Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis diberi kesehatan dan kekuatan sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah dengan judul “Tinjauan Tentang Guru”. Penulisan makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Profesi Guru. Penulisan makalah ini dapat
terealisasi berkat dukungan, motivasi, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati, M.S selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Profesi Guru yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian
makalah ini.
2. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2016
Offering A yang telah banyak berdiskusi dan memberikan motivasi tersendiri bagi
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari kekurangan, maka kritik dan
saran yang membangun akan diterima dengan senang hati. Semoga makalah ini dapat
memberi manfaat dan menambah wawasan serta ilmu pengetahuan.

Malang, 4 September 2018

Penulis

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................

1.3 Tujuan

BAB II ISI

2.1 Hakikat Guru ...................................................................................................

2.2 Syarat-syarat Guru ..........................................................................................

2.3 Tugas Guru......................................................................................................

2.4 Peran Guru ......................................................................................................

2.5 Kedudukan Guru .............................................................................................

2.5.1 Kedudukan Guru di Sekolah ..................................................................

2.5.2 Kedudukan Guru di Masyarakat ............................................................

2.6 Hak dan Kewajiban Guru................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .....................................................................................................

3.2 Saran ...............................................................................................................

Daftar Pustaka ....................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam masyarakat, dari yang terbelakang sampai yang paling maju, guru
memegang peranan penting hampir tanpa terkecuali, guru merupakan satu di antara
pembentukan-pembentukan utama calon warga masyarakat. Ada beragam julukan yang
diberikan kepada sosok seorang guru. Salah satu yang paling terkenal adalah “Pahlawan
Tanpa Tanda Jasa”. Julukan ini mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang
dilakukan guru sehingga guru disebut sebagai pahlawan.

Dunia pendidikan, guru merupakan faktor penting dan utama, karena guru adalah
orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik,
terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia menjadi manusia
yang paripurna dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai manusia. Dalam arti khusus dapat
dikatakan bahwa pada setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk membawa siswanya
kearah kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka itu guru tidak semata-mata
sebagai “pendidik” yang transfer of knowledge, tapi juga seorang “pendidik” yang transfer of
values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan pengarahan dan menuntun
siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik
dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya mengantarkan siswa
ketaraf yang dicita-citakan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
a. Bagaimana hakikat dan syarat-syarat guru?
b. Bagaimana tugas dan fungsi guru?
c. Bagaimana sifat dan kedudukan guru?
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas maka dapat ditulsikan tujuan yaitu:
a. Mengetahui hakikat dan syarat-syarat guru.
b. Mengetahui tugas dan fungsi guru.
c. Mengetahui sifat dan kedudukan guru.

3
BAB II

ISI

2.1 Hakikat Guru


Menurut Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005, disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini
tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan
atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam biang tertentu, belum
dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi
menjadi seorang guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk beluk
pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya yang perlu dibina
dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan
(Usman, 2011).
Mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik, bukanlah tugas yang ringan bagi seorang guru. Pekerjaan itu menuntut
profesionalisme yang tinggi. Tidak dapat dilakukan dengan asal jadi, sebab out put yang
akan dihasilkan akan dinilai dan digunakan oleh masyarakat pengguna. Masyarakat akan
memberikan penilaian terhadap hasil kinerja guru di sekolah yang akan menentukan
penilaian masyarakat terhadap peran dan status guru di masyarakat. Profesi guru,
khususnya di negara kita, memang berada pada situasi yang masih sulit. Di satu sisi,
guru dituntut profesional dalam tugasnya, tetapi pada sisi lain sebagian besar guru masih
harus berjuang memenuhi kebutuhan dasar yang tidak tercukup melalui penghasilannya
sebagai guru. Tidak sedikit guru yang harus bekerja sampingan memperoleh sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, seperti menjadi tukang ojek, tukang
becak, tukang batu, dan sebagainya. Hal ini cukup ironis, karena masyarakat selalu
menuntut dari guru yang berhubungan dengan pendidikan anak-anaknya (Mukroji,
2014).
Guru menjadi faktor yang menentukan mutu pendidikan karena guru berhadapan
langsung dengan para peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru,
mutu dan kepribadian peserta didik dibentuk. Karena itu, perlu sosok guru kompeten,
bertanggung jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi. Guru adalah kurikulum berjalan.

