Anda di halaman 1dari 9

PETA MATA PELAJARAN AGAMA DALAM PENDIDIKAN NASIONAL

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Isu-Isu Aktual dalam Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Darlis, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok 4, PAI 6, Semester 7

Eva Santi Lubis 0301182104

Indra Dwi Guna Marbun 0301182189

Miftahurrohmah 0301182197

Milva Humairah 0301183265

Rifani Mawaddah 0301182156

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PENDIDIKAN, PENDIDIKAN NASIONAL, DAN PENDIDIKAN


AGAMA ISLAM
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan atmosfer proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar mempunyai
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
maupun keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1
sedangkan makna dari pendidikan secara nasional merupakan pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.2
Senda dengan itu menurut Zakiah Darajat pendidikan islam merupakan proses
pembentukan kepribadian muslim dalam perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan
tuntunan ajaran islam.3 Muhammad Quthb berpendapat dalam buku Abdullah Idi,
menguraikan mengenai pendidikan islam yang merupakan suatu upaya melakukan
pendekatan yang secara menyeluruh baik dari sisi jasmani maupun rohani,ataupun sisi
kehidupan fisik maupun mentalnya, dalam kegiatan kehidupannya di masyarakat.4
Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, baik yang dikemukakan UU Sisdiknas
2003 maupun para tokoh pendidikan bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir pendidikan
ialah untuk pembentukkan tingkah laku yang islami (akhlakhul mulia) dan kepasrahan
(keimanan) terhadap Allah sesuai dengan petunjuk ajaran Islam berupa Al-Qur’an dan
Hadis.
Sebab pendidikan agama (islam) menjadi mata pelajaran agama dalam hal ini sebagai
cara dalam menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran-
ajaran Islam melalui suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan maupun proses,
dimana dalam perkembangannya sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan

1
Hujair AH.Sanaky,Paradigma Pendidikan Islam,(Yogyakarta:SafiriaInsania Press,2004),hal.9

2
UU Sisdiknas 2003 Pasal 1ayat(1)

3
Zakiah daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 28
4
Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hal.
48.

1
disekolah atau di perguruan tinggi.5 sehingga dari pengertian yang telah dikemukakan
diatas dapat diketahui bahwa pendidikan menjadi suatu kegiatan pembelajaran yang
diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran agama terhadap siswa,sebab dalam hal ini diharapkan kualitas pribadi siswa
mampu mengamalkan ajaran sesuai agamanya masing-masing dalam hubungan
keseharian dengan manusia lainnya ditengah masyarakat baik yang seagama maupun
yang tidak, berbangsa dan bernegara, dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional
bangasa indonesia.6
B. POSISI PENDIDIKAN AGAMA DALAM UU SISDIKNAS 2003
Posisi Pendidikan Agama Islam dalam UU Sisdiknas 2003 adalah (1). Pasal 1 ayat
(1), pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara, (2). Pasal 1 ayat (2), pendidikan nasional adalah Pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Agama sebagai tujuan pendidikan (agar peserta didik memiliki
kekuatan spiritual keagamaan) dan sumber nilai dalam proses pendidikan nasional,(3).
Pasal 4 ayat (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukkan bangsa,(4). Pasal 12 ayat (1) dijelaskan bahwa setiap peserta
didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agamasesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. Peserta didik berhak
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agamanya masingmasing dan diajarkan
oleh guru/pendidik yang seagama. Tiap sekolah wajib memberikan ruang bagi siswa yang
mempunyai agama yang berbeda-beda dan tidak ada perlakuan yang diskriminatif,(5).
pada pasal 15 dijelaskan bahwa pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi,keagamaan, dan khusus.,(6). Pasal 17 ayat (2) diterangkan
bahwasannya pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah

5
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2007), hal. 12

6
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hal. 75-76.

2
ibtidaiyah(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP)
dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.,(7). Pasal 18 ayat (3)
diuraikan bahwa Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasahaliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat,(8).Pada Pasal 28 ayat (3) dijelaskan bahwa
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak
(TK), raudatul athfal(RA), atau bentuk lain yang sederajat.Salah satu jenis pendidikan
nasional adalah pendidikan agama. Setingkat taman kanak-kanak (TK) dinamakan
raudatul athfa(RA), sekolah dasar (SD) dinamakan madrasah ibtidaiyah (MI), sekolah
menengah pertama (SMP) dinamakan madrasah tsanawiyah(MTs), sekolah menengah
atas (SMA) dinamakan madrasah aliyah(MA), dan sekolah menengah kejuruan (SMK)
dinamakan madrasah aliyah kejuruan (MAK).(9).lalu pada pasal 30 tentang pendidikan
keagamaan dijelaskan bahwa (a) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.,(b) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya
dan/atau menjadi ahli ilmu agama.,(c) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada
jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal,(d) Pendidikan keagamaan berbentuk
pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera,dan bentuk lain yang sejenis.

Yang dalam hal ini pendidikan agama merupakan tanggung jawab pemerintah dan
masyarakat. Di samping sekolah/madrasah formal yang didirikan oleh pemerintah seperti
MIN, MTsN, maupun MAN, masyarakat dapat juga menyelenggarakan pendidikan
agama, baik formal (pesantren, madrasah), nonformal (taman pendidikan Al-Qur’an
(TPA), majlis taklim) maupun informal (madrasah diniyah).(10). Pasal 36 ayat (3)
menerangkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan pada Peningkatan
iman dan takwa, Peningkatan akhlak mulia dan seterusnya.(11). pada pasal 37
diterangkan bahwa (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan dan seterusnya,(2) Kurikulum
pendidikan tinggi wajib memuat,pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan
danbahasa.(12). Pada Pasal 55 ayat (1) menjelaskan mengenai Pendidikan Berbasis
Masyarakat bahwa masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis

3
masyarakat pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan agama,
lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat.

Dari pasal-pasal yang telah diuraikan diatas diketahui posisi pendidikan agama
menempati bagian dalam kerangka sistem pendidikan Nasional, bahwa pendidikan agama
menjadi bagian dari sistem pendidikan Nasional sebagaiman disebutkan dalam penjelasan
pasal 15 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyebutkan Pendidikan keagamaan
merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran
agama atau menjadi ahli ilmu agama. dan UU Sisdiknas 2003 merupakan usaha
pemerintah untuk memperbaiki pendidikan agamadi Indonesia7 yang secara umum, dapat
dilihat bagaimana posisi agama dalam UU Sisdiknas 2003. dari berbagai pasal yang
menerangkan bahwa pendidikan agama sebagai sumber nilai dan bagian dari pendidikan
nasional dan pendidikan agama juga mempunyai peran penting dalam mengembangkan
potensi siswa agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia dan kepribadian
muslim (khusus agama Islam).8

Sedangkan bila dilihat pada konteks pendidikan nasional pendidikan agama di sekolah
memiliki peran yang cukup sentral dan kuat sebab kedudukan pendidikan agama
memiliki landasan secara yuridis formal dalam sistem bernegara dan berbangsa. Adapun
beberapa landasan yuridis yang dapat dijadikan rujukan bahwa pendidikan agama
memiliki kesatuan dalam subsistem pendidikan nasional diantaranya:

1. Pancasila sebagai dasar ideal bangsa dan negara, sekaligus sebagai dasar ideal
pendidikan nasional Indonesia. Pancasila sebagai falsafah Negara dan dasar ideal
Bangsa Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu nilai dasar yang tertuang dalam
pancasila sendiri sebagai berikut (1) Nilai Ketuhanan (2) Nilai kemanusiaan yang
adil dan beradab (3) Persatuan Indonesia (4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan (5) Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. nah dari kelima nilai dasar tersebut terutama nilai
ketuhanan yang merupakan nilai yang paling mendasar dan pertama dibandingkan
dengan nilai-nilai yang lain maka berarti pendidikan nilai moral yang berasal dari
7
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Safiria Insania Press), hal.9.
8
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium Baru, (Jakarta:
Logo Wacana Ilmu, 1999), hal 59.

4
Tuhan menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam konteks pendidikan
nasional di Indonesia. Di sinilah, pendidikan agama mempunyai peranan untuk
menanamkan nilai-nilai agama kepada siswa sesuai dengan ajaran agamanya masing-
masing di sekolah. Selain itu, keempat nilai dasar lainnya merupakan nilai-nilai dasar
yang dijunjung tingi dalam ajaran pendidikan Agama (islam).
2. Lalu Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD 1945) yang merupakan landasan
konstitusional pendidikan nasional di Indonesia. dimana pada pasal 29 ayat (2)
negara menjamin dan melindungi setiap warga negara Indonesia berhak memeluk
agama sesuai dengan keyakinan agama masing-masing.yang dalam hal ini,
pemerintah Indonesia telah mengakui eksistensi lima agama, yaitu Islam, Katolik,
Protestan, Hindu dan Budha (Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 477/74054
tertanggal 18 November 1978). diman pemerintah Indonesia memberikan ruang
gerak maupun akses yang jelas dan bebas untuk menumbuh suburkan keyakinan dari
agama yang dipeluknya. Hal ini berarti bahwa konstitusi secara resmi dan pasti
mengakui dan mengapresiasi serta penuh tanggungjawab untuk mengembangkan
nilai-nilai moral agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui instrumen
pendidikan secara nasional.
3. terakhir Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 tahun 2003 sebagai
landasan operasional penyelenggaraan Pendidikan Nasional di Indonesia. Dengan
landasan ini, status dan peranan pendidikan agama (Islam) dalam konteks pendidikan
nasional semakin kuat. Pada pasal 12 bagian (1) undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional memberikan penekanan hak pengajaran Pendidikan Agama kepada siswa
dan diajarkan oleh guru agama yang sesuai degan agama masing-masing siswa.
Untuk memenuhi hak pendidikan agama peserta didik maka pada pasal 37 ayat (1)
disebutkan bahwa ’kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu
pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan
/ kejuruaan dan muatan lokal. Ini berarti bahwa para guru Pendidikan Agama Islam
mempunyai landasan yang kuat untuk mengembangkan proses pengajaran
Pendidikan Agama Islam di sekolah.9

9
Robiatul Awwaliyah dan Hasan Baharun,Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional,
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA,Vo.19.No.1Agustus,2018,hal.42.

5
KESIMPULAN

1. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan atmosfer proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar
mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, maupun keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2. Peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agamanya
masing-masing dan diajarkan oleh guru/pendidik yang seagama. Tiap sekolah wajib
memberikan ruang bagi siswa yang mempunyai agama yang berbeda-beda dan tidak
ada perlakuan yang diskriminatif.
3. Pada pasal 15 dijelaskan bahwa pendidikan mencakup pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,keagamaan, lalu pada pasal 17
diterangkan bahwasannya pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar dan madrasah
ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama dan
madrasah tsanawiyah , atau bentuk lain yang sederajat., Pasal 18 ayat diuraikan
bahwa Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas , madrasah aliyah
, sekolah menengah kejuruan , dan madrasah aliyah kejuruan , atau bentuk lain yang
sederajat, lalu pada pasal 30 tentang pendidikan keagamaan dijelaskan bahwa
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau
menjadi ahli ilmu agama., Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal, Pendidikan keagamaan berbentuk
pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera,dan bentuk lain yang
sejenis.
5. Dilihat pada konteks pendidikan nasional pendidikan agama di sekolah memiliki
peran yang cukup sentral dan kuat sebab kedudukan pendidikan agama memiliki
landasan secara yuridis formal dalam sistem bernegara dan berbangsa.
sebagai dasar ideal bangsa dan negara, sekaligus sebagai dasar ideal pendidikan
nasional Indonesia. Pancasila sebagai falsafah Negara dan dasar ideal bangsa
Indonesia, pada hakikatnya merupakan suatu nilai dasar yang tertuang dalam
pancasila sendiri sebagai berikut Nilai Ketuhanan Nilai kemanusiaan yang adil dan

6
beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. nah dari kelima nilai dasar tersebut terutama nilai ketuhanan yang
merupakan nilai yang paling mendasar dan pertama dibandingkan dengan nilai-nilai
yang lain maka berarti pendidikan nilai moral yang berasal dari Tuhan menempati
posisi yang sangat penting dan strategis dalam konteks pendidikan nasional di
Indonesia. Di sinilah, pendidikan agama mempunyai peranan untuk menanamkan
nilai-nilai agama kepada siswa sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing di
sekolah. Selain itu, keempat nilai dasar lainnya merupakan nilai-nilai dasar yang
dijunjung tinggi dalam ajaran pendidikan agama .

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi dan Toto Suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara
Wacana.

Azyumardi Azra.1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milennium Baru.
Jakarta: Logo Wacana Ilmu.

Hujair AH.Sanaky. 2004. Paradigma Pendidikan Islam.Yogyakarta:SafiriaInsania Press .

Muhaimin.2002. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama


Islam di Sekolah.Bandung: Rosdakarya.

Nazarudin.2007.Manajemen Pembelajaran.Yogyakarta: Teras.

UU Sisdiknas 2003 Pasal 1ayat(1).

Zakiah daradjat.2000. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai