjung ke rumah.
2) Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat
menundukkannya. Contoh: air banjir pada musim hujan
mendorong manusia untuk mencari cara-cara untuk
mengatasinya.

59
3) Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam
senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk
berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru
dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan
dirinya. Contoh: seorang anak yang senantiasa bergaul dengan
temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari
temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun
berubah menjadi anak yang rajin.
4) Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis
maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu
itu berusaha untuk merubah lingkungannya. Contoh: dalam
keadaan cuaca panas individu memasang kipas angin sehingga
di kamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan
manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan
lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya.
Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesusian diri yang
dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya.
Contoh: seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia
merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia
menjadi terbiasa dan tidak menjadi gangguan lagi, karena
dirinya telah sesuai dengan lingkungannya.

2. Wawasan Budaya Peserta Didik

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil


karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliknya
melalui belajar. Pengembangan budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang
didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap
semua unsur dan komponen sekolah termasuk pembentukan sikap peserta didik
serta seluruh stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di
sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh warga sekolah.
Pengembangan budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan
norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh

60
kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang
menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan stakeholder
sekolah baik itu kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan
jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
Pengembangan budaya sekolah pada akhirnya juga berkaitan sangat erat dengan
pembentukan sikap peserta didik dan menciptakan suasana sekolah yang kondusif
bagi seluruh peserta didik dilingkungan sekolah.

Maka, tantangan utama kepala sekolah dalam mengembangkan budaya


sekolah adalah membangun suasana sekolah yang kondusif melalui
pengembangan komunikasi dan interaksi yang sehat antara kepala sekolah dengan
peserta didik, pendidik, staf, orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah.
Komunikasi dan interaksi yang sehat memilki dua indikator yaitu intensitas dan
kedalaman materi yang dibahas. Di samping itu, kepala sekolah perlu
mengembangkan komunikasi multi arah untuk mengintegrasikan seluruh sumber
daya secara optimal. Dalam menunjang pengembangan budaya sekolah kepala
sekolah hendaknya menegakkan lima prinsip sebagai berikut:

a. Selalu berorientasi pada pencapain tujuan; mengembangkan visi misi


dengan jelas.
b. Menerapkan kepemimpinan partisipatif dengan memperluas peran
pendidik dalam pengambilan keputusan.
c. Berperan sebagai kepala sekolah yang inovatif dengan meningkatkan
keyakinan bahwa pendidik dapat mengembangkan prilaku yang
mendukung perubahan.
d. Memerankan kepemimpinan yang meyakinkan pendidik sehingga mereka
berpendapat bahwa kepala sekolahnya “benar” menunjang efektivitas
mereka bekerja.
e. Mengembangkan kerja sama yang baik antar pendidik dalam interaksi
formal maupun informal. Keberhasilan pengembangan budaya sekolah
ditentukan dengan efektivitas komunikasi dan interaksi kepala sekolah
dengan pemangku kepentingan sehingga membangkitkan kepatuhan,
disiplin, dan motif berpartisipasi untuk mewujudkan keunggulan.

61
3. Wawasan Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri individu. Adapun
lingkungan pengajaran merupakan segala apa yang bisa mendukung pengajaran
itu sendiri yang dapat digunakan sebagai “sumber pengajaran” atau “sumber
belajar”. Bukan hanya guru dan buku / bahan pelajaran yang menjadi sumber
belajar.
Apa yang dipelajari peserta didik tidak hanya terbatas pada apa yang
disampaikan guru dan apa yang ada dalam textbook. Banyak hal yang dipelajari
dan dijadikan sumber belajar peserta didik. Pengajaran yang tidak menghiraukan
prinsip lingkungan akan mengakibatkan peserta didik tidak mampu beradaptasi
dengan kehidupan tempat ia hidup. Pengetahuan yang mungkin ia kuasai belum
menjamin pada bagaimana ia menerapkan pengetahuannya itu bagi lingkungan
yang ia hadapi (Asia, 2007:15). Ada dua macam cara menggunakan lingkungan
sebagai sumber pengajaran / belajar:
a. Membawa peserta didik dalam lingkungan dan masyarakat untuk
keperluan pelajaran (karyawisata, service projects, school camping,
interviu, survei)
b. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas pengajaran
untuk kepentingan pelajaran (resource persons, benda-benda seperti
pameran atau koleksi)
Usaha – usaha lain yang dapat dilakukan untuk melaksanakan prinsip
lingkungan diantaranya sebagai berikut:
1. Memberi pengetahuan tentang lingkungan peserta didik
2. Mengusahakan agar alat yang digunakan berasal dari lingkungan yang
dikumpulkan baik oleh guru maupun peserta didik
3. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melaksanakan
penyelidikan sesuai dengan kemampuannya melalui bacaan-bacaan dan
observasi, kemudian mengekspresikan hasil penemuannya dalam bentuk
percakapan, karangan, gambar, pameran, perayaan, dan sebagainya.
Interaksi antara sains, teknologi, dan lingkungan mengakibatkan
berkembangnya pemikiran tentang proses belajar baik menyangkut tujuan dan
teknik mengajar. Melalui pendidikan fisika , peserta didik harus dilatih

62
menghadapi masalah yang menyangkut kehidupan di masyarakat agar
kemampuan intelektual dan keterampilannya dapat berkembang.Pendidikan
sains/fisika dalam era globalisasi ini mengemban dua tujuan ialah
mengembangkan intelektual dan meningkatkan kesiapan untuk hidup
bermasyarakat. Untuk maksud itu proses belajar mengajar fisika harus dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mensintesakan pengetahuan fisika
dengan isu di masayarakat dan mengambil keputusan yang ilmiah, logis dan dapat
diterima masyarakat umum. Pendekatan pendidikan fisika harus ditekankan pada
pembentukan keseimbangan diantara:
1) fakta, prinsip dan konsep fisika
2) penggunaan proses intelektual dalam kegiatan pendidikan fisika
3) memanipulasi keterampilan dalam kegiatan pendidikan fisika
4) interaksi antara fisika, teknologi dan masyarakat
5) sistem nilai-nilai yang terkandung dalam sains / fisika
6) minat dan sikap individu terhadap masalah sains / teknologi

Holman mengajukan suatu model pembelajaran fisika berwawasan


lingkungan. Menurut model Holman pembelajaran dimulai dari penjelasan
keilmuwannya (sains) kemudian aplikasi dan membahas peristiwa di alam sekitar.
Menurut model tersebut terdapat 4 fase yang harus dilalui dalam pembelajaran,
yaitu sebagai berikut:

Fase 1. Mengundang peserta didik untuk mempelajari suatu masalah sains dan
teknologi yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Masalah dapat
diajukan oleh peserta didik atau diberikan oleh guru atau hasil diskusi bersama.

Fase 2. Peserta didik sudah siap dengan peralatan yang diperlukan,


mengumpulkan dan mengorganisasi data, melakukan percobaan. Melalui diskusi,
dicoba memperoleh jawaban. Kemudian dapat terus melakukan percobaan lagi
untuk mengukuhkan argumentasi atau melanjutkan penelaahan.

