Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUBUNGAN PENDIDIKAN DENGAN KEMAJUAN


NEGARA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir II (Tarbawiy) Semester IV

Dosen Pengampu: Azzah Nor Laila, S.Th.I., M.S.I.

Disusun Oleh :
1. Achida Umami (151310003361)
2. Muhammad Ghufron Al Asrori (151310003317)
3. M. Syafiqul Abawain (141310003299)
4. Reni Zuli Selvia (151310003308)
5. Siti Maria Ulva (151310003379)
6. Zahrotul Munawarah (151310003348)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A1


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU)


JEPARA TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puja dan puji syukur kami curahkan kehadirat Ilahi Rabbi atas curahan
nikmat dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad Saw. beserta keluarga beliau. Amiin.

Syukur alhamdulillah kami ucapkan, karena atas izin Allah Swt. dengan
kemampuan kami yang kurang ini, kami dapat menyelesaikan tugas yang
dipercayakan kepada kami untuk membuat makalah tentang Tahapan-Tahapan
dalam Belajar. Dan juga kepada rekan-rekan satu kelompok yang sudah
mengeluarkan semua kemampuannya untuk membantu dalam penyusunan
makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.

Akhir kata kami mengharapkan adanya kritik dan saran atas kekurangan
kami dalam penyusunan makalah ini, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan berguna khususnya bagi kami sendiri, mahasiswa dan juga semua pihak pada
umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jepara, 08 Juni 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Pendidikan ............................................................................................... 3
2.2 Negara ...................................................................................................... 4
2.3 Hubungan Antara Pendidikan dengan Negara ......................................... 5
2.4 Konsep Negara yang Maju/Makmur Menurut Q.S. Al-Araf ayat 96 ..... 7
2.5 Konsep Negara yang Maju/Makmur Menurut Q.S. As-Saba ayat 15 .. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 15
3.2 Saran ...................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di antara sekian banyak agenda pembangunan bangsa, pendidikan
merupakan salah satu agenda penting dan strategis yang menuntut perhatian
sungguh-sungguh dari semua pihak. Sebab, pendidikan adalah faktor penentu
kemajuan negara pada masa depan. Jika kita sebagai negara, berhasil
membangun dasar-dasar pendidikan nasional dengan baik, maka diharapkan
dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi modal manusia (human
investment) yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM)
suatu negara.
Bangsa-bangsa maju di dunia pasti ditopang oleh SDM berkualitas
sehingga memiliki keunggulan hampir di semua bidang, termasuk ekonomi.
Menurut sejumlah ahli, krisis ekonomi yang demikian dahsyat yang melanda
Indonesia, selain disebabkan oleh faktor-faktor teknis ekonomi, juga
dikarenakan terbatasnya SDM yang kita miliki. Padahal, SDM yang
berkualitas merupakan unsur penting dalam membangun daya tahan
(ekonomi) bangsa. Krisis multidimensional yang pernah melanda Indonesia
sejak pertengahan Juli 1997 hingga pengaruhnya sampai sekarang seolah
menegaskan dan semakin meyakinkan kita, betapa faktor SDM itu amat vital.
Pendidikan merupakan salah satu elemen paling penting dalam
membangun SDM yang berkulitas.Terlebih lagi memasuki abad ke-21 yang
ditandai oleh proses globalisasi, dengan persaingan yang sangat ketat, maka
negara Indonesia dituntut untuk menyiapkan SDM berkualitas yang memiliki
keunggulan kompetitif. Semua itu hanya bisa diperoleh melalui pendidikan
yang bermutu.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami membuat suatu rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian pendidikan?
2. Apa tujuan adanya pendidikan?
3. Apa pengertian negara?
4. Bagaimana hubungan antara pendidikan dengan negara?
5. Bagaimana konsep negara menurut Q.S. Al-Araf ayat 96?
6. Bagaimana konsep negara menurut Q.S. As-Saba ayat 15?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa pengertian pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa tujuan pendidikan.
3. Untuk mengetahui apa pengertian negara.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan pendidikan dengan negara.
5. Untuk mengetahui bagaimana konsep negara menurut Q.S. Al-Araf (96).
6. Untuk mengetahui bagaimana konsep negara menurut Q.S. As-Saba (15).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan
A. Pengertian Pendidikan
Arti Pendidikan secara etimologi adalah paedagogie berasal dari
bahasa yunani, terdiri dari kata pais artinya anak, dan again
diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu bimbingan yang
diberikan kepada anak.1
Pendidikan (paedagogie) diartikan oleh para tokoh pendidikan,
sebagai berikut :
a. Ki Hajar Dewantara, pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya.
b. GBHN, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup.
Pendidikan pada hakikatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan
disengaja, serta penuh tanggungjawab yang dilakukan oleh orang dewasa
kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut
mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.2
B. Tujuan Pendidikan
Islam menghendaki agar manusia di didik supaya ia mampu
merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah di tegaskan oleh
Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah adalah beribadah kepada
Allah. Ini di ketahui dari ayat 56 surah dzariyat:

1
Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT.Dinkes Cipta, 2015), hlm.68
2
Ibid., hlm.70

3
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya
mereka beribadah kepada-ku.3
Muhammad Quthb (1988:17), tatkala membicarakan tujuan
pendidikan, menyatakan bahwa tujuan pendidikan lebih penting daripada
sarana pendidikan. Sarana pendidikan pasti berubah dari masa ke masa,
dari generasi ke generasi, bahkan dari satu tempat ketempat yang lain.
Akan tetapi, tujuan pendidikan tidak berubah. Yang di maksud adalah
tujuan pendidikan yang umum itu. Tujuan pendidikan yang khusus dapat
berubah sesuai dengan kondisi tertentu. Namun, bagian yang mendasar
dalam tujuan pendidikan yang khusus tidak pernah berubah.
Menurut Quthb (1988:21), tujuan umum pendidikan adalah
manusia yang takwa itulah manusia yang baik menurutnya. Itu di
ambilnya dari Al-quran surah Al-hujurat ayat 13 yang artinya :
sungguh yang paling mulia di antara kalian menurut pandangan
Allah adalah yang paling tinggi tingkat ketakwaannya.4

2.2 Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang berarti
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang
tegak dan tetap.5
Fenwick mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat politik
yang diorganisir secara tetap, yang menduduki suatu daerah tertentu dan
menikmati dalam batas-batas daerah tertentu suatu kemerdekaan dari
pengawasan negara lain, sehingga ia dapat bertindak sebagai badan yang
merdeka di muka dunia.6
Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk
memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya.7

3
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm.64
4
Ibid., hlm.66
5
Arita Sandria, Ilmu Negara, (UNIKOM, tt), hlm.3
6
Ibid., hlm.4
7
Ibid., hlm.8

4
Negara dapat dipandang sebagai asosiasi yang hidup dan bekerjasama
dan mengejar beberapa tujuan negara. Dapat dikatakan bahwa tujuan terakhir
setiap negara ialah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum
publicom,common good, common weal).
Menurut Roger H. Sulthan Dalam Dede Rosyada dkk (2000), tujuan
negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan
daya ciptanya sebebas mungkin (the freest possible development and creative
self expression of its members). Sedangkan menurut Harold J. Laski dalam
Dede Rosyada dkk (2000) tujuan negara adalah:menciptakan keadaan di
mana rakyatnya dapat mencapai keinginan-keinginan mereka secara
maksimal (creation of those condition under which the members of the state
may attain the maximum satisfaction of their desire).8

2.3 Hubungan Antara Pendidikan dengan Negara


Sejak seorang manusia dilahirkan di atas dunia ini, proses pendidikan
sesungguhnya sudah mulai dijalankan. Bahkan menurut Zakiyah Darajat
(2002) pendidikan itu sudah ditanam semenjak dari jabang bayi itu masih
dalam kandungan. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasullullah SAW yang
artinya :
Tuntutlah ilmu itu semenjak dari dalam kandungan sampai ke liang
lahat (al-Hadits).
Menurut Hasan Langgulung (1987) bahwa pendidikan dapat ditinjau
dari dua aspek yaitu :
1. Ditinjau dari aspek sosial masyarakat, pendidikan berarti pewarisan
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar
kehidupan masyarakat tetap berkelanjutan, atau dengan lain kata
masyarakat mempunyai nilai budaya yang disalurkan kepada
generasi muda.

8
Kasful Anwar Us, Dimensi Hubungan Negara, Politik dan Pendidikan, Vol. XV,
(Jambi: IAIN Sultan Thaha Saifudin, 2010), hlm.300-301

5
2. Ditinjau dari aspek individu, pendidikan berarti pengembangan
potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi, dan diangkat
untuk dipoles agar mengkilap dan bersinar menyinari kegelapan
manusia.
Pendidikan yang berlaku di Indonesia harus mampu untuk
mengangkat harkat dan martabat bangsa, karena dengan majunya pendidikan
maka bangsa lain tidak akan memandang sebelah mata negara kita ini.
Dalam negara yang berdaulat, politisi juga sangat menentukan
idiologi suatu bangsa sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
Idiologi sebuah negara sangat menentukan arah dan tujuan sebuah lembaga
pendidikan, artinya pendidikan diarahkan untuk mendidik mental manusia
mencapai paham idiologi yang disepakati dan dianut oleh sebuah negara.
Selain dipengaruhi oleh muatan idiologis, pendidikan juga lebih
banyak diwarnai nilai budaya yang berkembang dalam setiap negara. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa peran politik ikut menentukan warna
pendidikan.
Peran pendidikan yang tak terkooptasi rantai kekuasaan akan
memandu negara menemukan ruh demokrasi egalitarian hak-hak rakyatnya.
Selain itu, pendidikan juga memiliki peran sebagai agen pembaharuan
dan perubahan, transliter budaya dan sentra demokratisasi yang dapat
merubah konstelasi politik menjadi lebih sehat, transparan, dan kompetitif.
Kenyataan tersebut, menyiratkan sebuah makna bahwa betapa
besarnya pengaruh politik terhadap pendidikan dan bagaimana pendidikan
mampu mengubah stagnasi politik suatu bangsa. Keduanya adalah mata rantai
yang tidak dapat dipisahkan dan menentukan maju mundurnya sebuah negara.
Dengan adanya fakta-fakta sebagaimana disebutkan di atas, dapat
dikatakan bahwa sebuah negara akan maju budaya rakyatnya, jika memiliki
sistem politik yang benar dan tidak mempolitisasi pendidikan.
Ini penting karena dari pendidikanlah akan lahir elit politik yang
bermoral, mampu menjawab tantangan masa depan negara berupa

6
demokratisasi, pasar bebas, hak asasi manusia, supremasi hukum, lingkungan
hidup dan lain sebagainya.9

2.4 Konsep Negara yang Maju/Makmur Menurut Q.S. Al-Araf ayat 96








Artinya : Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Iman kepada Allah membebaskan manusia dari penyembahan kepada
hawa nafsu dan sesama hamba Allah. Tidak diragukan lagi bahwa manusia
merdeka yang hanya menyembah Allah saja, lebih mampu mengelola bumi
dengan pengelolaan yang benar dan maju, daripada manusia yang
menghambakan diri kepada hawa nafsu dan menyembah kepada sesamanya.
Takwa kepada Allah merupakan kesadaran mendalam yang
melindungi manusia dari semua dorongan, kengawuran, kebohongan, dan
keterbedayaan dalam bergerak dan berkehidupan. Juga mengarahkan usaha
manusia untuk berhati-hati dan penuh perhitungan sehingga tidak melanggar,
tidak ngawur, dan tidak melampaui batas-batas aktivitas yang layak dan
saleh.
Berkah-berkah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang
beriman dan bertakwa secara tegas dan meyakinkan itu, bermacam-macam
jenis dan ragamnya. Juga tidak di perinci dan tidak di tentukan batas-batasnya
oleh Nash. Isyarat yang di berikan Nash Al-quran itu menggambarkan
limpahan yang turun dari semua tempat, bersumber dari semua lokasi tanpa
batas, tanpa perincian, dan tanpa penjelasan. Maka ia adalah berkah dengan
segala macam dan warnanya dengan segala gambaran dan bentuknya. Ia

