Anda di halaman 1dari 4

Kontribusiku sebagai Generasi Unggul untuk Mewujudkan

Indonesia Maju 2045


( Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika, Universitas Islam Riau )
e-mail : erikaamalia228@gmail.com
Oleh: Erika Amalia Putri

Tahun 2045 merupakan tahun yang penting bagi seluruh rakyat Indonesia,
termasuk bagi saya, sebagai generasi muda penerus bangsa. Di tahun 2045,
Indonesia genap 100 tahun. Dalam sejarahnya dulu, pemuda Indonesia memegang
peran penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui organisasi,
pergerakan, ide dan gagasan mereka. Sekarang Indonesia sudah merdeka, kita tak
harus berperang melawan penjajah, tidak harus berdarah-darah. Saya sebagai
generasi muda, merasa harus melakukan sesuatu untuk mengimbangi perjuangan
generasi muda jaman dulu yang berjuang sebegitu kerasnya untu kemerdekaan.
Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah
penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif (15-64 tahun). Jika bonus
demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik akan membawa dampak buruk
terutama masalah sosial. Seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah,
pengangguran, dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Cita-cita dan impian
Indonesia untuk tahun 2045 adalah menciptakan Indonesia Maju yang berdaulat,
adil dan  makmur. Ada empat pilar yang penopang untuk mewujudkan cita-cita
Indonesia Maju di 2045, yakni Pembangunan SDM dan penguasaan iptek,
Perkembangan ekenomi berkelanjutan, Pemerataan pembangunan, dan yang
terakhir, ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan. Untuk itu, dalam
pembangunan yang berkelanjutan, Indonesia telah ikut menyepakati Document
Sustainable Development Goals (SDGs) dengan salah satu fokus pada tujuan
secara global peningkatan kualitas pendidikan.
Saya merupakan mahasiswa jurusan pendidikan matematika, besar
harapan saya untuk dapat berkontribusi dalam bidang pendidikan di Indonesia,
karena saya yakin, untuk mewujudkan Indonesia Maju di tahun 2045, harus
diawali dengan perbaikan sistem pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah
proses untuk membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual,
mampu berpikir secara saintifik dan filosofis tetapi juga mampu mengembangkan
spiritualnya. Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report
yang dirilis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan
peringkat indeks pembangunan rendah. Indonesia berada di peringkat 69 dari 127
negara dalam Education Development Index. Sementara, laporan Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak yang putus sekolah.
Perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan
negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global
Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi
hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development
Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan
Brunei (34).
Sebagai kontribusi saya dalam mewujudkan Indonesia Maju 2045, saya
berencana untuk membangun sebuah sekolah non formal gratis yang bisa diikuti
siswa sepulang sekolah formal dan memiliki cabang di seluruh Indonesia. Sekolah
non formal ini memiliki konsep berbeda dari sekolah non formal lain seperti
“bimbingan belajar atau les” yang memiliki kurikulum hampir sama dengan
sekolah. Saya percaya, untuk mewujudkan Generasi muda yang berkualitas dan
memajukan indonesia, murid – murid sekolah tak hanya harus memiliki
pengetahuan dasar seperti yang diajarkan di sekolah formal. Saya percaya, jika
murid-murid sekolah dibekali dengan ilmu-ilmu kehidupan dan pengetahuan
umum sejak dini, Indonesia Maju akan lebih mudah diwujudkan. Ilmu-ilmu ini
meliputi pengaturan dan perencanaan finansial, pengetahuan profesi, dan
pengembangan softskill. Selama ini, pemerintah kita kurang memperhatikan
pembekalan tersebut pada generasi muda, padahal menurut saya, hal ini sangat
penting dan akan sangat berguna di kemudian hari sebagai pelengkap
pembelajaran formal, terlepas dari apapun profesi mereka nanti.
Mengenai seberapa pentingnya hal-hal tersebut, akan saya bahas satu
persatu. Yang pertama dan menurut saya paling krusial adalah pengaturan dan
perencanaan finansial. Sejak kecil, kita selalu diajarkan untuk menabung di
sekolah, namun kita tidak pernah dijelaskan mengenai pembagian penghasilan,
harus berapa persen uang yang kita sisihkan untuk menabung? Apa yang harus
kita lakukan bila tabungan kita sudah banyak? Padahal jika dibahas lebih dalam,
generasi muda akan lebih paham berapa jumlah uang yang harus mereka sisihkan
untuk ditabung, berapa yang harus dibelanjakan, dan lain sebagainya. Setelah itu,
kita bisa mengajarkan mengenai bentuk – bentuk simpanan lain seperti deposito,
obligasi, saham, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengalaman saya ketika
sekolah, memang, hal –hal tersebut diajarkan dalam pendidikan formal, namun
tidak mendalam, sehingga saya masih saja tidak familiar dengan hal tersebut.
Padahal, hal ini sangat penting menurut saya untuk membentuk generasi yang
mapan secara finansial, dan untuk dapat mencapai financial freedom. Selanjutnya
adalah ilmu tentang pengetahuan profesi. Berdasarkan pengalaman saya pribadi
dan teman – teman lainnya, kita sejak kecil diwajibkan untuk mempelajari banyak
hal, berprestasi, dan lulus sekolah sampai perguruan tinggi dengan hasil yang
baik. Namun, pemberian informasi mengenai pengetahuan profesi dari sekolah
sangat sangat minim, sehingga, banyak dari kita yang bingung akan masuk
jurusan apa saat kuliah. Kebanyakan dari kita belum memiliki tujuan hidup yang
pasti, sehingga tak jarang kita mendengar istilah “Salah jurusan” dan akhirnya
tidak serius menjalani pembelajaran di perguruan tinggi. Hal ini sangat
disayangkan menurut saya, karena, apabila bekal menganai pengetahuan profesi
diberikan sejak dini, mungkin kita akan lebih fokus mendalami hal-hal
pendukung untuk mencapai cita-cita tersebut, sehingga diharapkan ketika lulus
sekolah, tidak akan kebingungan memilih jurusan dan fokus pada tujuan. Semakin
banyak generasi –generasi muda Indonesia yang fokus kepada tujuan mereka dan
mendalami ilmunya sejak dini, diharapkan semakin banyak pula tenaga
profesional yang dihasilkan sehingga dapat ikut membantu pembangunan negara
dengan cara mereka masing-masing.
Selanjutnya adalah pengembangan softskill. Pengembangan softskill ini
juga tidak diajarkan di sekolah formal secara mendalam. Soft skill adalah
kemampuan yang dimiliki oleh individu secara alami yang mencakup kecerdasan
emosional, sosial, komunikasi atau berinteraksi dengan individu lain, dan
semacamnya. Seiring berkembangnya zaman, disamping memiliki hard skill, kita
juga dituntut untuk memiliki soft skill. Dalam bekerja, soft skill sangat dibutuhkan
untuk memahami maksud pekerjaan, visi dan misi perusahaan, dan juga untuk
berpikir kreatif mencetuskan berbagai macam pembaharuan. Orang yang memiliki
softskill yang baik, cenderung memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
mendapatkan apa yang mereka mau, hal ini karena kemampuan komunikasi dan
interaksinya sehingga orang lain cenderung lebih percaya. Orang yang memiliki
softskill yang baik juga cenderung lebih profesional dan memiliki banyak prestasi
dibidangnya. Dengan dibekali 3 hal tersebut, diharapkan generasi muda Indonesia
lebih produktif, profesional, dan memiliki kemapanan finansial. Jika 3 hal tersbut
sudah diraih, bukan tidak mungkin, Indonesia akan menjadi negara maju yang
diperhitungkan dunia berkat kualitas SDM-nya. Jika hal ini terjadi, maka bonus
demografi pada tahun 2045 tidak akan menjadi beban, justru di tahun 2045,
Indonesia akan mencapai puncak kejayaannya. Sekolah non formal yang menjadi
cita-cita saya ini berkonsep non profit dan dapat diakses oleh semua kalangan di
seluruh Indonesia. Dengan begitu, saya harap, semua anak Indonesia dapat
memiliki pendidikan dan kesempatan yang sama untuk ikut membangun
Indonesia. Semakin banyak SDM berkualitas yang diciptakan, maka semakin
besar pula kemungkinan kita semua untuk dapat mewujudkan Indonesia Maju di
2045.

Anda mungkin juga menyukai