Anda di halaman 1dari 43

REKAYASA IDE

PERANAN GURU SEBAGAI PENDIDIK DISEKOLAH

BY:

NAME : ADE NOVIDA SAGALA (4143322001)

CLASS : bilingual physics education 2014

PHYSICS EDUCATION STUDY PROGRAM 2014


FACULTY OF MATHEMATIC AND SCIENCES
STATE UNIVERSITY OF MEDAN MEDAN
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah guru pada saat ini mengalami penciutan makna. Guru adalah orang yang
mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya di berada di
suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih.
Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarkan hal-hal baru pada
peserta didik.
Terlepas dari penciutan makna, peran guru dari dulu sampai sekarang tetap
sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya,
ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia
adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang
lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah
dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang
optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru
perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik
dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih
ingat ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu
memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan
membantu menulis secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta
didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab
terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada
peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang
buang air besar di celana. Guru-lah yang menggendong peserta didik ketika jatuh
atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat
menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan
fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan
dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan
masyarakat, kemajuan Negara dan bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa peran dan fungsi Guru?
2. Bagaimana peran Guru dalam Pendidikan?
3. Bagaimana peran Guru dalam Pembelajaran?

TUJUAN PEMBAHASAN

A. Peran Guru dalam pembelajaran


Seorang Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, professional dan
menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai :

1. Orang tua, yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.


2. Teman, tempat mengadu dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
3. Fasilitator, yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik
sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara
wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan
lingkungannya.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Demikian beberapa peran yang harus dijalani seorang guru dalam
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh para siswanya.

MANFAAT

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru
yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997).
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku
anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta
didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan
peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka
melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan
masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran,
yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan
metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang
telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berikut:
1. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai.
2. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling
penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara
jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
3. Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4. Guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi
pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu, guru
juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai
teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan
peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:
sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan
kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis,
selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum.
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus
berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan
dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
7. Sebagai Anggota Masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang
dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,
keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa
diterima oleh masyarakat.
8. Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada
berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja
secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar
mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan
seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan
baik.
9. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas
antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar
sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus
dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga
ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik.
Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek
dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang
atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya
bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari
yang telah dikerjakan sebelumnya.
12. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan
“budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan
dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak
menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah
melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan
secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi
yang percaya diri.
13. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,
karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam
penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
14. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal
hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai
evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu.
Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan
cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu
berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari
tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi
bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani
peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh.
Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.

BAB II

Kerangka pemikiran gambaran umum

A.Kajian teori

Saat ini permasalahan yang menimpa bidang pendidikan sangat beragam dan
tergolong berat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar yang
kurang, serta tenaga pengajar yang belum kompeten. Kondisi sekolah yang
memprihatinkan, ruang kelas bocor bila hujan dan sebagian sekolah ambruk. Maka
tidaklah aneh kalau kondisi pendidikan kita jauh dari harapan.
Salah satu permasalahan yang menimpa dunia pendidikan adalah kompetensi guru.
Guru yang harusnya memiliki kompetensi sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya
hanya sedikit yang masuk kategori tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan.
Program sertifikasi guru yang sekarang sedang digalakkan adalah salah satu bagian
dari usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Program sertifikasi guru merupakan program yang menyentuh langsung


kompetensi guru. Salah satu kriterianya yaitu menilai kemampuan guru dari segi
kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran. Diharapkan guru dapat melakukan
pembelajaran yang dapat menghantarkan siswa ke arah sikap kreatif dan inovatif
serta trampil. Kondisi tersebut harus dimulai dari gurunya sendiri.
Sebagai contoh derasnya informasi serta cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yang
disebut “mengajar”. Masih perlukah guru mengajar di kelas seorang diri,
menginformasikan, menjelaskan dan menerangkan? Permasalahan lain akibat
derasnya informasi dan munculnya teknologi baru adalah kesiapan guru untuk
mengikuti perkembangan tersebut. Seorang guru dituntut harus serba tahu bila tidak
tahu guru harus berkata jujur “Saya tidak tahu”. Namun kalau terlalu sering guru
berkata demikian alangkah naifnya guru tersebut. Seyogyanya dia terus mencari
tahu, belajar terus sepanjang hayat, memanfaatkan teknologi yang ada.

Di masyarakat, seorang guru diamati dan dinilai masyarakat, di sekolah dinilai oleh
murid dan teman sejawatnya serta atasannya. Peran apakah yang harus dilakoni
seorang guru supaya penilaian mereka positif? Suatu pertanyaan -yang menjadi salah
satu permasalahan- yang sekarang muncul di masyarakat.
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membentuk kompetensi dan
kualitas pribadi anak didiknya. Untuk mencapai hal demikian timbul pertanyaan,
sebenarnya peran apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru sehingga anak didik
bisa berkembang optimal? Cukupkah peran guru seperti yang telah disampaikan di
atas ataukah ada peran lain yang harus dilakoni seorang guru? Beragam pertanyaan
tadi dapat menyebabkan beban mental bagi seorang calon guru ataupun guru yang
sudah lama mengabdi. Apakah saya mampu menjadi guru yang ideal? Peran apa
yang harus saya lakoni untuk menjadi guru yang ideal? Demikian pertanyaan yang
timbul dalam hati seorang guru yang berniat mengabdikan sisa hidupnya di dunia
pendidikan.