63
Fase 3. Peserta didik memberikan penjelasan dan solusi mengenai masalah yang
dihadapi sesuai dengan hasil observasi dan membentuk pandangan baru terhadap
konsep yang dipelajari.

Fase 4. Berupa kegiatan tindak lanjut untuk menerapkan hasil penemuan atau
pengembangan lebih lanjut.

Aplikasi sains/fisika dalam kehidupan mengandung arti penerapan


komponen teknologi. Berdasarkan pemikiran tersebut berkembanglah upaya untuk
mengintegrasikan pendidikan sains dengan pendidikan teknologi. Pendidikan
teknologi dapat mengandung arti pendidikan keterampilan untuk mengoperasikan
produk teknologi, membuat alat-alat teknologi dan cara pemeliharaan peralatan
teknik.
Dengan demikian, melalui pendidikan sains/fisika peserta didik terlatih
untuk menemukan dan memahami apa yang terjadi di alam sekitarnya, yakni
pendekatan mengajar yang disebut pendekatan lingkungan yang mengandalkan
sarana alam sekitarnya sebagai laboratorium. Salah satu tujuan mata pelajaran
fisika adalah meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan. Secara formal
, pelajaran Fisika khususnya konsep Lingkungan merupakan bagian dari
pendidikan lingkungan, karena memiliki nilai yang cukup strategis dalam
menanamkan sikap maupun aspek kognitif sains yang berkaitan dengan masalah-
masalah lingkungan. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah rendahnya
kepedulian manusia terhadap kelestarian lingkungan. Melihat adanya kaitan erat
antara mata pelajaran Fisika dengan sikap positif terhadap lingkungan hidup,
maka perlu penyempurnaan proses belajar mengajar terutama fisika, agar berhasil
dalam menanamkan sikap positif terhadap lingkungan.
Karakteristik pelajaran konsep Lingkungan yang bersifat interdisipliner
memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan komprehensif jika dalam
pembelajarannya menggunakan pendekatan inkuiri berwawasan lingkungan.
Melalui pendekatan ini peserta didik dididik untuk dapat memecahkan masalah-
masalah lingkungan dengan menerapkan konsep-konsep yang sudah dimiliki dari
berbagai disiplin ilmu terkait.

64
Karjawati (1995:16) menyatakan bahwa metode pembelajaran di luar kelas
adalah metode dimana guru mengajak peserta didik belajar di luar kelas untuk
melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan
peserta didik dengan lingkungannya. Pemilihan lingkungan di luar sekolah
sebagai sumber belajar hendaknya disesuaikan dengan materi pelajarannya.
Bentuk kegiatan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan anak didik pada
batas frekuensi yang tetap menggairahkan mereka sehingga tidak menimbulkan
kebosanan dan kejenuhan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan merupakan
sumber belajar peserta didik yang tepat, dalam pelajaran konsep lingkungan
dimaksudkan agar peserta didik memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
kepeduliannya terhadap permasalahan lingkungan yang dihadapi masyarakat serta
menumbuhkan sikap mencintai lingkungan.
Kesimpulan

Sebagai pendidik diharus memiliki wawasan psikologi karena


bersangkutan dengan beberapa tujuan yaitu, agar seseorang mempunyai
pemahaman yang lebih baik tentang individu, baik dirinya sendiri, maupun orang
lain. Dan dengan hasil pemahaman tersebut seseorang diharapkan dapat bertindak
ataupun memberikan perlakuan yang lebih bijaksana. Tindakan yang bijaksana
menyangkut penggunaan cara atau metode yang tepat terhadap individu yang
tepat, pada saat dan dalam situasi yang tepat.

Tidak hanya itu, pengembangan budaya di sekolah pun pada


akhirnya juga berkaitan sangat erat dengan pembentukan sikap peserta didik dan
menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi seluruh peserta didik
dilingkungan sekolah.

Maka, dengan kata lain psikologi dan budaya peseta didik juga
berpengaruh besar dalam lingkungan. Dikarenakan, lingkungan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan
perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis,
termasuk didalamnya adalah belajar.

65
Kelompok 14
Annisa Nur fitriani 12211210965
Nadya dwijayanti 12211210072
Mampu Memecahkan Berbagai Persoalan yang Menyangkut Bimbingan
Konseling

Di sekolah, kita akan menjumpai berbagai jenis masalah psikologis yang


dihadapi peserta didik. Dari sekian banyak jenis masalah yang mungkin dihadapi
peserta didik di sekolah, setidaknya ada dua jenis masalah peserta didik yang
perlu mendapat perhatian dan diwaspadai oleh para pendidik di sekolah, yaitu
masalah yang berhubungan dengan belajar dan keadaan emosi peserta didik.

1. Masalah Belajar
Kesulitan belajar peserta didik mencakup pengertian yang luas, di
antaranya: (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) under achiever; (d)
slow learner, dan (e) learning disabilities.
a. Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
peserta didik yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-
respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah
dari potensi yang dimilikinya. Contoh: peserta didik yang sudah terbiasa dengan
olah raga keras seperti karate, tinju, dan sejenisnya, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
b. Learning disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan
peserta didik tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya peserta didik
tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indera,
atau gangguan psikologis lainnya
c. Under achiever mengacu kepada peserta didik yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya
tergorong rendah.

66
d. Slow learner atau lambat belajar adalah peserta didik yang lambat dalam proses
belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok peserta didik lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
e. Learning disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
peserta didik tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar
di bawah potensi intelektualnya.

2. Masalah Emosi
Selain masalah yang berhubungan kemampuan belajar peserta didik
seperti dikemukakan di atas, hal lain yang perlu dipahami dan diwaspadai oleh
para pendidik adalah masalah yang berhubungan dengan keadaan emosi peserta
didik. Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian, yaitu: emosi sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang
ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis,
sakit, lelah, kenyang, dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai
alasan-alasan kejiwaan, seperti: (a) perasaan intelektual, yang berhubungan
dengan ruang lingkup kebenaran; (b) perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait
dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat individual maupun
kelompok; (c) perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-
nilai baik dan buruk atau etika (moral); (d) perasaan keindahan, yaitu perasaan
yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan
maupun kerohanian; dan (e) perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia
sebagai makhluk Tuhan (homo divinas) dan makhluk beragama (homo religious).

Mekanisme Penanganan Peserta Didik Bermasalah

Adapun upaya untuk menangani peserta didik yang bermasalah, dapat


dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: (a) pendekalan disiplin dan (b)
pendekatan bimbingan dan konseling.
Penanganan peserta didik bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk
pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta
sanksinya.Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib)

67
peserta didik beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah
sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilaku peserta
didik.Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang
harus mengobral sanksi kepada peserta didik yang mengalami gangguan
penyimpangan perilaku.Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan
utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan
perilaku yang terjadi pada para peserta didiknya.

Oleh karena itu, di sinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan yaitu
pendekatan melalui bimbingan dan konseling.Berbeda dengan pendekatan disiplin
yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan
peserta didik bermasalah melalui bimbingan dan konseling justru lebih
mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan
dan teknik yang ada. Penanganan peserta didik bermasalah melalui bimbingan dan
konseling sama sekali tidak menggunakanbentuk sanksi apa pun, tetapi lebih
mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling
percaya di antara konselor dan peserta didik yang bermasalah, sehingga setahap
demi setahap peserta didik tersebut dapat memahami dan menerima diri dan
lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri
yang lebih baik.

