BY:
B. Rumusan Masalah
1. Apa peran dan fungsi Guru?
2. Bagaimana peran Guru dalam Pendidikan?
3. Bagaimana peran Guru dalam Pembelajaran?
TUJUAN PEMBAHASAN
MANFAAT
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran guru
yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh
Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997).
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan
keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan
jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru
dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku
anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta
didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan, hubungan
peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas dipenuhi, maka
melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha
membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan
masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran,
yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan
metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang
telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk
melaksanakan empat hal berikut:
1. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai.
2. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling
penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara
jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
3. Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4. Guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru menjadi
pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu, guru
juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai
teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan
peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:
sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan
kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis,
selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum.
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus
berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan
dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
7. Sebagai Anggota Masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang
dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,
keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa
diterima oleh masyarakat.
8. Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai
administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan dihadapkan pada
berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja
secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar
mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan
seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya
merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan
baik.
9. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas
antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar
sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus
dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga
ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh peserta didik.
Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.
Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek
dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang
atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya
bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari
yang telah dikerjakan sebelumnya.
12. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan
“budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan
dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak
menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah
melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan
secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi
yang percaya diri.
13. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks,
karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable lain yang
mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam
penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
14. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal
hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap
kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui
kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai
evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu.
Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan
cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu
berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari
tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi
bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani
peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh.
Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
BAB II
A.Kajian teori
Saat ini permasalahan yang menimpa bidang pendidikan sangat beragam dan
tergolong berat. Mulai dari sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar yang
kurang, serta tenaga pengajar yang belum kompeten. Kondisi sekolah yang
memprihatinkan, ruang kelas bocor bila hujan dan sebagian sekolah ambruk. Maka
tidaklah aneh kalau kondisi pendidikan kita jauh dari harapan.
Salah satu permasalahan yang menimpa dunia pendidikan adalah kompetensi guru.
Guru yang harusnya memiliki kompetensi sesuai ketentuan dan kebutuhan, nyatanya
hanya sedikit yang masuk kategori tersebut. Sisanya sungguh memprihatinkan.
Program sertifikasi guru yang sekarang sedang digalakkan adalah salah satu bagian
dari usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Di masyarakat, seorang guru diamati dan dinilai masyarakat, di sekolah dinilai oleh
murid dan teman sejawatnya serta atasannya. Peran apakah yang harus dilakoni
seorang guru supaya penilaian mereka positif? Suatu pertanyaan -yang menjadi salah
satu permasalahan- yang sekarang muncul di masyarakat.
Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat membentuk kompetensi dan
kualitas pribadi anak didiknya. Untuk mencapai hal demikian timbul pertanyaan,
sebenarnya peran apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru sehingga anak didik
bisa berkembang optimal? Cukupkah peran guru seperti yang telah disampaikan di
atas ataukah ada peran lain yang harus dilakoni seorang guru? Beragam pertanyaan
tadi dapat menyebabkan beban mental bagi seorang calon guru ataupun guru yang
sudah lama mengabdi. Apakah saya mampu menjadi guru yang ideal? Peran apa
yang harus saya lakoni untuk menjadi guru yang ideal? Demikian pertanyaan yang
timbul dalam hati seorang guru yang berniat mengabdikan sisa hidupnya di dunia
pendidikan.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran,
yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis, Mensintesis, Bertanya,
Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan, Memberikan pandangan yang
bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, Menyesuaikan
metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang telah
dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta
mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara
yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu
berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari
tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi
bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani
peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh.
Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
B. PENGURAIAN KONSEP
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas
pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic
mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama
berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui
anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas
manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian
tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian
bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya
seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan
kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan
melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya
berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara
kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan
hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang
baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh
bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas
saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan
dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita
berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya
mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat
anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak
didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia
berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga
melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna
dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-
simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka
melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan
hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya,
oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan
itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya
dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan
sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga
kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik,
khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan
tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu
mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi
manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau
(pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian
menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan
makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa
hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah
berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang
itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya
menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya
orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan
sendininya menjadi manusia yang berbudaya.
Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau
terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya
berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di
satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat
mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu
dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena
pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi
melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya
juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini
tergantung 3 elemen pokok yaitu :
Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus
mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di
sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin
seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu
bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini
bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik
dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni.
Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art
of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak
akan pantas dianggap menjadi guru.
Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus
dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar
untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu
menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat
menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat.
Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya
merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang
dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi
pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan
dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang
dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang
diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat),
maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik
mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu
dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat
diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif
mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan
memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa
yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.
