Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM BAHAN AJAR


Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar II
Dosen Pengampu: Dr. Husni Idris, M.Pd

Oleh Kelompok 4 :
Ratih Purnama (1811101022)
Faiz Aziz Savero (1811101059)
Revan M. Ariansyah (1811101077)
Elya Maslichatul Wahidah (1811101153)
Erin Novia Putri (1811101181)
Della Dwi Santika (1811101333)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh...
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada
dosen mata kuliah “Pengembangan Bahan Ajar PAI II” yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan
dalam Bahan Ajar”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh...

Samarinda, 10 Maret 2021

Penyusun.

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kecermatan Isi Bahan Ajar........................................................................3
B. Ketepatan Cakupan Bahan Ajar ................................................................ 4
C. Ketercernaan Bahan Ajar ..........................................................................5
D. Penggunaan Bahasa Dalam Bahan Ajar .................................................... 8
E. Pengemasan Atau Perwajahan Bahan Ajar ...............................................9
F. Ilustrasi Dalam Bahan Ajar .......................................................................11
G. Kelengkapan Komponen Bahan Ajar ........................................................ 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan ajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat
meningkatkan mutu pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran dikembangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa serta harus
dimanfaatkan secara benar. Dengan memanfaatkan bahan ajar yang telah
dirancang sesuai kebutuhan pembelajaran, siswa diarahkan untuk menjadi
pembelajar yang aktif karena mereka dapat membaca atau mempelajari materi
yang ada didalam bahan ajar terlebih dahulu sebelum mengikuti pembelajaran
di kelas.
Dengan demikian, pada saat pembahasan materi di kelas, siswa sudah
siap dengan bekal informasi dan pengetahuan yang cukup sehingga waktu
belajar yang tersedia tidak lagi digunakan guru untuk menjelaskan materi
secara panjang lebar, tetapi lebih banyak digunakan untuk diskusi dan
membahas materi-materi tertentu yang belum dipahami siswa.
Pengembangan bahan ajar oleh guru, membutuhkan kreatifitas,
keunikan, serta membutuhkan pengetahuan guru tentang lingkungan
sekitarnya agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan ketersediaan
bahan atau materi disekitarnya yang akrab dengan lingkungan dan
berwawasan budaya. Selain itu, guru juga harus memahami tentang faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar. Oleh
karena itu materi yang ada didalam makalah ini akan membahas tentang
kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa,
ilustrasi, perwajahan atau pengemasan, serta kelengkapan komponen bahan
ajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:

1
1. Bagaimana kecermatan isi bahan ajar?
2. Bagaimana ketepatan cakupan bahan ajar?
3. Bagaimana ketercernaan bahan ajar?
4. Bagaimana penggunaan bahasa dalam bahan ajar?
5. Bagaimana pengemasan atau perwajahan bahan ajar?
6. Bagaimana penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar?
7. Bagaimana kelengkapan komponen bahan ajar?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah
sebagai berikut:
1. Menjelaskan kecermatan isi bahan ajar.
2. Menjelaskan ketepatan cakupan bahan ajar.
3. Menjelaskan ketercernaan bahan ajar.
4. Menjelaskan penggunaan bahasa dalam bahan ajar.
5. Menjelaskan pengemasan atau perwajahan bahan ajar.
6. Menjelaskan penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar.
7. Menjelaskan kelengkapan komponen bahan ajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kecermatan Isi Bahan Ajar
Menurut Husni (2010), kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi
atau kebenaran isi secara keilmuan, dan keselarasan isi. Kebenaran isi ini
berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa.1
Validitas isi menunjukkan jika isi bahan ajar dikembangkan sesuai
dengan konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan
kemutakhiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang
dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Validitas isi ini sangat penting untuk
diperhatikan sehingga bahan ajar tidak menyebarkan kesalahan-kesalahan
konsep, atau “miskonsepsi” yang dapat dibawa petatar ke daerah masing-
masing.
Agar mampu menjaga ke-valid-an dari isi pengembangan bahan ajr,
petatar harus selalu menggunakan buku acuan atau bahan pustaka yang berisi
hasil-hasil penelitian empiris, teori, dan konsep yang berlaku dalam suatu
bidang ilmu. Teori dan konsep yang diperoleh dari ensiklopedia ataupun
buku teks bidang ilmu. Dan untuk hasil penelitian empiris dan pengembangan
mutakhir suatu bidang ilmu diperoleh dari berbagai jurnal penelitian tercetak
maupun elektronik.
Dalam rangka mengaitkan bahan ajar dengan lingkungan sekitarnya
serta wawasan budaya, petatar dapat mengkaji terlebih dahulu kemungkinan
dan ketersediaan bahan di lingkungan sekitar dan budaya lokal yang dapat
digunakan untuk menjadi bahan ajar bagi suatu topik tertentu dari suatu
bidang ilmu. Dari kemungkinan dan ketersediaan tersebut, petatar kemudian
mengaitkannya dengan landasan teori dan konsep yang berlaku dalam bidang
ilmu. Jika terdapat kemungkinan untuk mengaitkannya dengan hasil

1
Nana, Pengembangan Bahan Ajar, (Klaten: Penerbit Lakeisha, 2019). Hal. 17.

3
penelitian empiris, maka akan menghasilkan suatu paduan dari teori dan
konsep yang benar dan relevan dengan lingkungan dan budaya lokal.
Sehingga, akan didapatkan bahan ajar yang isinya sahih, akrab dengan
lingkungan, dan berwawasan budaya serta tidak mengandung atau
menimbulkan “miskonsepsi”.
Keselarasan isi berarti adanya kesesuaian isi bahan ajar dengan sistem
nilai dan falsafah hidup yang berlaku dalam masyarakat dan negara. Bahkan,
bahan ajar menjadi sarana dalam menyampaikan nilai-nilai kehidupan dengan
pembelajaran yang merupakan upaya pelestarian sistem nilai tersebut.
Jadi dapat ditekankan bahwasnya, yang dimaksud dengan kecermatan
isi yaitu validitas atau kesahihah isi atau kebenaran isi secara ilmiah. Validasi
ini menunjukkan bahwasanya isi dari bahan ajar tidaklah dikembangkan
dengan asal-asalan, akan tetapi, isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan
konsep dan teori yang relevan. Isi dari bahan ajar dipertanggungjawabkan
secara ilmiah atau secara keilmuan.2
B. Ketepatan Cakupan Bahan Ajar
Sebagaimana yang dikatakan oleh Husni, apabila ketercermatan isi
berfokus kepada kebenaran secara keilmuan dan sistem nilai yang berlaku di
masyarakat. Maka, maksud dari faktor ketepatan cakupan bahan ajar ini
berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau
materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu.3
Keluasan dan kedalaman isi dari suatu bahan ajar ini sangat berkaitan
dengan kutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. Dalam bidang ilmu
tersebut, yang paling utama adalah tujuan pembelajaran. Setiap penatar pasti
mempunyai tujuan pembelajaran dari mata tatanya. Tujuan itu dapat
menentukan seberapa luas, dalam dan utuh topik yang akan disajikan kepada

2
Awalludin, Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:
Deepublish, 2017). Hal. 16.
3
Nana, Pengembangan…, Hal. 18.

4
petatar. Kemudian, bahan ajar dikembangankan sesuai dengan materi pokok
dan komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut.
Tentunya, tujuan pembelajaran atau topik tertentu di sekolah lanjutan
tingkat pertama akan berbeda dengan tujuan atau topik pada sekolah tingkat
menengah umum atau atas. Jadi, dalam hal ini, keluasan dan kedalaman isi
dari suatu bahan ajar tentu akan berbeda sesuai dengan cakupan setiap
tingkatan sekolah yang dibutuhkan dan ditetapkan.
Hal yang perlu diingat ialah, bahwasanya acuan atau pedoman utama
dalam menentukan kedalaman dan keluasan isi suatu bahan ajar adalah
kurikulum. Khususnya tujuan pembelajaran umum maupun tujuan
pembelajaran khusus, dan topik-topik esensial dari suatu mata pelajaran yaitu
disini khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang
ada dalam kurikulum.4
C. Ketercernaan Bahan Ajar
Ketercernaan bahan ajar, berkaitan dengan kemudahan bahan ajar
tersebut dapat dipahami, dimengerti dan diterima oleh siswa sebagai
pengguna.bahan ajar tersebut. Ada enam hal yang mendukung Ketercernaan
bahan ajar yaitu, sebagai berikut:
1) Pemaparan yang logis
Isi bahan ajar yang disajikan dalam bentuk logis atau masuk akal,
mulai dari uraian yang umum berlanjut kepada uraian yang kebih
spesifik atau khusus, maupun sebaliknya. Dari mudah berlanjut ke
uaraian yang lebih berlevel tinggi. Dengan demekian siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran secara bertahap, siswa dapat
memahami secara logis dan mengikuti pemaparan bahan ajar tersebut
dengan mudah dan secara langsung atau tidak langsung siswa

4
Awalludin, Pengembangan…, h. 17.

5
mengkaitkan pemaparan tersebut ke informasi yang sudah
dimilikinya. Logika pemaparan ini dapat diperkenalkan kepada siswa
dalam upaya pengembangan pola pikir atau penalaran sistematis dari
pemikiran siswa yang didapat diluar pembelajaran seperti pengalaman
kedalam bahan ajar tersebut.
2) Penyajian materi yang tersusun
Penyajian bahan ajar yang terususn ini adalah materi bahan ajar yang
disajikan itu tersusun dan tidak terbolak- balik yang nantinya membuat
peserta didik kebingungan dalam mencerna dan memahami bahan ajar
yang diberikan guru. Maka bahan ajar yang baik adalah bahan ajar
yang isi didalamnya itu tersusun secara, keterkaitan antar materi satu
dengan yang lain. Keterkaitan antarmateri/topik dijelaskan dengan
cermat, kemudian setiap topik disajikan secara sistematis dengan
strategi penyajian uraian, contoh dan latihan atau contoh, latihan,
penyajian uraian atau penyajian uraian, latihan, contoh (PCL - CLP -
PLC).
3) Pemberian contoh atau ilustrasi
Untuk menyajikan suatu materi atau topi yang ingin diajarkan kepada
peserta didik akan lebih mudah apabila disertai contoh dan ilustrasi,
dalam penyajian materi yang abstrak dapat tergambarkan melalui
contoh ataupun ilustrasi yang diberikan kepada peserta didik. Misalnya
guru menjelaskan materi fiqih tentang shalat fardhu yang dimana
contoh itu sangatlah berperan penting dalam mengaplikasikan materi
shalat fardhu tersebut agar tidak terjadinya kesalahan baik kesalahan
pengucapan gerakan shalatnya atau gerakan dalam melaksanakan
shalat fardhu tersebut. Maka diberikanlah contoh baik berupa gurunya
yang mempraktekkan dihadapan peserta didik atau menggunakan
video based learning yang diambil dari video di Youtube. Prinsip
utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh

6
dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan
(bukan malah membuat siswa semakin bingung), serta menarik dan
bermanfaat bagi siswa.
4) Alat bantu bahan ajar
Alat bantu juga memudahkan bahan ajar bisa dicerna secara mudah,
bahan ajar memerlukan alat bantu yang mempermudah siswa dalam
memahami isi materi yang disampaikan. (Hendrawan, 2009), Alat
bantu pembelajaran adalah alat- alat yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Dalam bahan ajar noncetak
seperti (video interaktif atau audio), alat bantu yang dapat digunakan
berupa rangkuman, petunjuk latihan lainnya. Yang harus diperhatikan
dalam menggunakan alat bantu bahan ajar cetak adalah prinsip
konsistensi, artinya alat bantu cetak berupa simbol atau gambar
khusus, harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar
untuk mata pelajaran tersebut. Jadi, alat bantu yang simbolnya sama
hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda dalam satu
bahan ajar yang sama tersebut. Misalnya, gambar tangan yang sedang
menulis digunakan untuk arti “latihan” yang harus dikerjakan oleh
peserta didik secara tertulis. Hendaknya gambar yang sama jangan
digunakan untuk arti yang lain dalam satu bahan ajar tersebut, apabila
berbeda maka symbol atau gambar khusus tersebut tidak termasuk dari
alat bantu bahan ajar.
5) Format yang tertib dan konsisten
Maksudnya adalah bahan ajar perlu menjaga ketertiban format dan
konsistensi dalam cara pemakaiannya agar mudah dikenali, diingat dan
dipelajari oleh peserta didik. Misalnya, guru menggunakan kertas
merah untuk lembar kerja siswa maka seterusnya gunakanlah warna
kertas merah untuk LKS (lembar kerja siswa), jangan gunakan lembar
warna merah untuk kegunaan arti yang lain dalam bahan ajar tersebut,