4
Sebaik apa kurikulum dan sistem pendidikan yang ada tanpa didukung oleh kemampuan
guru, semuanya akan sia-sia. Guru berkompeten dan bertanggung jawab, utamanya
dalam mengawal perkembangan peserta didik sampai ke suatu titik maksimal. Tujuan
akhir seluruh proses pendampingan guru adalah tumbuhnya pribadi dewasa yang utuh. h.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, guru tidak lagi sekedar
bertindak sebagai penyaji informasi. Guru juga harus mampu bertindak sebagai
fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi (Shabir, 2015).
Perkembangan dunia pendidikan yang sejalan dengan kemajuan teknologi dan
globalisasi yang begitu cepat perlu diimbangi oleh kemampuan pelaku utama
pendidikan, dalam hal ini guru. Bagi sebagian guru, menghadapi perubahan yang cepat
dalam pendidikan dapat membawa dampak kecemasan dan ketakutan. Perubahan dan
pembaruan pada umumnya membawa banyak kecemasan dan ketidaknyamanan.
Implikasi perubahan dalam dunia pendidikan, bukan perkara mudah, karena
mengandung konsekwensi teknis dan praksis, serta psikologis bagi guru. Misalnya,
perubahan kurikulum atau perubahan kebijakan pendidikan. Perubahan itu tidak sekedar
perubahan struktur dan isi kurikulum. Atau sekedar perubahan isi pembelajaran, tetapi
perubahan yang menuntut perubahan sikap dan perilaku dari para guru. Misalnya,
perubahan karakter, mental, metode, dan strategi dalam pembelajaran. Guru dalam
menjalankan tugas profesionalnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak
ringan. Untuk itu, guru harus memiliki dan menguasai kompetensinya dan sekaligus
mengetahui hak dan kewajibannya sehingga ia menjadi sosok guru yang betul-betul
professional (Shabir, 2015).
Seseorang yang aktif dalam dunia pendidikan harus memiliki kepribadian sebagai
seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan
lebih berat dibandingkan dengan profesi yang lain. Karena, guru merupakan seorang
yang harus bisa digugu dan ditiru. Digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan
senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua muridnya. Segala ilmu
pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang
tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Ditiru artinya ia menjadi uswatun hasanah,
menjadi suri teladan dan panutan bagi muridnya, baik cara berpikir dan cara
berbicaranya maupun berprilaku sehari-hari (Shabir, 2015).

