Anda di halaman 1dari 19

Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu : Waddi Fatimah, S.Pd., M.Pd

PENDEKATAN PERKEMBANGAN KURIKULUM MERDEKA

KELOMPOK 11

SRI EVI (C1C121005)


NURHADIJAH FJ (C1C121042)
ABDULLAH (C1C121030)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Kurikulum Nasional 2013 dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Waddi
Fatimah, S.Pd.,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengembangan Kurikulum yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar 23, November 2023

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 4


A. Pengertian pendekatan pengembangan kurikulum Merdeka ........... 4
B. Berbagai pendekatan dalam pengembangan ................................... 6
C. Komponen utama kurikulum Merdeka belajar .............................. 12
D. Pendekatan dalam implementasi kurikulum Merdeka ................... 13

BAB III PENUTUP ................................................................................ 15


A. Kesimpulan .................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 17

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan landasan penting dalam pembentukan


individu yang berkualitas dan berdaya saing di era modern
ini(Komariah 20121). Dalam upaya terus meningkatkan mutu
pendidikan, konsep kurikulum terus berkembang untuk
mengakomodasi beragam kebutuhan dan potensi siswa. Salah satu
pendekatan yang semakin mendapatkan perhatian adalah Kurikulum
Merdeka Belajar, yang dipengaruhi oleh pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Konsep ini mendasarkan pada kebebasan belajar, penghargaan terhadap
perbedaan individu, serta pendekatan personal dalam proses
pembelajaran(Mubarak 20222). Dalam konteks ini, pembelajaran
berdiferensiasi, yang mengakui dan menghormati keragaman
kemampuan dan kebutuhan siswa, menjadi elemen penting dalam
implementasi Kurikulum MerdekaBelajar.
Merdeka Belajar merupakan slogan pendidikan yang saat ini
sedang digegerkan oleh Mendikbud. Prinsip merdeka belajar diharapkan
dapat mempercepat proses reformasi pendidikan di Indonesia yang
selama ini dianggap perlahan layu. Medikbud bahkan menggagas istilah
deregulasi pendidikan karena regulasi pendidikan selama ini dinilai
menghambat proses pencapaian reformasi pendidikan bermuara pada
kualitas dan mutu pendidikan di Indonesia. Dalam situasi seperti saat ini
yaitu adanya Pandemi COVID-19 yang berimbas pada kegiatan
pembelajaran di sekolah menjadi pembelajaran secara mandiri oleh
siswa yang dilakukan di rumah saja (Fahrina, dkk 2020). Situasi saat ini
mengalami peningkatan dalam perkembangan industri karena dengan
kondisi siswa belajar di rumah maka tranformasi pendidikan menjadi
berkembang melalui peningkatan teknologi.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas dapat terdapat beberapa
rumusan masalah yaitu:
1. Apa pengertian pendekatan pengembangan kurikulum merdeka?

2. Bagaimana pendekatan dalam pengemangan?

3. Bagaimana komponen utama kurikulum Merdeka belajar?

4. Bagaimana Pendekatan dalam implementasi kurikulum merdeka?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yakni:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana pendekatan pengembangan kurikulum
merdeka.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana pendekatan dalam pengemangan.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana komponen utama kurikulum Merdeka
belajar.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Pendekatan dalam implementasi
kurikulum merdeka

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendekatan pengembangan kurikulum Merdeka

Istilah pendekatan merujuk pada pemikiran tentang terjadinya


suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan diartikan
sebagai tata cara kerja dengan mempraktikkan strategi dan tata
metode yang cocok. Dilakukan dengan menjajaki berbagai langkah
pengembangan yang sistematis guna memperoleh kurikulum yang
lebih baik. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak maupun
sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu.

Dari sebagian pemikiran di atas, pendekatan pengembangan


kurikulum menunjuk pada titik tolak maupun sudut pandang secara
umum tentang proses pengembangan kurikulum pendidikan.
Pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang
sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum
improvement). Menurut Mustafa & Dwiyogo, perkembangan
kurikulum selalu mempunyai visi yang jelas guna menelaah apakah
dengan mengimplementasikan kurikulum tersebut maka tujuan
pendidikan nasional akan terwujud. (Makrufi, 2008).

