PENDAHULUAN
Sebuah kurikulum sekolah akan lebih berharga/berbeda jika kurikulum tersebut dapat
memberi hasil pada siswa. Kurikulum yang dirancang dengan baik, haruslah dilaksanakan di
seluruh sekolah, dan berdampak pada siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
tidak akan tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang telah
didesain optimal harus diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak
kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan tidak diiplementasikan karena ketiadaan
suatu rencana perubahan dalam keseluruhan suatu sistem persekolahan.
Meskipun berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan
persoalan yang ada, namun berdasarkan sinyalemen beberapa pihak ternyata masih saja
dijumpai kelemahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik di tingkat
dasar, menengah maupun dijenjang perguruan tinggi. Salah satu kekurangan atau kelemahan
yang mendasar tampak pada implementasi kurikulum, yang notabennya fungsi dan peranan
ini berada dipundak para guru (praktisi pendidikan). Hal ini mengindikasikan bahwa
kemampuan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan kurikulum dianggap belum
menggembirakan dan masih perlu ditingkatkan, agar mereka dapat mengemban tugas dan
tanggung jawab sebagai implementator kurikulum yang baik.
Kurikulum baru yang gagal boleh jadi karena alasan belum mempertimbangkan
pengembangan kurikulum secara kritis. Seringkali, individu dalam sekolah percaya bahwa
usaha kurikulum adalah untuk melengkapi rencana baru yang dikembangkan. Perhatian lebih
banyak diberikan pada permasalahan manajemen dan organisasi dibanding pada perubahan
kurikulum. Banyak individu yang bertanggung jawab pada kurikulum tidak memproses suatu
pandangan makro perubahan atau menyadari bahwa inovasi memerlukan perencanaan hati-
hati dan monitoring yang ketat. Keberhasilan implementasi/pelaksanaan kurikulum, tidak saja
tergantung pada perencanaan, tapi juga pada gambaran awal tahapan proses pengembangan
untuk implementasi kurikulum.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currure yang berarti jarak tempuh lari. Dalam
kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai
dengan finish. Jarak dari start sampai dengan finish disebut currure. Atas dasar tersebut
pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan. Banyak ahli pendidikan dan ahli
kurikulum yang membatasi pengertian kurikulum beberapa definisi tersebut dirumuskan
dengan berbeda meskipun pada intinya terkandung maksud yang sama. Atas dasar tersebut
secara oprasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:
Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah
yang dilaksanakan dari tahun ke tahun;
Bahan tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan guru dalam melaksanakan
pengajaran untuk siswa-siswanya;
Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana
pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di
sekolah;
Tujuan-tujuan pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara
penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan; dan
Suatu program berpendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
3
Implemantasi melibatkan perubahan yang membutuhkan usaha yang akan
memunculkan sejumlah kecemasan dan cara untuk meminimalkan kecemasan
tersebut, hal ini berguna untuk mengatur pelaksanaan/implementasi dalam kegiatan
yang dapat dikelola dengan baik dan untuk penetapan tujuan-tujuan yang dapat
dicapai.
Implementasi membutuhkan suasana yang mendukung di mana ada kepercayaan dan
komunikasi terbuka antara regulator dan dosen, serta pemahaman tentang risiko yang
dapat terjadi.
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi
dalam bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner’s
Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect” atau
penerapan sesuatu yang memberikan efek. Implementasi kurikulum juga dapat diartikan
sebagai aktualisasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa
yang diungkapkan Miller dan Seller (1985), bahwa “In some case, implementation has been
identified with instruction”. Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah penerapan
atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya,
kemudian diuji cobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan
penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan
intelektual, emosional serta fisiknya. Implementasi ini juga sekaligus merupakan penelitian
lapangan (field research) untuk keperluan validasi system kurikulum itu sendiri.(Hamalik,
2008)
4
c. Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum catur
wulan atau semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian
keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum adalah:
1. Kebutuhan (need), artinya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikkan akan mendapat
suatu respon dan dukungan yang baik apabila berangkat dari kebutuhan, yakni siswa,
guru, sekolah, orang tua, masyarakat, dan industri,
2. Kejelasan (clarity), artinya, mengandung tujuan dan maksud yang jelas yang tertuang
dalam indicator,
3. Kompleksitas (complexity) artinya tingkat kemudahan atau kesulitan kurikulum
tersebut diterapkan dilapangan,
5
4. Kualitas dan praktis (quality and practicality), artinya apakah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang dihasilkan satuan pendidikan berkualitas atau tidak. Dan
apakah penerapannya lebih praktis dan mudah dipahami oleh guru dan peserta didik.
Dengan demikian, maka secara umum faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
kurikulum adalah: 1) kesiapan guru, 2) kondisi sekolah atau ketersediaan sarana prasarana,
3) manajemen kepala sekolah, 4) lingkungan sekolah, 5) komite sekolah/ masyarakat, dan 6)
pembiayaan pendidikan.