9
Ibid., hlm.304-307

7
adalah apa yang terbiasa pada manusia dan apa yang terbayangkan olehnya,
dan apa yang tidak terdapat di dalam realitas dan dalam khayalan.
Orang-orang yang menggambarkan iman dan takwa kepada Allah
sebagai masalah taabudiyyah sich yang tidak ada hubungannya dengan
realitas kehidupan manusia di muka bumi, maka mereka itu belum mengerti
iman dan belum mengerti kehidupan. Alangkah tepatnya kalau mereka
melihat hubungan yang demikian erat ini di saksikan oleh Allah swt. dan
cukuplah Allah sebagai saksi. Semua ini terlihat nyata dengan sebab-
sebabnya yang dapat diketahui manusia.10
A. Ilmu dan Iman
Ilmu dalam pandangan Al-Quran tidaklah bertentangan dengan
iman, juga bukan seterusnya. Sebaliknya, ia berjalan bersama iman, juga
seterusnya. Sebaliknya, ia berjalan bersama iman secara beriringan. Oleh
karena itu, Al-Quran menyebut iman secara beriringan dengan ilmu.
Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan
keimanan (kepada orang-orang yang kafir), Sesungguhnya kamu telah
berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit
(ar-Rum: 56).
Allah SWT juga berfirman :
Allah akan meninggalkan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (al-
Mujadalah : 11)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
(al-Alaq : 1)
Allah SWT memerintahkan agar dan membaca dengan nama Allah
sang Pencipta. Inilah pembacaan orang yang beriman. Dengan kata lain,
ilmu dalam lingkup keimanan.
Al-Quran menilai, ilmu adalah petunjuk iman karena ia menuntun
kepada keimanan dan menunjukkannya. Dalam Al-Quran, manusia

10
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran, (Depok: Gema Insani, 2007),hlm.376

8
mengetahui, maka ia beriman, atau akalnya merasa terpuaskan sehingga
hatinya beriman. Allah berfirman,




Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini
bahwasanya Al-Quran itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka
beriman dan tunduk hati mereka kepadanya (al-Hajj : 54)
Demikian, Al-Quran menyusun tiga hal ilmu, iman, dan
ketundukan dengan mengaitkan satu sama lainnya dengan huruf fa, yang
memberi pengertian tertib dan saling menyusul. Seperti yang dikatakan
oleh para pakar bahasa Arab.
Maka, manusia dengan akal dan pikirannya, mengetahui bahwa
Al-Quran adalah benar dan diturunkan oleh Allah SWT. Dengan
mengetahui itu, ia kemudian beriman, dan dengan keimanan itulah hatinya
akan tunduk kepada Allah. Makrifat mendahului perasaan dan perasaan
mendahului gerak, baik gerak hati maupun gerak tubuh.
1. Ilmu Hakiki Menuntun Manusia Menuju Keimanan.
Ilmu hakiki dalam pandangan Al-Quran akan mendorong
kepada keimanan. Allah SWT berfirman :
Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat
bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang
benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang
Mahaperkasa lagi Maha Terpuji (Saba : 6).
Allah juga berfirman tentang Al-Quran,
Dan Al-Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-
angsur agar kamu membacakannya perlahanlahan-lahan kepada
manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian. Katakanalah,
Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja
bagi Allah) Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan

9
sebelumnya apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, berkata,
Mahasuci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti
dipenuhi, dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyu (al-Isra : 106 109).
2. Ilmu adalah Agama, dan Agama adalah Ilmu.
Antara ilmu dan iman atau antara ilmu dan agama tidak
bertolak belakang sebagaimana dikenal di Eropa pada masa zaman
pertengahan. Namun, di antara keduanya memiliki pertalian erat, ilmu
mendukung keimanan dan iman membuat berkah ilmu, karena
kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran. Seperti yang
sering dikatakan bahwa ilmu bagi kita adalah agama, dan agama bagi
kita adalah ilmu.
Ilmu bagi kita adalah agama, dimaksudkan bahwa kitab suci
kita dan Sunnah Nabi kita mengajak kepada ilmu dan menganggapnya
sebagai ibadah dan faridhah, baik ilmu agama maupun ilmu dunia.
Atau, baik itu ilmu yang bersumber dari wahyu maupun ilmu yang
bersumberkan dari alam semesta. Wahyu adalah perintah Allah, dan
alam semesta adalah ciptaan-Nya. Dengan demikian tidak ada
kontradiksi antara ciptaan dan perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak
Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam.(al-Araf : 54).
Sedangkan pengertian agama bagi kita adalah ilmu,
dimaksudkan bahwa agama kita tidak berdiri di atas sikap taklid dan
member kepada nenek moyang atau para pemimpin besar kita.
Sebaliknya, Al-Quran memerangi dengan cara yang paling tegas sikap
tersebut, serta mengajak semua orang untuk membangun akidahnya
diatas bukti-bukti dan keyakinan, tidak diatas prasangka dan praduga.
Katakanlah, Tunjukkanlah bukti kebenarannya jika kamu
adalah orang yang benar. (al-Baqarah : 111)
Apakah mereka mengambil Tuhan-Tuhan selain-Nya?
Katakanlah Tunjukkanlah hujahmu! (al-Anbiya : 24)

10
Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika
kamu memang orang-orang yang benar (al-Anam : 143).
Katakanlah, Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan
sehingga dapat kamu sehingga mengemukakannya kepada kami?
kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak
lain hanya bedusta. (al-Anam : 148).
Ilmu yang digandengkan dengan iman akan melahirkan sifat
kontruksif dan akan menghidupkan, tidak mematikan. Oleh karena itu,
ketika di hadapan Sulaiman didatangkan singgasana Ratu Saba dengan
perantara ilmu sebelum ia berkedip, ia tidak berkata seperti perkataan
manusia yang tertipu.
Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang
ada padaku (al-Qashash : 78).
Maksudnya sulaiman tidak mengatakan bahwa yang
mendatangkan para pembantunya. Sebaliknya, ia berkata, seperti
dituturkan dalam al-Quran.
Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah
aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa
yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanmu Mahakarya lagi Maha Mulia. (an-Naml : 40).
Seperti itu pula sikap Dzulqarnain, ketika ia membangun dam
yang besar. Ia pertama memohon pertolongan Allah, kemudian baru
dengan kekuatan rakyat,
Dzulqarnain berkata, Apa yang telah dikuasakan oleh
Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah
aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat) (al-Kahfi : 95).
Ketika ia telah menyelesaikan bangunan itu, ia berkata dengan
penuh ketawadhuan (kerendahan hati), apabila sudah datang Tuhanku,
Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanmu itu adalah
benar. (al-Kahfi : 98).

11
3. Pengaruh Ilmu dalam Memberi Petunjuk dan Keutamaan.
Jika ilmu akan menunjukkan kepada keimanan dan kebenaran
serta jalan yang lurus, seperti disebut dalam Al-Quran tentang kaum
yang diberikan ilmu pengetahuan dalam banyak ayat, mengapa kita
mendapati manusia yang mengetahui kebenaran tetapi tidak
mengikutinya? Mengapa pula ada orang yang mengetahui iman,
namun tidak beriman dan tidak bergabung dalam barisan kaum
mukminin?
Lihatlah, apa yang menghalangi mereka untuk beriman setelah
mereka tahu, dan berjalan di jalan kebenaran setelah ia
menemukannya?.11

2.5 Konsep Negara yang Maju/Makmur Menurut Q.S. As-Saba ayat 15








Artinya : Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan
Tuhan) di tempat kediaman mereka,Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan
dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki
yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang
Maha Pengampun.
Baldatun Thayyibatun dalam ayat tersebut diartikan dengan negeri
atau daerah yang baik. Kata baldatun berasal dari kata balad secara bahasa
bisa diterjemahkan dengan tempat sekumpulan manusia hidup. Balad dengan
segala perubahannya terulang dalam Al-Quran sebanyak 19 kali. Semuanya
mengacu kepada tempat atau wilayah, khususnya Mekah. Dengan demikian

11
Yusuf Qardhawi, Al-Quran Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1998),hlm.115-118

12
dapat disimpulkan bahwa baldatun thayyibatun berarti tempat atau negeri
yang baik.
Baldatun thayyibatun berarti mengacu kepada tempat bukan
kepada kumpulan orang.
Al-Quran tidak menyebut secara tegas tentang kriteria dan
gambaran dari Negara yang baik (baldah thayyibah), untuk mendapatkan
gambaran lebih lengkap akan diuraikan secara ringkas tentang kerajaan
Saba.
Kerajaan Saba dibangun oleh rajanya yang pertama bernama
Saba Abd al-Syam ibnu Yasyjub ibnu Yarub ibnu Qatan, sekitar tahun
950SM. Pusat pemerintahan kerajaan ini adalah sebuah kota yang dinamakan
sesuai dengan pendirinya yaitu Saba. Kerajaan ini sempat mengenyam
kemakmuran yang luar biasa sebagaimana diinformasikan oleh ayat di atas.
Faktor utama yang menyebabkan kerajaan ini makmur adalah dibangunnya
sebuah bendungan yang terkenal dengan nama bendungan Marib atau Arim.
Bendungan ini dibangun di antara dua buah gunung di kota Marib.
Sebelum dibangun bendungan tersebut, pada saat musim hujan negeri ini
selalu dilanda banjir dan pada saat musim kemarau dilanda kekeringan.
Setelah dibangunnya bendungan tersebut berubahlah wajah kota Marib
khususnya dan negeri Sana pada umumnya. Banyak sekali perkebunan yang
bermunculan dan pada gilirannya membawa kemakmuran bagi negeri
tersebut, yang oleh Al-Quran dinamakan dengan baldah thayyibah.
Diantara pemimpin Saba yang diinformasikan oleh Al-Quran
adalah seorang ratu yang oleh beberapa riwayat yang diperselisihkan
kualitasnya (Al-Quran sendiri tidak menyebut) terkenal dengan nama ratu
Bilqis. Dari kisah ratu inilah dapat ditelusuri ayat-ayat yang dapat
memberikan informasi tentang kerajaan Saba secara lebih rinci. Point-point
penting yang menyebabkan Saba disebut sebagai negeri yang baik disamping
factor geografis (adanya bendungan Arim) sebagaimana tersebut diatas,
adalah:

13
Pertama, Musyawarah; hal ini bisa dilihat dari sikap ratu Bilqis,
sebagai penguasa kerajaan Saba yang selalu meminta pendapat terhadap
bawahannya apabila inin memutuskan suatu persoalan yang penting.




Berkata dia (ratu): Hai para pembesar berilah aku pertimbangan
dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan
sebelum kamu berada dalam majelis (ku).
Kedua, Anti Kekerasan; Hal ini bisa dilihat dari tanggapan ratu Bilqis
terhadap usul yang diajukan bawahannya, untuk mengirim pasukan perang
guna menyerang kerajaan Sulaiman. Usul tersebut ditanggapi dengan
menyatakan sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Naml/27 :34,





Dia (ratu) berkata: Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki
suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia menjadi hina dan demikian pulalah yang akan
mereka perbuat.
Dari pernyataan tersebut terlihat jelas bahwa ratu ini sangat anti
kekerasan. Dan hal tersebut merupakan salah satu ciri kepemimpinan dalam
masyarakat yang ideal, di samping musyawarah sebagaimana disebut di
atas.12

12
Ali Nurdin, Quranic Society, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2006), hlm115-118

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

1. Pendidikan pada hakikatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan


disengaja, serta penuh tanggungjawab yang dilakukan oleh orang
dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak
tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung
terus menerus.
2. Menurut Muhammad Quthb tujuan pendidikan adalah untuk
mengantarkan manusia menuju ketakwaan kepada Allah SWT.
3. Negara adalah suatu masyarakat politik yang diorganisir secara tetap,
yang menduduki suatu daerah tertentu dan menikmati dalam batas-batas
daerah tertentu suatu kemerdekaan dari pengawasan negara lain,
sehingga ia dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka
dunia.
4. Pendidikan diarahkan untuk mendidik mental manusia mencapai paham
idiologi yang disepakati dan dianut oleh sebuah negara.
5. Negara yang maju atau makmur adalah negara/bangsa yang mendapat
kelimpahan nikmat dan karunia dari Allah SWT sebab iman dan takwa
pada penduduknya.
6. Negara yang maju/makmur disebut dalam al-Quran adalah baldatun
thayyibatun yang berarti tempat atau negeri yang baik, yang bisa
terwujud dengan adanya pemerintahan yang baik pula.

15
3.2 Saran
Dengan sudah dipaparkannya materi tentang hubungan pendidikan
dengan kemajuan suatu negara, baik ditinjau secara umum maupun agama,
sebaiknya kita mulai menyadari bahwa tingkat pendidikan/keilmuwan
masyarakat akan dapat mengantarkan kepada kemajuan negara sebagaimana
yang sudah dicontohkan dalam al-Quran Q.S Al-Araf ayat 96 dan Q.S. As-
Saba ayat 15, dan kita memperdalam lagi tingkat pengetahuan yang kita
dimiliki.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Dinkes Cipta.

Anwar, Kasful. 2010. Dimensi Hubungan Negara, Politik dan Pendidikan. Jambi:

IAIN Sultan Thaha Saifuddin.

Nurdin, Ali. 2006. Quranic Society. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani Press.

Qardhawi, Yusuf. 1996. Al-Quran Berbicara tentang Akal dan Ilmu

Sandria, Artita. tt. Ilmu Negara. UNIKOM.

Tafsir, Ahmad. 2013. Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai