Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebuah kurikulum sekolah akan lebih berharga/berbeda jika kurikulum tersebut dapat
memberi hasil pada siswa. Kurikulum yang dirancang dengan baik, haruslah dilaksanakan di
seluruh sekolah, dan berdampak pada siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
tidak akan tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang telah
didesain optimal harus diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak
kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan tidak diiplementasikan karena ketiadaan
suatu rencana perubahan dalam keseluruhan suatu sistem persekolahan.
Meskipun berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan
persoalan yang ada, namun berdasarkan sinyalemen beberapa pihak ternyata masih saja
dijumpai kelemahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik di tingkat
dasar, menengah maupun dijenjang perguruan tinggi. Salah satu kekurangan atau kelemahan
yang mendasar tampak pada implementasi kurikulum, yang notabennya fungsi dan peranan
ini berada dipundak para guru (praktisi pendidikan). Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan kurikulum dianggap belum
menggembirakan dan masih perlu ditingkatkan, agar mereka dapat mengemban tugas dan
tanggung jawab sebagai implementator kurikulum yang baik.
Kurikulum baru yang gagal boleh jadi karena alasan belum mempertimbangkan
pengembangan kurikulum secara kritis. Seringkali, individu dalam sekolah percaya bahwa
usaha kurikulum adalah untuk melengkapi rencana baru yang dikembangkan. Perhatian lebih
banyak diberikan pada permasalahan manajemen dan organisasi dibanding pada perubahan
kurikulum. Banyak individu yang bertanggung jawab pada kurikulum tidak memproses suatu
pandangan makro perubahan atau menyadari bahwa inovasi memerlukan perencanaan hati-
hati dan monitoring yang ketat. Keberhasilan implementasi/pelaksanaan kurikulum, tidak saja
tergantung pada perencanaan, tapi juga pada gambaran awal tahapan proses pengembangan
untuk implementasi kurikulum.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian implementasi kurikulum?


2. Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam implementasi kurikulum?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi implementasi kurikulum?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam implementasi kurikulum?
5. Bagaimanakah komponen-komponen rencana implementasi kurikulum?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari implementasi kurikulum


2. Untuk menjelaskan tahapan-tahapan dalam implementasi kurikulum
3. Untuk mengetahui factor-factor yang mempengaruhi implementasi kurikulum
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam implementasi kurikulum
5. Untuk menjelaskan komponen-komponen rencana implementasi kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Implementasi Kurikulum

Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currure yang berarti jarak tempuh lari. Dalam
kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai
dengan finish. Jarak dari start sampai dengan finish disebut currure. Atas dasar tersebut
pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan. Banyak ahli pendidikan dan ahli
kurikulum yang membatasi pengertian kurikulum beberapa definisi tersebut dirumuskan
dengan berbeda meskipun pada intinya terkandung maksud yang sama. Atas dasar tersebut
secara oprasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:
 Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah
yang dilaksanakan dari tahun ke tahun;
 Bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan guru dalam melaksanakan
pengajaran untuk siswa-siswanya;
 Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana
pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di
sekolah;
 Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara
penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan; dan
 Suatu program berpendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan


atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah
dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Browne dan Wildavsky
(Nasution, 2006) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan”. Implementasi adalah suatu interaksi antara mereka yang menciptakan
program dengan mereka yang dibebankan untuk menyampaikan program. Ornstein dan
Hunkins (1998) menyatakan bahwa;
 Implementasi mengharuskan pendidik atau dosen untuk beralih dari program yang
mereka kenal saat ini pada program baru atau ubahan.
 Implementasi melibatkan perubahan dalam pengetahuan, tindakan dan sikap
seseorang
 Implementasi dapat dilihat sebagai proses pengembangan profesional dan
pertumbuhan yang melibatkan interaksi, umpan balik dan pendampingan yang
berkelanjutan.
 Implementasi adalah proses klarifikasi dimana individu dan kelompok secara bersama
berusaha untuk memahami dan mempraktekkan perubahan dalam sikap dan perilaku,
sering melibatkan sumber daya baru.

