Makalah
Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Pendidikan IPA terpadu
Dosen Pengampu : Bestiana Nizhomi, S.Pd.
Di Susun Oleh:
(Kelompok 5 / 4C)
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan himat, anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pendidikan IPA Terpadu SD yang telah membimbing sampai pada saat ini. Makalah ini
di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPA Terpadu SD dan juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan mengingat keterbatasan dan pengalaman yang penulis miliki, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi penyusunan
tugas-tugas selanjutnya. Semoga dengan disusunya tugas ini dapat memberikan
wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Tim Penulis
Tim Penulis
II
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................................ 3
D. Manfaat .............................................................................................................. 3
BAB II .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4
BAB III....................................................................................................................... 16
PENUTUP .................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................................ 17
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Pedoman Pengebangan Kurikulum disebutkan bahwa pembelajaran
IPA di tingkat SD dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan. Pembelajaran IPA
di SD dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science bukan sebagai
pendidikan disiplin ilmu. Keduanya sebagai pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pembangunan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan alam
dan sosial. Integrative science mempunyai makna memadukan berbagai aspek
yaitu domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan. IPA dapat digunakan
sebagai tools atau alat untuk mengembangkan domain sikap, pengetahan dan
keterampilan. Guru IPA juga harus mempunyai kemampuan interdisipliner IPA
ditunjukkan dalam keilmuan (pengetahuan) IPA dan juga hubungannya dengan
lingkungan, teknologi dan bidang lainnya. NSTA (2003: 8) dalam Insih
Wilujeng (2010: 353), juga merekomendasikan agar guru-guru IPA sekolah
Dasar harus memiliki kemampuan interdisipliner IPA. Hal ini yang mendasari
perlunya guru IPA memiliki kompetensi dalam membelajarkan IPA secara
terpadu (terintegrasi), meliputi integrasi dalam bidang IPA, integrasi dengan
bidang lain dan integrasi dengan pencapaian sikap, proses ilmiah dan
keterampilan. Hakikat IPA yang cukup penting adalah dimensi proses ilmiah
(metode ilmiah). Intinya bahwa siswa dalam belajar IPA bukan belajar hafalan
konsep tetapi belajar menemukan melalui proses sains. Dengan melakukan
hands on activity dan minds on activity berbasis proses sains, siswa dapat
memahami, mengalami dan menemukan jawaban dari persoalan dari yang
mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diperlukan untuk
meningkatkan literasi sains atau melek sains terhadap berbagai persoalan, gejala
dan fenomena sains serta aplikasinya dalam teknologi dan masyarakat. Hal ini
sesuai bahwa dalam kurikulum 2013, pembelajaran IPA dikembangkan dengan
berbasis scientific yang lebih menekankan aspek proses ilmiah. Hal ini tentunya
menuntut kemampuan guru untuk membelajarkan IPA berbasis scientific.
Menurut Darmodjo (1993:7) menyatakan, pembelajaran IPA didasarkan
pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan
sikap. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada
pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari,
dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode
kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan
analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha
berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi
data. Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru
yang menjadi produk IPA.
Sebagaimana yang dikemukakan Trianto (2008:71), proses belajar
mengajar sains lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga
siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan
sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap
kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan.
IPA/sains memiliki peluang yang sangat besar dalam menanamkan nilai-
nilai budi pekerti pada peserta didik. Hal ini dikarenakan kurikulum IPA yang
disusun secara sistematis bertujuan agar pembelajaran dapat berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpastisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas,
kemandirian, dan psikologi anak. Selain itu, peserta didik diharapkan dapat
melakukan pengamatan, berpikir kritis, berpikir kreatif, dan memiliki rasa ingin
tahu. Hal ini sesuai dengan hakikat dari ilmu IPA yaitu produk, proses, dan
sikap ilmiah sains yang jika dengan adanya kesinambungan antara produk,
proses, dan sikap ilmiah, diharapkan dapat mewujudkan sistem pendidikan
nasional dan dapat menanamkan nilai-nilai budi pekerti sejak dini.
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata
pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Anggapan ini
telah ada sejak zaman Yunani kuno, dalam lingkungan atau hubungan tertentu
pandangan ini masih dipakai samapai sekarang. Yaitu kurikulum sebagai “....a
racecourse of subject matters to be mastered” (Robbert S Zais,1976: 7). Banyak
orang tua bahkan juga guru-guru, kalau ditanya tentang kurikulum akan
memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata-mata pelajaran. Pendapat-
pendapat yang muncul setelahnya beralih dari menekankan pada isi menjadi
lebih memberikan tekanan pada pengalaman belajar.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa substansi materi IPA dalam kurikulum SD ?
2. Apa cakupan materi IPA dalam kurikulum SD ?
3. Bagaimana penataan materi IPA dalam kurikulum SD berdasarkan teori,
kajian penelitian yang relevan, dan penyusunan kerangka pikir ?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan tentang substansi materi IPA dalam kurikulum SD.
2. Dapat menjelaskan tentang cakupan materi IPA dalam kurikulum SD.
3. Dapat menjelaskan tentang penataan materi IPA dalam kurikulum SD
berdasarkan teori, kajian penelitian yang relevan, dan penyusunan
kerangka pikir.
D. Manfaat
1. Memahami tentang substansi materi IPA dalam kurikulum SD.
2. Memahami tentang cakupan materi IPA dalam kurikulum SD.
3. Memahami tentang penataan materi IPA dalam kurikulum SD
berdasarkan teori, kajian penelitian yang relevan, dan penyusunan
kerangka pikir.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dengan kelas enam. Standar kompetensi mata pelajarannya harus dengan ketentuan
sebagai beikut :
1. Kurikulum SD/MI memuat delapan mata pelajaran, muatan local, dan
pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan local
ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan
mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan.
2. Substasi mata pelajran ipa pada SD/MI merupakan IPA terpadu.
3. Pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan tematik
4. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran tertera dalam struktur
kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat
jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.
5. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
6. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran atau dua semester adalah 34 -35
minggu.
1. IPA bermanfaat bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang
lebar. Kesejahteraan didalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar
teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan.
2. IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis. Misalnya IPA
diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini
siswa dihadapkan pada suatu masalah, umpamanya dapat dikemukan suatu
masalah “dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?”. Siswa diminta untuk
mencari dan menyelidiki hal ini.
5
3. IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
siswa, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan
belaka.
4. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai
potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Berdasarkan alasan di atas, pembelajaran IPA harus dikuasai dengan baik oleh
siswa. Karena IPA memberikan kesempatan berfikir kritis, berfaedah bagi siswa,
siswa langsung terlibat dalam proses pembelajaran, dan membentuk kepribadian
siswa secara keseluruhan. Agar mata pelajaran IPA dapat tercapai dan terlaksana
dengan baik, guru perlu mengelola kegiatan pembelajaran yang mengarah pada
peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan sains, maka peserta didik tingkat
sekolah dasar harus diberikan pengalaman serta kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir dan bersikap terhadap alam, sehingga peserta didik dapat
mengetahui tentang rahasia dan gejala alam. Lebih lanjut, IPA juga memiliki
karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut menurut
Ahmad Susanto, meliputi:
6
5. Memberi kesempatan berdiskusi tentang hasil pengamatan.
7
penemuan siswa dituntut untuk aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari
gejala-gejala alam, serta melatih sikap obyektif dan jujur dalam melahirkan
penemuan baru. Hal ini menjadi substansi yang mendasar pentingnya pembelajaran
IPA yang mengembangkan proses ilmiahnya untuk pembentukan pola pikir peserta
didik.
1. Kerja ilmiah
Ruang lingkup kerja ilmiah mencakup : penyelidikan / penelitian,
berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah,
sikap dan nilai ilmiah.
2. Pemahaman Konsep dan Penerapannya
Sedangkan pada ruang lingkup ini mencakup:
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b) Benda / materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat,
dan gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
e) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat yang merupakan
penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan
lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu
karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
Kelimanya merupakan dasar bidang fisika, kimia, dan biologi. Meskipun area
tersebut merupakan materi pembelajaran IPA, belajar tidak hanya melibatkan
8
masalah pengetahuan. Pembelajaran IPA terutama lebih menekankan aspek proses
bagaimana siswa belajar dan efek dari proses belajar tersebut bagi perkembangan
siswa itu sendiri. Pembelajaran IPA melibatkan keaktifan siswa, baik aktivitas fisik
maupun aktivitas mental, dan berfokus pada siswa, yang berdasar pada pengalaman
keseharian siswa dan minat siswa. Pembelajaran IPA di SD mempunyai tiga tujuan
utama, yaitu mengembangkan keterampilan ilmiah, memahami konsep IPA, dan
mengembangkan sikap yang berdasar pada nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajarannya.
Contoh nyata cakupan materi IPA SD terdapat pada materi pembelajaran IPA
SD Kurikulum 2013 kelas IV yang mempelajari tentang bentuk dan fungsi bagian
tubuh pada hewan dan tumbuhan, siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta
mengaitkan dengan upaya pelestariannya, macam-macam gaya, antara lain: gaya
otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan, gaya dengan
gerak pada peristiwa di lingkungan sekitar, berbagai sumber energi, perubahan
bentuk energi, dan sumber energi alternatif (angin, air, matahari, panas bumi, bahan
bakar organik, dan nuklir) dalam kehidupan sehari-hari, sifat-sifat bunyi dan
keterkaitannya dengan indera pendengaran, sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya
dengan indera penglihatan, upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam
di lingkungannya.
Kelas V mempelajari tentang materi IPA meliputi alat gerak dan fungsinya
pada hewan dan manusia, organ pernafasan dan fungsinya pada hewan dan
manusia, organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia, organ
peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia, hubungan antar
komponen ekosistem dan jaring jaring makanan di lingkungan sekitar.
Kelas VI meliputi energi listrik, sistem tata surya, rotasi bumi, revolusi bumi
dan bulan, gerhana bulan dan matahari, Campuran dan larutan (pengamatan),
Hubungan suhu, sifat, hantaran, perubahan benda akibat perubahan suhu,
Perkembangbiakan makhluk hidup dan Adaptasi.
9
2. Ketetapan Urutan Penyajian
Akan memudahkan bagi siswa untuk mempelajari materi pembelajaran.
Dan dalam menentukan cakupan bahan ajar harus diperhatikan apakah
materinya berupa aspek, kognitif, afektif dan psikomotorik, sebab nantinya
jika sudah di bawa kekelas maka masing-masing jenis materi tersebut
membutuhkan strategi dan media pembelajaran yang berbeda.
3. Prinsip-Prinsip Yang Perlu Digunakan
Selain ketetapan urutan penyajian materi pembelajaran kita juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan yang menyangkut
keluasaan dan kedalaman materi pembelajaran.
a) Keluasan cakupan materi yaitu,menggambarkan seberapa banyak
materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi ajar.
b) Kedalaman Materi yaitu, menyangkut seberapa detail konsep-
konsep yang terkandung di dalam pembelajaran yang harus
dipelajari dan dikuasai siswa. Contoh : Materi berat dapat di
ajarkan di SD, SMP, SMA dan di Perguruan Tinggi, namun
keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang tersebut akan
berbeda-beda jika di SD di pelajari berdasarkan pengalaman
siswa.
c) Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan atau memadainya
cakupan materi karena ini akan sangat membantu tercapainya
penguasaan kompetensi dasar yang telah di tentukan. Contoh :
Jika tujuan pembelajaran IPA di maksudkan untuk mengajar
tentang macam-macam tulang daun, maka uraian materinya
mencakup :
1) Tulang daun bentuk menyirip daun nangka dan rambutan.
2) Tulang daun bentuk melengkung daun sirih, jada.
3) Tulang daun bentuk sejajar daun tebu dan jagung.
4) Tulang daun bentuk menjari daun pepaya dan singkong.
10
Urutan penyajian bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan
mengajarkannya karena tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa
materi pembelajaran mempunyai buhungan prasyarat (berkaitan) akan
menyulitkan siswa dalam memahaminya. Materi pembelajaran yang sudah
ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui 2
pendekatan pokok yaitu pendekatan prosedural dan pendekatan hierarkis.
a) Urutan materi pembelajaran secara prosedural.
menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai
dengan langkah-langkah melaksanakan tugas. Contoh : Alat
untuk mengukur suhu tubuh manusia dan suhu tubuh benda itu
berbeda, meskipun sama-sama menggunakan alat yang bernama
Termometer, tapi tentunya jenis termometer yang digunakan
berbeda begitupun cara menggunakannya. Jika urutan cara
mengoperasikan kedua jenis termometer tersebut. Tidak diikuti
maka hasil pengukurannya tidak tepat dan akan merusak fungsi
termometer yang digunakan.
b) Urutan materi pembelajaran secara hierarkis (Berjenjang)
1) Menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari
bawah ke atas atau sebaliknya.
2) Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai
prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Contoh :
Uraian tentang deskripsi hubungan antara sifat bahan
dengan bahan penyusunannya sehingga nantinya dapat
disimpulkan,jika sifat bahan penyusun semakin kuat maka
hasil penyusunannya juga akan semakin kuat. Sedangkan
siswa dapat menerapkan konsep yang dimilikinya untuk
memecahkan masalah yang terkait dalam kahidupan
sehari-hari contoh lain adalah tali.
c) Prinsip-Pronsip Pemilihan Bahan Ajar
Beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dalam
penyusunan bahan ajar meliputi : Prinsip Irelevansi, Konsisten
dan Kecukupan. Prinsip Relevansi artinya keterkaitan, artinya
materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada
hubungannya dengan pencapaian SK dan KD. Prinsip Konsisten
artinya jika kompetensi dasar yang harus di kuasai siswa ada 4
11
macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus
meliputi 4 macam. Prinsip Kecukupan artinya materi yang di
ajarkan hendaknya cukup 6 memadai dalam membantu siswa
untuk menguasai KD yang diajarkan. Materi yang diajarkan tidak
boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak
5. Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
a) Pemilihan Bahan Ajar haruslah mengacu / merajut pada SK.
b) Setelah di ketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita
pada langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi :
1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam SK
dan KD yang menjadi acuan / rujukan dalam pemilihan
bahan ajar.
2) Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran. Sejalan
dengan berbagai aspek standar kompetensi, materi
pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi 3 jenis materi
yaitu:
i. Aspek Kognitif di bagi lagi menjadi 4 jenis yaitu :
Fakta (nama-nama objek, dll), Prinsip (dalil dan
rumus), Konsep (Pengertian,definisi), Prosedur
(Langkah-langkah).
ii. Materi Pembelajaran aspek Afektif meliputi :
Pemberian respon Internalisasi Penerimaan
(Apresiasi) Penilaian.
iii. Materi Pembelajaran aspek Motorik.
3) Memilih jenis materi yang sesuai dengan SK dan KD
Cara paling mudah untuk menentukan jenis materi
pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan
mengajukan pertanyaan tentang KD yang harus di kuasai
siswa, dengan ini kita akan mengetahui apakah materi
yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep. Prinsip,
prosedur.
12
permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses. Standar Proses adalah
kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran padasatuan pendidikan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Dari pernyataan tersebut bahwa proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didikuntuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
13
Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk belajar melalui
keterlibatan aktif dengan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, dan
prinsipprinsip. Guru IPA harus mampu memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran 14 kooperatif atau kolaboratif sehingga peserta didik mampu
bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan masalah tanpa
takut salah. Media dan sumber belajar lainnya digunakan guru untuk memberi
bantuan peserta didik melakukan eksplorasi dalam bentuk mengamati (observing),
menghubung-hubungkan fenomena (associating), menanya atau merumuskan
masalah (questioning), dan melakukan percobaan (experimenting) atau
pengamatan.
Kompetensi Inti pertama, Kompetensi Inti kedua, dan Kompetensi Inti keempat
harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi
pokok yang tercantum dalam Kompetensi Inti yang ketiga. Kompetensi Inti
pertama dan Kompetensi Inti kedua tidak diajarkan langsung (direct teaching),
tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
di dalam kehidupan sehari-hari. (Permendikbud).
14
energi alternatif (angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar organik, dan nuklir)
dalam kehidupan sehari-hari, sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera
pendengaran, sifat-sifat cahaya dan 15 keterkaitannya dengan indera penglihatan,
upaya keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam di lingkungannya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
lingkungan sekitar, berbagai sumber energi, perubahan bentuk energi, dan sumber energi
alternatif (angin, air, matahari, panas bumi, bahan bakar organik, dan nuklir) dalam
kehidupan sehari-hari, sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera pendengaran,
sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya dengan indera penglihatan, upaya keseimbangan dan
pelestarian sumber daya alam di lingkungannya.
Kelas V mempelajari tentang materi IPA meliputi alat gerak dan fungsinya pada
hewan dan manusia, organ pernafasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, organ
pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia, organ peredaran darah dan
fungsinya pada hewan dan manusia, hubungan antar komponen ekosistem dan jaring
jaring makanan di lingkungan sekitar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca
khususnya kepada mahasiswa calon guru untuk dapat meningkatkan pemahamannya
tentang “Konsep-Konsep Dasar Pengetahuan Superficial IPA Terpadu” guna terwujudnya
pelaksanaan proses pembelajaran yang baik di Sekolah Dasar. Kami pun menyadari
makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan
kepada para pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang
terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arin. (2012). "Berbagi Ilmu Berbagi hikmah. Berbagi dan Menginspirasi. Mati Mulia
Tinggalkan Karya".
Astuti, Rum. (2013). Peleburan IPA-IPS Tidak Kurangi Substansi
Dickinson, V.L. (1997). Becoming better primary science teachers: A descriptionof our
journey.Journal of Science Teacher Education, 8(4), 296-311.
Kemendikbud.2014. Permendikbud No. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. Kemendikbud : Jakarta
Susilowati, (2014). Pembelajaran IPA pada Kurikulum 2013 : Penguatan Content Knowledge
Keintegrasian Materi IPA SMP Kelas VII untuk Mengatasi Hambatan Guru IPA dalam
Implementasi Kurikulum 2013.
18