BAB III
PENULISAN REKAYASA IDE
A. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
a) Lokasi Penelitian
a) Populasi
B. Sampel
Berdasarkan pendapat diatas, maka seluruh jumlah subjek yang ada di penelitian ini
akan di gunakan. Karena dalam pengumpulan data nantinya akan menggunakan
angket yang dibagikan keseluruh guru yang ada di MAN RANTAU PRAPAT.
C. LANGKAH PENELITIAN
Hal tersebut sesuai dengan pendapat s.nasution dalam sugiono (2009). Sugiyono
(2010: 3) mengemukakan bawa “metode penelitian diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu”. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mendapatkan
data sesuai dengan kebutuhan.
Metode penelitian yang penulis gunakan yaitu studi kasus, Surachman (1982: 143)
mengungkapkan bahwa “studi kasus adalah pendekatan yang memusatkan pada
suatu kasus intensif dan rinci”. Sedangkan menurut Fathoni (2006: 99) bahwa “studi
kasus berarti penelitian terhadap suatu kejadian atau peristiwa”. Berdasarkan dua
definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan metode
yang mempelajari suatu masalah yang timbul akibat adanya gejala hidup yang tidak
sewajarnya.Mulyana (2010: 201) mengungkapkan “Studi kasus adalah uraian dan
penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial”.
Dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok
atau suatu kejadian, peneliti bertujuan memberikan pandangan yang lengkap dan
mendalam mengenai subjek yang diteliti.Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus
mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba (Mulyana. 2010: 201-202)
mengemukakan keistimewaan studi kasus, yaitu:
Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
Studi kasus
memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi
internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi
faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthines).
Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas.
1. Observasi
Nasution (Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa “observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan”. Para peneliti hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Adapun observasi menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010: 203)
mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis”.
Berdasarkan dua definisi di atas, maka penulis dapat simpulkan bahwa observasi
adalah pengamatan yang dilakukan oleh orang dengan sengaja dan sistematis untuk
memeperoleh data yang selanjutnya akan diproses untuk kebutuhan penelitian
penulis.
Nasution (2003: 56) mengatakan bahwa “Observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. Bila penulis ingin mengenal
dunia sosial, peneliti harusmemasuki dunia itu.peneliti harus hidup di kalangan
manusia, mempelajari bahasanya, melihat dengan mata kepala sendiri apa yang
terjadi, mendengarkan dengan telinga sendiri apa yang dikatakan orang. Lihat dan
dengar. Catat apa yang dilihat dan didengar, catat apa yang mereka katakan, pikirkan
dan rasakan.
2 .Wawancara
3. Studi Dokumentasi
Menurut Danial (2009: 79) bahwa: studi dokumentasi adalah mengumpulkan
sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan
masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data
siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.
4.Studi Literatur
Danial dan Warsiah (2009: 80) menjelaskan “studi literatur adalah penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet,
yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian”. Teknik ini penulis gunakan
dalam penelitian yang penulis lakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan
berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti
sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN
Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya.
Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik
batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk
berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani
adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama
penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh
dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan
memberi obat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru
tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan
berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai
pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah terletak pada
kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa yang
dibimbingnya
Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai
pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami
kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas
kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).[22]
Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran
guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional. Sofyan
S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa
dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti:
membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman
sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas
ringan.
Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan
konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien
pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Prayitno (2003) memerinci peran,
tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
adalah :
dengan mengacu pada pendapat di atas, maka yang dimaksud kinerja inovatif
(Innovative Performance) adalah kinerja yang dalam melaksanakannya disertai
dengan keinovatifan, ciri kinerja atau tugas-tugas yang harus dikerjakan
menggambarkan ciri/feature kinerja, sedangkan keinovatifan merupakan sifat atau
kualitas bagaimana pelaksanaan tugas/kinerja dijalankan dengan inovatif atau
dengan memanfaatkan serta mengaplikasikan hal-hal baru, baik berupa ide, metode,
maupun produk baru dalam meningkatkan kinerja.
Kinerja inovatif bagi guru perlu di dorong, dengan mengingat berbagai tuntutan
perubahan yang makin meningkat, menurut Liikanen (2004) “To improve
productivity we need to address the key issues of innovative performance, the
application of new technologies, reengeneering organisations and developing the
necessary skills”. Penerapapan teknologi baru, rekayasa organisasi serta
pengembangan keterampilan dapat menjadi cerminan dari kinerja inovatif, yang
dalam konteks individu sekaligus juga menggambarkan kreativitas individu itu sendiri
dalam menjalankan peran dan tugasnya, yang dalam konteks pendidikan berarti
pelaksanaan peran dan tugas guru secara kreatif.
Uraian di atas menunjukan betapa besar peranan kinerja seorang guru dalam
upaya mencapai proses belajar mengajar yang efektif dan fungsional bagi kehidupan
seorang siswa. Sehubunagn dengan hal tersebut perlu dikaji berbagai faktor yang
mungkin turut mempengaruhi kinerja seorang guru.