3
 Implemantasi melibatkan perubahan yang membutuhkan usaha yang akan
memunculkan sejumlah kecemasan dan cara untuk meminimalkan kecemasan
tersebut, hal ini berguna untuk mengatur pelaksanaan/implementasi dalam kegiatan
yang dapat dikelola dengan baik dan untuk penetapan tujuan-tujuan yang dapat
dicapai.
 Implementasi membutuhkan suasana yang mendukung di mana ada kepercayaan dan
komunikasi terbuka antara regulator dan dosen, serta pemahaman tentang risiko yang
dapat terjadi.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner’s
Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect” atau
penerapan sesuatu yang memberikan efek. Implementasi kurikulum juga dapat diartikan
sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa
yang diungkapkan Miller dan Seller (1985), bahwa “In some case, implementation has been
identified with instruction”. Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah penerapan
atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya,
kemudian diuji cobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan
penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan
intelektual, emosional serta fisiknya. Implementasi ini juga sekaligus merupakan penelitian
lapangan (field research) untuk keperluan validasi system kurikulum itu sendiri.(Hamalik,
2008)

2.2 Tahap-Tahap Implementasi Kurikulum

Untuk mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan rancangan, dibutuhkan


beberapa kesiapan, terutama kesiapan pelaksana. Sebagus apapun desain atau rancangan
kurikulum yang dimiliki, tetapi keberhasilannya sangat tergantung pada guru, dosen ataupun
widyaiswara. Kurikulum yang sederhanapun apabila gurunya memiliki kemampuan,
semangat dan dedikasi yang tinggi, hasilnya akan lebih baik daripada desain kurikulum yang
hebat tetapi kemampuan, semangat dan dedikasi gurunya rendah. Berikut adalah tahap-tahap
implementasi kurikulum yang mencakup tiga kegiatan pokok:

a. Pengembangan program, mencakup program tahunan, semester atau catur wulan,


bulanan, mingguan dan harian. Selain itu, ada juga program bimbingan dan
konseling atau program remedial.
b. Pelaksanaan pembelajaran. Pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik tersebut.

4
c. Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum catur
wulan atau semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian
keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum.

2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Kurikulum

Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.


a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup bahan ajar, tujuan, fungsi,
sifat, ide baru suatu kurikulum dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan.
b. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti
diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan
kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulum yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuanya untuk merealisasikan
kurikulum dalam pembelajaran.

Mars berpendapat “terdapat lima elemen yang mempengaruhi implementasi


kurikulum, yaitu: dukungan dari kepala sekolah, dukungan dari rekan sejawat guru, dukungan
dari siswa, dukungan dari orang tua, dan dukungan dari dalam diri guru unsur yang utama”.
Sedangkan Fullan (1991:67) mengemukakan faktor-faktor yang menjadi kunci dalam proses
implementasi berdasarkan karakteristik lokal (local characteristies) yaitu:
1. School district ( lingkungan sekolah ), berkaitan dengan kondisi sekolah, fasilitas dan
sarana pendukung yang memadai
2. Community (masyarakat), dukungan masyarakat sekitar , kerjasama dengan dunia
usaha dan industri.
3. Principal (kepala sekolah), berkaitan dengan manajemen dan kepemimpina kepala
sekolah.
4. Teacher (guru), adanya respon, dukungan, partisipasi guru dalam pelaksanaan
kurikulum.
5. External factors (faktor eksternal), dukungan dari pemerintah (administrator
pendidikan), swasta.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum adalah:
1. Kebutuhan (need), artinya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikkan akan mendapat
suatu respon dan dukungan yang baik apabila berangkat dari kebutuhan, yakni siswa,
guru, sekolah, orang tua, masyarakat, dan industri,
2. Kejelasan (clarity), artinya, mengandung tujuan dan maksud yang jelas yang tertuang
dalam indicator,
3. Kompleksitas (complexity) artinya tingkat kemudahan atau kesulitan kurikulum
tersebut diterapkan dilapangan,

5
4. Kualitas dan praktis (quality and practicality), artinya apakah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang dihasilkan satuan pendidikan berkualitas atau tidak. Dan
apakah penerapannya lebih praktis dan mudah dipahami oleh guru dan peserta didik.
Dengan demikian, maka secara umum faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
kurikulum adalah: 1) kesiapan guru, 2) kondisi sekolah atau ketersediaan sarana prasarana,
3) manajemen kepala sekolah, 4) lingkungan sekolah, 5) komite sekolah/ masyarakat, dan 6)
pembiayaan pendidikan.

