INKLUSIF
Oleh Kelompok 7 :
1. MUSYAROFAH A1M119100
2. NONI A1M119101
3. NUR DAHNIAR SUKMANA A1M119103
4. NUR OVOXCETIN A1M119104
5. RINDA ANGGRAINI A1M119107
6. SANTI A1M119109
7. SEPTIAN NINGSIH A1M119110
8. SITTI MUSDALIFAH A1M119111
9. SRI DELVI A1M119113
10. GITA A1M119123
11. SUMARTIAN DUSTI A1M119158
12. NUR ALISA A1M121018
13. PUTU AYUK SUARTINI A1M121020
14. SRI SAKINAH ULFAH A1M121032
15. WA ODE NURHIJRAH A1M121036
16. ELGA AYUDITYA YAHDIYANI A1M121047
17. HASRI ANI A1M121056
18. LA ODE HALIKUL TAMSIL A1M121063
19. PUTRI NAWA WULAN A1M121076
Puji syukur senantian kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Keterampilan Berbicara Interaktif, dengan judul makalah
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharap
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Besar
harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, serta bermanfaat baik bagi kami maupun.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................29
3.2 Saran............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan individu atau anak-anak berkebutuhan khusus, secara riil ada di sekolah
umum tidak hanya ada di sekolah luar biasa. Dalam kenyataannya, begitu banyak anak-anak
berkebutuhan khusus yang dapat kita temui di sekolah reguler terutama di sekolah-sekolah
tingkat rendah seperti di sekolah dasar. Dengan adanya anak-anak berkebutuhan khusus di
sekolah dasar, dimana ada karakteristik anak berkebutuhan khusus yang tidak begitu mencolok
secara signifikan, menyebabkan guru mengalami kesulitan untuk mengenalinya. Sebut saja anak-
anak tunagrahita ringan dengan tingkat kecerdasan atau IQ 70/75 dan anak berkesulitan belajar
spesifik. Kondisi dan keberadaan anak ini di sekolah tentu secara fisik tidak akan menampakkan
perbedaannya secara signifikan. Untuk itulah guru-guru di sekolah dasar tersebut mengalami
berkebutuhan khusus di sekolah atau di kelasnya, maka hal ini akan berdampak bagi guru dalam
memberikan layanan pembelajaran. Guru-guru bahkan tidak jarang memberikan label bagi anak-
anak tersebut dengan sebutan yang kurang menguntungkan. Dengan adanya sebutan, persepsi
yang salah dan akhirnya memberikan layanan pendidikan yang salah atau kurang tepat bagi
anak-anak berkebutuhan khusus maka hal ini akan merugikan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus tersebut. Dengan adanya kesalahan persepsi dan kesalahan dalam memberikan layanan
tentu akan berdampak dalam pengembangan potensi dari anak-anak berkebutuhan khusus
tersebut.
v
Model layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, yang sekarang ini sedang
banyak dicobakan adalah model inklusif. Pendidikan inklusif merupakan layanan pendidikan
Manajemen sekolah dan manajemen kelas sangat memengang peranan penting dalam
yang baik maka pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah tidak akan terlaksana dengan baik
pula. Keterlibatan manajemen sekolah tersebut antara lain: 1) menyamakan persepsi oleh warga
sekolah yang dimotori oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah urusan manajemen inklusif
inklusif di sekolah tersebut dapat terselenggara dengan baik. Sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif tersebut dapat memberikan keramahan dan keberterimaan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus.
1. Siapa yang termasuk dalam kualifikasi pembinaan dan karier personal dalam
pendidikan inklusif ?
vi
6. Apa saja prinsip-prinsip / prasyarat pembinaan karier ?
1.3 Tujuan
inklusif.
1.4 Manfaat
Makalah ini dibuat untuk memahami secara mendalam mengenai kualifikasi pembinaan
vii
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kepala Sekolah
sebab itu siapa pun yang menjabatnya akan menjadi figur panutan masyarakat sekitar
sosial. Oleh sebab itu, kepala sekolah lebih dipersepsi sebagai pemimpin sosial
pejabat struktural berarti mereka diangkat dan ditetapkan oleh pemerintah, dengan
kriteria tertentu yang bersifat mengikat, dan sebagai pemimpin masyarakat mereka
harus mendapat legitimasi sosial di mana sekolah itu berada. Secara intern kepala
sarana dan prasarana (PP No. 28 Th. 1990 Ps 12 ayat 1). Adapun pada Pasal 23.3.
menjelaskan tentang kewajiban kepala sekolah, yaitu; menilai kurikulum, guru dan
tenaga kependidikan lainnya, serta sarana dan prasarana dalam lingkungan satuan
pendidikan yang berada dalam wewenang dan tanggung jawabnya. Pada sisi lain
universal yang berlaku pada lingkungan sekitar dan sesuai dengan budayanya.
viii
Sudikin, Basrowi, dan Wiyaka (2003) menyatakan sekurangkurangnya ada lima
pribadi yang utuh harus bertanggung jawab terhadap dirinya. Pengingkaran terhadap
tanggung jawab pribadi dapat menyebabkan terjadinya konflik antara dirinya dan
Kedua, tanggung jawab kepada keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dari
terhadap keluarganya. Misalnya seorang kepala sekolah yang terlalu sibuk mengurusi
gilirannya akan menimbulkan ketegangan yang dapat dapat merusak citranya sebagai
Ketiga, tanggung jawab kepada masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial yang
Muis yang berjudul Salah Asuhan. Tokoh Hanafi yang semula menolak
pakaian itu, alasan yang ia kemukakan karena ia merasa mempunyai tanggung jawab
jawabnya terhadap masyarakat itu bisa berarti bencana pada dirinya. Dalam konsep
school based management antara sekolah dan masyarakat itu digambarkan sebagai
ix
mitra. Oleh sebab itu, figur kepala sekolah terhadap masyarakatnya haruslah
Keempat, tanggung jawab kepada bangsa dan negara. Sebagai warga negara,
setiap orang bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Kepala sekolah
sebagai individu mempunyai tanggung jawab yang sama sebagaimana warga negra
jawab secara khusus yang melekat pada jabatannya. Pengingkaran terhadap dua
bentuk tanggung jawab yang melekat pada diri kepala sekolah terhadap bangsa dan
negara bukan saja dapat merugikan pada dirinya, melainkan juga pada peserta didik
Kelima, tanggung jawab kepada Tuhan. Manusia adalah ciptaan Tuhan, sebagai
hendaknya juga dipersepsi sebagai karunia dari Tuhan. Untuk itu, figur kepala
sekolah terhadap segala sesuatu yang dikerjakan sesuai dengan jabatannya tentunya
b. Kualifikasi
Sejalan dengan tanggung jawab dan kewajiban kepala sekolah sebagaimana telah
dijabarkan di atas, maka figur pengemban jabatan kepala sekolah haruslah memiliki
x
1. Kepemimpinan
lainnya.
d) Memahami filosofi dan konsep teori pendidikan inklusif uang berlaku universal.
e) Memahami konsep nilai dan norma budaya lokal sebagai pijakan dalam
xi
d) Memiliki etos kerja yang baik; disiplin, jujur, objektif, demokratis, transparansi,
jabatannya.
g) Mampu menjabarkan konsep dasar pendidikan inklusif berbasis budaya lokal dalam
bentuk perencanaan, program, pengelolaan, dan penilaian yang jelas dan terukur.
3. Sosial
Memiliki kemampuan membina dan mengembangkan interaksi sosial dan jaringan kerja yang
a. Personal (Pribadi)
xii
b) Memiliki sifatsifat sebagai warga negara yang baik.
optimal.
d) Memiliki etos kerja yang baik; disiplin, jujur, objektif, demokratis, transparan,
b. Profesional
tindakan kelas).
c. Sosial
jaringan kerja yang konstruktif dengan orangtua siswa, masyarakat maupun tenaga
profesional lainnya.
xiii
2) Kualifikasi Guru Khusus
a. Personal (Pribadi)
kependidikan).
optimal.
m) Memiliki etos kerja yang baik; disiplin, jujur, objektif, demokratis, transparan,
xiv
n) Memiliki kepribadian yang menarik; hangat, harmonis, terbuka, kasih sayang,
b. Professional
kependidikan).
xv
14.Mampu melaksanakan penelitian sederhana/praktis (khususnya penelitian
tindakan kelas).
c. Sosial
jaringan kerja yang konstruktif dengan orangtua siswa, masyarakat, maupun tenaga
profesional lainnya.