Tanpa mengurangi dan meniadakan peran serta fungsi yang lain, kinerja guru
merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam keberhasilan
pendidikan. Karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan penting tentang
pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijakan sebenarnya dilaksanakan
dalam situasi belajar mengajar di kelas (Sumantri Manaf, 1988:106).
Di samping itu, pengajaran yang menghasilkan peserta didik memperoleh
pengalaman belajar dengan baik bukanlah sesuatu yang terjadi karena kebetulan.
Belajar tidak tejadi karena adanya ilmu yang dimiliki oleh seorang guru yang baik,
melainkan dapat terjadi karena para guru yang berhasil baik memiliki kemampuan
tentang dasar-dasar mengajar dengan baik. Kinerja adalah aktivitas atau perilaku
yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Kinerja guru merupakan suatu hal yang essensial terhadap keberhasilan
pendidikan. Oleh karena itu kinerja guru yang baik perlu diciptakan sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan optimal. Agar kinerja guru dapat tercipta dengan
baik maka guru perlu mengetahui tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis
pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan yang diperlukan
oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan
yang dihadapi masyarakat. Dalam melaksanakan tugas tersebut, dengan mengingat
tantangan pendidikan yang terus berubah, maka kenerja guru perlu dilakukan secara
inovatif.
Dengan demikian, upaya mengembangkan cara baru baik pada tataran institusi,
manajerial dan operasional, jelas akan menentukan keberhasilan pelaksanaan setiap
program pendidikan secara inovatif, terlebih lagi dalam situasi perubahan yang
sangat cepat, meskipun begitu diperlukan kepemimpinan Kepala Sekolah yang
inovatif dan juga motivasi dari guru sendiri dalam melaksanakan kewajibannya.
Kepemimpinan Kepala Sekolah mutlak diperlukan dalam memimpin organisasi
bekerja, karena sikap kepemimpinan kepala Sekolah dapat mempengaruhi kinerja
guru.[33] Pada akhirnya kelak kinerja guru dapat ditingkatkan dan pencapaian tujuan
pendidikan dapat dengan mudah terlaksana dengan karakteristik yang antisipatif dan
proaktif terhadap perubahan, sehingga terwujudnya manusia cerdas komprehensif
dan kompetitif sebagai dampak dari kinerja inovatif guru akan dapat benar-benar
terwujud sebagai hasil dari suatu proses pendidikan/pembelajaran dalam bingkai
organisasi yang inovatif yang didukung oleh seluruh SDM Pendidikan yang kreatif.
Peran Guru Dalam Mencerdaskan Bangsa
Menjadi seorang guru, akhir-akhir ini banyak menjadi sorotan di masyarakat.
Betapa tidak, sebagian besar guru telah memperoleh “penghargaan” berupa dana
sertifikasi yang banyak membuat iri pegawai pemerintah yang lain. Tak
mengherankan pula jika profesi guru khususnya di daerah belakangan ini kembali
diminati dan banyak orang tua yang menyarankan anaknya untuk melanjutkan
pendidikan di jurusan kependidikan.
Guru memang seperti profesi yang menjanjikan saat ini, tapi dibalik cerahnya
profesi ini juga muncul kewajiban dan tanggung jawab yang lebih besar kepada
bangsa. Kondisi bangsa kita yang sedang memasuki era globalisasi, dengan banyak
permasalahan multi dimensi tentunya membutuhkan modal dan pemecahan
terhadap semua permasalahan itu. Korupsi, pertikaian antarwarga juga antarpelajar,
kemerosotan moral, kemiskinan, kesenjangan sosial dan pergeseran budaya
merupakan contoh dari permasalahan tersebut. Inilah kewajiban para guru untuk
menyiapkan modal untuk kemajuan bangsa dan membangun kembali sumber daya
manusia/generasi penerus yang lebih baik dari kondisi sekarang.
Jika kita renungkan berbagai permasalahan yang dihadapi, bangsa kita tidak
hanya membutuhkan generasi penerus yang pandai atau handal dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi saja. Lebih utama dan terpenting adalah bangsa
membutuhkan generasi penerus yang memiliki karakter baik, salah satunya yaitu
karakter yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi tetapi mengutamakan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Karakter yang baik ini tidak bisa dipisahkan
dari yang disebut dengan kebaikan hati. Mengapa? Karena karakter yang baik akan
selalu ada pada setiap manusia yang memiliki kebaikan hati. Ada salah satu hadist
Rosululloh yang intinya bahwa Di dalam tubuh manusia ada segumpal daging,
apabila daging itu baik maka baiklah semuanya, tetapi jika buruk maka buruklah
semuanya. Dan segumpal daging itu adalah hati. Jadi ketika kita ingin membentuk
karakter pastilah tidak lepas dari hati.
Dengan kata lain untuk menyiapkan generasi penerus, peran guru tidak hanya
membekali dengan kecerdasan intelektual yang identik dengan kecerdasan otak
tetapi juga kecerdasan hati untuk berbuat kebaikan. Nah, menurut penulis inilah
yang menjadi paradigma baru dalam perkembangan peran guru untuk mencerdaskan
bangsa. Ketika selama ini kata mencerdaskan bangsa lebih dilihat dari makna sempit
yaitu sebatas kecerdasan intelektual/kecerdasan otak maka sekarang inilah harus
dibukakan pemikiran kita bahwa masih harus ada yang dicerdaskan dari generasi
penerus bangsa yaitu kecerdasan hati. Menurut saya pribadi bisa dikatakan bahwa
roh dari pendidikan karakter yang telah dicanangkan adalah bagaimana kita mampu
memberikan kecerdasan hati kepada peserta didik.
Artinya : kita tidak bisa mengajarkan apa yang kita inginkan, tetapi kita hanya bisa
mengajarkan sebagaimana apa adanya diri kita.
Mengajarkan kecerdasan hati sangatlah sulit jika guru itu sendiri juga belum
memiliki kecerdasan hati. Sosok guru sejati yang dapat mengajarkan kecerdasan hati
adalah seorang guru yang nasehat, tindakan, perilaku dan sikapnya mencerminkan
ketulusan hati, keikhlasan, kesungguhan hati dan kebermanfaatan bagi anak
didiknya. Membentuk karakter baik siswa, pada hakekatnya adalah bagaimana
seorang guru mampu mengajarkan kecerdasan hati.
A. KEKUATAN PENELITIAN
Data yang di peroleh cukup akurat yaitu dari observasi yang dilakukan
langsung pada guru dilapangan mengumpulkan literatur-literatur dan melakukan
wawancara lamngsung pada guru di sekolah jadi data yang dikumpulkan akan cukup
akurat.
B. KELEMAHAN PENELITIAN
Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang dimiliki
peneliti, karen untuk terjun kelapangan langsung dan memantau mewawancarai
guru serta mengobservasi langsung akan memakan waktu yang cukup lama jika
haanya berdasarkan literartur ditakutkan data yang diperoleh kurang akurat dan
terpercaya
BAB V
A. Kesimpulan
Seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas
manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan
tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika,
tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan
nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan
datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Kita mengetahui cara
manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat
juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui
warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui
simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Salah satu dari sekian banyak dampak ketika tidak terlaksananya peran dan fungsi
guru secara maksimal misalnya, tidak terbinanya akhlak dan moral siswa. Beberapa
kebiasaan buruk siswa seperti tidak berlaku disiplin dari berbagai peraturan yang
telah disepakati bersama, malas, kurang berlaku sopan dan sebagainya, hal itu
berarti tugas guru sebagai pendidik belum maksimal. Tugas mengajar mungkin sudah
terlaksana dengan baik, tapi tugas mendidik? Karena itu, beberapa peran dan tugas
guru di atas merupakan sebuah keharusan untuk diimplementasikan walaupun
memerlukan pemikiran dan pengorbanan yang lebih banyak.
Dengan cara ini barangkali barulah guru dapat dikatakan sebagai sebuah profesi,
dimana guru mampu memberikan solusi terbaik dari berbagai masalah yang dialami
kliennya.
Hubungannya dengan sertifikasi guru, yaitu dengan adanya peningkatan kualitas
dan kesejahteraan guru maka beberapa peran dan tugas guru yang telah diuraikan di
atas kemungkinan dapat diimplementasikan. Apa pasal? Dulu, salah satu alasan guru
tidak mampu melaksanakan peran dan tugasnya secara masimal karena persoalan
kurangnya pendapatan/gaji. Maka dengan kebijakan baru pemerintah yakni
sertifikasi guru, maka harapan kita ke depan guru mau dan mampu memaksimalkan
peran dan tugasnya.
B. Saran
Tidak dapat dipungkiri manusia merupakan makhluk Allah SWT. Yang tiadak luput
dari kesalahan dan khilaf. Maka besar kemungkinan dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi penulisan kata ataupun
kurangnya referensi yang dimiliki oleh penulis. Maka dari itu saran ataupun kritik
sangatlah diperlukan untuk dapat membangaun kreatifitas dalam penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005
Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka,
2005
Permadi, Dadi, Manajemen Berbasis Sekolah dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah.
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006
[2] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), 86
[3] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), h. 138
[4] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2006), h. 168
[12] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 94
[19] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.), h. 160
[22] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Medida, 2006),
h. 239
[26] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 148
[32] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006.), h. 136
[37] Bachman, Edmund, Metode Belajar Berfikir Kritis dan Inovatif. Jakarta :
Prestasi Pustaka, 2005), h. 164