2.4 Prinsip-Prinsip Implementasi Kurikulum

Dalam implementasi kurikulum, terdapat berbagai prinsip yang menunjang


tercapainya keberhasilan, yaitu:
a. Perolehan kesempatan yang sama
Prinsip ini mengutamakan penyediaan tempat yang memberdayakan semua peserta
didik secara demokratis dan berkeadilan, untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Seluruh peserta didik berasal dari berbagai kelompok,
termasuk kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi dan social, yang
memerlukan bantuan khusus. Begitu pula halnya dengan peserta yang berbakat dan
unggul, berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.

b. Berpusat pada anak


Upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama dan menilai diri
sendiri sangat diutamakan, agar peserta didik mampu membangun kemauan,
pemahaman dan pengetahuannya. Oleh karenanya, sangatlah penting keberadaan
dari penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif. Penyajiannya disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik melalui pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.

c. Pendekatan dan kemitraan


Seluruh pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan, mulai dari
Taman Kanak-Kanak hingga kelas I sampai XII. Pendekatan yang digunakan
dalam pengorganisasian pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan peserta didik
yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan
pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama
dari peserta didik, guru, sekolah, perguruan tinggi, dunia kerja dan industry, orang
tua, dan masyarakat.

d. Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan


Standar kompetensi disusun oleh pusat dan cara pelaksanaanya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah. Standar
kompetensi dapat dijadikan acuan penyusunan kurikulum berdiversifikasi,

6
berdasarkan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, serta bertaraf
internasional.

2.5 Unsur-Unsur Implementasi Kurikulum

Dalam implementasi kurikulum, terdapat berbagai unsur terkait sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum menerapkan prinsip “Kesatuan dalam Kebijakan dan
Keberagaman dalam Pelaksanaan”. Perwujudan “kesatuan dalam kebijakan” tertuang
dalam pengembangan kerangka dasar, standar kompetensi bahan kajian, dan standar
kompetensi mata pelajaran, beserta pedoman pelaksanaanya. Perwujudan
“keberagaman dalam pelaksanaan” tertuang dalam pengembangan silabus dan
scenario pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum didaerah perlu mempertimbangkan
hal-hal berikut:
1. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan sesuai dengan standar yang
ditetapkan
2. Perluasan kesempatan berimprovisasi dan berkreasi dalam meningkatkan mutu
pendidikan
3. Penegasan tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah, masyarakat,
pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam meningkatkan mutu
pendidikan
4. Peningkatan pertanggungjawaban kinerja penyelenggaraan pendidikan
5. Perwujudan keterbukaan dan kepercayaan dalam pengelolaan pendidikan,
sesuai dengan otoritas masing-masing yang dapat membangun kesatuan dan
persatuan bangsa
6. Penyelesaian masalah pendidikan sesuai dengan karakteristik wilayah yang
bersangkutan

b. Bahasa Pengantar
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam kegiatan
pembelajaran. Jika diperlukan, bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam beberapa tahap awal pendidikan. Dalam penyampaian atau penyajian
keterampilan tertentu, bahasa asing seperti Inggris dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar pada satuan pendidikan tertentu, untuk mendukung kemampuan berbahasa
asing peserta didik.

c. Hari Belajar
Pengaturan hari efektif diwujudkan dalam kalender pendidikan yang berlaku secara
nasional.

7
d. Kegiatan Kurikulum
Kegiatan kurikuler dikelompokkan menjadi kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakulikuler. Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan penguasaan
kompetensi mata pelajaran, pembentukan karakter bangsa, dan peningkatan
kecakapan hidup yang alokasi waktunya diatur secara tersendiri berdasarkan
kebutuhan dan kondisi sekolah.

e. Tenaga Kependidikan
Guru disyaratkan mempunyai kualifikasi dan kompetensi khusus untuk menunjang
pencapaian kompetensi lulusan pada satuan pendidikan. Khusus bagi guru sekolah
kejuruan disyaratkan memiliki sertifikat kompetensi atau profesi. Guru bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran
dan melakukan bimbingan pelatihan. Kepala sekolah bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan serta pengawasan dan pelayanan
professional untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tiap satuan
pendidikan. Adapun pengawas bertugas merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan.

f. Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pelaksanaan pembelajaran menggunakan sumber belajar, buku dan alat pembelajaran
yang disediakan pemerintah dan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan kempuan
yang dimiliki.

g. Remedial, Pengayaan dan Percepatan Belajar


Sekolah memberikan layanan bagi peserta didik yang mendapat kesulitan belajar
melalui kegiatan remedial. Adapun peserta didik yang menuntaskan kompetensi lebih
cepat dari waktu yang ditentukan dapat memperoleh program pengayaan, serta dapat
mengikuti program percepatan belajat.

h. Bimbingan dan Konseling


Sekolah memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik dalam konteks
pengembangan kepribadian, social, karier, dan belajar lanjutan.