Pertanyaan tersebut sebelumnya telah menggugah sejumlah pengamat dan ahli


pendidikan. Mereka telah meneliti peran-peran apa yang harus dimiliki seorang guru
supaya tergolong kompeten dalam pembelajaran maupun pergaulan di masyarakat.

B. Peran dan Fungsi Guru


Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru
yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997).[3] Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :

a) Guru Sebagai Pendidik


Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku
anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

b) Guru Sebagai Pengajar


Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta
didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan
peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka
melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan
masalah.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran,
yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan
metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah
dimilikinya ketika mempelajari materi standar.

c) Guru Sebagai Pembimbing


Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan
itu.Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan
kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang
tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:

Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang


hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan
belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis. Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.Keempat, guru harus
melaksanakan penilaian.

d) Guru sebagai Pemimpin


Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi
pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.

e) Guru sebagai pengelola pembelajaran


Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu ,guru
juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.

f) Guru Sebagai Model dan Teladan


Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru.Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai
teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan
peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru :
Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan bekerja, Sikap melalui pengalaman
dan kesalahan, Pakaian, Hubungan kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis,
Selera, Keputusan, Kesehatan, Gaya hidup secara umum
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang
menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada
dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus
diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

g) Sebagai anggota masyarakat


Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang
dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,
keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab
kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan
kurang bisa diterima oleh masyarakat

h) Guru sebagai administrator


Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada
berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja
secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar
mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan
seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan
baik.
i) Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun
mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal
tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan
dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya
sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus
memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.

j) Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)


Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas
antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar
sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus
dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini
kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai
jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.

k) Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas


Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek
dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang
atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih
baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari
yang telah dikerjakan sebelumnya.

l) Guru Sebagai Emansipator


Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan
“budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan
dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak
menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah
melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan
secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi
yang percaya diri.

m) Guru Sebagai Evaluator


Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,
karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam
penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.

n) Guru Sebagai Kulminator


Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal
hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai
evaluator.

Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta
mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara
yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu
berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari
tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi
bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani
peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh.
Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.

B. PENGURAIAN KONSEP

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas
pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic
mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama
berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui
anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas
manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian
tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian
bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya
seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan
kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan
melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya
berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara
kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan
hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang
baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh
bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas
saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan
dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita
berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya
mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat
anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak
didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia
berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga
melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna
dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-
simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka
melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan
hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya,
oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan
itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya
dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan
sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga
kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik,
khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan
tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu
mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi
manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau
(pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian
menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan
makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa
hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah
berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang
itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya
menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya
orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan
sendininya menjadi manusia yang berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau
terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya
berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di
satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat
mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu
dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena
pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi
melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya
juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini
tergantung 3 elemen pokok yaitu :
Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus
mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di
sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin
seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu
bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini
bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik
dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni.
Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art
of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak
akan pantas dianggap menjadi guru.
Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus
dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar
untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu
menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat
menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat.
Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya
merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang
dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi
pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan
dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang
dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang
diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat),
maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik
mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu
dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat
diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif
mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan
memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa
yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.

BAB III
PENULISAN REKAYASA IDE

A. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif


kualitatif. Melalui penelitian ini penulis akan mendeskripsikan “Guru
sebagai Pemimpin Yang Disiplin di Sekolah”.
b. Lokasi dan Waktu Penelitian

a) Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMA Negeri


1 Lawe Sigala-gala yang beralamat di Jalan Besar Medan-
Kutacane, Lawe Sigala-gala, Kutacane, Aceh.
b) Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga bulan


Mei 2019.
c. Populasi dan Sample

a) Populasi

Populasi adalah sekumpulan unsure dan elemen yang menjadi


objek penelitian (Achmad Yuhdi.2010.28). populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru XII IPA SMA Negeri 1 Lawe
Sigala-gala, tahun pembelajaran 2019/2020 dengan jumlah 12
orang.
Tabel 3.1
DISTRIBUSI JUMLAH GURU KELAS XII 3 MAN RANTAU PRAPAT
TAHUN PEMBELAJARAN 2019/2020
NO Mata Pelajaran Jumlah Guru
1 Matematika 1 orang
2 Bahasa Indonesia 1 orang
3 Bahasa Inggris 1 orang
4 Fisika 1 orang
5 Kimia 1 orang
6 Biologi 1 orang
7 TIK 1 orang
8 Agama 1 orang
9 Pendidikan Jasmani dan 1 orang
Olahraga
10 Sejarah 1 orang
11 PPKN 1 orang
Jumlah 12 rang

B. Sampel

Arikunto dalam Achmad Yuhdi, 2010;29, mengatakan bahwa “sebagai ancer-ancer,


jika peneliti mempunyai beberapa subjek dalam populasi, maka dapat menentukan
kurang lebih 10-15% dan 20-25% dari subjek tersebut. Jika jumlah anggota subjek
dalam populasi hanya meliputi antara 100-150 orang dalam pengumpulan data
penelitian menggunakan angket sebaiknya jumlah subjek diambil seluruhnya.”

Berdasarkan pendapat diatas, maka seluruh jumlah subjek yang ada di penelitian ini
akan di gunakan. Karena dalam pengumpulan data nantinya akan menggunakan
angket yang dibagikan keseluruh guru yang ada di MAN RANTAU PRAPAT.

C. LANGKAH PENELITIAN

Langkaah laangkah yang di tempuh dalam melakukkan penelitian dapat dilkukakn


melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan prosedur pelaksannaan penelitian.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat s.nasution dalam sugiono (2009). Sugiyono
(2010: 3) mengemukakan bawa “metode penelitian diartikan

sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu”. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan
data sesuai dengan kebutuhan.
Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu studi kasus, Surachman (1982: 143)
mengungkapkan bahwa “studi kasus adalah pendekatan yang memusatkan pada
suatu kasus intensif dan rinci”. Sedangkan menurut Fathoni (2006: 99) bahwa “studi
kasus berarti penelitian terhadap suatu kejadian atau peristiwa”. Berdasarkan dua
definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan metode
yang mempelajari suatu masalah yang timbul akibat adanya gejala hidup yang tidak
sewajarnya.Mulyana (2010: 201) mengungkapkan “Studi kasus adalah uraian dan
penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial”.
Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok
atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan
mendalam mengenai subjek yang diteliti.Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus
mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba (Mulyana. 2010: 201-202)
mengemukakan keistimewaan studi kasus, yaitu:

Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni


menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara


peneliti dan responden.

Studi kasus
memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi
internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi
faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthines).

Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas.

C.TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik Pengumpulan Data

Christianingsih (2007: 89) mengungkapkan bahwa “Penelitian merupakan instrumen


utama (key instrumen) untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data dalam
penelitian kualitatif”. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah
mendapatkan data. Oleh karena itu teknik penelitian yang penulis gunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi
Nasution (Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa “observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan”. Para peneliti hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Adapun observasi menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010: 203)
mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis”.
Berdasarkan dua definisi di atas, maka penulis dapat simpulkan bahwa observasi
adalah pengamatan yang dilakukan oleh orang dengan sengaja dan sistematis untuk
memeperoleh data yang selanjutnya akan diproses untuk kebutuhan penelitian
penulis.
Nasution (2003: 56) mengatakan bahwa “Observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Bila penulis ingin mengenal
dunia sosial, peneliti harusmemasuki dunia itu.peneliti harus hidup di kalangan
manusia, mempelajari bahasanya, melihat dengan mata kepala sendiri apa yang
terjadi, mendengarkan dengan telinga sendiri apa yang dikatakan orang. Lihat dan
dengar. Catat apa yang dilihat dan didengar, catat apa yang mereka katakan, pikirkan
dan rasakan.

Observasi digunakan agar peneliti untuk memperoleh fakta-fakta yang menunjang


kesadaran hukum masyarakat Kampung Mahmud untuk memiliki sertifikat atas hak
ulayat. Observasi merupakan alat ilmiah untuk menguji suatu hipotesis, bahkan bisa
memunculkan konsep dan teori baru seperti halnya kuesioner. Menurut Danial
(2009: 77-79) jika dilihat dari pekerjaannya maka observasi dapat dikategorikan
menjadi : observasi langsung, observasi partisipatif, dan observasi tidak langsung.

2 .Wawancara

Pengertian WawancaraMoleong (2010: 186) mengungkapkan bahwa:


wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan
dengan dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.

3. Studi Dokumentasi
Menurut Danial (2009: 79) bahwa: studi dokumentasi adalah mengumpulkan
sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan
masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data
siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

4.Studi Literatur
Danial dan Warsiah (2009: 80) menjelaskan “studi literatur adalah penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet,
yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian”. Teknik ini penulis gunakan
dalam penelitian yang penulis lakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan
berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti
sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis pembahasan penyelesaian masalah

berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang


dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan
berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu yang
unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin
individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik
dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga
adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu
tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing.

Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya.
Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik
batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk
berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani
adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama
penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh
dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan
memberi obat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru
tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan
berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai
pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah terletak pada
kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa yang
dibimbingnya
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai
pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami
kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas
kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).[22]
Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran
guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional. Sofyan
S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa
dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti:
membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman
sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas
ringan.

Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan
konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien
pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Prayitno (2003) memerinci peran,
tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
adalah :

1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.


2. Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada konselor.
4. Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor
memerlukan pelayanan khusus. seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan program
pengayaan.
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan
siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.
Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah tenaga konselor profesional
memang masih relatif terbatas, maka peran guru sebagai pembimbing tampaknya
menjadi penting. Ada atau tidak ada konselor profesional di sekolah, tentu upaya
pembimbingan terhadap siswa mutlak diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah
tersedia tenaga konselor profesional, guru bisa bekerja sama dengan konselor
bagaimana seharusnya membimbing siswa di sekolah. Namun jika belum, maka
kegiatan pembimbingan siswa tampaknya akan bertumpu pada guru.

Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini


beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.


Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman
tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang
kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik
dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang
dimilikinya.
3. Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan
dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data
siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.
4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk
mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika
sedang berada di kelas maupun di luar kelas.
5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan
menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan
siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu
dalam belajarnya.

Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses


pendidikan, terutama pendidikan formal. Bukan dalam kesatuan pembangunan
masyarakat pada umumnya[.Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang di
arahkan kepada peningkatan mutu lulusan atau hasil pendidikan. Maka guru memiliki
kualifikasi sesuai dengan bidang tugas nya. Dengan kualifikasi dan tugas guru itu,
guru mengembangkan sekurang kurang nya tiga tugas pokok yaitu:
Tugas professional, yaitu tugas yang berkenaan dengan profesinya. Tugas ini
mencakup tugas mendidik, mengajar, melatih, danmengelola ketertiban sekolah
sebagai penunjang ketahanan sekolah.
Tugas manusiawi, yaitu tugas nya sebagai manusia. Dalam hal ini, guru bertugas
mewujudkan dirinya,melakukan auto pengertian untuk dapat menempatkan dirinya
di dalam keseluruhan kemanusiaan, sesuai dengan martabat manusia.
Tugas kemasyarakatan, yaitu tugas guru sebagi anggota masyarakat dan warga Negara
yang baik, sesuai dengan kaidah-kaidah yang terdapat dalam pancasilla, undang-
undang dasar 1945 dalam hal ini guru berfungsi sebagai perancang masa depan dan
penggerak kemajuan.
Ada beberapa syarat bagi seorang guru dalam mengembangkan prilaku siswa
yang sehat, serta tingkah lakunya diantaranya yaitu :
a. Memiliki mental yang sehat.
b. Menguasai cara cara untuk menghindari pengaruh negative terhadap siswa,
terutama menyingkirkan pengaruh negative dari masamasa kanak kanak yang
mungkin di tularkan kepada siswa, secara tidak sadar.
Guru Berkedudukan sebagai Profesional
Dalam ilmu sosiologi kita biasa menemukan dua istilah yang akan selalu
berkaitan, yakni status (kedudukan) dan peran sosial di dalam masyarakat. Status
biasanya didefinisikan sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain.
Sedangkan peran merupakan sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
memiliki suatu status tertentu tersebut.Status sebagai guru dapat dipandangan
sebagai yang tinggi atau rendah, tergantung di mana ia berada. Sedangkan perannya
yang berkedudukan sebagai pendidik seharusnya menunjukkan kelakuan yang layak
sesuai harapan masyarakat, dan guru diharapkan berperan sebagai teladan dan
rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik yang dia ajar. Guru tidak hanya
memiliki satu peran saja, ia bisa berperan sebagai orang yang dewasa, sebagai
seorang pengajar dan sebagai seorang pendidik, sebagai pemberi contoh dan
sebagainya. Apabila kita cermati, sebenarnya status dan peran guru tidaklah selalu
seragam dan bersifat konsisten sebagaimana tersirat di atas. Ini sesuai dengan
standar apa dan mana yang dipakai dalam menentukan keduanya. Penilaian status
dan peran pada seorang guru di pedesaan tidaklah sama dengan penilaian status dan
peran terhadap seorang guru di perkotaan. Dalam masyarakat industrial dan
materialis status dan peran seorang guru tidaklah se-urgen pada masyarakat
sederhana atau masyarakat pertanian. Salah satu peran guru adalah sebagai
profesional. Jabatan guru sebagai profesional menuntut peningkatan kecakapan dan
mutu keguruan secara berkesinambungan. Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu
guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam cara
mengajarkannya secara efektif serta efisien, dan guru tersebut punya kepribadian
yang mantap Selain itu integritas diri serta kecakapan keguruannya juga perlu
ditumbuhkan serta dikembangkan. Setelah kita menganggap bahwa status guru
merupakan sebuah jabatan yang profesional, menurut Semana (1994), ia pun
dituntut untuk bisa berperan dan menunjukkan citra guru yang ideal dalam
masyarakatnya.
Dalam hal ini J. Sudarminto, 1990 (dalam Semana, 1994) berpendapat bahwa
citra guru yang ideal adalah sadar dan tanggap akan perubahan zaman, pola tindak
keguruannya tidak rutin, guru tersebut maju dalam penguasaan dasar keilmuan dan
perangkat instrumentalnya (misalnya sistem berpikir, membaca keilmuan, kecakapan
problem solving, seminar dan sejenisnya) yang diperlukannya untuk belajar lebih
lanjut atau berkesinambungan. Selain itu, guru hendaknya bermoral yang tinggi dan
beriman yang mendalam, seluruh tingkah lakunya (baik yang berhubungan dengan
tugas keguruannya ataupun sisialitasnya sehari-hari digerakkan oleh nilai-nilai luhur
dan taqwanya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Secara nyata guru tersebut harus
bertindak jujur, disiplin, adil, setia, susila dan menghayati iman yang hidup. Guru juga
harus memiliki kecakapan kerja yang baik dan kedewasaan berpikir yang tinggi sebab
guru sebagai pemangku jabatan yang profesional merupakan posisi yang bersifat
strategis dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat. Guru juga harus terus bisa
memantapkan posisi dan perannya lewat usahausaha mengembangkan kemampuan
diri secara maksimal dan berkesinambungan dalam belajar lebih lanjut. Salah satu
yang melandasi pentingnya guru harus terus berusaha mengembangkan diri karena
pendidikan berlangsung sepenjang hayat. Hal ini berlaku untuk diri guru dan siswa di
mana usaha seseorang untuk mencapai perkembangan diri serta karyanya tidak
pernah selesai (hasilnya tidak pernah mencapai taraf sempurna mutlak). Selain itu
bahwa sistem pengajaran, materi pengajaran dan penyampaiannya kepada siswa
selalu perlu dikembangkan. Hal ini merupakan dampak dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Upaya pengembangan sistem pengajaran, pembenahan
isi serta teknologi organisasi materi pengajaran dan pencarian pendekatan strategi,
metode, teknik pengajaran (perkembangan diri siswa) selalu perlu dikaji dan atau
dikembangkan demi efektivitas dan efisiensi kerja kependidikan.
Kinerja inovatif Guru
Kinerja seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja
dapat dilihat dalam aspek ciri-ciri kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara
melaksanakan melaksanakan kegiatan/tugas tersebut. Dalam aplikasi prinsip kualitas,
produk (barang atau jasa) dapat dilihat dari sudut ciri-ciri (kondisi/keadaan) dan
kualitas.

