PENDAHULUAN
1
cocok diterapkan pada sekolah non-asrama yang tidak memiliki fasilitas
asrama untuk istirahat sejenak atau ganti baju seperti di pesantren.
Kemudian, alasan berikut untuk mengurangi kegiatan tawuran
siswa di luar sekolah juga tidak rasional karena hanya sebagian kecil saja
siswa di Indonesia yang melakukan tawuran. Dari segi geografis, masih
banyak siswa di daerah pedalaman yang harus menempuh jarak ke
sekolah sampai 5-10 kilometer dan mengahabiskan waktu sampai tiga
jam. Tanpa program full day school pun mereka akan sampai di rumah
pada sore hari dan jika full day school dipaksakan, anak-anak ini akan
sampai di rumah pada malam hari, justru ini akan menambah lagi beban
berat bagi mereka. Dalam hal lain, kegiatan siswa selepas pulang sekolah
juga beragam dan tidak bisa dipaksakan seragam. Ada siswa yang
diajarkan orang tuanya berbisnis dengan menjaga toko atau kios,
berkebun di ladang, menangkap ikan di laut, dan mengembala sapi di
sawah. Ada juga yang menghabiskan waktunya untuk bermain dan
berinteraksi bersama teman-teman sebayanya di sekitar rumah. Maka,
penyeragaman konsep full day school tidak akan efektif karena suasana,
sarana-prasarana dan kebutuhannya berbeda apalagi bagi anak-anak
yang rumahnya jauh dari sekolah di daerah pelosok.
Selain belum cocok diterapkan di sekolah non-urban dan non-
asrama, model full day school ini juga belum efektif diimplementasikan di
sekolah negeri. Terutama sekolah yang masih terbelakang dalam masalah
fasilitas seperti komputer, internet, ruangan ber-AC, toilet bersih, lapangan
olahraga, dan sarana bermain, ditambah lingkungan sekolah yang tidak
nyaman, panas, dan berdebu. Bayangkan saja jika kondisi sedemikian
rupa, tanpa program full day school sekalipun akan membuat peserta didik
stress dan cepat-cepat ingin pulang. Belum lagi dengan siswa yang lapar
di sore hari karena uang jajan sudah habis di waktu pagi. Dalam hal ini,
orang tua harus menyediakan uang jajan lebih dan cukup sampai sore
hari agar anaknya tidak kelaparan. Tentu keadaan seperti ini sangat tidak
cocok untuk keluarga kelas menengah ke bawah, kecuali pihak sekolah
2
bersedia menyediakan bekal makan siang gratis atau jajanan untuk siswa
sampai sore hari. Selain lingkungan sekolah yang menyenangkan,
kehadiran guru kreatif dan interaktif juga sangatlah penting. Namun
sangat sedikit guru dan lingkungan sekolah yang mampu memotivasi
siswa agar betah di sekolah.
Contoh kecilnya saja jika ada pengumuman rapat guru, para siswa
akan sangat senang karena tidak ada kegiatan belajar-mengajar.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar-mengajar di sekolah
belum menyenangkan dan dirindukan peserta didik. Selain menjadi beban
baru bagi peserta didik, tentu konsep full day school ini juga akan
membawa beban baru bagi guru-guru dimana tugas mereka seharian
bukan hanya di sekolah saja tetapi juga di rumah bersama keluarga.
Meskipun demikian, konsep sekolah full day school ini tidak seluruhnya
salah jika didesain dan diformulasikan dengan baik dan tidak buru-buru.
Oleh karenanya, perlu adanya kajian mendalam guna mempersiapkan
konsep yang matang agar tidak menimbulkan polemik di masyarakat.