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum pembelajaran


intrakurikuler yang beragam dan mengoptimalkan dari segi konten
sehingga memberi peserta didik cukup waktu untuk mengeksplorasi
konsep dan memperkuat kompetensi mereka. Guru memiliki
fleksibilitas untuk memilih dari berbagai alat pendidikan untuk
menyesuaikan model pembelajaran dengan kebutuhan belajar dan

4
minat peserta didik.

Kurikulum Merdeka merupakan opsi yang perlu diuji coba


melalui sosialisasi dan penyesuaian terlebih dahulu sebelum
ditetapkan menjadi kurikulum nasional. Pendekatan bertahap ini
memberikan waktu untuk guru, kepala sekolah, serta dinas pendidikan
untuk menelaah secara komprehensif sebelum disosialisasikan kepada
stakeholder di sekolah serta masyarakat luas.

Proyek ini dikembangkan berdasarkan tema khusus yang


ditetapkan pemerintah untuk meningkatkan pencapaian Profil
Pancasila. Proyek ini tidak ada hubungannya dengan hasil belajar
karena tidak ditujukan untuk mencapai tujuan keberhasilan mata
pelajaran tertentu. Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai bagian
dari upaya kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengatasi
krisis pembelajaran yang telah lama kita hadapi, kemudian diperparah
oleh pandemi. Krisis ini tercermin dari buruknya hasil belajar peserta
didik, terutama pada dasar-dasar literasi membaca.

5
B. Berbagai pendekatan dalam pengembangan
1. Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak
dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan
memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk
mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori,
dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Pada
pendekatan humanistik berpusat pada siswa, jadi student centered, dan
mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan
sebagai bagian integral dari proses belajar. Menurut Somantrie dalam
Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan humanistik prioritasnya adalah
pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat,
kebutuhan dan kemampuan anak.
Permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa materi bukanlah
tujuan. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan tidak semata-mata
diukur dengan lancarnya proses transmisi nilai-nilai (dalam hal ini
materi pelajaran yang terformat dalam kurikulum), melainkan lebih
dari sekadar hal itu Pendidikan humanistik menganggap materi
pendidikan lebih merupakan sarana, yakni sarana untuk membentuk
pematangan humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara
gradual. Jadi dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada
pendekatan humanistik tujuan dari pendidikan itu bukan hanya pada
nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada
pembentukan perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani
maupun ruhani. (Tri Mawarni et al., 2022)

2. Pendekatan Teknologis
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas
program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan
keberhasilan. Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara,
yaitu aplikasi dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana

6
penggunaan beragam alat dan media, atau tahapan basis instruksi.
Sebagai teori, teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi
material kurikulum dan instruksional. Pandangan pertama menyatakan
bahwa pemanfaatan teknologi lebih diarahkan pada bagaimana
mengajarnya, bukan apa yang diajarkan. Sementara pandangan kedua
menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada penerapan tahapan
instruksional. Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan
khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat
lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi
perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tools
technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut
juga teknologi sistem (system technology).
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan
kepada penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan
efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisikan rencana-rencana
penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran
yang banyak melibatkan penggunaan alat. Contoh-contoh model
pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan video,
pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul.
Pengajaran dengan bantuan komputer, dan lain-lain. Pendekatan
teknologi dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas-tugas tertentu. Karenanya materi yang diajarkan, kriteria evaluasi
sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas
(job analysis) tersebut. Contoh penerapannya dalam kurikulum.
3. Pendekatan Rekontruksionalisme
Rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum
dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Banyak
prinsip kelompok ini yang konsisten dengan cita-cita tertinggi,
contohnya masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan dalam
intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib

7
sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan. Pengajaran kurikulum
rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang
tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi.
Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat,
sekolah mempelajari potensi- potensi tersebut, dengan bantuan biaya
dari pemerintah, sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut.
Di daerah pertanian misalnya maka sekolah harus mengembangkan
bidang pertanian, sementara kalau daerah industri maka yang harus
dikembangkan oleh sekolah adalah bidang industri. Sehingga
kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerah
tersebut. Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk
menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan
kemanusian.
Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang
muncul tidak harus diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi
oleh setiap disiplin ilmu. Dari pemikiran diatas, maka penyusunan dan
pengembangan kurikulum harus bertitik tolak dari problem yang
dihadapi dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum rekonstrksi sosial
ini selain menekankan pada isi pembelajaran, sekaligus juga
menekankan pada proses pendidikan dari pengalaman belajar. Ini
dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa,
manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya
membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi dan
bekerjasama. Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini,
nantinya diharapkan peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam
masyarakatnya guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan
dalam masyarakatnya yang lebih baik lagi kedepannya. Adapun
pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai ciri-ciri
berkenaan dengan:

8
a) Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah
menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman,
hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi
manusia. Karena itu, tujuan program pendidikan setiap tahun
berubah. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang
garapan selain bidang studi agama, juga perlu didekati dari
bidangbidang lain seperti ekonomi, sosiologi, ilmu pengetahuan
alam, estetika, matematika dan lain-lain.
b) Metode Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran pada
kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari
keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta
didik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus
dapat membantu para peserta didik untuk menemukan minat
dan kebutuhannya. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
untuk mencapai tujuan pendidikan dalam persoalan-persoalan
tersebut di atas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode antara lain:
 mengadakan survei kritis kepada Masyarakat
 mengadakan studi banding ekonomi lokal dan nasional
c) mengevaluasi semua rencana dengan kriteria, apakah telah
memenuhi kepentingan sebagian besar orang.Organisasi Isi
Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun
seperti roda. Ditengah- tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu
masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Tema-tema tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah topik yang
dibahas dalam diskusi kelompok, latihan- latihan, kunjungan
dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kelompok ini
merupakan jari-jari. Semua kegiatan jari-jari tersebut
dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.
Evaluasi Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan.
Keterlibatan para peserta didik terutama dalam memilih,

9
menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal
yang akan diujikan terlebih dahulu diuji untuk menilai
ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga untuk
menilai kemampuannya dalam menilai pencapaian tujuan-
tujuan pembangunan kehidupan keberagaman masyarakat yang
sifatnya kualitatif.
4. Pendekatan Grass Roots
Model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari
lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian
menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini
dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh
karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak
digunakan dalam menyempurnaan kurikulum (curriculum
improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga
digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum
construction). Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang
dapat kita lakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini:
1) menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots ini
biasanya diawali dengan keresahan guru tentang kurikulum
yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidak cocokan
penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi
seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi
belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain
sebagainya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya
suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa
adanya kesadaran masalah tidak mungkin gras root dapat
berlangsung.
2) mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya
masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab
munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan
mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca

10
buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah
yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain
misalnya melacak sumber-sumber dari internet; atau
melakukan diskusi dengan teman sejawat dan mengkaji
sumber dari lapangan, misalnya melakukan wawancara
dengan siswa, orang tua atau sumber lain.
3) mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan
hasil kajian refleksi, selanjutnya guru memetakan berbagai
kemungkinan munculnya masalah dan cara
pengulangannya.
4) menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat
dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.
Tidak mungkin berbagai kemungkinan bisa kita laksanakan.
Dalam langkah ini kita hanya bisa memilih kemungkinan
yang dapat kita lakukan dan selanjutnya merencakan apa
yang seharusnya kita lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Disamping itu kita juga dapat memperhitungkan
berbagai kemungkinan yang akan muncul, misalnya sebagai
hambatan yang akan terjadi sehingga lebiha dan kita akan
dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
5) mengimplemenasikan perencanaan dan mengevaluasinya
secara terus menerus hingga terpecahlah masalah yang
dihadapi. Dalam proses pelaksanaanya kita dapat
berkolaborasi atau meminta pendapat teman sejawat.
6) membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan
pengembangan melui grass roots. Langkah-langkah ini
sangat penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan
diseminasi, sehingga kemungkinan dapat dimanfaatkan dan
diterapkan oleh orang lain yang pada glirannya hasil
pengembangan dapat tersebar.

11
C. Komponen utama kurikulum Merdeka belajar
Komponen Utama Kurikulum Merdeka Belajar Menurut Abidah dkk.
terdapat empat komponen utama Kurikulum Merdeka Belajar, yaitu
sebagai berikut.
1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) diganti dengan
asesmen berupa ujian tertulis dan/atau bentuk ujian lain, yaitu
penugasan dan portofolio seperti tugas kelompok, karya tulis, tugas
proyek, dan lainnya.
2. Pada tahun 2020 Ujian Nasional (UN) dihapus dan diganti dengan
Survei Karakter serta Asesmen Kompetensi Minimun.
3. Implementasi perihal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
satu lembar.
4. Menerapkan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB).
Kemendikbud menggagas empat komponen di atas bertujuan untuk
memberi ruang luas bagi setiap peserta didik, guru dan pihak sekolah
dalam menentukan langkah kebijakan. Adanya Kurikulum Merdeka
Belajar dapat menjawab terhadap pesatnya globalisasi yang sudah
memasuki abad ke-21. Tuntutan perkembangan zaman mendorong suatu
lembaga pendidikan untuk senantiasa adaptif dan solutif terhadap
kurikulum.

12
D. Pendekatan dalam implementasi kurikulum Merdeka
Praktisi dan pelaksana kurikulum dapat menggunakan satu atau
lebih pendekatan atau teori dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
kurikulum. Penulis buku teks dan penyusun materi ajar juga memiliki
pendekatan dan teori kurikulum yang berbeda. Pendekatan kurikulum
berfokus pada pentingnya perencanaan dalam desain kurikulum. Oleh
karena itu, perlu diingat bahwa ada banyak pendekatan kurikulum, tetapi
sebagian besar dapat dikategorikan sebagai pendekatan teknis atau non-
teknis.
Selanjutnya, identifikasi jenis pendekatan kurikulum dalam setiap
kasus. Dari perspektif teori kurikulum, teori-teori kunci yang berkaitan
dengan pengembangan kurikulum diperiksa dan diikuti dengan deskripsi
singkat tentang berbagai fitur teoretis kurikulum. Termasuk sejarah
kurikulum, struktur terprogram, isi materi pelajaran, dan dukungan.
Pertimbangan.
Pertimbangan penting dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kurikulum bisa disandarkan pada SNDT (Standar Nasional
Pendidikan Tinggi). Aspek yang menjadi acuan ialah kompetensi lulusan
(SKL)/capaian pembelajaran lulusan (CPL) yang dinyatakan sebagai
landasan utama.
Berbagai model pendekatan atau paradigma OBE digunakan dalam
pengembangan dan implementasi kurikulum. Model yang paling sederhana
terdiri dari tiga fase yang saling berinteraksi, yaitu sebagai berikut.
1. Outcome Based Curriculum (OBC), merupakan pengembangan
kurikulum yang didasarkan pada profil dan Capaian Pembelajaran
Lulusan (CPL). Landasan CPL tersebut diturunkan menjadi bahan
kajian (body of knowledge), pembentukan mata kuliah beserta bobot
sksnya, peta kurikulum, desain pembelajaran yang dinyatakan dalam
bentuk Rencana Pembelajaran Semester (RPS), mengembangkan
bahan ajar, serta mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi.
2. Outcome Based Learning and Teaching (OBLT), merupakan

13
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang didefinisikan sebagai
interaksi dalam kegiatan belajar antara dosen, mahasiswa, dan sumber
belajar. Salah satu prinsip penting OBLT adalah ketepatan pemilihan
bentuk dan metode pembelajaran yang akan dilakukan oleh
mahasiswa, wajib mengacu dan sesuai dengan CPL. Bentuk
pembelajarannya termasuk bentuk pembelajaran di luar prodi atau
kampus pada program MBKM.
3. Outcome Based Assessment and Evaluation (OBAE), merupakan
pendekatan penilaian dan evaluasi yang dilakukan pada pencapaian
CPL dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
berkelanjutan. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan pada
hasil pencapaian CPL.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Istilah pendekatan merujuk pada pemikiran tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan
diartikan sebagai tata cara kerja dengan mempraktikkan strategi dan
tata metode yang cocok. Dilakukan dengan menjajaki berbagai
langkah pengembangan yang sistematis guna memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak maupun sudut pandang seseorang terhadap suatu proses
tertentu.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum pembelajaran


intrakurikuler yang beragam dan mengoptimalkan dari segi konten
sehingga memberi peserta didik cukup waktu untuk mengeksplorasi
konsep dan memperkuat kompetensi mereka. Guru memiliki
fleksibilitas untuk memilih dari berbagai alat pendidikan untuk
menyesuaikan model pembelajaran dengan kebutuhan belajar dan
minat peserta didik.

Kurikulum Merdeka merupakan opsi yang perlu diuji coba


melalui sosialisasi dan penyesuaian terlebih dahulu sebelum
ditetapkan menjadi kurikulum nasional. Pendekatan bertahap ini
memberikan waktu untuk guru, kepala sekolah, serta dinas pendidikan
untuk menelaah secara komprehensif sebelum disosialisasikan kepada
stakeholder di sekolah serta masyarakat luas.

15
B. Saran
Dalam pembahasan materi diatas tentang “Pendekatan
pengembangan kurikulum merdeka” mungkin masih banyak kekurangan
baik dalam segi penulisan maupun dari penyusunan kata dan
kalimatnya. Kami selaku penulis meminta maaf sebesarbesarnya kepada
dosen dan mahasiswa semua. Untuk penyempurnaan kami mengharap
kritik dan saran yang positif dari pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pertiwi, A. D., Nurfatimah, S. A., & Hasna, S. (2022). Menerapkan Metode


Pembelajaran Berorientasi Student Centered Menuju Masa Transisi
Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 8839–8848.

Rambung, O., Sion, Bungamawelona, Puang, Y., & Salenda, S. (2023).


Transformasi Kebijakan Pendidikan Melalui Implementasi. Jurnal Ilmu
Pendidikan , 1(3), 598–612.

Tri Mawarni, W., Alfiansyah, M., & Zahra, F. (2022). PENDEKATAN


STRATEGI PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA. Universitas
Muslim Indonesia, 1(January), 106–113
https://jurnal.fai.umi.ac.id/index.php/eljour/

Muin, A., Fakhrudin, A., Makruf, A. D., & Gandi, S. (2022). Pengembangan
Kurikulum Merdeka.

Suryaman, M. (2020, October). Orientasi pengembangan kurikulum merdeka


belajar. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra (pp. 13-28).

Ansori, M., Afandi, A., Fitriyah, R. D., Safriyani, R., & Farisia, H. (2021).
Pendekatan-pendekatan dalam university-community engagement.

Goliah, M., Jannah, M., & Nulhakim, L. (2022). Komponen Kurikulum


Pembelajaran Khususnya Pada Muatan 5 Bidang Studi Utama di SD. Jurnal
Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 11445-11453.

Muzakki, M., Santoso, B., & Alim, H. N. (2023). Potret Implementasi Kurikulum
Merdeka berbasis Islami di Sekolah Penggerak. Jurnal Papeda: Jurnal
Publikasi Pendidikan Dasar, 5(2), 167- 178.

Yunita, Y., Zainuri, A., Ibrahim, I., Zulfi, A., & Mulyadi, M. (2023).
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar. Jambura Journal of Educational
Management, 16-25.

17

Anda mungkin juga menyukai