Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MUSLIM

NIM : 122022006
MATA KULIAH : MEMBACA KRITIS

ARTIKEL
Kurikulum Merdeka Belajar untuk Pendidikan di Era Digitalisasi

Pendidikan di Era Digitalisasi


Perkembangan teknologi saat ini berkembang sangat pesat, tentu
perkembangan teknologi sangat berpengaruh dalam dunia Pendidikan. Arus
globalisasi membawa sebuah inovasi baru bagi dunia Pendidikan untuk
menciptakan generasi yang berkualitas. Sebuah instansi tentu harus
memiliki kurikulum untuk menjadikan acuan, aturan-aturan serta untuk
mencapai sebuah tujuan dalam proses pembelajaran. Di era modern
kurikulum merdeka menjadi salah satu kurikulum yang digunakan di
sekolah, dimana kurikulum merdeka dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran yang beragam. Pengembangan kurikulum di Indonesia sudah
beberapa kali berubah, mulai dari kurikulum 1952 hingga kurikulum
merdeka, Penggunaan kurikulum 2013 yang di rubah menjadi kurikulum
merdeka itu menjadi sebuah perbaikan yang cukup signifikan agar
tercapainya tujuan Pendidikan. Perkembangan kurikulum ini terjadi secara
sistematis sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi. Guru di tuntut
untuk lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan pembelajaran di era
modern dan menggunakan digital. (Ainia, 2020) berpendapat bahwa
Kurikulum Merdeka belajar ini sesuai dengan cita-cita tokoh nasional
Pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara, di mana berfokus pada kebebasan
untuk belajar secara mandiri dan kreatif, yang nantinya berdampak pada
terciptanya karakter peserta didik yang memiliki karakter yang merdeka.
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang memberikan kebebasan
kepada instansi untuk mengimplementasikan kurikulum berdasarkan
lingkungan sekitarnya. Di era modern ini pembelajaran berbasis digital
memiliki banyak tantangan untuk tercapainya sebuah tujuan Pendidikan,
dimana Pendidikan sangat melibatkan sebuah aspek.

Pendidikan Menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara


Menurut Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah memasukkan
kebudayaan ke dalam diri anak dan memasukkan anak ke dalam kebudayaan
supaya anak menjadi makhluk yang insani. Dalam Kurikulum Merdeka
Belajar, kebudayaan dapat dikembangkan sekolah melalui kegiatan
ektrakurikuler maupun kokurikuler yang diikuti siswa. Kegiatan tersebut
dipilih siswa dengan merdeka, sesuai dengan keinginan mereka. Konsep
merdeka yang diusung dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini sesuai dengan
Azas Tamansiswa 1922, yaitu hidup merdeka.
Proses pendidikan, menurut Ki Hadjar, diibaratkan sebagai proses bertani.
Pengandaian ini selaras dengan kondisi Indonesia yang mayoritas
penduduknya saat itu sebagai petani. Kita dapat mengambil kesimpulan,
pendidikan harus berjalan sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sesuai
dengan perkembangan zaman dan disesuaikan untuk menyipkan siswa
dalam kehidupannya di masa yang akan datang. Pendidik, kata Ki Hadjar,
seperti petani karena akan merawat bibit dengan cara menyiangi huma di
sekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar tanamannya subur, dan
buahnya melimpah. Namun, petani tidak mungkin mengubah bibit mangga
menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus
diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak
kaum pendidik.
Untuk mencapai pendidikan yang memerdekakan, maka pendidikan
hendaknya dapat menjadikan manusia merdeka pula. Sebagaimana Ki
Hadjar menyampaikan bahwa mendidik anak akan menjadi manusia yang
merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Guru
jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja, akan tetapi
harus juga mendidik si murid mencari sendiri pengetahuan itu dan
memakainya guna amal keperluan umum.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, pemerintah menindaklanjutinya dengan
mengeluarkan Program Merdeka Belajar, salah satunya menggulirkan
Kurikulum Merdeka. Ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang
menitikberatkan kepada keaktifan murid dalam mengembangkan minat,
bakat, kebutuhan, dan kemampuan mereka. Kurikulum ini membuka
kesempatan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi guru, yang berorientasi
untuk pengembangan karakter serta budaya Indonesia.

