Anda di halaman 1dari 18

PENGERTIAN, TUJUAN, OBJEK DAN METODE PEMBELAJARAN

SEJARAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam

Dosen pengampu mata kuliah: Dr. Irfan Ahmad Zain, M.Pd.

Disusun Oleh:

Neng Vera Fachriyah 2210040066

Wilam Nafilah Robaeah 2210040076

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul PENGERTIAN, TUJUAN, OBJEK DAN
METODE PEMBELAJARAN SEJARAH.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam dengan dosen pengampu Bapak Dr. Irfan Ahmad Zain, M.Pd.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pengertian, Tujuan dan
Metode Pembelajaran Sejarah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

 Bandung, September 2021

Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Sejarah
1. Pengertian Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja
diciptakan. Di sana semua komponen pembelajaran diperankan secara optimal
guna mencapai tujuan pengajaran dilaksanakan. Belajar merupakan proses
interaktif di mana siswa mencoba untuk memahami informasi baru dan
mengintegrasikannya ke dalam apa yang mereka sudah ketahui (Earl, 2006).
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari Bahasa Inggris Instruction,
yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini
banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holistik yang menempatkan
peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang dapat diasumsikan dapat
mempermudah peserta didik mempelajari sesuatu lewat berbagai macam
media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan
sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan
guru, yang awalnya sebagaiaa sumber belajar, berubah peran sebagai
fasilitator dalam pembelajaran (Fathurrahman, 2018).
(Dick-Carey, 2005) mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian
peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana
dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Dalam hal ini ada
suasana interaktif antara guru yang mengorganisasikan dan menyediakan
kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran dengan
peserta didik yang belajar.
Pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan
hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, melainkan suatu proses
pembentukan perilaku siswa. Dalam suatu proses pembelajaran yaitu suatu
usaha untuk membuat siswa belajar, sehingga situasi tersebut merupakan
peristiwa belajar (event of learning) yakni usaha untuk terjadinya perubahan
tingkah laku dari siswa. Perubahan tingkah laku dapat terjadi karena adanya
interaksi antara siswa dengan lingkunganya.
2. Pengertian Sejarah
Istilah sejarah dirunut dari kata syajarotun (Bahasa Arab) yang berarti
pohon kayu. Istilah ini membawa kecendrungan pengertian sejarah sebagai
suatu silsilah, asal usul, pertumbuhan dan perkembangan suatu peristiwa yang
berkesinambungan. Istilah sejarah juga dapat dirunut dari kata historia
(bahasa Yunani Kuno) yang kemudian berkembang menjadi history (bahasa
Inggris). Istilah historia atau history mengandung pengertian belajar dengan
bertanya-tanya (Syamsuddin, 2007).
Kata sejarah dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu,
yang diambil dari kata syajarah. Kata syajarah masuk kedalam bahasa
Melayu setelah akulturasi cukup panjang (asimilasi dalam kebudayaan)
dengan kebudayaan Indonesia juga dengan kebudayaan Islam semenjak abad
ke 13. Pada abad inilah, secara konvensional disepakati bahwa investasi dan
discoveri berjalan dialektis, yang pada giliannya melahirkan realitas bahasa
yang sampai kini dijadikan Bahasa lingua franca oleh bangsa Indonesia
(Abdillah, 2012).
Hal ini sejalan dengan Supardan (2008: 287) menyatakan bahwa ada
pula peneliti yang menganggap bahwa arti kata syajarah tidak sama dengan
kata sejarah, sebab sejarah bukan saja bermakna sebagai pohon keluarga, asal
usul, atau silsilah. Walaupun demikian, diakui bahwa ada hubungan antara
kata syajarah dengan kata sejarah, seseoramg yeng mempelajari sejarah
berkitan dengan cerita, silsilah riwayat dan asal usul tentang seseorang atau
kejadian.
Didalam memberikan istilah sejarah, (Syamsuddin, 2007) menyatakan
bahwa istilah historia atau history juga mengandung pengertian sebagai
pertelaan tentang hal ihwal manusia secara kronologis. Istilah-istilah tersebut
telah memberikan landasan dalam pendefinisian konsep sejarah selanjutnya.
Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Kochhar (2008: 3), bahwa sejarah
merupakan ilmu yang mengkaji tentang aktivitas manusia pada masa lampau,
baik pada bidang politik, militer, sosial agama, ilmu pengetahuan dan hasil
kreativitas seni. Pandangan seperti ini cenderung menempatkan sejarah
sebagai kajian terhadap peristiwa-peristiwa pada masa lampau. Terdapat
beberapa aspek ruang, waktu, peristiwa, perubahan dan kesinambungan.
Dengan demikian bahwa pengertian sejarah yang dipahami sekarang ini dari
alih bahasa Inggris, yakni history yang bersumber dari bahasa Yunani kuno
historia yang berarti belajar dengan cara bertanya-tanya. Kata historia
diartikan sebagai telaahan mengenai gejala-gejala (terutama hal ihlwal
manusia) dalam urutan kronologis.
Sjamsuddin (2007: 5) menyatakan bahwa sejarah dikembangkan
berdasarkan metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
dihadapan masyarakat ilmiah. Berdasarkan kenyataan seperti itu, maka
sejarah dikategorikan sebagai bagian ilmu-ilmu sosial mengingat focus
kajiannya adalah manusia. Oleh karena itu, menurut Ismaun (2005: 24) bahwa
melalui berbagai kajian sejarah yang mendalam terhadap berbagai pendapat
dan pengalaman orang-orang bijak di masa lalu, sekalipun nilai-nilai dalam
sejarah itu hanya berupa pengalaman-pengalaman manusia, tapi tidak bisa
dibantah bahwasanya manusia itu pada umumnya gemar menggunakan
pengalaman-pengalaman itu sebagai pedoman atau contoh untuk memperbaiki
kehidupannya. Mengenai peranan dan kedudukan sejarah para ahli sejarah
sepakat membagi menjadi tiga yaitu sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai
ilmu dan sejarah sebagai cerita. Ibnu Khaldun dalam Mukaddimah yang
dikutif oleh Sulasman (2014: 17) menyatakan bahwa sejarah sebagai catatan
tentang masyarakat untuk manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan
yang terjadi pada masyarakat atau tentang segala macam perubahan yang
terjadi dalam masyarakat saat ini.
3. Pengertian Pembelajaran Sejarah
Pada dasarnya, pembelajaran sejarah mempunyai tujuan yang sesuai
dengan UU Pendidikan Nasional yang dapat memberikan arah bagi
pembangunan bangsa. Dalam kaitan mengenai aspek kognitif yang diterima
siswa dalam pembelajaran sejarah memiliki peran yang penting untuk
membangun karakter, hal ini sejalan dengan yang ditulis oleh (Sardiman,
2012) menyatakan bahwa pembelajaran sejarah sebenarnya memiliki peran
yang sangat penting dalam pembangunan karakter bangsa. Pembelajaran
sejarah, akan mengembangkan aktifitas peserta didik untuk melakukan telaah
berbagai peristiwa, untuk kemudian dipahami dan diinternalisasikan berbagai
nilai yang ada dibalik peristiwa itu sehingga melahirkan contoh untuk
bersikap dan kemudian bertindak.

Dalam konteks yang lebih sederhana, pembelajaran sejarah sebagai


bagian dari sistem kegiatan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
merupakan kegiatan belajar yang menunjuk pada pengaturan dan
pengorganisasian lingkungan belajar mengajar sehingga mendorong serta
menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar dan mengembangkan diri.
Kedua ranah tersebut harus selalu ada dalam pembelajaran sejarah. Hakikat
tujuan dalam pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa, baik perubahan
perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pengembangan
perilaku dalam bidang kognitif adalah pengembangan kemampuan
pengetahuan siswa. Pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah
pengembangan sikap peserta didik, pengembangan perilaku psikomotorik
adalah pengembangan kemampuan motorik peserta didik (Wahyuni, 2013) .

Dalam pembelajaran sejarah terdapat tujuan yang umum sehingga


dapat bermakna bagi peserta didik, bahwa tujuan pembelajaran sejarah
idealnya adalah membantu peserta didik meraih kemampuan sebagai berikut:
(1) memahami masa lalu dalam konteks masa kini, (2) membangkitkan minat
terhadap masa lalu yang bermakna, (3) membantu memahami identitas diri,
keluarga, masyarakat dan bangsanya, (4) membantu memahami akar budaya
dan inter relasinya dengan berbagai aspek kehidupan nyata, (5) memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang negara dan budaya bangsa lain di
berbagai belahan dunia, (6) melatih berinkuiri dan memecahkan masalah, (7)
memperkenalkan pola berfikir ilmiah dari para ilmuwan sejarah, dan (8)
mempersiapkan peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk mencapai tujuan tersebut tentulah harus dapat memetakan


pembelajaran sejarah sesuai dengan kontektualnya, sehingga sejalan dengan
yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana ditulis oleh
(Johnson, 2007), bahwa pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching
and Learning (CTL) dapat dimaknai sebagai sebuah strategi pembelajaran
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
melibatkan para peserta didik dalam aktivitas penting dengan kehidupan nyata
yang dihadapi oleh para peserta didik.

Hal ini sebagaimana disarankan oleh Supriatna (2007: 11) bahwa guru
dalam pembelajaran sejarah dapat menggunakan struktur kronologis sambil
memfokuskan pada topik tertentu secara mendalam serta sambal
mengembangkan isu-isu kritis dan beragam perspektif sebagai pokok bahasan,
baik yang berasal dari dokumen kurikulum serta buku teks maupun isu serta
perspektif yang berasal dari siswa. Melalui pendekatan ini, pembelajaran
sejarah bisa bersifat tematis, beorientasi pada masalah (problem solving),
menempatkan ordinary people atau orang-orang biasa sebagai subjek dalam
sejarah yang selama ini dalam sejarah konvensional tidak mendapat tempat.
Isu-isu sosial yang lebih banyak berhubungan dengan masyarakat golongan
bawah dapat terakomodasi dalam pembelajaran sejarah seperti ini.
Pembelajaran sejarah juga bertujuan agar para pelajar dapat
mempelajari pemahaman dan sikap terhadap keragaman pengalaman hidup
masyarakat pada masa lampau untuk menghadapi kehidupan pada masa kini
dan masa mendatang. Oleh karena itu, dengan pembelajaran sejarah dapat
membantu melatih siswa menjadi warga negara yang terampil, cerdas dan
berguna. Pembelajaran sejarah melatih kemampuan mental siswa seperti
berpikir kritis, dan menyimpan ingatan dan imajinasi.

Dengan pembelajaran sejarah mempercepat dan memperdalam


pemahaman secara kritis, memberikan wawasan tentang cara kerja kekuatan
sosial, ekonomi, politik, dan teknologi. Dalam pembelajaran sejarah di
sekolah menjadi krusial mengingat beberapa aspek seperti: 1) sekolah yang
menjadi bagian dari masyarakat yang lebih luas dengan segala persoalannya,
2) sekolah dapat mengembangkan nilai-nilai yang berkembang dalam
masyarakat 3) kolaborasi antara sekolah dengan masyarakat serta lembaga
lain yang menjadi sarana dialog untuk memecahkan beragam masalah sosial
yang dihadapi siswa, 4) keterbukaan sekolah untuk diakses dan mengakses
lingkungan masyarakat dapat menjadi sarana demokrasi, sebagai ideologi baru
yang kini sedang dialami oleh masyarakat Indonesia.

Mengingat begitu pentingnya pemahaman materi sejarah dan nilai


yang terkandung didalamnya, maka diperlukan aplikasi pembelajaran sejarah
yang berorientasi pada nilai. Hal ini mengingat pemahaman nilai sejarah
secara kritis menempati posisi strategis dalam sebagai bahan pendidikan
dalam rangka membentuk warga negara yang ideal. Sebagaimana ditulis oleh
Supriatna (2008: 134-135) bahwa aplikasi pembelajaran nilai sejarah perlu
pula menekankan pada masalah sosial yang aktual dan relevan yang
berkembang dalam masyarakat di suatu daerah. Oleh sebab itu pembelajaran
sejarah dalam prosesnya perlu mengaitkan nilai yang berkembang dalam
masyarakat dengan masalah sosal yang terjadi pada masa lampau dan masa
kini yang berkembang di daerah itu. Hal ini dapat membantu meningkatkan
pemahaman secara kritis peristiwa, gagasan, fenomena kesejarahan sesuai
dengan keterampilan berfikir kritis sejarah (historical thinking).

Pembelajaran kontektual juga dapat meningkatkan keterampilan sosial


peserta didik dalam rangka memecahkan masalah sosial yang dihadapi
masyarakat. Salah satu keterampilan sosial yang perlu dikembangkan adalah
kepekaan sosial dalam membentuk empati peserta didik terhadap nilai yang
berkembang dalam masyarakat sekitarnya. Dari sinilah dapat dinyatakan,
bahwa lingkungan social merupakan sumber penting dalam pembelajaran nilai
sejarah. Sumber sejarah merupakan hal yang sangat penting untuk
memberikan pengetahuan yang lebih luas baik sumber sejarah nasional
maupun sejarah lokal.

Berdasarkan pemahaman tersebut, maka pembelajaran sejarah dapat


dikatakan sebagai suatu proses kegiatan untuk mendorong dan merangsang
subyek belajar untuk mendapatkan pengetahuan sejarah dan mengahayati
nilai-nilai kemanusiaan dan kesejarahan, sehingga membawa perubahan
tingkah laku dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai dalam ilmu
sejarah. Kesadaran adalah suatu orientasi intelektual, suatu sikap jiwa untuk
memahami keberadaan dirinya sebagai manusia, anggota masyarakat, sebagai
makhluk sosial, termasuk sadar sebagai bangsa dan sadar sebagai makhluk
ciptaan Tuhan.

B. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Setiap proses pembelajaran pasti mempunyai tujuan yang akan


dicapai, demikian juga pembelajaran sejarah. Di sekolah Pengajaran sejarah
diterapkan agar setiap siswa berfikir secara historis dan memahami akan nilai-
nilai yang terkandung didalam peristiwa tersebut serta menjadikan peristiwa
sebagai pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Menurut Ismaun
(Isjoni, 2007) tujuan pembelajaran sejarah adalah :
1. Siswa mampu memahami sejarah mengandung arti: a) Memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa sejarah. b) Memilki
kemampuan berfikir secara kritis yang dapat digunakan untuk menguji
dan memanfaatkan pengetahuan sejarah. c) Memiliki keterampilan
sejarah yang dapat digunakn untuk mengkaji sebagai informasi yang
sampai kepadanya gunakan menentukan keahlian informasi tersebut. d)
Memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat
sekitarnya serta memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan
dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan analitis.
2. Siswa memiliki kesadarn sejarah mengandung arti: a) Memiliki kesadaarn
akan pentingnya dan beharganya waktu untuk dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. b) Kesadaran akan terjadinya perubahahan secara terus
menerus sepanjang kehidupan umat manusia serta lingkungannya. c)
Memiliki kemampuan untuk menyaring nilai-nilai yang terkandung dalam
sejarah, memilih serta mengembangkan nilai-nilai yang positif menjadi
milik dirinya. d) Memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengambil
teladan yang baik dan para tokoh pelaku dalam berbagai peristiwa
sejarah. e) Memiliki kemampuan kesadaran untuk tidak akan mengulangi
lagi atau menghindari dan meniadakan hal-hal yang bersifat negatif dalam
peristiwa sejarah.
3. Memilki wawasan sejarah mengandung arti: a) Memiliki wawasan
tentang kelangsungan dan perubahan (continuity and change) dalam
sejarah sebagai kesatuan tiga dimensi waktu: masa lalu, masa kini dan
masa yang akan datang. b) Memiliki wawasan terhadap tiga dimensi
waktu sejarah sebagai rangkaian kausalitas sejarah. c) Memiliki
kemampuan belajar dan pengalaman sejarah masa lampau melihat
kenyataan sekarang, dan mengutamakaan pandangan masa depanyang
lebih maju dan bermutu baik. 
Mata pelajaran sejarah diajarkan kepada peserta didik dari SD, SMP
dan SMA dan mempunyai tujuan yang diberikan sesuai dengan tingkatan
sekolah. (Isjoni, 2007) mengatakan bahwa tujuan pendidikan sejarah di SD
dan SMP adalah: 
1. Mengembangkan wawasan kebangsaan dan berbagai peristiwa sejarah.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir secara (logis).
3. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis.
4. Menghargai kepahlawanan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Mengembangkan kreatifitas.
Sedangkan menurut (Kochar, 2008) tujuan intruksi pembelajran
sejarah di Sekolah Menegah Atas, antara lain:
1. Pengetahuan: Siswa harus mendapatkan pengetahuan tentang istilah
konsep, fakta, peristiwa, simbol, gagasan, perjanjian, problem, tren,
kepribadian, kronologi, generalisasi dan lain-lain yang berkaitan dengan
pendidikan sejarah.
2. Pemahaman: Siswa harus mengembangkan pemahaman tentang istilah,
fakta, peristiwa yang penting, tren dan lain-lain yang berkaitan dengan
pendidikaan sejarah.
3. Pemikiran kritis: pelajaran sejarah harus membuat para siswa mampu
mengembangkan pemikiran kritis.
4. Keterampilan praktis: Pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu
mengembangkan keterampilan praktis dalam studinya yang memahami
fakta-fakta sejarah.
5. Minat: Pelajaran sejarah harus membuat siswa mapu mengembangkan
minatnya dalam studi tentang sejarah.
6. Perilaku: Pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu
mengembangkan perilaku sosial yang sehat.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pembelajaran
sejarah yaitu melalui pembelajaran sejarah guru dapat membantu siswa dalam
menerapkan cara siswa bertindak dan berfikir baik secara analitis, logis
maupun berfikir secara historis.
C. Objek Pembelajaran Sejarah
Objek kajian sejarah adalah Manusia Dan Masa Lalu.
Salah satu syarat sejarah sebagai ilmu adalah memiliki objek kajian sejarah.
yang dikaji di sini adalah kejadian-kejadian yang dialami manusia di masa
lalu yang merupakan sebab akibat. syarat lainnya adalah adanya metode
sejarah yang menghubungkan bukti. disusun secara sistematis berdasarkan
peristiwa paling awal kejadiannya. kebenaran fakta diperoleh dari penelitian
sumber yang disusun secara rasional dan objektif, artinya tidak boleh
ditambah atau dikurangi dalam menyusun kisah sejarah.
D. Metode Pembelajaran Sejarah

Metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan


untuk mengimplementasikan rencana yang sudah didudun dalam bentuk
kegiatan yang nyata dan praktis. Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada
umumnya metode pembelajaran klasikal hanya memperhatiakan satu aspek
saja yaitu aspek penyampaian informasi. Sedangkan sebagai pendidik
profesional, maka dituntut harus dapat merangsang terjadinya proses berpikir,
harus membantu tumbuhnya sikap kritis, serta mampu mengubah pola pikir
peserta didiknya, sehingga diperlukan penggunaan metode mengajar lainnya
yang lebih efekti dan efisien.

Adapun macam-macam metode yang dapat digunakan dalam


pembelajaran sejarah antara lain yaitu:
1. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan


menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah
siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000).
Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling
ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi
kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan
paham siswa.

Kelebihan
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Dapat diikuti siswa dengan jumlah yang banyak.
c. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
d. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.

Kekurangan
a. Membuat siswa pasif.
b. Mengandung unsur paksaan terhadap siswa.
c. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
d. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
e. Bila terlalu lama membosankan.
2. Metode Diskusi       
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana para siswa
dihadapkan pada suatu maslah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan secara bersama.
Didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara
dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah, dapat juga semuanya aktif. Metode diskusi
diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan
masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan
a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan,dan
terobosan baru dalam  memecahkan suatu masalah.
b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orag lain.
c. Memperluas wawasan.
d. Membina sisiwa untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam
memecahkan suatu masalah.
Kekurangan
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
3. Metode Karyawisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang
terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan
didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan
a. Karyawisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat apa yang dipelajari disekolalebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan di masyarakat.
c. Lebih merangsang kreativitas siswa.
d. Informasi sebagai bahan pelajaran lebih aktual dan luas.
Kekurangan
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan
utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak
didik di lapangan.
e. Memrlukan biaya yang mahal.          
4. Metode Tanya Jawab    
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dpat
pula dari siswa ke guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan paling
banyak dalam proses pendidikan, baik dilingkungan keluarga, masyarakat
maupun sekolah.
Kelebihan
a. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun
ketika siswa tersebut sedang ribut.
b. Merangsang daya pikir dan daya ingat siswa.
c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat.
Kekurangan
a. Membuat siswa menjadi tegang
b. Waktu sering terbuang percuma, ketika tidak ada siswa yang menjawab
pertanyaan.
c. Pertanyaan tidak bisa merata untuk semua siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, A. (2012). Pengntar Ilmu Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Dick-Carey. (2005). The Systematic Design Instruction. Boston: Pearson.

Earl. (2006). Western and Northern Canadian Protocol for Collaboration in


Education . WNCP.

Fathurrahman, C. C.-M. (2018). Paradigma Baru Sistem Pembelajaran, Dari Teori,


Metode, Model, Media, hingga Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz
Media.

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. .


Bandung: Alfabeta.

Johnson, E. (2007). Contextual Teaching & Learning; Menjadikan. Kegiatan


Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: MLC.

Kochar. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Grasindo.

Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Syamsuddin, A. (2007). Pskiologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Wahyuni, L. A.-S. (2013). Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit


Ombak.

Anda mungkin juga menyukai