dengan mengacu pada pendapat di atas, maka yang dimaksud kinerja inovatif
(Innovative Performance) adalah kinerja yang dalam melaksanakannya disertai
dengan keinovatifan, ciri kinerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan
menggambarkan ciri/feature kinerja, sedangkan keinovatifan merupakan sifat atau
kualitas bagaimana pelaksanaan tugas/kinerja dijalankan dengan inovatif atau
dengan memanfaatkan serta mengaplikasikan hal-hal baru, baik berupa ide, metode,
maupun produk baru dalam meningkatkan kinerja.

Kinerja inovatif bagi guru perlu di dorong, dengan mengingat berbagai tuntutan
perubahan yang makin meningkat, menurut Liikanen (2004) “To improve
productivity we need to address the key issues of innovative performance, the
application of new technologies, reengeneering organisations and developing the
necessary skills”. Penerapapan teknologi baru, rekayasa organisasi serta
pengembangan keterampilan dapat menjadi cerminan dari kinerja inovatif, yang
dalam konteks individu sekaligus juga menggambarkan kreativitas individu itu sendiri
dalam menjalankan peran dan tugasnya, yang dalam konteks pendidikan berarti
pelaksanaan peran dan tugas guru secara kreatif.

Kegiatan/Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan


pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada dasarnya Kinerja adalah akumulasi dari tiga elemen yang saling
berkaitan yaitu keterampilan, upaya, dan sifat-sifat keadaan eksternal. Keterampilan
dasar yang dibawa seseorang ke tempat pekerjaan dapat berupa pengetahuan,
kemampuan, kecakapan interpersonal dan kecakapan teknis. Berdasarkan uraian di
atas dapat dijelaskan bahwa kinerja merupakan prestasi kerja, yakni hasil yang
ditunjukkan dari perilaku. Prestasi kerja tersebut ditentukan oleh interaksi seseorang
terhadap kemampuannya bekerja. Persoalan tersebut jelas menuntut adanya
wawasan pengetahuan yang memadai tentang program kerja secara menyeluruh.
Dengan pemahaman mengenai konsep kinerja sebagaimana dikemukakan di atas,
maka akan nampak jelas apa yang dimaksud dengan kinerja guru. Kinerja guru pada
dasarnya merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagai seorang pengajar dan pendidik di sekolah yang dapat menggambarkan
mengenai prestasi kerjanya dalam melaksanakan semua itu, dan hal ini jelas bahwa
pekerjaan sebagai guru tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tanpa memiliki
keahlian dan kwalifikasi tertentu sebagai guru.

Uraian di atas menunjukan betapa besar peranan kinerja seorang guru dalam
upaya mencapai proses belajar mengajar yang efektif dan fungsional bagi kehidupan
seorang siswa. Sehubunagn dengan hal tersebut perlu dikaji berbagai faktor yang
mungkin turut mempengaruhi kinerja seorang guru.

Seperti disebutkan terdahulu bahwa sekolah sebagai suatu organisasi di


dalamnya terdapat kerja sama kelompok orang (kepala sekolah, guru, Staf dan siswa)
yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Semua komponen yang ada di sekolah merupakan bagian yang integral, artinya
walaupun dalam kegiatannya melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-
masing tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka diarahkan pada pencapaian
tujuan organisasi sekolah.

Seorang mau menerima sebuah pekerjaan, jika ia mempersiapkan bahwa ia


mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan yang
ditetapkan tata tertib sekolah. Pada hakikatnya kinerja guru adalah prilaku yang
dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan
pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu.

Tanpa mengurangi dan meniadakan peran serta fungsi yang lain, kinerja guru
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam keberhasilan
pendidikan. Karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan penting tentang
pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijakan sebenarnya dilaksanakan
dalam situasi belajar mengajar di kelas (Sumantri Manaf, 1988:106).
Di samping itu, pengajaran yang menghasilkan peserta didik memperoleh
pengalaman belajar dengan baik bukanlah sesuatu yang terjadi karena kebetulan.
Belajar tidak tejadi karena adanya ilmu yang dimiliki oleh seorang guru yang baik,
melainkan dapat terjadi karena para guru yang berhasil baik memiliki kemampuan
tentang dasar-dasar mengajar dengan baik. Kinerja adalah aktivitas atau perilaku
yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Kinerja guru merupakan suatu hal yang essensial terhadap keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu kinerja guru yang baik perlu diciptakan sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan optimal. Agar kinerja guru dapat tercipta dengan
baik maka guru perlu mengetahui tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.

Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis
pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan yang diperlukan
oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, dengan mengingat
tantangan pendidikan yang terus berubah, maka kenerja guru perlu dilakukan secara
inovatif.

Seorang guru hendaknya berperilaku yang mempunyai pola interaksi di dalam


proses belajar secara efektif, apabila mereka memiliki keinginan untuk memahami
peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan berinteraksi dari guru tidak
akan berarti apa-apa seandainya mereka memiliki motivasi yang rendah, terhadap
penyesuaian dengan lingkungan, baik terhadap kebijakan dan tujuan atau strategi
pengajaran tersebut..

Dengan mengingat bahwa keadaan lingkungan tidak mudah terkontrol, maka


seorang guru harus terbuka, penuh dengan pertimbangan, mampu mendengar, dan
bijaksana. Menyikapi hal tersebut maka guru senantiasa mampu memodifikasi
perilaku terhadap tuntutan yang ada atau timbul, terutama dalam proses belajar
mengajar, ke arah pemberian harapan yang positif untuk peningkatan motivasi
belajar.

Seperti dijelaskan di atas, tugas guru dalam meningkatkan mutu serta


produktifitas tidak dapat terpisahkan dari keseluruhan tugas dalam operasionalisasi
pendidikan di sekolah. Dengan demikian, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
tidaklah hanya menggantungkan diri pada usaha pemberian program pengajaran
semata-mata. Program tersebut perlu didukung oleh motivasi, system pengelolaan,
administrasi dan supervisi pendidikan. Dan sehubungan dengan hal tersebut,
penyelenggaraan proses pendidikan dapat mencapai hasil yang optimal bila
perhatian pimpinan lebih banyak dipusatkan kepada guru. Guru dalam hal ini hanya
merupakan pelaksana operasionalisasi program pendidikan, namun demikian dalam
berkinerja, guru dapat mengembangkan inovasi dalam melaksanakan tugasnya, ini
berarti kinerja inovatif merupakan hal yang penting.

Pihak manapun mengakui bahwa di dalam sistem persekolahan, kurikulum,


sarana dan prasarana merupakan faktor-faktor penting yang tidak bisa kita abaikan
dalam suatu proses pendidikan/pembelajaran. Akan tetapi tanpa kehadiran guru
yang bermutu, inovatif, berdedikasi tinggi dan berwibawa, semua yang tersebut di
atas tidaklah berarti banyak.

Sementara itu tugas/kewajiban Guru menurut Undang-Undang No 14 tahun 2005


pasal 20 adalah sebagai berikut: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode
etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan memelihara dan memupuk persatuan
dan kesatuan bangsa.
Kutipan Undang-undang tersebut menunjukan bahwa kewajiban guru pada
dsarnya merupakan kegiatan yang harus dilakukan guru dalam menjalankan peran
dan tugasnya di sekolah, dimana aspek pembelajaran merupakan hal yang utama
yang harus dilaksanakan oleh guru, yang berarti menunjukan kinerja yang harus
dilakukan oleh guru di sekolah. Dalam konteks tersebut maka kinerja inovatif guru
merupakan kinerja guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai
pendidik dengan selalu berupaya mengembangkan dan menerapkan hal-hal baru
dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang didasari dengan sikap
kreatif dan terbuka terhadap perubahan

Dengan demikian, upaya mengembangkan cara baru baik pada tataran institusi,
manajerial dan operasional, jelas akan menentukan keberhasilan pelaksanaan setiap
program pendidikan secara inovatif, terlebih lagi dalam situasi perubahan yang
sangat cepat, meskipun begitu diperlukan kepemimpinan Kepala Sekolah yang
inovatif dan juga motivasi dari guru sendiri dalam melaksanakan kewajibannya.
Kepemimpinan Kepala Sekolah mutlak diperlukan dalam memimpin organisasi
bekerja, karena sikap kepemimpinan kepala Sekolah dapat mempengaruhi kinerja
guru.[33] Pada akhirnya kelak kinerja guru dapat ditingkatkan dan pencapaian tujuan
pendidikan dapat dengan mudah terlaksana dengan karakteristik yang antisipatif dan
proaktif terhadap perubahan, sehingga terwujudnya manusia cerdas komprehensif
dan kompetitif sebagai dampak dari kinerja inovatif guru akan dapat benar-benar
terwujud sebagai hasil dari suatu proses pendidikan/pembelajaran dalam bingkai
organisasi yang inovatif yang didukung oleh seluruh SDM Pendidikan yang kreatif.
Peran Guru Dalam Mencerdaskan Bangsa
Menjadi seorang guru, akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan di masyarakat.
Betapa tidak, sebagian besar guru telah memperoleh “penghargaan” berupa dana
sertifikasi yang banyak membuat iri pegawai pemerintah yang lain. Tak
mengherankan pula jika profesi guru khususnya di daerah belakangan ini kembali
diminati dan banyak orang tua yang menyarankan anaknya untuk melanjutkan
pendidikan di jurusan kependidikan.
Guru memang seperti profesi yang menjanjikan saat ini, tapi dibalik cerahnya
profesi ini juga muncul kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar kepada
bangsa. Kondisi bangsa kita yang sedang memasuki era globalisasi, dengan banyak
permasalahan multi dimensi tentunya membutuhkan modal dan pemecahan
terhadap semua permasalahan itu. Korupsi, pertikaian antarwarga juga antarpelajar,
kemerosotan moral, kemiskinan, kesenjangan sosial dan pergeseran budaya
merupakan contoh dari permasalahan tersebut. Inilah kewajiban para guru untuk
menyiapkan modal untuk kemajuan bangsa dan membangun kembali sumber daya
manusia/generasi penerus yang lebih baik dari kondisi sekarang.

Jika kita renungkan berbagai permasalahan yang dihadapi, bangsa kita tidak
hanya membutuhkan generasi penerus yang pandai atau handal dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi saja. Lebih utama dan terpenting adalah bangsa
membutuhkan generasi penerus yang memiliki karakter baik, salah satunya yaitu
karakter yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi tetapi mengutamakan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Karakter yang baik ini tidak bisa dipisahkan
dari yang disebut dengan kebaikan hati. Mengapa? Karena karakter yang baik akan
selalu ada pada setiap manusia yang memiliki kebaikan hati. Ada salah satu hadist
Rosululloh yang intinya bahwa Di dalam tubuh manusia ada segumpal daging,
apabila daging itu baik maka baiklah semuanya, tetapi jika buruk maka buruklah
semuanya. Dan segumpal daging itu adalah hati. Jadi ketika kita ingin membentuk
karakter pastilah tidak lepas dari hati.

Menurut Prof.Dr.H.M. Quraish Shihab: Himpunan pengalaman, pendidikan, dan


lain-lain menumbuhkan kemampuan di dalam diri kita, sebagai alat ukir paling dalam
hati manusia yang mewujudkan baik pemikiran, sikap, dan perilaku termasuk akhlak
mulia dan budi pekerti. Jelas sekali bagi kita bahwa karakter dan kecerdasan hati
adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ketika kita ingin memberikan pendidikan
karakter maka harus dengan hati.

Dengan kata lain untuk menyiapkan generasi penerus, peran guru tidak hanya
membekali dengan kecerdasan intelektual yang identik dengan kecerdasan otak
tetapi juga kecerdasan hati untuk berbuat kebaikan. Nah, menurut penulis inilah
yang menjadi paradigma baru dalam perkembangan peran guru untuk mencerdaskan
bangsa. Ketika selama ini kata mencerdaskan bangsa lebih dilihat dari makna sempit
yaitu sebatas kecerdasan intelektual/kecerdasan otak maka sekarang inilah harus
dibukakan pemikiran kita bahwa masih harus ada yang dicerdaskan dari generasi
penerus bangsa yaitu kecerdasan hati. Menurut saya pribadi bisa dikatakan bahwa
roh dari pendidikan karakter yang telah dicanangkan adalah bagaimana kita mampu
memberikan kecerdasan hati kepada peserta didik.

Selanjutnya, bagaimanakah cara guru mencerdaskan otak dan hati? Sebelum


membahas caranya, mungkin kita perlu membuat kesamaan konsep tentang apakah
itu kecerdasan otak dan kecerdasan hati

Kecerdasan Otak dan Kecerdasan Hati


Kecerdasan otak mungkin lebih mudah dipahami jika dihubungkan dengan
pikiran manusia. Ilmu pengetahuan, teknologi, sains merupakan ilmu yang dicerna
manusia melalui pikiran dan berhubungan dengan kerja otak.

Sedangkan kecerdasan hati berhubungan dengan perasaan, dan karakter


seseorang. Bagaimana kemampuan seseorang mengelola perasaannya akan
mempengaruhi karakternya. Inilah yang dimaksud dengan kecerdasan hati. Jika
seseorang mampu mengelola perasaannya menuju kebaikan artinya ia telah memiliki
hati yang cerdas dan mampu membentuk karakter yang baik pula.

Bagaimana Cara Guru dalam Mencerdaskan Otak ?


Peran guru dalam mencerdaskan otak peserta didiknya lebih banyak
berhubungan dengan kompetensi profesional dan pedagogik guru. Banyak cara yang
dapat dilakukan oleh seorang guru dalam mencerdaskan peserta didiknya, yaitu baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Bagaimana Cara Guru dalam Mencerdaskan Hati ?

Ada kata-kata bijak:


“We cannot teach what we want, we only teach what we are”

Artinya : kita tidak bisa mengajarkan apa yang kita inginkan, tetapi kita hanya bisa
mengajarkan sebagaimana apa adanya diri kita.

Mengajarkan kecerdasan hati sangatlah sulit jika guru itu sendiri juga belum
memiliki kecerdasan hati. Sosok guru sejati yang dapat mengajarkan kecerdasan hati
adalah seorang guru yang nasehat, tindakan, perilaku dan sikapnya mencerminkan
ketulusan hati, keikhlasan, kesungguhan hati dan kebermanfaatan bagi anak
didiknya. Membentuk karakter baik siswa, pada hakekatnya adalah bagaimana
seorang guru mampu mengajarkan kecerdasan hati.

A. KEKUATAN PENELITIAN
Data yang di peroleh cukup akurat yaitu dari observasi yang dilakukan
langsung pada guru dilapangan mengumpulkan literatur-literatur dan melakukan
wawancara lamngsung pada guru di sekolah jadi data yang dikumpulkan akan cukup
akurat.

B. KELEMAHAN PENELITIAN
Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang dimiliki
peneliti, karen untuk terjun kelapangan langsung dan memantau mewawancarai
guru serta mengobservasi langsung akan memakan waktu yang cukup lama jika
haanya berdasarkan literartur ditakutkan data yang diperoleh kurang akurat dan
terpercaya
BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas
manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan
tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika,
tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.

Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Kita mengetahui cara
manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat
juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui
warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui
simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.

Salah satu dari sekian banyak dampak ketika tidak terlaksananya peran dan fungsi
guru secara maksimal misalnya, tidak terbinanya akhlak dan moral siswa. Beberapa
kebiasaan buruk siswa seperti tidak berlaku disiplin dari berbagai peraturan yang
telah disepakati bersama, malas, kurang berlaku sopan dan sebagainya, hal itu
berarti tugas guru sebagai pendidik belum maksimal. Tugas mengajar mungkin sudah
terlaksana dengan baik, tapi tugas mendidik? Karena itu, beberapa peran dan tugas
guru di atas merupakan sebuah keharusan untuk diimplementasikan walaupun
memerlukan pemikiran dan pengorbanan yang lebih banyak.

Dengan cara ini barangkali barulah guru dapat dikatakan sebagai sebuah profesi,
dimana guru mampu memberikan solusi terbaik dari berbagai masalah yang dialami
kliennya.
Hubungannya dengan sertifikasi guru, yaitu dengan adanya peningkatan kualitas
dan kesejahteraan guru maka beberapa peran dan tugas guru yang telah diuraikan di
atas kemungkinan dapat diimplementasikan. Apa pasal? Dulu, salah satu alasan guru
tidak mampu melaksanakan peran dan tugasnya secara masimal karena persoalan
kurangnya pendapatan/gaji. Maka dengan kebijakan baru pemerintah yakni
sertifikasi guru, maka harapan kita ke depan guru mau dan mampu memaksimalkan
peran dan tugasnya.

B. Saran
Tidak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk Allah SWT. Yang tiadak luput
dari kesalahan dan khilaf. Maka besar kemungkinan dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi penulisan kata ataupun
kurangnya referensi yang dimiliki oleh penulis. Maka dari itu saran ataupun kritik
sangatlah diperlukan untuk dapat membangaun kreatifitas dalam penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005

Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadizya Jaya, 2000

Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka,

2005

Buchori, Mochtar. Transformasi Pendidikan. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995

Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga

Kependidikan, Bandung : Pustaka Setia, 2000

Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1985

Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah.

Bandung : Sarana Panca Karya Nusa, 2001

Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bina Aksara, 1988

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006

Tilaar,H.A.R., Manajemen Pendidikan Indonesia, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2006

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz Medida, 2006

Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007

Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006

[1]Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),


h. 48

[2] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), 86
[3] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), h. 138

[4] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), h. 168

[5] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,


2007), h. 237

[6] Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985),


h. 96

[7] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,


2007), h. 120

[8] Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya


Jaya, 2000), h. 119

[9] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,


2007), h. 196

[10] Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


2005), h. 90

[11] Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta:


Ardadizya Jaya, 2000), 138

[12] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 94

[13] Buchori, Mochtar. Transformasi Pendidikan. (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,


1995), h. 68

[14] Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan,( Bandung : Pustaka Setia, 2000), h. 86

[15] Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985),


h. 48

[16] Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri


Kepala Sekolah. (Bandung : Sarana Panca Karya Nusa, 2001), h. 146
[17] Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri
Kepala Sekolah. (Bandung : Sarana Panca Karya Nusa, 2001), h. 86

[18] Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara,


1988), 84

[19] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.), h. 160

[20] Tilaar,H.A.R., Manajemen Pendidikan Indonesia, (Bandung: PT. Remaja


RosdaKarya, 2006), h. 68

[21] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2006), h. 93

[22] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Medida, 2006),
h. 239

[23] Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


2005), h. 58

[24] Atmodiwirio, Soebagio. Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta:


Ardadizya Jaya, 2000), h. 76

[25] Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


2005), h. 58

[26] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 148

[27] Buchori, Mochtar. Transformasi Pendidikan. (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,


1995), h. 64

[28] Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan,( Bandung : Pustaka Setia, 2000), h. 48

[29] Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1985),


h. 80

[30] Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri


Kepala Sekolah. (Bandung : Sarana Panca Karya Nusa, 2001), h. 186
[31] Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), h. 90

[32] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.), h. 136

[33] Tilaar,H.A.R., Manajemen Pendidikan Indonesia, (Bandung: PT. Remaja


RosdaKarya, 2006), 128

[34] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Medida,


2006),h. 74

[35] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 2006), h. 96

[36] Nata, Abuddin., Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media,


2007) , h. 126

[37] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 164

Anda mungkin juga menyukai