Prosedur Umum Mengatasai Masalah Peserta Didik

Sebagai sebuah layanan profesional, layanan bimbingan dan konseling


tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib
berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan, yaitu:
(a) identifikasi kasus; (b) identifikasi masalah; (c) diagnosis; (d) prognosis; (e)
treatment; (f) evaluasi dan tindak lanjut.

68
a. ldentifikasi kasus
ldentifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta
didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson
(Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga membutuhkan layanan
bimbingan dan konseling, yakni:

1) Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta


didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta
didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
2) Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara konselor dengan peserta didik. Hal
ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada
hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra
kurikuler, rekreasi, dan situasi-situasi informal lainnya.
3) Developing a desire for counseling;menciptakansuasana yang menimbulkan ke
arah penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan
cara mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil dari
suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk
dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
4) Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini bisa
diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta
didik.
5) Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik
yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.

b. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik
kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar
Mengajar, permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek: (1)
substansial-material; (2) struktural-fungsional; (3) behavioral; dan atau (4)
personality.

69
Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno dkk
(2004) telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah peserta
didik, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). lnstrumen ini
sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang
dihadapi peserta didik, seputar aspek: (1) jasmani dan kesehatan; (2) diri pribadi;
(3) hubungan sosial; (4) ekonomi dan keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6)
pendidikan dan pelajaran; (7) agama, nilai, dan moral; (8) hubungan muda-mudi;
(9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10) waktu senggang. Sementara itu,
Sunaryo dkk (2003) telah mengembangkan instrumen untuk melacak masalah
peserta didik dikaitkan dengan tahapan perkembangan individu, dikenal dengan
istilah Inventori Tugas Perkembangan (lTP).lnventori ini mengukur tujuh tingkat
perkembangan dan sebelas aspek perkembangan individu, merentang dari mulai
usia tingkat Sekolah Dasar sampai dengan usia Perguruan Tinggi, dengan
menggunakan kerangka pemikiran dari Loevenger.

c. Diagnosis
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan
belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put
belajarnya. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu: (1) faktor
internal; faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, seperti:
kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta
kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (2) faktor eksternal, seperti: lingkungan
rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan
sosial dan sejenisnya.

d. Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang
dialami peserta didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai
alternatif pemecahannya. Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan
menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil

70
keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi
kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi
peserta didik untuk diminta bekerja sama guna membantu menangani kasus-kasus
yang dihadapi.

e. Treatment
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau
penyembuhan atas masalah yang dihadapi konseli, berdasarkan pada keputusan
yang diambil dalam langkah prognosis.Jika jenis dan sifat serta
surnberpermasalahannya masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan
guru/konselor, maka pemberian bantuan dapat dilakukan oleh guru/konselor itu
sendiri (intervensi langsung), melalui berbagai pendekatan layanan yang tersedia.

Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang


lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau konselor sebatas
hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten (referal atau alih
tangan kasus).

f. Evaluasi dan Follow Up


Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah
seyogyanya tetap dilakukan untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan
(treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi
peserta didik.

71
Kelompok 15
Anggi Anggraini – Npm 12211210112
Tiara Ekandini – Npm 12211210111

MENGEMBANGKAN DAN MEMPRAKTEKKAN KERJASAMA DALAM


BIDANGNYA DENGAN PIHAK TERKAIT

I. PENJELASAN
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu
bangsa, hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam
konteks kehidupan bangsa. Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu
proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas
pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat
Dengan mengingat hal tersebut, maka jelas bahwa upaya-upaya untuk
terus mengembangkan profesi pendidik (Guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi
kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan mendorong pada
peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.
Dalam konteks Indonesia dewasa ini, nampak kecenderungan makin
menguatnya upaya pemerintah untuk terus mengembangkan profesi pendidik
sebagai profesi yang kuat dan dihormati sejajar dengan profesi lainnya yang sudah
lama berkembang, hal ini terlihat dari lahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. Undang-undang ini jelas menggambarkan bagaimana
pemerintah mencoba mengembangkan profesi pendidik melalui perlindungan
hukum dengan standar tertentu yang diharapkan dapat mendorong pengembangan
profesi pendidik.
Perlindungan hukum memang diperlukan terutama secara sosial agar civil
effect dari profesi pendidik mendapat pengakuan yang memadai, namun hal itu
tidak serta-merta menjamin berkembangnya profesi pendidik secara individu,
sebab dalam konteks individu justru kemampuan untuk mengembangkan diri
sendiri menjadi hal yang paling utama yang dapat memperkuat profesi pendidik.
Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayakannya merupakan suatu
keharusan agar kemampuan pengembangan diri para pendidik makin meningkat.

72
Dengan demikian, dapatlah difahami bahwa meskipun perlindungan
hukum itu penting, namun pengembangan diri sendiri lebih penting dan strategis
dalam upaya pengembangan profesi, ini didasarkan beberapa alasan yaitu :
 Perlindungan hukum penting dalam menciptakan kondisi dasar bagi
penguatan profesi pendidik, namun tidak dapat menjadikan substansi
pengembangan profesi pendidik otomatis terjadi
 Perlindungan hukum dapat memberikan kekuasan legal (legal power) pada
pendidik, namun akan sulit menumbuhkan profesi pendidik dalam
pelaksanaan peran dan tugasnya di bidang pendidikan
 Pengembangan diri sendiri dapat menjadikan profesi pendidik sadar dan
terus memberdayakan diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan
berkaitan dengan peran dan tugasnya di bidang pendidikan
 Pengembangan diri sendiri dapat memberikan kekuasaan keahlian (expert
power) pada pendidik, sehingga dapat menjadikan pendidik sebagai
profesi yang kuat dan penting dalam proses pendidikan bangsa.
Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya untuk mengembangkan diri
sendiri agar dalam menjalankan peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi
yang signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi
kepentingan pembangunan bangsa yang maju dan bermoral sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.

A. Strategi Pengembangan Profesi Pendidik/Guru

Mengembangkan profesi tenaga pendidik bukan sesuatu yang mudah, hal ini
disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, untuk itu pencermatan
lingkungan dimana pengembangan itu dilakukan menjadi penting, terutama bila
faktor tersebut dapat menghalangi upaya pengembangan tenaga pendidik.Dalam
hubungan ini, faktor birokrasi, khususnya birokrasi pendidikan sering
kurang/tidak mendukung bagi terciptanya suasana yang kondusif untuk
pengembangan profesi tenaga pendidik.
Sebenarnya, jika mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pendidikan, birokrasi harus memberikan ruang dan mendukung

73
proses pengembangan profesi tenaga pendidik, namun sistem birokrasi kita yang
cenderung minta dilayani telah cukup berakar, sehingga peran ideal sebagaimana
dituntun oleh peraturan perundang-undangan masih jauh dari terwujud.
Dengan mengingat hal tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat dalam
upaya menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan profesi tenaga pendidik,
situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat
mengembangkan diri sendiri kearah profesionilisme pendidik. Dalam hal ini,
terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi yang
kondusif bagi pengembangan profesi pendidik, yaitu :
 Strategi perubahan paradigma. Strategi ini dimulai dengan mengubah
paradigma birokasi agar menjadi mampu mengembangkan diri sendiri sebagai
institusi yang berorientasi pelayanan, bukan dilayani.
 Strategi debirokratisasi. Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan
birokrasi yang dapat menghambat pada pengembangan diri pendidik
Strategi tersebut di atas memerlukan metode operasional agar dapat
dilaksanakan, strategi perubahan paradigma dapat dilakukan melalui pembinaan
guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam kontek
pelayanan masyarakat, sementara strategi debirokratisasi dapa dilakukan dengan
cara mengurang dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat menjadi
hambatan bagi pengembangan diri tenaga pendidik serta menyulitkan pelayanan
bagi masyarakat.