1. Guru
Ada dua kualifikasi akademik guru yaitu kualifikasi yaitu kualifikasi guru melalui
tersebut dijelaskan dengan kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat
sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dapat
dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji
kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar
xvi
biasa/sekolah menengah atas luar biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi Guru pada PAUD/TK/RA harus
(S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program
Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memilikikualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang
pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program
Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana(S1) program studi
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.
Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi
xvii
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.
Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.
Guru pada SMK/MAK* atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.
Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru dalam
tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan
kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan
tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya (PP Nomor 16 Tahun 2007 tentang
xviii
Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan oleh peraturan menteri. Beberapa dasar hukum lain yang menjelaskan
tentang standar kualifikasi akademik seorang pendidik, antara lain dalam Undang-Undang
Tahun 2005 tentang guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik
minimun sarjana (S1) atau diploma empat (D4), menguasai kompetensi, memilki sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Standar yang dimaksud adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan
dan ditetapkan berdasarkan atas sumber, prosedur dan manajemen yang efektif. Sedangkan
Penggunaan standar sangat vital dalam pengembangan suatu profesi. Dalam berbagai
Standar suatu profesi menetapkan siapa yang boleh atau tidak boleh masuk ke dalam
kategori profesi tersebut. Secara konseptual, standar juga dapat berfungsi sebagai alat untuk
kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon sebelum masuk ke dalam profesi yang
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya swara, tutor, instruktor, fasilitator, dan sebutan
pendidikan.
xix
2.2 Pembinaan Prajabatan
Program pelatihan prajabatan (pradinas) begi semua mahasiswa keguruan, baik calon
guru haruslah memberikan orientasi yang positif terhadap kecacatan. Dengan demikian, akan
mengembangkan pemahaman tentang apa yang dapat mereka capai di sekolah dengan
keterampilan yang dituntut terutama adalah yang berkaitan dengan cara mengajar yang baik
dengan kemampuan-kemampuan yang terdapat pada diri anak. Di lembaga pendidikan guru,
perhatian khusus difokuskan pada penyiapan semua guru untuk mempraktikkan otonominya
dalam mengadaptasi kurikulum dan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa serta
melakukan kerja sama dengan para spesialis, organisasi profesi, dan para orangtua.
advisoris utama dalam proses pengembangan pendidikan kebutuhan khusus, terutama dalam
bidang penelitian, evaluasi, penyiapan guru pelatih, serta merancang program dan bahan
pelatihan. Untuk itu, jarngan kerja antara univeritas dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi di
negara-negara maju dan negara-negara berkembang utamanya adalah dalam aspek penelitian dan
adalah LPTK-PLB yang berada di bawah naungan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
PLB mengacu pada lima komponen paradigma baru pendidikan tinggi, yaitu :
xx
1) Hasil dan kinerja pendidikan harus selalu mengacu pada kualitas yang
berkelanjutan
berasaskan otonomi
harus menjadi wadah pengembangan ilmu dan teknologi dalam bidang PLB yang
selalu dimulai dri penelitian. Oleh karena itu, LPTK-PLB berperan juga sebagai
yang terkait dengan bidang garapan pendidikan luas biasa yang meliputi: (1)
motorik; (7) Gangguan kesehatan; (8) Gangguan emosi dan tingkah laku; (9)
Berbakat (gifted dan talented); (10) Berkesulitan belajar; (11) Autisme; (12)
xxi
perlu memiliki jaringan dengan berbagai lembaga dan profesi termasuk antar
prajabatan diberikan kepada individu atau mahasiswa yang ingin menjadi tenaga
harus memiliki hubungan yang erat dengan organisasi profesi PLB, pengambil
kebijakan, dan berbagai sekolah yang memberikan pelayanan PLB bagi siswa
menyelenggarakan program akta mengajar PLB bagi para guru bidang studi yang
xxii
Lebih lanjut dikemukakan agar pendidikan di universitas, fakultas, dan departemen dapat
menjalankan peran mereka dalam proses menuju inklusi, mereka harus aktif terlibat dalam
pendidikan guru, penelitian, dan training para peneliti. Pendidikan guru harus lebih terfokus pada
pengguna dan harus lebih akrab siswa dan guru di sekolah, yang meliputi:
baik.
d. Melakukan evaluasi diri menunjuk pada apa dan bagaimana cara kita melakukan segala
e. Penelitian difokuskan pada penelitian terapan, penelitian tindakan dan inovasi, dan pilihan
pertanyaan penelitian harus lebih relevan terhadap lingkungan belajar yang akrab dan
inklusif dan juga lebih memfokuskan pada penemuan dan penggambaran kualitas daripada
dan/atau pelatihan pada bidang yang relevan, yang diberikan kepada para guru yang sedang
berdinas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan penguasaan terhadap kompetensi yang dituntut
(Dirjen Dikti Depdiknas, 2001). Pembinaan dalam jabatan dapat diberikan pada seluruh personal
persekolahan, baik kepala sekolah, guru reguler, guru khusus, tenaga administrasi laboran
xxiii
maupun mitra sekolah yang telah terikat kontrak kerja dengan lembaga atau sekolah tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh sehubungan dengan program inservice training, yaitu:
lebih tinggi, baik sebagai program penyetaraan maupun lanjutan. Hal yang penting yang
perlu diperhatikan dalam memilih jurusan pendidikan lanjutan adalah kesesuaian dengan
kebutuhan lembaga serta linieritas dengan jurusan yang semula telah diperolehnya.
Pemilihan secara sembarangan dengan tujuan sekadar memenuhi kriteria batas kualifikasi
minimal kesarjanaan tidak akan memberikan kontribusi yang sesuai dengan kebutuhan
dilaksanakan oleh pemerintah maupun sekolah secara mandiri. Masalah yang perlu
mendapat perhatian serius ini adalah bagaimana merancang suatu penataran yang
sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan para guru di sekolah. Selain itu juga perlu ada
koordinasi yang lebih baik antara berbagai unit atau sektor yang sama-sama mempunyai
misi peningkatan mutu guru melalui penataran. Kecuali itu juga perlu dicermati secara
serius dampak dari penataran tersebut terhadap peningkatan mutu di sekolah. Hal ini
c. Pembinaan dan pengembangan kompetensi melalui wadah kerja guru atau kepala
sekolah yang telah tersedia, di antaranya adalah KKG (kelompok kerja guru), PKG
(penataran kerja guru), KKS (kelompok kerja kepala sekolah) atau apa pun nama
wadahnya. Pengembangan kompetensi melalui wadah ini dianggap cukup efektif karena
xxiv
berjalan secara alami atas dasar kebutuhan dan permasalahan yang langsung dirasakan
d. Program magang. Magang berarti mengikutsertakan guru pada guru lain pada
waktu mengajar. Magang terutama ditujukan kepada guruguru yang masih baru (junior),
dan orang yang diikuti magang seyogianya adalah guru yang sudah senior di mana
pengetahuan dan keterampilan dari pakarpakar senior kepada guruguru junior. Alih
kepakaran dapat dilakukan dalam bentuk pelatihan, diskusi, atau lokakarya yang
dilakukan secara rutin dalam kurun waktu tertentu, misalnya dalam satu semester atau
f. Studi banding ke lembaga yang dipandang telah lebih maju. Kegiatan studi
banding dapat dilakukan antarlembaga sejenis baik yang berada pada daerah lain atau
negara lain. Ini merupakan alternatif untuk menyerap berbagai pengalaman dalam upaya
meningkatkan kinerja guru dalam sebuah kerja tim mengajar (team teaching), maka
mereka harus benarbenar memahami tugas anggota timnya pada batasbatas minimun.
Untuk itu materi pembinaan di samping yang berkaitan dengan pengembangan keahlian
masing masing juga harus diberikan materi pengantar bagi anggota tim lainnya. Misalnya
guru reguler perlu diberikan materi pengantar kePLBan (ortopedagogik), sementara guru
xxv
2.4 Materi Pembinaan
Dalam pendidikan inklusif di mana di dalamnya terdapat guru reguler dan guru khusus
sebagai motor penggeraknya, masingmasing mempunyai tugas khusus sesuai dengan bidang
yang diembannya. Namun lantaran mereka terlibat dalam sebuah kerja tim mengajar (team
teaching), maka guru reguler perlu diberikan materi pengantar kePLBan (ortopedagogik),
sementara guru khusus perlu diberikan pengantar pendidikan umum (general pedagogic).
Bagi guru reguler materi pengayaan yang harus dikuasai sekurangkurangnya adalah
kePLBan, utamanya agar dapat menjawab siapa, mengapa, dan bagaimana secara umum.
1) Materi bidang studi. Pelatihan bidang ini dimaksudkan agar guru reguler dapat
meningkatkan materi bidang studi yang diajarkan. Bagi guru kelas, yang biasanya
memegang pada kelaskelas rendah (satu, dua, dan tiga) pelatihan materi bidang studi
lebih bersifat pengayaan horizontal, sehingga memiliki variasi materi yang lebih
beragam luas dan komprehensif. Sementara bagi guru bidang studi, materi bidang
studi yang dilatihkan lebih bersifat vertikal atau berupa penajaman pemahaman
2) Materi yang terkait dengan metodologi pembelajaran. Pelatih pada bidang ini
xxvi
berbagai pendekatan dan metode terbaru dalam pendidikan, (3) pengembangan media
perilaku siswa. Topik relevan dengan materi ini yakni; (1) psikologi anak, (2)
terusmenerus menjadi lebih baik. Topik relevan yang perlu diberikan sekurang-
menghadapi pesatnya teknologi global. Topik kajian yang dianggap tepat yakni; (1)
penggunaan bahasa Inggris, (2) teknologi informasi, seperti komputer, internet, dan
1) Materi bidang kekhususan. Pelatihan bidang ini dimaksudkan agar guru khusus
kekhususan yang ditekuninya. Topiktopik materi aktual kekhususan yang relevan antara
lain; (1) Orientasi Mobilitas (OM), (2) baca tulis Braille, (3) bina wicara, (4) komunikasi
total, (5) psikometri, (6) binadiri, (7) bina gerak dan irama, (8) kinestesi, (9) bina sosial,
(10) remedial teaching, (11) strategi asesmen dan intervensi autistik, (12) strategi
asesmen dan intervensi ADHD, (13) strategi asesmen dan intervensi anak berkesulitan
belajar.
xxvii
2) Materi yang terkait dengan metodologi pembelajaran. Pelatihan pada bidang ini
kegiatan pembelajaran/pelatihan. Subkajian yang perlu berikan antara lain; (1) asesmen,
dalamnya berbagai pendekatan dan metode terbaru dalam pendidikan, (4) pengembangan
perilaku siswa. Topik relevan dengan materi ini yakni; (1) psikologi anak, (2) psikologi
kemampuan kepada guru khusus dalam melaksanakan penelitian agar kinerjanya secara
terusmenerus menjadi lebih baik. Topik relevan yang perlu diberikan sekurangkurangnya
menghadapi pesatnya teknologi global. Topik kajian yang dianggap tepat yakni; (1)
penggunaan bahasa Inggris, (2) teknologi informasi, seperti komputer, internet, dan (3)
suatu rencana karir dan peningkatan oleh departemen personalia untuk mencapai suatu rencana
kerja sesuai dengan jalur atau jenjang organisasi. Secara umum karir adalah serangkaian
xxviii
pekerjaan utama yang dijalankan oleh seseorang, sebelum, selama dan setelah menduduki
jabatan tertentu selama hidupnya (Dirjen Dikti Dediknas, 2001). Dalam setting pendidikan yang
dimaksud karir adalah serangkaian pekerjaan yang dijalani oleh seseorang dalam jabatan kepala
sekolah, guru, maupun jabatan lain dalam lingkup persekolahan, baik yang berstatus pegawai
negeri (PNS), maupun pegawai swasta. Selanjutnya yang dimaksud dengan pengembangan karir
adalah serangkaian kegiatan yang direncanakan oleh organisasi sekolah dan instansi vertical
terkait untuk menciptakan dan memberikan kesempatan kepada personal sekolah agar dapat
memberdayakan dirinya sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang dituntut untuk mencapai
suatu tingkatan pekerjaan ataujabatan yang optimal dalam profesinya. Pengembangan karir
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan upaya untuk mengembangkan
profesi guru.
Menurut I Komang A. dkk (2012) pengembangan karir adalah peningkatan pribadi yang
dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir dan peningkatan oleh departemen
personalia untuk mencapai suatu rencana kerja sesuai dengan jalur atau jenjang organisasi. Jadi
betapapun baiknya suatu rencana karir yang telah dibuat oleh seorang pekerja disertai oleh suatu
tujuan karir yang wajar dan realistik, rencana tersebut tidak akan menjadi kenyataan tanpa
diperlukan adanya tatanan birokrasi administratif yang tidak rumit, transparan dan
xxix
b. Perlu adanya penataan deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas dan terukur, agar
c. Diperlukan adanya pengaturan jenjang kepangkatan yang jelas dan terukur serta
dibarengi oleh adanya sistem penggajian yang mencerminkan status kepangkatan yang
signifikan. Hal ini penting untuk merangsang terjadinya kompetisi sehat dalam
d. Pengaturan jam kerja wajib antara guru reguler dan guru khusus perlu ditata tidak hanya
berdasarkan rentang penggunaan waktu saja, tetapi dimensi penghargaan keahlian profesi
rumah/gedung, antara tukang batu yang keahliannya diperoleh secara tidak formal dan
tukang listrik yang keahliannya diperoleh melalui pendidikan formal, tentunya akan
e. Harus ada peraturan tentang alur karier guru (carrier path) serta insentif yang
menyertainya secara jelas dan objektif yang didasarkan pada pertimbangan prestasi
(kinerja) profesional. Misalnya, tentang jenjang dan persyaratan kenaikan pangkat dan
jabatan.
f. Peraturan tentang kenaikan pangkat dan penghitungan angka kredit dibuat sesederhana
karier dan wibawa guru. Beberapa indikator yang perlu mendapatkan perhatian, antara
lain:
memperkecil peluang terjadinya kebijakan yang bersifat nonteknis baik oleh petugas
xxx
administratif maupun penentu kebijakan. Hal ini tidak berarti penyederhanaan
tuntutan kualifikasi profesional. Tetapi saluran proses itu hendaknya dapat dipantau
2) Sasaran penilaian hendaknya lebih ditekankan pada indikator profesi sebagai seorang
ini perlu mendapat perhatian serius agar tingkat profesional dan wibawa guru benar-
benar dapat ditingkatkan. Sehingga pandangan terhadap kepangkatan guru selama ini
3) Kriteria penilaian hendaknya juga dibuat sesederhana mungkin, sehingga setiap guru
menggunakan jasa dari pihak lain. Sistem penilaian yang ada saat ini masih
xxxi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kualifikasi personal dalam pendidikan inklusif diantaranya; kepala sekolah yang memiliki
tanggung jawab dan kewajiban dan harus memiliki kualifikasi dalam mengemban
tanggung jawab dan kewajiban yaitu kepemimpinan, teknik dan personal serta sosial. Guru
reguler dan guru khusus harus memiliki kualifikasi personal (pribadi), profesional dan
sosial. Kualifikasi guru melalui kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat
diangkat sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan, tetapi belum
dapat dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan
kesetaraan.
2. Dalam Pembinaan prajabatan mengembangkan pemahaman tentang apa yang dapat mereka
capai di sekolah dengan memanfaatkan layanan penduung yang tersedia di daerah masing-
masing. Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut terutama adalah yang berkaitan
dengan cara mengajar yang baik termasuk cara melakukan asesmen kebutuhan khusus,
pengajaran yang disesuaian dengan kemampuan-kemampuan yang terdapat pada diri anak.
pendidikan dan/atau pelatihan pada bidang yang relevan, yang diberikan kepada para guru
3. Guru pada pendiidkan inklusif terbagi menjadi dua yaitu guru reguler dan guru khusus
yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda, namun lantaran mereka terlibat
xxxii
dalam sebuah kerja tim mengajar (team teaching), maka guru reguler perlu diberikan
sekolah dan instansi vertical terkait untuk menciptakan dan memberikan kesempatan
kepada personal sekolah agar dapat memberdayakan dirinya sesuai dengan kebutuhan dan
persyaratan yang dituntut untuk mencapai suatu tingkatan pekerjaan ataujabatan yang
optimal dalam profesinya. Adapun prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam pembinaan
karier adalah pengembangan karier harus menyangkur dimensi yang luas, penataan tugas
dan tanggung jawab yang jelas dan terukur, pengaturn jam kerja antara guru reguler dan
guru khusus, peraturan tentang alr karier guru, peraturan tentang kenaikan pangkat dan
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat memahami isi dari maklah
dan tentu dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengetahui klasifikasi dalam pendidikan inklusif
serta pengembangan dan pembinaan karer dalam pendidikan inklusif. Semoga pembaca dapat
xxxiii
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. 2017. Pengantar Pendidikan Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta : Prenamedia
Group.
xxxiv