Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH REFORMULASI PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam pada
semester 2 Program Studi D-IV Teknik Kimia Produksi Bersih

Dosen Pembimbing

: Hasan Al-Murtadho, S.Ag., M. Ag.

Kelas

: IA-Teknik Kimia Produksi Bersih

Kelompok

:4

Nama Anggota

Aiman Moch Iqbal

NIM 141424001

Dahliana Alami

NIM 141424008

Desi Bentang W

NIM 141424009

Dini Oktavianti Putri

NIM 141424010

Ghina Fauziyah

NIM 141424000

Ryan Muhamad

NIM 141424000

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena dengan izin dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada semester dua
jurusan Teknik Kimia program studi D-IV Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik Negeri
Bandung. Adapun judul dari laporan ini adalah Makalah Reformulasi Pendidikan Agama
Islam.
Dalam menyusun makalah ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Pak Hasan selaku dosen Mata Kuliah Umum Politeknik Negeri Bandung yang telah
membimbing penulis dalam menyusun makalah ini.
2. Seluruh rekan di Politeknik Negeri Bandung yang telah membantu dan memberikan
arahan untuk penyusunan makalah ini.
3. Orang tua dan adik, yang telah memberikan dorongan moril dalam kelancaran
penyusunan makalah ini.
4. Semua pihak yang telah membantu, membimbing dan memberikan arahan dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga bantuan dan bimbingan serta dorongan dibalas oleh Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan
karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak agar penulis dapat memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan diri di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan menambah
pengetahuan umumnya bagi keluarga besar Politeknik Negeri Bandung.

Bandung, 04 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI.ii
BAB I PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang.1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................1
BAB II LANDASAN TEORI..2
2.1 Visi dan Misi Pendidikan Islam...................3
2.2 Reformulasi Tujuan Pendidikan Islam.4
2.3 Kurikulum Pendidikan Islam...5
BAB III SIMPULAN ...................................................................6
4.1 Simpulan ......................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci kemajuan. Semakin baik kualitas pendidikan suatu

bangsa atau masyarakat, maka akan semakin baik pula kualitas kehidupan bangsa/masyarakat
tersebut. Fazlurrahman, sebagaimana dikutip oleh Muhaimin1 menyatakatan Setiap
reformasi dan pembaharuan dalam Islam harus dimulai dengan pendidikan.Mengingat
pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, masyarakat, maupun bangsa,
maka pendidikan harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis dan visioner
Berbicara pendidikan Islam tidak bisa terlepas dari sejarah perkembangan Islam itu
sendiri. Lahirnya Islam di Indonesia Para ahli pendidikan menemui kesulitan dalam
merumuskan definisi pendidikan. Kesulitan itu antara lain disebabkan oleh banyaknya jenis
kegiatan serta aspek kepribadian yang dibina dalam kegiatan ini. Joe Park merumuskan
pendidikan sebagai kegiatan pendidikan diletakan pada pengajaran. Sedangkan segi
kepribadian yang dibina adalah aspek kognitif dan kebiasaan.
Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya
manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh
manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah
beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu
merealisasikan tujuan hidupnya sebagai mana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup
manusi itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah.

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan dari Reformulasi Pendidikan Agama
Islam?
2. Bagaimana proses dan tahapan untuk mereformulasi Pendidikan Agama
Islam?

1.3

Tujuan
1. Untuk memberikan informasi bahwa Indonesia memiliki landasan dalam
menerapkan pendidikan di Indonesia.

2. Memberikan gambaran mengenai konsep dasar dan tujuan dalam reformulasi


pendidikan agama islam.
3. Untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana proses dan tahapan
mereformulasi pendidikan agama islam.

BAB II
LANDASAN TEORI

DINAMIKA Pendidikan Islam sampai kapanpun selalu memancing perhatian banyak


orang, baik dari kalangan institusi pendidikan maupun dari luar institusi pendidikan /
masyarakat. Bahkan tidak sedikit dari kaum ilmuwan di luar negeri ikut membicarakan,
meneliti dan merespon eksistensi pendidikan Islam ini. Sebut saja misalnya, Karel A.
Steenbrink yang meneliti keberadaan pendidikan Islam, mulai asal-usul pertumbuhan,
perkembangan,dan proses modernisasinya di Nusantara ini. Pendidikan Islam sebagai agen
pencerahan dan penyelamatan hidup manusi sangat membutuhkan pondasi yang kuat, arah
yang jelas dan tujuan yang utuh.Melaluipandangan-pandangan diatas, maka pendidikan Islam
dapat dilihat dari konsep dasar dan opersaionalnya serta praktik penyelenggaraannya. Secara
ringkas, Muhaimin membuat rumusan tiga pengertian sebagai berikut2:
1) Pendidikan Islam adalah pendidikan menurut Islam atau pendidikan Islami, yakni
pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental
yang terkandung dalam sumebr dasarnya, yaitu al-Quran dan as-Sunnah. Dalam
pengertian yang pertama ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori
pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumbersumber dasar tersebut dan bertolak dari spirit Islam.
2) Pendidikan Islam adalah pendidikan keislaman atau pendidikan agama Islam, yakni
upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran dan nilai-nilainya, agar menjadi way of
life (pandangan hidup) dan sikap hidup seseorang.
3) Pendidikan Islam adalah pendidikan dalam Islam, atau proses dan praktik
penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam realitas sejarah
umat Islam.
Melalui pondasi arah dan tujuan tersebut diharapkan idealitas pendidikan Islam seperti yagn
tersirat dalam sumber ajaran Islam (Al-Quran dan Hadist) senantiasa mendorong umatnya
menjadi orang atau kelompokyang berkualitas (berilmu), beriman, dan punya kesolehan yang
tinggi.
Meskipun secara konseptual pendidikan Islam masih mengalami perbedaan
pandangan, akan tetapi dalam implementasi dan tujuan yang dicita-citakannya sama.
Perbedaan tersebut terjadi karena cara pandang mereka juga berbeda-beda dalam memahami
hakekat, luang lingkup dan fungsi Islam. Paling tidak ada 4 versi pandangan :

1. Islam sebagai agama terakhir dan penyempurna dari agama-agama wahyu


sebelumnya.
2. Islam hanya mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan.
3. Islam bukanlah sebuah sistem kehidupan dan praktis dan baku, melainkan sebuah
sistem nilai dan norma secara dinamis.
4. Islam adalah agama petunjuk hidup yang menghidupkan.
Seiring dengan perubahan zaman, pendidikan Islam ini harus berbenah diri dalam
rangka menghasilkan generasi baru yang mempunyai kekokohan spiritual, keluruhan akhlak,
kematangan profesional dan keluasan ilmu, disamping menyiapkan memenuhi standar
kebutuhan lapangan kerja. Secara filosofis, pendidikan bertujuan untuk mengembang potensi
manusia kearah yang maksimal. Potensi yang diberikan oleh Tuhan tidak akan berkembang
sendirinya tanpa dukuangan pendidikan yang memadai. Sehingga orientasi pendidikan tidak
hanya memasuki wilayah fisiologis, melainkan juga harus merambah kawasan spiritual
psikologis serta nilai-nilai etis (akhlak).

2.1

Visi dan Misi Pendidikan Islam

Menurut Tobroni (2008) menjelaskan bahwa visi dan misi pendidikan Islam itu harus
mampu membawa cita-cita mulia yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam, menghargai ilmu
dan orang yang berilmu, membangun peradaban di era informasi dan penyelamat peradaban
umat Islam.
Pendidikan Islam sebagai poros utama untuk mendorong perubahan perilaku dan
watak manusia agar menjadi khaira ummah (kaum yang berkualitas). Melalui pendidikan
Islamlah sosok generasi akan terwujud kesadaran sebagai Abdullah dan sekaligus
khalifatullah secara utuh. Suatu generasi yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia,
terampil dan istiqamah kepada nilai-nilai kebenaran, keadilan, kasih sayang dan selalu
berkarya kebajikan untuk bersama.
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, mendorong umatnya
untuk menuntut ilmu sampai ajal datang. Para ahli hikmah mengilustrasikan bahwa ilmu
adalah kekuatan, mukzizat, perisai, yang akan melindungi pemiliknya dari kehancuran.
Dalam panggung sejarah kita menyaksikan bahwa bangsa yang kuat adalah bangsa yang
mampu menguasai ilmu pengetahuan, yang dapat menciptakan kemakmuran, kesejahteraan

dan kehormatan. Karena itu pendidikan Islam sangat menghargai ilmu, tidak saja ilmu agama
tetapi juga ilmu dunia / umum.
Setelah memilikiilmu yang kuat, generasi nanti mampu membangun peradaban baru
yang elegan di percaturan dunia informasi. Budaya dan transformasi nilai-nilai sosial harus
lebih baik dengan didukung oleh teknolohi informasi yang sedemikian pesat. Melalui
pendidikan Islam diangankan tercipta sebuah peradaban baru yang etis dan humanis. Suatu
peradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai fitrah kemanusiaan yang sesuai dengan aturan
illahi.
Pendidikan Islam membawa misi untuk menjadikan manusia yang setiap waktu sadar
untuk berbuat kebajikan, keadilan, kasih sayang dan bermanfaat bagi orang lain. Misi
tersebut juga selaras dengan tujuan yang dirumuskan pendidikan nasional tentang sosok
manusia sempurna. Profil manusia Indonesia yang berkepribadian tangguh secara lahiriah
dan batiniah, mampu menjalin hubungan vertikal dengan Tuhan-Nya dan hubungan
horizontal kepada sesama manusia, memberikan makna positif bagi kemajuan dan
keharmonisan hidup bangsa dan umat manusia.

2.2

Reformulasi Tujuan Pendidikan Islam

Membahas tujuan pendidikan Islam sangatlah penting untuk melahirkan formulasi


yang gamblang untuk memberikan pencerahan di masa yang akan datang formulasi
pendidikan Islam biasanya dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif manusia (pribadi),
perspektif masyarakat (makluk sosial). Perspektif manusia ideal digambarkan seperti manusia
kamil, insan cita, manusia paripurna, manusia berkualitas, manusia unggul, manusia bertakwa
dan lain sebagainya.
Agar tujuan pendidikanIslam efektif, dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang
terpadu, seperti pendekatan melalui normatif filosofis, pendekatan melalui analisa historis,
dan pendekatan melalui analisa ilmiah tentang realita kehidupan yang aktual.
Reformulasi

berasal

dari

gabungan

re

dan

formulasi

yang

mempunyai arti merumuskan ulang. Secara terminologis, reformulasi


berarti

merumuskan

ulang

pelaksanaan pendidikan Islam.

atau

merancang

ulang

konsep

dan

Reformulasi pendidikan Islam diperlukan, dikarenakan pendidikan,


khususnya pendidikan Islam mempunyai banyak masalah yang muncul.
Diantara permasalahan pendidikan di Indonesia yaitu:
1. Pemerataan pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana
sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluasluasnya

kepada

seluruh

warga

Negara

untuk

memperoleh

pendidikan, sehingga menjadi wahana bagi pembangunan sumber


daya manusia untuk menunjang pembangunan.
2. Mutu pendidikan
Mutu pendidikan menjadi suatu masalah jika hasil pendidikan
belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu
hasil pendidikan dilihat dari kualitas output yang dihasilkan oleh
sekolah tersebut. Konsep pendidikan Islam menurut Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual

keagamaan,

pengendalian

diri,

kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan


dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sesuai dengan konteks Indonesia, pendidikan

Islam

sangat

dipengaruhi oleh budaya, ideology, dan cara keberagamaan yang


kuat. Oleh karenanya, kurikulum pendidikan Islam diformat yang
mampu

menyentuh

dikehendaki

oleh

sesuatu
nilai-nilai

yang

substansial

budaya,

ideologi

seperti
dan

yang
tingkat

keberagamaan yang terdapat dalam bangsa ini. Kontekstualisasi


kurikulum pendidikan Islam diharapkan memberikan kontribusi yang
positif terhadap prilaku peserta didik, terutama pembetukan budi
pekerti, kesadaran spiritualitas keagamaan, serta kematangan
intelektual dan profesional.
3. Masuknya budaya westernisasi
Modernitas berasal dari perkataan modern yang berarti segala sesuatu yang
berkaitan dengan kehidupan masa kini.Lawan dari modern adalah kuno, yaitu segala

sesuatu yang berkaitan dengan masa lampau. 3 Jadi modernitasBila dikaitkan dengan
peradaban, maka modern identik dengan barat, karena peradaban modern terbentuk
setelah bangsa-bangsa Eropa melampaui masa abad pertengahan yang dikenal dengan
istilah Renaissanse yang artinya kelahiran kembali.

Banyak pemikir terkenal

seperti Gabriel Almond, James Coleman, Karl Deutsch, Mc.T. Kahin, kelompok
pluralis dan liberalis, beranggapan bahwa modernisasi identik dengan westernisasi,
sekularisasi, demokratisasi, dan liberalisasi. Pengertian tersebut menghasilkan sebuah
hipotesis bahwa religiousitas (sikap keberagamaan) akan bertentangan dengan
modernisasi. Dan mereka mengungkapkan bahwa bangsa-bangsa yang dianggap
modern adalah bagian dari tradisi Eropa (termasuk Amerika Serikat).
Dilihat dari aspek pendidikan, para ahli pendidikan Islam telah mengidentifikasi
berbagai krisis dan fenomena masyarakat modern di antaranya adalah:
1. Krisis nilai-nilai.
Krisis nilai berkaitan dengan masalah sikap menilai sesuatu perbuatan tentang
baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah, dan hal lain yang
menyangkut prilaku etis individual dan sosial.
2. Krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik.
Masyarakat mulai mengubah pandangan tentang cara hidup bermasyarakat
yang baik dalam bidang ekonomi, politik, kemasyarakatan, dan implikasinya terhadap
kehidupan individual.
3. Adanya kesenjangan kredibilitas
Dalam masyarakat modern, dirasakan adanya erosi kepercayaan terhadap
orang tua, guru, ulama, rumah ibadah, penegak hukum dan lainnya. Mereka mulai
diremehkan orang yang semestinya menaati dan mengikuti petuah-petuahnya.
4. Kurangnya sikap idealisme dan citra remaja kita tentang peranannya di masa datang.
5. Makin membesarnya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin.
6. Makin bergesernya sikap manusia ke arah pragmatisme yang akan mengarah kepada
materialisme dan individualisme.
7. Makin menyusutnya jumlah ulama tradisional dan kualitas keilmuan yang
dimilikinya.4