i. Pengembangan atau Penyusunan Silabus


Dinas Pendidikan Propinsi serta Kabupaten atau Kotamadya dapat mengordinasikan
kegiatan penyusunan silabus. Penyusunan silabus dapat dilakukan oleh tim
pengembang kurikulum didaerah dengan melibatkan narasumber yang ahli
dibidangnya. Standar kompetensi dan silabus muatan local dapat disusun untuk
melayani kebutuhan, potensi, kekhasan dan keunggulan budaya local.

j. Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum disekolah dilakukan dengan memberdayakan seluruh unsur
penyelenggara pendidikan, komite sekolah, dewan pendidikan, serta dunia usaha dan

8
industry sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan potensi untuk mewujudkan pencapaian
standar kompetensi nasional.

k. Sekolah Bertaraf Internasional


Sekolah bertaraf internasional didirikan untuk menghasilkan lulusan yang mampu
bersaing pada tingkat internasional. Sekolah tersebut dapat menggunakan kurikulum
nasional, internasional atau penggabungan yang disesuaikan dengan kekhasan serta
potensi sekolah dan daerah.

2.6 Komponen-Komponen Rencana Implementasi Kurikulum

Rencana implementasi kurikulum akan mengalami perbedaan dalam sistem sekolah,


bergantung pada struktur organisasi dan ruang lingkupnya. Selain itu, rencana implementasi
seharusnya didasarkan pada rencana kurikulum jangka panjang, sehingga program yang ada
dapat diteliti, direvisi dan diimplementasikan dalam suatu periode waktu.

a. Studi Program Baru


Studi tentang program baru ditempatkan pada level distrik atau daerah dan diarahkan
oleh sebuah komisi perencana yang menjelaskan program baru tersebut untuk
dilaksanakan pada level sekolah.

b. Identifikasi Sumber Daya


Identifikasi sumber daya meliputi tiga area, yaitu : Buku teks dan bahan pengajaran,
sumber daya manusia dan sumber daya pendanaan(biaya). Identifikasi tersebut
tentunya berkaitan dengan kualitas dan ketersediaan sumber daya yang ada. Sebelum
mengimplementasikan program baru dikelas, guru seharusnya diberi kesempatan
untuk menguji bahan pengajaran dan membuat rekomendasi tentang kelayakannya.

c. Penetapan Peran
Deskripsi peran dapat membantu guru dalam meningkatkan implementasi tugas-
tugasnya. Meskipun guru merupakan pelaksana sebuah program,
peran kepala sekolah, konsultan dan pengawas dalam mendukung guru tersebut
adalah sama pentingnya.

d. Pengembangan Profesional
Pada orientasi transaksi, fokus pengembangan profesional adalah membantu guru
mempelajari metodologi pengajaran baru. Dalam program orientasi transformasi,
fokus pengembangan profesional ditunjukan untuk membantu guru dalam memahami
program tersebut secara rasional dan menggabungkannya ke dalam program sekolah
secara menyeluruh.

9
e. Penjadwalan
Jadwal implementasi digunakan sebagai patokan dalam menilai kemajuan
implementasi. Tujuan lain dari penjadwalan adalah memfasilitasi rangkaian kejadian
dan mengalokasikan waktu yang tepat untuk menyempurnakan tugas–tugas yang
diperlukan.

f. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi biasanya terdiri atas dua bagian. Pertama, sistem yang
menyebabkan peningkatan informasi diantara guru dan komite pusat. Kedua, sistem
informasi yang meliputi jaringan kerja yang menghubungkan kelompok guru, kepala
sekolah dan pengembang kurikulum, yang secara teratur saling membagi pengalaman
dalam bentuk kelompok pemecahan masalah.

g. Pelaksanaan Monitoring
Monitoring bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
implementasi dan menggunakannya untuk memfasilitasi dan mendukung upaya guru.

2.7 Deskripsi Alternatif Model Implementasi Kurikulum

Dalam kaitannya dengan fungsi pengelolaan kurikulum, akan dikemukakan model


implementasi kurikulum baru. Secara garis besar, model tahapan implementasi kurikulum
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau mengembangkan
tujuan implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Usaha ini
mempertimbangkan metode (tehnik), sarana dan prasarana pencapaian yang
akan digunakan, waktu yang dibutuhkan, besar anggaran, personalia yang
terlibat dan sistem evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin
dicapai beserta situasi, kondisi serta faktor internal dan eksternal.

2. Tahap Pelaksanaan Implementasi


Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan blue print yang telah disusun dalam fase
perencanaan, dengan mengunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada
dan telah ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya. Jenis kegiatan dapat
bervariasi sesuai dengan kondisi yang ada. Teknik yang digunakan, alat bantu
yang dipakai, lamanya waktu pencapaian kegiatan, pihak yang terlibat serta
besarnya anggaran yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan
diterjemahkan kembali dalam praktik. Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim
terpadu menurut departemen/divisi/seksi masing–masing atau gabungan,
bergantung pada perencanaan sebelumnya. Hasil dari pekerjaan ini adalah
tercapainya tujuan–tujuan kegiatan yang telah ditetapkan. Secara umum,
hasilnya akan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan kurikulum.

10
3. Tahap Evaluasi Implementasi.
Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal. Pertama, melihat proses
pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai fungsi kontrol, apakah pelaksanaan
evaluasi telah sesuai dengan rencana dan sebagai fungsi perbaikan jika selama
proses terdapat kekurangan. Kedua, melihat hasil akhir yang dicapai. Hasil
akhir ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan
terhadap fase perencanaan. Evaluasi dilaksanakan menggunakan suatu metode,
sarana dan prasarana, anggaran personal dan waktu yang ditentukan dalam
tahap perencanaaan.

2.8 Hubungan Implementasi dengan Perencanaan

Implementasi kurikulum yang sukses dihasilkan dari perencanaan hati-hati. Proses


perencanaan membutuhkan sumber daya untuk menyelesaikan aktivitas yang diharapkan. Hal
ini menetapkan dan menentukan bagaimana cara mengurus kebijakan yang akan memerintah
tindakan yang direncanakan tersebut. Planninng berlangsung sebelum program atau
penyerahan program.
Matthew Miles dan Karen Louis mencatat bahwa untuk perencanaan untuk terjadi
harus ada visi yang dibangun. Dalam riset, mereka menemukan bahwa sekolah yang sukses
dalam menerapkan perubahan yang meningkatkan program mereka mempunyai staff yang
memegang gambaran serupa dari apa yang sekolah perlukan. Para guru merasa terikat dengan
program yang baru dan dikengembangkan dan mempunyai semangat terhadap inovasi itu.
(Sukmadinata,1997)
Apapun juga orientasi seseorang kepada kurikulum, tidak ada penyangkalan bahwa
implementasi itu memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga faktor: orang-
orang, program, dan proses. Tiga faktor tidak dapat dipisahkan. Seorang pemimpin boleh
menekan satu faktor lebih dari yang lain, tetapi tidak ada pemimpin yang mahir yang akan
mengabaikan tiap faktor sama sekali semuanya. Banyak sekolah yang sudah gagal untuk
menerapkan program mereka sebab mereka mengabaikan faktor-faktor dan membelanjakan
uang dan waktu untuk memodifikasi hanya program atau proses. Satu alasan mengapa
banyak proyek kurikulum gagal adalah bahwa pembaharu kurikulum, khususnya dari
universitas, memusatkan energi mereka pada mengubah program tetapi tidak cukup perhatian
pada kebutuhan para guru dan perhatian minimal kepada organisasi sekolah.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang


telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diuji cobakan dengan pelaksanaan
dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan
karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional serta fisiknya. Tahap-
tahap implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok yaitu pengembangan program,
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi.

Secara umum faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kurikulum


adalah kesiapan guru, kondisi sekolah atau ketersediaan sarana prasarana, manajemen kepala
sekolah, lingkungan sekolah, komite sekolah/ masyarakat dan pembiayaan pendidikan.
Dalam implementasi kurikulum, terdapat berbagai prinsip yang menunjang tercapainya
keberhasilan yaitu perolehan kesempatan yang sama, berpusat pada anak, pendekatan dan
kemitraan dan kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksaan. Unsur yang
terkait dalam implementasi kurikulum yaitu pelaksanaan kurikulum, bahasa pengantar, hari
belajar, kegiatan kurikulum, tenaga pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, remedial,
pengayaan dan percepatan belajar, bimbingan dan konseling, pengembangan atau
penyusunan silabus, pengelolaan kurikulum dan Sekolah Bertaraf Internasional.

Rencana implementasi kurikulum akan mengalami perbedaan dalam sistem sekolah,


bergantung pada struktur organisasi dan ruang lingkupnya. Selain itu, rencana implementasi
seharusnya didasarkan pada rencana kurikulum jangka panjang, sehingga program yang ada
dapat diteliti, direvisi dan diimplementasikan dalam suatu periode waktu (biasanya dibuat
dalam jangka waktu lima tahunan). Secara garis besar, tahapan model implementasi
kurikulum meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

12

Anda mungkin juga menyukai