Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KURIKULUM MERDEKA

Yang diampuh oleh Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

-NURUL KHOLISAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Kurikulum
merdeka” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari
Dosen pak Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd. pada Mata Kuliah Kimia Analisis Instrumen
di Universitas Negeri Makasssar. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada selaku Dosen
pak Hardin, S.Si, S.Pd, M.Pd. Mata Kuliah Kimia Analisis Instrumen. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 8 April 2024


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui, bahwa pendidikan di Indonesia sangatlah


jauh tertinggal dibanding pendidikan di Negara-negara lain di luar sana.
Berdasarkan Hasil Programme for International Student Assessment
(PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun. berada di bawah
kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau
menerapkan. konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami
peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas tahun
terakhir. Fakta ini memperlihatkan adanya kesenjangan besar antarwilayah
dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Hal ini juga
diperparah dengan adanya pandemi COVID-19 5 tahun lalu.

Untuk mengatasi hal sebagaimana tersebut, Kemendikbudristek


berupaya melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus
(kurikulum darurat) untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran
(learning loss) pada masa pademi. Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang
menggunakan kurikulum darurat menunjukkan, penggunaan kurikulum
darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan
86% (numerasi).

Efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan


pentingnya peran pemangku kepentingan dan pengelolaan dan tantangan
dalam implementasi kurikulum Merdeka.

Selanjutnya Kemendikbud ristek mengeluarkan kebijakan


Kurikulum Merdeka Belajar. Sebelumnya Kurikulum Merdeka Belajar ini
adalah Kurikulum Merdeka yang dirancang sebagai bagian dari upaya
Kemendikbudristek dalam rangka untuk mengatasi krisis belajar yang
telah lama kita hadapi, dan menjadi semakin diperparah karena pandemi.
Krisis ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan
dalam hal yang mendasar seperti literasi membaca.

Kebijakan merdeka belajar ini juga diharapkan akan menjadi


langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber
Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar
Pancasila

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja peran pemangku kepentingan?


2. Apa saja pengelolaan dan tantangan dalam implementasi kurikulum
Merdeka?

C. Tujuan

1. Mengetahui peran pemangku kepentingan


2. Mengetahui pengelolaan dan tantangan dalam implementasi kurikulum
Merdeka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Pemangku Kepentingan