6
berdasarkan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, serta bertaraf
internasional.
a. Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum menerapkan prinsip “Kesatuan dalam Kebijakan dan
Keberagaman dalam Pelaksanaan”. Perwujudan “kesatuan dalam kebijakan” tertuang
dalam pengembangan kerangka dasar, standar kompetensi bahan kajian, dan standar
kompetensi mata pelajaran, beserta pedoman pelaksanaanya. Perwujudan
“keberagaman dalam pelaksanaan” tertuang dalam pengembangan silabus dan
scenario pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum didaerah perlu mempertimbangkan
hal-hal berikut:
1. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan sesuai dengan standar yang
ditetapkan
2. Perluasan kesempatan berimprovisasi dan berkreasi dalam meningkatkan mutu
pendidikan
3. Penegasan tanggung jawab bersama antara orang tua, sekolah, masyarakat,
pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam meningkatkan mutu
pendidikan
4. Peningkatan pertanggungjawaban kinerja penyelenggaraan pendidikan
5. Perwujudan keterbukaan dan kepercayaan dalam pengelolaan pendidikan,
sesuai dengan otoritas masing-masing yang dapat membangun kesatuan dan
persatuan bangsa
6. Penyelesaian masalah pendidikan sesuai dengan karakteristik wilayah yang
bersangkutan
b. Bahasa Pengantar
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam kegiatan
pembelajaran. Jika diperlukan, bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar dalam beberapa tahap awal pendidikan. Dalam penyampaian atau penyajian
keterampilan tertentu, bahasa asing seperti Inggris dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar pada satuan pendidikan tertentu, untuk mendukung kemampuan berbahasa
asing peserta didik.
c. Hari Belajar
Pengaturan hari efektif diwujudkan dalam kalender pendidikan yang berlaku secara
nasional.
7
d. Kegiatan Kurikulum
Kegiatan kurikuler dikelompokkan menjadi kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakulikuler. Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan penguasaan
kompetensi mata pelajaran, pembentukan karakter bangsa, dan peningkatan
kecakapan hidup yang alokasi waktunya diatur secara tersendiri berdasarkan
kebutuhan dan kondisi sekolah.
e. Tenaga Kependidikan
Guru disyaratkan mempunyai kualifikasi dan kompetensi khusus untuk menunjang
pencapaian kompetensi lulusan pada satuan pendidikan. Khusus bagi guru sekolah
kejuruan disyaratkan memiliki sertifikat kompetensi atau profesi. Guru bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran
dan melakukan bimbingan pelatihan. Kepala sekolah bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan serta pengawasan dan pelayanan
professional untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada tiap satuan
pendidikan. Adapun pengawas bertugas merencanakan, melaksanakan, memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan.
j. Pengelolaan Kurikulum
Pengelolaan kurikulum disekolah dilakukan dengan memberdayakan seluruh unsur
penyelenggara pendidikan, komite sekolah, dewan pendidikan, serta dunia usaha dan
8
industry sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan potensi untuk mewujudkan pencapaian
standar kompetensi nasional.
c. Penetapan Peran
Deskripsi peran dapat membantu guru dalam meningkatkan implementasi tugas-
tugasnya. Meskipun guru merupakan pelaksana sebuah program,
peran kepala sekolah, konsultan dan pengawas dalam mendukung guru tersebut
adalah sama pentingnya.
d. Pengembangan Profesional
Pada orientasi transaksi, fokus pengembangan profesional adalah membantu guru
mempelajari metodologi pengajaran baru. Dalam program orientasi transformasi,
fokus pengembangan profesional ditunjukan untuk membantu guru dalam memahami
program tersebut secara rasional dan menggabungkannya ke dalam program sekolah
secara menyeluruh.
9
e. Penjadwalan
Jadwal implementasi digunakan sebagai patokan dalam menilai kemajuan
implementasi. Tujuan lain dari penjadwalan adalah memfasilitasi rangkaian kejadian
dan mengalokasikan waktu yang tepat untuk menyempurnakan tugas–tugas yang
diperlukan.
f. Sistem komunikasi
Sistem komunikasi biasanya terdiri atas dua bagian. Pertama, sistem yang
menyebabkan peningkatan informasi diantara guru dan komite pusat. Kedua, sistem
informasi yang meliputi jaringan kerja yang menghubungkan kelompok guru, kepala
sekolah dan pengembang kurikulum, yang secara teratur saling membagi pengalaman
dalam bentuk kelompok pemecahan masalah.
g. Pelaksanaan Monitoring
Monitoring bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan
implementasi dan menggunakannya untuk memfasilitasi dan mendukung upaya guru.
10
3. Tahap Evaluasi Implementasi.
Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal. Pertama, melihat proses
pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai fungsi kontrol, apakah pelaksanaan
evaluasi telah sesuai dengan rencana dan sebagai fungsi perbaikan jika selama
proses terdapat kekurangan. Kedua, melihat hasil akhir yang dicapai. Hasil
akhir ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan
terhadap fase perencanaan. Evaluasi dilaksanakan menggunakan suatu metode,
sarana dan prasarana, anggaran personal dan waktu yang ditentukan dalam
tahap perencanaaan.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12