Dalam merumuskan konsep ini kementerian harus menerima dan
mempertimbagkan masukan dari berbagai pihak. Jikapun nanti
diterapkan, seyogianya harus diimplemantasikan secara bertahap dan
tidak langsung merata ke seluruh sekolah di Indonesia. Stakeholder harus
memerhatikan dan menyesuaikan dengan kebutuhan siswa yang
beragam, kondisi geografis dan kearifan lokal setiap daerah. Sekolah juga
harus menyediakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang bisa dipilih
sesuka siswa dan harus representatif. Lingkungan sekolah yang ramah
anak, nyaman dan menyenangkan juga harus diperhatikan dalam
menjalankan kebijakan baru ini. Dalam hal kesibukan orang tua bekerja,
kementerian juga harus memetakan daerah mana saja yang tingkat
kesibukan kedua orang tua tinggi sehingga cocok untuk diterapkan full
day school. Meskipun demikian, penerapan konsep full day school tidak
boleh menjauhkan hubungan antara anak-orang tua baik secara kuantitas
ataupun kualitas waktu. Seyogianya, orang tua juga tidak boleh lepas
3
tangan dan menyerahkan segala tanggung jawab kepada sekolah, jika ini
terjadi, maka fungsi sekolah full day school tak lebih sekedar sebagai
tempat penitipan anak. Dalam hal ini, ada beberapa sekolah swasta yang
sukses menerapkan konsep sekolah full day school dengan melibatkan
orang tua dalam kegiatan belajar tambahan. Sekolah ini telah
membuktikan bahwa konsep full day school tidak mengenyampingkan
peran orang tua terhadap anak di sekolah. Dengan adanya peran orang
tua di sekolah, justru akan terbentuk komunikasi yang baik antara orang
tua-guru. Kolaborasi seperti ini juga akan melahirkan anak didik yang
berkualitas secara intelektual, emosianal dan spiritual.
Meskipun konsep sekolah full day school dilaksanakan, pemerintah
harus tetap mendorong peran keluarga atau partisipasi orang tua dalam
pendidikan anak. Bagaimanapun juga orang tua adalah sekolah dan guru
pertama anak yang memiliki peran sangat signifikan sebagai penentu
kesuksesan mereka terutama melalui keteladanan.
4
SISTEM PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL
5
1) Meningkatnya jumlah orangtua tunggal dan banyaknya aktifitas
orangtua yang kurang memberikan perhatian pada anaknya, terutama
yang berhubungan dengan aktifitas anak setelah pulang sekolah.
2) Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat, dari masyarakat
agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas
berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat.
3) Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika
tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban
teknologi komunikasi.
Dari kondisi seperti itu, akhirnya para praktisi pendidikan berpikir
keras untuk merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan.
Untuk memaksimalkan waktu luang anak-anak agar lebih berguna, maka
diterapkan sistem full day school dengan tujuan membentuk akhlak dan
akidah dalam menanamkan nilai-nilai positif serta memberikan dasar yang
kuat dalam belajar di segala aspek.
Beberapa nilai plus diterapkan sistem full day school bagi sekolah
yang berbasis formal dan informal antara lain. Pertama, anak mendapat
pendidikan umum antisipasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Kedua, anak memperoleh pendidikan keagamaan secara layak dan
proporsional. Ketiga, anak mendapatkan pendidikan kepribadian yang
bersifat antisipatif terhadap perkembangan sosial budaya yang ditandai
dengan derasnya arus informasi dan globalisasi yang membutuhkan nilai
saring. Keempat, potensi anak tersalurkan melalui kegiatan-kegiatan
ekstrakulikuler dan kelima perkembangan bakat, minat dan kecerdasan
anak terantisipasi sejak dini melalui pantauan program bimbingan dan
konseling.
Selain beberapa keunggulan tersebut, full day school juga memiliki
kelebihan yang membuat para orangtua tidak khawatir terhadap
keberadaan putra-putrinya, antara lain: pengaruh negatif kegiatan anak di
luar sekolah dapat dikurangi seminimal mungkin karena waktu pendidikan
anak di sekolah lebih lama, terencana dan terarah, suami-istri yang
6
keduanya harus bekerja tidak akan khawatir tentang kualitas pendidikan
dan kepribadian putra-putrinya karena anak-anaknya dididik oleh tenaga
pendidik yang terlatih dan profesional, adanya perpustakaan di sekolah
yang representatif dengan suasana nyaman dan enjoy sangat membantu
peningkatan prestasi belajar anak, siswa mendapatkan pelajaran dan
bimbingan ibadah praktis.
7
Meskipun memiliki rentang waktu yang lebih panjang yaitu dari pagi
sampai sore, sistem ini masih bisa diterapkan di Indonesia dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi bahwa setiap jenjang pendidikan telah ditentukan alokasi jam
pelajarannya. Dalam full day school ini waktu yang ada tidaklah melulu
dipakai untuk menerima materi pelajaran namun sebagaian waktunya
dipakai untuk pengayaan dan kegiatan ekstrakurikuler.
8
diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang kegiatan pembelajaran
yang relevan dengan kebutuhan siswa.
