Anda di halaman 1dari 31

KONSEP DASAR DAN LANDASAN (FILOSOFI, PSIKOLOGIS,

YURIDIS) KURIKULUM MERDEKA

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Kajian Kurikulum SD

Dosen Pengampu:
Dr. Sri Mulyati, M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok 3:

Desta Shaum Nur Kumala ( 2152000102 )


Cahyaning Larasati ( 2152000105 )
Dia Ayu Pipit Perpitasari ( 2152000107 )
Yaya Dimas Andika ( 2152000108 )
Putri Dyah Pitaloka ( 2152000110 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syujur kehadirat Allah SWT, karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Tidak lupa Sholawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Dasar
dan Landasan (Filosofi, Psikologis, Yuridis) Kurikulum Merdeaka” dalam mata
kuliah Kajian Kurikulum SD.

Tujuan penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan


bagi pembaca serta bagi penulis sendiri. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Sri Mulyati, M.Pd, Dosen Pengampu pada mata kuliah Kajian
Kurikulum SD, yang sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis sehingga
sangat membantu penulis untuk memperdalam pengetahuan pada bidang studi
yang sedang ditekuni.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi
pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
waktu. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Sukoharjo, 21 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah ..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Kurikulum Merdeka ................................................................3
1. Pengertian Kurikulum Merdeka ...............................................................3
2. Dasar Pelaksanaan Kurikulum Merdeka ..................................................5
3. Tujuan Kurikulum Merdeka .....................................................................7
4. Struktur Program Kurikulum Merdeka ....................................................7
5. Prinsip-Prinsip Dasar Pelaksanaan Merdeka ...........................................9
6. Implementasi Kurikulum Merdeka .........................................................13
7. Kelebihan Kurikulum Merdeka .............................................................15
8. Kekurangan Kurikulum Merdeka ...........................................................15
B. Landasan Pembelajaran Kurikulum Merdeka ..............................................16
1. Landasan Filosofi Kurikulum Merdeka..................................................16
2. Landasan Psikologis Kurikulum Merdeka .............................................21
3. Landasan Yuridis Kurikulum Merdeka ..................................................23
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................................27
B. Saran .............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan Pendidikan Tinggi. Kurikulum yang
sebelumnya dipakai adalah kurikulum 2013 atau biasa disebut K13
dan akibat terjadi Covid-19 yang membuat Indonesia harus
membuat kurikulum darurat yaitu belajar secara online atau belajar
dirumah dan sekarang karena wabah covid-19 sudah mereda maka
menteri pendidikan membuat kurikulum terbaru yaitu kurikulum
Merdeka.
Dalam pelaksanannya, kurikulum tidak selalu dapat dilaksanakan secara
sempurna. Hal tersebut juga berlaku pada Kurikulum Merdeka yang
belakangan ini ramai dibicarakan. Konsep dasar Kurikulum Merdeka ialah
kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler dengan konten yang beragan
agar siswa dapat lebih optimal dan memiliki cukup waktu untuk mendalami
konsep dan menguatkan kompetensi. Terdapat landasan dalam Kurikulum
Merdeka antara lain Landasan Filosofi, Landasan Psikologis dan Landasan
Yuridis.
Kurikulum Merdeka dirancang sebagai bagian dari upaya
Kemendikbud Ristek untuk mengatasi krisis belajar yang telah lama
kita hadapi, dan menjadi semakin parah karena pandemi. Krisis ini
ditandai oleh rendahnya hasil belajar peserta didik, bahkan dalam hal
yang mendasar seperti literasi membaca. Krisis belajar juga
ditandai oleh ketimpangan kualitas belajar yang lebar antar wilayah
dan antar kelompok sosial-ekonomi.
Kurikulum Merdeka Belajar dilatarbelakangi oleh adanya

1
hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang
menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah
kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan
konsep matematika dasar.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendikbud Ristek melakukan
penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus yang kemudian disebut
sebagai Kurikulum Darurat. Efektivitas Kurikulum Darurat ini semakin
menunjukkan bahwa perubahan kurikulum penting untuk dilakukan secara
lebih komprehensif. Maka dari itu, disusunlah Kurikulum Merdeka sebagai
kurikulum baru yang lebih komprehensif dibandingkan kurikulum
sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Kurikulum Merdeka?
2. Apakah Landasan Pembelajaran Kurikulum Merdeka?
3. Bagaimana Landasan Filosofi Kurikulum Merdeka?
4. Bagaimana Landasan Psikologis Kurikulum Merdeka?
5. Bagaimana Landasan Yuridis Kurikulum Merdeka?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami serta dapat menjelaskan konsep dasar
kurikulum merdeka.
2. Untuk mengetahui dan memahami serta dapat menjelaskan maksud
landasan pembelajaran kurikulum merdeka.
3. Untuk mengetahui dan memahami serta dapat menjelaskan maksud
landasan filosofi kurikulum merdeka.
4. Untuk mengetahui dan memahami serta dapat menjelaskan maksud
landasan psikologis kurikulum merdeka.
5. Untuk mengetahui dan memahami serta dapat menjelaskan maksud
landasan yuridis kurikulum merdeka