B. Pengembangan Profesi Tenaga Pendidik dan Arah Perkembangan


Pendidikan di Indonesia

Banyak pakar yang menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih rendah dan
ketinggalan, banyak faktor penyebabnya, dari mulai masalah anggara pendidikan
yang kecil, sistem pendidikan yang masih perlu diperbaiki, sosial budaya
masyarakat serta hambatan dalam implementasi kebijakan, namun yang jelas ini
menunjukan bahwa masih diperlukannya kerja keras dalam membangun
pendidikan di Indonesia guna mengejar ketertinggalannya dari negara lain.

74
Pada tataran makro, ketertinggalan dalam bidang pendidikan merupakan
cerminan dari kebijakan nasional pendidikan, meskipun dalam tingkat praktisnya
aspek kelemahan terjadi juga dalam implementasi kebijakan, sehingga meskipun
kebijakan secara ideal mengarah pada upaya peningkatan kualitas pendidikan,
namun implementasi dilapangan sering terjadi distorsi yang dapat mengurangi
efektivitas pencapaian tujuan kebijakan itu sendiri.
Selain itu pandangan masyarakat yang mencerminkan nilai sosial budaya
yang ada menunjukan arah yang kurang kondusif bagi peningkatan kualitas
pendidikan, seperti pandangan bahwa mengikuti pendidikan hanya untuk jadi
pegawai, pandangan ini akan mendorong pada pendekatan pragmatis dalam
melihat pendidikan, dan ini tentu saja memerlukan kesadaran sosial dan kesadaran
budaya yang berbeda dalam melihat outcome pendidikan. Pendidikan harus
dipandang sebagai upaya peningkatan kualitas manusia untuk berkiprah dalam
berbagai bidang kehidupan, menjadi pegawai harus dipandang sebagai salah satu
alternatif pilihan yang setara dengan pilihan untuk bidang-bidang pekerjaan
lainnya, sehingga keterlibatan manusia terdidik dalam berbagai bidang kehidupan
dan pekerjaan akan mendorong keseimbangan dalam menciptakan kehidupan
masyarakat yang lebih baik dan berkualitas.
Berbagai bidang kehidupan di Indonesia ini banyak sekali, wilayah lautan,
kesuburan tanah jelas dapat menjada dasar bagi pemilihan bidang pekerjaan yang
dapat diambil oleh manusia terdidik, sehingga fokus untuk menjadi pegawai
(lebih sempit lagi pegawai negeri) jelas merupakan sikap yang mempersempit
bidang kehidupan, padahal bidang kehidupan itu sendiri sangat beragam, dan bagi
bangsa Indonesia, potensi yang ada jelas memungkinkan manusia terdidik untuk
berperan di dalamnya.
Dengan melihat hal tersebut, jelas bahwa peran pemerintah sangat besar
dalam terbentuknya kondisi yang demikian, pengembangan sekolah yang
kurang/tidak mengacu pada potensi yang dimiliki bangsa jelas berakibat pada
timpangnya pemilihan peserta didik dalam memilih bidang pekerjaan/kehidupan,
sehingga menjadi pegawai dianggap sebagai suatu pilihan yang paling tepat,
meskipun bidang lain sebenarnya banyak menjanjikan bagi peningkatan kualitas
kehidupan. Kondisi ini memang punya kaitan dengan kultur yang diciptakan

75
penjajah Belanda, dimana mereka membuka sekolah untuk mendidik manusia
menjadi pegawai (ambtenaar) rendahan yang diperlukan oleh Penjajah. Namun
demikian upaya pembangunan pendidikan nasional sejak jaman kemerdekaan
jelas mestinya telah mampu merubah cara berfikir demikian, hal ini tentu saja
dapat terjadi jika pembangunan pendidikan nasional selalu mengacu pada potensi
luhur yang dimiliki bangsa Indonesia.
Dalam kondisi ketertinggalan serta arah pendidikan yang tidak/kurang
mempertimbangkan potensi luhur bangsa, peran tenaga pendidik menjadi sangat
penting dan menentukan dalam tataran mikro pendidikan (Sekolah, Kelas). Untuk
itu pengembangan diri sendiri tenaga pendidik akan menjadi landasan bagi
penumbuhan kesadaran pada peserta didik tentang perlunya berusaha terus
meningkatkan kualitas pendidikan diri serta mengarahkan nya pada kesadaran
untuk melihat dan memanfaatkan potensi luhur bangsa dalam mengisi kehidupan
kelak sesudah selesai mengikuti pendidikan.
Oleh karena itu pengembangan profesi pendidik akan memberi dampak
besar bagi peningkatan kualita pendidikan yang sekarang masih tertinggal, serta
memberi arah yang tepat pada peserta didik dalam berperan di masyarakat untuk
ikut bersama masyarakat dalam membangun bangsa

C. Pengembangan Profesi Tenaga Pendidik dan Pendorong Inovasi

Pengembangan profesi tenaga pendidik pada dasarnya hanya akan berhasil dengan
baik apabila dampaknya dapat menumbuhkan sikap inovatif. Sikap inovatif ini
kan makin memperkuat kemampuan profesional tenaga pendidik, untuk itu
menurut Prof Idochi diperlukan tujuh pelajar guna mendorong tenaga pendidik
bersikaf inovatif serta dapat dan mau melakukan inovasi, ketujuh pelajaran itu
adalah sebagai berikut :
 Belajar kreatif
 Belajar seperti kupu-kupu
 Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik
 Belajar mulai dari yang sederhana dan konkrit
 Belajar rotasi kehidupan

76
 Belajar koordinasi dengan orang profesional
 Belajar ke luar dengan kesatuan fikiran
Tujuh pelajaran sebagaimana dikemukakan di atas merupakan pelajaran
penting bagi tenaga pendidik dalam upaya mengembangkan diri sendiri menjadi
orang profesional.Dalam kaitan ini, ketujuh pelajaran tersebut membentuk suatu
keterpaduan dan saling terkait dalam membentuk tenaga pendidik yang
profesional dan inovatif.
Belajar kreatif adalah belajar dengan berbagai cara baru untuk
mendapatkan pengetahuan baru, belajar kreatif menuntut upaya-upaya untuk terus
mencari, dan dalam hal ini bercermin pada kupu-kupu amat penting, mengingat
kupu-kupu selalu peka dengan sari yang ada pada bunga serta selalu berupaya
untuk mencari dan menjangkaunya. Dengan belajar yang demikian, maka
sekaligus juga belajar tentang keindahan dunia, dan bagian dari keindahan dunia
ini adalah keindahaan indahnya jadi pendidik. Pendidik adalah perancang masa
depan siswa, dan sebagai perancang yang profesional, maka tenaga pendidik
menginginkan dan berusaha untuk membentuk peserta didik lebih baik dan lebih
berkualitas dalam mengisi kehidupannya di masa depan.
Untukdapat melakukan hal tersebut di atas, maka tenaga pendidik perlu
memulainya dariyang kecil dan konkrit, dengan tetap berfikir besar. Mulai dari
yang kecil pada tataran mikro melalui pembelajaran di kelas, maka guru sebagai
tenaga pendidik sebenarnya sedang mengukir mas depan manusia, masa depan
bangsa, dan ini jelas akan menentukan kualitas kehidupan manusia di masa yang
akan datang. Dalam upaya tersebut pendidik juga perlu menyadari bahwa dalam
kehidupan selalu ada perputaran atau rotasi, kesadaran ini dapat menumbuhkan
semangat untuk terus berupaya mencari berbagai kemungkanan untuk menjadikan
rotasi kehidupan itu sebagai suatu hikmah yang perlu disikapi dengan upaya yang
ebih baik dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.
Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan sebagai tenaga
pendidik, maka diperlukan upaya untuk selalu berhubungan dan berkoordinasi
dengan orang profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya profesional bidang
pendidikan. Dengan cara ini maka pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan
profesi pendidik akan terus terjaga melalui komunikasi dengan orang profesional,

77
belajar koordinasi ini juga akan membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran
dalam upaya untuk membengun pendidikan guna mengejar ketinggalan serta
meluruskan arah pendidikan yang sesuai dengan nilai luhur bangsa.
Tenaga Pendidik dan Kependidikan, mempunyai tugas pembinaan karier,
peningkatan mutu guru, koordinasi perlindungan hukum tenaga kependidikan dan
koordinasi penyelenggara penataran. Untuk menyelenggarakan Tenaga Pendidik
dan Kependidikan mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan dan evaluasi keadaan guru dan tenaga kependidikan lainnya
menurut jenis dan jenjang pendidikan.
b. Pelaksanaan analisa kebutuhan, penempatan, pemerataan tenaga
kependidikan antar Kabupaten/Kota.
c. Penetapan bahan kebijakan teknis peningkatan mutu dan karier tenaga
guru dan tenaga kependidikan lainnya.
d. Penyusunan dan perencanaan pembinaan karier guru dan tenaga
kependidikan lainnya.
e. Peningkatan mutu dan profesi guru lewat program penyetaraan.
f. Pelaksanaan penilaian prestasi tenaga kependidikan berdasarkan penetapan
angka kredit jabatan fungsional.
g. Penyusunan pedoman dan pelaksanaan pemilihan guru teladan.
h. Penyusunan dan penyelenggaraan program standarisasi atau kompetensi
tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya.
i. Penyebarluasan, pedoman, penghargaan, perlindungan hukum dn
kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya.
j. Pelaksanaan tim koordinasi penyelenggaraan penataran.
k. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program
pembinaan karier dan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan
lainnya.
l. Penyusunan laporan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan.
m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

78
II. KESIMPULAN
Pendidik seharusnya terus berupaya untuk mengembangkan diri sendiri agar
dalam menjalankan peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi yang
signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi
kepentingan pembangunan bangsa yang maju dan bermoral sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Dalam upaya untuk memperkuat ke profesionalan sebagai tenaga
pendidik, maka diperlukan upaya untuk selalu berhubungan dan berkoordinasi
dengan orang profesioanal dalam berbagai bidang, khususnya profesional bidang
pendidikan. Dengan cara ini maka pembaharuan pengetahuan berkaitan dengan
profesi pendidik akan terus terjaga melalui komunikasi dengan orang profesional,
belajar koordinasi ini juga akan membawa pada tumbuhnya kesatuan fikiran
dalam upaya untuk membengun pendidikan guna mengejar ketinggalan serta
meluruskan arah pendidikan yang sesuai dengan nilai luhur bangsa.

Kelompok 17
Ira Puspita Sari

Maulina Ami Khaldun

Memiliki Kemampuan Memberdayakan Anak Didik dalam Konteks


Lingkungannya

Konsep pemberdayaan adalah bersifat humanistik. Pemberdayaan berarti


memberikan siswa lebih dari sekedar kewenangan mengikuti materi pelajaran.
Para guru tidak harus kaku dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, siswa
hendak diberikan peran yang lebih aktif lagi dalam kegiatan sekolah. Mereka
bukan saja sebagai peserta, tetapi juga penggagas pelaksanaan suatu kegiataan.
Mereka juga perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam batas-batas
tertentu sehingga guru dan siswa sama-sama menjadi subjek. Artinya, siswapun
diharapkan berperan aktif, berinisiatif, dan berkreasi dalam proses pembelajaran
di sekolah. Guru senantiasa harus kreatif mempengaruhi siswa agar memperbaiki
cara belajar mereka. Di samping itu pula kepala sekolah harus memberikan
peluang kepada guru untuk memperbaiki pembelajaran murid dengan cara

79
memberdayakannya dengan otonomi, pengembangan kemampuan serta
meningkatkan penghargaan terhadap prestasi para guru.

Keteladanan dan pemberdayaan adalah dua kunci sukses pendidikan. Hal


yang pertama adalah keteladanan. Pendidkan yang kita lakukan terhadap anak
didik kita akan berhasil ketika disertai dengan adanya keteladanan oleh para guru.
Siswa sebagaimana para gurunya tentu jengah ketika melihat orang yang
menyuruh dan mendidik kita tidak melakukan hal yang disampaikan bahkan
melakukan hal yang sebaliknya. Berjama’ahlah di masjid ketika kita menyuruh
para anak didik kita untuk berjama’ah di masjid.Hal yang kedua adalah
pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukan sebuah
proses yang “instant”. Sebagai sebuah proses maka pemberdayaan memiliki
tahapan. Tahapan tersebut adalah penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan.
Tahap pertama adalah penyadaran.

Pada tahap ini, siswa atau anak didik diberi “pencerahan” dalam bentuk
pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak dan kewajiban dalam
kehidupan ini. Mereka disadarkan akan tugas sebagai kholifah di muka bumi.
Pada tataran yang lebih praktis mereka perlu dipahamkan kenapa mereka harus
berhasil dalam pendidikan. Sehingga proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam
diri mereka sendiri.

Setelah menyadari, tahap kedua adalah pengkapasitasan. Pada tahap ini,


peserta didik diberikan bekal atau capacity building. Pengkapasitasan ini salah
satunya dilakukan dengan proses pengajaran dan pelatihan. Peserta didik
diberikan bekal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan mengoptimalkan
potensinya melalui program-program yang terencana dan terevaluasi. Arti
dasarnya adalah memberikan kapasitas kepada peserta didik kita baik secara
personal maupun berkelompok untuk mampu menerima daya dan kepercayaan
yang akan diberikan.

Tahap ketiga adalah pendayaan atau pemberian daya itu sendiri. Pada
tahap ini kepada peserta didik diberikan daya, kepercayaan, kekuasaan, otoritas
dan peluang yang sesuai dengan potensi dan kualitas kecakapan yang dimilikinya.

80
Tahap ketiga ini adalah tahap aplikasi dari pemberdayaan atau empowering
dimana peserta didik dituntut untuk mengeluarkan potensi yang dimilikinya. Guru
dan siswa harus menyadari bahwa potensi peserta didik jangan hanya dipandang
dari sudut kognitifnya saja tanpa memperhatikan sudut afektif dan
psikomotoriknya. Untuk mewujudkan rasa nyaman dalam mengikuti proses
pembelajaran, guru diharapkan dapat menampilkan pola-pola pembelajaran yang
menyenagkan bagi siswa dengan berbagai metode dan media. Apalagi jika
diingat, proses iternalisasi pengetahuan dari guru ke siswa bukanlah proses yang
mudah, maka hendaknya guru dapat membuat pikiran mereka rileks tetapi tetap
beraksi secara proaktif.

Para siswa merupkan klient utama yang harus dilayani, oleh sebab itu para
siswa harus dilibatkan secara aktif dan tepat tidak hanya di dalam proses belajar
mengajar melainkan juga dalam kegiatan sekolah. Sejak bertahun-tahun sekolah
dipandang sebagai lembaga yang memiliki otoritas, di mana para siswa
berpartipasi pasif di dalam program yang direncanakan, tetapi pada saat ini
peranan siswa telah berubah. Perubahan yang makin meningkat mengakui bahwa
hak-hak siswa secara individual harus dilindungi dan kebutuhan pendidikan
mereka harus dipenuhi. Kepala sekolah sebagai manager dan guru harus
mengembangkan perhatian yang lebih besar dalam memahami hati para siswa,
utnuk melibatkan mereka secara aktif pada kegiatan-kegiatan sekolah.

Wahana yang paling tepat untuk melibatkan siswa tersebut adalah


kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Tanggungjawab legal kepala sekolah dalam hal
ini mengadakan pengendalian kehadiran siswa, penerapan disiplin, kebebasan
mengungkapkan pendapat dan menghormati proses hak-hak siswa secara tepat.
Kedisplinan tidak dapat dilepaskan dari rangkaian mata rantai proses
pembelajaran. Sebab, meskipun terdapat siswa yang pandai tetapi tidak disiplin,
hasilnya juga tidak maksimal bahkan tidak jarang justru menimbulkan problem
tersendiri. Kedisplinan termasuk bagian inti dari proses pendidikan maupun
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran maupun pendidikan ada aturan-aturan
yang mengikat siswa untuk tunduk pada dsiplin. Jika siswa melakukan
pelanggaran harus dikenakan hukuman yang bersifat paedagogis.

81
Pemberdayaan siswa ditunjukkan pula oleh sikap positif para dewan guru
yang digambarkan oleh Brookover dan Rutter yakni ;

1. Menanamkan kepercayaan bahwa seluruh siswa mampu belajar

2. Mendorong keberanian siswa untuk menguasai tugas akademik

3. Memberikan penghargaan yang tepat

4. Sikap positif para guru berarti membuat para siswa untuk bertanggung
jawab.

Dengan demikian interaksi formal dan informal terus menerus di antara


para siswa, guru dan kepala sekolah merupakan bantuan dalam menciptakan dan
meningkatkan pemberdayaan peserta didik.

Dalam rangka pemberdayaan peserta didik maka diperlukan pengaturan


dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dengan siswa. Seperti yang telah saya
ungkapkan sebelumnya bahwa kegiatan yang perlu diberdayakan misalnya
kegiatan ekstrakurikuler. Maka perlu pengaturan dan pembinaan dalam
pelaksanaannya. Apabila program kurikuler dilaksanakan sesuai dengan mata
pelajaran yang telah dijadwalkan disekolah, sebaliknya program ekstrakurikuler
dilaksanakan di luar jam yang telah dijadwalkan dan diselanggarakan di sekolah
atau di luar sekolah.

Dalam program kurikuler para siswa lebih ditekankan kepada kemampuan


intelektual yang mengacu kepada kemampuan berfikir secara rasional dan
analistik. Sedang program pemberdayaan peserta didik melalui kegiatan
ektrakurikuler, para siswa dibina ke arah mantapnya pemahaman, kesetiaan, dan
pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
watak dan berbudi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara,
keterampilan dan kemandirian, olahraga dan kesehatan, serta persepsi, apresiasi
dan kreasi seni.

82
Pemberdayaan melalui kegiatan pembinaan peserta didik merupakan usaha
agar para siswa tumbuh dan berkembang sebagai manusia Indonesia seutuhnya
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan dan Sasaran Pembinaan Peserta Didik

Adapun tujuan dan sasaran pembinaan peserta didik adalah :

a. Mengusahakan agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan


tujuan pendidikan nasional

b. Meningkatkan peran serta dan inisiatif para siswa untuk menjaga dan
membina sekolah

c. Memantapkan kegiatan ektrakurikuler dalam menunjang pencapaian


kurikulum

d. Meningkatkan apresiasi dan penghayatan seni

e. Menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara

f. Meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai


perjuangan

g. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani

Sedangkan sasaran pembinaan peserta didik adalah seluruh siswa pada


setiap jenis dan jenjang pendidikan sekolah.

Jalur dan Materi Pembinaan

Pembinaan kesiswaan mempunyai nilai strategis di samping sebagai salah


satu faktor penentu keberhasilan sumber daya manusia masa depan, sasarannya
adalah anak usia sekolah sekitar 6-18 tahun, suatu tingkat perkembangan usia
anak, diamana secara fisik dan phisikis anak sedang mengalami pertumbuhan
suatu periode usia yang ditandai dengan kondisi kejiwaan yang tidak stabil,
agresifitas yang tinggi dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh sebab itu,
pembinaan anak usia sekolah yang di dalamnya mengandung nilai seperti

83
peningkatan mutu gizi, perilaku kehidupan bergama dan perilaki terpuji,
penananaman rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian, peningkatan daya
cipta, daya analisis, prakarsa dan daya kreasi, penumbuhan akan hidup
bermasyarakat, serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan perlu
dilaksanakan secara berstruktur dan berkelanjutan.

Ada dua faktor dominan yang menentukan keberhasilan pembinaan yaitu:

1. Jalur atau wadah sebgai wahana untuk melaksanakan pembinaan

2. Substansi atau materi yang dijadikan bahan pembinaan yang betul-


betul bermanfaat dalam memberdayakan pesta didik.

Jalur pembinaan dilaksanakan melalui; organisasi kesiswaan, latihan


kepemimpinan, kegiatan ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala :

1. Organisasi Kesiswaan

Setiap sekolah (kecuali SD/MI) berkewajiban membentuk organisasi siswa


yang diberi nama organisasi siswa intera sekolah (OSIS). OSIS merupakan satu-
satunya wadah organisasi siswa di sekolah untuk mencapai atau sebagai salah satu
jalur tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan.

2. Latihan Kepemimpinan

Latihan kepemimpinan di arahkan kepada Pembina, pengurus, perwakilan


kelas, dan semua anggota osis. Dalam kerangka manajemen, kepemimpinan
berfungsi sebagai sarana penggerak motifator sumber daya yang ada dalam
organisasi, sehingga pelatihan kepemimpinan diharapkan mampu meningkatkan
kualitas para Pembina, pengurus dan perwakilan kelas, dalam arti :

a. Mampu memahami dan menghayati tugas dan tanggung jawab.

b. Mampu menciptakan kesadaran dan tanggung jawab terhadap para


anggota organisasi.

c. Mampu menciptakan etos kerja sebagai cerminan rasa ikut memiliki,


melaksanakan,

84
dan mengamalkan tugas dan tanggungjawab.

d. Mampu menimbulkan dinamika organisasi sesuai dengan kebutuhan


dan tantangan

yang dihadapi.

3. Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan-kegiatan siswa di luar jam


pelajaran yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah, dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan memahami keterkaitan antara berbagai mata pelajaran,
penyaluran bakat dan minat serta dalam rangka usaha untuk meningkatkan
kualitas keimanan dan ketakwaan para peserta didik, kesadaran berbangsa dan
bernegara, dan berbudi pekerti luhur.

4. Wiyatamandala

Wiyatamandala yaitu lingkungan pendidikan yang di dalamnya terjadi


kegiatan belajar mengajar.

Materi pembinaan peserta didik yakni:

1. Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi:

a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan agama masing-masing.

b. Memperingati hari-hari besar agama.

c. Melaksanakan perbuatan amaliah, sesuai dengan norma agama.

d. Membina toleransi kehidupan antar umat beragama.

e. Mengadakan kegiatan lomba dan seni yang bersifat keagamaan

2. Kegiatan Berbangsa dan Bernegara, meliputi:

a. Melaksanakan upacara bendera pada setiap hari senin.

b. Melaksanakan bakti sosial.

85
c. Melaksanakan lomba karya tulis.

d. Mengadakan pertukaran siswa.

e. Mampu menyanyikan lagu-lagu nasional.

Dengan demikian diharapkan siswa memiliki jiwa patriotisme dan


meningkatkan rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan dan rasa tanggung jawab
serta semangat persatuan dan kesatuan.

3. Pendidikan Bela Negara, meliputi:

a. Melaksanakan tata tertib sekolah.

b. Mempelajari dan menghayati sejarah perjuangan bangsa.

c. Melaksanakan wisata alam dan kelestarian lingkungan.

4. Kepribadian dan budi pekerti luhur.

5. Berorganisasi dan kepemimpinan.

6. Ketermapilan dan kewiraswastaan.

7. Kesegaran jasmani dan daya kreasi.

8. Persepsi, apresiasi dan kreasi seni.

Dalam kegiatan pembinaan peserta didik, kepala sekolah merupakan orang


yang pertama dan utama bertanggung jawab sehingga peranan kepala sekolah
sebagai manajer dan pendidik sangatlah penting. Pada tahap selanjutnya, para
peserta didik diharapkan dapat diarahkan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
berikutnya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan mereka, baik kemampuan
intelektual maupun ekonomi. Bagi sekolah kejuruan, sebaiknya ada upaya riil dari
pihak sekolah dalam megelola dan menyalurkan setidaknya sebagian siswa untuk
memasuki dunia kerja terutama bagi mereka yang berprestasi. Maka, lembaga-
lembaga pendidikan perlu membangun jaringan kerja sama dengan para
pemimpin instansi terkait maupun dengan para pengusaha. Pengarahan bakat,
minat, dan kemampuan siswa serta penyaluran para alumni untuk memasuki

86
lapangan kerja merupakan bentuk kepedulian lembaga pendidikan terhadap siswa
atau alumninya. Bila kepedulian ini dapat diwujudkan dengan baik dan para
peserta didik dapat merasakan kemudahan terutama dalam melanjutkan
pendidikan kejenjang berikutnya atau mendapatkan pekerjaan tentu dapat
meningkatkan posisi tawar lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Saat ini, rumus yang dipegang peserta didik sangat pragmatis. Siapapun
yang menjadi manajer dan apapun lembaga pendidikannya, selama pihak lembaga
dapat memperomosikan para alumninya, maka lembaga tersebut akan diminati
banyak orang. Kecenderungan pragmatis dari para peserta didik sekarang inilah
yang perlu dibaca, dipahamai, dan direspon melalui pelaksanaan strategi
pengembangan dan pemberdayaan peserta didik. Sebaiknya harus juga
dikondisikan agar para peserta didik dilembaga pendidikan terkait merasakan
kelebihan, antara lain: unggul dalam keperibadian, unggul dalam intelektual,
unggul dalam kepedulian, dan unggul dalam mengakses lapangan kerja.
Selanjutnya, keunggulan-keunggulan tersebut secara teknsi harus dirancang
melalui program-program kegiatan yang riil dan jelas serta harus dapat
dibuktikan.

Kesimpulan

Pendidikan merupakan wahana untuk menciptakan manusia yang


berdayaguna salah satunya melalui pemberdayaan peserta didik. Tahapan
pemberdayaan adalah penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan.
Pemberdayaan berarti memberikan siswa lebih dari sekedar kewenangan
mengikuti materi pelajaran. Siswa hendaknya diberikan peran yang lebih aktif lagi
dalam kegiatan sekolah. Mereka bukan saja sebagai peserta, tetapi juga penggagas
pelaksanaan suatu kegiataan. Mereka juga perlu dilibatkan dalam pengambilan
keputusan dalam batas-batas tertentu sehingga guru dan siswa sama-sama menjadi
subjek. Artinya, siswapun diharapkan berperan aktif, berinisiatif, dan berkreasi
dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan manajemen pemberdayaan peserta
didik diharapkan para peserta didik dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sesuai dengan potensi masing-masing.

87
Kelompok : 18

Nama : Dwi Putri Nurhikmah 12211210094


Riska Syifa Elkamilah 12211210103

Memiliki pengetahuan tentang hakikat, tujuan, prinsip evaluasi pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja atas input


untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan .
Sebagai sebuah proses maka pendidikan harus dievaluasi hasilnya untuk melihat
apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.Evaluasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat
pencapaian tujuan instruksional oleh siswa.
Evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan perestasi belajar siswa.
Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Ahli ini
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah
tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya.
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21
dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Tujuan Evaluasi Pendidikan yaitu sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai keterampilan atau
pengetahuan dasar tertentu.
B. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan siswa
dalam proses belajar.
C. Untuk merangsang peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran.
D. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang
telah dipergunakan dalam proses pembelajaran.

Prinsip Evaluasi Pendidikan :

88
a. Prinsip integralitas.
Prinsip ini dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran
merupakan proses yang terintegrasi. Melalui proses tersebut diharapkan sejumlah
kemampuan akan tertanam di dalam pribadi siswa. Kemampuan-kemampuan
yang dimaksud meliputi penanaman konsep-konsep intelektual, pembentukan
keterampilan, penanaman sikap dan nilai, pengembangan proses berpikir kritis,
dan penyesuaian fisik, emosional dan sosial.

b. Prinsip kontinuitas.
Proses pembelajaran merupakan proses yang kontinyu, yaitu berlangsung
terus menerus hingga pada akhirnya akan mencapai kompetensi yang diharapkan.
Setiap tahapan proses bukan merupakan proses yang berdiri sendiri, namun saling
ada keterkaitan antara satu tahapan proses dengan tahapan proses yang lain.
Melalui kegiatan evaluasi secara bertahap diharapkan akan dapat diketahui
tahapan ketercapaian setiap kompetensi. Dengan demikian evaluasi dilakukan
sebagai sarana untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan pengalaman
belajar.

c. Prinsip objektivitas
Hasil evaluasi yang terkumpul harus dapat ditafsirkan secara jelas dan
tegas. Perkembangan kompentensi sebagai hasil belajar seseorang dapat diketahui
dengan cara membandingkan dengan kompetensi sebelumnya. Dengan demikian
perkembangan kompetensi siswa secara nyata dapat diketahui. Untuk
mengintepretasi hasil akhir dapat diteliti hubungan antara rentetan skor yang
diperoleh selama berlangsungnya proses evaluasi serta mmberikan makna dari
setiap skor yang diperoleh. Rentetan skor yang diperoleh siswa dalam kegiatan
evaluasi tidak dapat begitu saja dirata-rata.
Kesimpulan
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Tujuan evaluasi pendidikan Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-
metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran.Prinsip

89
Evaluasi Pendidikan meliputi, Prinsip integralitas, Prinsip kontinuitas, Prinsip
objektivitas.

Kelompok 19
Nama : Komarudin

Npm : 12211210065

PEMBERDAYAAN ANAK DIDIK DALAM KONTEKS


LINGKUNGAN

A.Pengertian guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur
sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam
definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat
juga dianggap seorang guru. Secara formal, guru adalah seorang pengajar di
sekolah negeri ataupun swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar
belakang pendidikan formal minimal berstatus sarjana, dan telah memiliki
ketetapan hukum yang syah sebagai guru berdasarkan undan g undang guru dan
dosen yang berlaku di Indonesia.

B.Pendidikan sebagai sarana pemberdayaan

Pendidikan Sebagai Sarana Pemberdayaan Pendidikan pada dasarnya


merupakan usaha sadar untukmenyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan atau latihan bagiperananannya di masa yang akan datang. Peranan
peserta didik dalamkehidupan bermasyarakat, baik individumaupun sebagai
anggota masyarakat merupakan keluaran dari system dan fungsi
pendidikan.Padahakikatnya pendidikan berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan,meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia baik
individumaupun social. Dengan kata lain, pendidikan berfungsi sebagai
saranapemberdayaan individu dan masyarakat guna menghadapi masa depan.
Seorang tokoh pendidikan Paulo Fiere, berpendapat bahwapendidikan seharusnya

90
dapat memberdayakan dan membebaskan pesertadidiknya, karena melaluinya
dapat mendengarkan suara peserta didik.Yangdimaksudkan suara yaitu segala
aspirasi maupun segala potensi yangdimiliki olehpeserta didik tersebut.Pendidikan
yang relevan dalam masyarakat adalah mengajar untukmemampukan mereka
mendengarkan siswanya sendiri dan bukan suara dari luar termasuk suara
pendidik. Fiere berpendapat bahwa pendidikanpada umumnya adalah pendidikan
dengan gaya bank dimana pendidikhanya mentransfer ilmu sebanyak-banyaknya
kepada peserta didik tersebut diibaratkan seperti sebuah wadah untukmenampung
berbagai pengetahuan. Pendidikan seperti itu yang disebut Fiere dengna
pendidikangaya bank. Disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses
belajar22mengajar guru tidak memberikan pengertian kepada peserta didik,
tetapimemindahkan sejumlah ilmu kepada peserta didik.Pada hakikatnya proses
pemberdayaan dibidang pendidikan merupakan pendekatan holistik yang meliputi
pemberdayaan sumber daya manusia, system belajar mengajar, instusi atau
lembaga pendidikan dengan sarana dan prasarana pendukungnya.Mengacu dari
pernyataan diataspemberdayaan adalah sebagai proses belajar mengajar yang
merupakanusaha terencana dan sistematis yang dilakukan secara
berkesinambunganbaik individu maupun kolektif, guna mengembangkan daya
yang trdapatpada diri individu dan kelompok masyarakat sehingga mampu
melakukan transformasi sosial.

Usaha ini berlangsung sebagai proses yang berkesinambungan sesuai dengan


prinsip belajar seumur hidup.

Kehidupan masyaakatperlu dikondisikan sebagai sebuah wadah, dimanasetiap


anggotamelakukan aktifitas sehari–hari dan saling belajarmengajar. Demikian
diharapkan akan terjadi proses interaksi dalam wujud dialog dan komunikasi
nformasi antar sesama anggota masyarakatmendorong guna mencapai pemenuhan
kebutuhan manusia mulai darikebutuhan fisik sampai dengan kebutuhan
aktualisasi diri.Konsep pemberdayaan dalam pendidikan non formal pertama kali
diIndonesia dikembangkan oleh Kindervatter, ia memandang
bahwapemberdayaan sebagai proses pemberian kekuatan atau daya dalam
bentukpendidikan yang bertujuan untuk membangkitkan kesadaran, pengertian,

91
Tantangan pada masa depan sistem pendidikan di Indonesia tidak semata – mata
menyangkut upaya untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan secara
internal , tetapi juga dituntut untuk meningkatkan kesesuaian pendidikan dengan
aneka aspek kehidupan lain yang semakin kompleks ( Danin, 2002 : 17 ).

Oleh karena itu perlu program pengembangan tenaga kependidikan penting untuk
dirancang secara cermat dan tepat. Dunia pendidikan dituntut untuk menghasilkan
Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kemajuan teknologi dan budaya yang
berkembang dalam masyarakat. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan
upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Secara khusus tujuan
dinyatakan dalam Undang – undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan mmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab ( Pasal 3
Undang – undang RI No 20 Tahun 2003 ). Untuk dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan maka individu – individu dalam organisasi pendidikan harus memiliki
kemampuan. Guru sebagai bagian dari organisasi sekolah memiliki kewajiban
untuk melaksanakan serangkaian tugas sesuai dengan fungsi yang harus
dijalankannya. Sebagai seorang manajer proses belajar mengajar guru
berkewajiban member pelayanan kepada siswanya terutama alam kegiatan
pembelajaran di kelas. Tanpa menguasai materi pelajaran, strategi pembelajaran
dan pembimbingan kepada siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka guru
tidak mungkin dapat mencapai kualitas pendidikan yang maksimal Pemberdayaan
masyarakat adalah suatu proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat
agar mampu menempatkan diri secara proporsional

dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk


mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjag, melalui pengembangan
kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan
pengorganisasian masyarakat.

92

Anda mungkin juga menyukai