Anda di halaman 1dari 13

HALAMAN JUDUL

MAKALAH
HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ILMU PENDIDIKAN)
DOSEN PENGAMPU : RAKHMAT WIBOWO, M.P.

Disusun oleh:

Nama : Wahyu Setiyono


NIM : 202425020
Prodi : PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rejeki dan kesehatan-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Hakikat Pendidikan dan Ilmu
Pendidikan” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Keberhasilan dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua yang selalu mendukung kepada anaknya agar dapat selalu
belajar sesuai dengan keinginannya;
2. Istri tercinta penulis yang selalu memberikan semangat dan perhatiannya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
3. Bapak Rakhmat Wibowo, M.P selaku dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Nahdlatul Ulama Al
Ghazali Cilacap.

Penulisan makalah ini ditujukan untuk para pembaca pada umumnya dan secara
khusus untuk mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Nahdlatul
Ulama Al Ghazali Cilacap sebagai tambahan referensi guna memperbanyak ilmu
pengetahuan tentang tujuan pendidikan. Selain itu, penulisan makalah ini juga dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu pendidikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan dalam menyajikan materi-materi pada makalah ini. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan sarannya kepada semua pembaca guna membangun lebih baik lagi
dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat diterima untuk memenuhi
persyaratan nilai mata kuliah Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap.

Cilacap, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.I Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

1.II Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

1.III Tujuan Masalah ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

II.1 Pengertian Pendidikan .................................................................................... 2

II.2 Pilar-pilar Pendidikan ...................................................................................... 2

II.3 Prinsip Pokok Pendidikan ................................................................................ 5

II.4 Peran Pendidik dalam Pendidikan .................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.I Latar Belakang Masalah

Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang


ditandai dengan kesimbangan peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang
dilakukan oleh peserta didik diharapkan dapat mengubah tingkah laku atau perilaku
terhadap diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang menjadi salah satu
upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang
berkualitas ialah pendidikan yang mampu mengantar peserta didik untuk mencapai
fungsi dan tujuan pendidikan.
Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi
kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Kita juga sepakat
bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pendidikan ini dialamai oleh semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali
orang tersebut melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal
lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung melupakan makna dasar dan
hakikatnya.
Karena itu kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia
pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan,
mrefleskikannya di tengah-tengah tindakan sebagai buah refreksinya.
1.II Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Apa pengertian pendidikan?
2. Apa itu pilar pendidikan?
3. Apa prinsip pokok pendidikan?
4. Bagaimana peran pendidik dalam pendidikan?
1.III Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan


2. Untuk mengetahui pilar-pilra pendidikan
3. Untuk mengetahui prinsip pokok pendidikan
4. Untuk mengetahui peran pendidik dalam pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adlah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara1. Istilah pendidikan sendiri menurut Kamus Besar
Bahasa Indoensia (KBBI) berasalah dari kata dasar “didik” (mendidik). Menurut
Prof. Brodjonegroro dalam Suwarno (1982:1-2) menyebutkan beberapa istilah
pendidikan di antaranya: paedagogiek (ilmu menuntun anak), apvoeding
(mebesarkan), panggulawenthah (mengubah), educare (melatih atau
mengerjakan) dan erzhicung (membangkitkan atau mengaktifkan). Berdasarkan
istirlah-istilah tersebut kemudan Prof. Brodjonegoro menerjemakan pendidikan
sebagai tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai dengan
tercapainya kedewasaan secara jasmani dan rohani agar dapat memenuhi sendiri
tugas hidupnya2.

II.2 Pilar-pilar Pendidikan

Empat pilar pendidikan yang baik untuk masa sekarang maupun masa depan yakni3:
a. learning to know (belajar mengetahui)
Belajar mengetahui, artinya belajar itu harus dapat memahami apa
yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang
dalam. Sebagai peserta didik harus memiliki pemahaman yang bermakna
terhadap proses pendidikan mereka. Peserta didik diharapkan
memahami makda asal mula teori dan konsep, serta menggunakannya
untuk menjelaskan dan memprediksi proses-proses berikutnya. Pilar ini
berperan untuk membentuk generasi penerus bangsa yang memiliki
kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.

1
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1)
2
Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, Graha Ilmu(2014:20-23)
3
Drs. Syafril, M.Pd. dan Drs. Zelhendri Zen, M.Pd Dasar Ilmu Pendidikan, Kencana (2017:71-76)

2
Dalam mengimplementasikan konsep learning to know, guru atau
pendidik dituntut menempatakan dirinya sebagai fasilitator bagi peserta
didiknya dalam mengembangkan pengetahuan mereka. Selain itu,
pendidik harus mampu memotivasi dan menginspirasi peserta didik
dalam pengembangan, perencanaan, dan pembinaan pendidikan dan
pembelajaran.
Prinsip-prinsip learning to know yang dapat kita pelajari adalah:
 diarahkan untuk mampu mengembangkan ilmu dan terobosan
teknologi dan merespon sumber informasi baru;
 memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran;
 network society;
 learing to learn dan long life education.
b. learning to do (belajar melakukan sesuatu)
Belajar untuk berbuat atau melakukan, setelah kita memahami dan
mengerti dengan benar apa yang telah dipelajari, peserta didik dilatih
untuk melakukan sesuatu dalam situasi nyata yang menekankan pada
penugasan keterampilan. Learning to do merupakan konsekuensi dari
learning to know. Kelemahan pendidikan dan pengajaran yang selama ini
berjalan adalah mengajarkan teori dan kurang menuntun orang untuk
berbuat (praktik). Learning to do bukanlah pembelajaran yang hanya
menumbuhkembangkan kemampuan berbuat mekanis dan keterampilan
tanpa pemikiran, melainkan mendorong peserta didik agar terus belajar
bagaimana menumbuhkembangkan kerja, dan juga pada penguasaan
suatu keterampilan bekerja.
Learning to do juga tidak hanya tertuju pada penguasaan suatu
keterampilan bekerja, tetapi juga secara lebih luas berkenaan dengan
kompetisi atau kemampuan yang berhubungan dengan banyak situasi
dan bekerja dalam tim.
Sasaran akhir untuk pilar ini adalah lahirnya generasi muda yang
dapat bekerja sangat cerdas dengan memanfaatkan IPTEK. Tujuan akhir
dari upaya pendidikan adalah penguasaan seni menggunakan ilmu
pengetahuan.
Prinsip dalam learning to do yang dapat kita pelajari adalah:

3
 menjembatani pengetahuan dan keterampilan;
 memadukan learning by doing dan doing by learning;
 mengaitkan pembelajaran dan kompetensi;
 mengaitkan psikologi pembelajaran dengan sosiologi pembelajaran.
c. learning to be (belajar menjadi seseorang)
Belajar menjadi seseorang atau dapat diartikan sebagai belajar
untuk berkembang secara utuh. Konsep ini memaknai belajar sebagai
proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri.
Peserta didik diharapkan untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab.
Selain itu, pendidikan juga diharapkan mampu mencetak generasi muda
yang berperikemanusiaan.
Melengkapi learning to know dan learning to do, menurut Robinson
Crussoe bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri tanpa kerja sama atau
dengan kata lain manusia saling tergantung dengan manusia lain4.
Learning to be akan menuntun peserta didik untuk menjadi ilmuan
sehingga mampu menggali dan menentukan nilai kehidupannya dan
menentukan kehidupannya sendiri dalam hidup bermasyarakat sebagai
hasil belajarnya.
Prinsip learning to be yang dapat kita pelajari adalah:
 berfungsi sebagai andil terhadap pembentukan nilai-nilai yang
dimiliki bersama;
 menghubungkan antara tangan dan pikiran, individu dengan
masyarakat pembelajaran kognitif dan non-kognitif serta
pembelajaran formal dan nonformal.
d. learning to live together (belajar hidup bersama)
Dalam konteks pendidikan, peserta didik diharapkan dapat
bersosialisasi dan berkomunikasi dalam proses pendidikan. Hal ini dapat
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran, seperti belajar
kelompok dalam kelas, menghargai pendapat teman, menerima
pendapat teman yang berbeda pendapat, mengemukakan pendapat
untuk membagi ide dan pengalaman peserta didik lainnya.

4
Drs. Syafril, M.Pd. dan Drs. Zelhendri Zen, M.Pd Dasar Ilmu Pendidikan, Kencana (2017:74)

4
Pengalaman tentang pemahaman diri sendiri dan orang lain yang
didapat melalaui kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi
di mayarakat. Konsep learning to live together dalam hal ini merangsang
kepekaan peserta didik akan suka duka dan makna empati terhadap orang
lain. Hal ini dapat dijadikan bekal saat mereka berkecimpung di
lingkungan di mana mereka hidup dan bersosialisasi.
Pilar ini mengajarkan kepada kita untuk hidup bermasyarakat dan
menjadi manusia berpendidikan yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri
dan masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia. Learning to live
together menjadi pilar belajar yang sangat penting, konsep ini berperan
dalam mengembangkan semangat menghormati nilai-nilai kemajemukan,
saling memahami dan perdamaian.
Prinsip learing to live together yang dapat kita pelajari adalah:
 membangun sistem nilai;
pembentukan identitas melalui proses pemilikan konsep luas.
II.3 Prinsip Pokok Pendidikan

Istilah Prinsip Dasar Pendidikan Dasar terdiri dari dua rumpun istilah, yaitu
prinsip dasar dan pendidikan dasar. Mari kita kaji dulu arti prinsip dasar, yang dalam
bahasa Inggris disebut sebagai “basic principles”. Anda pasti sudah sering
mendengar istilah tersebut. Dalam kamus, kata principle sebagai kata benda
diartikan: asas, dasar, prinsip, keyakinan, sedangkan basic principles dapat diartikan
sebagai asas atau keyakinan utama. Makna ini sejalan dengan makna prinsip dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (1997:788) yang secara harfiah,
memaknai prinsip sebagai: “asas (kebenaran yang penjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dsb); dasar” .
Dengan menggabungkan kedua makna dari kedua kamus tersebut maka
Prinsip Dasar dapat kita artikan sebagai keyakinan utama sebagai pokok berpikir
atau bertindak. Selanjutnya, sesuai dengan Undang-undang nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Dasar adalah Pendidikan Dasar
terdiri dari Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang
sejenis. Sebagai bagian dari pendidikan dasar, SD dan SMP merupakan landasan
atau dasar bagi jenjang pendidikan menengah (UU No.20/2003, Pasal 17). Dengan

5
mengintegrasikan makna prinsip dasar dan pendidikan dasar, maka Prinsip Dasar
Pendidikan Dasar dapat kita maknai sebagai keyakinan utama yang menjadi acuan
berpikir atau bertindak dalam penyelenggaraan Pendidikan Dasar, yaitu
Satuan pendidikan SD dan SMP. Prinsip Dasar Pendidikan Dasar ini tentu
sangat terkait dengan Landasan Pendidikan atau apa yang disebut dengan
Foundation of Education, yang sudah pernah Anda peroleh ketika duduk di tingkat
Sarjana (S1). Agar kaitan ini dapat kita pahami dengan lebih baik, mari kita bahas
istilah Landasan Pendidikan yang menjadi salah satu mata kuliah dalam Program
Pendidikan Guru tingkat sarjana.
Pada buku PARADIGMA PENDIDIKAN NASIONAL ABAD XXI yang diterbitkan
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No. 65
tahun 2013 tentang Standar Proses, Anda akan menemukan sejumlah prinsip
pembelajaran sebagai acuan dasar berpikir dan bertindak guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran.
BNSP merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhi dalam proses
pendidikan abad ke-21. Sedangkan Pemendikbud No. 65 tahun 2013
mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan implementasi Kurikulum
2013. Sementara itu, Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip,
yaitu: (1) instruction should be student-centered; (2) education should be
collaborative; (3) learning should have context; dan (4) schools should be
integrated with society.
Keempat prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang digagas Jennifer Nichols
tersebut dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:
1. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan
sebagai subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat
dan potensi yang dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk
mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan guru,
tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya,
sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil
diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang
terjadi di masyarakat.

6
Pembelajaran berpusat pada siswa bukan berarti guru menyerahkan
kontrol belajar kepada siswa sepenuhnya. Intervensi guru masih tetap
diperlukan. Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu
mengaitkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa
dengan informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan
siswa untuk belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing
dan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang
dilakukannya. Selain itu, guru juga berperan sebagai pembimbing, yang
berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.
2. Education should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan
nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun
makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-
teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu
dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang
serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat
dengan mereka.
Begitu juga, sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat
bekerja sama dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai
belahan dunia untuk saling berbagi informasi dan penglaman tentang
praktik dan metode pembelajaran yang telah dikembangkannya.
Kemudian, mereka bersedia melakukan perubahan metode
pembelajarannya agar menjadi lebih baik.
3. Learning should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak
terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru
mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa
terhubung dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar
dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang
dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-

7
harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan
dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk
terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan
melakukan aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat
dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di
masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup,
dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi panti-panti
asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.

II.4 Peran Pendidik dalam Pendidikan

Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak


hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif
saja, melainkan juga berorientasi pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar
dari lingkungan dari pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan luasnya
hamparan alam, sehingga dengan pementapan adanya tugas dan peran guru dalam
dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan
guru dapat mengetahui tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik dan
diharapkan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan para peserta didiknya
sehingga harapan tercapainya tujuan pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.
Peran guru dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya tampil lagi
sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan
beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar
(learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan.
Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk
menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai
prestasi setinggi-tingginya.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap
memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat
digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling

8
modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap,
sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan
merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat
tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau
teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah
kehidupannya.
Beberapa peran guru yang dibutuhkan sekarang adalah:
1) Peran guru sebagai demonstrator dalam proses belajar mengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal
ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2) Dalam kapasitasnya sebagai penglola kelas, seorang guru dituntut untuk
bisa menjadikan suasana kelas menjadi kondusif sehingga proses belajar
mengajar atau penyampaian pengetahuan dari guru ke murid atau proses
pertukaran ilmu dan pengetahuan diantara siswa yang satu dengan yang
lainnya bisa berjalan dengan baik.
3) Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan
merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar-
mengajar.
4) Setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiasa melakukan
evaluasi atau penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran,
serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.


Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Modul 1 Hakikat Manusia dan Pendidikan oleh Dr. Muhammad S. Sumantri, M.Pd.
Universitas Terbuka.
Syafril dan Zelhendri Zen.2017.Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana.

10

Anda mungkin juga menyukai