` Kurikulum merdeka merupakan kurikulum baru untuk tahun


ajaran 2020. Rencananya kurikulum ini akan diwajibkan pada tahun
2024. Tentunya guru dan sekolah harus terus belajar dan mengupgrade
diri untuk siap menghadapi perubahan kurikulum.
Kurikulum Merdeka menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan sesuai dengan
kebutuhan zaman. Seperti yang diketahui sebelumnya bahwa project
based learning menjadi salah satu model pembelajaran yang
dianjurkan dalam menerapkan kurikulum Merdeka. Bukan hanya
membuat Siswa lebih aktif dan paham materi pelajaran, tetapi juga
sebagai upaya untuk mencapai profil pelajar Pancasila.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila ditujukan untuk
menjadikan pelajar Indonesia menjadi pelajar sepanjang hayat yang
kompeten, berkarakter serta berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami
pengetahuan sebagai proses penguatan karakter.
Project based Learning merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa serta dilakukan berdasarkan suatu latar belakang
masalah untuk menciptakan proyek atau aktivitas nyata yang membuat
siswa lebih aktif. Dalam mengerjakan suatu proyek tentu siswa akan
mengalami berbagai kendala kontekstual sehingga harus dilakukan
invertigasi serta pemecahan masalah guna menyelesaikan masalah
dengan tepat. Disinilah diperlukan peran guru dan pemangku
kepentingan lainnya dalam melaksanakan pembelajaran berbasis
proyek dengan efektif dan optimal.
Berdasarkan modul Panduan Pelaksanaan Proyek Penguatan
Pelajar Pancasila, inilah guru dan pemangku kepentingan
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Adapun peran-peran
pemangku kepentingan yaitu:
1. Peran guru dalam kurikulum Merdeka
Peran guru dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka di Sekolah
Menengah Pertama sangat penting. Salah satu hal yang harus dikuasai
oleh guru adalah pemahaman konsep Kurikulum Merdeka. Pemahaman
yang baik akan membuat guru mampu mengaplikasikan kurikulum
tersebut secara efektif di kelas. Beberapa aspek yang harus dipahami oleh
guru mengenai konsep Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut :
a) Tujuan Kurikulum Merdeka adalah untuk mengembangkan potensi
siswa secara holistik. Dalam kurikulum ini, siswa dianggap sebagai
subjek yang aktif dalam pembelajaran, bukan sebagai objek yang
pasif. Tujuan dari kurikulum ini adalah untuk mengembangkan
potensi siswa di segala bidang, baik akademik maupun non-akademik.
b) Prinsip Kurikulum Merdeka: Prinsip dari Kurikulum Merdeka adalah
bahwa pembelajaran harus mengembangkan kemampuan siswa secara
holistik. Kurikulum ini juga menekankan pada pendekatan
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Guru harus
mampu mengaplikasikan prinsip Kurikulum Merdeka dalam proses
pembelajaran agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
c) Pengembangan kemampuan siswa secara holistik: Pengembangan
kemampuan siswa secara holistik mencakup pengembangan
kemampuan akademik, sosial, emosional, dan kreativitas.
Guru harus mampu mengembangkan kemampuan siswa di segala
bidang agar siswa dapat berkembang secara optimal. Kurikulum Merdeka
adalah sebuah konsep kurikulum yang memungkinkan sekolah dan guru
untuk memiliki keterlibatan yang lebih besar dalam mengembangkan
kurikulum mereka sendiri, dengan mempertimbangkan kebutuhan lokal
dan konteks sosial, budaya, dan ekonomi. Konsep ini memiliki beberapa
pemahaman menurut para ahli, di antaranya :
a) Menurut Prof. Dr. M. Amin Abdullah, guru besar Ilmu Pendidikan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Kurikulum Merdeka adalah sebuah konsep kurikulum yang
memperkenalkan pendekatan bottom-up dalam pembuatan kurikulum,
di mana siswa, guru, dan masyarakat setempat berperan aktif dalam
pengembangan kurikulum. Konsep ini menekankan pentingnya
pengembangan kurikulum yang berbasis 171 lokal dan kontekstual,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan tantangan siswa di
lingkungan sekitar.
b) Menurut Prof. Dr. H. M. Arifin Junaidi, Guru Besar Universitas
Negeri Malang, Kurikulum Merdeka merupakan konsep kurikulum
yang memberikan kebebasan bagi guru dalam mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan konteks sosial,
budaya, dan ekonomi setempat. Konsep ini menekankan pentingnya
pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan
karakter, pendidikan kewirausahaan, dan kecakapan hidup.
c) Menurut Prof. Dr. Wina Sanjaya, Guru Besar Ilmu Pendidikan di
Universitas Pendidikan Indonesia, Kurikulum Merdeka adalah sebuah
konsep kurikulum yang menekankan pada partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Konsep ini menekankan pentingnya pengembangan
kurikulum yang mengedepankan kemampuan siswa dalam belajar
mandiri, berkolaborasi, berkomunikasi, dan berpikir kritis.
Secara umum, para ahli sepakat bahwa Kurikulum Merdeka adalah
sebuah konsep kurikulum yang memberikan kebebasan bagi guru dalam
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
konteks sosial, budaya, dan ekonomi setempat. Konsep ini menekankan
pentingnya pengembangan kurikulum yang berbasis lokal dan kontekstual,
serta mengintegrasikan pendidikan karakter, kewirausahaan, dan
kecakapan hidup. Selain itu, konsep ini juga menekankan partisipasi siswa
dalam pembelajaran dan pengembangan kemampuan belajar mandiri,
berkolaborasi, berkomunikasi, dan berpikir kritis.
2. Peran kepala sekolah dalam kurikulum Merdeka
Peran Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan
berkaitan dengan adanya pelaksanakan supervisi akademik. Dalam
kaitannya dengan kurikulum, melalui supervisi akademik Kepala Sekolah
akan terlibat aktif dalam proses pengembangan kurikulum supaya dapat
menggerakkan tenaga pendidik dan kependidikannya dalam rangka
menciptakan proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Menurut
Swearingen dalam Maunah mengatakan bahwa ada 8 fungsi supervisi,
yaitu:
1. Mengkoordinir semua usaha sekolah
2. Memperlengkapi kepala sekolah
3. Memperluas pengalaman guru-guru
4. Menstimulir usaha-usaha yang kreatif
5. Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus
6. Menganalisis situasi belajar dan mengajar
7. Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf
8. Mengintegrasi tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan mengajar guru-guru.
Sedangkan menurut Campbell, Corbally & Nyshand dalam
Mulyasa mengemukakan tiga klasifikasi peranan kepala sekolah, yaitu:
1. Peranan yang berkaitan dengan hubungan personal, mencakup kepala
sekolah sebagai figurehead atau simbol organisasi, leader atau
pemimpin, dan liaison atau penghubung,
2. Peranan yang berkaitan dengan informasi, mencakup kepala sekolah
sebagai pemonitor, disseminator, dan spokesman yang menyebarkan
informasi ke semua lingkungan organisasi, dan
3. Peranan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang
mencakup kepala sekolah sebagai entrepreneur, disturbance handler,
penyedia segala sumber, dan negosiator.
Kepala sekolah sebagai supervisor berperan sebagai:
1. Narasumber. Kepala sekolah dituntut untuk mengenal dan memahami
masalah pengajaran.
2. Konsultan atau penasehat. Kepala sekolah hendaknya dapat membantu
guru melakukan cara-cara yang lebih baik dan mengelola proses
pembelajaran.
3. Fasilitator. Kepala sekolah harus mengusahakan sumber-sumber
profesional baik materi seperti buku dan alat pelajaran maupun
sumber manusia yaitu narasumber modul diperoleh guru.
4. Motivator. Kepala sekolah hendaknya membangkitkan dan memelihara
kegairahan kerja guru untuk mencapai prestasi kerja yang semakin
baik.
5. Pelopor pembaharuan. Kepala sekolah jangan merasa puas dengan
cara-cara dan hasil yang sudah dicapai, tetapi harus memiliki prakarsa
untuk melakukan perbaikan agar guru juga melakukan hal serupa.
Menurut Made Pidarta upaya yang dilakukan oleh supervisor
dalam memberikan pekerjaan yang inovatif dan menantang, memberi
penghargaan atas prestasi kerja guru, memberi kesempatan berkreasi baik
individu ataupun kelompok, serta memberi kesempatan kepada guru untuk
berpartisipasi dalam aktivitas sekolah. Menurut Olivia peran supervisor
yang utama ada 4 yaitu, (1) sebagai koordinator, (2) sebagai konsultan, (3)
sebagai pemimpin kelompok, (4) sebagai evaluator.
Seorang pemimpin pendidikan (Kepala Sekolah) yang berperan
sebagai supervisor nampak dengan jelas peranannya. Sesuai dengan
pengertian hakiki dari supervisi itu sendiri, maka peranan supervisor ialah
memberi support (supporting) membantu (assisting) dan mengikut
sertakan (sharing). Peranan seorang supervisor ialah menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas, dalam
mengembangkan potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh
tanggungjawab. Suasana yang demikian hanya dapat terjadi bila
kepemimpinan dari supervisor itu bercorak demokratis bukan otokratis
atau laissez faire. Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan
tanpa inisiatif dan daya kreatif karena supervisor dalam meletakkan
interaksi dan interelasi, yang bersifat mematikan kemungkina-
kemungkinan perkembangan.
Dari uraian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peran kepala
sekolah dalam pengembangan kurikulum merdeka belajar adalah:
1. Mengarahkan agar sekolah memiliki kesamaan persepsi tentang esensi
kurikulum merdeka belajar.
2. Membangun kolaborasi sesama warga sekolah dan kolaborasi sekolah
dan pihak eksternal.
3. Mendorong pendidik untuk meningkatkan kreativitasnya dalam
merancang strategi pembelajaran yang berpusat pada murid.
4. Mendukung tenaga kependidikan dan tenaga pendidik dalam melakukan
perubahan yang lebih baik.
5. Memberikan kesempatan tenaga kependidikan dan tenaga pendidik
untuk mengembangkan karirnya.
6. Membiasakan refleksi dalam melaksanakan program pendidikan.
7. Melibatkan orangtua murid dalam satuan pendidikan.
8. Melaksanakan supervisi akademik yang berorientasi pada kebutuhan
pendidik dalam mengelola proses pembelajaran.
3. Peran orang tua dalam kurikulum Merdeka
Dalam teori belajar konstruktivisme Vygotsy, belajar merupakan
peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal yang bersifat
behavioral tampak lebih nyata hampir dalam setiap peristiwa belajar. Pada
pendekatan belajar berbasis siswa, anak dibantu berkembang dengan