5
2.2 Syarat-syarat Guru
Syarat yang harus ditempuh untuk menjadi guru yang profesional yaitu:
1. Sehat jasmani dan rokhani, ini akan membuat seorang guru dapat melaksanakan
proses pembelajaran tanpa ada gangguan dari segi jasmani dan rokhani, apalagi untuk
guru pendidikan jasmani hal ini merupakan syarat yang mutlak.
2. Bertaqwa, yaitu bahwa guru yang bertaqwa akan memberikan keteladanan kepada
para peserta didiknya, sehingga dapat ditiru oleh peserta didiknya.
3. Berpengetahuan yang luas, artinya wajib bagi guru untuk selalu mengikuti
perkembangan IPTEKS, mengingat perkembangan pada masa sekarang begitu pesat.
4. Berlaku adil, sehingga tidak membedakan antara anak yang satu dengan anak yang
lain. Sebagai guru pendidikan jasmani juga harus memberikan layanan kepada semua
peserta didik, apakah peserta didik tersebut normal atau mengalami kecacatan. Jika
ada peserta didik yang cacat maka pemberian layanannya disesuaikan dengan sifat
kecacatannya, apakah tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita, maupun tuna netra.
5. Berwibawa, di sini dimaksudkan agar guru berpenampilan yang dapat menimbulkan
wibawa dan rasa hormat sehingga peserta didik mendapat pengayoman dan
perlindungan. Sekaligus para peserta didik tidak akan mengabaikan apa saja yang
menjadi keputusan seorang guru.
6. Ikhlas, sehingga pekerjaan yang dilakukan bukanlah sebuah sebuah beban melainkan
merupakan amanah yang wajib dilaksanakan dengan tulus ikhlas agar mendapatkan
pahala. Guru yang melaksanakan tugas dengan rasa ikhlas lahir batin akan dapat
memudahkan untuk masuk sorga, karena manusia meninggal hanya ada tiga perkara
yang dibawa, yaitu anak yang sholeh, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariyah. Guru
yang setiap hari menyampaikan ilmu yang bermanfaat kepada peserta didik akan
memiliki bekal ilmu yang bermanfaat.
7. Memiliki tujuan Rabbani, artinya segala sesuatu harus bersandar pada Allah swt.
Tuhan yang Mahaesa dan selalu mentaatinya, mempunyai keyakinan bahwa manusia
hanya dapat merencanakan dan melaksanakan, sedangkan semua keputusan dan takdir
hanya dari Tuhan Allah swt.
8. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan. Seorang guru yang
profesional harus dapat membuat rancangan sesuai kaidah yang berlaku dan dapat
melaksanakannya dengan baik.

6
9. Menguasai bidang yang ditekuni. Guru pendidikan jasmani harus benar-benar
menguasai tentang hakikat pendidikan jasmani, baik aspek pengetahuan,
keterampilan, maupun sikapnya (Mukroji, 2014).

2.3 Tugas Guru


Menurut Usman (2011), guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas
maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian.
1. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
melatih berati mengembangakan keterampilan-keterampilan pada siswa. Guru bisa
dikatakan sebagai pemimpin di dalam kelas. Seorang pemimpin harus memiliki moral
yang baik. Seorang pemimpin, di samping punya karakter moral yang bagus, juga
harus memiliki etika.
Ada beberapa cara untuk memotivasi siswa dalam belajar, antara lain:
 Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
 Membangkitkan minat siswaSesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman
dan kemampuan siswa.
 Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
 Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
 Ciptakan persaingan dan kerja sama.
2. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya
sebagai orang tua kedua.
Sebagai guru harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.
Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya
dalam belajar. Bila seorang guru penampilannya sudah tidak menarik, maka
kegagalan pertama adalah ia tidak akan menanamkan benih pengajarannya yaitu
kepada siswanya. Guru harus dapat menempatkan diri sebagai orang tua kedua
dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali dalam jangka
waktu tertentu. Oleh karena itu, pemahaman terhadap jiwa dan watak anak didik
diperlukan agar dapat dengan mudah memahami jiwa dan watak anak didik (Setiawan
dan Sitorus, 2017).
3. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang terhormat di lingkungannya karena
dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan ini berarti

7
bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila. Keberadaan guru bagi suatu bangsa
amatlah penting, apalagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi
keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan
teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang
cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam
kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri. Semakin akurat para guru
melaksanakan fungsinya semakin terjamin tercipta dan terbinanya kesiapan dan
keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan dengan kata lain, potret dan
wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret para guru masa kini, dan
gerakan maju dinamika bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-
tengah masyarakat.
2.4 Peran Guru
Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi :
a. Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya karena hal ini sangat menenukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Salah
satu yang harus diperhatikan oleh guru adalah pelajar. Ini berarti guru harus belajar terus
menerus. Dengan cara demikian akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan
demonstator sehingga mampu mmperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis.
Guru harus mampu dan terampil dalam merumuskan TPK, memahami kurikulum, dan
dapat sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi di dalam kelas. Guru
juga harus mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai
kesempatan (Usman, 2011).
b. Guru sebagai pengelolaan kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari linhkungan
sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan Lingkungan ini diatur dan diawasi agar
kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap
belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi
lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan

8
merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai
tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak
faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi
umum dan suasana di dalam kelas (Usman, 2011).
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan macam
kegiatan belajar dan mengajar agar fasilitas kelas untuk bermacam-macam mencapai
hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa
dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik
kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau
membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian
guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan
bekerja dan belajar secara efektif di kalangan siswa (Usman, 2011).
Tanggung jawab yang lain sebagai manajer yang penting bagi guru ialah
membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari ke arah self directed behavior.
Salah satu menajemen kelas yang baik ialah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
sedikit demi sedikit mengurangi kebergantungannya pada guru sehingga mereka mampu
membimbing kegiatannya sendiri. Siswa harus belajar melakukan self control dan self
activity melalui proses bertahap. Sebagai manajer, guru hendaknya mampu memimpin
kegiatan belajar yang efektif serta efisien dengan hasil optimal. Sebagai manajer
lingkungan belajar, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori
belajar-mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan
situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah
dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan (Usman,
2011).
c. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan yang cukup tentang
media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan
dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral
demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup hanya
memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan
memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Untuk itu guru

9
perlu mengalami latihan-latihan praktik secara kontinu dan sistematis, baik melalui pre-
service maupun melalui inservice training (Usman, 2011).
Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi,
metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Sebagai
mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antarmanusia. Untuk keperluan itu
guru harus terampilan mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang
berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal
kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat
dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik,
mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif
dengan para siswa. Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-
mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar (Usman,
2011).
d. Guru sebagai evalutor
Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, akan kita ketahui bahwa setiap jenis
pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama
satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai,
baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik (Usman, 2011).
Demikian pula dalam satu kali proses belajar-mengajar guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah
cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi
atau penilaian. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaiarn
tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefekfektifan metode
mengajar (Usman, 2011).
2.4 Kedudukan Guru
2.4.1 Kedudukan guru di sekolah
Kedudukan sebagai guru merupakan jabatan yang sangat menentukan nasib bangsa ke
depan, dan itu berarti bahwa guru memegang peranan yang amat menentukan dan
strategis. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa perubahan dan nasib suatu bangsa
harus dimulai dari sekolah (lembaga pendidikan) yang penggerak utamanya adalah para
guru. Itulah sebabnya di berbagai negara maju, guru sangat dihargai. Sedemikan betapa

10
berat peranan yang di pundak para guru, menjadikan jabatan guru harus dihargai sebagai
jabatan profesional seperti jabatan profesional lainnya. Hal ini terjadi di negara-negara
maju seperti Jepang yang memberi gaji yang tinggi terhadap profesi guru. Mereka
berpendapat bahwa perubahan yang inovatif, baik dalam bentuk ide maupun karya nyata
berwujud benda dan sebagiannya, merupakan hasil pemikiran cemerlang para guru.
Cukup banyak ide guru yang diadopsi dan diadaptasi menjadi inspirasi kemajuan bangsa.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, betapapun bagusnya kurikulum dengan
menentukan standar isi yang tinggi, bila tidak ter- sedia tenaga guru yang profesional,
maka tujuan kurikulum dan standar isi yang bagus akan sia-sia (Mukroji, 2014).
Dalam kaitannya dengan peranan guru di sekolah, pembahasan diarahkan pada dua
konteks, yaitu:
a. Kedudukan guru dalam hubungannya dengan peserta didik
Kedudukan atau peranan guru terhadap peserta didik merupakan peranan yang amat
vital dari sekian banyak peran yang harus dijalani. Hal ini disebabkan karena komunitas
utama yang menjadi wilayah tugas guru adalah di dalam kelas. Di kelas itulah seorang
guru memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keteladanan. Di sekolah, guru
berhadapan dengan peserta didiknya, baik dalam situasi formal maupun nonformal.
Dalam situasi formal, seorang guru harus sedikit “memaksa” peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskannya, sehingga seorang guru harus
“menguasai” kelas demi tercapainya tujuan pembelajaran. Situasi seperti ini
mengharuskan guru menempatkan diri sebagai seorang yang mempunyai wibawa dan
otoritas yang tinggi. Di samping kewibawaan, guru juga harus memiliki keteladanan.
Keteladanan dan kewibawaan sangat diperlukan seorang guru untuk menegakkan disiplin
demi kelancaran dan ketertiban proses pembelajaran. Kewibawaan dalam pendidikan
menjadi syarat mutlak. Pendidikan dalam arti yang seutuhnya hanya bisa dimulai ketika
seorang anak telah mengenal kewibawaan. Bimbingan dan pendidikan hanya mungkin
bila ada kepatuhan dari pihak anak dan kepatuhan diperoleh apabila pendidik
mempunyai kewibawaan (Mukroji, 2014).
Dalam kaitannya dengan peran guru di sekolah atau kondisi formal, khususnya dalam
proses pembelajaran, guru mempunyai peran antara lain:
1) Harus memahami perbedaan individual peserta didiknya.
2) Melakukan identifikasi atau kekuatan dan kekurangan atau kelemahan peserta
didiknya.

11
3) Mengelompokkan peserta didik dalam kelas sesuai dengan tingkat permasalahan yang
perlu diatasi.
4) Bekerjasama dengan orang tua dan profesi lain untuk mendapatkan hasil pembelajaran
yang optimal.
5) Menyiapkan materi, strategi, dan media pembelajaran yang dibutuhkan oleh peserta
didik.
6) Guru mengadakan model pengayaan untuk anak yang memiliki kece-patan dan
menyiapkan layanan remedial bagi anak yang memiliki kecepatan belajar yang
rendah.
7) Dalam mengadakan evaluasi, guru sebaiknya tidak cukup hanya mengukur aspek
akademik, namun asek-aspek non akademik perlu dipertimbangkan.
8) Mengadakan umpan balik atas keberhasilan yang dicapai dan melaporkan kepada
kepala sekolah dan orang tua murid (Mukroji, 2014).
b. Kedudukan guru terhadap guru lain
Jabatan sebagai guru, khususnya di negara kita telah bernaung dan diwadahi oleh
beberapa organisasi profesi guru, seperti PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia),
PGTK (Persatuan Guru Taman Kanak-Kanak), dan lain sebagainya. Ini menunjukkan
bahwa guru berperan dalam komunitasnya sendiri. Lewat orgaisasi-organisasi ini, para
guru bisa berkomunikasi dan memperjuangkan kepentingan bersama dengan semangat
kebersamaan yang tinggi, sehingga apa yang menjadi keinginan para guru relatif lebih
mudah dicapai. Tidak heran jika apa yang diharapkan oleh para guru sebagai tulang
punggung kemajuan bangsa hanya terlayani secara minimal. Menjadi tontonan umum
bahwa sebagian besar para guru tidak atau belum mendapatkan hak- hak pemenuhan
kebutuhan minimal sebagai warga masyarakat, seperti yang telah diungkapkan pada
bagian latar belakang mengangkat hal ini dalam tulisan. Hal ini dapat menyebabkan
profesi guru menjadi sesuatu yang tidak membanggakan, yang pada akhirnya akan
berdampak pada terabaikannya tugas-tugas guru dalam mengajar (Mukroji, 2014).
2.4.2 Kedudukan guru di masyarakat
Peranan guru dalam masyarakat tergantung pada gambaran masyarakat tentang
kedudukan dan status sosialnya di masyarakat. Di negara-negara maju, seperti Jepang
dan Amerika Serikat, biasanya guru ditempatkan pada posisi sosial yang tinggi karena
peranannya yang penting dalam proses mencerdaskan bangsa. Namun, keadaan semacam
ini jarang dijumpai pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Peranan guru
di masyarakat juga tidak terlepas dari kualitas pribadi seorang guru serta kompetensi

12
mereka dalam bekerja. Penghargaan terhadap para guru akan sulit untuk berperan dan
mendapatkan kedudukan sosial yang tinggi jika seorang guru tidak memiliki kecakapan
dan kompetensi di bidangnya. Dalam prespektif perubahan sosial, guru yang baik tidak
saja harus mampu melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, tetapi harus pula
berperan tugas-tugas pembelajaran di luar kelas dan di dalam masyarakat. Hal tersebut
sesuai dengan kedudukan mereka sebagai agen pembaruan, agen of change, berperan
sebagai innovator, motivator, fasilitator, terhadap kemajuan dan pembaruan dalam
masyarakat (Mukroji, 2014).
Dunia pendidikan dituntut agar menghasilkan sumber daya manusia yang sesuai
dengan kemajuan IPTEK. Guru mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan,
sehingga hampir semua usaha pembaharuan di bidang pendidikan bergantung pada guru.
Pengembangan profesionalisme guru diarahkan pada peningkatan kualitas. Kualitas
sumber daya manusia ditentukan oleh mutu dan tingkat pendidikan. Kualitas pendidikan
yang rendah menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah; makin tinggi tingkat
pendidikan maka makin tinggi pula kualitas sumber daya manusia. Hal ini berpengaruh
terhadap cara pikir, nalar, wawasan, keluasan dan kedalaman pengetahuan. Dengan
tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan akan lebih mudah memperoleh kesempatan
guna mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan penghasilan yang relatif lebih
tinggi, dan dengan penghasilan yang relatif tinggi akan dengan sendirinya dapat
memelihara kesehatan yang relatif lebih baik (Yusutria, 2017).
Guru dalam masyarakat adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan dan teladan
bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang harus
dijaga dan dilaksanakan. S. Nasution mengatakan, bahwa di masyarakat, guru harus
selalu sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Di mana dan kapan saja, ia akan
selalu di pandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru
oleh masyarakat, khususnya peserta didiknya. Masyarakat tidak dapat membenarkan
pelanggaran-pelanggaran, seperti berjudi, mabuk, apalagi jika perbuatan itu dilakukan
oleh guru. Hal itu akan dianggap sangat serius. Dalam masyarakat, muncul anggapan
bahwa orang yang kurang bermoral tidak akan mungkin menghasilkan peserta didik yang
mempunyai etika tinggi (Mukroji, 2014).
Persoalan peranan guru memang dilematis. Pada suatu sisi guru dituntut sebagai agen
pembaruan, tetapi di sisi lain nasib sebagian para guru belum tersentuh kesejahteraan.
Status sosial mereka dihormati dan diakui sebagai jabatan profesional, namun
penghargaan secara ekonomis belum merata. Sebagian mereka belum bisa mengandalkan

13
penghasilannya sebagai guru untuk menutupi kebutuhan ekonomi keluarganya yang
paling primer, sehingga mereka tidak bisa fokus pada pekerjaannya sebagai guru. Hal ini
akan sangat menggangngu peningkatan kualitas pendidikan yang sekaligus menghambat
kualitas sumber daya manusia bangsa ini (Mukroji, 2014).
Masyarakat, baik yang terdidik maupun yang belum pernah sekolah sekalipun,
mempunyai gambaran tentang guru sehingga terbentuklah dalam masyarakat streotipe
(pelabelan) terhadap para guru. Sebuah penelitian tentang streotipe guru,
menggambarkan bahwa dalam masyarakat, guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Guru tidak memperlihatkan keperibadian yang fleksibel, tetapi cenderung
mempunyai pendirian yang tegas dan sulit menerima kebenaran dari orang lain.
 Guru pandai menahan diri, hati-hati, dan tidak segera menceburkan diri dalam
pergaulan dengan orang lain.
 Guru cenderung menjauhkan diri karena hambata batin untuk segera bergaul secara
intim dengan orang lain.
 Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterkaitan kelakuannya pada norma-
norma yang berkenan dengan kedudukannya.
 Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin menggurui dalam diskusi, karena terbiasa
dengan sifat serba tahu dalam kelas.
 Guru cenderung bersikap konservatif.
 Pada umumnya tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk menjadi guru, hanya
karena pilihan lain tertutup.
 Tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan.
 Cenderung mengikuti pimpinan daripada memberi pimpinan.
 Kurang agresif menghadapi berbagai masalah.
 Cenderung memandang guru-guru sebagai kelompok yang berbeda dengan golongan
kerja yang lain.
 Menunjukkan kesediaan untuk berbakti dan berjasa (Mukroji, 2014).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan jabatan profesi yang
seharusnya dihargai secara profesional, baik dari segi status di dalam masyarakat maupun
dari segi ekonomi atau kesejahteraan. Penghargaan gaan yang seharusnya diberikan kepada
guru diharapkan dapat memacu peningkatan kualitas guru sendiri yang pada gilirannya akan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai aset bangsa yang akan mengangkat
derajat dan martabat bangsa itu sendiri.

14
2.6 Hak dan Kewajiban Guru
Guru sebagai jabatan profesional yang dituntut memiliki keahlian khusus, diharapkan
betul-betul mengarahkan seluruh perhatiannya agar selalu dapat melaksanakan tugas
profesionalnya dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, guru harus diberikan hak-hak
tertentu sehingga mereka dapat memenuhi tugas dan tanggung jawabnya. Di dalam UU RI.
No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 14 ayat 1 disebutkan bahwa
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimun dan jaminan
kesejahteraan social.
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual.
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menjaga
kelancaran tugas keprofesionalan.
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan,
kode etik guru, dan peraturan perundangundangan.
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
8. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
10. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi.
11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Di dalam pasal 20 UU RI. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa
guru dalam melaksanakan tugasnya mempunyai beberapa kewajiban, yaitu:
1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin,
agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

15
4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika.
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana diamanatkan oleh undang-
undang tersebut di atas, seorang guru akan tetap dapat eksis di tengah-tengah
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Demikian pula para
peserta didik akan semakin hormat kepadanya karena mereka melihat guru mereka sebagai
sosok yang senantiasa dapat ditiru dan digugu.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka dari makalah ini, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu:
1. Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk
melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.
2. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan siswa untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal.
3. Kedudukan sebagai guru adalah jabatan yang sangat menentukan nasib bangsa ke
depan.
3.2 Saran
Kami sadar akan keterbatasan yang kami miliki, sehingga kami harapkan kritik maupun
saran dari semua teman-teman dan dosen pengampu matakuliah untuk ke depan yang
lebih baik lagi.

17
DAFTAR RUJUKAN
Mukroji. 2014. Hakikat Pendidik Dalam Pandangan Islam. Yogyakarta: Jurnal
Kependidikan, Volume 2 No. 2 November 2014.
Setiawan, Deny,. dan Sitorus, Joni,. 2017. Urgensi Tuntutan Profesionalisme dan
Harapan Menjadi Guru Berkarakter. Medan: Jurnal Cakrawala Pendidikan,
No 1. Februari 2017.
Shabir, Muhamad. 2015. Kedudukan Guru Sebagai Pendidik (Tugas dan Tanggung
Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru). Makasar: Jurnal
Auladuna, Vol. 2 No. 2 Desember 2015: 221-232.
Undang-undang RI. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Usman, Moh Uzer. 2011. Menjadi Guru Profesional Edisi Kedua. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Yusutria. 2017. Profesionalisme Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Sumberdaya
Manusia. Padang: Jurnal Curricula Vol 2, No. 1 (2017).

18

Anda mungkin juga menyukai