Di susun Oleh :
Kelompok 6
KENDARI
2022
Nama kelompok :
Asmalina A1M119085
Baharudun A1M119089
Hastati A1M19093
Lilianti A1M119097
Muskawati AM119099
Prasiska A1M121019
Muh.Fadil A1M121066
Puji syukur ke hadirat Allah SWT Atas rahmat karunia dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusif Berbasis Budaya Lokal" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusif.Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penyiapan pendidikan inklusif dan
pengembangan pendidikan inklusif.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Drs. H. Fahruddin, H. M.pd
selaku pengampuh Mata Kuliah Pendidikan Inklusif.Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Sampul
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB l PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan memainkan peran fundamental dalam pembangunan pribadi dan
sosial dalam rangka menciptakan ang katan kerja yang lebih terampil dan profesional,
tetapi tidak boleh mengorbankan pembangunan nilai nilai pribadi yang bersifat
natural. Untuk itu, pilihan dan prioritas isi pen didikan di sekolah harus menjadi
duplikasi masyarakat dan memberikan pendidikan yang siap pakai. Pilihan harus di
buat berkesesuaian dan harus ada interaksi hubungan antara isi dan budaya (Meriam
D S., 2002). Begitu pula dengan nilai-nilai moral dan moralitas harus mendapatkan
porsi yang seimbang dengan kepentingan ekonomi, sekalipun kebanyakan orang
menganggap masalah ekonomi harus disegerakan/diutamakan.
Para anggota UNESCO di kawasan Asia Pasifik meyakini, bahwa nilai nilai
budaya dan kemanusiaan yang dimiliki bersama, jika dikenali dengan baik, akan
dapat dimanfaatkan sebagai wahana wahana untuk kesatuan, solidaritas, dan
perdamaian. Sementara demokratisasi dipandang sebagai suatu instrumen demi
kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan. Pada sisi lain budaya lokal yang
merupakan pengejawan tahan dari nilai nilai natural yang sangat mendasar bagi sua tu
bangsa serta landasan hukum formal yang berlaku merupakan indikator utama yang
harus dipertimbangkan dalam upaya membangun suatu sistem pendidikan inklusif.
Untuk itu pemaduan indikator landasan universal, landasan hukum dan nilai-nilai
budaya lokal dipandang sebagai kesatuan yang saling melengkapi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyiapan Pendidikan inklusif ?
2. Bagaimana pengembangan Pendidikan inklusif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyiapan Pendidikan inklusif
2. Untuk mengetahui pengembangan Pendidikan inklusif
BAB II PEMBAHASAN
b. Misi
Menyelenggarakan pendidikan dasar bagi semua peserta didik secara
terintegrasi sesuai dengan kekhususan kebutuhan peserta didik.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan kesempatan memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya
kepada semua anak, khususnya anak-anak penyandang kebutuhan pendidikan
khusus.
b. Tujuan khusus
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pendidikan
Meningkatkan perolehan hasil belajar bagi semua peserta didik
Meningkaatkan pemberdayaan nilai-nilai budaya lokal dalam seluruh
proses penyelenggaraan pendidikan
Meningkatkan peran tiga komponen( orangtua,masyarakat dan
pemerintah) dalam penyelenggaraan pendidikan.
3. Kurikulum
a. Ketentuan umum dan isi kurikulum
Secara garis besar, konsep kurikulum dapat digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu konsep yang memandang kurikulum sebagai rencana dan
konsep yang memandang kurikulum sebagai aktualisasi. Termasuk yang
memandang kurikulum sebagai rencana adalah defines Phenix, bahwa
kurikulum merupakan seperangkat hasil belajar yang harus ditempuh oleh
peserta didik dalam satu program pendidikan. Adapun yang memandang
kurikulum sebagai aktualisasi menyatakan bahwa kurikulum merupakan
pengalaman nyata peserta didik dalam belajar.
Cara lain melihat konsep kurikulum adalah berdasarkan pada isi,
seperti dikemukakan Sowel (2000), yang antara lain mengemukakan
pendekatan kompetensi keterampilan proses, teknologi, atau sekolah kerja.
Dengan pendekatan kom petensi, materi ajar (pokok bahasan) berupa
seperangkat tujuan (behavioral objectives) yang harus dikuasai anak. Dengan
pendekatan keterampilan proses, materi ajar berupa seperangkat keterampilan
yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keterampilan
pengembangan sikap I nilai, keterampilan belajar sepanjang hidup, dan
keterampilan pemecahan masalah.
1. sasaran pendidikan secara umum sesuai dengan identitas siswa dan tujuan
pengembangan sekitar aktivitas pembelajaran secara umum
2. pengartikulasian harapan siswa dalam bentuk aktivitas belajar secara
umum
3. determinasi tentang apa yang dapat diajarkan secara tim, materi dasar
pendidikan, aktivitas, waktu atau unit bidang studi
4. determinasi bagaimana melakukan pengajararan dalam bentuk tim, yang
diarahkan agar siswa secara aktif ikut berpatisipasi dalam pembelajaran.
5. Penilaian
a. Penilaian Pembelajaran
6. Manajemen
a. Ketentuan Umum
Administrator daerah dan para kepala sekolah dapat memainkan peran
utama dalam menjadikan sekolah-sekolah agar lebih responsive terhadap
anak berkebutuhan khusus jika mereka diberi wewenang yang diperlukan
dan latihan yang memadai untuk berbuat demikian. Mereka seyogiannya di
minta untuk mengembangkan prosedur manajemen yang diminta fleksibel,
mengatur kembali penyaluran sumber-sumber pembelajaran,
memperbanyak pilihan pembelajaran menggalakan bantuan dari anak,
menawarkan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dan
mengembangkan hubungan yang erat antara orang tua dan masyarakat.
Keberhasilan manajemen sekolah bergantung pada keterlibatan yang efektif
dan kreatif, dari para guru dan staf sekolah, dan pengembangan kerja dan
kerja tim yang efektif untuk memenuhi kebutuhan para siswa.
6. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab khusus dalam meningkatkan
sikap yang positif di seluruh masyarakat sekolahnya dan dalam mengentur
kerja sama yang efektif antara guru kelas dan staf pendukung. Pengaturan
yang tepat atas faktor-faktor pendukung mitra kerja dalam proses
pendidikan seyogiannya ditetapkan melalui konsultasi dan negosiasi.
7. Setiap sekolah seyogiannya merupakan sebuah masyarakat yang secara
kolektif bertanggung jawab atas keberhasilan maupun kegagalan setiap
siswanya. Tim pendidikan bukannya guru-guru secara individu,
seyogiannya berbagai tanggung jawab atas pendidikan anak-anak
penyandang kebutuhan khusus. Orang tua dan relawan seyogiannya di
undang untuk mengambil peran aktif dalam pekerjaan sekolah. Namun
demikian, guru memegang peran kunci sebagai manajer proses pendidikan,
membantu anak melalui pemanfaatan ruang sumber yang memadai.
c. Ketenagaan
8. Persiapan semua personalita kependidikan secara tepat merupakan faktor
kunci dalam mempercepat kemajuan kearah kemajuan kearah
terselenggaranya sekolah-sekolah inklusif. Lebih jauh penerimaan guru-
guru yang menyandang kecacatan berfungsi sebagai model peran ( role
models) bagi anak-anak penyandang cacat agar semakin diakui
keberadaannya.
9. Program pelatihan prajabatan bagi semua mahasiswa keguruan baik calon
guru sekolah dasar maupun sekolah menengah, memeberikan orientasi yang
positif terhadap kecacatan, dan dengan demikian akan mengembangkan
pemahaman tentang apa yang dapat mereka capai disekolah dengan
memanfaatkan layanan pendukung yang tersedia di daerah masing-masing.
10. Pengetahuan dan keterampilan yang dituntut terutama adalah yang
berkaitan dengan cara mengajar yang baik, termasuk cara melakukan
asesmen kebutuhan khusus, mengadaptasi isi kurikulum, memenfaatkan
teknologi asistif,mengindividualisasikan prosedur pengajaran yang
disesuaikan dengan kemampuan-kemampuan yang terdapat pada diri anak,
dan sebagainya. Di lembaga pendidikan guru ( LPTK) perhatian khusus
peryogiannya di khususkan pada persiapan semua guru untuk
mempraktikkan otonominya dan menerapkan ketererampilannya dalam
mengadaptasikan kurukulum dan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan
siswa serta bekerja sama dengan para spesialis dan bekerja sama dengan
para orang tua.
11. Perlu dikembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk
merespons kebutuhan pendidikan khusus menjadi bahan pertimbangan pada
saat melakukan asesmen mata kuliah dan pemberraian lisensi keguruan.
12. Berdasarkan prioritas, bahan-bahan tertulis dipersiapkan dan seminar-
seminar diselenggarakan bagi para administrator daerah, pengawas, kepala
sekolah, dan guru senior untuk mengembangkan kapasitasnya sebagai
pemimpin dalam bidang ini dan untuk mendukung dan memberi pelatihan
kepada staf pengajar yang belum begitu berpengalaman.
13. Tantangan utama dalam memberikan pelatihan utama dalam dinas bagi
semua guru adalah mempertimbangkan semua kondisi yang bervariasi,
yang sering kali menyulitkan di tempat kerjanya. Pelatihan dalam jabatan,
bila memungkinkan dikembangkan ditingkat sekolah dengan cara
berinteraksi dengan pelatih dan didukung oleh pendidikan jarak jauh serta
teknik-teknik pembelajaran mandiri lainnya.
14. Pendidikan spesialis dalam bidang kependidikan kebutuhan khusus yang
mengarah pada dimilikinya kualifikasi tambahan terintegrasi atau di
dahului pendidikan dan pengalaman sebagai guru regular dami menjamin
dikuasinya berbagai pengetahuan yang saling melengkapi dan
mempertinggi mobilitas.
15. Pendidikan guru-guru khusus perlu di tinjau ulang dengan tujuan agar
mereka mampu bekerja dalam berbagai setting penyelenggaraan pendidikan
dan agar dapat memainkan peran kunci dalam program-program pendidikan
berkebutuhan khusus. Suatu pendekatan non kategori yang mencakup
semua jenis kecacatan di kembagkan sebagai ilmu umum program, sebelum
mahasiswa mengambil spesialisasi dalam suatu atau lebih jenis kecacatan
itu.
16. Program tinggi mempunyai program advisoris utama dalam proses
pengembangan pendidikan kebutuhan khusus, terutama dalam bidang
penelitian, evaluasi, penyiapan guru pelatih, serta merancang program dan
bahan pelatihan. Jaringan kerja sama dalam perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan tinggi di Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang di
tingkatkan. Menjalin jaringan penelitian dan pelatihan seperti ini sangat
besar artinya. Juga penting meberi peran kepada penyandang acact agar
terlibat aktif dalam penelitian dan pelatihan tersebut untuk menjamin agar
pandangan-pandangannya dapat menjadi bahan pertimbangan.
17. Satu masalah yang sering terjadi pada sistem pendidikan, termasuk sistem
yang meberikan palayanan pendidikan yang sangat baik kepada siwa-siawa
penyandang cacat, adalah tidak adanya model peran bagi para siswa
tersebut. Siswa penyandang kebutuhan khsuus mebutuhkan kesempatan
untuk berinteraksi dengan orang dewasa penyandang cacat yang telah
mencapai keberhasilan agar meraka dapat menolakkan gaya hidup dan
aspirasinya pada harapan-harapan realistis.
18. Di samping itu, siwa penyandang cacat diberi pelatihan dan contoh tentang
pemerdayaan penyandang cacat dan kepemimpinan agar mereka dapat
membatu dalam perumusan kebijakan yang akan memperngaruhi
kehidupannya kelak. Oleh karena itu, sistem pendidikan seyogiannya juga
menerima guru dan tenaga kependidikan lainnya dari kalangan penyandang
cacat yang berkualifikasi, dan seyogiannya juga melibatkan individu
penyandang cacat yang berhasil dari daerah setempat dalam pendidikan
anak-anak penyandang kebutuhan khusus.
7. Pembinaan
Secara umum proses pembinaan bagi guru dalam pendidikan inkluisf dapat di
lakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu pembinaan prajabatan dan
pembinaan jabatan.
Model tim dimana model ini guru pendidikan khusus dilibatkan secara
langsung dalam tim perencanaan mingguan dan mempunyai posisi
sederajat dengan anggota tim lainnya. Materi yang dibahas dalam tim
meliputi penyelidikan informasi tentang siswa, penentuan strategi
pembelajaran yang akan digunakan modifikasi ide-ide dalam pelaksanaan
asesmen, dan strategi-strategi tingkah laku.
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap pembaca dapat
memahami isi dari makalah ini dan tentu dapat menambah
pengetahuan seputar dunia Pendidikan Inklusif.
DAFTAR PUSTAKA