bimbingan orang yang sudah terampil di bidang tersebut. Diperlukan
peran orang dewasa dan anak lain dalam memudahkan perkembangannya.
Bukan berarti orang tua yang mengerjakan tugas sementara anak sama
sekali tidak mengerjakan, bahkan tidak mencoba untuk memahami
tugasnya, sehingga mengakibatkan kualitas pendidikan akan menurun.
Diperlukan interaksi orang tua – anak secara intensif terkait tugas
sekolahnya. Melalui interaksi tersebut, anak membangun pengetahuan
secara bertahap. Konsekuensinya, kemungkinan anak dan orang tua
membutuhkan waktu lebih lama dalam menyelesaikan tugas karena harus
mencari, membaca, memahami, kemudian mengerjakan tugasnya. Anak
akan mempunyai pengalaman belajar lebih banyak dibandingkan jika
tugasnya dikerjakan orang tua. Oleh karena itu, kesabaran orang tua
sangat penting dalam membantu anak membangun pengetahuannya.
Orang tua yang sabar dan tenang akan memberikan iklim sejuk kepada
anak, sehingga dapat mengerjakan tugasnya dengan tenang dan nyaman.
Orang tua hebat saat ini bukan saja mampu menemani anak belajar, tetapi
juga menciptakan rasa nyaman dan tenang kepada anaknya saat
mengerjakan tugas dengan meningkatkan interaksi.
Untuk mewujudkan tujuan kurikulum merdeka, diperlukan
kesiapan tiga dimensi pendukung, yaitu peserta didik (anak), sekolah, dan
keluarga. Berikut peran yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam
mensukseskan merdeka belajar:
a. Mendampingi. Dalam penerapan merdeka belajar diperlukan peran
orang tua di rumah, memantau anak sesuai dengan norma agama dan
Pancasila. Dalam hal ini pada penerapan makna bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, orang tua harus memantau
anak dalam menjalankan ibadahnya. Begitu juga dengan akhlak mulia,
semestinya orang tua berbahasa santun, karena anak pasti meniru orang
tua. Termasuk dalam hal berpikir kritis jika anak di rumah bertanya
kepada orang tua, sebagai orang tua tidak boleh mematahkan.
b. Bersikap Terbuka. Pendidikan akan selalu berkembang dari zaman ke
zaman. Hal ini sesuai dengan pesan Ali Bin Abi Thalib, “Didiklah anak
sesuai dengan zamannya karena mereka hidup pada zamannya bukan
pada zamanmu”. Metode pengajaran yang kita terima di masa lalu,
tidak dapat diimplementasikan di masa yang serba canggih sekarang
ini. Kita harus selalu ikut belajar tentang sisi positif dari Kurikulum
Merdeka. Kurikulum ini dirancang oleh para ahli di bidang pendidikan
dan menyesuaikan dengan perkembangan anak di zaman sekarang,
terutama untuk mengatasi learning-loss setelah pandemi. Orang tua
memang perlu berantipati untuk sesuatu yang baru bagi anak, namun
juga tidak boleh menutup diri. Cari sisi positif Kurikulum Merdeka
Belajar dengan tetap bertekun mempelajari. Ikutilah perkembangan
penerapan ini, sehingga bisa memberikan masukan juga ke pihak
sekolah, sehingga akan dievaluasi dan menjadi semakin baik di
kemudian hari.
c. Berwawasan Kebangsaan yang Ber-Bhineka Tunggal Ika. Indonesia
memiliki aneka macam suku bangsa, agama, dan budaya yang berbeda-
beda. Sebagai warga negara yang baik, kita juga harus bisa menerima
perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar kita. Kompetisi di zaman
sekarang tidak hanya di tingkat nasional, namun juga di kancah
internasional. Jangan sampai generasi kita lebih banyak menyibukkan
diri dengan perselisihan-perselisihan hanya karena perbedaan. Inilah
pentingnya wawasan kebangsaan yang berbhineka tunggal ika dari
orang tua, agar bisa ditanamkan kepada anak-anaknya. Agar kelak
generasi muda lebih sibuk berkarya dan membuat prestasi yang
bermanfaat, daripada sibuk mencari kelemahan dan menghakimi suatu
perbedaan. Jangan pula menanamkan benih “tidak suka” pada anak,
agar di dalam hati anak hanya ditumbuhi dengan rasa tenggang rasa,
toleransi, menghormati, dan mengasihi sesama.
d. Mengapa sekarang lembaga Kemendikbud berubah menjadi
Kemendikbudristek? Mengapa namanya tidak lagi Kemendikbud
“saja”? Perubahan nama Kementrian ini tentu saja ada alasannya. Salah
satunya karena pendidikan dan teknologi merupakan bagian yang tidak
bisa dipisahkan. Sumber informasi dan pengetahuan bisa ditemukan di
mana pun dan kapan pun. Produk-produk yang dikerjakan dan
dihasilkan anak dalam proses belajar tidak hanya berwujud benda nyata
atau “hard-copy”, namun juga bisa berwujud “soft-copy” yang bisa
dibuat dan di simpan menggunakan perangkat komunikasi. Orang tua
perlu menambah wawasan dalam berteknologi, agar bisa mendukung
program pemerintah dalam men-sukseskan Kurikulum Merdeka
Belajar, yang mana banyak memanfaatkan perangkat teknologi.
e. Mendoakan. memberikan keistimewaan melalui doa orang tua terhadap
anaknya, yang termasuk dalam tiga doa yang diijabah. “Walau pun
Kurikulum ini bernama “Kurikulum Merdeka Belajar”, namun tentu
saja anakanak harus tetap patuh pada norma, hukum, dan aturan yang
sudah disepakati. Maka pendampingan orang tua sangat diperlukan,
agar bisa membimbing, menasihati, dan membantu memberi solusi.
Apalagi anak-anak akan sangat akrab dengan perangkat teknologi yang
sangat rentan dengan pengaruh-pengaruh negatif. Pastikan anak
menggunakan perangkat komunikasi untuk belajar dan membuat karya
yang bermanfaat, dan tidak terpengaruh oleh kata-kata kurang sopan,
adegan kekerasan, dan hal-hal yang tidak mengedukasi anak.
f. Berkomunikasi dengan Pihak Sekolah. Kurikulum Merdeka Belajar
adalah sesuatu yang baru. Tentu saja seorang guru juga membutuhkan
waktu untuk benar-benar bisa menerapkan kurikulum ini. Guru tidak
hanya membutuhkan pelatihan dan seminar namun yang tidak kalah
penting adalah mengaplikasikan hasil pelatihan dan seminar yang
pernah diikuti kepada anak didiknya. Evaluasi dan diskusi antara guru
dan orang tua sangat dibutuhkan, agar Kurikulum Merdeka Belajar ini
benar-benar bisa diterapkan dengan baik, dan bisa menunjukkan
perkembangan kognitif, karakter, dan ketrampilan anak yang optimal.
Jangan ragu pula untuk mengadakan seminar bersama orang tua tentang
aplikasi Kurikulum Merdeka Belajar, agar ada kesinambungan
pengetahuan antara pihak sekolah dan orang tua demi kesuksesan
kurikulum ini bagi perkembangan anak didik.
Dapat disimpulkan bahwa orang tua hebat tidak akan membiarkan
anaknya belajar sendiri tanpa ditemani. Dia peduli dengan tugas anaknya
dan juga terlibat dengan kegiatannya, sehingga suasana keakraban juga
akan terbangun. Di samping menerapkan teori belajar kondisional dan
kognitif, teori yang paling cocok dengan kurikulum Merdeka adalah teori
konstruktivisme, yang memungkinkan anak menjadi pekerja keras melalui
bantuan orang tua karena dia secara langsung terlibat dalam setiap
kegiatan penyelesaian tugas. Dengan kata lain, anak mendapatkan
pengalaman belajar yang lebih dengan banyak berinteraksi dengan orang
tuanya. Keberhasilan belajar anak tidak bergantung kepada cara guru
memberikan bimbingan saja, tetapi cara orang tua memberikan motivasi
dan dukungan. Kurikulum Merdeka ini merupakan kurikulum yang akan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak berkembang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Sebagai orang tua
hendaknya tidak pernah putus untuk memberikan motivasi dan dukungan
kepada anak.
4. Peran pemerintah dalam kurikulum Merdeka
Bidang pendidikan termasuk didalam urusan pemerintahan yang
konkuren. Hal tersebut berarti bahwa, kewenangan mengenai urusan di
bidang pendidikan dibagi antara kewenangan pemerintahan pusat dengan
pemerintahan daerah, adanya ketentuan tersebut tentunya harus
diselenggarakan dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas,
efisiensi, serta kepentingan nasional terutama jalannya pelaksanaan
pendidikan yang ada di Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Urusan kurikulum yang masuk dalam kajian kebijakan pendidikan
merupakan hasil dari turunan kebijakan bidang pendidikan oleh
pemerintah pusat sebagai upaya pembaharuan kesiapan peserta didik dan
sekolah dalam mengejar ketertinggalan pembelajaran, termasuk kedalam
salah satu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah, yang kemudian diperjelas di dalam lampiran
pembagian urusan tentang pembagian urusan pemerintahan bidang
pendidikan adanya hubungan kewenangan antara pusat dengan daerah
yang dalam hal ini berupa pembagian urusan dalam bidang pendidikan,
tentunya memiliki tujuan yang diantaranya yaitu peningkatan mutu
pendidikan di daerah melalui pengelolaan kearifan lokal, serta
penyelenggaraan pendidikan yang diharapkan dapat terselenggara secara
merata hingga ke pelosok daerah.
Untuk mendukung hal tersebut, maka diperlukan adanya hubungan
antara pemerintahan pusat dengan pemerintahan di daerah, dimana dalam
penyelenggaraannya daerah provinsi memiliki kewenangan untuk
melakukan pengelolaan terhadap pendidikan menengah. Berkaitan dengan
hal tersebut, diketahui bahwa telah terjadi perubahan dimana di dalam UU
Pemda 2004 pengelolaan pendidikan menengah dikelola oleh
pemerintahan daerah kabupaten atau kota, namun saat ini berdasarkan
dengan UU Pemda 2014, pengelolaan pendidikan menengah tersebut
menjadi kewenangan dari pemerintahan daerah provinsi.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan
adalah melalui sistem penjaminan mutu pendidikan (SPMP). Sebagaimana
disebutkan dalam Permendiknas Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan pasal 2, bahwa penjaminan mutu pendidikan
adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan atau program
pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah
daerah, pemerintah dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa melalui pendidikan.
Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, ada beberapa tanggung jawab yang harus
diperankan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait dengan
kebijakan pendidikan. Maka pemerintah daerah dan pemerintah pusat
memiliki fungsi dan tanggung jawab yang jelas dalam urusan pendidikan.
Fokus pada kewenangan pemerintah daerah dalam urusan kurikulum
merdeka dapat dipetakan sebagai berikut:
1. Pendanaan Kurikulum Merdeka
2. Memfasilitasi adanya pendidik dan tenaga kependidikan untuk
kurikulum merdeka
3. Pengembangan kurikulum merdeka berbasis kearifan local
4. Kebijakan guru untuk menerapkan kurikulum Merdeka.
B. Pengelolaan dan Tantangan dalam Implementasi Kurikulum
Merdeka

Kurikulum merdeka dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas


pendidikan di Indonesia. kursus yang berpotensi menghasilkan generasi
masa depan yang cerdas, berkarakter, dan bersemangat sebagai siswa
sepanjang hayat. Karena itu, konten kurikulum merdeka mencakup
kompetensi, pelaksanaan pembelajaran yang fleksibel, dan karakter siswa
Pancasila. Kurikulum ini memiliki pembelajaran intrakurikuler dengan
konten yang beragam sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk
mempelajari konsep dan menguatkan kemampuan mereka. Adapun
pengelolaan dan tantangan dalam implementasi kurikulum Merdeka antara
lain:
1. Peran Teknologi dalam Kurikulum Merdeka
Isu-isu aktual masa kini yang sering kali kita dengar misalnya isu
lingkungan teknologi tidak akan menggantikan guru karena kecanggihan
teknologi. Aka tetapi teknologi di tangan guru akan sangat mempermudah
bukan untuk mempersulit. yang kedua adalah lebih merdeka merdeka
pengembangan karakter dan kompetensi yang hebat akan menjadi
transformasional segala aktivitas apalagi dalam dunia bagi peserta didik
memiliki arti yaitu profil belajar Pancasila yang relevan pembelajaran
sangat membantu dari yang goalscore tidak ada program peminatan di
SMA dengan kehidupan sehari-hari siswanya sebelumnya dilakukan
secara manual dan peserta didik memilih mata pelajaran. Ya itu tadi
adalah perkembangan teknologi terasa rumit serta membutuhkan waktu
sesuai dengan minat bakat dan yang ada pada kurikulum Merdeka belajar.
Adanya teknologi kurikulum Merdeka belajar era digital guru tetap
Merdeka bagi guru yaitu guru mengajar dalam pembelajaran. Para guru
lebih dipermudah semuanya menjadi lebih praktis mudah dan belajar
walau sudah mengajar, yaitu tadi sesuai tahap capaian dan perkembangan
dalam proses generate dan semoga bapak adalah kutipan dari George
tentang singkat peserta didik terlebih lagi berbagai platform yang dan
Merdeka bagi sekolah, maksudnya yaitu ibu guru terus tetap bisa
mengembangkan teknologi bagi guru yang dimana saat ini disediakan oleh
Kemendikbud semuanya diri dan kompetensinya agar tidak memiliki
wewenang untuk berbasis teknologi seperti platform Merdeka mandiri,
tertinggal dapat semoga bermanfaat dan pendidikan tidak akan terlepas
dari yang mengembangkan mengelola kurikulum dan mengajar platform
rapat pendidikan dan namanya teknologi.
Pembelajaran sesuai dengan karakteristik transformasi
kecanggihan di dunia. Berikut merupakan satuan pendidikan dan peserta
didik yang teknologi yang begitu pesat sejalan juga keunggulan dari
kurikulum Merdeka dengan teknologi dalam dunia pendidikan ketiga
adalah lebih relevan dan belajar yang pertama ada lebih sederhana
interaktif pembelajaran melalui kegiatan atas dasar itu sebagai seorang
guru dan mendalam fokus pada materi yang proyek atau Project Based
Learning, hendaknya terus mengembangkan diri serta esensial dan
mengembangkan kompetensi memberikan kesempatan kebih luas kepada
kompetensinya agar tidak tertinggal peserta didik Pada fasenya belajar tipe
peserta didik untuk secara aktif crazy zaman atau biasa disebut dengan
gaptek. kurikulum Merdeka belajar ini sangat membantu perkembangan
teknologi informasi terkini bagi siswa, Karena dengan adanya merdeka
belajar ini memberikan kebebasan belajar yaitu bisa dimana saja kapan
saja dan bahkan kalau menggunakan berbagai sumber mana saja apalagi
pada saat sekarang ini kita yang masih berada dalam kondisi pandemi mau
tidak mau Suka tidak suka kita harus bisa menerapkan metode
pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumber belajar nah salah
satunya itu bisa dengan menggunakan teknologi digital untuk menjawab
tantangan tersebut.
Kemendikbudristek telah menyediakan akun pembelajaran yang
bisa kita gunakan yaitu belajar.id nah selain Itu penyediaan akun
pembelajran ini juga sebagai bentuk digitalisasi sehingga kita semua harus
dapat mengubah paradigma berpikir, paradigma belajar dan paradigma
kita dalam mengakses belajar sehingga kita sebagai mahasiswa harus bisa
mengakses berbagai sumber belajar dalam bentuk digital. Apakah
kurikulum Merdeka belajar ini telah membantu mengikuti perkembangan
sebagai yang telah dengan tingkat perguruan tinggi yaitu revolusi industri
4.0. Terkait dengan Covid-19. Sebenarnya dengan hadirnya covid 5 tahun
silam kita melihat dari sisi positif Covid ingin menyadarkan masyarakat
bahwa kita sebenarnya sudah berada di level teknologi yang sangat-sangat
maju, sampai ke tahap itu selama ini hanya beberapa kalangan merasakan
manfaat dari teknologi tersebut. Ketika Covid datang sebagai titik
momentum terjadinya perubahan dalam menyuruh kepada masyarakat nah
disini kesempatan juga bagi pemerintah tahun melakukan perubahan
terhadap kurikulum. pada revolusi industri sudah sudah terjadi beberapa
tahun silam Dengan hadirnya karakteristik apapun itu kurikulumnya harus
didukung dengan SDM yang luar biasa.

2. Pengelolaan kelas dalam kurikulum Merdeka


Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran.
Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran.
Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik
yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian
tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok
yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik)
dan fasilitas.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan
kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola” ditambah
awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah
“manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris,
yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan.
Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
a) Kelas dalam arti sempit yakni tempat sejumlah siswa berkumpul untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional
ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan
siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada
batas umur kronologis masing-masing.
b) Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan
bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan
diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu
tujuan.
Maka pengelolaan kelas merupakan usaha sadar atau keterampilan
seorang guru untuk menciptakan, mengatur, dan memelihara kegiatan
proses belajar mengajar secara sistematis dan kondusif yang mengarah pada
penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan
situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai.
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu
faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar
di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan
Decey mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola
kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai
evaluator.
Guru sebagai pengelola kelas harus memiliki managemen kelas,
tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan menurun,
bahkan kegiatan pembelajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru sebagai
pengelola kelas bertugas membuat anak didik betah tinggal di kelas dengan
motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi
guru sebagai pengelola kelas adalah merancang tujuan pembelajaran,
mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran, memotivasi yang bisa
dilakukan dengan memberi hukuman atau reward, mendorong, dan
menstimulasi siswa serta mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan
lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah
belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar,
diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas
adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif, misalnya :
a. pengaturan penggunaan waktu yang tersedia untuk setiap pelajaran,
b. pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran di kelas agar tercipta
suasana yang menggairahkan dalam belajar’
c. pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan siswa itu sendiri.
3. Harapan dan tantangan dalam implementasi kurikulum Merdeka
Kurikulum merupakan aspek yang paling fundamental dalam
pembangunan dunia pendidikan. Kurikulum merupakan “chip” yang berisi
beragam keinginan dan harapan dari suatu komunitas masyarakat tertentu
untuk memperbaiki dirinya, saat ini dan di masa akan datang. Kurikulum
dalam sistem pendidikan dijadikan pusat dari semua sistem penggerak
komponen Pendidikan. Kurikulum sebagai tumpuan harapan kualitas
pendidikan masa depan maka kurikulum perlu didesain dan dikembangkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan
sumber daya manusia Indonesia. Pengembangan kurikulum di Indonesia
sangat penting untuk membangun sumber daya manusia, tidak ada kata
lain yang harus diwujudkan yakni memberikan pendidikan kepada
generasi bangsa secara berkelanjutan. Kurikulum sebagai dimensi
peningkatan kualitas pendidikan selalu mengalami perubahan ataupun
pengembangan disebabkan tuntutan untuk beradaptasi dengan kondisi
jaman.
Jika ditelusuri dari rekam jejak sejarah terkait perubahan atau
pengembangan kurikulum, sekira 12 kali kurikulum mengalami
perubahan. Perubahan terakhir dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum
Merdeka Belajar. Di Indonesia pengimplementasian kurikulum telah
mengalami berbagai perubahan dan penyempurnaan yaitu tahun 1947,
tahun 1964, tahun 1968, tahun 1984, tahun 1994, tahun 1997 (revisi
kurikulum 1994), tahun 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan
Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan system
politik, ekonomi, sosial budaya dan iptek dalam masyarakat berbangsa.
ada tahun 2013 pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional
melakukan pengembangan kembali menjadi Kurikulum 2013 (Kurtilas)
dan pada tahun 2018 terjadi revisi menjadi Kurikulum 2013 revisi.
Perubahan kurikulum tidak bisa dihindari, karena kurikulum memainkan
peran penting dalam sejarah hubungan antara sekolah dan komunitas serta
menjadi subjek untuk menganalisis yang dimiliki dan dihadapi sekolah
dengan institusi atau lingkungan lainnya. Oleh karena itu, desain
Kurikulum Merdeka tetap mengacu pada evaluasi kurikulum sebelumnya
sebagai dasar mengkonstuksi kebijakan pendidikan masa yang akan
datang.
Tantangan dalam perubahan mindset pendidik dan peserta didik
serta terbatasnya infrastruktur adalah tantangan utama dalam implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar. Tantangan dalam perubahan mindset
pendidik dan peserta didik serta terbatasnya infrastruktur adalah tantangan
utama dalam implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Solusi untuk
Mengatasi tantangan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
dapat berupa pelatihan dan pembinaan, akses internet, fasilitas
pendkukung, dukungan pemerintah, dan keterlibatan stakeholder
Kurikulum Merdeka Belajar dapat: membuat siswa dan guru menjadi lebih
kreatif, inovatif, dan tentunya lebih maju dalam penggunaan teknologi;
adanya kebebasan siswa dalam memperoleh informasi dalam belajar
sehingga meningkatkan kemampuan literasi, numerasi dan berpikir logis
serta meningkatkan kognitif siswa. Akibatnya pembelajaran matematika
menjadi lebih maju dikarenakan pengimplementasian merdeka belajar.
Perbedaan penilaian kurikulum 2013 dan kurikulum mandiri pada setiap
jenjang adalah sebagai berikut: untuk jenjang pendidikan Paud 5-6. Dalam
evaluasi kurikulum 2013 dicatat evaluasi proses perkembangan anak dan
hasil belajar untuk evaluasi mingguan atau bulanan dicatat dan ditarik
kesimpulan sebagai dasar perkembangan anak dalam pelaporan kepada
orang tua. Sebaliknya, dalam kurikulum mandiri atau merdeka, ada
laporan tertulis kepada orang tua minimal 6 bulan sekali, yang memuat
gambaran pembelajaran anak, dan laporan atau komunikasi verbal dengan
orang tua dapat dilakukan kapan saja.
Satuan pendidikan di Indonesia diberikan kebebasan menentukan
tiga kurikulum yang ada yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat
(kurikulum 2013 yang disederhanakan) dan kurikulum merdeka belajar.
Pemberian kebebasan tersebut diberikan agar satuan pendidikan leluasa
dalam menentukan kurikulum yang sesuai dengan kondisi di sekolahnya
serta memberikan waktu kepada pemerintah untuk melakukan sosialisasi
dan pelatihan kepada guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah terkait
kurikulum Merdeka. tantangan yang dihadapi meliputi kurangnya
pemahaman dan keterlibatan semua stakeholder dalam konsep kurikulum
merdeka, serta kebijakan yang belum mendukung secara menyeluruh
menjadi hambatan tersendiri dalam setiap pelaksanaan kegiatan
mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar di sekolah-sekolah
penggerak
4. Masa depan Pendidikan Indonesia dengan kurikulum Merdeka
Pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan dalam
menciptakan berbagai desain pembelajaran, baik berupa strategi, metode
dan berkaitan dengan administratif atau desain implementasi
pembelajarannya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin
canggih, menjadi tugas yang sangat berat bagi pendidik untuk
mensukseskan dari tujuan suatu pembelajaran. Begitupun dengan peserta
didik menjadi tugas yang pokok dalam memahami dan mempelajari materi
yang diajarkan, untuk dapat menjadi generasi muda yang cerdas.
Sebagai negara yang terus berinovasi dalam pengembangan dalam
mendesain suatupembelajaran,Indonesia setidaknya telah mengalami lebih
dari sepuluh kali perubahan kurikulum yang memengaruhi gaya suatu
pembelajaran tersebut sejak awal kemerdekaan. Mulai dari Rentjana
Pembelajaran 1947 hingga yang baru saja hangat diperbincangkan, yakni
“Merdeka Belajar.” Merdeka Belajar yang dicanangkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di bawah komando Nadiem Makarim
menambahkan fakta bahwa dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun saja
Indonesia telah melakukan pembaharuan kurikulum sebanyak 3 kali. Hal
tersebut tak lain yaitu untuk menjawab kebutuhan Indonesia yang berubah
sesuai kemajuan zaman dalam mensukseskan dari suatu tujuan
pembelajaran, baik strategi, metode atau yang sifatnya administratif atau
desain implementasi pembelajarannya. Dengan demikian, Indonesia
diharapkan dapat mempersiapkan perserta didik yang memiliki daya saing
di masa yang akan datang.
Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang
dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Nadiem membuat
kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya, penelitian
Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019
menunjukkan hasil penilaian pada peserta didik Indonesia hanya
menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan
literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara. Menyikapi hal
itu, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan
minimum, meliputi literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi bukan
hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan
menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep dibaliknya. Untuk
kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi
penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam menerapkan konsep
numerik dalam kehidupan nyata. Satu aspek sisanya, yakni Survei
Karakter, bukanlah sebuah tes, melainkan pencarian sejauh mana
penerapan nilai-nilai budi pekerti, agama, dan Pancasila yang telah
dipraktekkan oleh peserta didik. Selain dari pada program kebijakan yaitu
merdeka belajar, guru pun harus menghadapi tantangan pada abad-21
yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia
yang kompeten serta mampu menghadapi tantangan pendidikan secara
global.
Mutu pendidikan Abad 21 menjadi tantangan kita. Mutu
pendidikan sangat ditunjang dan ditentukan oleh komponen-komponen
pendidikan. Optimalisasi komponen-komponen pendidikan tersebut
menyebabkan pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Salah satu komponen yang memiliki andil besar terhadap
keberhasilan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pelaksana
pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Guru
dituntut untuk memiliki kualifikasi profesional. Guru profesional tidak
hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode
pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang
tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia Pendidikan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan modul Panduan Pelaksanaan Proyek Penguatan
Pelajar Pancasila, inilah guru dan pemangku kepentingan
melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Adapun peran-peran
pemangku kepentingan yaitu:
1. Peran guru dalam kurikulum Merdeka
2. Peran kepala sekolah dalam kurikulum Merdeka
3. Peran orang tua dalam kurikulum Merdeka
4. Peran pemerintah dalam kurikulum merdeka
Adapun pengelolaan dan tantangan dalam implementasi kurikulum
Merdeka antara lain:
1. Peran teknologidalam kurikulum Merdeka
2. Pengelolaan kelas dalam kurikulum Merdeka
3. Harapan dan tantangan implementasi kurikulum Merdeka
4. Masa depan Pendidikan Indonesia dengan kurikulum merdeka
B. Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan peran pemangku
kepentingan dalam Pendidikan di kurikulum Merdeka dapat dijalankan
dan berperan aktif didalam, serta pasif untuk menjalankan tujuannya. Dan
juga di masa depan diharapkan pengelolaan dan tantangan dalam
implementasi kurikulum Merdeka dapat dijalankan walaupun tantangan
yang dihadapi susah tapi dengan tantangan inilah yang akan membuat
Pendidikan di Indonesia menjadi semakin maju.
DAFTAR PUSTAKA

Fadillah, 2023. Peran guru dalam pelaksanaan kurikulum Merdeka disekolah


menengah pertama pada sekolah binaan. Jurnal indopedia. Vol 1,(1).
Hilmin.,Dwi & Ani. 2022. Kebijakan pemerintah daerah dalam penerapan
kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan dan sosial humaniora. Vol 2,(2).
Idris,2023. Mindset kurikulum Merdeka. Journal sustainable. Vol 6,(2).
Nasution, 2023. Hambatan dan tantangan implementasi kurikulum Merdeka di
MTS Raudlatul Uluum Aek Nabara Labuhanbatu. Journal of education.
Vol 5,(4).
Ramadinah,2021. Peran kepala sekolah dalam pengembangan kurikulum Merdeka
belajar. Jurnal Mosaic Islam Nusantara. Vol 7,(2).
Rosmana,dkk, 2023. Peranan teknologi pada implementasi kurikulum Merdeka di
SDN kabupaten purwakarta. Journal of social science research. Vol 3,
(2).
Sekali., Jainab & Srie. Peran orang tua dalam implementasi kurikulum Merdeka
dikelurahan laucimba kecamatan kabanjahe kabupaten karo. Jurnal
pengabdian kepada Masyarakat digital. Vol 2,(2).
Sugiri & sigit, 2020. Perspektif asesmen autentik sebagai alat evaluasi dalam
Merdeka belajar. Jurnal At Thaulab. Vol 4,(1).

Anda mungkin juga menyukai