MERDEKA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran AUD
Oleh:
Inayatul Wahdaniyah(20381062077)
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Pengertian Perkembangan Sosial Anak Usia Dini....................................3
B. Tahapan Perkembangan Sosial Anak Usia Dini.......................................4
C. Strategi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 tahun................................5
D. Indikator Perkembangan Sosial Anak Usia Dini......................................5
E. Faktor yang Mempengaruhi dan Menghambat Perkembangan Sosial Anak
Usia Dini...................................................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................8
A. Kesimpulan...............................................................................................8
B. Saran ........................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
posisi peserta didik di ruang kelas juga bukan untuk menanam
ataumenyeragamkan kebenaran untuk menurut pada guru namun menggali
sebuah kebenaran,daya pikir dan kritisnya peserta didik melihat
perkembangan dunia dan fenomena yangterjadi.
5
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian kurikulum merdeka
2. Pengertian pendekatan
3. Macam-macam pendekatan kurikulum merdeka
4. Pengertian model
5. Macam macam model kurikulum merdeka
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum merdeka
2. Untuk mengetahui pengertian pendekatan
3. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan berbasis kurikulum
4. Untuk mengetahui pengertian model
5. Untuk mengetahui macam-macam model berbasis kurikulum
6
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ummu Khoiriyah, Kurikulum Merdeka Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal
Program Studi PGRA 8, no 2 (Juli, 2022): 143-158.
7
mampu menciptakan dan melakukan inovasi dalam berbagai bidang,
memiliki karakter yang baik dan keterampilan sosial yang positif. 2
2
Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam, 2, no 2 (2019): 30-36.
3
Ilmiah Islam Futura 11, no 1 (2011):45-72.
8
dan menjalankan kurikulum sesuai dengan kenyataan lapangan.Kurikulum
merdeka mengutamakan pengembangan karakter melalui konten pada
pembelajaran dan profil pelajar pancasila. Karakter yang dibentuk yaitu
poin-poin penting dalam pancasila, berakhlak mulia, bertaqwa, mandiri,
berpikir, kritis, dan dapat bergotong royong, serta kreatif.
B. Pengertian Pendekatan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Roy kellen mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam
pembelajaran ,yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered
approaches).Menurut Sanjaya Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum.4
Menurut Wahjoedi Pendekatan pembelajaran merupakan cara untuk
mengelola perilaku siswa dan kegiatan belajar sedemikian rupa sehingga
dapat secara aktif melakukan tugas belajar untuk mencapai hasil belajar
yang optimal”.
Menurut Suherman Pendekatan pembelajaran adalah cara, suatu jalan
atau kebijaksanaan guru atau siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang dilihat secara umum atau khusus dari sudut pandang proses
pembelajaran atau materi pembelajaran.
Seiring dengan berjalannya waktu,pada kurikulum merdeka yang saat
ini sangat Cocok diterapkan di sekolah dimulai dari jenjang PAUD sampai
keperguruan tinggi.Kurikulum merdeka dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
4
Huda, N. “Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum”.
9
menguatkan kompetensi yang berpusat pada siswa (Student centered
approaches) sesuai dengan minat dan perkembangan usianya
1. Pendekatan Kontekstual
5
Bahri, S. “Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya”. Jurnal Ilmiah Islam Futura
11, no 1 (2011):45-72.
10
kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini memerlukan daya pikir yang
kritis dari siswa sehingga secara tidak langsung dapat membantu
menemukan potensi diri mereka.
1) Prinsip ketergantungan
2) Prinsip diferensiasi
11
Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di
dunia pendidikan. Hal itu memicu terbentuknya perbedaan,
keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik selalu dituntut
untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.
12
2) Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
PBM
3) Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang
memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa
tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
4) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL
ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan,
karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung
dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan
menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
5) Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
model CTL ini.
6) Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
7) Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan
tidak merata.
8) Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini
peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih
menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.
2. Pendekatan Konstruktivisme
13
Diharapkan proses stimulasi akan memberikan dampak yang optimal
pada peningkatan karakter, keterampilan, maupun pengetahuan anak.
Stimulasi tersebut dilakukan pada semua aspek perkembangan anak,
baik dari aspek moral dan agama, fisik motorik, emosi dan sosial,
bahasa, dan kognitif melalui kegiatan bermain. Peran guru dan orang
tua 6
6
Achruh, A. “Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum”. Jurnal Inspiratif
Pendidikan, 8, no 1(2019):10-32.
14
Konstruktivisme sendiri merupakan salah satu aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil
konstruksi (bentukan). Dalam sudut pandang konstruktivisme,
pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari
kenyataan yang terjadi melalui aktivitas seseorang.
15
diubah atau dimodifikasi oleh seorang guru yang memfasilitasi
perubahan ini, dengan merancang tugas dan pertanyaan yang
menantang seperti membuat dilema untuk diselesaikan oleh peserta
didik.
Dalam hal ini, meskipun guru tidak melakukan transfer ilmu, guru
harus tetap melakukan tindakan-tindakan yang akan memfasilitasi
terbangunnya perubahan positif terhadap pada siswa. Sehingga siswa
dapat membangun suatu pengetahuan, keterampilan, atau afeksi positif
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
a. Tujuan Konstruktivisme
16
siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk
berhadapan dengan fenomena baru. Sementara dengan akomodasi
siswa mengubah konsepnya yang sudah tidak cocok dengan fenomena
baru yang muncul. Jadi, perubahan tetap menjadi tujuan utama bahkan
dalam ranah teori konstruktivisme sekali pun.
17
8) Menggalangkan proses inkuiri murid melalui kajian dan
eksperimen.
18
2) Belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses
keterlibatan siswa.
3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan
dikonstruksi secara personal.
4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan
melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar,
5) Kurikulum bukanlah sekadar hal yang dipelajari, melainkan
seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.
d. Kelebihan Konstruktivisme
19
3) Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model
pembelajaran. Guru merasa nyaman dengan model pembelajaran
tradisional, yaitu model ceramah. Pandangan guru terhadap siswa
diibaratkan siswa seperti bejana yang masih kosong perlu diisi oleh
ilmu pengetahuan yang dimiliki guru. Guru merasa dengan
menggunakan model tradisional saja bisa mendapatkann nilai
yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model
pembelajaran lainnya.
4) Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan
lebih banyak waktu. Proses pembelajaran konstruktivisme ingin
membuat siswa menjadi aktif, hal in terkadang juga terkendala
dengan kemampuan kognitif siswa. Beban mengajar guru sudah
terlalu banyak.
5) Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk
jumlah siswa yang besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas
dalam menyediakan fasilitas guna mendukung pembelajaran
konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
6) Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam
kurikulum. Masih ada banyak guru yang mengajar diluar bidang
studi sesuai kualifikasinya. Sehingga penguasaan materi oleh guru
kurang memadai
f. Prinsip Konstruktivisme
20
bagian harus dipahami dalam konteks keseluruhan. Oleh
karenanya, proses pembelajaran berfokus terutama pada konsep –
konsep primer dan bukan kepada fakta – fakta yang terpisah.
3) Supaya dapat mengajar dengan baik, guru harus memahami model
– model mental yang dipergunakan siswa terkait bagaimana cara
pandang mereka tentang dunia serta asumsi – asumsi yang disusun
yang menunjang model mental tersebut.
4) Tujuan pembelajaran adalah bagaimana setiap individu
mengkonstruksi makna, tidak sekadar mengingat jawaban apa yang
benar dan menolak makna milik orang lain. Karena pendidikan
pada fitrahnya memang antardisiplin, satu – satunya cara yang
meyakinkan untuk mengukur hasil pembelajaran adalah melakukan
penilaian terhadap bagian – bagian dari proses pembelajaran,
menjamin bahwa setiap siswa akan memperoleh informasi tentang
kualitas pembelajarannya
21
3) Guru disarankan tidak berorientasi pada metode tersebut, akan
tetapi guru hanya melihat jalan fikiran yang disampaikan oleh
siswa, pendapat siswa, serta memotivasi siswa untuk mengeluarkan
pendapat mereka .
4) Pemecahan masalah juga menggunakan dasar proses berpikir untuk
memecahkan kesulitan yang diketahui, mengumpulkan fakta
tentang kesulitan tersebut dan menentukan informasi lain yang
dibutuhkan, menyimpulkan atau mengusulkan alternatif
pemecahan dan mengujinya.
5) Pemecahan masalah menutut siswa untuk secara aktif dalam
berpikir dan bertindak. Adanya keaktifan siswa dalam berpikir dan
bertindak ini menjadikan pemecahan masalah sebagai suatu proses
pembelajaran yang menghendaki adanya kebebasan dalam
mengemukakan gagasan dan berpikir lebih terbuka. Dengan
demikian pemecahan masalah bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan sikap kretif pada diri siswa. Dan
pembelajarang dengan pendekatan pemecahan masalah dapat
memberikan beberapa manfaat bagi siswa jikadigunakan secara
efektif.
b. Manfaat Pembelajaran Pemecahan Masalah
1) Dapat membangun pengetahuan baru bagi siswa, dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai suatu konsep
dan dapat menilai pemahamannya sendiri.
2) Dapat memberikan tantangan dan kepuasan yang lebih tinggi pada
diri siswa dalam mempelajari suatu konsep.
3) Mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan dapat
memberikan pembelajaran yang menyenangkan.
4) Membantu siswa untuk menggunakan pengetahuan yang telah
diperoleh ke dalam situasi yang baru dan nyata.
5) Menanamkan rasa tanggung jawab pada diri siswa.
6) Membantu kemampuan berpikir kritis.
22
7) Menumbuhkan dan memelihara rasa keingintahuan terhadap
sesuatu hal pada diri siswa.
8) Dapat membangun kecakapan, kemandirian, kesabaran, keteguhan
hati, tidak mudah menyerah, dan menumbuhkan rasa percaya diri.
9) Mengajak siswa untuk dapat bekerja sama dan berinteraksi dengan
teman-temannya dalam suatu kelompok kerja. Kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah merupakan kemampuan paling tinggi
dalam keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual menitik
beratkan pada kemampuan siswa dalam membedakan,
mengidentifikasi, mengingat kembali konsep dan aturan yang telah
dipelajari sebelumnya untuk digunakan dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Berdasar uraian di atas jelaslah bahwa
kemampuan memecahkan masalah adalah kompetensi penting
yang harus dibimbing oleh guru terhadap siswanya.
c. Langkah Langkah Pembelajaran Pemecahan Masalah
1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca
buku-buku, meneliti, bertanya berdiskusi dan lain-lain.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh,
pada langkah kedua di atas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul
yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai
dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk
menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-
metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada
kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
23
1) Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi
lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah
secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam
kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu
kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa
banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan
berbagai segi dalam rangka pemecahannya.
4. Pendekatan Saintifik
24
Pendekatan Pembelajaran Kurikulum Merdeka selanjutnya yaitu konsep
pendekatan saintifik mengacu pada kurikulum pembelajaran yang
berlaku di sekolah. Pendekatan saintifik yang disebutkan dalam
kurikulum 2013 lalu menggunakan lima langkah yaitu mengamati,
bertanya, mengumpulkan data, melakukan asosiasi dan
mengkomunikasikannya.
25
8) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
9) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
10) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
11) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
12) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
13) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan
individu.
14) Secara umum pendekatan saintifik mempunyai banyak kelebihan
yang sangat bermanfaat bagi perkembangan siswa dalam hal
pengetahuan kognitif, sikap afektif, dan keterampilan psikomotor,
sebagai bekal siswa untuk diterapkan dalam kehidupan nyata di
lingkungannya.
c. Kekurangan Pendekatan Saintifik
1) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesilitan abstrak
atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
2) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
d. Tujuan Pendekatan Saintifik
1) Untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik
26
2) Membentuk kemampuan dalam menyelesaikan masalah secara
sistematik
3) Menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta didik merasa
bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan
4) Melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide
5) Meningkatkan hasil belajar peserta didik
6) Mengembangkan karakter peserta didik.
e. Karakteristik Pendekatan Saintifik
1) Berpusat pada siswa
2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum atau prinsip.
3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
f. Prinsip Pendekatan Saintifik
1) Pembelajaran harus berpusat pada siswa, bukan guru.
2) Pembelajaran membentuk students self concept.
3) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
4) Pembelajaran dengan pendekatan ini mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi.
7) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
g. Langkah Pendekatan Saintifik
1) Mengamati (observasi), yakni kegiatan pembelajaran yang
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning).Metode mengamati ini akan sangat bermanfaat bagi
27
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
2) Menanya, yakni membiarkan siswa mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan dilakukann untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati.
3) Mengumpulkan informasi, yakni kegiatan mengumpulkan
informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Peserta didik dapat
membaca berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.
5. Pendekatan Proses
28
a. Ciri-ciri Pendekatan Keterampilan Proses
29
8) Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam
pembelajaran.
9) Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru.
10) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan
metode ilmiah.
c. Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses
1) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukannya .
2) Jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa
memerlukan perhatian dari guru.
3) Memerlukan perencanaan dengan teliti.
4) Tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
5) Sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama proses
berlangsungnya pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas,
pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses memiliki
keunggulan dan kelemahan. Dalam pelaksanaannya, untuk
mengatasi kelemahannya, peran guru sangat penting dalam
menciptakan suasana yang kondusif agar pembelajaran dapat
dilaksanakan sesuai rencana.
Istilah model sendiri dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan dari
benda yang sebenarnya. Model juga dapat diartikan sebagai suatu contoh
konseptual atau prosedural dari suatu program, sistem, atau proses yang
dapat dijadikan acuan atau pedoman kreatif dalam pemenuhan akan
kebutuhan siswa di sekolah dasar, telah banyak mengembangkannya. hal
itu tidak lain agar kualitas pendidikan di sekolah-sekolah seluruh negeri ini
selalu dalam rangka memecahkan suatu masalah agar tujuan dapat
tercapai.
30
Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh
para ahli pendidikan didunia. Bahkan beberapa kalangan guru yang
mempunyai keahlian, kemampuan, danketerampilan serta meningkat.
7
Fikriyah, M. & Gani A. A. “Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Larning) Jurnal Pembelajaran Fisika 4, no 2 (2015): 12-87.
31
dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan
pelaksanaanya.
32
kehidupan nyata. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik
memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis
Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya,dan melakukan eksperimen secara
kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik.
33
sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai
teknologi.Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam
proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana
ruang belajar tidak monoton9.
9
Yasmansyah,konsep merdeka belajar kurikulum merdeka,"Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan
Indonesia (JPION) 1,no 1 (2022): 29-34
34
1) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam penelitian atau
percobaan danpengumpulan informasi akan mengalami kesulitan
2) Kemungkinan adanya peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
3) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan.
35
1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential
Question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam
melakukan suatu aktivitas. Mengambil topikyang sesuai dengan
realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasimendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat
relevan untuk para peserta didik.
2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan
peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan
merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
3) Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan
cara mengintegrasikan berbagai subjekyang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
4) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)Guru dan peserta didik
secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek.
5) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the
Students and the Progressof the Project )Guru bertanggungjawab
untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didikselama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi pesertadidik pada setiap roses. Dengan kata lain guru
berperan menjadi mentor bagi aktivitaspeserta didik. Agar
mempermudah proses monitoring, dilakukan untuk membantu guru
dalam mengukur ketercapaian standar,berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi
umpanbalik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu gurudalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya
36
6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)Pada akhir
proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan
refleksi terhadapaktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Proses refleksi dilakukan baik secaraindividu maupun kelompok.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry )
untukmenjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.
12
Prameswari, T. W. Merdeka Belajar: Sebuah Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini
37
3) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
4) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
5) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperolehkepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
6) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan -gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti didalam situasi diskusi.
7) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarahpadakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
8) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
9) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajaryang baru.
10) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
11) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
12) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.
13) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan
38
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.
39
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar 13.Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real
world).Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode
pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk
mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta
didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah
yangharus dipecahkan.Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan
dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang
kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang
diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam
pencapaian materi pembelajaran.
13
Utami maulida, Pengembangan modul ajar berbasis kurikulum merdeka,"Jurnal Tarbawi 5, no 2
(Agustus,2022): 130-138
40
(a). Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena
memerlukan suatustrategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
41
1) Terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa
dengan guru, siswa dengan siswa.
2) Siswa memiliki keterampilan mengatasi masalah.
3) Siswa memiliki kemampuan mempelajari peran orang dewasa.
4) Siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independent
5) Siswa memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi.
42
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
M
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan yang jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan kedepannya.
Semoga makalah ini ini bermanfaat untuk pembaca.
43
DAFTAR PUSTAKA
76–86.
Ummu Khoiriyah, Kurikulum Merdeka Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal
Program Studi PGRA 8, no 2 (Juli, 2022): 143-158.
Sungkono, "Pengembangan dan Pemanfaatan bahan ajar modul dalam proses
pembelajaran,"Jurnal Studi Kependidikan 5, no 1 (2009):78-84.
44
Utami maulida, Pengembangan modul ajar berbasis kurikulum merdeka,"Jurnal
Tarbawi 5, no 2 (Agustus,2022): 130-138, https://stai-binamadani.e-
journal.id/Tarbawi
45