Anda di halaman 1dari 45

PENDEKATAN/MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM

MERDEKA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran AUD

Dosen Pengampu : Luthfatun Nisa', M. Pd

Oleh:

Fatimatus Zahroh (20381062046)

Nor Afni Firdausy (20381062018)

Inayatul Wahdaniyah(20381062077)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Ilahi Robbi, berkat
melimpahkan rahmatnya dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran AUD tentang “Pendekatan/Model
Pembelajaran Berbasis Kurikulum Merdeka”, walaupun dengan keadaan makalah
yang menurut kami masih jauh dari kata kesempurnaan.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad


SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir
zaman. Selanjutnya dalam makalah ini kami akan mengulas tentang
"Pendekatan/Model Pembelajaran Berbasis Kurikulum Merdeka” . Kami
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki bayak kekurangan yang
membutuhkan perbaikan, sehingga kami sangat mengaharapkan masukan serta
kritikannya.

Pamekasan, 20 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
A. Pengertian Perkembangan Sosial Anak Usia Dini....................................3
B. Tahapan Perkembangan Sosial Anak Usia Dini.......................................4
C. Strategi Perkembangan Sosial Anak Usia 3-6 tahun................................5
D. Indikator Perkembangan Sosial Anak Usia Dini......................................5
E. Faktor yang Mempengaruhi dan Menghambat Perkembangan Sosial Anak
Usia Dini...................................................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................8
A. Kesimpulan...............................................................................................8
B. Saran ........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring berkembangnya perubahan sosial, budaya, dunia kerja, dan
kemajuanteknologi yang sangat pesat, maka Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (KEMENDIKBUD) menyiapkan para pelajar atau peserta
didik untuk menyongsong perubahan, kemajuan dan perkembangan
zaman, untuk dituntut mampu melaksanakan,dan merancang proses
pembelajaran yang kreatif dan inovatif, supaya dapat meraihcapaian dan
tujuan pembelajaran yang mencakup aspek sikap pengetahuan
danketerampilan secara optimal dan tentunya juga relevan . Di era revolusi
industri 4.0terdapat tantangan tersendiri sekaligus menjadi peluang bagi
lembaga pendidikan untukmenjadi titik prasyarat untuk bisa lebih maju
dan berkembang. Lembaga pendidikan harusmempunyai daya inovasi dan
juga dapat memberlakukan sebuah kolaborasi, jika sebuahlembaga
pendidikan tidak mampu untuk berkolaborasi dan berinovasi maka
akantertinggal jauh di telan waktu, dan pula sebaliknya jika lembaga
mampu menciptakansumber daya yang mampu mengembangkan,
memajukan dan mewujudkan cita-cita bangsayaitu membelajarkan
manusia. Menjadi seorang pembelajar bukanlah suatu hal yangmudah
layaknya membalikkan telapak tangan. Lembaga pendidikan harus
mampumenyelaraskan dan menyeimbangkan sistem pendidikan dengan
perkembangan zaman dansistem pendidikan diharapkan mampu
mewujudkan peserta didik memiliki dayaketerampilan yang yang mampu
berpikir secara kritis memecahkan masalah serta memilikiketerampilan
dalam berkomunikasi dan berkolaborasi yang kreatif dan inovatif.

Konsep Merdeka belajar. Antara pendidik dan peserta didik


merupakan subjek di dalamsistem pembelajaran, yang berarti guru bukan
dijadikan lagi sebagai sumber kebenaranoleh siswa namun pendidik dan
peserta didik berkolaborasi menjadi penggerak danmencari kebenaran dan

4
posisi peserta didik di ruang kelas juga bukan untuk menanam
ataumenyeragamkan kebenaran untuk menurut pada guru namun menggali
sebuah kebenaran,daya pikir dan kritisnya peserta didik melihat
perkembangan dunia dan fenomena yangterjadi.

Melalui berbagai pendekatan dan model yang cocok untuk diterapkan


pada anak melalui kurikulum merdeka yang sifatnya berpusat pada anak,
akan menjadikan pembelajaran akan semakin menyenangkan dan sesuai
dengan minat serta perkembangan anak.

5
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian kurikulum merdeka
2. Pengertian pendekatan
3. Macam-macam pendekatan kurikulum merdeka
4. Pengertian model
5. Macam macam model kurikulum merdeka

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum merdeka
2. Untuk mengetahui pengertian pendekatan
3. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan berbasis kurikulum
4. Untuk mengetahui pengertian model
5. Untuk mengetahui macam-macam model berbasis kurikulum

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulum Merdeka belajar


Kurikulum merdeka erat kaitannya dengan merdeka belajar. Merdeka
belajar adalah program kebijakan baru yang diterapkan oleh Kemendikbud
RI yang diprakarsai oleh Pak Nadiem Anwar Makarim, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kabinet Indonesia Maju
yang konsepnya adalah ingin menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Menyenangkan bagi semua yang terlibat pada proses
pembelajaran seperti anak didik, guru, juga orang tua.

Konsep merdeka belajar menurut Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan adalah mengaplikasikan kurikulum pada proses pembelajaran
yang dilakukan dengan cara yang menyenangkan, pengembangan
pemikiran yang inovatif dari guru merupakan salah satu faktor
keberhasilannya karena dapat menumbuhkan sikap positif anak didik
dalam merespon setiap pembelajaran 1

Menurut Fathan Merdeka belajar ini ingin menciptakan luaran


pendidikan yang tidak hanya membuat anak jago menghafal saja, namun
ingin membangun ketajaman dalam menganalisis, bernalar dan memiliki
pemahaman yang luas dan kompleks, dan juga bisa membantu anak untuk
mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang tidak hanya berkembang
dalam hal kognitifnya saja.

Merdeka Belajar dalam konsepnya merupakan strategi untuk


meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Melalui merdeka belajar,
anak didik akan diasah untuk memiliki kompetensi communication,
creativity, collaboration, dan critical thinking. Dengan kompetensi ini,
anak tidak hanya sekadar menjadi penghafal pelajaran saja, namun akan

1
Ummu Khoiriyah, Kurikulum Merdeka Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal
Program Studi PGRA 8, no 2 (Juli, 2022): 143-158.

7
mampu menciptakan dan melakukan inovasi dalam berbagai bidang,
memiliki karakter yang baik dan keterampilan sosial yang positif. 2

Menurut Prameswari Melalui hastag merdeka belajar, komponen


penyelenggara pendidikan perlu menyusun kiat agar bisa menjawab
tantangan dari kebutuhan pendidikan pada zaman now agar tetap bisa
menjaga kualitas pendidikannya. Salah satu program Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan kualitas belajar anak
didik adalah program sekolah penggerak.

Pada program merdeka belajar, guru akan menampilkan diri sebagai


penggerak. Kunci dari merdeka belajar sesungguhnya adalah manusianya.
Merdeka belajar adalah proses pembelajaran secara alami untuk bisa
mencapai yang dinamakan kemerdekaan. Hal yang menjadi poin utama
adalah bagaiaman belajar tidak tertekan, tidak stress, bebas berkreasi dan
berinovasi, tidak terbelenggu.3

Saleh mengemukakan bahwa Merdeka belajar di pendidikan anak usia


dini dikenal juga sebagai merdeka bermain. Apabila hal ini dikaitkan
dengan konsep pembelajaran anak usia dini dengan hastagnya bermain
sambil belajar dan belajar seraya bermain, konsep merdeka belajar ini
sangat cocok untuk diterapkan dan dikembangkan pada Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Akan memperoleh kesenangan setiap anak yang
bersekolah di satuan PAUD, tidak harus melakukan pembelajaran dengan
system drilling dengan menghafal, mengerjakan Lembar Kerja Anak
(LKA), pembelajaran CALISTUNG yang setiap hari diajarkan dan itu
akan terlihat mengekang anak dalam perkembangannya yang pada
hakikatnya masih dalam dunia bermain.

Pada dasar struktur kurikulum merupakan bagian paling penting


dalam kurikulum itu sendiri. Karena agar dapat menganalisis kebutuhan

2
Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam, 2, no 2 (2019): 30-36.
3
Ilmiah Islam Futura 11, no 1 (2011):45-72.

8
dan menjalankan kurikulum sesuai dengan kenyataan lapangan.Kurikulum
merdeka mengutamakan pengembangan karakter melalui konten pada
pembelajaran dan profil pelajar pancasila. Karakter yang dibentuk yaitu
poin-poin penting dalam pancasila, berakhlak mulia, bertaqwa, mandiri,
berpikir, kritis, dan dapat bergotong royong, serta kreatif.

B. Pengertian Pendekatan
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum. Roy kellen mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam
pembelajaran ,yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered
approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered
approaches).Menurut Sanjaya Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum.4
Menurut Wahjoedi Pendekatan pembelajaran merupakan cara untuk
mengelola perilaku siswa dan kegiatan belajar sedemikian rupa sehingga
dapat secara aktif melakukan tugas belajar untuk mencapai hasil belajar
yang optimal”.
Menurut Suherman Pendekatan pembelajaran adalah cara, suatu jalan
atau kebijaksanaan guru atau siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang dilihat secara umum atau khusus dari sudut pandang proses
pembelajaran atau materi pembelajaran.
Seiring dengan berjalannya waktu,pada kurikulum merdeka yang saat
ini sangat Cocok diterapkan di sekolah dimulai dari jenjang PAUD sampai
keperguruan tinggi.Kurikulum merdeka dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan

4
Huda, N. “Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum”.

9
menguatkan kompetensi yang berpusat pada siswa (Student centered
approaches) sesuai dengan minat dan perkembangan usianya

C. Macam-Macam Pendekatan Berbasis Kurikulum Merdeka


Untuk dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dilakukan
beberapa macam pendekatan pembelajaran kepada siswa di sekolah.
Terlebih dalam Kurikulum Merdeka mengedepankan pendekatan student
centered. Dimana setiap jenis pendekatan dalam pembelajaran tersebut
memiliki karakteristik masing-masing.5

Pendekatan pembelajaran dilakukan dan dipilih sesuai dengan apa


yang menjadi kebutuhan siswa sehingga mereka lebih mudah menerima
dan menyerap dan menerima pelajaran dengan baik.

Perkembangan zaman dari masa kemasa yang membuat karakteristik


peserta didik yang juga semakin berkembang menjadi pribadi yang
semakin kreatif, berfiir kritis, serta sangat eksploratif membuat guru juga
perlu melakukan pendekatan pembelajaran yang sesuai.

Pemilihan pendekatan pembelajaran menjadi salah satu factor


pendukung keberhasilan apabila pemilihan pedekatan pembelajaran
dilakukan secara tetap. Secara garis besarnya macam pendekatan yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran dibagi menjadi :

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang sagat


cocok di terapkan kurikulum merdeka, dimana dalam pendekatan ini
guru sebagai fasilitatot akan memberikan gambaran materi pelajaran
yang kemudian dihubungkan dengan kejadian yang terjadi di dunia
nyata atau di lingkungan sekitar.

Tujuannya adalah untuk mendorong siswa agar bisa menemukan


suatu hubungan antara pengetahuan dalam materi pelajaran dengan

5
Bahri, S. “Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya”. Jurnal Ilmiah Islam Futura
11, no 1 (2011):45-72.

10
kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini memerlukan daya pikir yang
kritis dari siswa sehingga secara tidak langsung dapat membantu
menemukan potensi diri mereka.

a. Manfaat pendekatan kontesktual

1) Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir secara


kritis, logis, dan sistematis.

2) Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa bertahan lebih lama


karena memahami dengan menerapkan.

4) Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.

5) Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan dengan


permasalahan yang ada di sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan
yang didapatkan.

b. Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Menurut Elaine B. Johnson dalam Syaefudin, pembelajaran


kontekstual harus memuat tiga prinsip utama, yaitu sebagai berikut.

1) Prinsip ketergantungan

Sebagai suatu sistem, pasti ada keterikatan dan keterkaitan di dalam


sekolah. Artinya, setiap elemen di sekolah saling tergantung satu
sama lain. Misalnya, antara peserta didik dan guru, guru dan kepala
sekolah, guru dan tenaga kependidikan, dan seterusnya.

Adanya ketergantungan ini bisa meningkatkan kualitas


pembelajaran. Hal-hal yang tidak bisa dipisahkan saat pembelajaran
berlangsung adalah bahan ajar, media ajar, sarana dan prasarana,
sumber belajar, dan iklim sekolah.

2) Prinsip diferensiasi

11
Artinya segala sesuatu di Bumi ini selalu berubah, tak terkecuali di
dunia pendidikan. Hal itu memicu terbentuknya perbedaan,
keseragaman, dan keunikan. Oleh karena itu, pendidik selalu dituntut
untuk dinamis dan harmonis dengan prinsip diferensiasi.

3) Prinsip organisasi diri

Artinya guru harus mampu memberikan dorongan atau motivasi


pada peserta didik agar senantiasa menggali setiap potensi yang
dimiliki secara optimal.

c. Kelebihan dari model pembelajaran kontekstual

1) Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai


dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif
dalam PBM.
2) Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data,
memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat
lebih kreatif.
3) Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
4) Memilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak
ditentukan oleh guru.
5) Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
6) Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
7) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
kelompok.

d. Kelemahan model pembelajaran kontekstual

1) Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada


kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan
siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam
menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi
tidak sama.

12
2) Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
PBM
3) Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas
antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang
memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa
tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
4) Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL
ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan,
karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung
dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan
menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
5) Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan
model CTL ini.
6) Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki
kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk
mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami
kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan
kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya.
7) Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan
tidak merata.
8) Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini
peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih
menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari
informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.

2. Pendekatan Konstruktivisme

Kurikulum berdasarkan pendekatan konstruktivistik yang berasal


dari teori Piaget dan Vygotsky juga percaya bahwa pembelajaran perlu
melibatkan anak dalam interaksi aktif antara diri dan lingkungannya.

13
Diharapkan proses stimulasi akan memberikan dampak yang optimal
pada peningkatan karakter, keterampilan, maupun pengetahuan anak.
Stimulasi tersebut dilakukan pada semua aspek perkembangan anak,
baik dari aspek moral dan agama, fisik motorik, emosi dan sosial,
bahasa, dan kognitif melalui kegiatan bermain. Peran guru dan orang
tua 6

pada stimulasi anak usia dini selaras dengan pemikiran Ki Hadjar


Dewantara yaitu guru dan orang tua berfungsi sebagai fasilitator,
mentor, dan mitra anak dalam proses perkembangannya. Selanjutnya
guru perlu bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan
keselarasan antara pendidikan di satuan PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS,
TPA) dan di rumah dalam keseharian anak.

Pendekatan yang kedua ini dapat mendukung pencapaian


perwujudan profil pelajar Pancasila yang sejalan dengan tujuan
Pendidikan Idonesia melalui Kurikulum Merdeka. Dimana guru tidak
akan mengjarkan siswa untuk menyelesaikan soal benar- salah,
melainkan mendorong siswa untuk berpikir kritis untuk memecahkan
sebuah masalah.

Dimana menciptakan siswa yang berfikir kritis merupakan salah satu


dimensi dan karakterik pembelajaran dengan profil pelajar Pancasila
dan kemampuan berfikir tingkat tinggi.

Dalam konstruktivisme, pembelajaran bukanlah proses mentransfer


ilmu, namun harus dibangun (constructed) sendiri oleh peserta didik.
Dengan demikian, pusat pembelajaran harus dapat dilakukan secara
mandiri oleh peserta didik. Guru atau pendidik dalam konstruktivisme
hanya berperan sebagai fasilitator saja. Ini sebabnya, teori belajar ini
melahirkan banyak pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang
berbasis student-centered atau berpusat pada siswa.

6
Achruh, A. “Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum”. Jurnal Inspiratif
Pendidikan, 8, no 1(2019):10-32.

14
Konstruktivisme sendiri merupakan salah satu aliran filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan merupakan hasil
konstruksi (bentukan). Dalam sudut pandang konstruktivisme,
pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari
kenyataan yang terjadi melalui aktivitas seseorang.

Konstruktivisme ingin memberikan kebebasan kepada peserta didik


untuk belajar menemukan sendiri kompetensi dan pengetahuannya,
guna mengembangkan kemampuan yang sudah ada pada dirinya.
Dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya memindahkan
pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang sempurna.

Dengan kata lain, peserta didik harus membangun suatu pengetahuan


itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Lalu bagaimana
aplikasinya dalam dunia pendidikan? Seperti apa prinsip yang diusung,
dan bagaimana kita membedakan teori belajar ini dari teori belajar
lainnya? Berikut adalah berbagai uraian yang akan menjawab berbagai
pertanyaan tersebut.

Konstruktivisme adalah teori belajar yang mengusung pembangunan


kompetensi, pengetahuan, atau keterampilan secara mandiri oleh
peserta didik yang difasilitasi oleh pendidik melalui berbagai rancangan
pembelajaran dan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan
perubahan yang dibutuhkan pada peserta didik.

Menurut Thobroni & Mustofa (2015, hlm. 107) Teori


konstruktivisme memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal
lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya. Artinya, belajar
dalam pandangan konstruktivisme betul-betul menjadi usaha aktif
individu dalam mengonstruksi makna tentang sesuatu yang dipelajari.

Sementara itu, Yaumi & Hum (2017, hlm. 42) meungungkapkan


bahwa konstruktivisme mengasumsikan bahwa siswa datang ke ruang
kelas dengan membawa ide-ide, keyakinan, dan pandangan yang perlu

15
diubah atau dimodifikasi oleh seorang guru yang memfasilitasi
perubahan ini, dengan merancang tugas dan pertanyaan yang
menantang seperti membuat dilema untuk diselesaikan oleh peserta
didik.

Dalam hal ini, meskipun guru tidak melakukan transfer ilmu, guru
harus tetap melakukan tindakan-tindakan yang akan memfasilitasi
terbangunnya perubahan positif terhadap pada siswa. Sehingga siswa
dapat membangun suatu pengetahuan, keterampilan, atau afeksi positif
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Selanjutnya, Mudlofir & Fatimatur (2017, hlm. 12-13) menjelaskan


bahwa dalam konstruktivisme, belajar lebih diarahkan pada
experimental learning, yaitu adaptasi kemanusiaan berdasarkan
pengalaman konkret di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas,
yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan
konsep baru. Oleh karena itu, aksentuasi dari mendidik dan mengajar
tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pembelajar.
Pembelajaran menurut teori belajar konstruktivistik lebih menekankan
kepada proses dalam pembelajaran.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa


konstruktivisme adalah teori belajar yang memberikan kebebasan
kepada siswa untuk aktif belajar menemukan sendiri kompetensi dan
pengetahuannya guna mengembangkan kemampuan yang sudah ada
pada dirinya untuk diubah atau dimodifikasi oleh guru yang
memfasilitasi, dengan merancang berbagai tugas, pertanyaan, atau
tindakan lain yang memancing rasa penasaran siswa untuk
menyelesaikannya.

a. Tujuan Konstruktivisme

Perubahan menjadi suatu keharusan dalam proses belajar, terutama


dalam hal konsep. Perubahan tersebut berupa asimilasi untuk tahap
pertama dan tahap kedua yang disebut akomodasi. Dengan asimilasi,

16
siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk
berhadapan dengan fenomena baru. Sementara dengan akomodasi
siswa mengubah konsepnya yang sudah tidak cocok dengan fenomena
baru yang muncul. Jadi, perubahan tetap menjadi tujuan utama bahkan
dalam ranah teori konstruktivisme sekali pun.

Selanjutnya, menurut Thobroni (2017, hlm. 95) tujuan teori


konstruktivisme adalah sebagai berikut.

1) Mengembangkan Kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan


dan mencari sendiri pertanyaan.
2) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian pemahaman
konsep secara lengkap.
3) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri, lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar
itu.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Konstruktivisme

Ciri-ciri pembelajaran yang menerapkan teori kontruktivisme adalah


sebagai berikut.

1) Memberi kesempatan kepada murid membina pengetahuan baru


melalui penglibatan dalam dunia sebenar
2) Menggalakkan ide/gagasan yang dimulai oleh murid dan
menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3) Menyokong pembelajaran secara koperatif Menampilkan sikap dan
pembawaan murid.
4) Menampilkan bagaimana murid belajar sesuatu ide.
5) Menggalangkan dan menerima daya usaha murid.
6) Menggalangkan murid bertanya dan berdialog dengan murid dan
guru.
7) Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting
dengan hasil pembelajaran.

17
8) Menggalangkan proses inkuiri murid melalui kajian dan
eksperimen.

Selanjutnya, berdasarkan pendapat Suderadjat pembelajaran


kontruktivisme mempunyai sejumlah ciri-ciri sebagai berikut.

1) Cara atas-bawah ialah peserta didik dimulai dengan pelatihan


mengatasi permasalahan yang saling berhubungan selama digali
jalan keluarnya dan dibantu pendidik untuk diselesaikan mengikuti
implementasi (KD) yang dipakai.
2) Pembelajaran cooperative learning, bentuk konstruktivisme
menerapkan pelatihan cooperative. Dengan begitu, peserta didik
mampu menguasai konsepsi yang sukar didiskusikan dengan
kelompoknya.
3) Pembelajaran generatif dipakai untuk strategi konsruktivisme.
Pendekatan ini memberi tahu bahwa peserta didik di tuntut untuk
menggunakan pendekatan secara khusus supaya menyelesaikan
peranan intelektual dengan menunjang arahan terbaru.
4) Pembelajaran lewat cara menemukan. Peserta didik diharap
melakukan pelatihan secara bersungguh-sungguh, mandiri, dan
melaksanakan setiap teknik keterampilan konsepsi supaya pelajar
mampu mendapatkan rancangan terbaru.
5) Pembelajaran lewat pengaruh karakter. Strategi konstruktivisme
memiliki pandangan bahwa peserta didik merupakan wujud yang
idealis, maksudnya pribadi yang dapat mengontrol perasaannya.
6) Scaffolding didasari teknik Vygotsky mengenai pelatihan dengan
bimbingan pendidik.
c. Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme

Sementara itu, Driver and Bell mengemukakan bahwa karakteristik


pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut.

1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan


memiliki tujuan.

18
2) Belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses
keterlibatan siswa.
3) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan
dikonstruksi secara personal.
4) Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan
melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar,
5) Kurikulum bukanlah sekadar hal yang dipelajari, melainkan
seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.
d. Kelebihan Konstruktivisme

Menurut Riyanto kelebihan konstruktivisme antara lain adalah sebagai


berikut.

1) Memotivasi peserta didik bahwa belajar adalah tanggung jawab


peserta didik itu sendiri guna mendapatkan ilmu pengetahuan dan
wawasan baru.
2) Mengembangkan potensi kemampuan peserta didik untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri.
3) Membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi mengenai
pengertian atau pemahaman konsep secara menyeluruh dan
lengkap.
4) Mengembangkan potensi kemampuan peserta didik untuk menjadi
pemikir yang mandiri dan kreatif.
e. Kelemahan Model Konstruktivisme
1) Model pembelajaran konstruktivisme memiliki beberapa kendala
pada pengaplikasiannya. Ada beberapa kendala yang mungkin
timbul dalam penerapan teori belajar dengan pendekatan
konstruktivis yaitu:
2) Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh konkrit dan
realistik dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru harus
memiliki kreatifitas yang tinggi dalam menyampaikan materi.
Apalagi dalam hal ini guru sejarah kurang bisa membawa nilai-
nilai masa lalu untuk diterapkan dalam masa sekarang.

19
3) Guru tidak ingin berubah dalam menggunakan model
pembelajaran. Guru merasa nyaman dengan model pembelajaran
tradisional, yaitu model ceramah. Pandangan guru terhadap siswa
diibaratkan siswa seperti bejana yang masih kosong perlu diisi oleh
ilmu pengetahuan yang dimiliki guru. Guru merasa dengan
menggunakan model tradisional saja bisa mendapatkann nilai
yanng tinggi, sehingga tidak perlu menggunakan model
pembelajaran lainnya.
4) Guru berpikir bahwa pembelajaran konstruktivisme memerlukan
lebih banyak waktu. Proses pembelajaran konstruktivisme ingin
membuat siswa menjadi aktif, hal in terkadang juga terkendala
dengan kemampuan kognitif siswa. Beban mengajar guru sudah
terlalu banyak.
5) Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk
jumlah siswa yang besar. Kebanyakan sekolahan masih terbatas
dalam menyediakan fasilitas guna mendukung pembelajaran
konstruktivisme. Sarana dan prasarana kurang mendukug
pembelajaran model konstruktivisme.
6) Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari dalam
kurikulum. Masih ada banyak guru yang mengajar diluar bidang
studi sesuai kualifikasinya. Sehingga penguasaan materi oleh guru
kurang memadai
f. Prinsip Konstruktivisme

Terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang dapat memandu penerapan


konstruktivisme. Menurut Suyono & Hariyanto prinsip-prinsip
konstruktivisme adalah sebagai berikut.

1) Belajar merupakan pencarian makna. Oleh sebab itu pembelajaran


harus dimulai dengan isu-isu yang mengakomodasi siswa untuk
secara aktif mengkonstruk makna.
2) Pemaknaan memerlukan pemahaman bahwa keseluruhan (wholes)
itu sama pentingnya seperti bagian-bagiannya. Sedangkan bagian –

20
bagian harus dipahami dalam konteks keseluruhan. Oleh
karenanya, proses pembelajaran berfokus terutama pada konsep –
konsep primer dan bukan kepada fakta – fakta yang terpisah.
3) Supaya dapat mengajar dengan baik, guru harus memahami model
– model mental yang dipergunakan siswa terkait bagaimana cara
pandang mereka tentang dunia serta asumsi – asumsi yang disusun
yang menunjang model mental tersebut.
4) Tujuan pembelajaran adalah bagaimana setiap individu
mengkonstruksi makna, tidak sekadar mengingat jawaban apa yang
benar dan menolak makna milik orang lain. Karena pendidikan
pada fitrahnya memang antardisiplin, satu – satunya cara yang
meyakinkan untuk mengukur hasil pembelajaran adalah melakukan
penilaian terhadap bagian – bagian dari proses pembelajaran,
menjamin bahwa setiap siswa akan memperoleh informasi tentang
kualitas pembelajarannya

3. Pendekatan Pemecahan Masalah

Pendekatan dalam pembelajaran selanjutnya adalah pemecahan masalah


(problem solving). Pada pendekatan ini guru menekankan kepada siswa
untuk mempergunakan seluruh pengetahuan dan kemampuan yang
dimilikinya untuk memecahkan suatu permasalahan. Biasanya dalam
pendekatan ini siswa harus bisa menggunakan logikanya untuk
menemukan sebab akibat dari suatu masalah, menganalisisnya, membuat
hipotesa hingga mendapatkan kesimpulan.

a. Tujuan Pendekatan Pemecahan Masalah


1) Pemecahan masalah mengharapkan siswa mampu menyelesaikan
masalah dalam kehidupannya nanti melalui proses yang akan
memberikan makna.
2) Pemecahan masalah atau pembelajaran berbasis masalah adalah
sebuah model pembelajaran yang merangsang berfikir dan
menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan oleh siswa.

21
3) Guru disarankan tidak berorientasi pada metode tersebut, akan
tetapi guru hanya melihat jalan fikiran yang disampaikan oleh
siswa, pendapat siswa, serta memotivasi siswa untuk mengeluarkan
pendapat mereka .
4) Pemecahan masalah juga menggunakan dasar proses berpikir untuk
memecahkan kesulitan yang diketahui, mengumpulkan fakta
tentang kesulitan tersebut dan menentukan informasi lain yang
dibutuhkan, menyimpulkan atau mengusulkan alternatif
pemecahan dan mengujinya.
5) Pemecahan masalah menutut siswa untuk secara aktif dalam
berpikir dan bertindak. Adanya keaktifan siswa dalam berpikir dan
bertindak ini menjadikan pemecahan masalah sebagai suatu proses
pembelajaran yang menghendaki adanya kebebasan dalam
mengemukakan gagasan dan berpikir lebih terbuka. Dengan
demikian pemecahan masalah bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan sikap kretif pada diri siswa. Dan
pembelajarang dengan pendekatan pemecahan masalah dapat
memberikan beberapa manfaat bagi siswa jikadigunakan secara
efektif.
b. Manfaat Pembelajaran Pemecahan Masalah
1) Dapat membangun pengetahuan baru bagi siswa, dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai suatu konsep
dan dapat menilai pemahamannya sendiri.
2) Dapat memberikan tantangan dan kepuasan yang lebih tinggi pada
diri siswa dalam mempelajari suatu konsep.
3) Mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan dapat
memberikan pembelajaran yang menyenangkan.
4) Membantu siswa untuk menggunakan pengetahuan yang telah
diperoleh ke dalam situasi yang baru dan nyata.
5) Menanamkan rasa tanggung jawab pada diri siswa.
6) Membantu kemampuan berpikir kritis.

22
7) Menumbuhkan dan memelihara rasa keingintahuan terhadap
sesuatu hal pada diri siswa.
8) Dapat membangun kecakapan, kemandirian, kesabaran, keteguhan
hati, tidak mudah menyerah, dan menumbuhkan rasa percaya diri.
9) Mengajak siswa untuk dapat bekerja sama dan berinteraksi dengan
teman-temannya dalam suatu kelompok kerja. Kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah merupakan kemampuan paling tinggi
dalam keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual menitik
beratkan pada kemampuan siswa dalam membedakan,
mengidentifikasi, mengingat kembali konsep dan aturan yang telah
dipelajari sebelumnya untuk digunakan dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Berdasar uraian di atas jelaslah bahwa
kemampuan memecahkan masalah adalah kompetensi penting
yang harus dibimbing oleh guru terhadap siswanya.
c. Langkah Langkah Pembelajaran Pemecahan Masalah
1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca
buku-buku, meneliti, bertanya berdiskusi dan lain-lain.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh,
pada langkah kedua di atas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul
yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai
dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk
menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-
metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada
kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

d. Kelebihan Pembelajaran Pemecahan Masalah

23
1) Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi
lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah
secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam
kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu
kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa
banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan
berbagai segi dalam rangka pemecahannya.

e. Kekurangan Metode Problem Solving

1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai


dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang
beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya
cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD
sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan
permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa
mengambil waktu pelajaran lain.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak
berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa.

4. Pendekatan Saintifik

24
Pendekatan Pembelajaran Kurikulum Merdeka selanjutnya yaitu konsep
pendekatan saintifik mengacu pada kurikulum pembelajaran yang
berlaku di sekolah. Pendekatan saintifik yang disebutkan dalam
kurikulum 2013 lalu menggunakan lima langkah yaitu mengamati,
bertanya, mengumpulkan data, melakukan asosiasi dan
mengkomunikasikannya.

Dalam Kurikulum Merdeka juga pendekatan ini masih sangat relevan


jika di laksanakan. Apalagi dalam kaitannya dengan pembelajaran
berbasis projek.

a. Kelebihan Pendekatan Saintifik

Pendekatan scientific menggunakan pembelajaran discovery learning


siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun
informasi, membandingkan, mengaktegorikan, menganalisis,
mengintergrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat
kesimpulan.

b. Kelebihan pendekatan saintifik menggunakan pembelajaran


discovery learning
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan- keterampilan dan proses-proses kognitif.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
5) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerjasama denagn yang lainnya.
6) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan.
7) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

25
8) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
9) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
10) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
11) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
12) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
13) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan
individu.
14) Secara umum pendekatan saintifik mempunyai banyak kelebihan
yang sangat bermanfaat bagi perkembangan siswa dalam hal
pengetahuan kognitif, sikap afektif, dan keterampilan psikomotor,
sebagai bekal siswa untuk diterapkan dalam kehidupan nyata di
lingkungannya.
c. Kekurangan Pendekatan Saintifik
1) Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesilitan abstrak
atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
2) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
d. Tujuan Pendekatan Saintifik
1) Untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik

26
2) Membentuk kemampuan dalam menyelesaikan masalah secara
sistematik
3) Menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta didik merasa
bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan
4) Melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide
5) Meningkatkan hasil belajar peserta didik
6) Mengembangkan karakter peserta didik.
e. Karakteristik Pendekatan Saintifik
1) Berpusat pada siswa
2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum atau prinsip.
3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
f. Prinsip Pendekatan Saintifik
1) Pembelajaran harus berpusat pada siswa, bukan guru.
2) Pembelajaran membentuk students self concept.
3) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
4) Pembelajaran dengan pendekatan ini mendorong terjadinya
peningkatan kemampuan berpikir siswa.
5) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
dalam komunikasi.
7) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
g. Langkah Pendekatan Saintifik
1) Mengamati (observasi), yakni kegiatan pembelajaran yang
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning).Metode mengamati ini akan sangat bermanfaat bagi

27
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
2) Menanya, yakni membiarkan siswa mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan dilakukann untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati.
3) Mengumpulkan informasi, yakni kegiatan mengumpulkan
informasi adalah tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Peserta didik dapat
membaca berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau objek
yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

4) Sosialisasi dan penalaran informasi, yakni kegiatan menalar dalam


kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru
dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
5) Mengkomunikasikan, yakni memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari
informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola.

5. Pendekatan Proses

Terakhir adalah pendekatan proses dimana guru memberikan kebebasan


kepada siswa untuk mengamati penemuan ataupun penyusunan konsep
tertentu. Siswa akan melakukan percobaan atau ilustrasi kemudian
menyusun hipotesa.

Dengan menggunakan pendekatan dalam pembelajaran yang tepat


diharapkan siswa dapat menemukan dan melatih potensi yang
dimilikinya secara optimal. Tujuannya agar siswa bisa meraih prestasi
terbaiknya.

28
a. Ciri-ciri Pendekatan Keterampilan Proses

Keterampilan proses mempunyai beberapa komponen yaitu


mengamati, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur,
memprediksi dan menyimpulkan.

Menurut Sunardi pembelajaran dengan pendekatan keterampilan


proses memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Hasil pembelajaran adalah dikuasainya kompetensi-kompetensi.


2) Yang dimaksud dengan kompetensi adalah pengetahuan yang
didemonstrasikan dalam perilaku.
3) Materi belajar berupa paket-paket yang mengarah ke penguasaan
kompetensi.
4) Kemajuan belajar siswa bersifat individual, tergantung kepada
kemampuan dan kemauan siswa.
5) Strategi belajar mengajar, termasuk penetapan tempat, waktu dan
cara melaksanakan proyek penelitian oleh siswa, ditetapkan oleh
siswa sendiri tetapi tetap dengan bimbingan guru.
6) Guru melaksanakan tugas mengajarnya dalam tim-tim team
teaching .
7) Mengutamakan pengalaman atau praktik lapangan,
8) Mempersyaratkan ketersediaan sumber belajar.
b. Kelebihan Pendekatan Keterampilan Proses
1) Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses memiliki beberapa
kelebihan antara lain:
2) Merangsang ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah siswa.
3) Siswa akan aktif dalam pembelajaran dan mengalami sendiri
proses mendapatkan konsep.
4) Pemahaman siswa lebih mantap.
5) Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
6) Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari.
7) Melatih siswa untuk berpikir lebih kritis.

29
8) Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam
pembelajaran.
9) Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru.
10) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan
metode ilmiah.
c. Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses
1) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukannya .
2) Jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa
memerlukan perhatian dari guru.
3) Memerlukan perencanaan dengan teliti.
4) Tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
5) Sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama proses
berlangsungnya pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas,
pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses memiliki
keunggulan dan kelemahan. Dalam pelaksanaannya, untuk
mengatasi kelemahannya, peran guru sangat penting dalam
menciptakan suasana yang kondusif agar pembelajaran dapat
dilaksanakan sesuai rencana.

D. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah suatu pola atau struktur pembelajaran
yang tersusun dan didesain, ditetapkan, dan dievaluasi secara sistemik
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan guru.

Istilah model sendiri dapat diartikan sebagai suatu bentuk tiruan dari
benda yang sebenarnya. Model juga dapat diartikan sebagai suatu contoh
konseptual atau prosedural dari suatu program, sistem, atau proses yang
dapat dijadikan acuan atau pedoman kreatif dalam pemenuhan akan
kebutuhan siswa di sekolah dasar, telah banyak mengembangkannya. hal
itu tidak lain agar kualitas pendidikan di sekolah-sekolah seluruh negeri ini
selalu dalam rangka memecahkan suatu masalah agar tujuan dapat
tercapai.

30
Banyak model-model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh
para ahli pendidikan didunia. Bahkan beberapa kalangan guru yang
mempunyai keahlian, kemampuan, danketerampilan serta meningkat.

Arends dalam Trianto mengartikan model pembelajaran adalah


suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Sedangkan menurut Joyce & Weil dalam Mulyani Sumantri, dkk


model pembelajaran adalah kerangka konseptual yanmelukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajardalam
merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi
perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan
melaksanakan proses belajar mengajar.7

E. Macam-Macam Model Kurikulum Merdeka

1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran model berbasis proyek atau Project Based Learning


(PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu
kegiatan (Proyek) yang menghasilkan suatu produk. Keterlibatan
siswa mulai dari merencanakan, membuat rancangan,melaksanakan,

7
Fikriyah, M. & Gani A. A. “Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Larning) Jurnal Pembelajaran Fisika 4, no 2 (2015): 12-87.

31
dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan laporan
pelaksanaanya.

Model pembelajaran ini menekankan pada proses pembelajaran


jangka panjang, siswa terlibat secara langsung dengan berbagai isu
dan persoalan kehidupan sehari-hari, belajar bagaimana memahami
dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat interdisipliner,
danmelibatkan siswa sebagai pelaku mulai dari merancang,
melaksanakan dan melaporkanhasil kegiatan (student centered).8

Dalam pelaksanaannya, PBL bertitik tolak dari masalah sebagai


langkah awal sebelummengumpulkan data dan informasi dengan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek
dirancang untuk digunakan sebagai wahana pembelajaran dalam
memahami permasalahan yang komplek dan melatih serta
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan melakukan kajian untuk menemukan solusi
permasalahan.

a. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang dalam rangka:

1) Mendorong dan membiasakansiswa untuk menemukan sendiri


(inquiry), melakukan penelitian/pengkajian, menerapkan
keterampilan dalam merencanakan ( planning skills), berfikir kritis
(critical thinking ), danpenyelesaian masalah ( problem-solving
skills) dalam menuntaskan suatu kegiatan/proyek.
2) Mendorong siswa untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap tertentu kedalam berbagai konteks (a variety of contexts)
dalam menuntaskan kegiatan/proyek yangdikerjakan.
3) Memberikan peluang kepada siswa untuk belajar menerapkan
interpersonalskills dan berkolaborasi dalam suatu tim sebagaimana
orang bekerjasama dalam sebuah tim dalam lingkungan kerja atau
8
Sungkono, "Pengembangan dan Pemanfaatan bahan ajar modul dalam proses
pembelajaran,"Jurnal Studi Kependidikan 5, no 1 (2009):78-84.

32
kehidupan nyata. Mengingat bahwa masing-masing peserta didik
memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Pembelajaran Berbasis
Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang
bermakna bagi dirinya,dan melakukan eksperimen secara
kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;


2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik.
3) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atautantangan yang diajukan;
4) Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk
mengakses dan mengelolainformasi untuk memecahkan
permasalahan;
5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan;
7) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif;
dan8) Stuasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih,penasehat dan perantara untuk
mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan dayaimajinasi,
kreasi dan inovasi dari siswa.

c. Hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis


Proyek

Banyak guru merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru


memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang

33
sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak menguasai
teknologi.Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam
proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana
ruang belajar tidak monoton9.

d. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek

1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar,


mendorong kemampuanmereka untuk melakukan pekerjaan
penting, dan mereka perlu untuk dihargai
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem problem yang kompleks.
4) Meningkatkan kolaborasi
5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilankomunikasi.
6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber.
7) Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalammengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain sepertiperlengkapan untuk menyelesaikan
tugas
8) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik
secara kompleks dandirancang untuk berkembang sesuai dunia
nyata.
9) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi
dan menunjukkanpengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata
10) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupunpendidik menikmati proses pembelajaran.

e. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek

9
Yasmansyah,konsep merdeka belajar kurikulum merdeka,"Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan
Indonesia (JPION) 1,no 1 (2022): 29-34

34
1) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam penelitian atau
percobaan danpengumpulan informasi akan mengalami kesulitan
2) Kemungkinan adanya peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
3) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok
berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan.

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas


seorang pendidikharus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi
peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta
didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis danmenyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih
lokasipenelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan
banyak waktu dan biaya,menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan sehingga instruktur dan pesertadidik merasa nyaman
dalam proses pembelajaran.10

Pembelajaran Berbasis Proyek ini juga menuntut siswa untuk


mengembangkan keterampilan seperti kolaborasi dan refleksi.
Menurut studi penelitian, Pembelajaran Berbasis Proyek membantu
siswa untuk meningkatkan keterampilan sosial mereka,
seringmenyebabkan absensi berkurang dan lebih sedikit masalah
disiplin di kelas. Siswa juga menjadi lebih percaya diri berbicara
dengan kelompok orang, termasuk orang dewasa.Pelajaran berbasis
proyek juga meningkatkan antusiasme untuk belajar. Ketika anak-
anakbersemangat dan antusias tentang apa yang mereka pelajari,
mereka sering mendapatkanlebih banyak terlibat dalam subjek dan
kemudian memperluas minat mereka untuk matapelajaran lainnya.11

f.Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat


dijelaskan sebagai berikut.
10
Hamruni, Strategi Pembelajaran,"Jurnal Pendidikan 4, no 8 (2012): 12-40.
11
Prameswari, T. W. Merdeka Belajar: Sebuah Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini

35
1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential
Question) Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam
melakukan suatu aktivitas. Mengambil topikyang sesuai dengan
realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah
investigasimendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat
relevan untuk para peserta didik.
2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan
peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan
merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
3) Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan
cara mengintegrasikan berbagai subjekyang mungkin, serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek.
4) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)Guru dan peserta didik
secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan
proyek.
5) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the
Students and the Progressof the Project )Guru bertanggungjawab
untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didikselama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi pesertadidik pada setiap roses. Dengan kata lain guru
berperan menjadi mentor bagi aktivitaspeserta didik. Agar
mempermudah proses monitoring, dilakukan untuk membantu guru
dalam mengukur ketercapaian standar,berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi
umpanbalik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu gurudalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya

36
6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)Pada akhir
proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan
refleksi terhadapaktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Proses refleksi dilakukan baik secaraindividu maupun kelompok.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru
dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry )
untukmenjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran.

2. Model Discovery Learning

Model Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan


sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan
dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri. Pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar dikelas.Bruner memakai
metode yang disebutnya Discovery Learning , dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.12

a. Kelebihan Penerapan Discovery Learning

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan


keterampilan-keterampilandan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini,seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya.Pengetahuan yang diperoleh melalui
metode ini sangat pribadi dan ampuh karenamenguatkan
pengertian, ingatan dan transfer.
2) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki danberhasil.

12
Prameswari, T. W. Merdeka Belajar: Sebuah Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini

37
3) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannya sendiri.
4) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
5) Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya,
karena memperolehkepercayaan bekerja sama dengan yang
lainnya.
6) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan -gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti didalam situasi diskusi.
7) Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan)
karena mengarahpadakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
8) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
9) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajaryang baru.
10) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
11) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
12) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsic.
13) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan

b. Kelemahan Penerapan Discovery Learning

1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk


belajar. Bagi siswayang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berpikir ataumengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan, sehinggapada gilirannya akan
menimbulkan frustasi.
2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu
mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

38
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian.

c. Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning

1) Menentukan tujuan pembelajaran.


2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat,gaya belajar, dan sebagainya).
3) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(dari contoh-contoh generalisasi).
4) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
5) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks,
dari yang konkret keabstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai
ke simbolik.
6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah/Model Problem Basid Learning

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses


pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang
menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat
mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar
sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.Proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk
memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Pembelajaran berbasis masalah
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah

39
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar 13.Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik
bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real
world).Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode
pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana
belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk
mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta
didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah
yangharus dipecahkan.Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan
dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang
kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang
diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam
pencapaian materi pembelajaran.

a. Tujuan model pembelajaran berbasis masalah ini adalah

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.


Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
2) Pemodelan peranan orang dewasa, bentuk pembelajaran berbasis
masalah penting menjembatani antara pembelajaran sekolah formal
dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar
sekolah.
3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)Pembelajaran
berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus
dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana
informasi harus diperoleh,di bawah bimbingan guru.

Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.

13
Utami maulida, Pengembangan modul ajar berbasis kurikulum merdeka,"Jurnal Tarbawi 5, no 2
(Agustus,2022): 130-138

40
(a). Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena
memerlukan suatustrategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.

(b).Responsibility : PBL menekankan responsibility dan


answerability para peserta didikke diri dan panutannya.

(c).Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang


serupa dengansituasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan
tugas otentik dan menghasilkansikap profesional.

(d).Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada


pertanyaan dan keinginanpeserta didik untuk menemukan jawaban
yang relevan, sehingga dengan demikiantelah terjadi proses
pembelajaran yang mandiri.

(e).Umpan Balik : para peserta didikmenghasilkan umpan balik yang


berharga. Ini mendorong kearah pembelajaranberdasarkan
pengalaman.

(f). Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada


ketrampilan pokok danpengetahuan saja, tetapi juga mempunyai
pengaruh besar pada keterampilan yangmendasar seperti pemecahan
masalah.

(g).Driving Questions :PBL difokuskan pada pertanyaan atau


permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat
menyelesaikan permasalahan dengan konsep,prinsip dan ilmu
pengetahuan yang sesuai.

(h).Constructive Investigations :sebagai titik pusat, proyek harus


disesuaikan denganpengetahuan para peserta didik.

(i). Autonomy:proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat


penting.

b. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

41
1) Terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa
dengan guru, siswa dengan siswa.
2) Siswa memiliki keterampilan mengatasi masalah.
3) Siswa memiliki kemampuan mempelajari peran orang dewasa.
4) Siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independent
5) Siswa memiliki keterampilan berfikir tingkat tinggi.

c. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

1) Memungkinkan siswa menjadi jenuh karena harus berhadapan


langsung dengan masalah.
2) Memungkin siswa kesulitan dalam memperoses sejumlah data dan
informasi dalam waktu singkat, sehingga Pembelajaran Berbasis
Masalah ini membutuhkan waktu yang relatif lama.

42
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
M

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan yang jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan kedepannya.
Semoga makalah ini ini bermanfaat untuk pembaca.

43
DAFTAR PUSTAKA

Huda, N. “Pendekatan-Pendekatan Pengembangan Kurikulum”.

Qudwatunâ : Jurnal Pendidikan Islam, 2, no 2 (2019): 30-36.


Fikriyah, M. & Gani A. A. “Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project

Based Learning) Disertai Media Audio-Visual Dalam Pembelajaran Fisika

Di Sman 4 Jember”. Jurnal Pembelajaran Fisika 4, no 2 (2015): 12-87.


Bahri, S. “Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya”. Jurnal

Ilmiah Islam Futura 11, no 1 (2011):45-72.


Achruh, A. “Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum”. Jurnal

Inspiratif Pendidikan, 8, no 1(2019):10-32.

Khoirur rijal, dkk. "Pengembangan Kurikulum Merdeka,"ed.Anisa Dwi Makrufi


(CV Lestari Nusantara Abadi,2022),1-115.

Prameswari, T. W. Merdeka Belajar: Sebuah Konsep Pembelajaran Anak Usia


Dini

Menuju Indonesia Emas 2045. Seminar Nasional Penalaran Dan Penelitian


Nusantara, 1, (2020):

76–86.
Ummu Khoiriyah, Kurikulum Merdeka Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jurnal
Program Studi PGRA 8, no 2 (Juli, 2022): 143-158.
Sungkono, "Pengembangan dan Pemanfaatan bahan ajar modul dalam proses
pembelajaran,"Jurnal Studi Kependidikan 5, no 1 (2009):78-84.

44
Utami maulida, Pengembangan modul ajar berbasis kurikulum merdeka,"Jurnal
Tarbawi 5, no 2 (Agustus,2022): 130-138, https://stai-binamadani.e-
journal.id/Tarbawi

Hamruni, Strategi Pembelajaran,"Jurnal Pendidikan 4, no 8 (2012): 12-40.


Yasmansyah,konsep merdeka belajar kurikulum merdeka,"Jurnal Penelitian Ilmu
Pendidikan Indonesia (JPION) 1,no 1 (2022): 29-34,
https://jpion.org/index.php/jpi.

45

Anda mungkin juga menyukai