Harapan Kurikulum Merdeka


Sejak program Kurikulum Merdeka ini digulirkan oleh pemerintah, begitu
besar harapan terhadap keberhasilan pada kurikulum ini. Sebagai
Kurikulum Merdeka, baik siswa, guru, dan satuan pendidikannya, tidak ada
paksaan atau keharusan semua satuan pendidikan langsung menerapkan
program Kurikulum Merdeka. Apalagi dampak pandemi Covid-19 sejak 2
Maret 2020 masih sangat dirasakan dan membuat masyarakat Indonesia
mengalami perubahan tata kelola kehidupan. Tentulah pemerintah
menjadikan kesehatan sebagai fokus utama, tentu berdampak juga pada
kebijakan pendidikan.
Dalam kondisi pandemi, pemerintah sadar perlu adanya perubahan pada
sistem pendidikan dengan melibatkan teknologi dan kurikulum yang
fleksibel terhadap perubahan zaman. Agar tidak terjadi perubahan secara
mendadak, pemerintah melaksanakan pilot project untuk
mengimplementasikan kurikulum alternatif di sekolah-sekolah yang dipilih.
Pemerintah lebih dulu memberi pelatihan kepada kepala sekolah, guru, dan
tenaga pendidikan. Kurikulum yang dipraktikkan oleh Sekolah Penggerak
ini bernama Kurikulum Merdeka, yang pada dasarnya sudah dicetuskan oleh
Ki Hadjar 100 tahun silam.
Kurikulum Merdeka Belajar memberikan porsi yang besar dalam proses
pembelajaran. Nilai yang diberikan kepada siswa lebih banyak
memperhatikan proses siswa dalam menjalankan pembelajaran melalui
asesmen diagnostik dan formatif. Konsep ini selaras dengan pemikiran Ki
Hadjar mengenai pendidikan yang bermakna menuntun segala kekuatan
kodrat pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan serta menggapai kebahagiaan
setinggi-tingginya. Ini bermakna pendidikan dijalankan sesuai keinginan
dan potensi yang dimiliki siswa. Karena terjalin kecocokan, maka mereka
merasa senang dalam belajar sehingga menghasilkan kebahagiaan.
Satuan pendidikan, guru dan siswa yang diberikan kebebasan dalam
Kurikulum Merdeka Belajar akan menghasilkan inovasi dan kreasi dalam
pembelajaran maupun dalam kehidupan. Sehingga pendidikan menjadi
solusi yang bisa menyelesaikan masalah pada siswa maupun masyarakat di
lingkungan satuan pendidikan.
Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan,
guru, dan peserta didik dalam mengembangkan pembelajaran. Peserta didik
memiliki kodrat (bakat) alami, guru sebagai pendidik harus merawatnya
sesuai dengan kodrat yang dimiliki peserta didik. Mendidik anak sama
dengan mendidik masyarakat.
Dalam Kurikulum Merdeka dengan memberikan pembelajaran Project
Based Learning memberikan ruang kepada guru dan peserta didik untuk
melihat masalah dalam keseharian dan mencoba menemukan solusi dari
masalah tersebut. Sekolah harus memberikan inovasi baru dalam segi
fasilitas pembelajaran, kegiatan, ektrakurikuler, kegiatan pembelajaran
bekerja sama dengan lingkungan/perusahaan, Guru harus berinovasi dalam
pembelajaran, untuk menumbuhkan inovasi dari peserta didik. Dengan
lingkungan seperti ini maka pembelajaran menjadi sesuatu yang dirindukan
oleh siswa.
Inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran merupakan penerapan dari
pemikiran Ki Hadjar, yaitu Tri-N (Niteni, Nirokke,
Nambahi). Niteni menunjuk pada kemampuan untuk secara cermat
mengenali dan menangkap makna (sifat, ciri, prosedur, kebenaran), berarti
proses pencarian dan penemuan makna suatu objek yang diamati melalui
sarana inderawi sesuai dengan proses kognitif yang disebut cipta oleh Ki
Hadjar. Cipta adalah daya berpikir, yang bertugas mencari kebenaran
sesuatu dengan jalan mengamati dan membanding-bandingkan sesuatu
obyek, sehingga dapat mengetahui perbedaan dan persamaannya.
Nirokke dan nambahi dapat diterjemahkan sebagai meniru dan
mengembangkan/menambah. Ki Hadjar memasukkan dalam ranah
“kemauan atau karsa” yang selalu timbul di samping atau seolah-olah
sebagai hasil buah pikiran dan perasaan. Perbedaan di antara keduanya
terletak pada kadar dan proses kreaktifnya. Nirokke atau meniru, menurut Ki
Hadjar, merupakan kodrat pada masa kanak-kanak. Nambahi atau
menambahkan/mengembangkan adalah proses lanjut dari nirokke. Dalam
proses ini ada proses kreatif dan inovatif untuk memberi warna baru pada
model yang ditiru. Proses nambahi inilah yang diharapkan terjadi dalam diri
peserta didik. Dalam hal ini, Ki Hadjar menyatakan bahwa kita tidak meniru
belaka, tetapi mengolah. Mengolah dengan memperbaiki, menambah,
mengurangi, mengubah, dan mengolah sesuatu obyek yang ditiru.
Kurikulum Merdeka mengeksplorasi kemampuan siswa dengan
memperbanyak project yang pada gilirannya menjadikan siswa lebih
mandiri. Khusus untuk sekolah-sekolah SMK lebih meningkatkan
keterampilan mereka karena memperbanyak kerja sama dengan dunia usaha
dan dunia industri serta menghadirkan guru tamu dari pada profesional.
Dengan memperhatikan kondisi masing-masing daerah dan kesiapan
sekolah, pemerintah melaksanakan secara bertahap dan memberikan
kebebasan (kemerdekaan) untuk kapan dapat memulainya. Sebagai pilot
project, sudah beberapa sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka, dengan
harapan dapat menggerakkan sekolah-sekolah lain di sekitarnya.
Pengimbasan sangat diharapkan untuk keberhasilan Kurikulum Merdeka ini,
baik untuk sekolah negeri maupun sekolah swasta.

Tantangan Kurikulum Merdeka


Namun demikian Kurikulum Merdeka yang memerdekakan semuanya, baik
guru, siswa, sekolah swasta maupun negeri, berorientasi pada
pengembangan karakter dan budaya Indonesia. Pelaksanaannya tentu tidak
mudah, terutama menumbuhkan kesadaran kepada masing-masing sekolah
dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Inilah tantangannya.
Keberhasilan pilot project supaya memberikan imbas, sangat memerlukan
kesadaran dan kebersamaan rasa kekeluargaan dengan menghilangkan ego
sektoral. Sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai pilot project di satu sisi
merasa bangga karena telah dipercaya oleh pemerintah. Namun demikian, di
sisi lain diperlukan rasa tanggung jawab untuk menularkan keberhasilannya
kepada sekoah-sekolah lain.
Oleh karena itu, kata kuncinya dalam kesuksesan Kurikulum Merdeka ini
adalah diperlukan kesadaran semua pihak, stakeholder, baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten/kota serta yayasan
penyelenggara sekolah swasta. Terutama lagi adalah para kepala sekolah
dan para guru-guru yang mengimplementasikannya di lapangan.
Tidak mudah juga untuk melakukan perubahan sebuah sistem. Selama ini
sudah terlalu lama berbagai kebijakan dilaksanakan secara terkomando dari
atas ke bawah. Semua melaksanakan secara serempak tanpa pengecualian.
Sehingga dengan memberikan “kemerdekaan” seperti sekarang ini perlu
diikuti dengan penumbuhan dan peningkatan kesadaran semua pihak dalam
melaksanakannya.
Setiap perubahan kebijakan akan memberikan dampak, baik skala kecil
maupun besar khususnya kepada para guru di lapangan. Sebagai contoh
kecil, yaitu terkait dengan sertifikasi guru (untuk beberapa guru mata
pelajaran tertentu). Ada beberapa mata pelajaran yang berkurang dan
dihilangkan, sehingga pemenuhan jam mengajar sebagai syarat utama
mempertahankan/mendapatkan sertifikasi menjadi terganggu. Tentulah hal
ini menjadi faktor pengganggu yang negatif dalam keberhasilan program
Kurikulum Merdeka, karena kenyamanan guru sebagai pelaksana terusik
dengan kehadiran program ini.
Faktor senioritas para guru juga bila tidak dikelola dengan baik, bisa
memicu faktor negatif di lapangan. Di satu sisi para guru yang yunior
memiliki semangat, motivasi, kreativitas dan inovasi yang sangat tinggi dan
lebih banyak menguasai teknologi sebagai tuntutan Kurikulum Merdeka.
Sementara di sisi lain para guru senior cenderung berkurang dalam
penguasaan teknologi, sehingga mempengaruhi keberhasilan program
Kurikulum Merdeka ini. Terdapat gap antara guru senior dan guru yunior.
Khusus untuk sekolah swasta, persoalan yang paling klasik adalah
ketidakstabilan jumlah siswa yang dikelolanya. Sehingga program
Kurikulum Merdeka menjadi terganggu dan terkendala manakala jumlah
siswanya tidak stabil. Bahkan di banyak daerah terjadi penurunan sangat
besar, salah satunya dampak pandemi yang berkepanjangan. Fokus dari
sekolah-sekolah swasta pada umumnya dimulai dari PPDB (Penerimaan
Peserta Didik Baru), bagaimana memperoleh murid baru, dan minimal
mempertahankan jumlah siswa. Sehingga berbagai kehadiran kebijakan
baru dari pemerintah, termasuk Kurikulum Merdeka senantiasa dikaitkan
dengan masalah utama yaitu dampak kepada jumlah siswa yang
dikelolanya. Barulah setelah itu, diikuti dengan usaha-usaha lain.

Kebijakan yang Komprehensif


Dengan demikian, karena setiap kebijakan baru tentulah berimbas dan
memberi dampak kepada situasi dan kondisi yang ada. Sehingga perlu
diikuti perubahan kebijakan lain yang dapat meminimalkan dampak dari
Kurikulum Merdeka. Diperlukan kebijakan secara komprehensif dari hulu
hingga ke hilir, menyasar semua yang berhubungan dengan kesuksesan
program Kurikulum Merdeka.
Kebijakan yang mempermudah dan memotivasi para guru dalam
melaksanakan tugas sehari-harinya, merupakan salah satu yang utama
karena gurulah sebagai unjung tombak di lapangan. Demikian juga
ketersediaan sarana dan prasarana sebagai pendukung program Merdeka
Belajar tidak kalah penting untuk menjadi kebijakan yang harus diselesaikan
sejak awal. Khususnya sekolah swasta yang pada umumnya masih minim
dan belum memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
Selanjutnya, evaluasi perlu dilakukan secara terus menerus dan lebih intens
untuk mengetahui secara lebih mendalam di mana kelebihan dan
kekurangan tingkat pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Dengan
mengindentifikasi berbagai kekurangannya, diharapkan mempermudah
untuk menerbitkan berbagai kebijakan yang komprehensif dalam
mensukseskan program Kurikulum Merdeka.
Pada giliriannya kesuksesan Kurikulum Merdeka ini akan menjadikan
pendidikan yang memerdekakan sebagaimana yang disampaikan oleh Ki
Hadjar sejak satu abad lalu dengan menitikberatkan pada keaktifan murid
dalam mengembangkan minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan mereka.
Kurikulum ini membuka kesempatan inovasi dan kreasi pembelajaran bagi
guru, yang berorientasi untuk pengembangan karakter dan budaya Indonesia
dalam mendidik anak menjadi manusia merdeka batinnya, merdeka
fikirannya, dan merdeka tenaganya.

Pengaruh Pendidikan di Era Globalisasi


Kurikulum sebagai sebuah perangkat maupun aturan untuk tercapainya
sebuah tujuan pendidikann dan sebagai pedoman untuk menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran. Kurikulum disusun menurut jenjang penndidikan di
Indonesia dengan memperhatikan iman dan takwa, nilai dalam Pancasila,
serta minat pesera didik. kurikulum yang dijadikan sebuah perangkat wajib
untuk melaksanakan proses pembelajaran maka sebuah instansi diharuskan
untuk menentukan dengan matang tentang kurikulum yang akan diterapkan.
Guru juga memiliki peran untuk tercapainya perkembangan yang baik pada
peserta didik, guru berperan penting dalam membuat sebuah pembelajaran
sebagai penunjang serta penggerak keaktifan peserta didik. Guru menjadi
perhatian utama dalam adanya kkebijakan kurikulum baru untuk
meningkatkan kualitaas pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka di
era modern ini. Pembelajaran berbasis digital menjadi sebuah metode
pembelajaran baru di era modern dengan menerapkan kurikulum merdeka,
banyak sekali metode pembelajaran yang dapat digunakan seperti platform-
platform untuk sumber belajar bagi peserta didik. Zaman yang mengikuti
perkembangan arus globalisasi menyebabkan perubahan tingkah laku
manusia juga dimana manusia mendinamiskan diri terhadap sebuah
perkembangan. Hal ini mengubah system Pendidikan yang berlaku. Sebuah
inovasi Pendidikan yang ada dengan harapan pendidikan terlaksana secara
tepat dan relevan. Sistem pendidikan yang diaplikasikan perlu mengkaji
bagaimana metode dan strategi pembelajaran yang ada dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran. Keberadaan kurikulum menjadi sangat
penting untuk menerapkan pembelajaran selain itu kurikulum dipersiapkan
dan dikembangkan agar peserta didik mempunyai kemampuan untuk
menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat
dan juga memberikan pengalaman agar peserta didik dapat mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Maka seiring
berkembangnya zaman pola fikir guru pendidik harus mulai berubah
menjadi modern yakni berjalan sesuai dengan arah digitalisasi. Kondisi
tersebut berjalan karena perkembangan globalisasi telah mengubah tatanan
dunia termasuk dalam dunia pendidikan, menjadikan segala hal menjadi
berbasis internet dan teknologi hal ini pun sangat berpengaruh pada dunia
pedidikan khususnya di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai