Anda di halaman 1dari 22

LIFE SKILL DAN LONG LIFE EDUCATION

DOSEN PENGAMPUH : DRA. ST. MARYAM M, S.PD, M.PD

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


KELAS C20D

1. SHERLI ( 200407550017) (Moderator)


2. SITTI MASITA ( 200407552026) (Pemateri)
3. ANDI NURBINA ( 200407552030) (Pemateri)
4. ANDI RASMINI OKTAVIANA ( 200407550019) (Pemateri)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR KAMPUS V PARE-PARE
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT ,atas kesehatan dan kemampuan yang
sudah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan. Makalah ini dibuat dengan judul ” LIFE
SKILL DAN LONG LIFE EDUCATION.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah
berpartisipasi dalam pengerjaan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu.

Penulis menyadari, makalah ini masih sangat sederhana dan masih terdapat kekurangan
baik isi atau kata yang kurang tepat dalam penyajiannya dan kami sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

PARE-PARE, 14 NOVEMBER 2020

KELOMPOK 3

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. LIFE SKILL....................................................................................................................5
1. Pengertian Life Skill.................................................................................................5
2. Ciri-Ciri Pembelajaran Life Skill..............................................................................6
3. Tujuan Pendidikan Life Skill....................................................................................6
4. Jenis-Jenis Life Skill.................................................................................................7
5. Prinsip-Prinsip Life Skill..........................................................................................8
B. LONG LIFE EDUCATION...........................................................................................9
1. Pengertian Long Life Education...............................................................................9
2. Landasan Long Life Education.................................................................................10
3. Dasar-Dasar Pemikiran Long Life Education...........................................................10
4. Tujuan Long Life Education.....................................................................................11
5. Target Long Life Education......................................................................................12
6. Implikasi Long Life Education.................................................................................15
BAB III PENUTUP....................................................................................................................17
A. Kesimpulan.....................................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................18
SEGMEN SESI TANYA JAWAB.............................................................................................19
PROFIL KELOMPOK 3............................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kecakapan hidup merupakan orientasi pendidikan yang mensinergikan mata pelajaran


menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, dimanapun ia berada, bekerja atau
tidak bekerja, apapun profesinya.Kecakapan hidup (Life Skill) yaitu kemampuan dan
keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif,
mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.

Dunia semakin hari semakin mengalami perubahan. Perubahan dan perkembangan itu
menuntut manusia harus terus belajar dimanapun dan kapanpun. Konsep belajar sepanjang
hayat atau yang dikenal dengan Long Life education bisa dilakukan dimana saja, mulai
dari lingkungan keluarga dimulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, bahkan sampai
dengan usia tua, Belajar sepanjang hayat juga bisa dilakukan dalam pendidikam formal,
dari mulai Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menegah Atas/kejuruan, Perguruan Tinggi. Lahirnya konsep belajar sepanjang hayat
adalah bagian dari keprihatinan pada dunia pedidikan yang ada, karena masih banyak
masyarakat yang tidak bisa menikmati pendidikan pada dunia formal.Oleh sebab itu belajar
sepanjang hayat bisa dilakukan pada kegiatan non formal, misalnya kegiatan pelatihan,
PLS, kelompok belajar dan lain sebagainya

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian, ciri-ciri, tujuan , jenis-jenis dan prinsip-prinsip Life Skill?


2. Menjelaskan pengertian, landasan, dasar, tujuan, target dan implikasi Long life
Education?

C. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Pendidikan


2. Untuk mengetahui pengertian, ciri-ciri, tujuan, jenis-jenis dan prinsip- prinsip Life
Skill
3. Untuk mengetahui pengertian, landasan, dasar, tujuan, target dan implikasi Long life
Education

BAB II
PEMBAHASAN

4
A.LIFE SKILL
1. Pengertian Life Skill

Life skill adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk
mengatasinya. Dengan demikian pendidikan berorientasi life skill bagi peserta didik
adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan
kehidupan, baik sebagai kehidupan pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun
sebagai warga negara, dengan hasil yang dapat mencapai apa yang menjadi tujuan
hidupnya.
Pengertian Pendidikan Life Skill Menurut Para Ahli:

a. Menurur Listyono,

Kecakapan hidup (life skill) yaitu kemampuan dan keberanian untuk menghadapi
problematika kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari serta
menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan.

b. Menurut Rais Saembodo dalam Wira Kurnia S (2006)

Mengatakan kecakapan, keterampilan (skill) menunjukkan suatu kecakapan atau


keterampilan ini diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Sasaran utama proses
pengembangan sumber daya manusia dapat diarahkan pada usahausaha membina
knowledge skillability seoptimal mungkin.

c. Menurut IOWA State University (2003),

Life skill diartikan sebagai berikut, a skill is alearned ability to do something well.
Kecakapan tidak hanya diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu, lebih
daripada itu, kecakapan dimaknai sebagai kemampuan belajar untuk melakukan
sesuatu secara lebih baik. Jadi mampu melakukan sesuatu saja belum cukup untuk
dikatakan sebagai cakap, melainkan kemampuan untuk melakukan sesuatu tersebut
harus ditunjukan secara lebih baik dan diperoleh melalui suatu aktivitas belajar.

d. Menurut IOWA State University (2003),

Life Skill diartikan sebagai, are abilities individuals can lear that will help them to be
successful in living a produktive and satisfying life. Kecakapan hidup dimengerti
sebagai kemampuan individual untuk dapat belajar sehingga seseorang memperoleh
kesuksesan dalam hidupnya, produktif dan mampu memperoleh kepuasan hidup.
Indikator seseorang telah memperoleh life skill dengan demikian dapat dilihat dari
sejauhmana ia mampu eksis dalam kehidupnya di tengah-tengah masyarakat. Apabila

5
seseorang mampu produktif dan membuat berbagai kesuksesan, maka dapat dikatakan
orang tersebut memiliki life skill yang baik.

e. Menurut Anwar (2004)

Life skill adalah pendidikan yang dapat memberikan bekal ketrampilan yang praktis
terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi
atau industri yang ada di masyarakat.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Life Skill

Ciri pembelajaran life skill adalah sebagai berikut :


a. Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar,
b. Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama,
c. Terjadi keselarasan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri,
usaha   bersama,
d. Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik,
manajerial, kewirausahaan,
e. Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar,
menghasilkan produk bermutu,
f. Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli,
g. Terjadi proses penilaian kompetensi, dan
h. Terjadinya pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama,
apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam lingkup pendidikan
non-formal ditujukan pada penguasaan vocational skill, yang intinya terletak pada
penguasaan spesific occupational job (pekerjaan profesi tertentu).

3. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup( Life Skill)

a. Tujuan Umum

1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk


memecahkan problema yang dihadapi. 
2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran
yang fleksibel sesuai prinsip pendidikan yang berbasis luas (Broad Based
Education). 
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah (School Based Managemen).

b. Tujuan Khusus

6
1. Memberdayakan aset kualitas batiniah, sikap dan perbuatan lahiriah peserta didik
melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengalaman (patos) nilai-nilai
kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan
hidup dan perkembangannya. 
2. Memberikan wawasan yang luas tentang perkembangan karir, yang dimulai dari
perkembangan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan karir. 
3. Memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar
mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan peserta didik
untuk berfungsi menghadapi kehidupan masa depan yang sarat kompetisi dan
kolaborasi sekaligus.
4. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui pendekatan
manajemen berbasis sekolah, partisipasi stakeholders, dan fleksibilitas pengelolaan
sumber daya sekolah.
5. Mamfasilitasi peserta didik dalam memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi
sehari-hari.

4. Jenis-Jenis Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)

a. Kecakapan Personal (Personal Skill)


Kecakapan personal (personal skill) yaitu kecakapan yang diperlukan bagi
seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh. Kecakapan ini mencakup kecakapan
akan kesadaran diri atau memahami diri (self awareness) dan kecakapan berfikir
(thinking skill).

1. Kecakapan kesadaran diri yaitu penghayatan sebagai makhluk Tuhan Yang


Maha Esa, anggota masyarakat dan Warga Negara, serta menyadari dan
mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, sekaligus
menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.
2. Kecakapan berfikir rasional (thinking skill) yaitu kecakapan yang diperlukan
dalam pengembangan potensi berfikir. Kecakapan ini mencakup kecakapan
menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan
mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.

b. Kecakapan Sosial (Social Skill)


Kecakapan sosial (social skill) meliputi kecakapan komunikasi dengan empati dan
kecakapan bekerja sama.

1. Kecakapan berkomunikasi yang dilakukan secara lisan maupun tulisan.


Kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan maupun
tulisan perlu dikembangkan. Kecakapan mendengarkan dengan empati akan

7
membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara
lawan bicara merasa diperhatikan dan dihargai.
2. Maksud kecakapan bekerja sama adalah adanya saling pengertian dan saling
membantu antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, karena itu
merupakan kebutuhan yang tidak bisa dielakkan sepanjang hidup manusia.

c. Kecakapan Akademik (Academic Skill)


Pada dasarnya, kecakapan akademik atau kemampuan intelektual atau kemampuan
berpikir ilmiah merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir secara umum tapi
mengarah pada kegiatan yang bersifat keilmuan. Kecakapan akademik ini meliputi
kecakapan mengidentifikasi variabel, menjelaskan hubungan suatu fenomena
tertentu, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan penelitian. Diperlukan
sikap ilmiah, kritis, obyektif da transparan untuk membangun kecakapan-kecakapan
tersebut.
d. Kecakapan Vokasional (Vocational Skill)
Kecakapan vokasional adalah kecakapan yang dikaitkan dengan berbagai bidang
pekerjaan tertentu dalam masyarakat. Kecakapan vokasional meliputi kecakapan
vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus
(occupational skill).

1. Kecakapan vokasional dasar berkaitan dengan bagaimana peserta didik


menggunakan alat sederhana, seperti obeng, palu dan lain sebagainya.
2. Kecakapan vokasional khusus hanya diperlukan bagi mereka yang akan
menekuni pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, seperti pekerja montir,
apoteker, tukang, dan sebagainya.

5. Prinsip-Prinsip Life Skill ( Kecakapan Hidup)

a. Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku saat ini.


b. Tidak harus dengan mengubah kurikulum yang diperlukan pensiasatan kurikulum
untuk diorientasikan pada kecakapan hidup.
c. Etika sosio religius bangsa dapat diintegrasikan dalam proses pendidikan.
d. Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to do, learning to
be dan learning to live together.
e. Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup menerapkan prinsip manajemen berbasis
sekolah (MBS).
f. Potensi wilayah sekolah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan pendidikan
sesuai dengan prinsip pendidikan kontekstual.
g. Paradigma learning for life and school to work dapat dijadikan dasar kegiatan
pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dengan kebutuhan nyata
anak didik.

8
h. Penyelenggaraan pendidikan senantiasa diarahkan agar peserta didik :

a. Menuju hidup sehat dan berkualitas.


b. Mendapatkan pengetahuan dan wawasan.
c. Memiliki akses untuk mampu memenuhi standar hidupnya secara layak.

B. LONG LIFE EDUCATION

1. Pengertian Long life Education


Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok dalam konsep
ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
formal. Seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau setelah ia
selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan pula
bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang
kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering
pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus
menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui
pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan
pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dan generasi
muda mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan tetap dapat
memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.

Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok dalam konsep
ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
formal. Seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau setelah ia
selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan pula
bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang
kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering
pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus
menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui
pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan
pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dan generasi
muda mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan tetap dapat
memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya.

2. Landasan Long Life Education (Pendidikan Sepanjang Hayat)


Long Life Education atau yang sering disebut dengan Belajar Sepanjang Hayat adalah
sebuah teori dalam pendidikan bahwa sejatinya pendidikan itu tidak hanya dalam
sekolah saja namun terus menerus dan dimana saja. Tidak dimulai dari Paud atau
selesai di bangku kuliah, akan tetapi dari mulai saat masih di buaian seorang ibu hingg

9
liang lahat. Long Life Education atau Belajar Sepanjang Hayat ini sangatlah penting
dan mempunyai beberapa landasan.
a. Landasan Filosofis bahwa manusia butuh atau perlu belajar.
b. Landasan sosiologis
Yaitu sebuah landasan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang tak hidup sendiri
namun berkelompok dan bermasyarakat. Oleh karena itu seseorang harus belajar
bagaimana ia berinteraksi dengan orang lain. Memahami dan saling toleransi
kepada orang lain.
c. Landasan Ekonomis
Sudah menjadi tabiat, bahwa manusia ingin hidupnya sukses, kaya dan mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu dibutuhkanlah ilmu diperoleh dari
cara belajar.
d. Landasan Psikologis
Naluri atau nafsu manusia adalah tidak puas dengan apa yang ada sekarang
sehingga untuk menciptakan hal yang baru dan berbeda dibutuhkan ilmu, tentunya
kita bisa mendapatkan ilmu dari proses belajar.

3. Dasar-dasar pemikiran long life education.

a. Tinjauan ideologis

Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan
diri, untuk mendapatkan pendidikan seumur hidup untuk peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan hidup.

b. Tinjauan ekonomis

Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi memungkinkan seseorang


untuk:

1. Meningkatkan produktivitasnya
2. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya
3. Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang sehat dan menyenangkan
4. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak secara tepat

c. Tinjauan sosiologis

Pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh orangtua merupakan solusi untuk
memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua bersekolah maka anak-anak
mereka juga bersekolah.

d. Tinjauan Filosofis
10
Pendidikan seumur hidup secara filosofi akan memberikan dasar bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.

e. Tinjauan Teknologis

Semakin maju jaman semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan


teknologinya. Dengan teknologi maka pendidikan seumur hidup akan semakin
mudah. Begitu pula sebaliknya.

f. Tinjauan Psikologis dan Pedagogis

Perkembangan IPTEK sangat pesat mempunyai dampak dan pengaruh besar


terhadap berbagai konsep, teknik dan metode pendidikan. Disamping itu,
perkembangan tersebut juga makin luas, dalam dan kompleks, yang menyebabkan
ilmu pengetahuan tidak mungkin lagi diajarkan seluruhnya kepada anak didik di
sekolah.

4. Tujuan Longlife Education

a. Mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan


hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal mungkin.
b. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia
bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.

5. Target Longlife Education

Belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, dalam pendidikan
formal, dan dalam pendidikan non formal.

a. Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga


Tempat belajar yang pertama bagi seorang manusia adalah lingkungan keluaraga, pada
tapa inilah tahap yang paling menentukan seorang anak untuk memulai pembelajaran
dalam keluarganya.Khususnya dalam ajaran Islam pembelajaran sudah dimulai ketika
seorang bayi masih berada dalam rahimnya, dalam konsep ini jelas bahwa Islam
memang sangat memperhatikan umatnya untuk senantiasa belajar. Kemudian dalam
Islam dijelaskan berdasarkan hadis Rasulullah Saw “Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi
Nasrani atau Majusi.” Dalam hadis ini jelas bahwa peran orang tua dalam keluarga
sangatlah penting untuk mendidik putra-putrinya, orang tuanyalah yang akan
membentuk pribadi anaknya dalam lingkungan keluarga. Belajar sepanjang hayat

11
dalam lingkungan keluarga menurut penulis bisa dilakukan dalam beberapa tahap
sebagai berikut :

1. Belajar pada masa balita


Dalam masa balita orang tua mulai bisa mengajarkan kepada anaknya, sesuai
dengan kemampuan serta fase perkembanganya.Misalnya dengan mengajarkan atau
melatih anak untuk bisa merangkak, kemudian berdiri, berjalan walaupun
pembelajaran seperti ini bisa terjadi secara alami tapi tetap membutuhkan perhatian
khusus dari orang tua. Selain itu pada masa balita bisa dilakukan pembelajaran
seperti mengucapkan kalimat atau kata sederhana serta belajar bicara dan lain
sebagainya

2. Belajar pada masa kanak-kanak


Dalam fase ini orang tua mempunyai peranan penting untuk memberikan
pembelajaran pada anak-anaknya, orang tua mulai memberikan pembelajaran
misalnya bagaimana mereka menggunakan pakaian atau melepaskannya,
mebiasakan anak untuk hidup disiplin dengan cara memberikan contoh misalnya
dengan berangkat dan pulang sekolah tepat waktu, belajar dan bermain sesuai
dengan waktu yang sudah ditentukan. Pada masa ini pembelajaran mengenai hidup
bersih juga bisa mulai diberikan misalnya dengan mandi, menggosok gigi, mencuci
tangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya. Dalam fase ini
orang tua bukan hanya memberikan pembelajaran tetapi harus bisa memberikan
contoh karena cenderung seorang anak biasanya melakukan sesuatu dari apa yang
dilihatnya. Pada masa ini pembentukan karakter juga bisa diberikan misalnya
dengan mencium tangan orang tua ketika berangkat dan pulang sekolah disertai
mengucapkan salam, menghormati yang lebih tua, membiasakan sholat lima waktu
dan lain sebagainya.

3. Belajar pada masa remaja


Masa remaja merupakan masa yang paling rentang, pada fase ini seorang anak
cenderung mempunyai sifat labil, oleh sebab itu peranan orang tua dalam
memberikan pembelajaran dalam lingkungan keluarga sangatlah penting.Agar pada
masa ini bisa berkembang dengan baik, tanpa terpengaruh oleh lingkungan luar,
terpengaruh oleng teman-teman bergaulnya. Pada masa ini konsep pembelajaran
sepanjang hayat mempunyai peranan penting karena dalam fase ini pula seorang
anak akan mulai mencari jati dirinya, mulai mengenal dunia pergaulan, dan
cenderung memiliki keinginan untuk punya kebebasan dalam melakukan sesuatu.
Pembelajaran disiplin dan pengwasan serta perhatian dari orang tua sangatlah
penting agar anak bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang positif serta berkembang
secara normal.

12
4. Belajar pada masa dewasa
Konsep belajar sepanjang hayat pada masa dewasa merupakan masa yang penting
dilakukan dalam lingkungan keluarga.Pada fase ini seorang anak remaja yang
berkembang menjadi manusia dewasa mulai mengenal jati dirinya, bahkan memilki
karakter tersendiri.Pada masa ini pula biasanya kecenderungan seseorang untuk
menyudahi belajar sangat dominan khususnya perempuan.Diawali selesai masa
kuliah, kemudian menikah, punya anak dan memilki keluaraga.Pada masa-masa ini
seseorang cenderung lebih memetingkan keluarga, pekerjaan dibadingkan dengan
belajarnya.Padahal pada masa ini pembelajaran masih tetap bisa dijalankan.Oleh
sebab itu dalam lingkungan keluarga ini orang tua harus bisa memberikan pemahan
kepada anak-ankanya agar terus belajar sepanjang hidupnya, baik belajar formal
maupun non formal.

5. Belajar pada masa tua atau usia lanjut


Dalam lingkungan keluarga Konsep pembelajaran dalam Islam bahwa belajar tidak
mengenal usia, sesuai dengan hadis yang ada pada landasan diatas. Maka
sesunggunya pada usia ini seseorang harus tetap belajar, yang tentunya dilakukan
dalam keluarga. Pada masa ini orang tua bisa belajar pada anak-anaknya atau pada
masa ini orang tua memberikan pembeljaran pada anak-anaknya.Karena
sesunggunya belajar sepanjang hayat bukan hanya belajar tapi juga memberikan
pembelajaran. Orang tua yang memilki banyak ilmu maka ia akan semakin bijak
dalam mengambil keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

b. Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Formal


Pembelajaran sepanjang hayat (Long Life education) dalam pendidikan formal,
adalah pembelajaran yang sistematis dan terencana, memilki tujuan – tujuan khusus
sesuai dengan bakat, kemampuan atau jurusan yang diminati oleh pembelajar. Yang
termasuk dalam pendidikan formal adalah dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah
kejuruan, perguruan tinggi, D1, D2, D3, S1,S2, dan S3. Pada pendidikan formal
setelah seseorang meyelesaikan program sekolah menegah atas atau kejuruan, setiap
orang diperbolehkan untuk mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, tak mengenal
usia, jenis kelamin, suku dan golongan. Oleh sebab itu hal ini berlaku sampai
kapanpun selama sesorang masih memilki keinginan untuk belajar maka selama itu
pula banyak kesempatan bagi setiap orang untuk melanjutkan kejenjang yang lebih
tinggi.

c. Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Non Formal


Belajar tidak mengenal usia, waktu dan tempat, dimanapun kapanpun kita bisa
belajar dari kehidupan ini. Belajar tidak harus dibangku sekolah atau pendidikan
formal serta berizazah, tetapi belajar bisa dimana saja, dari berbagai sumber yang
13
berisi tentang pengetahuan.Banyak orang yang belajar ototidak (belajar sendiri)
namun mereka lebih berhasil dari orang-orang yang berpendidikan formal, itu
artinya belum tentu orang yang berpendidikan formal bisa lebih sukses daripada
orang yang tidak berpendidikan formal. Sesungguhnya yang membuat orang
menjadi sukses adalah kemampuannya beradaptasi dengan orang lain, komunikatif,
pandai begaul, punya kemauan keras dan tentunya skil tidak kalah penting.
Pendidikan non formal tidak mengenal ruang dan waktu, setiap orang bisa belajar
kapanpun, orang bisa belajar dari apa yang dilihatnya, di dengarnya, dirasakannya,
dialaminya dan lain sebagainya. Konsep pendidikan sepajang hayat pada
pendidikan non formal lebih luas dari yang lainnya.Pendidikan non formal ini bisa
dilakukan seperti kelompok belajar, organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau
ditempat – tempat pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak.Oleh sebab itu sudah
seharusnya setiap orang harus terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya sampai
ajal menjemputnya.Karena ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap orang
walalupun bagi orang yang sudah berusia lanjut sekalipun.

6. Implikasi Longlife Education


Implikasi diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan
tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Menurut W.P Guruge dalam buku Toward Better Educational Management, implikasi
pendidikan seumur hidup pada program pendidikan adalah :

a. Pendidikan baca tulis fungsional


1. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional
bagi anak didik.
2. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih
lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.

b. Pendidikan vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar
batas usia sekolah atau sebagai program pendidikan formal dan non formal dalam
rangka ‘apprentice ship training merupakan salah satu program dalam pendidikan
seumur hidup. Namun pendidikan vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan
pintas tetapi tetap dilaksanakan secara kontinu.

c. Pendidikan profesional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup, dalam tiap profesi hendaklah tercipta
built in mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti
berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan,
terminologi, dan sikap profesionalnya.

14
d. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka
mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi
penting dari asas pendidikan seumur hidup.

e. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik


Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik perlu diberikan dalam
pendidikan seumur hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara baik menjadi
rakyat maupun pimpinan.

f. Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang


Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang perlu diberikan secara
konstruktif sebagai bagian konsep long life education. Dengan cara ini waktu
senggang dapat dimanfaatkan berbasis budaya yang baik sehingga pendidikan
seumur hidup dapat berjalan menyenangkan.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Life skill adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.
Dengan demikian pendidikan berorientasi life skill bagi peserta didik adalah sebagai bekal
dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai
kehidupan pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara, dengan
hasil yang dapat mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya.
Long life education merupakan proses belajar seumur hidup atau belajar sepanjang hayat
untuk memperoleh ilmu wawasan dan pengetahuan, menekankan pada pengalaman itu
sendiri sebagai sisi terpenting dalam kehidupan. Pendidikan itu menyatu dengan hidup,
terus berlangsung, dan tidak pernah berakhir.

B. SARAN
Kita sebagai manusia harus terus belajar dimanapun dan kapanpun. Karena dalam ajaran
Islam pun dinyatakan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi “Tuntutlah ilmu
sejak dari buaian sampai liang lahad”. Dan khususnya Para remaja perlu terus belajar dan
mengenal dirinya serta meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesuksesan.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://akarsejarah.wordpress.com/2017/09/03/konsep-life-skill-menurut-para-ahli-dan-
kementrian-pendidikan-nasional/
https://www.kajianpustaka.com/2019/01/pengertian-tujuan-dan-jenis-kecakapan-hidup.html
https://akarsejarah.wordpress.com/2017/09/03/konsep-life-skill-menurut-para-ahli-dan-
kementrian-pendidikan-nasional/
http://www.definisi-pengertian.com/2015/05/prinsip-hukum-pendidikan-kecakapan-
hidup.html
https://sholihfikr.blogspot.com/2014/10/prinsip-long-life-education.html
https://theofani19.wordpress.com/2012/04/05/long-life-education/

17
SEGMEN SESI TANYA JAWAB

Mardiani (perwakilan dari kelompok 1)


Salah satu tujuan khusus Pendidikan Life skill adalah memberikan bekal mengenai nilai nilai
kehidupan kepada peserta didik untuk menghadapi masa depan. Hal apa yang harus dilakukan
oleh seorang pendidik untuk merealisasikan tujuan tersebut ?
Jawaban : Merealisasikan Tujuan Pendidikan Nasional
Sekelumit permasalahan yang sudah saya sebutkan diatas menuntut pemerintah
harus lebih bekerja keras dan cerdas dalam menangani permasalahan pendidikan
yang ada sekarang ini. Cita-cita dan tujuan pendidikan nasional yang telah
dikumandangkan dalam UUD 1945 dan UU. No 20 Tahun 2003 tadalah prioritas
yang harus dijalankan pemerintah. Pemerintah tidak lagi boleh berpangku tangan
melihat keadaan ini. Tujuan pendidikan nasional yang sudah saya sebutkan
diatas menghendaki pemerintah perlu membenahi beberapa hal ini.
Pertama, skala prioritas program yang dapat mengentaskan persoalan ini, artinya
program-program dalam upaya mengentaskan persoalan ini dibuat
sistematikanya, entah itu mengenai pemberian pendidikan murah, penambahan
dan pemberian kesejahteraan guru, sistem pendidikan, fasilitas, sarana/prasarana
dan lain macamnya.
Kedua, menggalakkan pendidikan karakter berbasis keteladanan. Pemerintah
dalam hal ini harus mendorong para guru, kaum cerdik-pandai, dan seluruh
elemen masyarakat untuk memberikan teladan dalam mengembangkan
pendidikan karakter para anak didik. Di lain sisi pemerintah pun memberikan
teladan yang dapat dicontoh oleh para generasi muda ini kedepannya.
Dengan demikian kita dapat merealisasikan tujuan pendidikan nasional yang
begitu mulia itu. Atas dasar itu pula, kita akan melahirkan generasi-generasi
muda yang siap menjadi inspirator, motivator, dan pemimpin yang akan
melanjutkan estafet kepemimpinan negeri ini dengan bersandar pada nilai-nilai
Pancasila, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis
serta bertanggung jawab. Semoga ini bisa terealisasi. (Oleh: Fajar Anugrah
Tumanggor)

Nur Aisyah Aksa (perwakilan dari kelompok 2)

18
Bagaimana pendapat anda mengenai siswa yang harus berhenti Menempuh pendidikan karna
terhalang oleh masalah ekonomi atau masalah kehidupan lainnya sehingga penerapan long life
education baginya terhalang? Dan berikan salah satu tindakan yang dapat dilakukan sebagai
calon pendidik?
Jawaban : Pemerintah sekarang sudah memfasilitasi pendidikan gratis kepada seluruh
rakyat Indonesia selama 12 tahun lamanya, jadi tidak ada yang harus
dikhawatirkan. Dan juga pemerintah memberikan bantuan gratis berupa kartu
KIP dan KIS bagi para pelajar yang tidak mampu.Sebagai calon pendidik salah
satu cara yang dilakukan yaitu dengan mengusulkan nama anak tersebut untuk
diberikan bantuan yaitu dengan penerimaan bantuan kurang mampu , baik dari
pihak sekolah maupun dari pihak pemerintah setempat dan di masa pandemi ini
pemerintah telah memberikan bantuan dana bansos dan blt itu juga dapat
membantu perekonomian masyarakat .Selain itu ada beberapa bantuan dari
pemerintah yaitu bantuan PKH , bantuan langsung tunai dana desa dan kartu
prakerja. (Sumber: menteri koordinator (Menko ) , Bidang perekonomian ,
dan airlangga hartato , tahun 2020).

Sherina( Perwakilan dari kelompok 4)


Tolong jelaskan bagaimana cara untuk mengembangkan kecakapan akademik?
Jawaban : Kecakapan akademik (academic skill/AS) sering kali juga disebut sebagai
kemampuan berpikir ilmiah. Kecakapan akademik mencakup antara lain
kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya
pada suatu fenomena tertentu (identifying variables and describing
relationship among them), merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian
kejadian (constructing hypotheses), untuk meningkatkan atau
mengembangkan kecakapan akademik (academic skills) melalui
pembelajaran kontekstual dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Manfaat bagi siswa adalah pertama, memberi warna dan tantangan
baru.sehingga siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran , kedua memberi
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi sesama teman. Sedangkan manfaat
bagi guru adalah pertama menambah pengalaman dan wawasan dalam
mengembangkan kompetensi pedogogik, kedua memberi pencerahan bagi
sesama guru tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan
kecakapan akademik (academic skills). (Sumber : Anwar dalam buku
pendidikan kecakapan hidup,Bandung :CV Alvabeta 2006).
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan dan mengembangkan
kecakapan akademik (academic skills) atau yang sering dinamakan
kemampuan berpikir ilmiah. Hal ini dibuktikan dengan mulai berkembangnya
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi variable, menjelaskan hubungan
antara variabel tersebut, merumuskan hipotesis, dan terampil merancang dan

19
melaksanakan penelitian serta mampu menginformasikan hasil karyanya.
Sumber : Jurnal Penelitian Suprapto Mukti Nugroho tahun 2009

Andi Virdayanti (Perwakilan dari kelompok 5)


Bagaimana pengembangan kecakapan hidup anak usia dini dalam keluarga?
Jawaban : Dalam mendukung perkembangan anak, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dan pendidikan keluarga memainkan peranan penting. Demikian kata Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makariem.
"Banyaknya bukti hasil penelitian di bidang psikologi, neuroscience dan
pendidikan yang menyimpulkan bahwa rangsangan pendidikan awal pada anak
sejak dalam kandungan hingga akhir masa usia dini, usia 6-8 tahun, akan
berdampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak, bukan kecerdasan
saja tetapi seluruh kecakapan hidup," katanya diwakili oleh Dirjen PAUD dan
Dikmas Kemdikbud Harris Iskandar dalam Seminar Internasional Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Keluarga di Jakarta (Sumber : Abdul Arif)

Jumrianah (Perwakilan dari Kelompok 6)


Menurut anda,bagaimana pelaksanaan Life Skill Education and Long Life Education
itu?
Jawaban : Cara menerapkan Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis dan kriteria
utama, yaitu:
1. Kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill/GLS), yang
mencakup kecakapan personal (personal skill/PS) dan kecakapan sosial
(social skill/SS). Kecakapan personal mencakup kecakapan akan kesadaran
diri atau memahami diri (self awareness) dan kecakapan berpikir (thinking
skill), sedangkan kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi
(communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).
2. Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS), yaitu kecakapan untuk
menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup kecakapan
akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual dan kecakapan
vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik terkait dengan bidang
pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran, sehingga mencakup kecakapan
mengidentifikasi variabel dan hubungan antara satu dengan lainnya
(identifying variables and describing relationship among them), kecakapan
merumuskan hipotesis (constructing hypotheses), dan kecakapan merancang
dan melaksanakan penelitian (designing and implementing a research).
Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih
memerlukan keterampilan motorik. Kecakapan vokasional mencakup
kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan
vokasional khusus (occupational skill).

20
Dan cara menerapkan pendidikan seumur hidup, meliputi: peranan subyek
manusia untuk mendidik dan mengembangkan diri, lembaga penanggung
jawab, proses dan waktu pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat,
belajar tidak ada batas waktu, belajar sebagai integral atau totalitas
kehidupan. Sedangkan konsep dasar pelaksanaan pendidikan seumur hidup
yaitu didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.
Implikasi pendidikan seumur hidup antara lain sebagai berikut:
1. Pendidikan baca tulis fungsional
2. Pendidikan vokasional
3. Pendidikan professional
4. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
5. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
6. Pendidikan kultural dan pengisian waktu senggang
Sumber: Slamet pH, Konsep dan tujuan Pendidikan Life Skill, (Jakarta:
Wacana Ilmu, 1999), hal. 50.dan Cropley, A.J. 2006. Pendidikan Seumur
Hidup. Surabaya: Usaha Nasional.

Pelaksanaan pembelajaran life skills adalah:


1. Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar terjadi proses penyadaran
untuk belajar bersama.
2. Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,
belajar, usaha mandiri, usaha bersama.
3. Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vocasional,
akademik, manajerial, kewirausahaan.
4. Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan
dengan benar, menghasilkan produk yang bermutu.
5. Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli.
6. Terjadi proses penilaian komptensi.
7. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha
bersama.
Pelaksanaan belajar long life education:
1. Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga.
2. Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Formal.
3. Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Non Formal .
Sumber oleh: Depdiknas (2016).
PROFIL KELOMPOK 3

21
NAMA : SHERLI NAMA : SITTI MASITA
NIM : 200407550017 NIM : 200407552026
NO. TELPON : 085318401241/ NO. TELPON : 085256423755
088247806747

NAMA : ANDI RASMINI OKTAVIANA NAMA :ANDI NURBINA


NIM :200407550019 NIM : 200407552030
NO. TELPON : 083161287740 NO. TELPON : 085343575332

22

Anda mungkin juga menyukai