Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang
mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya di berada di suatu
lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal
mereka itu tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada peserta
didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat
diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana
manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah
makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak
lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan
guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal. Minat,
bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan
berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu
memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan
yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika
masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil
untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis
secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat
benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya.
Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau
muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru-lah yang
menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi
perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan
perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat
penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan
sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara dan
bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa peran dan fungsi Guru?
2. Bagaimana peran Guru dalam Pendidikan?
3. Bagaimana peran Guru dalam Pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Guru dalam pembelajaran
Seorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan
belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.[1] Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan menyenangkan, dengan
memposisikan diri sebagai :
1. Orang tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik
sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan
lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh para siswanya.

ü Masalah yang muncul


Saat ini permasalahan yang menimpa bidang pendidikan sangat beragam dan
tergolong berat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar yang
kurang, serta tenaga pengajar yang belum kompeten. Kondisi sekolah yang
memprihatinkan, ruang kelas bocor bila hujan dan sebagian sekolah ambruk. Maka
tidaklah aneh kalau kondisi pendidikan kita jauh dari harapan.
Salah satu permasalahan yang menimpa dunia pendidikan adalah kompetensi guru.
Guru yang harusnya memiliki kompetensi sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya
hanya sedikit yang masuk kategori tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan. Program
sertifikasi guru yang sekarang sedang digalakkan adalah salah satu bagian dari usaha
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.[2]
Program sertifikasi guru merupakan program yang menyentuh langsung kompetensi
guru. Salah satu kriterianya yaitu menilai kemampuan guru dari segi kreatifitas dan
inovasi dalam pembelajaran. Diharapkan guru dapat melakukan pembelajaran yang
dapat menghantarkan siswa ke arah sikap kreatif dan inovatif serta trampil. Kondisi
tersebut harus dimulai dari gurunya sendiri.
Sebagai contoh derasnya informasi serta cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yang disebut
“mengajar”. Masih perlukah guru mengajar di kelas seorang diri, menginformasikan,
menjelaskan dan menerangkan? Permasalahan lain akibat derasnya informasi dan
munculnya teknologi baru adalah kesiapan guru untuk mengikuti perkembangan
tersebut. Seorang guru dituntut harus serba tahu bila tidak tahu guru harus berkata jujur
“Saya tidak tahu”. Namun kalau terlalu sering guru berkata demikian alangkah naifnya
guru tersebut. Seyogyanya dia terus mencari tahu, belajar terus sepanjang hayat,
memanfaatkan teknologi yang ada.
Di masyarakat, seorang guru diamati dan dinilai masyarakat, di sekolah dinilai oleh
murid dan teman sejawatnya serta atasannya. Peran apakah yang harus dilakoni seorang
guru supaya penilaian mereka positif? Suatu pertanyaan -yang menjadi salah satu
permasalahan- yang sekarang muncul di masyarakat.
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membentuk kompetensi dan
kualitas pribadi anak didiknya. Untuk mencapai hal demikian timbul pertanyaan,
sebenarnya peran apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru sehingga anak didik
bisa berkembang optimal? Cukupkah peran guru seperti yang telah disampaikan di atas
ataukah ada peran lain yang harus dilakoni seorang guru? Beragam pertanyaan tadi
dapat menyebabkan beban mental bagi seorang calon guru ataupun guru yang sudah
lama mengabdi. Apakah saya mampu menjadi guru yang ideal? Peran apa yang harus
saya lakoni untuk menjadi guru yang ideal? Demikian pertanyaan yang timbul dalam
hati seorang guru yang berniat mengabdikan sisa hidupnya di dunia pendidikan.
Pertanyaan tersebut sebelumnya telah menggugah sejumlah pengamat dan ahli
pendidikan. Mereka telah meneliti peran-peran apa yang harus dimiliki seorang guru
supaya tergolong kompeten dalam pembelajaran maupun pergaulan di masyarakat.
B. Peran dan Fungsi Guru
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang
harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan
Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997).[3] Adapun peran-
peran tersebut adalah sebagai berikut :
a) Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran guru
sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti
penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain,
moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar,
persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang
bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan
pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus
mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan
norma-norma yang ada.
b) Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik
dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik
dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru
dalam berkomunikasi.[4] Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran
peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi
jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran,
yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode
pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah dimilikinya
ketika mempelajari materi standar.
c) Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu.
[5] Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berikut:
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang
hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan
belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis. Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru harus
melaksanakan penilaian.
d) Guru sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi
pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
e) Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu ,guru juga
dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
f) Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru.[6] Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai
teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta
didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai
guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru : Sikap dasar, Bicara dan
gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian,
Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan,
Kesehatan, Gaya hidup secara umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari
kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian
menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap
merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
g) Sebagai anggota masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui
kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan.
Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab
kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang
bisa diterima oleh masyarakat.

h) Guru sebagai administrator


Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada
berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja
secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar
perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti
membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen
yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
i) Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak
dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan
dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya
sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami
psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.[7]
j) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara
generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki
arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang,
secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna
dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini
kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai
jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman,
guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
k) Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan
sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya
kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah
dikerjakan sebelumnya.[8]
l) Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati
setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi
kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali
membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan
dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai
emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami
berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.

m) Guru Sebagai Evaluator


Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,
karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam penilaian
harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut.[9]
n) Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal
hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta
mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang
sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu
berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas
mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon
guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru.
Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh
ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.

C. Peran Guru Dalam Pendidikan


Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas
pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic
mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan
dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.[10]
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak
dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi
itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa
manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang
telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui
pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau
penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam
proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan
kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.[11]
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang
baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa
dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja
tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator
pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita
berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu
memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik
berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak
akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan
orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian,
melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan),
melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang
biasanya disebut rumus-rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka
melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan,
apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek
komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang
dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama,
maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai
pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu
melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi
guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi
yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional.[12]
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu
mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi
manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau
(pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian
menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk
manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya,
tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini
jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru,
membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang
berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya,
sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang
berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau
terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya
berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu
pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka
menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa
guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian
dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian
dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru
yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :
ü Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu
menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui
jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat
dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan
kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa
seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang
baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar
bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia
tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi
guru.[13]
ü Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat
diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk
aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai
pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar
kebudayaan yang kuat.
ü Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan
satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya
(secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa
perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga
ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan
dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar
dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan.
Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran.
Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik.
Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari.
Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui
pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain
tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.

Ø PERAN GURU
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1)
pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5)
komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan
terhadap lembaga.[14]
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan
dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan
mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan
norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua,
dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan
dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak
tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru
mereka dapat menjadi contoh atau model baginya.[15] Oleh karena itu tingkah laku
pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-
norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara
dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu
diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap
guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi
sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa
tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar
yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum
harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan
nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk
mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang
dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak
hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas
profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan
dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi
maupun pertemuan insidental.[16]
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan
pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran.
Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara
baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat
hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci didalam keseluruhan proses
pendidikan, terutama dalam pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan
pembangunan masyarakat pada umumnya.
Winarno Surakhmad (1969 : 1) menyatakan bahwa semakin sungguhsungguh suatu
pemerintahan dalam membangun negaranya, makin menjadi urgent kedudukan guru.
Peranan yang sedemikian itu akan semakin tampak jika dikaitkan dengan kebijaksanaan
dan program pembangunan dalam pendidikan dewasa ini, yaitu yang berkenaan dengan
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, yang diarahkan kepada peningkatan mutu
lulusan atau hasil pendidikan itu sendiri. Dalam keadaan semacam itu, guru sudah
seharusnya memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang tugasnya.
Guru bukan hanya sekedar penyampai pelajaran, bukan pula sebagai penerap
metode mengajar, melainkan guru adalah pribadinya, yaitu keseluruhan penampilan
serta perwujudan dirinya dalam berinteraksi dengan siswa. H. W. Bernard (1961:127-
128) menyatakan bahwa pribadi guru lebih dari apa yang diucapkan dan metode yang
digunakannya yang menentukan kadar dan arah pertumbuhan siswa.[17] Beliau juga
mengemukakan bahwa banyak penelitian ayng menyatakan adanya akibat langsung
pribadi guru terhadap tingkah laku siswa. Dalam keseluruhan pendidikan, guru
merupakan faktor utama. Dalam tugasnya sebagai pendidik, guru banyak sekali
memegang berbagi jenis peranan yang harus dilaksanakan. Peranan adalah suatu pola
tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan
atau jabatan tertentu. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkahlaku
tertentu pula dan tingkah laku mana akan merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan
tadi. Peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru
yang harus dilakukan guru dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola
tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Guru
yang dianggap baik ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu
dengan sebaikbaiknya, artinya dapat menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai
dengan jabatannya dan dapat diterimaoleh lingkungan dan masyarakat. Maka di
simpulkan peranan guru, diataranya : Guru yang dianggap baik ialah mereka yang
berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya.
1) Guru sebagai mediator kebudayaan
Dalam peranan ini guru merupakan seorang perantara di dalam suatu proses
pewarisan kebudayaan. Dalam peranannya sebagai mediator, kebudayaan maka seorang
guru harus sanggup memberikan, mengajarkan,dan membibing berbagai ilmu
pengetahuan,ketrampilan dan sikap kepada muridmuridnya. Guru tersebut harus
menguasai berbagai aspek kebudayaan dengan sebaik baiknya, karna guru merupakan
cermin dari kemajuan dan perkembangan kebudayaan.[18]

2) Guru sebagai pembimbing


Dalam tugas pokoknya yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak mencapai
kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan yang sempurna sesuai dengan norma
dan sesuai pula dengan kodrat yang dimilikinya. Sehubungan denagan peranan nya
sebagai pembimbing maka seorang guru harus :
1. Mengumpulkan data tentang murid
2. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari hari,
3. Mengenal murid murid yang memerlukan bantuan khusus.
4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua murid, baik secara
individual maupun secara kelompok untuk memperoleh saling prngertian dalam
pendidikan anak.
5. Bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga lembaga lainnya untuk membantu
memecahkan masalah murid.
6. Membuat catatan pribadi murid serta menyiapkan dengan baik.
7. Menyelenggarakan bimbingan kelompok ataupun individual.
8. Bekerjasama dengan petuga petugas bimbingan lainnya, untuk membantu
memecahkan masalah murid-muridnya. B
9. ersama sama dengan petugas bimbingan lainnya, menyusun program bimbingan
sekolah.
10. Meniliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.

3) Guru sebagai mediator antara sekolah masyarakat


Peran ini mengandung arti bahwa kelancaran hubungan antara sekolah dan
masyarakat adalah merupakan tugas dan tanggung jawab pula bagi guru.[19] Lancar
tidaknya hubungan tersebut akan tergantung kepada tingkat kemampuan guru dalam
memainkan peranan ini, maka guru seharus nya mampu :

1. Memberikan penjelasan-penjelasan kepada masyarakat tentang kebijaksanaan


pendidikan yang sedang berlangsusng atau yang akan ditempuh.

2. Menerima usul-usul atau pertanyaan dari pihak masyarakat tentang pendidikan.


3. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antara sekolah dan masyrakat, khususnya
dengan orang tua murid.
4. Bekerjasama dengan berbagai pihak di masyarakat dalam memecahkan masalah-
masalah pendidikan.
5. Menyelenggarakan hubungan yang sebaik-baiknya antara sekolah dengan lembaga-
lembaga yang berhubungan dengan pendidikan.
6. Guru merupakan suara sekolah di masyarakat dan suara mayarakat di sekolah.

4) Guru sebagi penegak disiplin


Dalam peranan ini guru harus menegakkan suatu disiplin baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya suatu disiplin.
Juga guru harus membimbing murid agar menjadi warga sekolah dan masayarakat yang
disiplin.
5) Guru sebagi administrator dan manajer kelas
Sebagai administrator tugas seorang guru harus dapat menyelenggarakan program
pendidikan dengan sebaik baiknya. Guru harus mengambil bagian dalam perencanaan
kegiatan pendidikan, mengatur dan menyusun berbagai aspek dalam pendiddikan,
mengarahkan kegiatan kegiatan dalam pendidikan, melaksanakan segala rencana dan
kebijaksanaan pendidikan, merencanakan dan menyusun biaya, dan mengawasi serta
menilai kegiatan kegiatan pendidiakan.
6) Guru sebagai anggota suatu profesi
Pekerjaan guru sebagai suatu profesi berarti bahwa guru merupakan seorang yang
ahli. Sebagai anggota suatu profesi maka guru harus memiliki pengetahuan, kecakapan,
dan keterampilan tertentu yaitu keterampilan keguruan. Kemampuan untuk
membimbing murid, merupakan salah satu aspek keterampilan profesi guru.
[20] Disamping itu seorang guru harus menunjukkan, mempertahankan serta
mengembangkan keahliannya itu.
Sedangkan Sardiman (2001: 142) menyatakan bahwa ada sembilan peranan guru
dalam kegiatan bimbingan konseling, yaitu:
a) Informator, Guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif,
laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b) Organisator, Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran
dan lain-lain.
c) Motivator, Guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses
belajar mengajar.
d) Director, Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e) Inisiator, Guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar mengajar.
f) Tranmitter, Guru sebagai penyebar kebijakan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g) Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar.
h) Mediator, Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i) Evaluator, Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademik maupu tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak
didiknya berhasil atau tidak.
D. Peran Guru Sebagai Pembimbing
Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang
dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan
berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu yang
unik.[21] Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin
individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik
dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga
adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah
sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.
Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya.
Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik
batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk
berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah
menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama penyakit yang
dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu
dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama.
Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya
jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai
dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan
dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan
bakatnya. Inilah makna peran sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai
pembimbing adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara
guru dengan siswa yang dibimbingnya
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai
pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami
kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas
kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).[22] Berkenaan
dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu
berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional. Sofyan S. Willis
(2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh
guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan
belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum
minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan.
Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan
konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah.[23] Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan
tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
2. Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor
memerlukan pelayanan khusus. seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan program
pengayaan.
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan
siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor profesional memang
masih relatif terbatas, maka peran guru sebagai pembimbing tampaknya menjadi
penting. Ada atau tidak ada konselor profesional di sekolah, tentu upaya
pembimbingan terhadap siswa mutlak diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah
tersedia tenaga konselor profesional, guru bisa bekerja sama dengan konselor
bagaimana seharusnya membimbing siswa di sekolah.[24] Namun jika belum, maka
kegiatan pembimbingan siswa tampaknya akan bertumpu pada guru.
Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.
Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman
tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya.
Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan
yang harus diberikan kepada mereka.
 Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.
 Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan
saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa
yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.
 Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk
mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang
berada di kelas maupun di luar kelas.
 Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai
teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya,
khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.
Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses
pendidikan, terutama pendidikan formal. Bukan dalam kesatuan pembangunan
masyarakat pada umumnya.[25] Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang di
arahkan kepada peningkatan mutu lulusan atau hasil pendidikan. Maka guru memiliki
kualifikasi sesuai dengan bidang tugas nya. Dengan kualifikasi dan tugas guru itu, guru
mengembangkan sekurang kurang nya tiga tugas pokok yaitu:
Ø Tugas professional, yaitu tugas yang berkenaan dengan profesinya. Tugas ini mencakup
tugas mendidik, mengajar, melatih, danmengelola ketertiban sekolah sebagai penunjang
ketahanan sekolah.
Ø Tugas manusiawi, yaitu tugas nya sebagai manusia. Dalam hal ini, guru bertugas
mewujudkan dirinya,melakukan auto pengertian untuk dapat menempatkan dirinya di
dalam keseluruhan kemanusiaan, sesuai dengan martabat manusia.
Ø Tugas kemasyarakatan, yaitu tugas guru sebagi anggota masyarakat dan warga Negara
yang baik, sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam pancasilla, undang-
undang dasar 1945 dalam hal ini guru berfungsi sebagai perancang masa depan dan
penggerak kemajuan.
Ada beberapa syarat bagi seorang guru dalam mengembangkan prilaku siswa yang
sehat, serta tingkah lakunya diantaranya yaitu :\
a. Memiliki mental yang sehat.
b. Menguasai cara cara untuk menghindari pengaruh negative terhadap siswa, terutama
menyingkirkan pengaruh negative dari masamasa kanak kanak yang mungkin di
tularkan kepada siswa, secara tidak sadar.

Ø Guru Berkedudukan sebagai Profesional


Dalam ilmu sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yang akan selalu berkaitan,
yakni status (kedudukan) dan peran sosial di dalam masyarakat. Status biasanya
didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau
posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain.[26] Sedangkan peran
merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status
tertentu tersebut.Status sebagai guru dapat dipandangan sebagai yang tinggi atau rendah,
tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai
pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat,
dan guru diharapkan berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan
khususnya anak didik yang dia ajar. Guru tidak hanya memiliki satu peran saja, ia bisa
berperan sebagai orang yang dewasa, sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang
pendidik, sebagai pemberi contoh dan sebagainya. Apabila kita cermati, sebenarnya
status dan peran guru tidaklah selalu seragam dan bersifat konsisten sebagaimana
tersirat di atas. Ini sesuai dengan standar apa dan mana yang dipakai dalam menentukan
keduanya. Penilaian status dan peran pada seorang guru di pedesaan tidaklah sama
dengan penilaian status dan peran terhadap seorang guru di perkotaan. Dalam
masyarakat industrial dan materialis status dan peran seorang guru tidaklah se-urgen
pada masyarakat sederhana atau masyarakat pertanian. Salah satu peran guru adalah
sebagai profesional. Jabatan guru sebagai profesional menuntut peningkatan kecakapan
dan mutu keguruan secara berkesinambungan. Guru yang berkualifikasi profesional,
yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam cara
mengajarkannya secara efektif serta efisien, dan guru tersebut punya kepribadian yang
mantap Selain itu integritas diri serta kecakapan keguruannya juga perlu ditumbuhkan
serta dikembangkan. Setelah kita menganggap bahwa status guru merupakan sebuah
jabatan yang profesional, menurut Semana (1994), ia pun dituntut untuk bisa berperan
dan menunjukkan citra guru yang ideal dalam masyarakatnya. Dalam hal ini J.
Sudarminto, 1990 (dalam Semana, 1994) berpendapat bahwa citra guru yang ideal
adalah sadar dan tanggap akan perubahan zaman, pola tindak keguruannya tidak rutin,
guru tersebut maju dalam penguasaan dasar keilmuan dan perangkat instrumentalnya
(misalnya sistem berpikir, membaca keilmuan, kecakapan problem solving, seminar dan
sejenisnya) yang diperlukannya untuk belajar lebih lanjut atau berkesinambungan.
[27] Selain itu, guru hendaknya bermoral yang tinggi dan beriman yang mendalam,
seluruh tingkah lakunya (baik yang berhubungan dengan tugas keguruannya ataupun
sisialitasnya sehari-hari digerakkan oleh nilai-nilai luhur dan taqwanya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Secara nyata guru tersebut harus bertindak jujur, disiplin, adil, setia,
susila dan menghayati iman yang hidup. Guru juga harus memiliki kecakapan kerja
yang baik dan kedewasaan berpikir yang tinggi sebab guru sebagai pemangku jabatan
yang profesional merupakan posisi yang bersifat strategis dalam kehidupan dan
pembangunan masyarakat. Guru juga harus terus bisa memantapkan posisi dan
perannya lewat usahausaha mengembangkan kemampuan diri secara maksimal dan
berkesinambungan dalam belajar lebih lanjut. Salah satu yang melandasi pentingnya
guru harus terus berusaha mengembangkan diri karena pendidikan berlangsung
sepenjang hayat. Hal ini berlaku untuk diri guru dan siswa di mana usaha seseorang
untuk mencapai perkembangan diri serta karyanya tidak pernah selesai (hasilnya tidak
pernah mencapai taraf sempurna mutlak). Selain itu bahwa sistem pengajaran, materi
pengajaran dan penyampaiannya kepada siswa selalu perlu dikembangkan. Hal ini
merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya
pengembangan sistem pengajaran, pembenahan isi serta teknologi organisasi materi
pengajaran dan pencarian pendekatan strategi, metode, teknik pengajaran
(perkembangan diri siswa) selalu perlu dikaji dan atau dikembangkan demi efektivitas
dan efisiensi kerja kependidikan.
Ø Kinerja inovatif Guru
Kinerja seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja
dapat dilihat dalam aspek ciri-ciri kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara
melaksanakan melaksanakan kegiatan/tugas tersebut. Dalam aplikasi prinsip kualitas,
produk (barang atau jasa) dapat dilihat dari sudut ciri-ciri (kondisi/keadaan) dan
kualitas.[28]
dengan mengacu pada pendapat di atas, maka yang dimaksud kinerja inovatif
(Innovative Performance) adalah kinerja yang dalam melaksanakannya disertai dengan
keinovatifan, ciri kinerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan menggambarkan
ciri/feature kinerja, sedangkan keinovatifan merupakan sifat atau kualitas bagaimana
pelaksanaan tugas/kinerja dijalankan dengan inovatif atau dengan memanfaatkan serta
mengaplikasikan hal-hal baru, baik berupa ide, metode, maupun produk baru dalam
meningkatkan kinerja.
Kinerja inovatif bagi guru perlu di dorong, dengan mengingat berbagai tuntutan
perubahan yang makin meningkat, menurut Liikanen (2004) “To improve productivity
we need to address the key issues of innovative performance, the application of new
technologies, reengeneering organisations and developing the necessary skills”.
Penerapapan teknologi baru, rekayasa organisasi serta pengembangan keterampilan
dapat menjadi cerminan dari kinerja inovatif, yang dalam konteks individu sekaligus
juga menggambarkan kreativitas individu itu sendiri dalam menjalankan peran dan
tugasnya, yang dalam konteks pendidikan berarti pelaksanaan peran dan tugas guru
secara kreatif.
Kegiatan/Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada dasarnya Kinerja adalah akumulasi dari tiga elemen yang saling
berkaitan yaitu keterampilan, upaya, dan sifat-sifat keadaan eksternal. Keterampilan
dasar yang dibawa seseorang ke tempat pekerjaan dapat berupa pengetahuan,
kemampuan, kecakapan interpersonal dan kecakapan teknis. Berdasarkan uraian di atas
dapat dijelaskan bahwa kinerja merupakan prestasi kerja, yakni hasil yang ditunjukkan
dari perilaku. Prestasi kerja tersebut ditentukan oleh interaksi seseorang terhadap
kemampuannya bekerja. Persoalan tersebut jelas menuntut adanya wawasan
pengetahuan yang memadai tentang program kerja secara menyeluruh.
Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana dikemukakan di atas,
maka akan nampak jelas apa yang dimaksud dengan kinerja guru. Kinerja guru pada
dasarnya merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah yang dapat menggambarkan
mengenai prestasi kerjanya dalam melaksanakan semua itu, dan hal ini jelas bahwa
pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki
keahlian dan kwalifikasi tertentu sebagai guru. [29]
Uraian di atas menunjukan betapa besar peranan kinerja seorang guru dalam upaya
mencapai proses belajar mengajar yang efektif dan fungsional bagi kehidupan seorang
siswa. Sehubunagn dengan hal tersebut perlu dikaji berbagai faktor yang mungkin turut
mempengaruhi kinerja seorang guru.
Seperti disebutkan terdahulu bahwa sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya
terdapat kerja sama kelompok orang (kepala sekolah, guru, Staf dan siswa) yang secara
bersama-sama ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Semua
komponen yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya walaupun
dalam kegiatannya melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing tetapi
secara keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi
sekolah.
Seorang mau menerima sebuah pekerjaan, jika ia mempersiapkan bahwa ia
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan yang
ditetapkan tata tertib sekolah. Pada hakikatnya kinerja guru adalah prilaku yang
dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar
ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu.[30]
Tanpa mengurangi dan meniadakan peran serta fungsi yang lain, kinerja guru
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam keberhasilan
pendidikan. Karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan penting tentang
pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijakan sebenarnya dilaksanakan dalam
situasi belajar mengajar di kelas (Sumantri Manaf, 1988:106).
Di samping itu, pengajaran yang menghasilkan peserta didik memperoleh
pengalaman belajar dengan baik bukanlah sesuatu yang terjadi karena kebetulan.
Belajar tidak tejadi karena adanya ilmu yang dimiliki oleh seorang guru yang baik,
melainkan dapat terjadi karena para guru yang berhasil baik memiliki kemampuan
tentang dasar-dasar mengajar dengan baik. Kinerja adalah aktivitas atau perilaku yang
dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Kinerja guru merupakan suatu hal yang essensial terhadap keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu kinerja guru yang baik perlu diciptakan sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan optimal. Agar kinerja guru dapat tercipta dengan baik
maka guru perlu mengetahui tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis
pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan yang diperlukan oleh masyarakat lingkungannya
dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, dengan mengingat tantangan pendidikan yang terus
berubah, maka kenerja guru perlu dilakukan secara inovatif. [31]
Seorang guru hendaknya berperilaku yang mempunyai pola interaksi di dalam
proses belajar secara efektif, apabila mereka memiliki keinginan untuk memahami
peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan berinteraksi dari guru tidak
akan berarti apa-apa seandainya mereka memiliki motivasi yang rendah, terhadap
penyesuaian dengan lingkungan, baik terhadap kebijakan dan tujuan atau strategi
pengajaran tersebut..
Dengan mengingat bahwa keadaan lingkungan tidak mudah terkontrol, maka
seorang guru harus terbuka, penuh dengan pertimbangan, mampu mendengar, dan
bijaksana. Menyikapi hal tersebut maka guru senantiasa mampu memodifikasi perilaku
terhadap tuntutan yang ada atau timbul, terutama dalam proses belajar mengajar, ke arah
pemberian harapan yang positif untuk peningkatan motivasi belajar.
Seperti dijelaskan di atas, tugas guru dalam meningkatkan mutu serta produktifitas
tidak dapat terpisahkan dari keseluruhan tugas dalam operasionalisasi pendidikan di
sekolah. Dengan demikian, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan tidaklah hanya
menggantungkan diri pada usaha pemberian program pengajaran semata-mata. Program
tersebut perlu didukung oleh motivasi, system pengelolaan, administrasi dan supervisi
pendidikan. Dan sehubungan dengan hal tersebut, penyelenggaraan proses pendidikan
dapat mencapai hasil yang optimal bila perhatian pimpinan lebih banyak dipusatkan
kepada guru. Guru dalam hal ini hanya merupakan pelaksana operasionalisasi program
pendidikan, namun demikian dalam berkinerja, guru dapat mengembangkan inovasi
dalam melaksanakan tugasnya, ini berarti kinerja inovatif merupakan hal yang penting.
Pihak manapun mengakui bahwa di dalam sistem persekolahan, kurikulum, sarana
dan prasarana merupakan faktor-faktor penting yang tidak bisa kita abaikan dalam suatu
proses pendidikan/pembelajaran. Akan tetapi tanpa kehadiran guru yang bermutu,
inovatif, berdedikasi tinggi dan berwibawa, semua yang tersebut di atas tidaklah berarti
banyak.[32]
Sementara itu tugas/kewajiban Guru menurut Undang-Undang No 14 tahun 2005
pasal 20 adalah sebagai berikut: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik
guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa.
Kutipan Undang-undang tersebut menunjukan bahwa kewajiban guru pada dsarnya
merupakan kegiatan yang harus dilakukan guru dalam menjalankan peran dan tugasnya
di sekolah, dimana aspek pembelajaran merupakan hal yang utama yang harus
dilaksanakan oleh guru, yang berarti menunjukan kinerja yang harus dilakukan oleh
guru di sekolah. Dalam konteks tersebut maka kinerja inovatif guru merupakan kinerja
guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik dengan selalu
berupaya mengembangkan dan menerapkan hal-hal baru dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan, yang didasari dengan sikap kreatif dan terbuka
terhadap perubahan
Dengan demikian, upaya mengembangkan cara baru baik pada tataran institusi,
manajerial dan operasional, jelas akan menentukan keberhasilan pelaksanaan setiap
program pendidikan secara inovatif, terlebih lagi dalam situasi perubahan yang sangat
cepat, meskipun begitu diperlukan kepemimpinan Kepala Sekolah yang inovatif dan
juga motivasi dari guru sendiri dalam melaksanakan kewajibannya. Kepemimpinan
Kepala Sekolah mutlak diperlukan dalam memimpin organisasi bekerja, karena sikap
kepemimpinan kepala Sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru.[33] Pada akhirnya
kelak kinerja guru dapat ditingkatkan dan pencapaian tujuan pendidikan dapat dengan
mudah terlaksana dengan karakteristik yang antisipatif dan proaktif terhadap perubahan,
sehingga terwujudnya manusia cerdas komprehensif dan kompetitif sebagai dampak
dari kinerja inovatif guru akan dapat benar-benar terwujud sebagai hasil dari suatu
proses pendidikan/pembelajaran dalam bingkai organisasi yang inovatif yang didukung
oleh seluruh SDM Pendidikan yang kreatif.
ü Peran Guru Dalam Mencerdaskan Bangsa
Menjadi seorang guru, akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan di masyarakat. Betapa
tidak, sebagian besar guru telah memperoleh “penghargaan” berupa dana sertifikasi
yang banyak membuat iri pegawai pemerintah yang lain. Tak mengherankan pula jika
profesi guru khususnya di daerah belakangan ini kembali diminati dan banyak orang
tua yang menyarankan anaknya untuk melanjutkan pendidikan di jurusan kependidikan.
[34]
Guru memang seperti profesi yang menjanjikan saat ini, tapi dibalik cerahnya
profesi ini juga muncul kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar kepada bangsa.
Kondisi bangsa kita yang sedang memasuki era globalisasi, dengan banyak
permasalahan multi dimensi tentunya membutuhkan modal dan pemecahan terhadap
semua permasalahan itu. Korupsi, pertikaian antarwarga juga antarpelajar, kemerosotan
moral, kemiskinan, kesenjangan sosial dan pergeseran budaya merupakan contoh dari
permasalahan tersebut. Inilah kewajiban para guru untuk menyiapkan modal untuk
kemajuan bangsa dan membangun kembali sumber daya manusia/generasi penerus
yang lebih baik dari kondisi sekarang.
Jika kita renungkan berbagai permasalahan yang dihadapi, bangsa kita tidak hanya
membutuhkan generasi penerus yang pandai atau handal dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi saja. Lebih utama dan terpenting adalah bangsa membutuhkan generasi
penerus yang memiliki karakter baik, salah satunya yaitu karakter yang tidak hanya
mengutamakan kepentingan pribadi tetapi mengutamakan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa. Karakter yang baik ini tidak bisa dipisahkan dari yang disebut
dengan kebaikan hati. Mengapa? Karena karakter yang baik akan selalu ada pada setiap
manusia yang memiliki kebaikan hati. Ada salah satu hadist Rosululloh yang intinya
bahwa Di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka
baiklah semuanya, tetapi jika buruk maka buruklah semuanya. Dan segumpal daging
itu adalah hati. Jadi ketika kita ingin membentuk karakter pastilah tidak lepas dari hati.
Menurut Prof.Dr.H.M. Quraish Shihab: Himpunan pengalaman, pendidikan, dan
lain-lain menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir paling dalam
hati manusia yang mewujudkan baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk akhlak
mulia dan budi pekerti.[35] Jelas sekali bagi kita bahwa karakter dan kecerdasan hati
adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ketika kita ingin memberikan pendidikan
karakter maka harus dengan hati.
Dengan kata lain untuk menyiapkan generasi penerus, peran guru tidak hanya
membekali dengan kecerdasan intelektual yang identik dengan kecerdasan otak tetapi
juga kecerdasan hati untuk berbuat kebaikan. Nah, menurut penulis inilah yang menjadi
paradigma baru dalam perkembangan peran guru untuk mencerdaskan bangsa. Ketika
selama ini kata mencerdaskan bangsa lebih dilihat dari makna sempit yaitu sebatas
kecerdasan intelektual/kecerdasan otak maka sekarang inilah harus dibukakan
pemikiran kita bahwa masih harus ada yang dicerdaskan dari generasi penerus bangsa
yaitu kecerdasan hati. Menurut saya pribadi bisa dikatakan bahwa roh dari pendidikan
karakter yang telah dicanangkan adalah bagaimana kita mampu memberikan kecerdasan
hati kepada peserta didik.
Selanjutnya, bagaimanakah cara guru mencerdaskan otak dan hati? Sebelum
membahas caranya, mungkin kita perlu membuat kesamaan konsep tentang apakah itu
kecerdasan otak dan kecerdasan hati
ü Kecerdasan Otak dan Kecerdasan Hati
Kecerdasan otak mungkin lebih mudah dipahami jika dihubungkan dengan pikiran
manusia. Ilmu pengetahuan, teknologi, sains merupakan ilmu yang dicerna manusia
melalui pikiran dan berhubungan dengan kerja otak.[36]
Sedangkan kecerdasan hati berhubungan dengan perasaan, dan karakter seseorang.
Bagaimana kemampuan seseorang mengelola perasaannya akan mempengaruhi
karakternya. Inilah yang dimaksud dengan kecerdasan hati. Jika seseorang mampu
mengelola perasaannya menuju kebaikan artinya ia telah memiliki hati yang cerdas dan
mampu membentuk karakter yang baik pula.

ü Bagaimana Cara Guru dalam Mencerdaskan Otak ?


Peran guru dalam mencerdaskan otak peserta didiknya lebih banyak berhubungan
dengan kompetensi profesional dan pedagogik guru. Banyak cara yang dapat dilakukan
oleh seorang guru dalam mencerdaskan peserta didiknya, yaitu baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Bagaimana Cara Guru dalam Mencerdaskan Hati ?
Ada kata-kata bijak:
“We cannot teach what we want, we only teach what we are”
Artinya : kita tidak bisa mengajarkan apa yang kita inginkan, tetapi kita hanya bisa
mengajarkan sebagaimana apa adanya diri kita.
Mengajarkan kecerdasan hati sangatlah sulit jika guru itu sendiri juga belum
memiliki kecerdasan hati. Sosok guru sejati yang dapat mengajarkan kecerdasan hati
adalah seorang guru yang nasehat, tindakan, perilaku dan sikapnya mencerminkan
ketulusan hati, keikhlasan, kesungguhan hati dan kebermanfaatan bagi anak didiknya.
Membentuk karakter baik siswa, pada hakekatnya adalah bagaimana seorang guru
mampu mengajarkan kecerdasan hati.[37]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas
manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan
tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas
kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Kita mengetahui cara
manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga
melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna
dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-
simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Salah satu dari sekian banyak dampak ketika tidak terlaksananya peran dan fungsi
guru secara maksimal misalnya, tidak terbinanya akhlak dan moral siswa. Beberapa
kebiasaan buruk siswa seperti tidak berlaku disiplin dari berbagai peraturan yang telah
disepakati bersama, malas, kurang berlaku sopan dan sebagainya, hal itu berarti tugas
guru sebagai pendidik belum maksimal. Tugas mengajar mungkin sudah terlaksana
dengan baik, tapi tugas mendidik? Karena itu, beberapa peran dan tugas guru di atas
merupakan sebuah keharusan untuk diimplementasikan walaupun memerlukan
pemikiran dan pengorbanan yang lebih banyak. Dengan cara ini barangkali barulah guru
dapat dikatakan sebagai sebuah profesi, dimana guru mampu memberikan solusi terbaik
dari berbagai masalah yang dialami kliennya.
Hubungannya dengan sertifikasi guru, yaitu dengan adanya peningkatan kualitas dan
kesejahteraan guru maka beberapa peran dan tugas guru yang telah diuraikan di atas
kemungkinan dapat diimplementasikan. Apa pasal? Dulu, salah satu alasan guru tidak
mampu melaksanakan peran dan tugasnya secara masimal karena persoalan kurangnya
pendapatan/gaji. Maka dengan kebijakan baru pemerintah yakni sertifikasi guru, maka
harapan kita ke depan guru mau dan mampu memaksimalkan peran dan tugasnya.
B. Saran
Tidak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk Allah SWT. Yang tiadak luput
dari kesalahan dan khilaf. Maka besar kemungkinan dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi penulisan kata ataupun kurangnya
referensi yang dimiliki oleh penulis. Maka dari itu saran ataupun kritik sangatlah
diperlukan untuk dapat membangaun kreatifitas dalam penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005
Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadizya Jaya, 2000
Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka,
2005
Buchori, Mochtar. Transformasi Pendidikan. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995
Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2000
Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1985
Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah.
Bandung : Sarana Panca Karya Nusa, 2001
Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1988
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Tilaar,H.A.R., Manajemen Pendidikan Indonesia, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2006
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Medida, 2006
Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006

[1] Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


2005), h. 48
[2] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), 86
[3] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), h. 138
[4] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), h. 168
[5] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2007), h. 237
[6] Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985),
h. 96
[7] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2007), h. 120
[8] Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya
Jaya, 2000), h. 119
[9] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2007), h. 196
[10] Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2005), h. 90
[11] Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya
Jaya, 2000), 138
[12] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 94
[13] Buchori, Mochtar. Transformasi Pendidikan. (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,
1995), h. 68
[14] Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan,( Bandung : Pustaka Setia, 2000), h. 86
[15] Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985),
h. 48
[16] Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri
Kepala Sekolah. (Bandung : Sarana Panca Karya Nusa, 2001), h. 146
[17] Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri
Kepala Sekolah. (Bandung : Sarana Panca Karya Nusa, 2001), h. 86
[18] Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), 84
[19] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.), h. 160
[20] Tilaar,H.A.R., Manajemen Pendidikan Indonesia, (Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya, 2006), h. 68
[21] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2006), h. 93
[22] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Medida, 2006),
h. 239
[23] Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2005), h. 58
[24] Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya
Jaya, 2000), h. 76
[25] Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2005), h. 58
[26] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 148
[27] Buchori, Mochtar. Transformasi Pendidikan. (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,
1995), h. 64
[28] Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan,( Bandung : Pustaka Setia, 2000), h. 48
[29] Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985),
h. 80

[30] Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri


Kepala Sekolah. (Bandung : Sarana Panca Karya Nusa, 2001), h. 186
[31] Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), h. 90
[32] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.), h. 136
[33] Tilaar,H.A.R., Manajemen Pendidikan Indonesia, (Bandung: PT. Remaja
RosdaKarya, 2006), 128
[34] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Medida,
2006),h. 74
[35] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2006), h. 96
[36] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2007) , h. 126

[37] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 164

Anda mungkin juga menyukai