PENDAHULUAN
Era revolusi Industri 4.0 mempunyai tantangan sekaligus kesempatan bagi lembaga
pendidikan, baik itu pendidikan resmi ataupun informal. Syarat maju serta
berkembangnya suatu lembaga pembelajaran adalah wajib bagi seluruh civitas akademik
mempunyai keahlian abad 21 yang diketahui dengan 4C, ialah creative thinking, critical
thinking and problem solving, communication, serta collaboration. Tetapi tidak hanya
keahlian tersebut yang harus dimiliki, juga wajib mempunyai daya inovasi serta kerja
sama yang besar. Bila tidak mampu berinovasi serta bekerjasama, maka kita sedang
1
menyiapkan diri untuk semakin tertinggal. Seluruh lembaga pembelajaran harus
menyelaraskan sistem pembelajaran yang mereka jalankan dengan kemajuan era saat ini.
Olehnya itu, dalam mewujudkan perihal tersebut maka tiap lembaga pembelajaran
harus melaksanakan pengembangan pendidikan yang dalam hal ini merupakan
pengembangan ataupun dalam memperbarui kurikulum. Pembaharuan kurikulum ini
harus sejalan dengan kemajuan zaman serta teknologi. Perubahan kurikulum musti
dilakukan supaya proses pendidikan serta pembelajaran yang dijalankan tidak mengalami
keterlambatan dibandingkan dengan negara lain. Dengan seiringnya kemajuan zaman,
apabila masih menggunakan metode kurikulum yang lama bisa jadi kurang relevan lagi
sehingga dengan terdapatnya pembaharuan kurikulum maka bisa dijadikan sebagai
tumpuan dalam proses pendidikan supaya lebih efisien serta efektif, sehingga hendak
terbentuk pendidikan yang bisa menggapai tujuan nasional yang diharapkan.
Merdeka belajar merupakan salah satu langkah yang sesuai untuk menggapai
pembelajaran yang cocok dengan keadaan saat ini dengan tujuan untuk mempersiapkan
generasi yang tangguh, pintar, kreatif, serta mempunyai kepribadian cocok dengan nilai-
nilai bangsa Indonesia. Kedua, gagasan merdeka belajar mempunyai relevansi dengan
2
pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pembelajaran yang memikirkan aspek
penyeimbang cipta, rasa, serta karsa. Merdeka belajar memberikan kebebasan pada siswa
serta guru buat meningkatkan bakat serta keahlian yang terdapat dalam diri karena selama
ini pembelajaran lebih menekankan pada aspek pengetahuan. Ketiga, merdeka belajar
dapat diterapkan dalam pengembangan pembelajaran kepribadian. Dengan merdeka
belajar, siswa diharapkan lebih banyak praktek dalam implementasi nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk tercapainya
pendidikan yang ideal dan sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia menjadi tanggung
jawab dan kesadaran bersama (Ainia, 2020).
Konsep kebijakan merdeka belajar ialah guru sebagai tenaga pendidik mampu
menciptakan suasana belajar yang nyaman dan mampu membangkitkan semangat belajar
agar siswa tidak merasa terbebani oleh materi yang disampaikan guru (Yusuf &
Arfiansyah, 2021). Dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini seseorang guru dituntut wajib
kreatif serta inovatif dalam mendesain pendidikan. Dalam menghasilkan pembelajaran
yang merdeka untuk peserta didik, seseorang guru wajib menggunakan potensi
kreativitasnya dalam mendesain pendidikan dengan memakai bermacam tata cara serta
media pendidikan yang tersedia. Proses pendidikan akan menarik serta mengasyikkan
apabila seseorang guru sanggup mendesain pendidikan secara kreatif serta inovatif. Guru
dapat memilah tata cara pendidikan yang sesuai untuk partisipan didik dan memakai
media pendidikan supaya partisipan didik hendak lebih gampang memahmi serta
menguasai modul yang diajarkan. Dengan menggunaan metode serta media pendidikan
yang pas hingga hendak terbentuk pendidikan yang mengasyikkan serta tidak monoton.
3
Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pembukuan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, 2021). Oleh karena itu dalam Kurikulum
Merdeka Belajar, Profil Pelajar Pancasila ialah petunjuk untuk guru dan siswa sehingga
seluruh proses pembelajaran, program, serta kegiataan di satuan pembelajaran yang
sasaran akhirnya ke Profil Pelajar Pancasila wajib mempunyai kompetensi serta
kepribadian yang cocok dengan nilai-nilai Pancasila.
PENGALAMAN GURU
4
Merdeka Belajar yaitu pelatihan penyusunan Modul Ajar dan Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP). Menurut informan ini, sebelum mengikuti pelatihan penyusunan Modul Ajar dan
ATP ini, rekan-rekannya di sekolah sudah mencoba mempelajari secara mandiri dan
menyusunnya sendiri. Mereka mempelajari secara mandiri dan mempelajari rujukan
menyusun Modul Ajar dan ATP dari platform Merdeka Mengajar. Setelah guru-guru dari
skeolah ini mengikuti pelatihan selama 2 hari kemudian didukung pelatihan-pelatihan
dari platform Merdeka Mengajar, mereka kemudian mulai terampil membuat Modul Ajar
dan ATP.
Perlu diketahui bahwa platform Merdeka Mengajar ini merupakan produk dari
Kemdikbud untuk membantu dan memudahkan guru-guru mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka Belajar. Platform Merdeka Mengajar ini berisi banyak konten yang
sifatnya edukatif, antara lain pelatihan-pelatihan dari Kemdikbud dan terdapat juga video
inspirasi guru dari daerah lain. Video tersebut adalah rekaman guru mengajar yang
menggunakan model dan strategi mengajar yang tentunya bisa menjadi inspirasi bagi
guru di daerah lain. Kemudian platform Merdeka Mengajar ini juga memiliki menu
sumber belajar dan perangkat-perangkat pembelajaran yang dapat diakses dengan mudah
oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Namun, menurut sumber
informasi, sumber-sumber belajar yang diakses untuk keperluan mengajar dari platform
Merdeka Mengajar ini terkadang tidak sesuai dengan buku paket yang digunakan oleh
guru di kelas. Materi dari konten tersebut kadang tidak sejalan dengan apa yang terdapat
di buku paket mengenai materi yang akan diajarkan. Hampir semua konten bahan ajar
yang terdapat di platform Merdeka Mengajar ini dibuat berdasarkan karakteristik yang
ada di daerah pembuat konten tersebut. Konten yang dibuat di platform Merdeka
Mengajar sudah cukup lengkap, mulai dari modul ajar sampai ke tahap penilaian sudah
tersedia. Cuma kelemahannya adalah konten bahan ajarnya tidak bersifat menyeluruh.
Dalam artian hanya sesuai dengan karakteristik daerah tertentu. Namun menurutnya,
guru-guru tetap membuat bahan ajar yang sesuai dengan indikator yang akan diberikan.
Selanjutnya dia menjelaskan bahwa paling penting bagi guru adalah memahami
mengetahui kemampuan awal peserta didik. Oleh karena itu, perlu diadakan assessmen
diagnostik awal untuk mengetahui kebutuhan dan kemampuan awal siswa. Assesment
diagnostik awal ini berupa assessmen diagnostik non kognitif. Untuk Implementasi
Kurikulum Merdeka Belajar, assessmen diagnostik non kognitif ini diberikan kepada
5
kelas VII yang diterapkannya Kurikulum Merdeka Belajar. Assessmen diagonostik non
kognitif ini dibuat oleh guru-guru Bimbingan dan Konseling (BK) karena guru-guru BK
yang paham betul tentang karakteristik anak-anak serta minat. Bentuk asssessmen
diagnostik non kognitif ini adalah kuesioner dan dalam bentuk wawancara langsung.
Kegunaan diberikannya assessmen diagnostik non kognitif adalah untuk mengetahui
kebutuhan dan kemampuan awal siswa serta mengetahui gaya belajar siswa. Selain itu,
assesment diagnotik non kognitif ini juga untuk mengetahui bagaimana minat siswa, dan
cara belajar seperti apa yang mereka sukai dan pengetahuan awal mereka terutama
pengetahuan umum yang mereka ketahui. Gaya belajar masing-masing siswa perlu
diketahui oleh guru dalam rangka memudahkan guru dalam membuat kelompok-
kelompok belajar, baik pengelompokkan siswa berdasarkan gaya belajar yang sama
maupun pengelompokan siswa berdasarkan gaya kelompok yang berbeda. Ketika guru
mengetahui gaya belajar masing-masing siswa, maka dengan mudah guru melakukan
pendekatan seperti apa yang nanti diberikan guru ke siswa, baik dalam proses
pembelajaran, maupun dalam hal konsultasi peran guru sebagai bimbingan konseling
tanpa mengabaikan peran guru BK dalam hal memberikan bimbingan dan konseling.
Selain assessmen diagnostik non kognitif yang diberikan untuk mengetahui gaya belajar
siswa, juga diberikan assesmen diagnotik yang diberikan masing-masing guru sebelum
memulai proses pembelajaran di kelas. Menurut informan, baik assessmen diagnostik
yang diberikan oleh guru BK maupun assessmen diagnostik yang diberikan oleh guru
dikelas merupakan tuntutan dari Kurikulum Merdeka Belajar yang diinstruksikan melalui
pelatihan mandiri di platform Merdeka Mengajar yang diikuti oleh guru.
6
sebaiknya libatkan siswa dalam diskusi secara tatap muka langsung. Jika perlu sebaiknya
ada komunikasi dengan siswa dan orang tua.
Harapan dari guru ini sebagai salah satu guru di sekolah tersebut terhadap
Kurikulum Merdeka Belajar ini adalah bahwa sebaiknya kurikulum ini agar bertahan
lama digunakan. Mereka menginginkan agar kurikulum Merdeka Belajar ini dapat
mereka ketahui dan jalankan sebaik mungkin. Jangan lantas ada kebijakan perubahan
pemerintahan kemudian berdampak ke pergantian kurikulum yang mengakibatkan esensi
7
dari kurikulum tersebut tidak berkesan bagi pendidik dan peserta didik. Guru-guru di
sekolah ini sangat merespon dan menyambut dengan baik kurikulum Merdeka ini karena
kurikulum ini memang sangat menonjolkan dan dapat dapat mengeluarkan segala potensi
peserta didik, terutama dalam pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Harapannya juga adalah bahwa dalam implementasi Kurikulum Merdeka ini perlu
memotivasi peserta didik dalam meningkatkan kualitas karakternya agar menjadi lebih
baik. Artinya bahwa Kurikulum Merdeka Belajar ini perlu juga memberikan sasaran
dalam perbaikan perubahan mental dan karakter anak. Inilah yang nantinya dituangkan
dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Referensi
Yusuf, M., & Arfiansyah, W. (2021). Konsep “Merdeka Belajar” dalam Pandangan
Filsafat Konstruktivisme. AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan
Keislaman, 7(2), 120–133. https://doi.org/10.53627/jam.v7i2.3996
Pusat Asesmen dan Pembelajaran Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pembukuan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan teknologi. (2021). Panduan
Pembelajaran dan Asesmen Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI,
SMP/MTS, SMA/SMK/MA. Kementerian Pendidikan, Riset, Kebudayaan, dan
Teknologi.