Begitu besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh budaya barat. Oleh karena itu,
pendidikan Islam perlu mengadakan langkah preventif guna menyelamatkan generasi
muda dari pengaruh barat yang semakin meluas.
Pendekatan normatif-filosfis mengajak semua manusia komitmenmenegakan nilai
kebenaran dan keadilan dalam berbagai dimensianya, baik dibidang sisoal, ekonomi, politik
dan budaya. Dengan merujuk pada ajaran wahyu dan sunnah, setiap manusia harus
bisaberlaku adil dan benar. Pendekatan ini jugamenekankan pentingnya mengkedepankan
aspek

akhlak

sebagai

pondasi

pendidikan.Selain

itu,

juga

membangun

pondasi

akidah/spiritual yang kuat sebagai sentral keyakikanan seseorang.


Tujuan pendidikan Islam merupakan kelanjutan misi besar yang terkandung dalam
Wahyu ilahi dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Merujuk pada 2 sumber utama itulah,
pendidikan Islam harus bersentuhan dengan segala dimensi kehidupan. Tidak hanya seputar
pendidikan agama, melainkan juga menyentuh persoalan-persoalan sosioal, kultural,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Pendidikan tidak ingin melahirkan generasi yang berat
sebelah. Artinya suatu generasi yang hanya mementingkan satu dimensi keilmuan, sementara
yang lain dipandang tidak penting. Model pendidikanIslam semacam ini justru akan terjebak
pada formulasi yang mengarah terjadinya dikhotomi ilmu.
Untuk menghindarimodel formulasi dikhotomi tersebut, pendidikan Islam harus
kontekstual sesuai dengan persoalan hidup seperti yang diajarkan Al-Quran dan sunnah nabi.
Kontekstualisasi pendidikan dengan persoalan zaman adalah pilihan strategis dan rasional
yang relevan dengan semangat dan spirit doktrin Islam. Pendidikan Islam harus mengambil
pola-pola yang modern,tetapi tidak mengesampingkan nilai-nilai spiritualitas dan akhlakul
karimah
.M. Amin Abdullah yang mengajukan beberapa alternatif formulasi pendidikan Islam
yang dapat diterapkan, diantaranya :
1. Memperkenalkan kepada para siswa persoalan-persoalan modernitas yang dihadapi
umat Islam saat ini dan mengajarkan pendekatan keilmuan sosial keagamaan yang
saat ini berkembang.
2. Pembelajaran ilmu-ilmu keislaman tidak selalu bersifat doktrinal, melainkan
disampaikan melalui pendekatan sejarah dari doktrin-doktrin tersebut sehingga
4

memunculkan telaah kritis yang apresiatif konstruktif terhadap khazanah intelektual


klasik sekaligus melatih merumuskan ulang pokok-pokok rumusan realisasi doktrin
agama yang sesuai dengan tantangan dan tuntutan zaman.
3. Pembelajaran yang bertumpu pada teks (nash) perlu diimbangi dengan analisa yang
mendalam dan cerdas terhadap konteks dan realitasnya.
4. Pengajaran tasawuf atau pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual sangat
diperlukan dan pelaksanaan pendidikan Islam tidak terlalu menekankan pada aspek
kognitif siswa (intelektual).Pendidikan agama Islam tidak hanya diarahkan kepada
pembentukan kesalehan individual tetapi juga mengembangkan pembentukan
kesalehan sosial.
Menurut pendapat Hujair AH. Sanaky ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk
memformulasikan kembali pendidikan Islam sebagaimana mestinya, yaitu:5
1. Lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu mendesain ulang fungsi pendidikannya,
dengan memilih apakah:
a. Model pendidikan yang mengkhususkan diri pada pendidikan keagamaan saja
sudah sesuai dengan perubahan zaman.
b. Model kurikulumnya sudah integratif antara materi-materi pendidikan umum dan
agama,
c. Model pendidikan sekuler modern dan mengisinya dengan konsep-konsep Islam,
d. Menolak apapun produk pendidikan barat,
e. Pendidikan agama tidak dilaksanakan di sekolah-sekolah tetapi dilaksanakan di
luar sekolah.

2. Pendidikan harus diarahkan pada dua dimensi, yakni:


a. Dimensi dialektika (horisontal), pendidikan hendaknya dapat mengembangkan
pemahaman tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam atau
lingkungan sosialnya. Manusia harus mampu mengatasi tantangan dan kendala
dunia sekitarnya melalui pengembangan Iptek, dan
b. Dimensi ketundukan vertikal, pendidikan selain menjadi alat untuk memantapkan,
memelihara sumber daya alami, juga menjembatani dalam memahamai fenomena
dan misteri kehidupan yang abadi dengan Maha Pencipta. Berarti pendidikan
harus disertai dengan pendekatan hati.

2.3

Kurikulum Pendidikan Islam

Berbicara tentang kurikulum adalah berbicara tentang kontens dan struktur keilmuan
dalam pendidikan. Kurikulum sebagai komponen utama harus mendapat aksentuasi yang
mendalam bagi setiap pengembang dan praktisi di setiap satuan pendidikan. Kurikulum
pendidikan Islam, seperti yang diinginkan para pakar dan ahli pendidikan Islam, harus
dibangun dari formulasi pemahaman terhadap wahyu dan realitas empirik yang memadahi.
Kurikulum pendidikan Islam diarahkan bagaimana menyiapkan lulusan yang
memiliki karakter dan jiwa yang utuh. Selain itu, mereka juga punya ketrampilan dan
keahlian yang handal yang dibutuhkan untuk hidup dan kehidupan ini.
Kurikulum pendidikan Islam memiliki misi untuk menjabarkan pesan kitab suci dan
sunnah Nabi agar dapat membenahi kualitas hidup manusia kearah lebih baik. Sesuai dengan
konteks Indonesia, pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh budaya, ideologi dan cara
keberagamaan yang kuat. Oleh karenanya, kurikulum pendidikan Islam diformat yang
mampu meyentuh sesuatu yang substansial seperti yang dikehendaki oleh nilai-nilai budaya,
ideologi dan tingkat keberagamaan yang terdapat dalam bangsa ini. Kontekstualisasi
kurikulum pendidikan Islam diharapkan memberikan kontribusi yang positif terhadap prilaku
peserta didik.
Secara keseluruhan mata pelajaran yang diajarkan disekolah, merupakan jabaran dari
kurikulum yang hakekatnya tidak ada yang terpisah dari konteks ajaran wahyu dan sunnah.
Kalau pendidikan Islam hanya mengajarkan masalah ubudiyah saja,maka akan melahirkan
kesalehan pribadi saja. Sedang tujuan pendidikan Islam tidak menghendaki seperti itu.
Kurikulum pendidikan Islam harus dibangun secara integral antara dimensi
kewahyuan, dimensi kealaman dan dimensi social kemanusiaan. Melalui integralisasi
dimensi-dimensi tersebut, kurikulum pendidikan Islam dimaksudkan untuk memecahkan
problematika dalam dunia pendidikan (Islam). Secara filosofis, tingkatkemajuan hidup
manusia sangat ditentukan oleh rekayasa pendidikanyang berbasis kurikulum unggul, maju
dan integral. Atas dasar itulah kurikulum pendidikan Islam tidak boleh mengalami stagnasi
inovasi dan memikirkan masa depan yang akan berkembang.
Kurikulum pendidikan Islam harus menjadi kekuatan (power) yang ampuh untuk
menghadapi wacana kehidupan manusia, persoalan-persoalan baru muncul dengan aneka

ragam bentuknya. Tantangan semacam harus direspons secara apresiatif agar kurikulum
pendidikan Islam tidak dikatakan sebagai out off date (ketinggalan zaman).
Refleksi pemikiran dan rumusan kurikulum pendidikan Islam harus bernafaskan
kekinian ( up to date ). Dalam kacamata historis memang boleh melihat masa lalu sebagai
pelajaran, tetapi jangan sampai lupa menaruh perhatian masa kini dan mendatang sebagai
modal untuk melakukan improvisasi dan perubahan yang mendasar.
Supaya pendidikan Islam tidak terpelosok ke dalam lubang kehancuran, maka proses
improvisasi kurikulum harus dilakukan terus-menerus setiap waktu. Kurikulum pendidikan
Islam harus mencari terobosan baru yang sesuai dengan nafas pola hidup umat manusia yang
menitik beratkan nilai kemajuan dan terbebas dari kebodohan dan kemiskinan. Sebab secara
substantive , antara kebodohan dan kemiskinan itu merupakan dua sifat manusia yang
mengkristal dan menjadi lawan nyata bagi dunia pendidikan pada umumnya.
2.4 Pentingya Reformulasi Pendidikan Islam di Indonesia
Reformulasi berasal dari gabungan re dan formulasi yang
mempunyai arti merumuskan ulang. Secara terminologis, reformulasi
berarti

merumuskan

ulang

atau

merancang

ulang

konsep

dan

pelaksanaan pendidikan Islam.


Reformulasi pendidikan Islam diperlukan, dikarenakan pendidikan,
khususnya pendidikan Islam mempunyai banyak masalah yang muncul.
Diantara permasalahan pendidikan di Indonesia yaitu6:
4. Pemerataan pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana
sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluasluasnya

kepada

seluruh

warga

Negara

untuk

memperoleh

pendidikan, sehingga menjadi wahana bagi pembangunan sumber


daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila banyak
warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat
ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena
kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Di tanah air kita,
pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan dalam Undang-undang
6 Umar Tirta Raharja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.
227.

No. 4 tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di


sekolah. Pada bab XI pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak
yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syaratsyarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada
sekolah itu dipenuhi.
5. Mutu pendidikan
Mutu pendidikan menjadi suatu masalah jika hasil pendidikan
belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu
hasil pendidikan dilihat dari kualitas output yang dihasilkan oleh
sekolah tersebut.
Pendidikan Islam selama ini masih dianggap gagal
dalam

membimbing

anak

didiknya

menuju

hasil

yang

diharapkan. Idealnya, konsep pendidikan Islam menurut Undangundang No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual

keagamaan,

pengendalian

diri,

kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan


dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Namun relitanya masyarakat khususnya
sekolah

miskin

solidaritas,

intoleransi,

anak

krisis

usia
moral

(maraknya pornografi dan porno aksi) serta krisis spiritual


(meremehkan perintah-perintah ibadah).
Pendidikan Islam seharusnya mampu mengentaskan Indonesia
dari masalah-masalah diatas. Kurikulum pendidikan Islam, seperti
yang diinginkan para pakar dan ahli pendidikan Islam, harus
dibangun dari formulasi pemahaman terhadap wahyu dan realitas
empirik yang memadai.
Kurikulum pendidikan

Islam

diarahkan

bagaimana

menyiapkan lulusan yang memiliki karakter dan jiwa yang


utuh.Selain itu, mereka juga punya ketrampilan dan keahlian
yang handal yang dibutuhkan untuk hidup dan kehidupan
ini.Dalam konteks seperti saat ini, kurikulum pendidikan
Islam diorientasikan secara adaptif dan benar-benar nyata

untuk

memberikan

moral,

perlawanan

kemerosotan

terhadap

spiritual

dan

kemerosotan

rendahnya

mutu

pengetahuan serta kemampuan (skill).


Kurikulum pendidikan Islam memiliki misi untuk menjabarkan
pesan kitab suci dan sunnah Nabi agar dapat membenahi kuliatas
hidup manusia ke arah lebih baik. Suatu misi (risalah) kemanusiaan
yang sangat mulia dalam rangka membentuk sikap mental lulusan
yang berperadaban dan menjunjung tinggi nilai insani.
Sesuai dengan konteks Indonesia, pendidikan Islam
sangat

dipengaruhi

keberagamaan

yang

oleh

budaya,

kuat.

Oleh

ideology,

dan

karenanya,

cara

kurikulum

pendidikan Islam diformat yang mampu menyentuh sesuatu


yang substansial seperti yang dikehendaki oleh nilai-nilai
budaya, ideologi dan tingkat keberagamaan yang terdapat
dalam

bangsa

ini.Kontekstualisasi

Islam

diharapkan

memberikan

kurikulum

kontribusi

pendidikan

yang

positif

terhadap prilaku peserta didik, terutamapembetukan budi


pekerti,

kesadaran

spiritualitas

keagamaan,

serta

kematangan intelektual dan profesional7.


Refleksi pemikiran dan rumusan kurikulum pendidikan
Islam harus bernafaskan kekinian (up to date).Dalam kaca
mata historis memang boleh melihat masa lalu sebagai
pelajaran

(ibrah),

tetapi

jangan

sampai

lupa

menaruh

perhatian masa kini dan mendatang sebagai modal untuk


melakukan

improvisasi

dan

perubahan

yang

mendasar. Supaya pendidikan Islam tidak terpelosok ke


dalam

lubang

kehancuran,

maka

proses

improvisasi

kurikulum harus dilakukan terus-menerus setiap waktu.


Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi
kurikulum pendidikan Islam jangan pernah berhenti, jika

7Mujtahid.http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.com/2010/05/upayareformulasi-pendidikan-islam.html, diakses pada tanggal 2 Maret 2014, pukul


09:23.

memang

ingin

menjaga

kepercayaan

(amanat)

dan

menegakkan kemajuan masyarakat.