7
dengan seperti itu maka peserta didik akan hapal dengan lembar warna
merah yang berarti harus mengerjakan latihan soal. Dalam bahan ajar
cetak, peran konsisten sangatlah penting dalam bahan ajar cetak
sehingga siswa tidak kebingungan dalam mengartikannya dengan
berbagai istilah yang rancu.
6) Adanya penjelasan tentang manfaat dan tujuan bahan ajar
Dalam penulisan bahan ajar perlu sekali menyelipkan penjelasan
tentang manfaat dan kegunaan bahan ajar dalam pembelajaran agar
pembelajaran mengetahui arah dan tujuan pembelajaran tersebut.
Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan utama yang akan digunakan
dalam pembelajaran dikelas maupun diluar kelas maka dari itu
sebelum mendalami topik pembelajaran atau materi wajib sekali guru
menjelaskan tentang manfaat dan tujuan suatu pembelajarannya atau
bahan ajar.5
D. Penggunaan Bahasa Dalam Bahan Ajar
Menurut Husni (2010), dalam mengembangkan bahan ajar,
penggunaan bahasa menjadi salah satu faktor yang penting. Penggunaan
bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan
kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna, sangat berpengaruh
terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi bahan ajar anda sudah cermat,
gunakan format yang konsisten, serta dikemas dengan menarik. Namun jika
bahasa yang digunakan tidak dimengerti oleh peserta didik, bahan ajar tidak
akan bermakna apa-apa. Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan
hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta,

5
Husni Amiruddin, “Pengembangan Bahan
Ajar” http://aguswuryanto.wordpress.com/2010/0/9/02/pengembangan-bahan-ajar/. Diakses pada 6
Maret 2021.

8
lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar non cetak,
seperti kaset audio, video, bahan ajar berbasis komputer, dan lain-lain.
Ragam bahasa mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan
ragam bahasa nonformal atau komunikatif. Ragam bahasa baku banyak
digunakan dalam laporan penelitian, karya ilmiah, surat-surat resmi, buku
teks, dan lain-lain. Bahasa baku dapat dipahami oleh pembacanya karena
tidak dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari maupun dialog bahasa daerah.
Namun demikian, tulisan yang menggunakan ragam bahasa baku terkesan
sangat kaku, formal, dan cenderung membosankan bahan ajar.
Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk
membaca, mengerjakan tugas, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta
didik untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang di
pelajarinya. Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan
ajar biasanya ragam bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas
dan luwes. Dalam bahasa komunikatif, pembaca diajak untuk berdialog secara
intelektual melalui sapaan, pertanyaan, ajakan, dan penjelasan, seolah-olah
dialog dengan orang kedua tersebut benar-benar terjadi. Penggunaan bahasa
komunikatif akan membuat peserta didik merasa seolah-olah berinteraksi
dengan gurunya sendiri melalui tulisan-tulisan yang disampaikan dalam bahan
ajar.6
E. Perwajahan atau Pengemasan Bahan Ajar
Perwajahan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau
penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam
paket bahan ajar multimedia. Penataan letak informasi untuk satu halaman
cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1) Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat
siswa lelah membacanya.

6
Nana, Pengembangan.., Hal . 21-22.

9
2) Bagian kosong (white space) dari satu halaman sangat diperlukan
untuk mendorong siswa mencoret-coret bagian kosong tersebut
dengan rangkuman atau catatan yang dibuat siswa sendiri. Sediakan
bagian kosong secara konsisten dalam halaman-halaman bahan ajar.
3) Padukan grafik, poin, dan kalimat-kalimat pendek, tetapi jangan terus
menerus sehingga menjadi membosankan.
4) Menggunakan sistem paragraf yang tidak rata pada pinggir kanan
karena paragraf seperti itu lebih mudah dibaca.
5) Menggunakan grafik atau gambar hanya untuk tujuan tertentu, jangan
gunakan grafik atau gambar jika tidak bermakna.
6) Menggunakan sistem penomoran yang benar dan konsisten untuk
seluruh bagian bahan ajar.
7) Menggunakan dan variasikan jenis dan ukuran huruf untuk menarik
perhatian, tetapi jangan terlalu banyak sehingga membingungkan.
Perwajahan atau pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat
bantu belajar dalam bahan ajar sehingga bahan ajar dapat dipelajari siswa
secara mandiri (sendiri atau dengan teman-teman dalam kelompok). Dalam
bahan ajar cetak, alat bantu belajar terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1. Pendahuluan
a. Judul
b. Daftar isi
c. Peta konsep, diagram, pemandu awal
d. Tujuan pembelajaran
e. Tes awal
2. Uraian
a. Ringkasan awal
b. Pengacuan pada bagian bahan ajar lain
c. Judul bagian

10
d. Perintah/instruksi
e. Signposts (tanda verbal atau visual di bagian samping teks)
f. Rangkuman
3. Akhir
a. Senarai (daftar kata yang sulit)
b. Tes akhir
c. Indeks
Tidak semua alat bantu belajar tersebut harus ada dalam satu bahan ajar,
artinya seseorang dapat memilih alat bantu belajar yang paling tepat dan
paling dibutuhkan untuk melengkapi bahan ajar dirinya sendiri. Di samping
itu, apabila bahan ajar seseorang terdiri dari berbagai media (multimedia),
maka dapat menggunakan alat bantu belajar berupa sinopsis informasi dalam
setiap media, peta konsep atau pemandu awal, serta lembar media yang
beraneka warna. Alat bantu belajar ini pada dasarnya diharapkan dapat
membantu siswa untuk lebih mudah memahami isi bahan ajar, mengingat, dan
menguasai isi bahan ajar tersebut.7
F. Ilustrasi Dalam Bahan Ajar
Menurut Krisma (2014), penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar
memiliki ragam manfaat, antara lain: untuk memperjelas pesan atau informasi
yang disampaikan dan membuat bahan ajar menjadi lebih menarik melalui
variasi penampilan.
Ilustrasi dapat dibuat sendiri sebagai pengembang bahan ajar jika
mempunyai keterampilan menggambar yang baik. Namun, ilustrasi juga dapat
dibuatkan oleh perancang grafis atau pelukis, yang menerjemahkan gambar-
gambar yang diinginkan ke dalam ilustrasi yang baik dan tepat. Selain itu,

7
Ida Malati Sadjati, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012). Hal.
49-54.

11
ilustrasi juga dapat diambil dari sumber langsung (misalnya foto), sumber
ataubuku lain (misalnya majalah atau ensiklopedia).8
Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki manfaat antara lain
untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan. Selain itu,
ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan ajar sehingga menjadi
menarik, memotivasi, komunikatif serta membantu retensi dan pemahaman
peserta didik terhadap isi pesan.9
Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar antara lain, daftar atau
table, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, symbol, dan skema
(Setiawan, 2007:1.44-1.55).10
G. Kelengkapan Komponen Bahan Ajar
Idealnya, bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk
multimedia. Paket tersebut memiliki sistematika penyampaian dan urutan
materi yang baik, meliputi: penyampaian tujuan belajar, pemberian strategi
belajar, penyediaan contoh soal, serta latihan belajar untuk melatih peserta
didik dan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam
mempelajari pelajaran yang diberikan, serta memberikan saran kepada peserta
didik untuk belajar. Paket bahan ajar dapat bersifat lengkap dalam satu paket
atau dapat juga dilengkapi dengan sumber informasi lain (dari internet atau
sumber buku lain), panduan belajar peserta didik maupun guru.
Paket bahan ajar memiliki tiga komponen inti, yaitu komponen utama,
komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar. Komponen utama
berisi informasi atau topik utama yang ingin disampaikan kepada peserta
didik atau harus dikuasai oleh peserta didik. Kebanyakan bahan ajar utama

8
Nana, Pengembangan…,Hal. 23.
9
Awalludin, Pengembangan…, Hal. 18.
10
Risma Sitohang, “Mengembangkan Bahan Ajar Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) di SD”, dalam Jurnal Kewarganegaraan, Volume 23, Nomor 2, November 2014. Hal.
21.

12
berbentuk bahan ajar cetak, misalnya buku teks, buku pelajaran, modul, dan
buku materi pokok yang bersifat moduler. Bahan ajar utama ini akan lebih
mudah dipahami oleh peserta didik jika dilengkapi dengan komponen
pelengkap. Komponen pelengkap ini dapat berupa informasi/topik tambahan
yang terintegrasi dengan bahan ajar utama atau informasi /topik pengayaan
wawasan peserta didik.
Komponen pelengkap biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak
(materi pengayaan, bacaan, jadwal, silabus, peta materi, kliping kasus), dan
bahan pendukung non cetak (perluasan wawasan materi dalam media non
cetak, peta materi dalam bentuk program komputer, video, kaset, web,
simulasi komputer), dan lan-lain yang diperlukan peserta didik untuk
mempelajari suatu topik, yang disajikan melalui beragam media, secara
moduler komponen evaluasi hasil belajar yang terdiri dari perangkat soal/butir
tes. Komponen evaluasi hasil belajar ini nantinya akan terpisah dari
komponen utama dan komponen pelengkap.11

11
Nana, Pengembangan…, Hal. 24.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang dimaksud dengan kecermatan isi yaitu validitas atau kesahihah
isi atau kebenaran isi secara ilmiah. Validasi ini menunjukkan bahwasanya isi
dari bahan ajar tidaklah dikembangkan dengan asal-asalan, akan tetapi, isi
bahan ajar dikembangkan berdasarkan konsep dan teori yang relevan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Husni, apabila ketercermatan isi
berfokus kepada kebenaran secara keilmuan dan sistem nilai yang berlaku di
masyarakat. Maka, maksud dari faktor ketepatan cakupan bahan ajar ini
berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau
materi serta keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu.
Ketercernaan bahan ajar, berkaitan dengan kemudahan bahan ajar
tersebut dapat dipahami, dimengerti dan diterima oleh siswa sebagai
pengguna.bahan ajar tersebut.
Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam bahasa, pemilihan
kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna,
sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar.
Perwajahan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau
penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam
paket bahan ajar multimedia.
Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki manfaat antara lain
untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan. Selain itu,
ilustrasi dimaksudkan untuk memberi variasi bahan ajar sehingga menjadi
menarik, memotivasi, komunikatif serta membantu retensi dan pemahaman
peserta didik terhadap isi pesan.
Komponen pelengkap biasanya terdiri dari bahan pendukung cetak
(materi pengayaan, bacaan, jadwal, silabus, peta materi, kliping kasus), dan
bahan pendukung non cetak (perluasan wawasan materi dalam media non

14
cetak, peta materi dalam bentuk program komputer, video, kaset, web,
simulasi komputer), dan lan-lain yang diperlukan peserta didik untuk
mempelajari suatu topik, yang disajikan melalui beragam media, secara
moduler komponen evaluasi hasil belajar yang terdiri dari perangkat soal/butir
tes.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka pemakalah menyarankan kita
sebagai calon guru agar mampu memahami faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam membuat bahan ajar dengan baik, karena itu sangat
berpengaruh pada proses kegiatan belajar mengajar dikelas. Jika seorang guru
mampu memahami secara baik, maka ini akan memudahkan guru dalam
membuat bahan ajar, dan tentunya juga akan membantu guru dalam
mengajarkan bahan ajarnya kepada siswa-siswanya dengan maksimal,
sehingga akan terlaksanakan proses pembelajaran yang baik.

15
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, Husni. “Pengembangan Bahan
Ajar” http://aguswuryanto.wordpress.com/2010/0/9/02/pengembangan-bahan-ajar/.
Diakses pada 6 Maret 2021.
Awalludin. Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Deepublish. 2017.
Nana. Pengembangan Bahan Ajar.Klaten: Penerbit Lakeisha. 2019.
Sadjati, Ida Malati. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka. 2012.
Sitohang, Risma. Mengembangkan Bahan Ajar Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di SD, Jurnal Kewarganegaraan Vol. 23, No. 2,
November. 2014.

16

Anda mungkin juga menyukai