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kurikulum Merdeka


1. Pengertian Kurikulum Merdeka
Pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem
kurikulum dengan tujuan penyempurnaan. Usaha yang dilakukan oleh
pemerintah dalam penyempurnaan yaitu mengubah dan memberi inovasi
kurikulum. Di antaranya kurikulum KTSP/2006 menjadi Kurikulum 2013
hingga menjadi Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum 2013 telah
diterapkan mulai dari tahun ajaran 2013/2014. Penerapan dini dilakukan
terutama di sekolah yang telah memiliki akreditasi A.
Merdeka belajar merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum Merdeka diterapkan
dengan tujuan untuk melatih kemerdekaan dalam berpikir peserta didik.
Inti paling penting dari kemerdekaan berpikir ditujukan kepada guru. Jika
guru dalam mengajar belum merdeka dalam mengajar, tentu peserta didik
juga ikut tidak merdeka dalam berpikir.
Merdeka belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia adalah jabawan terhadap keluhan dan
masalah yang dihadapi oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Dengan
adanya merdeka belajar, beban dan tugas dari seorang guru lebih
diminimalisir mulai dari pengadministrasian sampai pada kebebasan dari
tekanan intimidasi.
Selain itu, merdeka belajar juga membuka cakrawala guru terhadap
permasalahan yang dihadapi. Mulai dari penerimaan siswa, RPP, proses
pembelajaran, evaluasi, sampai Ujian Nasional. Dengan begitu, guru
menjadi wadah penyalur potensi untuk melahirkan bibit unggul harapan
bangsa sehingga dibutuhkan suasana pembelajaran yang menarik dan
inovatif agar peserta didik semangat dalam belajar.

3
Merdeka belajar menjadi sebuah suatu terobosan baru Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk menjadikan proses
pembelajaran di setiap sekolah menjadi lebih efektif dan efisien. Dampak
positif merdeka belajar ditujukan kepada guru, peserta didik, dan bahkan
wali murid. Pembelajaran merdeka belajar memgutamakan minat dan
bakat peserta didik yang dapat memupuk sikap kreatif dan menyenangkan
pada peserta didik. Kurikulum merdeka belajar menjawab semua keluhan
pada sistem pendidikan. Salah satunya yaitu nilai peserta didik hanya
berpatokan pada ranah pengetahuan. Di samping itu, merdeka belajar
membuat guru lebih merdeka lagi dalam berpikir sehingga diikuti oleh
peserta didik.
Kurikulum Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Mendikbud Nadiem Anwar
Makarim. Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa
alasan. Penelitian Programme for International Student Assesment (PISA)
tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada peserta didik Indonesia
hanya menduduki posisi ke enam dari bawah. Adapun untuk bidang
matematika dan literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara.
Menyikapi hal tersebut, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian
dalam kemampuan minimum meliputi literasi, numerasi, dan survei
karakter. Literasi bukan hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi
juga kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di
baliknya.
Menurut Nadiem, Kurikulum Merdeka Belajar harus didahului oleh
para guru sebelum mereka mengajarkannya kepada peserta didik. Dalam
kompetensi guru di tingkat apapun, tanpa ada proses penerjemahan dari
kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada
pembelajaran yang terjadi.

4
Konsep merdeka belajar yang dicanangkan oleh Nadiem Makarim
dapat ditarik beberapa poin. Pertama, konsep merdeka belajar merupakan
jawaban atas masalah yang dihadapi oleh guru dalam praktik pendidikan.
Kedua, guru dikurangi bebannya dalam melaksanakan profesinya.
Dilakukan melalui keleluasaan yang merdeka dalam menilai belajar
peserta didik dengan berbagai jenis instrumen; merdeka dari pembuatan
administrasi yang memberatkan; serta merdeka dari tekanan dan
mempolitisasi guru. Ketiga, membuka mata untuk mengetahui lebih
banyak kendala apa yang dihadapi oleh guru dalam tugas pembelajaran di
sekolah. Mulai dari permasalahan siswa baru, administrasi guru dalam
persiapan mengajar, proses pembelajaran, hingga masalah evaluasi seperti
USBN-UN. Keempat, guru sebagai garda terdepan dalam membentuk
masa depan bangsa melalui proses pembelajaran, maka penting untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang lebih happy di dalam kelas.
Kurikulum merdeka memberikan warna baru dan penyempurna dari
kurikulum sebelumnya. Guru dituntut untuk memahami secara
menyeluruh konsep dari Kurikulum Merdeka Belajar ini. Dengan begitu,
guru dapat menanamkan konsep kurikulum kepada peserta didik. Peserta
didik diharapkan dapat beradaptasi dengan penerapan kurikulum baru ini
di sekolah.
Jadi, dapat disimpulkan Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum
dengan pembelajaran yang beragam. Kurikulum ini berfokus pada konten-
konten yang esensial agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk
mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurikulum Merdeka
diterapkan untuk melatih kemerdekaan dalam berpikir. Inti paling penting
dari kemerdekaan berpikir ini ditujukan kepada guru.

2. Dasar Pelaksanaan Kurikulum Merdeka


Dasar Hukum pelaksanaan Kurikulum Merdeka mengacu pada
Keputusan Menristek Dikti No. 56 Tahun 2022 tentang Pedoman

5
Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan pembelajaran (Kurikulum
Merdeka) sebagai penyempurna kurikulum sebelumnya. Surat Keputusan
Menteri ini menetapkan 17 keputusan, yaitu sebagai berikut;
a. Satuan pendidikan perlu mengembangkan kurikulum dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi daerah,
dan peserta didik.
b. Pengembangan kurikulum mengacu pada Kurikulum 2013, Kurikulum
2013 yang disederhanakan/revisi, dan Kurikulum Merdeka.
c. Kurikulum mengacu pada SNP (Standar Nasional Pendidikan) untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
d. Kurikulum 2013 dilaksanakan sesuai perundang-undangan.
e. Kurikulum 2013 yang disederhanakan ditetapkan oleh pimpinan unit
utama yang membidangi kurikulum, asesmen, dan perbukuan.
f. Kurikulum Merdeka diatur di lampiran SK Mendikbudristek.
g. Pemenuhan beban kerja dan penataan linieritas guru bersertifikat
dalam implementasi kurikulum 2013 dan kurikulum 2013 yang
disederhanakan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.
h. Pemenuhan beban kerja dan penataan linieritas guru bersertifikat
dalam implementasi Kurikulum Merdeka diatur di lampiran II SK ini.
i. Peserta program sekolah penggerak dan program SMK Pusat
Keunggulan menggunakan Kurikulum Merdeka serta pemenuhan
beban kerja dan linieritas sesuai kedua lampiran SK ini.
j. Kurikulum 2013 yang disederhanakan dapat diberlakukan mulai kelas
I sampai kelas XII.
k. Kurikulum Merdeka dilaksanakan secara bertahap dengan ketentuan
sebagai berikut.
l. Tahun ke-1: Umur 5 & 6 tahun (kelas 1, 4, 7, dan 10).
m. Tahun ke-2: Umur 4−6 tahun (kelas 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, dan 11).
n. Tahun ke-3: Umur 3−6 tahun (kelas 1−12).

6
o. Pelaksanaan kurikulum menggunakan buku teks utama yang
ditetapkan oleh Pusat Perbukuan.
p. Kurikulum Merdeka mulai berlaku pada tahun ajaran 2022/2023.
q. Keputusan ini mencabut 2 aturan berikut;
a. SK Mendikbud Nomor 719/P/2020 tentang pedoman pelaksanaan
kurikulum pada suatu pendidikan dalam kondisi khusus.
b. Ketentuan kurikulum serta beban kerja dan linieritas pada program
sekolah penggerak dan program SMK Pusat Keunggulan
(Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022)

3. Tujuan Kurikulum Merdeka


Pada masa Covid-19, pendidikan di Indonesia menjadi terbelakang
dan ketinggalan. Kebijakan Kurikulum Merdeka menjadi solusi terhadap
ketinggalan pendidikan di Indonesia. Tujuan dari Kurikulum Merdeka
adalah untuk menjawab permasalahan pendidikan terdahulu. Adanya
kurikulum ini akan mengarahkan dalam mengembangkan potensi dan
kompetensi peserta didik. Kurikulum ini berfungsi untuk
mengembangkan potensi, salah satunya proses pembelajaran yang
dirancang dengan relevan dan interaktif. Pembelajaran yang interaktif
salah satunya dengan membuat proyek. Pembelajaran tersebut akan
membuat peserta didik lebih tertarik dan bisa mengembangkan isu-isu
yang berkembang di lingkungan.

4. Struktur Program Kurikulum Merdeka


Struktur Kurikulum Merdeka merupakan pengorganisasian atas
capaian pembelajaran, muatan pembelajaran, dan beban belajar. Struktur
Kurikulum Merdeka tercantum pada Keputusan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor
262/M/2022. Struktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari tiga
hal, yaitu: berbasis kompetensi, pembelajaran yang fleksibel, dan

7
karakter Pancasila.Contoh Struktur Kurikulum Merdeka Belajar, dalam
Kurikulum merdeka di SD terdiri dari 3 fase utama, yaitu:
a. Fase A (umumnya setara dengan kelas I dan II SD)
b. Fase B (umumnya setara dengan kelas III dan IV SD)
c. Fase C (umumnya setara dengan kelas V dan VI SD)
Kemudian dalam aspek Struktur Kurikulum, Kurikulum Merdeka
Belajar SD dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pembelajaran utama, yaitu:
a. Pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan
intrakurikuler
b. Projek Penguatan Profil Pancasila
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah
pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan
memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menggunakan
pendekatan pembelajaran berbasis projek ( project-based learning ),
yang berbeda dengan pembelajaran berbasis projek dalam program
intrakurikuler di dalam kelas. Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
dalam situasi tidak formal, struktur belajar yang fleksibel, kegiatan
belajar yang lebih interaktif, dan juga terlibat langsung dengan
lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam
Profil Pelajar Pancasila . Secara pengelolaan waktu pelaksanaan,
projek dapat dilaksanakan.
Berikut adalah beberapa prinsip pengembangan struktur
Kurikulum Merdeka.
a. Struktur Minimum
Struktur kurikulum minimum ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Namun, satuan pendidikan bisa mengembangkan
program dan kegiatan tambahan sesuai dengan visi, misi,
dan sumber daya yang tersedia.

8
b. Otonomi
Kurikulum memberi kemerdekaan pada satuan pendidikan
dan guru untuk merancang proses dan materi pembelajaran
yang relevan dan kontekstual.
c. Sederhana
Perubahan dari kurikulum sebelumnya dibuat seminimal
mungkin, namun tetap signifikan. Tujuan, arah perubahan,
dan rancangannya dibuat jelas sehingga mudah dipahami
sekolah dan pemangku kepentingan.
d. Gotong Royong
Pengembangan kurikulum dan perangkat ajar adalah hasil
kolaborasi puluhan institusi, di antaranya Kementerian
Agama, universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan
lainnya.
e. Struktur Per Jenjang
Pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka diatur
berdasarkan jenjang, yaitu PAUD, SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK/MAK.

5. Prinsip-Prinsip Dasar Pelaksanaan Kurikulum Merdeka


Dalam implemetasinya Kurikulum Merdeka memiliki 5 prinsip yang
menjadi acuan dalam pengimplementasiannya, yang meliputi : kondisi
peserta didik, holistik, pembelajaran sepanjang hayat, berkelanjutan dan
relevan.
5 prinsip pembelajaran kurikulum merdeka merupakan salah satu
kerangka dasar yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Sehingga Satuan
pendidikan melaksanakan pembelajaran sesuai kurikulum merdeka
diharapkan mengacu pada prinsip tersebut.
Kemendikbudristek menetapkan prinsip pembelajaran kurikulum
merdeka yang ditulis di panduan pembelajaran dan asesmen pendidikan.

9
a. Kondisi Peserta didik
Prinsip yang pertama adalah pembelajaran sesuai kondisi
peserta didik. Redaksi nya adalah,
“Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap
perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini,
sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan
perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran menjadi
bermakna dan menyenangkan.”
Dari keterangan tersebut, ada beberpa hal yang perlu dilakukan
yaitu :
1) Melakukan analisis terhadap kondisi, latar belakang, tahap
perkembangan dan pencapaian peserta didik sebelumnya dan
melakukan pemetaan
2) Melihat tahap perkembangan sebagai kontinum yang berkelanjutan
sebagai dasar merancang pembelajaran dan asesmen
3) Menganalisis lingkungan sekolah, sarana dan prasarana yang
dimiliki peserta didik, pendidik dan sekolah untuk mendukung
kegiatan pembelajaran.
4) Menurunkan alur tujuan pembelajaran sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik
5) Melihat segala sesuatu dari sudut pandang peserta didik

b. Pembelajaran Sepanjang Hayat


Pembelajaran sepanjang hayat menjadi prinsip yang kedua dari
pembelajaran kurikulum merdeka, dengan redaksi yang tercantum
adalah,
“Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun
kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.”

10
Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi prinsip
pembelajar sepanjang hayat sebagai berikut:
1) Mempertimbangkan berbagai stimulus yang bisa digunakan dalam
pembelajaran
2) Memberikan kesempatan kolaborasi, memberikan pertanyaan
pemantik dan mengajarkan pemahaman bermakna
3) Pembelajaran yang sarat dengan umpan balik dari pendidik dan
peserta didik ke peserta didik
4) Pembelajaran yang melibatkan peserta didik dengan menggunakan
kekuatan bertanya, dengan memberikan pertanyaan yang
membangun pemahaman bermakna.

c. Holistik
Prinsip pembelajaran kurikulum merdeka yang ketiga adalah Holistik
dengan keterangan redaksinya yaitu,
“Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan
karakter peserta didik secara holistik.”
Adapun hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah:
1) Menggunakan berbagai metode pembelajaran mutakhir yang
mendukung terjadinya perkembangan kompetensi seperti belajar
berbasis inkuiri, berbasis projek, berbasis masalah, berbasis
tantangan, dan metode pembelajaran diferensiasi.
2) Melihat berbagai perspektif yang mendukung kognitif, sosial emosi,
dan spiritual.
3) Melihat profil Pancasila sebagai target tercermin pada peserta didik.

11
d. Berkelanjutan
Prinsip yang terakhir yaitu prinsip berkelanjutan, dengan redaksi yang
disampaikan adalah,
“Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.”
Hal yang Perlu Dilakukan dari prinsip berkelanjutan yaitu:
1) Umpan balik yang terus menerus dari pendidik untuk peserta didik
maupun dari peserta didik untuk peserta didik.
2) Pembelajaran yang membangun pemahaman bermakna dengan
memberi dukungan lebih banyak di awal untuk kemudian perlahan
melepas sedikit demi sedikit dukungan tersebut untuk akhirnya
menjadi pelajar yang mandiri dan merdeka.
3) Pendidik melakukan berbagai inovasi terhadap metode dan strategi
pengajarannya.
4) Mengajarkan keterampilan abad 21.

e. Relevan
Prinsip selanjutnya adalah Relevan, yang ditujuan dengan redaksi
sebagai berikut,
“Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang
sesuai konteks, lingkungan dan budaya peserta didik, serta melibatkan
orang tua dan masyarakat sebagai mitra.”
Adapun hal yang perlu dilakukan dalam implementasi prinsip relevan
sebagai berikut:
1) Pembelajaran yang berhubungan dengan konteks dunia nyata dan
menjadi daya tarik peserta didik untuk belajar.
2) Melibatkan orang-tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua
arah dan saling memberikan umpan balik.
3) Memberdayakan masyarakat sekitar sebagai narasumber primer
maupun sekunder dalam proses pembelajaran.

12
6. Implementasi Kurikulum Merdeka
Implementasi dilakukan ketika perencanaan sudah sempurna yang
bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu
sistem yang terencana. Adapun tujuan dari implementasi penerapan
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) melalui program kampus
mengajar perintis di sekolah dasar yaitu membantu menyelesaikan
problematika di persekolahan akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Bentuk kegiatannya berupa membimbing peserta didik dan
memberdayakan peralatan sekolah dalam rangka proses belajar mengajar.
Dalam penerapan Kurikulum Merdeka terdapat intrakurikuler serta
penguatan profil pancasila dan ekstrakurikuler. Penerapan Kurikulum
Merdeka dengan mengalokasikan waktu akan dirancang hingga satu tahun
serta dilengkapi dengan alokasi jam pelajaran yang disampaikan setiap
minggunya.
Kurikulum Merdeka bisa saja terus dilakukan dengan beberapa syarat.
Pertama, regulasi yang fundamental, misalnya Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kedua,
melihat dari asesmen nasional yang bertujuan untuk mengukur bagaimana
penalaran dari peserta didik bukan hanya pengetahuan saja. Ketiga, jika
publikasi semakin menyebar luas maka kemungkinan kecil Kurikulum
Merdeka dihentikan.
Jadi, implementasi Kurikulum Merdeka bertujuan untuk menjawab
keluhan dan masalah yang terjadi pada kurikulum sebelumnya.
Implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilihat di sekolah penggerak.
Implementasi kurikulum ini menekankan pada bakat dan minat peserta
didik dalam mengembangkan potensi yang mereka punya. Implementasi
kurikulum ini dapat menjadikan peserta didik berkompeten sesuai
bidangnya, serta dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan terknologi masa sekarang.

13
Implementasi diartikan sebagai suatu tindakan dari suatu perencanaan
yang sudah disusun dengan matang dan terperinci. Implementasi
dilakukan ketika perencanaan sudah sempurna yang berlanjut pada
aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem yang sesuai
perencanaan. Implementasi tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berkaitan
erat dengan yang lain.
Misalnya sumber daya manusia, alam, sarana, prasarana, dan
pendanaan. Kaitannya dengan implementasi MBKM di lingkungan
perguruan tinggi ataupun sekolah tingkat dasar dan menengah tentu
dipengaruhi oleh kurikulum, kelas, peserta didik, guru, mahasiwa, dosen,
hingga pendanaan yang tidak murah. Implementasi dari Kurikulum
Merdeka Belajar jika dijalankan sesuai fungsinya pasti akan berjalan
dengan baik. Kurikulum ini juga sangat membantu menyelesaikan
problematika sekolah selama masa Covid 19. Pada masa itu pembelajaran
dilakukan dari rumah secara online. Pembelajaran menggunakan
kurikulum lama dengan metode lama tentu tidak akan efektif dan tidak
efisien lagi. Selain menjadikan peserta didik tidak memahami secara
keseluruhan tentang pembelajaran, guru pun juga bingung bagaimana cara
membuat peserta didik mengerti dengan materi ajar.
Konsep merdeka belajar merupakan konsep yang memberikan
kemerdekaan dalam belajar untuk mengusahakan kesiapan lulusan dari
sekolah dan perguruan tinggi negeri maupun swasta agar mampu
menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat. Terdapat delapan
program MBKM yang direncanakan. Beberapa program yang telah
dilaksanakan oleh perguruan tinggi swasta di antaranya program
pertukaran pelajar antar prodi maupun antarperguruan tinggi di dalam
perguruan tinggi maupun luar perguruan tinggi.

14
7. Kelebihan Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
a. Lebih sederhana dan mendalam (Fokus pada materi yang esensial)
b. Lebih merdeka (Guru dapat mengajar sesuai tahap capaian dan
perkembangan peserta didik, Sekolah memiliki wewenang untuk
mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai
dengan karakteristik satuan Pendidikan dan Peserta didik)
c. Lebih relevan dan interaktif (pembelajaran melalui kegiatan projek)
d. Mendorong siswa untuk menjadi lebih aktif, kreatif, inovatif, dan
mandiri dalam belajar
e. Mengembangkan kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi serta
kompetensi abad 21 seperti kolaborasi, komunikasi, kritis, dan kreatif
f. Menguatkan nilai-nilai Pancasila dan karakter bangsa melalui projek
penguatan profil pelajar Pancasila
g. Memberikan ruang bagi guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam
merancang pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan
siswa
h. Menyederhanakan materi pembelajaran sehingga lebih fokus pada
konsep-konsep penting dan relevan

8. Kekurangan Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
a. Memerlukan kesiapan yang tinggi dari guru, sekolah, orang tua, dan
siswa dalam mengimplementasikan kurikulum yang baru
b. Memerlukan dukungan sumber daya manusia, sarana prasarana,
anggaran, dan teknologi yang memadai untuk melaksanakan
pembelajaran yang berkualitas
c. Memerlukan sosialisasi, pelatihan, bimbingan, evaluasi, dan
pengawasan yang intensif dari pemerintah terkait kurikulum yang baru

15
d. Memerlukan penyesuaian dengan standar nasional pendidikan, ujian
nasional, perguruan tinggi, dunia kerja, dan masyarakat luas terkait
kurikulum yang baru

B. Landasan Pembelajaran Kurikulum Merdeka


Di dalam Pembelajaran Kurikulum Merdeka terdapat 3 Landasan yaitu
Landasan Filosofi, Landasan Psikologis dan Landasan Yuridis.
1. Landasan Filosofi Kurikulum Merdeka
Istilah landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Adapun
istilah landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fondasi. Mengacu pada
pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas
atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari
sesuatu hal; atau suatu fondasi tempat berdirinya suatu hal. Berdasarkan sifat
wujudnya terdapat dua jenis landasan, yaitu landasan yang bersifat material
dan landasan yang bersifat konseptual.
Landasan filosofis memiliki peran dalam memberikan batasan-batasan
terkait pendidikan yang akan dilaksanakan. Batasan atau rambu tersebut
bertolak pada konsep epistemologi dan aksiologi pendidikan sebagaimana
tercantum pada filsafat pendidikan. Konsep landasan filosofis bukanlah
konsep tunggal yang dipandang dalam satu sudut pandang. Konsep ini
membawahi banyak ragam seperti aliran filsafat. Oleh karena itu, banyak
dikenal aliran filosofis dalam pendidikan seperti pendidikan idealisme,
pragmatisme, dan lain sebagainya.
Hal tersebut juga berlaku pada pengembangan Kurikulum Merdeka.
Pengembangan kurikulum ini juga harus sesuai dengan landasan filosofis
yang ada. Pengembangan yang ada tidak bisa lepas dari konsep awal
Kurikulum Merdeka yang memberikan keluasan bagi tenaga pendidik seperti
guru dan peserta didik.

16
Pengembangan kurikulum yang dilakukan harus memastikan peserta
didik agar dapat belajar sesuai dengan konsep Kurikulum Merdeka.
Pengembangan kurikulum yang ada juga harus memastikan guru dapat
mendapat porsi yang sama dari jam pelajaran maupun tugas pokok yang
sesuai dengan Kurikulum Merdeka yang berjalan saat ini.
Penerapan landasan filosofi dapat menjadi sangat penting dalam
implementasi Kurikulum Merdeka, karena landasan filosofi dapat
memberikan arah dan panduan dalam merancang program pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang diinginkan.
Beberapa prinsip filosofis yang dapat menjadi landasan bagi Kurikulum
Merdeka antara lain:
a. Humanisme;
Menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam pembelajaran,
sehingga tujuan utama pembelajaran adalah untuk mengembangkan
potensi manusia secara optimal.
b. Holisme;
Memandang manusia sebagai makhluk yang utuh dan kompleks sehingga
pembelajaran harus memperhatikan seluruh aspek kehidupan manusia,
baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual.
c. Konstruktivisme;
Menganggap pembelajaran sebagai proses pembangunan pengetahuan
yang melibatkan aktivitas siswa dalam membangun pemahaman dan
pengetahuan.
d. Kontekstual;
Menempatkan konteks local sebagai titik tolak dalam merancang
pembelajaran, sehingga materi pembelajaran harus relevandengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
e. Inklusif;
Menjamin akses dan kesempatan yang sama bagi semua siswa dalam
memperoleh pendidikan, tanpa terkecuali.

17
Dengan mengacu pada landasan filosofi tersebut, Kurikulum Merdeka
dapat diimplementasikan dengan cara yang lebih berorientasi pad
pengembangan potensi manusia, holistik, konstruktif, kontekstual, dan
inklusif. Kurikulum Merdeka juga dapat memberikan kebebasan kepada
sekolah dan guru untuk merancang program pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga dapat memberikan
manfaat yang lebih besar bagi siswa dan masyarakat secara keseluruhan.
Dalam Landasan Filosofi Kurikulum Merdeka, terdapat Landasan
Kurikulum Merdeka menurut Ki Hajar Dewantara yang sebagaimana
dijelaskan bahwa Kebijakan merdeka belajar yang diluncurkan oleh menteri
pendidikan Nadiem Makarim diawal tahun 2020 ini terinspirasi dari
pemikiran Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara. Beliau
memperkenalkan sistem persekolahan yang bertumpu pada tiga gagasan
utama yaitu Taman Siswa, Pamong dan Among dalam proses pengajaran dan
pembelajaran.
Kata Taman Siswa, identik dengan tempat bermain yang menghadirkan
kegembiraan dan keindahan untuk pengunjung. Jadi Taman Siswa adalah
sistem persekolahan yang menjadi tempat bermain untuk siswa dimana siswa
diberikan kemerdekaan untuk tumbuh dan berkembang belajar sesuai
keinginan dan kemampuan mereka yang dilengkapi dengan dukungan dalam
proses belajar siswa.
Pamong adalah kewajiban yang dilakukan oleh pengajar sesuai
kebutuhan masing-masing siswa secara individual, hingga mampu
mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa.
Among menitik beratkan siswa sebagai target utama serta prioritas
utama yang harus dilayani dan pengajar yang berfungsi sebagai fasilitator
menyediakan tuntunan kepedulian dan kasih sayang. Prinsip Among
didasarkan atas dua hal yang pertama kemerdekaan siswa untuk belajar yang
kedua belajar yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa yang

18
secara alamiah terbentuk. Hal ini dianalogikan sebagai petani yang menanam
padi di mana petani tidak dapat menentukan kearah mana padi akan tumbuh.
Dalam hal ini tugas mengajar baik dalam prinsip Among atau Pamong
lebih untuk memperhatikan minat bakat dan kemampuan siswa agar mampu
mengoptimalkan potensi siswa sehingga mampu tumbuh secara maksimal.
Hal seperti ini akan memberikan dukungan yang diperlukan terhadap
perkembangan siswa tanpa mengurangi keinginan siswa dalam tumbuh dan
berkembang.
Dukungan pengajar lebih dilakukan melalui dukungan psikologis
meliputi memberikan motivasi inspirasi dan menyediakan kondisi yang
diperlukan siswa untuk bisa berpikir kritis secara mandiri dalam proses
mereka belajar. Namun demikian pengajar harus berperan aktif ketika siswa
mengalami kesulitan dalam proses belajar mereka.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran
dibentuk dari tokoh yaitu Frobel, Montessori dan Tagore. Frobel berpendapat
bahwa pendidikan yang efektif untuk anak-anak dan remaja dilakukan secara
alamiah melalui kebebasan mengutarakan pendapat dan kreativitas mereka
dengan menggunakan lagu dan permainan sebagai medianya. Permainan
seperti ini dilakukan tanpa adanya tekanan dari guru dan orangtua. Metode ini
lebih dikenal sebagai teman anak-anak atau friend shoulder.
Montessori menitik beratkan pada pengembangan psikologi anak,
mengamati rasa ingin tahu, motivasi dan semangat belajar serta belajar tanpa
takut disalahkan. Hal yang sangat penting dalam proses belajar anak.
Montessori juga percaya bahwa orangtua dan guru seharusnya tidak
memaksakan kehendak mereka terhadap anak. Tagore menitik beratkan
pendidikan pada kebebasan dan kemerdekaan anak untuk membentuk dan
menyatakan pendapat mereka sendiri dalam bentuk apapun.
Dalam Sistem Among, maka setiap pamong sebagai pemimpin dalam
proses pendidikan diwajibkan bersikap: Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya
mangun karsa, dan Tutwuri Handayani (Tarigan, 2022):

19
a. Ing ngarsa sung tuladha
Ing ngarsa sung tuladha mengandung makna, sebagai pendidik adalah
orang yang lebih berpengetahuan dan berpengalaman, hendaknya mampu
menjadi contoh yang baik atau dapat dijadikan sebagai “central figure”
bagi siswa
b. Ing madya mangun karsa
Ing madya mangun karsa makna bahwa pamong atau pendidik sebagai
pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan minat, hasrat dan
kemauan anak didik untuk dapat kreatif dan berkarya, guna mengabdikan
diri kepada cita-cita yang luhur dan ideal.
c. Tut Wuri Handayani
Tut Wuri Handayani berarti mengikuti dari belakang dengan penuh
perhatian dan penuh tanggung jawab berdasarkan cinta dan kasih sayang
yang bebas dari pamrih dan jauh dari sifat authoritative, possessive,
protective dan permissive yang sewenang wenang. Sedangkan handayani
berarti memberi kebebasan, kesempatan dengan perhatian dan bimbingan
yang memungkinkan anak didik atas inisiatif sendiri dan pengalaman
sendiri, supaya mereka berkembang menurut garis kodrat pribadinya.
Beberapa esensi landasan kebijakan Merdeka belajar terinspirasi dari
pemikiran Ki Hajar Dewantara Dewantara meliputi:
1) Merdeka belajar mengamanahkan tujuan pendidikan holistik yaitu
pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter mulia anak
tidak hanya pada kemampuan kognitif semata dalam kebijakan
mereka belajar. Pendidikan bertujuan untuk membentuk anak-anak
Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila atau disebut profil
pelajar Pancasila yang memiliki kompetensi yang beriman bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia Mandiri bernalar
kritis-kreatif bergotong-royong dan berkebhinekaan global.

20
2) Merdeka belajar mengamanahkan kemerdekaan belajar dengan
menempatkan siswa guru dan kepala sekolah dalam sebuah institusi
sekolah sebagai tokoh utama dalam proses pengajaran dan
pembelajaran dalam hal ini sekolah diberikan otoritas yang luas untuk
menentukan proses pengajaran dan pembelajaran yang berfokus pada
peningkatan kualitas belajar siswa Terutama dalam pengembangan
karakter siswa literasi dan numerasi.
3) Merdeka belajar memberikan fleksibilitas kepada sekolah untuk
meningkatkan kualitas belajar siswa melalui peraturan-peraturan
pendidikan dan tidak lagi kaku dan mengikat.
4) Merdeka belajar memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk
mengimplementasikan kurikulum yang menitikberatkan kebutuhan
dan perkembangan proses belajar masing-masing anak dan relevan
dengan karakteristik sekolah dan daerah
5) Merdeka belajar menekankan pada semangat gotong-royong
melibatkan pemerintah pusat dan daerah sekolah orangtua siswa
berdasarkan prinsip Tutwuri Handayani untuk tujuan bersama
menyediakan layanan pendidikan yang bermutu bagi semua siswa
dalam hal ini sekolah memiliki tugas utama untuk meningkatkan
kualitas belajar siswa pemerintah daerah bertugas memberikan
dukungan yang diperlukan sekolah dan pemerintah pusat bertugas
memberikan dukungan kepada pemerintah daerah dan sekolah.

2. Landasan Psikologis Kurikulum Merdeka


Psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam hubungan dengan lingkungan pengertian lainnya menyebutkan bahwa
psikologi merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik
normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan
tentang gejala dan kegiatan jiwa. Peserta didik merupakan individu
(seseorang) yang sedang berada dalam proses perkembangan (fisik,

21
intelektual, social emosional, moral, dan lain-lainnya). Tugas utama seorang
guru sebagai pendidik adalah membantu untuk mengoptimalkan
perkembangan peserta didiknya berdasarkan tugas-tugas perkembangannya.
Dengan menerapkan landasan psikologi dalam proses pengembangan
kurikulum ini diharapkan dapat diupayakannya pendidikan yang dilaksanakan
relevan dengan hakikat peserta didik, baik penyesuaian dari segi materi/bahan
yang harus diberikan/dipelajari peserta didik, maupun dari segi penyampaian
dan proses belajar serta penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan
lainnya.
Psikologi tidak pernah lekang dari perkembangan kurikulum yang terjadi
selama ini. Ilmu ini memiliki kajian yang berpusat pada memahami dan
mempelajari tingkah laku manusia. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum
pada dasarnya merupakan pedoman yang digunakan dalam dunia pendidikan
agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik. Psikologi masuk pada
ranah ini sebagai bahan pertimbangan apakah kurikulum dapat direalisasikan
atau tidak. Unsur dari psikologi yang terkait yaitu psikologi perkembangan,
psikologi belajar, dan psikologi sosial.
Dengan hal tersebut, pengembangan kurikulum yang dibuat hendaknya
dapat lebih memperhatikan banyak aspek, terutama potensi anak dalam
menghadapi perubahan tersebut. Pertimbangan psikologi memiliki nilai
penting dalam pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.
Pertimbangan psikologi diperlukan dalam memilih dan menentukan isi
dari mata pelajaran yang hendak disampaikan kepada peserta didik agar
kedalaman materi sesuai dengan perkembangan peserta didik. Adapun
psikologi belajar berkenaan dengan serangkaian proses bagaimana materi
disampaikan kepada peserta didik, serta bagaimana langkah peserta didik
dalam mempelajari materi agar tujuan pembelajaran dapat berhasil sesuai
dengan yang diharapkan.
Pada dasarnya, pengembangan kurikulum yang dilakukan harus
mempertimbangkan pengetahuan dan psikologi dari peserta didik. Hal

22
tersebut bertujuan agar peserta didik tidak mejadi korban dari kurikulum yang
diajarkan. Berlaku pula pada pengembangan Kurikulum Merdeka yang akan
dilakukan.
Pengembangan kurikulum yang dilakukan harus mempertimbangkan
psikologi dari peserta didik sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan
baik. Sikap egois dan tidak mempertimbangkan peserta didik dalam
pengembangan kurikulum pada akhirnya akan berdampak buruk terhadap
proses belajar mengajar yang terjadi.

3. Landasan Yuridis Kurikulum Merdeka


Merdeka Belajar menjadi salah satu upaya strategis pemerintah yang
terkait dengan bidang pendidikan. Dasar hukum atau landasan yuridis yang
dapat menjadi pedoman dasar keberlangsungan kurikulum merdeka
sebagai berikut;
a. Peraturan Pemerintah (PP) No 57 Tahun 2021
b. Peraturan Pemerintah (PP) No 4 Tahun 2022 – Perubahan PP 57
c. Permendikbudristek No.5 Tahun 2022 Standar Kompetensi Lulusan –
SKL
d. Permendikbudristek No.7 Tahun 2022 Standar Isi – SI
e. Permendikbudristek No.21 Tahun 2022 tentang Standar Penelitian
f. Permendikbudristek No.16 Tahun 2022 tentang Standar Proses
g. Kepmendikbudristek No.56/M/2020 Pedoman Penerapan Kurikulum
dalam rangka pemulihan pembelajaran
h. Keputusan Kepala BSKAP Nomor 008/H/KR/2022 Tentang Capaian
Pembelajaran – Revisi
i. Keputusan Kepala BSKAP Nomor 009/H/KR/2022 Tentang Dimensi
dan Elemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka
j. Kepmen 371 Tahun 2021 Tentang PSP (Program Sekolah Penggerak)
k. Kepmen 028/H/KU Tahun 2021 Tentang Capaian Pembelajaran – CP
l. Panduan Pembelajaran dan Asesmen Rev Juni 22

23
m. Panduan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Rev. Juni 22

Sejumlah kebijakan yang memayunginya adalah;


a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB
XIII Pasal 31 (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
b. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab III Pasal 4 (1) Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
dan kemajemukan bangsa.
c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Bab I Pasal 3 tentang standar isi pembelajaran: (1) Standar Nasional
Pendidikan Tinggi bertujuan untuk:
1) menjamin tercapainya tujuan Pendidikan Tinggi yang berperan
strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menerapkan nilai humaniora
serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang
berkelanjutan;
2) menjamin agar pembelajaran pada Program Studi, penelitian, dan
Pengabdian kepada Masyarakat yang diselenggarakan oleh
Perguruan Tinggi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia mencapai mutu sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi;
3) mendorong agar Perguruan Tinggi di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republi Indonesia mencapai mutu Pembelajaran,
Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat melampaui kriteria
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi secara
berkelanjutan.

24
d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada
Satuan Pendidikan Formal pasal 1 (1) Penguatan Pendidikan Karakter
yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah
tanggung satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik
melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dengan olah raga
dengan pelibatan dengan kerja sama antara satuan pendidikan,
keluarga, dengan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM).
e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 Pasal 11 tentang standar proses pembelajaran;
1) Karakteristik proses Pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2) huruf a terdiri atas sifat interaktif, holistik,
integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan
berpusat pada mahasiswa.
2) Interaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa
capaian pembelajaran lulusan diraih dengan mengutamakan proses
interaksi dua arah antara mahasiswa dan Dosen.
3) Holistik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa
proses Pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikir yang
komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan dan
kearifan lokal maupun nasional.
4) Integratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa
capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses Pembelajaran
yang terintegrasi untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan
secara keseluruhan dalam satu kesatuan program melalui
pendekatan antar- disiplin dan multidisiplin.
5) Saintifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa
capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses Pembelajaran
yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta

25
lingkungan akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan
kaidah ilmu pengetahuan serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan kebangsaan.
6) Kontekstual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan
bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
Pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan
menyelesaikan masalah dalam ranah keahliannya.
7) Tematik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa
capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses Pembelajaran
yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan Program Studi dan
dikaitkan dengan permasalahan nyata melalui pendekatan
transdisiplin.
8) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa
capaian pembelajaran lulusan diraih secara berhasil guna dengan
mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar dalam
kurun waktu yang optimum.
9) Kolaboratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan
bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses
Pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu
pembelajar untuk menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
10) Berpusat pada mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui
proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan
kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta
mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan
pengetahuan.

26
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Kurikulum Merdeka adalah inovasi dalam pendidikan Indonesia
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan minat belajar siswa.
Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih minat
belajar mereka, mengurangi beban akademik, dan mendorong kreativitas
guru.
Dengan mengacu pada landasan filosofis, Kurikulum Merdeka
dapat diimplementasikan dengan cara yang lebih berorientasi pad
pengembangan potensi manusia, holistik, konstruktif, kontekstual, dan
inklusif. Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, beliau
memperkenalkan sistem persekolahan yang bertumpu pada tiga gagasan
utama yaitu Taman Siswa, Pamong dan Among dalam proses pengajaran
dan pembelajaran.
Landasan psikologi memiliki nilai penting dalam pengembangan
kurikulum yang dilaksanakan. Landasan yuridis yang dapat menjadi
pedoman dasar keberlangsungan kurikulum merdeka salah satunya;
Peraturan Pemerintah (PP) No 57 Tahun 2021 dan Peraturan Pemerintah
(PP) No 4 Tahun 2022 – Perubahan PP 57.

B. Saran
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, pemerintah harus
melakukan pendampingan pada sekolah dengan memberikan pelatihan
bagi guru. Hal tersebut dikarenakan untuk mencapau suatu Pendidikan
yang berkualitas maka diperlukan kurikulum yang komprehensif dan
kegiatan belajar teratur. Sedangkan aspek-aspek tersebut berada dibawah
arahan oleh guru

27
DAFTAR PUSTAKA

Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana, 2008.
Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil
Pelajar Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa.
Abidah A, dkk. 2020. “The Impact of Covid-19 to Indonesian Education and Its
Relation to the Philosophy of Merdeka Belajar”. Studies in Philosophy of
Science and Education, 1(1).
Achruh, A. 2019. “Komponen dan Model Pengembangan Kurikulum”. Jurnal
Inspiratif Pendidikan, 8(1).
Harahap HM, dkk. 2021. Landasan Pendidikan. Tangerang: Penerbit Tahta Media
Group
https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JUPE/article/download/4493/3126
Maksum, A. (2015). “Kurikulum dan pembelajaran di perguruan tinggi: menuju
pendidikan yang memberdayakan”, Makalah seminar nasional hasil
penelitian pendidikan dan pembelajaran, 25-26 April 2015 di STKIP PGRI
Jombang.
Wahyudin, D. (2016). Manajemen kurikulum dalam pendidikan profesi guru:
studi kasus di universitas pendidikan indonesia, Jurnal Kependidikan, Vol.
46, No. 2, November 2016, pp 259-270.
Ainia, D. K. (2020). “Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara
Dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter.” Jurnal
Filsafat Indonesia, 3(3), 95–101.
Astutik, D., Yuhastina, Y., Ghufronudin, G., & Parahita, B. N. (2022). Guru Dan
Proses Pendidikan Dalam Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19.
Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 12(1), 46-54.
https://doi.org/10.24246/j.js.2022.v12.i1.p46-54

28

Anda mungkin juga menyukai