Faktor pendukung yang terakhir dan yang paling penting dalam
pendidikan dalam SDM. Dalm penerapan full day school, guru dituntut
untuk selalu memperkaya pengetahuan dan keterampilan serta harus
memperkaya diri dengan metode-metode pembelajaran yang sekiranya
tidak membuat siswa bosan karena full day school adalah sekolah yang
menuntut siswanya seharian penuh berada di sekolah.
Faktor lain yang signifikan untuk diperhatikan adalah masalah
pendanaan. Dana memainkan peran dalam pendidikan. Keuangan
merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah karena dana
secara tidak langsung mempengaruhi kualitas sekolah terutama yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana serta sumber belajar yang lain.
9
guru, meliputi pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, dan
kerukunan kerja. Kedua berkaitan dengan faktor dari luar yaitu berkaitan
dengan pekerjaan, meliputi manajemen dan cara kerja yang baik,
penghematan biaya dan ketepatan waktu. Kedua faktor tersebut dapat
menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah.
10
5) Anak-anak akan banyak kehilangan waktu dirumah dan belajar tentang
hidup bersama keluarganya.
11
tahun. Jika dilihat dari life skill maka setiap jenjang memiliki orientasi yang
berbeda sehingga sudah seharusnya sekolah yang menerapkan
sistem full day school memerhatikan perbedaan tersebut, dimana anak-
anak usia SD tentu porsi bermainnya lebih banyak daripada anak usia
SMA. Jangan sampai sistem ini merusak masa bermain mereka, masa
dimana mereka harus berinteraksi dengan sesama, orang tua dan
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Pada dasarnya sistem pembelajaran full day school bukanlah hal
yang baru. Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren
melalui sistem asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang
sangat sederhana. Bahkan jika ditarik kebelakang, sistem asrama telah
dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam. Sistem asrama
dalam tradisi pesantren sangat kaya dengan pendidikan utuh dan integral
yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan formal lainnya.
Terkait dengan itu Azizy (2000: 43) menilai: Dalam lembaga
pendidikan pada umumnya sering dikecewakan lantaran hanya mampu
mewujudkan segi kognitif, sementara sangat lemah dan terkadang nihil
segi afektif dan psikomotoriknya. Di pesantren ketiga bidang tersebut akan
selalu dapat dipraktikkan dengan modal sistem 24 jam tadi. Justru sangat
mengutamakan pengamalan, oleh karena suatu ilmu tanpa ada
pengamalan dicap sebagai yang tak bermanfaat.
Dengan diilhami oleh kelebihan sistem pondok dalam tradisi
pesantren, sejumlah sekolah mulai melakukan inovasi persekolahan
melalui perintisan full day school yang dalam hal-hal tertentu sangat mirip
dengan pesantren dengan sejumlah modifikasi. Dengan demikian,
konsep full day school merupakan modernisasi, bahkan modifikasi dari
tradisi pesantren, yang dalam batas tertentu pesantren kurang menyadari
substansi pola kependidikan yang diaplikasikannya karena sudah menjadi
sebuah tradisi yang melekat secara inhern dalam proses transformasi
keilmuanya.
12
SIMPULAN
Full day school adalah sekolah sepanjang hari atau proses belajar
mengajar yang dilakukan mulai pukul 06.45-15.00. sehingga sekolah
dapat mengatur jadwal pelajaran dengan leluasa, disesuaikan dengan
bobot mata pelajaran dan ditambah dengan pendalaman materi. Dari
makna dan pelaksanaannya, full day school sebagian waktunya
digunakan untuk program pelajaran yang suasananya informal, tidak kaku,
menyenangkan bagi siswa dan membutuhkan kreatifitas dan inovasi dari
guru.
Sistem pembelajaran full day school bukanlah hal yang baru.
Sistem ini telah lama diterapkan dalam tradisi pesantren melalui sistem
asrama atau pondok, meskipun dalam bentuknya yang sangat
sederhana. Bahkan jika ditarik kebelakang, sistem asrama telah
dipraktikkan sejak masa pengaruh Hindu-Budha pra-Islam.
Dengan sistem ini diharapkan anak didik memiliki produktifitas yang
tinggi sehingga mampu meminimalisir hal-hal negatif yang dimungkinkan
dilakukan oleh anak sebagai dampak dari pergaulannya dengan
lingkungannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14