Kurikulum pendidikan Islam harus mencari terobosan baru yang
sesuai dengan nafas pola hidup umat manusia yang menitik
beratkan

nilai

kemajuan

kemiskinan.Sebab

secara

dan

terbebas

substantif,

dari

antara

kebodohan

dan

kebodohan

dan

kemiskinan itu merupakan dua sifat manusia yang mengkristal dan


menjadi lawan nyata bagi dunia pendidikan pada umumnya.
6. Masuknya budaya westernisasi
Modernitas berasal dari perkataan modern yang berarti segala sesuatu yang
berkaitan dengan kehidupan masa kini.Lawan dari modern adalah kuno, yaitu segala
sesuatu yang berkaitan dengan masa lampau.8 Jadi modernitas adalah suatu pandangan
dan sikap hidup dalam menghadapi kehidupan masa kini .
Bila dikaitkan dengan peradaban, maka modern identik dengan barat, karena
peradaban modern terbentuk setelah bangsa-bangsa Eropa melampaui masa abad
pertengahan yang dikenal dengan istilah Renaissanse yang artinya kelahiran
kembali.9Banyak pemikir terkenal seperti Gabriel Almond, James Coleman, Karl
Deutsch, Mc.T. Kahin, kelompok pluralis dan liberalis, beranggapan bahwa
modernisasi identik dengan westernisasi, sekularisasi, demokratisasi, dan liberalisasi.
Pengertian tersebut menghasilkan sebuah hipotesis bahwa religiousitas (sikap
keberagamaan) akan bertentangan dengan modernisasi. Dan mereka mengungkapkan
bahwa bangsa-bangsa yang dianggap modern adalah bagian dari tradisi Eropa
(termasuk Amerika Serikat).10
Dilihat dari aspek pendidikan, para ahli pendidikan Islam telah mengidentifikasi
berbagai krisis dan fenomena masyarakat modern di antaranya adalah:
8. Krisis nilai-nilai.

8 Sayidiman Suryohadiprojo, dalam Islam Universal, Nurkholis Madjid, dkk.,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) hlm. 145.
9Ibid., hlm.146-147.
10 A. Qodri Azizy, Melawan Globalisasi, Reinterpretasi Ajaran Islam, Persiapan
SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),
hlm. 8.

Krisis nilai berkaitan dengan masalah sikap menilai sesuatu perbuatan tentang
baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah, dan hal lain yang
menyangkut prilaku etis individual dan sosial.
9. Krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik.
Masyarakat mulai mengubah pandangan tentang cara hidup bermasyarakat
yang baik dalam bidang ekonomi, politik, kemasyarakatan, dan implikasinya terhadap
kehidupan individual.
10. Adanya kesenjangan kredibilitas
Dalam masyarakat modern, dirasakan adanya erosi kepercayaan terhadap
orang tua, guru, ulama, rumah ibadah, penegak hukum dan lainnya.Mereka mulai
diremehkan orang yang semestinya menaati dan mengikuti petuah-petuahnya.
11. Kurangnya sikap idealisme dan citra remaja kita tentang peranannya di masa datang.
12. Makin membesarnya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin.
13. Makin bergesernya sikap manusia ke arah pragmatisme yang akan mengarah kepada
materialisme dan individualisme.
14. Makin menyusutnya jumlah ulama tradisional dan kualitas keilmuan yang
dimilikinya.11
Begitu besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh budaya barat.Oleh karena itu,
pendidikan Islam perlu mengadakan langkah preventif guna menyelamatkan generasi muda
dari pengaruh barat yang semakin meluas.
M. Amin Abdullah yang mengajukan beberapa alternatif formulasi pendidikan Islam
yang dapat diterapkan, diantaranya :
5. Memperkenalkan kepada para siswa persoalan-persoalan modernitas yang dihadapi
umat Islam saat ini dan mengajarkan pendekatan keilmuan sosial keagamaan yang
saat ini berkembang.
6. Pembelajaran ilmu-ilmu keislaman tidak selalu bersifat doktrinal, melainkan
disampaikan melalui pendekatan sejarah dari doktrin-doktrin tersebut sehingga
memunculkan telaah kritis yang apresiatif konstruktif terhadap khazanah intelektual
klasik sekaligus melatih merumuskan ulang pokok-pokok rumusan realisasi doktrin
agama yang sesuai dengan tantangan dan tuntutan zaman.
11 Muzayyin Arifin, Kapita selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), hlm. 3-4.

7. Pembelajaran yang bertumpu pada teks (nash) perlu diimbangi dengan analisa yang
mendalam dan cerdas terhadap konteks dan realitasnya.
8. Pengajaran tasawuf atau pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual sangat
diperlukan dan pelaksanaan pendidikan Islam tidak terlalu menekankan pada aspek
kognitif siswa (intelektual).
9. Pendidikan agama Islam tidak hanya diarahkan kepada pembentukan kesalehan
individual tetapi juga mengembangkan pembentukan kesalehan sosial.12
Pendapat Amin Abdullah di atas mewakili berbagai pandangan pembaruan pendidikan
Islam dapat diimplementasikan pada aspek materi sehingga para pendidik diharapkan
menyusun rencana pembelajaran dengan memperhatikan formula di atas.Namun demikian
tentu saja belum cukup.Reformulasi pendidikan Islam harus menyentuh pula aspek filosofis
dan metodologis. Pendidikan Islam perlu menghadirkan suatu konstruksi wacana pada
dataran

filosofis,

wacana

metodologis,

dan

juga

cara

menyampaikan

atau

mengkomunikasikannya.
Untuk menemukan formulasi yang tepat, kita perlu memperhatikan persoalanpersoalan umum internal pendidikan Islam yang harus kita kaji secara filosofis, di antaranya
yaitu:
1. Persoalan dikotomi,
2. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan Islam,
3. Persoalan kurikulum atau materi.
Menurut pendapat Hujair AH. Sanaky ada tiga langkah yang harus dilakukan
untuk memformulasikan kembali pendidikan Islam sebagaimana mestinya, yaitu:13
3. Lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu mendesain ulang fungsi pendidikannya,
dengan memilih apakah:
f. Model pendidikan yang mengkhususkan diri pada pendidikan keagamaan saja
sudah sesuai dengan perubahan zaman,
g. Model kurikulumnya sudah integratif antara materi-materi pendidikan umum dan
agama,
h. Model pendidikan sekuler modern dan mengisinya dengan konsep-konsep Islam,
i. Menolak apapun produk pendidikan barat,
j. Pendidikan agama tidak dilaksanakan di sekolah-sekolah tetapi dilaksanakan di
luar sekolah.
4. Pendidikan harus diarahkan pada dua dimensi, yakni:

12 M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multi Kultural Multi Religius,Pusat


Studi agama dan Peradaban ( PSAP) Muhammadiyah, Jakarta, hlm.78-80.
13Sanaky, Hujair AH., Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat
Madani Indonesia,(Yogyakarta: Afiria Insani Press, 2003).

c. Dimensi dialektika (horisontal), pendidikan hendaknya dapat mengembangkan


pemahaman tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam atau
lingkungan sosialnya. Manusia harus mampu mengatasi tantangan dan kendala
dunia sekitarnya melalui pengembangan Iptek, dan
d. Dimensi ketundukan vertikal, pendidikan selain menjadi alat untuk memantapkan,
memelihara sumber daya alami, juga menjembatani dalam memahamai fenomena
dan misteri kehidupan yang abadi dengan Maha Pencipta. Berarti pendidikan
harus disertai dengan pendekatan hati.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep Pendidikan Islam secara terminologis banyak dikemukakan para
tokoh yang kemudian dapat disimpulkan, pendidikan Islam adalah proses transinternalisasi
pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan,
bimbingan, pengawasan, dan pengembangan potensialnya, guna mencapai keselarasan dan
kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
Tujuan pendidikan dalam kerangka pendidikan nasional adalah untuk menumbuh
kembangkan nilai-nilai keagamaan dalam upaya mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Konsep dasar pendidikan agama bertumpu pada sudut pandang bahwa Tuhan disamping
sebagai pencipta juga berperan sebagai pengatur, karena itu menumbuh kembangkan
peradaban Illahi merupakan tujuan kurikuler dalam pendidikan agama
Reformulasi pendidikan Islam sangat diperlukan, dikarenakan pendidikan,
khususnya pendidikan Islam mempunyai banyak masalah yang muncul.
Diantara yaitu: a) mutu pendidikan, b) pemerataan pendidikan, dan c)
masuknya budaya westernisasi. Sehingga ada beberapa alternatif formulasi
pendidikan Islam yang dapat diterapkan, diantaranya yaitu: a) pembelajaran yang bertumpu
pada teks (nash) perlu diimbangi dengan analisa yang mendalam dan cerdas terhadap konteks

dan realitasnya, b) pengajaran tasawuf atau pengembangan kecerdasan emosional dan


spiritual sangat diperlukan dan pelaksanaan pendidikan Islam tidak terlalu menekankan pada
aspek kognitif siswa (intelektual), c) pendidikan agama Islam tidak hanya diarahkan kepada
pembentukan kesalehan individual tetapi juga mengembangkan pembentukan kesalehan
sosial.

DAFTAR PUSTAKA

http://nursyam.uinsby.ac.id/?p=3548 (diakses pada 30 mei 2014)


http://mujtahid-komunitaspendidikan.blogspot.com/2010/05/upaya-reformulasipendidikan-islam.html (diakses pada 30 Mei 2014)
http://yeniirositaajie.blogspot.com/2013/04/pokok-pokok-pemikiran-tentang.html
(diakses pada 30 Mei 2014)
http://ebud10.blogspot.com/2012/11/reformulasi-pendidikan-agama.html (diakses
pada 30 Mei 2014)
https://www.academia.edu/Download (diakses pada 30 Mei 2014)
http://patihfathullah.blogspot.com/2010/07/reformulasi-pendidikan-islam.html
(diakses pada 30 Mei 2014)

Anda mungkin juga menyukai