Anda di halaman 1dari 132

MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

MOdul pelatihan
Gender dan Kepemimpinan

perempuan
1
2
MODUL
PELATIHAN
GENDER DAN KEPEMIMPINAN
PEREMPUAN

Disusun oleh:

Tim DPP SPN


Tim Worker Rights Consortium
& Fitri Indra Harjanti
II. DAFTAR ISI

I. KATA PENGANTAR 5
II. DAFTAR ISI 4
III. PENGANTAR MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 7
III.1. LATAR BELAKANG PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 7
III.2. TUJUAN PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 8
III.3. FASILITATOR PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 9
III.3.1. PERAN, KARAKTERISTIK, DAN KETERAMPILAN FASILITATOR 9
III.3.2. TUGAS FASILITATOR 12
III.4. PESERTA PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 15

IV. CARA MENGGUNAKAN MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 17


IV.1. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA 18
IV.2. PENDEKATAN PARTISIPATIF 20
IV.3. PENDEKATAN REFLEKTIF 20
IV.4. METODE YANG DIGUNAKAN 21
IV.5. EVALUASI 21
IV.6. SESI-SESI PRIORITAS 22

V. PEMBUKAAN DAN PERKENALAN 23


VI. MODUL 1: GENDER DAN RELASI KUASA 32
VI.1. SEKS DAN GENDER 32
VI.2. MENJADI PEREMPUAN 40
VI.3. KEISTIMEWAAN DAN PEMBATASAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI 47
VI.4. RELASI KUASA SEBAGAI AKAR PENYEBAB KETIDAKADILAN DAN KEKERASAN 51
VI.5. KETIDAKADILAN GENDER 62
VI.6. KAITAN ANTARA NORMA GENDER DAN PEKERJAAN DI PABRIK 70
VI.7. PENGUATAN (EMPOWERMENT) UNTUK PERUBAHAN 72
VI.8. PERANGKAT HUKUM DALAM PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER
DI TEMPAT KERJA 75

VII. MODUL 2: KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 85


VII.1. SIAPAKAH PEMIMPIN 85
VII.2. KEKUATAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 96
VII.3. CIRI KHAS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 113
VII.4. MENJADI PEMIMPIN PEREMPUAN 117

VIII. EVALUASI PELATIHAN 120


IX. DAFTAR PUSTAKA 131
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

I. KATA PENGANTAR

S
PN adalah serikat pekerja yang memiliki tujuan utama memper-
satukan dan menggalang solidaritas kaum pekerja untuk mencapai
kesejahteraan pekerja beserta keluarganya tanpa membedakan ras,
suku bangsa, agama atau keyakinan, jenis kelamin, kondisi fisik, status per-
kawinan, dan status serta jabatan dalam perusahaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah disusun program kerja organisasi
yang berpedoman kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SPN,
yang secara spesifik dibagi ke dalam 4 ruang lingkup, yaitu program pengem-
bangan organisasi, pendidikan, pelatihan, dan kaderisasi; program advokasi,
penegakan hukum, dan publikasi; program gerakan perempuan dan perlindungan
pekerja anak; serta program sosial, ekonomi, politik, dan hubungan interna-
sional.
Dalam ruang lingkup pengembangan organisasi, pendidikan, pelatihan,
dan kaderisasi, serta gerakan perempuan dan perlindungan pekerja anak itu-
lah dikembangkan suatu strategi penguatan kepemimpinan perempuan yang
akan berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi dan melaksanakan
program-program kerja organisasi, termasuk dalam upaya-upaya pencegahan
dan penghapusan kekerasan berbasis gender di dunia kerja.
Masih banyak tantangan yang dihadapi oleh serikat pekerja, khususnya
anggota-anggota perempuannya dalam melaksanakan kegiatan dan program
mereka, terutama yang berkaitan dengan permasalahan-permasalah-
an perempuan di tempat kerja, seperti ketidakadikan gender dan kekerasan
berbasis gender di tempat kerja. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya
pelatihan gender dan peningkatan kapasitas kepemimpinan perempuan, baik
bagi para pemimpin maupun para anggota perempuan serikat pekerja.
Modul Pelatihan Gender dan Kepemimpinan Perempuan ini dibuat se-
bagai panduan untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas
para pemimpin dan anggota perempuan SPN dalam kesetaraan gender dan
kepemimpinan perempuan, sebagai salah satu upaya untuk memperkuat
kapasitas kepemimpinan perempuan di tingkat organisasi dalam pengeta-

5
huan, pemahaman, keterampilan, dan perubahan perilaku (kesadaran), agar
bisa menjadi garda terdepan organisasi dalam mengeksekusi program-pro-
gram organisasi, termasuk dalam advokasi isu atau permasalahan perempuan,
seperti penghapusan kekerasan berbasis gender di tempat kerja.
Diharapkan modul ini dapat digunakan oleh siapa saja, baik pimpinan
maupun anggota perempuan SPN, yang memiliki semangat dan keinginan
kuat untuk mengembangkan dan melatih jiwa serta keterampilan kepemimpinan
dalam diri mereka, dengan perspektif kesetaraan gender, untuk terlibat aktif
dalam gerakan penghapusan kekerasan berbasis gender di tempat kerja, se-
bagai salah satu prasyarat terwujudnya solidaritas kaum pekerja untuk men-
capai kesejahteraan seluruh pekerja beserta keluarganya.
Modul pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan ini merupakan
dokumen hidup, sehingga modul ini akan terus diujicobakan untuk kemudi-
an dikembangkan serta direvisi berdasarkan pembelajaran-pembelajaran dari
proses ujicoba-ujicoba tersebut, serta masukan-masukan dari pihak-pihak
yang bekepentingan.
Besar harapan kami, modul ini dapat membantu mengoptimalkan
proses pembelajaran bersama dan penguatan kapasitas perempuan-perem-
puan SPN dalam memimpin gerakan mewujudkan kesejahteraan dan keadilan
bagi seluruh pekerja beserta keluarganya, dengan nol toleransi terhadap ke-
kerasan berbasis gender di tempat kerja.

Sumiyati
Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPP SPN &
Ketua Komite Perempuan Nasional DPP SPN

6
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

III.
PENGANTAR MODUL PELATIHAN GENDER DAN
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
III.1. LATAR BELAKANG PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIPINAN PEREMPUAN

S
alah satu upaya yang bisa digu- juan untuk meningkatkan kapasitas
nakan untuk memperkuat kapa- kelompok perempuan, khususnya
sitas pemimpin perempuan ada- anggota perempuan serikat buruh
lah sebuah kegiatan pelatihan gender dalam hal pengarusutamaan gender
dan kepemimpinan perempuan yang dan memperjuangkan isu dan kebu-
diharapkan bisa memperkuat peng- tuhan perempuan serta penghapusan
etahuan, pemahaman, keterampilan, kekerasan berbasis gender di tempat
dan perubahan perilaku (kesada- kerja.
ran) dalam melakukan penguatan
Pelatihan gender dan kepemimpinan
kepemimpinan perempuan serta ad-
perempuan ini menggunakan prin-
vokasi mengenai isu atau permasala-
sip-prinsip pendidikan orang dewa-
han perempuan, termasuk pengha-
sa, serta pendekatan partisipatif dan
pusan kekerasan berbasis gender di
pendekatan reflektif. Pelatihan yang
tempat kerja.
partisipatif dicirikan dengan adanya
Masih banyak tantangan yang dihada- penghargaan bagi peserta yang aktif
pi oleh serikat buruh, khususnya ang- belajar sendiri dan aktif pula belajar
gota-anggota perempuannya dalam dari orang lain. Saling mendengar dan
melaksanakan kegiatan dan program saling menghargai pendapat orang
mereka, terutama yang berkaitan adalah kunci dari pelatihan yang par-
dengan permasalahan-permasalahan tisipatif. Sementara prinsip-prinsip
perempuan di tempat kerja, seperti pendidikan atau belajar orang dewa-
ketidakadikan gender dan kekerasan sa adalah percaya bahwa setiap orang
berbasis gender di tempat kerja. Oleh dewasa memiliki beragam pengala-
karena itu, pelatihan peningkatan man dan pengetahuan, selain juga
kapasitas kepemimpinan perempuan memiliki cara sendiri dalam mema-
baik bagi para pemimpin maupun hami sesuatu.
para anggota perempuan serikat bu-
Oleh karena itu, pelatihan kepempinan
ruh sangat dibutuhkan.
perempuan ini diharapkan dapat
Pelatihan ini secara umum bertu- mendorong partisipasi semua pihak

7
yang berada dalam proses belajar kepemimpinan perempuan ini
tersebut. Diharapkan pelatihan ini merupakan modul hidup, sehingga
dapat menjadi proses belajar yang modul ini akan terus diujicobakan
terbuka dan nyaman bagi semua un- untuk kemudian dikembangkan
tuk mengemukakan pendapatnya. serta direvisi berdasarkan pembe-
Selanjutnya diharapkan juga akan lajaran-pembelajaran dari proses
ada sebuah kesinambungan dalam ujicoba-ujicoba tersesebut, serta
upaya peningkatan kapasitas agar ke- masukan-masukan dari pihak-pihak
berhasilan dalam memperkuat posisi yang bekepentingan. Diharapkan
perempuan di masyarakat lebih terja- modul pelatihan gender dan kepemi-
min. mpinan perempuan ini dapat men-
jadi acuan bagi siapa saja yang ingin
Modul pelatihan gender dan
menggunakannya.

III.2. TUJUAN PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN


Tujuan Umum:
Secara umum tujuan pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan adalah
meningkatkan kapasitas kelompok perempuan, khususnya anggota perem-
puan serikat buruh dalam hal pengarusutamaan gender dan memperjuangkan
isu dan kebutuhan perempuan serta penghapusan kekerasan berbasis gender
di tempat kerja.

Tujuan Khusus:
1. Memberikan pemahaman tentang lah isu privat melainkan isu sosial/
relasi kuasa dan konsep serta poli- masalah kemanusiaan.
tik yang membentuk peran gender,
4. Memberikan pemahaman tentang
norma gender, dan relasi gender.
kepemimpinan perempuan, ter-
2. Memberikan pemahaman bahwa masuk kekuatan serta ciri khas
kekerasan berbasis gender tere- kepemimpinan perempuan.
jawantahkan dalam berbagai ben-
5. Memberikan pemahaman tentang
tuk dan praktik dalam budaya dan
tugas dan kemampuan teknis yang
konteks yang berbeda-beda, ter-
diperlukan dalam melaksanakan
masuk di tempat kerja/pabrik.
tugas sebagai advokator isu per-
3. Memberikan pemahaman bahwa empuan.
kekerasan berbasis gender bukan-

8
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

III.3. FASILITATOR PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN


PEREMPUAN

III.3.1. PERAN, KARAKTERISTIK, DAN KETERAMPILAN FASILITATOR

F
asilitator memiliki peran yang fasilitator juga perlu mengingatkan
sangat penting dalam proses peserta agar melakukan proses pem-
pembelajaran modul pelatihan belajaran dengan sukacita dan hati
gender dan kepemimpinan perem- gembira. Proses pembelajaran yang
puan ini. Sesuai dengan namanya, penuh sukacita dan hati gembira
fasilitator memiliki peran utama da- ini bisa diwujudkan bersama-sama
lam mempermudah proses pembela- melalui kerja sama antara fasilitator
jaran peserta. Konsep fasilitasi men- dengan para peserta.
gandaikan bahwa peserta workshop
atau diskusi telah memiliki penge-
tahuan dan peran fasilitator adalah Secara lebih lengkap peran
meramu, mengolah, atau menstruk- utama fasilitator adalah:
turkan pengetahuan peserta. 1. Membantu peserta untuk mem-
Jadi peran fasilitator di sini adalah buat aturan main dan menegak-
mempermudah proses pembela- kannya.
jaran dengan menciptakan proses 2. Memandu dan mendorong peser-
belajar yang hangat, menyenangkan, ta untuk berpikir kritis.
penuh sukacita, dan aman bagi
3. Mendengarkan komentar,
setiap peserta. Setiap peserta ada-
pendapat, dan umpan balik pe-
lah narasumber, karena peserta lah
serta.
yang memiliki pengetahuan tentang
situasi, kondisi, serta kebutuhan di 4. Menjaga fokus diskusi dan alur
komunitasnya masing-masing. diskusi.

Pada awal sebelum pelatihan dimu- 5. Membantu peserta menginte-


lai, fasilitator bisa menjelaskan peran grasikan nilai-nilai kesetaraan
dan fungsi fasilitator yang hanya gender dan kepemimpinan
memfasilitasi proses pembelajaran perempuan dalam kehidupan
mereka.
saja, di mana seluruh peserta adalah
narasumber yang memiliki pengeta- 6. Mendorong peserta untuk ikut
huan tentang situasi, kondisi, serta aktif dalam diskusi.
kebutuhan komunitasnya. Selain itu,
7. Membangun rasa percaya peserta.

9
8. Membuat ringkasan diskusi atau el) bagi peserta untuk pencapaian
meminta peserta untuk melaku- hasil yang maksimal.
kannya.
3. Memahami isu-isu dasar terkait
9. Menciptakan suasana pembelaja-
dengan gender, relasi kuasa,
ran yang penuh sukacita dan hati
kepemimpinan perempuan, serta
gembira.
advokasi untuk menghapuskan
Tema-tema dalam modul ini sangat kekerasan berbasis gender di
khusus yakni tema-tema terkait tempat kerja.
dengan gender dan relasi kuasa
Selain beberapa karakteristik mini-
sebagai akar penyebab terjadinya
mal sebagaimana diuraikan, fasilita-
ketidakadilan gender, kepemi-
tor hendaknya juga memiliki keter-
mpinan perempuan sebagai sebuah
ampilan memfasilitasi seperti:
kepemimpinan yang berperspektif
adil gender, serta advokasi untuk 1. Keterampilan mendengar
mewujudkan kesetaraan gender • Mampu menangkap inti dan
serta penghapusan kekerasan ber- keseluruhan pembicaraan.
basis gender di tempat kerja. Oleh • Mengamati ekspresi.
karena itu, perspektif dan sensitivi-
• Sensitif terhadap bahasa tubuh.
tas fasilitator terkait dengan isu-isu
• Santun.
yang disebutkan di atas sangatlah
penting dan utama. • Mampu melakukan klarifikasi
atas pembicaraan yang terjadi.
Selain itu, fasilitator disyaratkan • Memahami metode fasilitasi.
untuk memiliki karakteristik dan
keterampilan minimal untuk dapat
menjalankan fungsinya dan men-
capai tujuan pembelajaran dengan
baik. Di antara karakteristik min-
imal fasilitator untuk modul ini
adalah sebagai berikut:

1. Memiliki pemahaman dan pers-


pektif terkait dengan gender dan
kepemimpinan perempuan.

2. Terbuka terhadap diri sendiri dan


siap menjadi panutan (role mod-

10
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

2. Keterampilan membangun/ 4. Kemampuan sintesis dan


mengelola tim/kelompok analisis
• Membangun semangat tim/ • Mampu mensintesiskan informasi
kelompok. yang diperoleh.
• Mampu mengajak peserta untuk
• Selalu ingat untuk menyebut melakukan analisis.
minat atau perhatian peserta. • Mampu membuat rangkuman
• Mampu menciptakan lingkun- dari setiap sesi yang dipandu.
gan/suasana belajar yang positif. • Memastikan setiap peserta mema-
• Mampu membangun rasa per- hami sesi yang dipandu.
caya.
• Memiliki rasa humor.
5. Kemampuan teknik-teknik
• Mampu mengelola dinamika
fasilitasi
kelompok.
• Teknik bertanya (menemukan
pertanyaan kunci).
3. Kemampuan komunikasi • Teknik probing (menggali lebih
• Memiliki keterampilan mengajar dalam).
dengan baik. • Teknik parafrase (membuat
• Selalu menggunakan alat bantu ikhtisar atau mengulang poin-
visual. poin pernyataan peserta secara
• Mampu berbicara secara jelas dan singkat).
mudah didengar.
• Selalu menggunakan bahasa yang • Teknik mirroring (mengulang
sederhana. pernyataan peserta untuk mem-
• Mampu menggunakan waktu buat penekanan).
dengan efisien. • Teknik referencing back (men-
• Selalu siap sebelum sesi dilak- gaitkan pernyataan peserta den-
sanakan. gan pernyataan-pernyataan atau
• Mampu beradaptasi pada segala komentar-komentar yang sebel-
situasi umnya telah muncul di kelas).
• Teknik parking (menyimpan
pendapat, tanggapan, ataupun
pernyataan peserta yang tidak
sesuai dengan tema yang sedang
dibahas atau ketika fasilitator
belum menemukan jawabannya).

11
III.3.2. TUGAS FASILITATOR
Beberapa tugas-tugas yang harus diperhatikan oleh fasilitator adalah
sebagai berikut:

1. Mempersiapkan pelatihan
Mempersiapkan pelatihan sangat yang memadai untuk pelatihan,
penting bagi fasilitator karena akan kelengkapan audio-visual jika akan
mempengaruhi kelancaran proses menggunakan alat bantu audio-vi-
sekaligus mempengaruhi pencapa- sual, kelengkapan alat tulis, flipchart,
ian tujuan dari setiap sesi pelatihan. kertas metaplan, selotip, gunting dan
Persiapan pelatihan ini meliputi per- alat bantu lainnya.
siapan materi dan persiapan keleng-
kapan perangkat pelatihan termasuk
ruangan yang akan digunakan untuk 2. Membangun hubungan baik
pelatihan. dengan peserta
Untuk persiapan materi, sangat disa- Membangun hubungan yang baik
rankan bagi fasilitator untuk mempe- dengan peserta sejak awal pelatihan
lajari modul secara seksama terma- sangat penting bagi fasilitator karena
suk handout yang akan digunakan akan mempengaruhi proses selanjut-
sebelum pelatihan berlangsung. Per- nya. Hubungan baik yang terbangun
siapan ini akan membantu fasilitator sejak awal pertemuan akan memun-
untuk memiliki pemahaman terha- gkinkan peserta dan fasilitator untuk
dap alur pelatihan dan cakupan ma- bergaul, bekerjasama, membaur, dan
teri yang akan didiskusikan. Dalam mendorong satu sama lain untuk ter-
persiapan materi ini fasilitator juga libat aktif dalam proses diskusi. Beri-
mengantisipasi kemungkinan-ke- kut beberapa cara yang dapat dilaku-
mungkinan yang akan terjadi dalam kan fasilitator untuk membangun
proses pelatihan sehingga member- hubungan baik dengan peserta:
ikan kesempatan kepada fasilitator
• Tersenyum dan menyapa orang
untuk mempersiapkan srategi yang lain ketika mereka datang.
efektif sehingga hasil yang diharap-
• Berterima kasih atas kontribusi
kan dari sesi pelatihan tetap tercapai. mereka.
Sedangkan persiapan kelengkapan • Kontak mata.
pelatihan meliputi kesiapan ruang • Amati kelompok dan kenalilah

12
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

siapa saja yang turut berpartisipa- kerasan, menyaksikan atau melaku-


si. kan kekerasan. Sehingga fasilitator
• Dorong yang lain untuk aktif harus menyampaikan bahwa men-
dalam proses kelompok. jaga kerahasiaan pribadi dari mas-
• Dampingi orang-orang dalam ing-masing peserta dan orang-orang
kelompok saat aktivitas dimulai. yang diceritakan oleh peserta adalah
• Tunjukkan rasa hormat terhadap prinsip utama pelatihan ini dan setiap
pendapat orang. peserta memiliki tanggung jawab un-
• Ajak anggota kelompok untuk tuk memastikan bahwa kerahasiaan
menyampaikan opini yang berbe- ini terjaga. Dengan prinsip menjaga
da. kerahasiaan ini diharapkan setiap pe-
• Pastikan tidak ada yang tertinggal. serta dapat berbagi pengalaman per-
• Pastikan tidak ada yang saling sonal dengan aman dan nyaman dan
menertawakan. percaya diri untuk berbagi hal yang
• Hindari komentar yang meng- sangat personal misalnya orientasi
hakimi jawaban orang lain. seksual dan isu sensitif lainnya.
• Menyadari bahwa perlu ada
dorongan untuk berpartisipasi.
• Mengatur tempat duduk sehing- 4. Menjadi pendengar aktif
ga semua dapat merasa menjadi
bagian dari kelompok. Memahami secara benar apa yang
• Ajak orang-orang yang berbeda disampaikan dan dirasakan oleh pe-
untuk memberikan komentar dari serta adalah hal penting bagi fasil-
kelompok-kelompok kecil. itator karena dengan pemahaman
yang benar memungkinkan fasilita-
tor untuk merespon dengan menun-
3. Menjaga kerahasiaan pribadi jukkan bahwa fasilitator memahami
apa yang peserta katakan dan ra-
Tema-tema dalam modul ini ter- sakan. Oleh sebab itu fasilitator ha-
kait erat dengan pengalaman hid- rus memiliki kemampuan menjadi
up peserta atau orang lain dalam pendengar aktif. Jika fasilitator tidak
kehidupan peserta seperti teman, paham dengan apa yang disampaikan
saudara, tetangga, dan ada kalanya oleh peserta, ada baiknya fasilitator
pengalaman tersebut adalah pengala- melakukan klarifikasi misalnya “apa-
man yang tidak menyenangkan dan kah ini yang Anda maksud?” “dapat-
sensitif seperti menjadi korban ke- kah diperjelas!”

13
5. Menghadapi perbedaan satu proses dengan proses lainnya
memiliki kaitan yang sangat erat.
Menyampaikan pendapat yang ber-
beda secara nyaman bagi setiap pe-
serta sangat penting dalam proses
diskusi. Oleh sebab itu untuk memu- 7. Mengelola waktu
ngkinkan proses diskusi berlangsung,
Mengelola waktu secara efektif sangat
fasilitator disarankan untuk menggu-
penting bagi fasilitator untuk memas-
nakan pertanyaan terbuka. Dalam
tikan bahwa seluruh tahapan dalam
proses diskusi fasilitator kemudian
sesi dapat dijalankan dengan baik.
memilah pandangan yang berbe-
Ada banyak cara dalam mengelola
da lalu mendiskusikan konsekuensi
waktu ini, di antaranya menyepakati
dari pandangan yang berbeda-beda
waktu bersama peserta di awal proses
tersebut. Dalam proses ini fasilitator
dengan mempertimbangkan cakupan
tidak berperan untuk menyampaikan
materi dan tahapan yang harus dilalui,
ide yang dapat diterima oleh semua
memilih salah satu peserta untuk
peserta, akan tetapi menyampaikan
menjadi pengendali/penjaga waktu
informasi yang benar kepada peserta.
(time keeper), memberikan peringa-
tan setiap kali waktu akan berakhir,
dan menanyakan kepada peserta apa-
6. Mengelola permainan kah peserta masih membutuhkan
waktu tambahan.
Permainan menjadi proses yang pent-
ing karena dengan permainan memu-
ngkinkan peserta untuk mendapatkan
kegembiraan, memperkuat kerjasama, 8. Isu Kunci yang harus diketa-
menghilangkan hambatan komunika- hui oleh fasilitator
si, mendapatkan energi baru, menghi-
langkan kejenuhan sekaligus belajar • Apa itu pelatihan gender dan
sesuatu. Terkait dengan permainan ini kepemimpinan perempuan?
sedapat mungkin fasilitator menerap-
• Apa itu perspektif dan alat analisis
kan permainan yang memiliki kaitan
gender?
langsung dengan tema atau topik yang
didiskusikan. Sehingga permainan • Apa itu pemimpin perempuan?
bukan semata-mata permainan akan
tetapi permainan bertujuan pem- • Apa itu advokasi dan kebijakan
belajaran sehingga fasilitator dapat (baik kebijakan secara umum mau-
membangun kesan proses pelatihan pun kebijakan yang khusus terkait
sebagai proses yang utuh dan antara dengan isu perempuan)?

14
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

III.4. PESERTA PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN


PEREMPUAN

P
eserta pelatihan gender dan peserta perempuan di situ, termasuk
kepemimpinan perempuan mungkin pengalaman kekerasan
adalah anggota Serikat yang pernah dialami atau dilakukan-
Buruh/Serikat Pekerja yang diuta- nya. Sesi refleksi terpisah juga ber-
makan perempuan. Tidak menutup fungsi untuk mengurangi dominasi
kemungkinan ada peserta laki-laki, salah satu jenis kelamin (biasanya
tetapi jumlahnya mesti lebih sedikit laki-laki) dalam sesi tersebut.
dibandingkan peserta perempuan
Jumlah peserta ideal untuk pelatihan
(maksimal 20 % dari jumlah kes-
gender dan kepemimpinan perem-
eluruhan peserta). Ketika sesi refleksi
puan ini adalah antara 15 hingga 25
yang membahas tentang pengalaman
orang. Tetapi jika memang diperlu-
menjadi perempuan (dan menjadi
kan, jumlah peserta bisa ditambah
laki-laki), jika memungkinkan dire-
hingga 30 orang, dengan catatan
komendasikan agar peserta perem-
fasilitator harus bekerja ekstra agar
puan dan peserta laki-laki melaku-
bisa melibatkan dan memperhatikan
kan refleksi secara terpisah.
seluruh peserta, terutama dalam se-
Hal ini dikarenakan ketika dalam si-sesi refleksi. Jumlah peserta yang
sesi refleksi perempuan dan ada paling ideal untuk pelatihan gender
peserta laki-laki, maka peserta dan kepemimpinan perempuan ini
perempuan akan lebih terbatas adalah 20 orang.
(merasa malu atau kurang terbuka)
Mengingat mayoritas peserta pela-
ketika menceritakan pengalamannya
tihan gender dan kepemimpinan
sebagai perempuan, terutama pen-
perempuan ini adalah perempuan,
galaman ketidakadilan atau ketidak-
maka undangan untuk mengikuti
nyamanan yang pernah dialaminya.
pelatihan ini tidak boleh diberikan
Demikian juga peserta laki-laki,
secara mendadak. Idealnya adalah
yang juga akan merasa lebih terbatas
antara 2 minggu hingga 1 minggu
atau merasa perlu menjaga gengsi
sebelum tanggal pelatihan. Hal ini
ketika ingin menceritakan pengala-
penting dilakukan untuk memberi
mannya sebagai laki-laki dan ada
kesempatan para calon peserta per-

15
empuan mempersiapkan rumah dan rumah dan keluarga (anak) yang
keluarga (anak) yang akan ditinggal- akan ditinggalkan sejenak sehingga
kan sejenak untuk mengikuti pelati- lebih memilih untuk memberikan
kesempatan mengikuti pelatihan ini
han. Karena jika undangan diberikan
kepada rekan laki-lakinya. Dengan
mendadak (1 sampai 3 hari sebelum-
undangan yang sudah diberikan jauh
nya), ada kemungkinan calon peser-
sebelum acara, diharapkan tingkat
ta perempuan akan menolak karena
partisipasi perempuan untuk mengi-
belum sempat mempersiapkan
kuti pelatihan ini akan meningkat.

16
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

IV. CARA MENGGUNAKAN MODUL


PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN
PEREMPUAN

M
odul pelatihan gender dan pemahaman peserta terhadap materi
kepemimpinan perem- yang akan disajikan.
puan ini dibuat sebagai
Modul pelatihan gender dan
modul untuk peningkatan kapasitas
kepemimpinan perempuan ini pada
kepemimpinan buruh perempuan.
dasarnya terdiri dari 3 modul, yaitu
Secara umum tujuan pelatihan gen-
gender dan relasi kuasa, kepemi-
der dan kepemimpinan perempuan
mpinan perempuan, dan advokasi.
ini adalah meningkatkan kapasitas
Ketiga modul tersebut menjadi pili-
kelompok perempuan, khususnya
han karena dinilai mampu mening-
anggota perempuan serikat buruh
katkan kemampuan seseorang untuk
dalam hal pengarusutamaan gender
berjuang mengadvokasi isu perem-
dan memperjuangkan isu dan kebu-
puan.
tuhan perempuan serta penghapusan
kekerasan berbasis gender di tempat Modul gender dan relasi kuasa ter-
kerja. diri dari berbagai materi, yang jika
dikelompokkan terdiri dari materi
Modul pelatihan gender dan
dasar dan kerangka analisis gender.
kepemimpinan perempuan ini
Jika peserta pelatihan banyak yang
menjelaskan proses pelatihan yang
pernah mendapatkan materi gender
diawali dengan pembukaan dan
sebelumnya (dapat dilihat dari hasil
dilanjutkan dengan sesi perkenalan,
pre-test), maka fasilitator dapat lebih
penjelasan alur, kontrak belajar,
fokus pada materi kerangka analisis
bagian ini menjadi penting karena
gender dengan mengaitkannya pada
ini adalah awal dari interaksi peser-
isu/permasalahan yang ada.
ta dan fasilitator. Setelahnya, acara
dilanjutkan dengan pengisian pre- Pada modul kedua, yaitu kepemi-
test berupa pertanyaan-pertanyaan mpinan perempuan, banyak digu-
kepada peserta seputar pengetahuan nakan contoh kasus sebagai bahan
mereka terkait materi yang akan dis- diskusi dan bahan pembelajaran. Hal
ampaikan dalam pelatihan. Kegiatan ini memiliki maksud untuk mencip-
pre-test bertujuan mangukur tingkat takan semangat baru bagi peserta

17
pelatihan untuk terus memperjuangkan isu-isu perempuan. Materi modul
pertama dan modul kedua harus dipakai secara berurutan sebagai landasan
bagi modul ketiga yang berisikan tentang materi advokasi.
Selanjutnya modul pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan ini
akan ditutup dengan sesi evaluasi yang berisi evaluasi perubahan peserta
menggunakan permainan “where do you stand?” yang dilanjutkan dengan
sesi post-test dan evaluasi pelatihan secara umum. Dari hasil post-test dapat
dinilai apakah pelatihan telah berhasil meningkatkan kapasitas peserta dan
dari lembar evaluasi dapat dilihat penilaian dan masukan peserta terhadap
pelatihan yang telah diselenggarakan.
Modul pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan ini menggunakan
prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa, pendekatan partisipatif, serta
pendekatan reflektif.

IV.1. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Modul ini didesain dengan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa yang


menghargai pendapat dan pengalaman pribadi masing-masing peserta. Gaya
pendidikan orang dewasa ini lebih menekankan pada assistance (pendampin-
gan) dan bukannya bimbingan. Gaya pendidikan orang dewasa (Andragogi)
adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur
pengalaman belajar. Prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa adalah sebagai
berikut:

1. Orang dewasa perlu tahu mengapa mereka perlu mempelajari


sesuatu.
2. Orang dewasa mengarahkan dirinya sendiri.
3. Orang dewasa menggunakan pengalamannya sendiri dalam
proses belajar.
4. Orang dewasa belajar sesuatu ketika ia membutuhkan mengeta-
hui sesuatu.
5. Orang dewasa lebih menyukai pendekatan penugasan dalam
belajar.

18
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Metode Belajar Anak Metode Belajar Orang Dewasa


Bergantung kepada orang lain dalam
Menentukan sendiri apa yang penting
menentukan apa yang penting untuk
untuk dipelajari.
dipelajari.
Membutuhkan validasi terhadap infor-
Menerima begitu saja informasi yang
masi yang diterima berdasarkan keyak-
dipresentasikan.
inan dan pengalaman.
Mengharapkan apa yang dipelajari akan Mengharapkan apa yang dipelajari akan
bermanfaat pada masa depan. bermanfaat segera.

Tidak memiliki pengalaman untuk Memiliki banyak pengalaman masa lalu


dipelajari. untuk dipelajari.
Memiliki kemampuan terbatas untuk Memiliki kemampuan sebagai nara
menjadi nara sumber bagi guru atau sumber bagi fasilitator dan peserta didik
teman kelasnya. lainnya.

Daur Belajar Pendidikan Orang Dewasa:

19
IV.2. PENDEKATAN PARTISIPATIF
Proses pembelajaran dalam modul ini menerapkan pendekatan partisipatif.
Pendekatan partisipatif adalah proses pembelajaran yang mengandaikan pe-
serta memiliki pengalaman dan pengetahuan, karenanya peserta diposisikan
sebagai narasumber, baik bagi fasilitator maupun bagi peserta lainnya. Ada
beberapa ciri penting proses pembelajaran partisipatif adalah sebagai berikut:

1. Kedudukan fasilitator dengan arah atau tidak satu arah antara


peserta adalah setara dan hubun- fasilitator dan setiap peserta.
gan antara fasilitator dan peserta
4. Fasilitator menggunakan metode
dibangun atas dasar kepercayaan,
praktis-partisipatif seperti diskusi
saling menghargai dan keinginan
kelompok dan kegiatan lain yang
untuk melayani.
memungkinkan setiap peserta
2. Fasilitator mendorong dan mem- berpartisipasi.
beri nilai/menghargai terhadap
5. Fasilitator memulai proses pem-
perbedaan pandangan.
belajaran dari mengenali pengeta-
3. Informasi mengalir ke berbagai huan peserta.

IV.3. PENDEKATAN REFLEKTIF

Pendekatan reflektif adalah pendeka- dari pengalamannya masing-masing


tan yang memberi ruang kepada dan mendorong peserta agar berpar-
peserta untuk merefleksikan pengala- tisipasi lebih aktif di dalam diskusi.
man-pengalaman kehidupan mereka
Beberapa cara yang bisa digunakan
tanpa merasa dihakimi. Konsekuensi
untuk memberikan ruang reflektif ke-
pendekatan reflektif ini menuntut
pada peserta adalah sebagai berikut:
fasilitator untuk mampu memberikan
kesempatan yang lebih besar kepada 1. Selalu mengembalikan ke
peserta untuk menggali dan belajar pengalaman peserta.

20
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

2. Membagikan pengalaman 4. Diskusi kasus


masing-masing peserta ke-
pada peserta yang lain baik 5. Bermain peran
dalam kelompok kecil maupun 6. Simulasi
kelompok besar.
7. Permainan
3. Menghargai setiap pengala
man dan pendapat peserta. 8. Menggambar

4. Tidak menggurui dan tidak 9. Pemutaran film


menghakimi. 10. Diskusi kelompok
5. Menyiapkan pertanyaan kunci
dan melakukan probing (me-
mancing dengan pertanyaan
yang lebih detail) untuk meng- IV.5. EVALUASI
gali pengalaman dan pemaha- Evaluasi menjadi aspek penting
man peserta. dalam modul pelatihan gender dan
6. Menggunakan beberapa kepemimpinan perempuan ini.
metode kreatif termasuk Hal ini dilakukan untuk mengukur
bermain peran, menggambar, perubahan yang dihasilkan dalam
bernyanyi, bermain game/quiz, proses pembelajaran. Sebagaimana
dan lain-lain. diuraikan dalam bagian awal bahwa
modul pelatihan gender kepemi-
mpinan perempuan ini memiliki
IV.4. METODE tujuan umum dengan beberapa hasil
yang diharapkan. Selain itu, setiap
YANG DIGUNAKAN sesi dari setiap modul juga memiliki
Berikut adalah metode-metode yang tujuan pembelajaran yang meliputi
digunakan dalam modul pelatihan aspek pengetahuan, sikap, dan ket-
gender dan kepemimpinan perem- erampilan, dan ketiga aspek tersebut
puan ini: penting untuk selalu diukur sehingga
efektivitas modul dapat dilihat dan
1. Ceramah + presentasi rekomendasi dapat dirumuskan un-
2. Curah gagasan (brainstorm- tuk memperkuat modul bagi proses
ing) pembelajaran.

3. Diskusi reflektif + sharing Modul ini menerapkan beberapa


pengalaman metode evaluasi yakni pre dan post-
test yang dilakukan pada awal dan

21
akhir pelatihan. Alat pre dan post-test ini. Tetapi terkadang situasi di lapa-
terlampir pada bagian awal (pem- ngan tidak memberikan kesempatan
bukaan dan perkenalan) serta pada pada fasilitator untuk melakukan
bagian akhir (evaluasi) pada modul semua sesi yang ada di modul dikare-
ini. Sebaiknya lembar evaluasi pre- nakan keterbatasan waktu.
test sudah dibagikan kepada peserta
Ketika fasilitator memilili keter-
sebelum pelatihan dimulai, sehing-
batasan waktu di lapangan, maka
ga peserta bisa mengisinya terlebih
berikut adalah sesi-sesi prioritas
dahulu di rumah masing-masing
yang mesti diberikan kepada peserta
dan mengumpulkannya ke panitia
sebagai materi dasar untuk mem-
pada hari pertama pelatihan ketika
berikan pemahaman kepada peserta
melakukan registrasi peserta.
tentang kepemimpinan perempuan:
Selain itu, modul ini juga menye-
diakan metode evaluasi untuk
melihat perubahan perspektif peserta 1. Seks dan Gender
dengan menggunakan permainan
“where do you stand?” serta evalu-
2. Menjadi Perempuan
asi pelatihan secara umum dengan 3. Relasi Kuasa sebagai Akar
menggunakan pertanyaan-per- Penyebab Ketidakadilan
tanyaan terbuka. Keduanya terdapat dan Kekerasan
pada bagian akhir (evaluasi) modul
ini. 4. Ketidakadilan Gender

Modul ini adalah modul hidup, 5. Siapakah Pemimpin


dalam artian modul ini akan diu- 6. Menjadi Pemimpin Per-
jicobakan dan selanjutnya akan empuan
terus dikembangkan serta direvisi
berdasarkan hasil pembelajaran dari
ujicoba-ujicoba modul yang dilaku-
kan serta masukan-masukan yang
membangun dari pihak-pihak yang
berkepentingan.

IV.6. SESI-SESI PRIORITAS


Idealnya seluruh sesi dalam modul
ini dilakukan semua dengan urutan
alur sesuai dengan yang ada di modul

22
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

V. PEMBUKAAN DAN PERKENALAN


A. Pengantar:
Sesi ini akan mengantarkan peserta untuk mengenali program pelatihan
kepempimpinan perempuan untuk buruh perempuan dan kenapa mereka
dilibatkan atau terpilih sebagai peserta pelatihan. Selain itu, sesi ini juga
memfasilitasi peserta agar saling mengenal sehingga bisa lebih dekat dan
terbangun kepercayaan serta rasa nyaman satu sama lain. Peserta juga difasil-
itasi agar merasa bahwa pelatihan ini adalah milik dan kebutuhan mereka,
sehingga mereka akan terlibat secara aktif.
Sesi ini akan menghasilkan kesepakatan mengenai aturan dasar yang muncul
dari peserta sendiri dan konsekuensi bagi yang melanggar yang juga dibuat
dan disepakati oleh peserta. Sesi pengantar ini sangat penting untuk menja-
min keberlangsungan dan keterlibatan peserta dalam proses pelatihan ini.

B. Tujuan: C. Capaian:
1. Memberikan gambaran tentang 1. Peserta mendapatkan gamba-
pelatihan gender dan kepemi- ran tentang pelatihan gender dan
mpinan perempuan bagi para bu- kepemimpinan perempuan bagi
ruh perempuan termasuk tujuan, para buruh perempuan ini beserta
alur, serta prosesnya. tujuan, alur, serta prosesnya.
2. Mengajak peserta untuk saling 2. Peserta mengenal satu sama lain.
mengenal satu sama lain.
3. Peserta menyepakati aturan dasar
3. Mengajak peserta menyepakati pelatihan (Ground Rules).
aturan dasar pelatihan (Ground
4. Peserta paham pelatihan ini adalah
Rules).
ruang yang aman untuk berefleksi
4. Memberikan pemahaman kepada dan berbagi.
peserta bahwa pelatihan ini adalah
5. Peserta mengisi lembar pre-test.
ruang yang aman untuk berefleksi
dan berbagi.
D. Durasi:60 menit
5. Mengajak peserta untuk mengisi
lembar pre-test.

23
E. Pokok Bahasan: • Hobby atau aktivitas di waktu
senggang.
1. Pembukaan dan Perkenalan
2. Penjelasan Alur dan Proses Pelati- • Satu hal (bisa benda, tanaman,
han hewan, dan lain-lain) yang paling
3. Harapan dan Kekhawatiran menggambarkan diri dan apa
alasannya.
4. Kontrak Belajar (Aturan Dasar
Kelas) 2. Fasilitator bertanya kepada peserta,
5. Mengisi Lembar Pre-Test “adakah yang seperti saya?” Peserta
yang memiliki kesamaan dengan
F. Alat dan Bahan: fasilitator (satu kesamaan saja) bisa
1. Kertas plano dan flipchart menjadi yang selanjutnya mem-
perkenalkan diri dengan cara yang
2. Spidol & pulpen
sama. Begitu seterusnya, sehingga
3. Selotip kertas
semua peserta mendapat giliran
4. Metaplan warna-warni memperkenalkan diri sekaligus
5. Post it warna-warni menemukan kesamaan mereka
dengan peserta yang lain.
G. Langkah-Langkah:

Aktivitas 1: Aktivitas 2:
Mengenal Lebih Dekat Menjelaskan Tujuan, Alur, Serta
1. Fasilitator menyapa seluruh peser- Proses Pelatihan
ta, kemudian fasilitator mengajak 1. Fasilitator menjelaskan kepada
peserta untuk saling memperke- peserta hal-hal sebagai berikut:
nalkan diri. Fasilitator memulainya
dengan memperkenalkan diri yang • Program pelatihan gender dan
berisi beberapa hal sebagai berikut: kepemimpinan perempuan
untuk buruh perempuan ini dan
• Nama lengkap dan nama panggilan. siapa yang menyelenggarakannya.
• Domisili (tempat tinggal) • Tujuan dan capaian yang di-
• Pekerjaan atau aktivitas se- harapkan dari pelatihan gender
hari-hari. dan kepemimpinan perempuan
untuk buruh perempuan ini.

24
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

• Siapa yang menjadi fasilitator meminimalkan terjadinya


dan apa peran fasilitator dalam kekhawatiran.
pelatihan ini.
2. Fasilitator membuat gambar
• Siapa yang menjadi peser- pohon dan gambar tong sampah
ta pelatihan dan mengapa di kertas plano dan menempel-
seseorang bisa terpilih sebagai kannya di dinding. Lalu fasilitator
peserta pelatihan. meminta peserta untuk menem-
pelkan harapan mereka di kertas
• Prinsip pendidikan orang de-
plano bergambar pohon serta me-
wasa dan metode partisipatif.
nempelkan kekhawatiran mereka
• Alur, metode, serta proses yang di kertas plano bergambar tong
akan digunakan selama pelati- sampah. Fasilitator merangkai
han. dan menyimpulkan harapan serta
kekhawatiran peserta.
2. Fasilitator bertanya kepada peser-
ta apakah masih ada yang belum 3. Fasilitator mengatakan pada
jelas dan ingin ditanyakan lebih peserta, ada banyak cara untuk
lanjut. memaksimalkan pencampaian
harapan dan meminimalkan
kekhawatiran, salah satunya ada-
lah dengan komitmen dari dalam
Aktivitas 3: diri. Fasilitator meminta mas-
ing-masing peserta untuk mem-
Harapan dan Kekhawatiran bacakan komitmen yang sudah
1. Fasilitator membagikan 3 kertas ditulis di kertas metaplan warna
metaplan yang berbeda warna dan kuning secara bergiliran.
meminta agar peserta menuliskan:
• Metaplan pink: Harapan
peserta dalam mengikuti Aktivitas 4:
pelatihan.
Kontrak Belajar
• Metaplan biru: Kekhawati-
ran peserta dalam mengikuti 1. Fasilitator mengatakan pada pe-
pelatihan. serta bahwa cara lain yang bisa
digunakan untuk memaksimal-
• Metaplan kuning: Komit-
men dari dalam diri peserta kan harapan dan meminimal-
sendiri untuk memaksimal- kan kekhawatiran adalah dengan
kan tercapainya harapan dan adanya Aturan Dasar Kelas yang

25
disepakai bersama antara fasilita- gunakan selama pelatihan.
tor dan seluruh peserta di kelas.
Fasilitator mengajak peserta mem-
buat kesepakatan bersama (Aturan
Dasar Kelas) untuk memperlan- Aktivitas 5:
car kegiatan yang akan dilakukan. Mengisi Lembar Pre-Test
Kesepakatan tersebut setidaknya
1. Fasilitator membagikan lembar
meliputi poin-poin berikut:
pre-test berikut ini kepada setiap
• Saling menghormati dan peserta dan meminta peserta un-
menghargai pendapat orang tuk mengisinya. Fasilitator meng-
lain. ingatkan agar peserta mengisinya
dengan baik dan tidak terburu-bu-
• Saling menjaga kerahasiaan.
ru, serta jujur tanpa beban sesuai
• Bicara atas nama sendiri dengan pendapatnya atau kata
dan pengalaman pribadi hatinya karena tidak ada jawaban
bukan pengalaman orang yang benar atau salah.
lain.
• Mendengarkan dan mem-
beri kesempatan kepada
orang lain untuk berbicara.
2. Fasilitator meminta peserta untuk
menuliskan konsekuensi dari se-
tiap pelanggaran atas kesepakatan
Aturan Dasar Kelas yang sudah
dibuat dalam selembar post it. Na-
mun konsekuensi tersebut harus
masuk akal dan bisa diterapkan di
kelas serta tidak bersifat menyaki-
ti. Kemudian post it tersebut digu-
lung dan dimasukkan ke dalam
“Kotak Cinta”, yang nantinya seti-
ap kali ada peserta yang melanggar
aturan dasar, harus mengambil gu-
lungan post it dari kotak cinta dan
melakukan yang tertulis di situ.
Kotak cinta ini disimpan untuk di-

26
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

PRE TEST
PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Nama: ……………………………………………………………
Organisasi: .……………………………………………………..
Tempat Kerja/Posisi: ...…………………………………………..

1. Gender adalah:
a. Jenis kelamin biologis laki-laki dan perempuan.
b. Jenis kelamin sosial laki-laki dan perempuan.
c. Kodrat laki-laki dan perempuan yang dibawa sejak lahir.
d. Ketidakadilan sosial atas laki-laki dan perempuan.

2. Konstruksi gender menjadi permasalahan ketika:


a. Menimbulkan ketidakadilan yang sebagian besar dialami oleh
perempuan.
b. Pasangan suami istri bersepakat untuk istri bekerja di pabrik men-
cari nafkah sementara suami tinggal di rumah mengurus anak dan
pekerjaan rumah tangga.
c. Seorang buruh perempuan memutuskan untuk keluar dari peker-
jaannya di pabrik dan menjadi ibu rumah tangga untuk merawat
anaknya yang masih kecil.
d. Zaman sekarang banyak laki-laki yang berprofesi sebagai koki
(juru masak) dan banyak perempuan yang berprofesi sebagai pilot
pesawat terbang.

3. Salah satu bentuk ketidakadilan gender adalah subordinasi atau


penomorduaan perempuan. Di bawah ini adalah contoh-contoh
subordinasi/penomorduaan perempuan, kecuali:
a. Perempuan jarang diminta atau didengar pendapatnya dalam
proses pengambilan keputusan.

27
b. Laki-laki lebih diprioritaskan dalam akses dan kesempatan untuk
mendapatkan promosi/kenaikan jabatan dibandingkan perem-
puan.
c. Perempuan mendapatkan akses lebih sedikit untuk posisi-posisi
kepemimpinan di masyarakat, di organisasi, maupun di tempat
kerja.
d. Pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang dibebankan
hanya kepada perempuan saja.

4. Bentuk ketidakadilan gender lainnya yang dialami perempuan


adalah beban ganda, yang dimaksud dengan beban ganda adalah:
a. Perempuan harus memasak, mencuci, memandikan anak, dan
mengantarkan anak ke sekolah.
b. Perempuan harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
c. Perempuan mencari nafkah di luar rumah untuk memenuhi kebu-
tuhan keluarga, namun pekerjaan domestik tetap hanya menjadi
tanggung jawabnya saja.
d. Perempuan melakukan 2 pekerjaan sekaligus untuk mencari uang
demi memenuhi kebutuhan keluarga (misalnya bekerja di pabrik
sekaligus berjualan online).

5. Apa akar penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan


berbasis gender?
a. Pelaku ada kesempatan untuk melakukannya.
b. Perempuan merupakan makhluk yang lemah dan perlu dilindungi.
c. Relasi kuasa yang timpang dan konstruksi gender yang tidak
setara.
d. Kurangnya pendidikan dan faktor ekonomi.

28
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

6. Seorang pemimpin adalah:


a. Orang yang bisa menguasai orang lain untuk melakukan apa saja
yang diinginkannya.
b. Orang yang dengan ilmu dan keterampilannya bisa menggerak-
kan dan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama mencapai
tujuan tertentu.
c. Orang yang dikagumi dan diidolakan oleh banyak orang.
d. Orang yang sangat populer dan dikenal oleh banyak orang.

7. Berikut ini adalah hambatan perempuan untuk menjadi pemimp-


in, kecuali:
a. Konstruksi gender yang seringkali menempatkan perempuan
sebagai “konco wingking” atau orang yang dipimpin.
b. Perempuan tidak memiliki kemampuan dan keterampilan sebagai
seorang pemimpin.
c. Kurangnya ruang untuk menggali potensi kepemimpinan bagi
perempuan.
d. Kurangnya kesempatan dan ruang yang diberikan kepada perem-
puan untuk muncul sebagai seorang pemimpin.

8. Di bawah ini adalah prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh seo-


rang pemimpin yang berperspektif keadilan gender, kecuali:
a. Dalam memecahkan permasalahan berpijak pada realitas konkret,
bukan berandai-andai.
b. Memiliki cara pandang yang berorientasi pada proses.
c. Menginginkan segala sesuatu serba instan dan cepat.
d. Menghargai nilai kemanusiaan, kehidupan, serta relasi personal.

9. Berikut adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang


pemimpin:
a. Kemampuan membuat konsep.

29
b. Kemampuan membangun relasi dengan orang lain.
c. Kemampuan menjalankan aktivitas-aktivitas pemimpin seperti
berbicara di depan orang banyak, memimpin rapat, mengambil
keputusan, menyelesaikan konflik, dan lain-lain.
d. Semua jawaban benar.

10. Di bawah ini adalah kualifikasi keberhasilan kepemimpinan, kecuali:


a. Menghindari konflik demi kedamaian dan keharmonisan suasana.
b. Senang bekerja dengan manusia merupakan falsafah hidupnya.
c. Mempunyai keinginan untuk mempengaruhi orang lain untuk
berkembang dan bukan untuk menguasai orang lain.
d. Bersedia untuk bekerja keras.

30
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

2. Fasilitator mengumpulkan lembar pre-test yang sudah diisi oleh


peserta, dan pastikan semua sudah terisi lengkap. Jika ada yang belum
terisi lengkap, fasilitator mengembalikan kepada peserta yang ber-
sangkutan agar melengkapinya.

H. Catatan untuk Fasilitator:

1. Setiap kali ada pertanyaan dari peserta, fasil-


itator melemparkan kembali kepada peserta,
tetapi di akhir fasilitator tetap menyimpulkan.
2. Selalu mengupayakan agar peserta berbicara
secara sukarela, sekaligus ada pembagian bic-
ara yang cukup merata: jangan ada yang sangat
pasif maupun sangat dominan. Jika ada peserta
yang cenderung pasif, fasilitator dapat memo-
tivasi yang belum berbicara untuk berbicara.
3. Ketika peserta mengisi lembar pre-test, fasil-
itator mengingatkan peserta bahwa tidak ada
jawaban benar atau salah, sehingga peserta
dipersilakan untuk mengisi dengan jujur tanpa
beban sesuai dengan pendapatnya atau kata
hatinya.
4. Jangan lupa untuk memberi waktu yang cukup
bagi semua peserta untuk mengisi lembar
pre-test tanpa terburu-buru. Pastikan peserta
mengisi semua pertanyaan dengan lengkap
tanpa ada yang terlewatkan.

31
VI.MODUL 1:
GENDER DAN RELASI KUASA

VI.1. SEKS DAN GENDER

A. Pengantar:
Dalam proses kehidupan seorang manusia (perempuan dan laki-laki), ia akan
dihadapkan pada kondisi-kondisi dari luar yang mempengaruhi dirinya.
Sikap, tindakan, perilaku dan harapan-harapan sosial selalu dilekatkan pada
seorang individu perempuan dan laki-laki. Proses pelekatan tersebut tidaklah
terbentuk dalam waktu singkat. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi
kehidupan sosial di mana individu tersebut tumbuh dan dibentuk secara so-
sial. Dalam proses pelekatan tersebut seringkali kita terjebak untuk tidak bisa
membedakan antara seks dan gender.
Dalam diskusi ini, peserta diajak untuk melihat dan merefleksikan dirinya se-
bagai seorang perempuan, bagaimana perempuan dibentuk secara sosial se-
hingga muncul pelekatan sikap, tindakan, perilaku dan harapan sosial terha-
dap perempuan. Pada proses ini, akan diperkenalkan tentang konsep seks dan
gender. Peserta diajak untuk bisa membedakan konsep seks dan gender dan
bagaimana konsep gender ternyata mempengaruhi kehidupan mereke sebagai
perempuan.

B. Tujuan:
1. Memberikan pemahaman kepada bagaimana proses pembentukan
peserta tentang perbedaan perem- gender (bentukan sosial yang
puan dan laki-laki secara biologis dipercaya sebagai hal umum da-
(kodrat yang merupakan ciptaan lam masyarakat).
Tuhan) dan gender (bentukan 3. Mengajak peserta berefleksi
sosial yang dipercaya sebagai hal tentang akibat/implikasi gender
umum dalam masyarakat). terhadap dirinya sebagai perem-
2. Memberikan pemahaman puan.

32
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

C. Capaian: E. Pokok Bahasan:


1. Peserta dapat memahami per- 1. Seks vs Gender
bedaan konsep perempuan dan 2. Pengertian Seks dan Gender
laki-laki secara seks (biologis) dan
gender. 3. Latihan: Seks atau Gender?

2. Peserta dapat memahami proses


F. Alat dan Bahan:
pembentukan gender.
1.Kertas plano dan flipchart
3. Peserta mampu memahami 2. Spidol warna-warni
dampak pembentukan gender ter-
3. Metaplan warna-warni
hadap dirinya sebagai perempuan.
4. Selotip Kertas
5. Gunting
D. Durasi: 90 menit
6. Pulpen

G. Langkah-Langkah:

Aktivitas 1:

Seks vs Gender
1. Fasilitator meminta peserta untuk memikirkan dan menuliskan satu kata
(bisa ciri-ciri, sifat/karakter, pekerjaan, dan lain-lain) ketika mendengar
kata laki-laki di kertas metaplan warna pink dan ketika mendengar kata
perempuan di kertas metaplan warna biru.
2. Fasilitator menempelkan 3 kertas plano di dinding. Satu kertas plano ber-
gambar laki-laki, satu kertas plano bergambar perempuan, dan satu kertas
plano lagi bergambar tumpukan batu bata yang ditempelkan di tengah di
antara gambar laki-laki dan gambar perempuan.
3. Fasilitator meminta peserta untuk menempelkan metaplan pink-nya di
kertas plano bergambar laki-laki dan metaplan biru-nya di kertas plano
bergambar perempuan.
4. Fasilitator membahas masing-masing metaplan yang sudah tertempel
dengan menanyakannya kepada peserta apakah kata yang ada di mas-

33
ing-masing metaplan juga dimiliki oleh lawan jenisnya. Jika jawabannya
iya, fasilitator memindahkan metaplan tersebut ke kertas plano bergambar
tumpukan batu bata yang ada di tengah.
5. Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa kertas metaplan yang ma-
sih tetap berada pada gambar laki-laki dan pada gambar perempuan itu-
lah yang dinamakan seks (jenis kelamin). Sementara metaplan yang sudah
dipindahkan ke kertas metaplan bergambar tumpukan batu bata di tengah
itulah yang dinamakan gender.

Aktivitas 2:
Pengertian Seks dan Gender

1. Fasilitator menjelaskan kepada peserta pengertian seks dan gender. Gender


adalah serangkaian asumsi, tuntutan, dan harapan yang dilekatkan pada
perempuan dan pada laki-laki. Gender berbeda dengan jenis kelamin bi-
ologis (seks) atau kodrat Tuhan. Gender dibentuk oleh masyarakat/budaya
sehingga gender sering disebut dengan jenis kelamin sosial.
2. Fasilitator menjelaskan perbedaan antara seks dan gender.

Seks Gender
Bersifat kodrati atau diperoleh dari sejak
Bersifar konstruktif atau dibentuk oleh
lahir dan merupakan pemberian dari
manusia/masyarakat
Tuhan Yang Maha Esa.
Berlangsung selamanya dan tidak dapat Berlangsung di waktu tertentu dan bisa
diubah atau dipertukarkan. diubah atau dipertukarkan.
Bersifat universal. Bersifat kontekstual.
Tidak dipengaruhi oleh ruang dan
Berubah sesuai ruang dan waktu.
waktu.
Contoh: Laki-laki mempunyai penis, Contoh: Rambut panjang, pemberani,
jakun, sperma, hormon testoteron, dan lemah lembut, pakai rok, memimpin,
lain-lain. Perempuan memiliki vagina, rasional, emosional, badan kekar, me-
rahim, ASI, hormone estrogen dan pro- masak, mencuci, dokter, sekretaris, dan
gesteron, dan lain-lain. lain-lain.

34
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Aktivitas 3:

Latihan: Seks atau Gender?


1. Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok, kemudian fasilitator
meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi melengkapi tabel
berikut tentang apakah pernyataan yang tertulis di masing-masing baris
itu seks atau gender.

Gender atau
Pernyataan
Seks?
Perempuan bisa melahirkan, laki-laki tidak bisa melahirkan.
Anak perempuan lembut, sedangkan anak laki-laki kasar.
Banyak perempuan tidak membuat keputusan tentang hidup
mereka secara mandiri, bahkan hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan seksual mereka.
Suara laki-laki berubah selama masa pubertas, sedangkan
suara perempuan tidak.
Perempuan bekerja di bagian administrasi dan pelayanan,
laki-laki di bagian keamanan dan supervisor.
Perempuan menerima keputusan yang diambil oleh laki-laki.
Perempuan dapat menyusui bayi dengan payudara, sedangan
laki-laki dapat menyusui bayi dengan botol dan gelas.
Di Mesir kuno, laki-laki menenun di rumah, perempuan men-
gatur urusan rumah. Perempuan mewarisi harta dan laki-laki
tidak.
Mayoritas pengemudi truk adalah laki-laki dan pelayan toko
adalah perempuan.
Laki-laki dikatakan “pria sejati” setelah mereka memberi
keturunan.
Laki-laki rasional dan perempuan emosional.
Perempuan sensitif terhadap suara bernada tinggi sehingga
mereka dapat mendengar tangisan anaknya bahkan ketika
mereka sedang tidur. Laki-laki menumpukan pengurusan
anak kepada perempuan

2. Fasiltator meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan


hasil diskusinya, apakah pernyataan tersebut seks atau gender dan apa
alasannya.

35
3. Setelah peserta memahami konsep seks dan gender, ajak peserta untuk
membahas pertanyaan reflektif sebagai berikut:
• Bagaimana perlakuan keluarga/orang sekitar terhadap Anda sebagai perem-
puan jika dibandingkan terhadap saudara laki-laki/teman laki-laki Anda,
baik di rumah, sekolah atau lingkungan masyarakat?
4. Selanjutnya, fasilitator memandu diskusi reflektif dengan pertanyaan kunci
sebagai berikut:
• Menurut Anda, seperti apa seharusnya mengajari perempuan?
• Bagaimana pengharapan keluarga pada Anda sebagai perempuan?
• Bagaimana masyarakat mengharapkan Anda sebagai perempuan?
• Sebenarnya Anda menginginkan diri Anda menjadi perempuan yang seperti apa?
• Bagaimana dan dengan siapa Anda belajar menjadi perempuan?
5. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesimpulan bersama dan
mempersilakan jika ada peserta yang ingin bertanya atau memberikan
pendapatnya.

H. Catatan untuk Fasilitator:

1. Fasilitator bisa mengganti istilah seks 2. Dalam sesi reflektif, peserta akan ber-
dan gender dengan istilah yang lebih cerita tentang proses ia belajar men-
familiar dengan peserta, misalnya jadi perempuan. Fasilitator mesti
kodrat dan bentukan masyarakat, memastikan bahwa peserta memili-
jenis kelamin biologis dan jenis ki kesempatan bercerita agar peserta
kelamin sosial, gawan dan gawean, menangkap bahwa bagaimana cara
dan lain-lain. mereka belajar menjadi perempuan
dipengaruhi oleh bentukan budaya.

BAHAN BACAAN 1
Gender adalah serangkaian asumsi, tuntutan, dan harapan yang dilekatkan
pada perempuan dan pada laki-laki. Gender berbeda dengan jenis kelamin
biologis (seks) atau kodrat Tuhan. Karena dibentuk oleh masyarakat/budaya,
gender seringdisebut dengan jenis kelamin sosial.

36
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

PEREMPUAN LAKI-LAKI
Mempunyai vagina Mempunyai penis
Memiliki rahim sehingga dapat hamil
dan melahirkan
Menghasilkan sel telur (ovum) Menghasilkan sperma
Memiliki payudara Memiliki jakun
“Mimpi basah” (mengeluarkan sperma
Mendapat menstruasi
melalui mimpi)

SEKS GENDER
Bersifat biologis (jenis kelamin dan Bersifat tidak biologis tetapi punya
fungsinya) fungsi dan peran sosial masing-masing
Diperoleh dari Tuhan sejak lahir Bentukan adat/kebiasaan
Dapat dipertukarkan antara perempuan
Tidak dapat dipertukarkan antara per-
dan laki-laki (mempunyai potensi ke-
empuan dan laki-laki
mampuan yang sama)
Berlaku di mana saja, kapan saja di
Berlaku di tempat dan waktu tertentu
seluruh dunia

Proses Pemasyarakatan

37
Proses Pemasyarakatan Gender
Melalui
corong

Keluarga: masyarakat:
- Orang tua,saudara/i - Pemuka masyarakat Penanaman
- Kakek, nenek, paman, bibi - Tradisi, adat istiadat Keyakinan
- Sepupu, kerabat - Dongeng, mitos, slogan Tentang
- Pembantu tumah tangga, - Nilai-nilai setempat
supir - Ujaran-ujar
- Lagu-lagu, nyanyian
Agama - Kesenian
- Pemuka agama
- Ajaran-ajaran dan Tempat kerja - Apa yang harus dan tidak harus
aturan-aturan agama - Pimpinan - Apa yang pantas dan tidak pantas
- Kitab-kitab agama - Sistem perusahaan - Apa yang diharapkan dan tidak
- Hukum/tradisi agama - Peraturan diharapkan
- Rekan kerja - Apa yang baik dan apa yang buruk
- Peran cocok dan tidak cocok
Sekolah - AD/ART - Perilaku yang sesuai dan tidak sesuai
- Sistem pendidikan - Apa saja yang boleh dan tidak boleh
- Guru, staff pendidik Negara - Dan sebagainya
- Buku-buku pelajaran - Pejabat negara, para birokrat
- Mata pelajaran - Hukum/ Undang-undang
- Teman-teman sekolah - Kebijakan pemerintah Proses internalisasi atas individu:
- Sistem politik, ekonomi,
Laki-laki dan perempuan
Media Masa hankam
- Radio, tv, video - Propaganda (Membbentuk konsep diri)

- Film, sinetron, iklan Dan Menjadi bagian dari


- Koran, majalah, buku
- Brosur, leaflet
- Komputer

Catatan:
Pada dasarnya gender tidak menjadi lebih mampu dan lebih kuat dalam
masalah sepanjang tidak merugikan banyak hal.
salah satu jenis kelamin. Akan tetapi, • Perempuan tidak mendapat pendi-
dalam kehidupan sehari-hari gender dikan formal yang sama dengan laki-la-
sering dipermasalahkan karena: ki.
• Perempuan tidak bisa berkembang • Perempuan tergantung secara ekonomi
karena hanya diberi peran domestik kepada laki-laki sehingga tidak memi-
dan tidak diberi kesempatan untuk liki keterampilan dan pengalaman
peran-peran produktif. sebanding dengan laki-laki.
• Laki-laki dibebani pekerjaan, tugas • Masih terdapat kebijakan/UU yang bias
yang terlalu berat, serta dituntut untuk gender.

38
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

• Menimbulkan ketidakadilan dan • Kekeliruan laki-laki dan perempuan


diskriminasi terhadap perempuan dalam mempersepsi diri.
dan laki-laki.
• Kekeliruan penilaian laki-laki dan
perempuan terhadap masing-masing
Akibat Peran Gender: pihak.

• Relasi timpang antara laki-laki dan • Menghambat aktualisasi diri.


perempuan. • Menimbulkan ketidakadilan.

Konstruksi Gender

Konstruksi gender melekatkan kualitas maskulin hanya kepada laki-la-


ki dan kualitas feminin hanya kepada perempuan, dan seolah-olah
kualitas maskulin lebih baik dari kualitas feminin, padahal keduanya
sama-sama baik, tergantung situasi dan kebutuhannya.
Padahal maskulin dan feminin adalah kualitas-kualitas yang bisa dimi-
liki oleh setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan, yang bisa di-
munculkan sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Misalnya ketika anak
kita sakit kita akan lembut, melayani, penuh kasih sayang (feminin),
namun ketika anak kita berbuat kesalahan kita akan tegas mengajari
dia (kualitas maskulin), baik laki-laki maupun perempuan memiliki
keduanya. Mana yang dominan tergantung dari pembiasaan dan pen-
galaman hidup manusia yang bersangkutan.
Pemimpin yang ideal adalah yang kualitas maskulin dan kualitas femi-
ninnya seimbang, contohnya Nabi Muhammad SAW.
39
VI.2. MENJADI PEREMPUAN
A. Pengantar:
Menjadi diri sendiri tentu tidak mudah baik bagi perempuan maupun la-
ki-laki. Banyak hal yang mempengaruhi proses pembentukan identitas diri
seseorang, baik cara pandang, sikap dan perilaku, entah itu dari keluarga,
lingkungan masyarakat, maupun negara. Di berbagai tradisi, perempuan
masih terbelenggu pada standar-standar masyarakat yang tidak terlepas dari
peran gendernya. Tanpa disadari hal ini yang membuat perempuan mempo-
sisikan dirinya sebagai subordinat, lemah, dan tidak layak untuk mengem-
bangkan potensi dirinya, sehingga kualitas dirinya terhambat karena “saya
perempuan”.
Karena itu menjadi penting menggali pengalaman perempuan, bagaimana
dia dibesarkan, dididik, dan diasuh oleh keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Diskusi ini akan merefleksikan pengalaman peserta untuk menumbuhkan
kesadaran mengenai proses pembentukan identitas dirinya, dan menawarkan
alternatif baru terkait bagaimana perempuan melihat dirinya serta mengem-
bangkan potensi yang ada pada dirinya.

B. Tujuan:
1. Memberikan pemahaman bagaima- galamannya menjadi perempuan
na proses pembentukan gender. untuk memahami proses pemben-
2. Membantu peserta merefleksikan tukan identitas diri dan konsekuensi
pengalamannya menjadi perem- yang diterima serta pengaruhnya
puan, memahami proses pem- bagi kehidupan sosial.
bentukan identitas dirinya, dan
konsekuensi yang diterima serta
D. Durasi: 90 menit
pengaruhnya bagi kehidupan sosial.

C. Capaian: E. Pokok Bahasan:


1. Peserta memahami proses pemben- 1. Konstruksi Sosial yang Membentuk
tukan gender. Perempuan dan Laki-Laki

2. Peserta dapat merefleksikan pen- 2. Sungai Kehidupan (Proses Terben-


tuknya Identitas Gender)

40
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

F. Alat dan Bahan: G. Langkah-Langkah:


1. Kertas plano dan flipchart
2. Kertas HVS
Aktivitas 1:
3. Spidol warna-warni, crayon, dan Konstruksi Sosial yang Membentuk
pensil warna Perempuan dan Laki-Laki
4. Kertas metaplan warna-warni 1. Fasilitator meminta salah seorang
5. Selotip kertas peserta untuk menjadi sukarelawan
maju ke depan.
6. Amplop
7. Pulpen 2. Fasilitator membagikan amplop
tertutup kepada peserta yang lain
(selain sukarelawan yang maju ke
depan), yang berisi kertas dengan
tulisan sebagai berikut:

1) Sebagai ayah, aku ingin kamu anak perempuanku .....


2) Sebagai ibu, aku ingin kamu anak perempuanku ....
3) Sebagai suami, aku ingin istriku …
4) Sebagai kakak laki-laki, aku ingin kamu adik perempuanku .....
5) Sebagai kakak perempuan, aku ingin kamu adik perempuanku .....
6) Sebagai adik laki-laki, aku ingin kamu kakak perempuanku .....
7) Sebagai adik perempuan, aku ingin kamu kakak perempuanku .....
8) Sebagai mertua, aku ingin menantu perempuan yang .....
9) Sebagai teman, aku ingin kamu teman perempuanku ......
10) Sebagai tetangga, aku ingin tetangga perempuanku .....
11) Sebagai guru, aku ingin kamu murid perempuanku .....
12) Sebagai rekan kerja, aku ingin rekan kerja perempuan yang…
13) Sebagai supervisor, aku ingin karyawan perempuan yang…
14) Sebagai manajer, aku ingin karyawan perempuan yang .....

41
15) Sebagai pemilik perusahaan, aku ingin karyawan perempuan yang ....
16)Sebagai kepala desa, aku ingin kamu warga desa perempuanku ....
17) Sebagai bupati/walikota, aku ingin warga kabupaten/kota perempuan
yang .....
18) Sebagai penonton, aku ingin model/artis perempuan yang .....
19) Sebagai pemilik media, aku ingin pemirsa/pembaca perempuan yang ......

3. Fasilitator meminta peserta yang menjadi sukarelawan untuk bergerak bebas


dan berjalan ke mana-mana. Setelah itu, fasilitator meminta peserta yang lain
untuk membacakan harapannya keras-keras dan menempelkannya ke bagian
tubuh sukarelawan, di mana bagian tubuh yang sudah ditempeli harapan terse-
but tidak bisa lagi digerakkan. Adapun urutan menempelkannya adalah mulai
dari peserta yang berperan sebagai keluarga (1 – 7), sebagai lingkungan (8 – 15),
dan terakhir yang berperan sebagai negara dan media (16 – 19).
4. Fasilitator memandu diskusi reflektif dengan pertanyaan kunci sebagai berikut:
• Bagaimana perasaan sukarelawan yang ditempeli harapan-harapan, apakah
senang, sedih, biasa saja, merasa terbebani, merasa bertanggung jawab, dan
sebagainya?
• Bagaimana perasaan peserta lain yang menjadi keluarga, lingkungan, dan nega-
ra/media?
• Bagaimana perasaan peserta lain jika mereka dalam posisi sukarelawan yang
ditempeli banyak beban dari keluarga, lingkungan, dan negara/media?
• Menurut Anda, dari permainan tadi tergambarkan bahwa menjadi perempuan
itu harus seperti apa?
• Bagaimana pengharapan keluarga pada diri Anda sebagai perempuan?
• Bagaimana pengharapan masyarakat pada diri Anda sebagai perempuan?
• Bagaimana pengharapan tempat kerja Anda pada diri Anda sebagai perem-
puan?
• Anda menginginkan diri Anda menjadi perempuan yang seperti apa?
• Bagaimana dan dengan siapa Anda belajar menjadi perempuan?

42
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

5. Fasilitator menjelaskan siapa yang mempengaruhi perkembangan diri sebagai


perempuan dan menjelaskan tentang proses perkembangan diri seseorang
yang dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan, serta negara/media. Hal tersebut
dijelaskan dalam Teori Kerangka Ekologis dari Lori Heise (1998) seperti dalam
gambar berikut:

6. Fasilitator menjelaskan bahwa perubahan itu bisa dilakukan ke depan dengan


dimulai dari diri sendiri dan keluarga kita.

Aktivitas 2:
Sungai Kehidupan (Proses Terbentuknya Identitas Gender)

1. Fasilitator membagikan kertas 2. Fasilitator mempersilakan peserta


HVS dan beragam alat tulis seperti menggunakan spidol serta crayon
spidol dan crayon atau pensil warna. warna-warni yang telah disediakan
Kemudian fasilitator meminta untuk menggambarkan dinamika
peserta untuk menggambarkan kehidupannya. Seperti layaknya
sebuah aliran sungai dan membagi sungai, misalnya untuk meng-
sungai tersebut menjadi 3 bagian, gambarkan situasi/pengalaman
yaitu bagian usia 0 sampai 12 tahun, yang menyenangkan peserta bisa
bagian usia 13 tahun hingga bekerja menggambarkan arus sungai yang
atau menikah, dan bagian usia tenang, ikan-ikan berenang, bunga
setelah bekerja atau menikah hingga dan tanaman indah di sepanjang
hari ini. sungai, dengan warna-warna yang
cerah, dan seterusnya. Sementara

43
untuk menggambarkan situasi/pen- ketidakadilan atau pengalaman yang
galaman yang tidak menyenangkan tidak menyenangkan yang dialami
peserta bisa menggambarkan arus peserta ke dalam metaplan (satu
sungai yang deras, batu-batuan atau pengalaman ketidakadilan ditulis
batang pohon yang menghalangi, dalam satu metaplan).
banjir, dan seterusnya. Peserta juga
5. Setelah peserta selesai bercerita,
bisa bermain dengan warna dan
fasilitator menempelkan meta-
bentuk/gambar lainnya. Dorong
plan-metaplan berisi pengalaman
peserta untuk mengembangkan
ketidakadilan yang dialami oleh
kreativitasnya walaupun gambarnya
peserta tadi dan membacakan
tidak harus bagus. Fasilitator juga
semuanya untuk menekankan kem-
bisa memutarkan lagu yang me-
bali pengalaman-pengalaman tidak
nenangkan untuk membuat situasi
menyenangkan atau tidak adil bagi
lebih kondusif bagi peserta dalam
perempuan tersebut.
menggambarkan sungai kehidupan-
nya. 6. Fasilitator lalu mengajak peser-
ta untuk merefleksikan bersama
3. Minta peserta yang bersedia untuk
pengalaman-pengalaman tersebut
menceritakan sungai kehidupannya
dengan menggunakan pertanyaan
di depan kelas. Sebelumnya fasilita-
kunci berikut ini:
tor mengingatkan kembali tentang
kesepakatan saling menjaga keraha- • Apakah pengalaman yang tidak
siaan dan saling menghormati pen- menyenangkan atau perlakuan
galaman yang berbeda. Dorong agar yang tidak adil ini juga dialami
semua peserta bersedia bercerita, oleh perempuan lain?
namun jika ada peserta yang tidak
• Apakah laki-laki juga men-
bersedia, hormati keputusannya. Ke-
galami perlakuan yang tidak
tika peserta menceritakan pengala-
menyenangkan atau yang tidak
mannya yang kurang menyenang-
adil ini?
kan, fasilitator bisa menunjukkan
empati dan kepeduliannya atas • Mengapa perempuan yang leb-
pengalaman peserta. Jangan lupa ih banyak mengalami pengala-
ucapkan terima kasih dan berikan man tidak menyenangkan atau
penghargaan berupa tepuk tangan perlakuan tidak adil?
kepada setiap peserta yang bersedia
• Apakah ada perbedaan cara
menceritakan pengalamannya.
orangtua dalam mendidik anak
4. Selama para peserta bercerita, laki-laki dan anak perempuan?
fasilitator mencatat pengalaman
• Apakah ada perbedaan per-

44
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

lakuan dari orangtua, teman, peserta yang ada disampingnya


kerabat, kepada diri Anda melalui telapak tangan yang hampir
sebagai perempuan? menempel. Ajak peserta untuk
merasakan energi yang saling
• Apa yang Anda rasakan ketika
dibagikan dan ingatkan peserta
mendapat perlakuan yang ber-
agar sesama perempuan saling
beda tersebut?
mendukung dan saling menguatkan
untuk gerakan bersama menuju
7. Fasilitator menjelaskan siapa dan
kesetaraan gender.
apa saja yang mempengaruhi
perkembangan diri perempuan.
Fasilitator perlu menjelaskan men- H. Catatan untuk
genai persoalan seks dan gender
serta maskulinitas dan feminitas.
Fasilitator:
Fasilitator menjelaskan tentang 1. Fasilitator mendorong pe-
proses perkembangan diri seseorang serta untuk bercerita namun
yang dipengaruhi oleh keluarga, jika peserta tidak bersedia
lingkungan, negara (fasilitator bisa bercerita, fasilitator meng-
mengaitkannya dengan kerangka hargai keputusannya.
ekologi). Fasilitator juga menjelas-
kan bahwa perubahan bisa dilaku- 2. Fasilitator bisa memutar
kan ke depan dengan dimulai dari lagu-lagu yang menenang-
diri sendiri dan keluarga kita, dari kan ketika peserta meng-
cara kita mengasuh anak perem- gambar sungai kehidupan-
puan dan anak laki-laki yang lebih nya agar suasana lebih
setara dan adil gender. kondusif dan mendukung.

8. Fasilitator meminta semua peserta


dan fasilitator sendiri untuk berdiri
melingkar dengan tangan kanan BAHAN BACAAN 2
masing-masing peserta diletakkan
di atas tangan kiri peserta di samp- Teori Kerangka Ekologis dari Lori Heise
ingnya, tidak sampai menyentuh (1998) dapat digunakan untuk men-
tapi sangat berdekatan, kira-kira jelaskan bagaimana konstruksi sosial
berjarak 2 cm. Katakan pada peserta (termasuk di dalamnya konstruksi gen-
bahwa energi itu kekal dan tidak der) membentuk manusia perempuan
dapat dimusnahkan tetapi dapat dan manusia laki-laki dari sejak mereka
dibagi. Minta semua peserta untuk dilahirkan hingga mereka mening-
membagikan energinya kepada gal dunia. Dikarenakan budaya yang
berlaku di seluruh dunia secara umum

45
adalah budaya patriarkhi (budaya dalamnya konstruksi gender) yang
yang memberi lebih banyak keistime- membentuk perempuan dan laki-laki
waan kepada laki-laki dan lebih ban- pun sangat kental dipengaruhi oleh
yak pembatasan kepada perempuan), budaya patriarkhi.
maka konstruksi sosial (termasuk di

Selain itu, teori Kerangka Ekologis ini juga dapat digunakan untuk
menjelaskan kenapa terjadi kekerasan terhadap perempuan, sebagai
berikut:

Mengapa Kekerasan Terhadap Perempuan dapat Terjadi?

•Menjadi lelaki
• Kesepakatan global • Norma dan hukum • Pengisolasian perem- •Konflik dalam
• Menyaksikan konflik
regional maupun bilat- yang memperoleh puan dan keluarga pernikahan
konflik perkawinan
eral yang tidak sensitif perilaku laki-laki men- • Berhubungan dengan • lelaki adalah
(orang tua pada masa
gender dan kebutuhan gontrol perempuan kelompok kemitraan pengendali kekayaan
kanak-kanak)
perempuan • Kekerasan dapat diter- yang jahat keluarga dan pem-
• Tidak adanya figure
• Norma dan budaya ima untuk menyele- • Status sosial ekonomi buat keputusan
ayah atau ayah yang
global yang denderung saikan konflik yang rendah • Pengangguran
menolak
menjadikan perempuan • Kelaki-lakian dikaitkan • menjadi korban
sebagai komoditi dengan peran dominan, kekerasan pada masa
kehormatan atau agresi kanak kanak
• Penggunaan alkohol

46
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

VI.3. KEISTIMEWAAN DAN PEMBATASAN


PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI
A. Pengantar: B. Tujuan:
Dalam masyarakat yang menga- 1. Membantu peserta memahami
gungkan nilai-nilai laki-laki, atau bagaimana laki-laki dan perempuan
yang biasa disebut budaya patriarkhi, diposisikan dan diperlakukan dalam
seringkali laki-laki mendapatkan konstruksi budaya patriarkhi.
keistimewaan-keistimewaan yang
2. Membantu peserta memahami
lebih dibandingkan perempuan.
dampak pelabelan gender terhadap
Sementara perempuan lebih banyak
relasi kuasa dalam hubungan antara
mendapatkan pembatasan-pem-
perempuan dan laki-laki.
batasan. Karenanya laki-laki leb-
ih banyak memiliki kuasa untuk 3. Membantu peserta untuk memiliki
mengendalikan. Keistimewaan-keis- alternatif citra diri selain citra yang
timewaan yang dimiliki laki-laki selama ini dikonstruksi di dalam
dan keterbatasan-keterbatasan yang masyarakat terkait dengan bagaimana
dimiliki perempuan memiliki pen- idealnya menjadi perempuan dan
garuh terhadap sikap dan perilaku melihat poin positif dari citra diri
laki-laki di masyarakat dan terutama tersebut.
terhadap perempuan.
Proses pelabelan gender terhadap C. Capaian:
perempuan ternyata berdampak 1. Peserta memahami bagaimana
terhadap berbagai akses, kontrol dan laki-laki dan perempuan diposisikan
pembagian kerja terhadap perem- dan diperlakukan di masyarakat
puan dan laki-laki. Sering kali kita dalam konstruksi budaya patriarkhi.
menemukan bahwa relasi kuasa yang
tidak setara menimbulkan berbagai 2. Peserta memahami dampak pela-
dampak bagi perempuan, seperti be- belan gender terhadap relasi kuasa
ban ganda pada pekerjaan domestik dalam hubungan antara perempuan
dan publik yang dilakukan oleh per- dan laki-laki.
empuan (marginalisasi) serta min- 3. Peserta menyadari dan mengem-
imnya akses dan kontrol perempuan bangkan alternatif citra diri yang
dalam berbagai bentuk pengambilan positif sebagai perempuan.
keputusan.

D. Durasi: 90 menit

47
E. Pokok Bahasan:
1. Jam Aktivitas
2. Keistimewaan dan Pembatasan
Laki-Laki dan Perempuan

F. Alat dan Bahan:


1. Kertas plano dan flipchart
2. Spidol warna-warni
3. Metaplan warna-warni
4. Selotip kertas

G. Langkah-Langkah:

Aktivitas 1:

Jam Aktivitas
1.Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok dan meminta masing-masing
kelompok membahas serta menuliskan aktivitas apa yang dilakukan oleh ayah,
ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan dari sejak bangun tidur hingga tidur
lagi, dengan format seperti berikut:

Anak
Jam Ayah Ibu Anak Perempuan
Laki-Laki
Bangun dan
04.30 Masih tidur Masih tidur Masih tidur
beribadah
Bangun dan Memasak, mem- Bangun dan
05.00 Masih tidur
beribadah buat kopi beribadah
Mencuci baju,
Bangun dan
06.00 Minum kopi membersihkan Mencuci piring
beribadah
rumah
07.00 … … … …
… … … … …
… … … … …

48
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

2. Fasilitator meminta masing-masing antara laki-laki dan perempuan?


kelompok mempresentasikan hasil Tolong ceritakan.
diskusinya. Minta juga agar peserta
• Siapa yang melakukan kerja pro-
dari kelompok lain mengomentari/
duksi dan siapa yang melakukan
menambahkan. Fasilitator meman-
kerja domestik? Apa keinginan
du peserta untuk melengkapi dan
dan harapan peserta terkait hal
melihat perbedaan antara kegiatan
ini, seharusnya bagaimana?
laki-laki dan kegiatan perempuan.
4. Fasilitator mengajak peserta untuk
3. Fasilitator memandu diskusi reflektif
menceritakan pengalamannya
dengan pertanyaan kunci sebagai
sebagai seorang buruh perempuan
berikut:
yang memiliki jam kerja yang
• Siapa yang paling banyak aktivi- cukup padat. Siapa yang kemudian
tasnya, laki-laki atau perempuan melakukan pekerjaan rumah tangga
dan kenapa? dan pengasuhan anak? Perempuan
sendiri atau bersama dengan suami?
• Apa perbedaan yang khas dari
Jika perempuan sendiri, apa dampak
aktivitas laki-laki dan aktivitas
yang dialami oleh perempuan?
perempuan?
Misalnya: kelelahan, tidak bisa men-
• Siapa yang melakukan pekerjaan gambil kesempatan kenaikan posisi
rumah tangga? di tempat kerja, dan lain-lain.
• Siapa yang banyak membantu 5. Fasilitator menekankan bahwa
ibu melakukan pekerjaan rumah baik pekerjaan produksi maupun
tangga; ayah, anak laki-laki atau pekerjaan domestik keduanya sama
anak perempuan? beratnya, sama susahnya, sama
membutuhkan keterampilannya,
• Apakah ayah melakukan peker- sama membutuhkan waktunya, na-
jaan rumah tangga dan pen- mun karena pekerjaan produksi di-
gasuhan anak juga, kalau iya, hargai dengan uang dan pekerjaan
kapankah ayah melakukan itu? domestik tidak, seringkali pekerjaan
• Bagi buruh perempuan yang domestik tidak dihargai dan peker-
juga bekerja mencari uang, siapa jaan produksi dihargai. Fasilitator
yang melakukan pekerjaan ru- menekankan bahwa keduanya sama
mah tangga? Tekankan tentang pentingnya dan harus sama dihar-
beban ganda. gainya.
6. Fasilitator menawarkan kepada pe-
• Apakah di tempat kerja Anda
serta tentang pembagian kerja yang
masih terjadi pembedaan upah
lebih adil gender dan memberikan

49
contoh keluarga bahagia yang saling berbagi peran dan berikan contoh
beban ganda yang sangat merugikan perempuan, terutama ketika dia sedang
hamil.

Aktivitas 2:
Keistimewaan dan Pembatasan banyak keistimewaan-keistimewaan
Laki-Laki dan Perempuan di masyarakat dan di tempat kerja.
1. Fasilitator membagi peserta ke Mengapa atau apa yang mendasari
dalam 4 kelompok. Minta mas- hal tersebut terjadi? Kemudian siapa
ing-masing kelompok untuk mendi- di antara laki-laki dan perempuan
skusikan hal-hal berikut: yang memiliki lebih banyak pem-
batasan-pembatasan di masyarakat
• Kelompok 1: Keistimewaan-keis- dan di tempat kerja. Mengapa atau
timewaan yang diperoleh laki-la- apa yang mendasari hal tersebut
ki di masyarakat dan di tempat terjadi?
kerja.
4. Fasilitator memandu diskusi reflektif
• Kelompok 2: Pembatasan-pem- dengan pertanyaan kunci sebagai
batasan yang diperoleh laki-laki berikut:
di masyakarat dan di tempat • Apa yang Anda rasakan terkait
kerja. keistimewaan dan pembatasan
• Kelompok 3: Keistimewaan-keis- tersebut?
timewaan yang diperoleh • Apakah ada dampak dari
perempuan di masyarakat dan di keistimewaan dan pembatasan
tempat kerja. tersebut terhadap diri Anda?
• Kelompok 4: Pembatasan-pem- • Apakah menurut Anda keistime-
batasan yang diperoleh per- waan dan pembatasan tersebut
empuan di masyarakat dan di salah satunya disebabkan oleh
tempat kerja. jenis kelamin?
2. Fasilitator meminta masing-masing • Selain jenis kelamin, adakah hal
kelompok untuk mempresentasikan lain yang menyebabkan adanya
hasil diskusinya. keistimewaan dan pembatasan
3. Fasilitator mengajak peserta untuk tersebut?
menganalisis siapa di antara laki-laki • Siapakah yang membuat keis-
dan perempuan yang memiliki timewaan dan pembatasan

50
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

tersebut? laki-laki.
• Mungkinkah keistimewaan dan 6. Fasilitator mengajak peserta untuk
pembatasan tersebut diubah? mendiskusikan apa pengaruh
5. Fasilitator memberikan penekanan budaya tersebut terhadap sikap yang
hasil diskusi dan mengajak peserta dikembangkan oleh laki-laki dan
untuk menamai budaya yang lebih bagaimana pula terhadap perem-
banyak memberikan keistimewaan puan. Diskusikan pula apa pengaruh
pada laki-laki dan lebih banyak budaya tersebut terhadap sikap
pembatasan pada perempuan laki-laki pada perempuan dan sikap
tersebut. Fasilitator bisa pula mem- perempuan pada laki-laki.
berikan penjelasan tentang budaya 7. Fasilitator mengajak peserta untuk
patriarkhi dan menekankan bahwa membuat kesimpulan bersama-sa-
dalam konstruksi budaya patriarkhi, ma, bahwa budaya patriarkhi
laki-laki memiliki lebih banyak keis- mempengaruhi sikap dan perilaku
timewaan-keistimewaan dibanding- laki-laki maupun perempuan, serta
kan perempuan dan sebaliknya per- mempengaruhi sikap dan perilaku
empuan lebih banyak mendapatkan laki-laki terhadap perempuan dan
pembatasan-pembatasan dibanding perempuan terhadap laki-laki.

H. Catatan untuk Fasilitator:


1. Fasilitator selalu berusaha menggali pengalaman peserta.
2. Fasilitator bisa berkeliling masuk ke dalam diskusi-diskusi kelompok
untuk menyemangati peserta dan melihat dinamika dalam
kelompok.

VI.4. RELASI KUASA SEBAGAI AKAR PENYEBAB


KETIDAKADILAN DAN KEKERASAN
A. Pengantar:
Ketidakadilan dan kekerasan disebabkan oleh adanya ketimpangan relasi
kuasa. Ketimpangan relasi kuasa bisa disebabkan oleh banyak faktor
seperti usia, pendidikan, jabatan, status sosial, dan lain-lain, namun
konstruksi gender akan selalu ada di setiap ketimpangan relasi kuasa

51
yang ada. Kekerasan bisa terjadi 4. Membantu peserta merefleksikan
antara orang yang mempunyai bahwa setiap orang memiliki poten-
kekuasaan lebih tinggi ke orang si untuk menjadi korban sekaligus
yang mempunyai kekuasaan lebih pelaku kekerasan dan ketidakadilan.
rendah. Dari konstruksi gendern-
ya, laki-laki cenderung mempu-
nyai kekuasaan yang lebih tinggi C. Capaian:
dari perempuan. 1. Peserta memahami bahwa relasi
kuasa yang timpang merupakan
Sesi ini akan mengajak peserta
akar penyebab terjadinya ketida-
untuk merefleksikan ketimpa-
kadilan dan kekerasan.
ngan relasi kuasa yang ada di
masyarakatnya dan mengidenti- 2. Peserta bisa merefleksikan hier-
fikasikan dirinya berada di mana arkhi kekuasaan yang berada dalam
dalam tangga relasi kuasa. Selain kehidupan mereka.
itu peserta juga diajak untuk 3. Peserta bisa merefleksikan dirinya
berefleksi bahwa setiap orang berada di mana di dalam tangga
memiliki potensi untuk menjadi relasi kuasa di setiap ranah ke-
korban kekerasan dari orang- hidupannya.
orang yang kekuasaannya berada
4. Peserta menyadari bahwa dirinya
di atas mereka, sekaligus memili-
memiliki potensi untuk menjadi
ki potensi untuk menjadi pelaku
korban sekaligus pelaku kekerasan.
kekerasan terhadap orang-orang
yang kekuasaannya berada di
bawah mereka. D. Durasi:90 menit

B. Tujuan: E. Pokok Bahasan:


1. Membantu peserta memahami 1. Hierarkhi Kekuasaan
bahwa relasi kuasa yang timpang
2. Tangga Relasi Kuasa
merupakan akar penyebab terjadin-
ya ketidakadilan dan kekerasan.
2. Membantu peserta merefleksikan F. Alat dan Bahan:
tentang hierarkhi kekuasaan yang 1. Plano dan flipchart
berada dalam kehidupan mereka.
2. Spidol dan pulpen
3. Membantu peserta merefleksikan 3. Selotip
dirinya berada di mana dalam
4. Kertas tebal (karton/asturo tebal)
tangga relasi kuasa di setiap ranah
kehidupannya. 5. Tali Koor

52
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

G. Langkah-Langkah: 2. Setelah semua peserta


mendapatkan kertas tebal,
mintalah peserta untuk
Aktivitas 1: melihatnya dan menempel-
Hierarkhi Kekuasaan kannya di dadanya. Kemu-
dian mintalah mereka untuk
1. Fasilitator meminta peserta
membayangkan bahwa diri
untuk mengambil selembar
mereka adalah seseorang
kertas tebal yang sudah
yang tertulis dalam kertas
disiapkan sebelumnya tanpa
tebal tersebut. Beri peserta
melihat isinya.
waktu untuk membayang-
kan tokoh yang akan diper-
ankannya.

Tokoh yang tertulis dalam kertas tebal yang dibagikan:


a. Anak Perempuan 14 Tahun Miskin Tunawicara Tunagrahita
b. Laki-Laki 50 Tahun Lurah
c. Perempuan 40 Tahun Janda
d. Perempuan 25 Tahun PSK
e. Laki-Laki 45 Tahun Pemilik Pabrik Garmen
f. Perempuan 37 Tahun Manajer Umum di Pabrik
g. Remaja Perempuan 17 Tahun Pelajar di SMK Favorit
h.Anak Laki-Laki 15 Tahun Yatim Piatu Tinggal di Panti Asuhan
i. Perempuan 30 Tahun Guru Honorer
j. Balita Laki-Laki 3 Tahun
k. Perempuan 25 Tahun Miskin Tinggal di Gubug Hanya Bersama Ne-
neknya
l. Perempuan 19 Tahun Buruh Pabrik Garmen Baru Mulai Bekerja
m. Laki-Laki 27 Tahun Polisi
n.Laki-Laki 24 Tahun Mekanik di Pabrik

53
o. Laki-laki 38 Tahun Buruh Tani
p. Laki-Laki 38 Tahun Supervisor Pabrik
q. Laki-Laki 40 Tahun Ustadz
r. Laki-Laki 22 Tahun Pemuda Pengangguran
s. Laki-Laki 29 Tahun PNS
t. Perempuan 23 Tahun Ibu Rumah Tangga Hamil
u. Perempuan 35 Tahun Buruh Pabrik Sepatu Belum Menikah
v. Laki-Laki 20 Tahun Anak Kapolres
w. Perempuan 37 Tahun Kerja di Salon Mengidap HIV/AIDS
x. Anak Laki-Laki Pelajar SMP Tubuhnya Kecil dan Pendek
y. Perempuan 20 Tahun ODGJ
z. Perempuan 42 Tahun Istri Pejabat
3. Fasilitator membacakan pernyataan-pernyataan dan setiap kali ada peser-
ta yang menjawab YA, fasilitator dibantu oleh panitia akan mengikatnya
dengan menggunakan tali koor yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ikatan
bisa dimulai dari kaki ke atas tergantung jumlah ya yang diberikan oleh
masing-masing peserta.
Pernyataan yang dibacakan oleh fasilitator:
a. Ketika keluar malam, mendapat citra negatif.
b. Tidak pernah atau jarang diundang di rapat-rapat penting di mas-
yarakat.
c. Rentan di suit-suit atau digoda ketika jalan sendirian di jalan.
d. Sulit melawan ketika mendapatkan kekerasan.
e. Sulit atau bahkan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
f. Pendapatnya tidak pernah atau jarang didengar ketika membuat
keputusan.
g. Sering tidak dihargai karena dianggap tidak menghasilkan uang.

54
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

h.Ketika sakit, tidak dapat langsung berobat.


i. Sulit atau tidak dapat mengakses kredit di bank.
j. Harus tergantung pada orang lain untuk kebutuhan sehari-hari.
k. Rentan mendapatkan kekerasan fisik.
l. Sering dipermalukan.
m. Rentan diperkosa/mendapat kekerasan seksual.
n.Sering dimarahi.
o. Rentan tidak dibayar/digaji oleh pemberi kerja.
p. Jarang atau tidak pernah membuat keputusan di rumah tangga.
q. Sulit atau tidak bisa membuat keputusan untuk dirinya sendiri.
r. Rentan mengalami infeksi menular seksual.
s. Sulit melaporkan kekerasan yang dialaminya.
t. Ketika marah, tidak berani mengekspresikan rasa marahnya dan han-
ya cenderung diam saja.
4. Fasilitator memandu diskusi reflektif dengan pertanyaan kunci sebagai berikut:
• Siapa yang mendapatkan ikatan paling banyak dan bagaimana
perasaannya?
• Siapa saja yang ikatannya banyak (lebih dari 10) dan bagaimana
perasaannya?
• Siapa yang mendapatkan ikatan paling sedikit atau tidak
mendapatkan ikatan sama sekali dan bagaimana perasaannya?
• Siapa saja yang ikatannya sedikit (kurang dari 3) dan bagaimana
perasaannya?
• Menurut peserta kenapa sebagian peserta mendapatkan ikatan
banyak dan sebagian mendapatkan ikatan sedikit atau bahkan
tidak mendapatkan ikatan?
• Apa yang membuat sebagian peserta mendapatkan ikatan banyak
atau mendapatkan ikatan sedikit atau tidak mendapatkan ikatan?

55
• Di antara laki-laki dan perempuan siapa yang secara umum cend-
erung mendapat ikatan lebih banyak? Apa alasannya?
• Menurut Anda, jika tadi Anda bermain menjadi diri Anda sendiri,
berapa ikatan yang akan peroleh dan untuk pernyataan yang
mana? (Fasilitator memotivasi peserta untuk menceritakan pen-
galaman mereka.) Bagaimana perasaan Anda terkait hal tersebut?
5. Fasilitator menjelaskan tentang hierarki kekuasaan dan bertanya
kepada peserta apa saja yang bisa membuat seseorang mempunyai
kekuasaan yang lebih dibanding orang lain. Fasilitator melengkapi
jawaban yang belum keluar dari peserta.

Faktor yang membuat seseorang mempunyai kuasa lebih:


• Pangkat/Jabatan
• Status Sosial
• Status Ekonomi
• Tingkat Pendidikan
• Jenis Pekerjaan
• Status Kesehatan
• Mayoritas/Minoritas
• Senior/Junior
• Orientasi Seksual
• Usia
• Status Disabilitas
• Kekuatan Fisik
• Gender (Fasilitator menjelaskan bahwa untuk faktor gender ini
spesial dan mendapatkan catatan khusus karena selain bisa
berdiri sendiri, faktor gender juga selalu ada menyertai
setiap faktor yang lain, misalnya suami-istri yang sama-sa-
ma S2 suami tetap memiliki potensi untuk melakukan
kekerasan terhadap istrinya, atau perempuan tuna netra
bisa diperkosa oleh laki-laki yang juga tuna netra.

56
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Aktivitas 2:

Tangga Relasi Kuasa


1. Fasilitator menggambar tangga relasi kuasa dan memberikan angka (misaln-
ya 1 –5) seperti contoh berikut ini:

2. Fasilitator kemudian mengajak • Di kabupaten di mana kam-


salah satu peserta yang bersedia pungnya berada (tanyakan sia-
untuk melakukan refleksi, yaitu pa yang mengisi tangga-tangga
pada nomor berapakah posisi pe- di atas atau di bawahnya)
serta tersebut dalam tangga relasi • Di Republik Indonesia
kuasa: (tanyakan siapa yang mengisi
• Di rumahnya (tanyakan siapa tangga-tangga di atas atau di
yang mengisi tangga-tangga di bawahnya)
atas atau di bawahnya) 3. Fasilitator menjelaskan bahwa
• Di tempatnya bekerja (tanya- setiap orang BERPOTENSI untuk
kan siapa yang mengisi menjadi korban kekerasan seka-
tangga-tangga di atas atau di ligus BERPOTENSI untuk menjadi
bawahnya) pelaku kekerasan. Setiap orang
berpotensi untuk menjadi korban
• Di kampung tempat tinggalnya kekerasan dari orang-orang yang
(tanyakan siapa yang mengisi tangga relasi kuasanya berada di
tangga-tangga di atas atau di atasnya dan sekaligus berpotensi
bawahnya) menjadi pelaku kekerasan bagi

57
orang-orang yang tangga relasi sulung mereka yang kebetulan la-
kuasanya berada di bawahnya. ki-laki usia SMP terlambat pulang
Potensi tersebut bisa dicegah agar pada sore hari, si istri yang masih
tidak terjadi. sakit hati pada suaminya akhirnya
melampiaskan kekesalannya pada
4. Fasilitator memperjelas soal tangga
anaknya, mungkin dengan menga-
relasi kuasa dengan menceritakan
ta-ngatai atau bahkan memukul. Si
cerita berikut sambil menuliskan/
sulung yang kesal tentu tidak be-
menggambarkannya di kertas pla-
rani membalas ibunya, kebetulan
no: Ada seorang laki-laki katakan-
ada anak kedua, perempuan yang
lah bernama Joko. Joko bekerja
masih berusia SD, si kakak pun
di pabrik garmen sebagai seorang
melampiaskan kemarahannya pada
manajer produksi. Sebagai seorang
adiknya, mungkin dengan menga-
manajer produksi Joko mendapa-
ta-ngatai atau bahkan memukul.
tkan target bulanan dari bosnya.
Kebetulan di rumah Pak Joko ada
Pada suatu bulan, Joko tidak bisa
pekerja rumah tangga laki-laki
gagal mencapai target sehingga
berusia 40 tahunan, si anak bungsu
dia dimarahi oleh bosnya bah-
melampiaskan kemarahannya
kan sampai dikata-katai dengan
kepada pekerja rumah tangganya
kata-kata yang menyakitkan. Joko
tersebut. Si pekerja rumah tangga
tentu saja sakit hati tapi dia tidak
sakit hati dimarah-marahi oleh
berani membalas mengata-nga-
anak majikan, tapi dia tidak berani
tai bosnya karena dia tidak mau
membalasnya karena meskipun
kehilangan pekerjaannya. Joko
ia masih anak-anak tapi ia adalah
pulang ke rumah masih membawa
anak majikan, dia takut dipecat. Si
rasa sakit hatinya. Di rumah ada
pembantu rumah tangga laki-la-
istrinya yang menurut Joko kurang
ki pulang ke rumah, di rumah
menyambutnya dengan senyum,
ada istrinya, dia melampiaskan
akhirnya Joko melampiaskan
kekesalan ke istrinya, istrinya ke
kekesalannya dengan memarahi
anaknya, dan seterusnya. Dalam
istrinya, mengata-ngatai, bahkan
kehidupan nyata, permasalah-
mungkin sampai memukulnya.
annya tentu lebih kompleks dari
Istrinya sakit hati diperlakukan
itu, Joko bisa juga melampiaskan
seperti itu oleh pasangannya, tetapi
kekesalannya pada bawahannya
kemungkinan besar dia tidak akan
(buruh-buruh bagian produksi di
berani membalas suaminya karena
pabrik). Istri Joko bisa melampias-
nilai yang berkembang di mas-
kan kekesalannya pada adiknya.
yarakat, istri harus menurut dan
Anak sulung Joko bisa melamp-
patuh pada suami. Kemudian anak

58
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

iskan kekesalannya pada pacarnya, kekerasan selalu terjadi dari orang


dan anak sulung pekerja rumah yang memiliki kekuasaan lebih
tangga bisa melampiaskan ke tinggi kepada orang yang memiliki
tetangganya yang lebih muda dan kekuasaan lebih rendah. Diagram
lebih miskin, demikian seterusnya. berikut bisa menggambarkan ceri-
Namun intinya, tekankan bahwa ta Joko di atas:

5. Fasilitator bisa membagikan tabel berikut dan meminta peserta untuk


melengkapi kolom-kolom dalam tabel berikut untuk memahami bagaimana
relasi kuasa bekerja.

PERASAAN
SIAPA YANG
NO PERISTIWA YANG DITIM- RESPON KITA
MELAKUKAN
BULKAN

1 Dimarahi dan ditampar. Adik … …


2 Dimarahi dan ditampar. Atasan di pabrik … …
3 Digoda, disiulin, dicolek. Anak remaja di jalan … …
4 Digoda, disiulin, dicolek. Supervisor di pabrik … …
Sedang capek dan sakit tapi diminta
5
untuk bekerja dan disuruh-suruh.
Anak … …
Sedang capek dan sakit tapi diminta
6
untuk bekerja dan disuruh-suruh.
Suami … …
Sedang capek dan sakit tapi diminta
7
untuk bekerja dan disuruh-suruh.
Bos di pabrik … …

59
6. Dari latihan menggunakan tabel di atas, fasilitator mengajak peserta un-
tuk merefleksikan bahwa untuk satu peristiwa yang sama dan perasaan
yang ditimbulkan pun sama, ketika yang melakukannya adalah orang yang
berbeda, maka respon yang kita lakukan pun akan berbeda tergantung pada
apakah yang melakukannya tersebut kuasa berada di atas atau di bawah kita.

H. Catatan untuk Fasilitator:


1. Fasilitator bisa mengganti peran-peran dalam permainan ikatan
kuasa sesuai keperluan atau konteks setempat.
2. Fasilitator menyemangati peserta agar bisa cair dan seru ketika
melakukan permainan.

BAHAN BACAAN 3
Pembakuan peran gender dan relasi kuasa yang timpang menyebabkan
ketidakadilan gender.

Kisah HP yang Rusak

Bayangkan Anda memiliki HP keluaran terbaru yang sangat canggih


dan sudah lama Anda idam-idamkan. Anda senang sekali karena setelah
lama menabung, Anda akhirnya bisa membelinya. Pada suatu hari tanpa
sepengetahuan Anda, anak Anda bermain dengan HP dan dan menjatuh-
kannya hingga rusak dan pecah. Apa yang Anda lakukan terhadap anak
Anda? Memarahinya? Memukulnya? Sekarang bayangkan kejadian yang
sama, tetapi yang menjatuhkan HP Anda hingga pecah dan rusak adalah
atasan/bos Anda. Apa yang Anda lakukan terhadapnya? Memarahinya?
Memukulnya? Atau Anda diam saja? Atau jika Anda bisa mengumpulkan
keberanian, Anda akan meminta ganti kepada atasan/bos Anda tetapi
Anda akan mengatakannya secara baik-baik, tanpa marah-marah.
Terjadinya kekerasan: Akibat relasi kuasa yang timpang.

60
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Pelaku Kekerasan Korban Kekerasan


Orang yang status sosialnya tinggi Orang yang status sosialnya rendah
Orang kaya Orang miskin
Manajer Buruh
Orangtua Anak
Pejabat Warga/Karyawan
Suami Istri

Faktor yang membuat seseorang mempunyai kuasa lebih:


• Pangkat/Jabatan
• Status Sosial
• Status Ekonomi
• Tingkat Pendidikan
• Jenis Pekerjaan
• Status Kesehatan
• Mayoritas/Minoritas
• Senior/Junior
• Orientasi Seksual
• Usia
• Status Disabilitas
• Kekuatan Fisik
• Gender (Fasilitator menjelaskan bahwa untuk faktor gender ini spesial dan
mendapatkan catatan khusus karena selain bisa berdiri sendiri, faktor gen-
der juga selalu ada menyertai setiap faktor yang lain, misalnya suami-istri
yang sama-sama S2 suami tetap memiliki potensi untuk melakukan ke-
kerasan terhadap istrinya, atau perempuan tuna netra bisa diperkosa oleh
laki-laki yang juga tuna netra.

Semua orang berpotensi untuk menjadi pelaku kekerasan sekaligus ber-


potensi untuk menjadi korban kekerasan dengan tingkat kerentanan yang
berbeda-beda.

61
VI.5. KETIDAKADILAN GENDER

A. Pengantar:
Adanya kontruksi gender yang dibakukan yang lebih banyak memberikan
keistimewaan kepada laki-laki dan pembatasan kepada perempuan ditambah
dengan ketimpangan relasi kuasa menyebabkan apa yang kita sebut dengan
ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender mewujud dalam 5 bentuk yang
sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pelabelan (stereotyp-
ing), penomorduaan (subordinasi), peminggiran (marginalisasi), beban
ganda, serta kekerasan terhadap perempuan.
Pada sesi kali ini, peserta pelatihan diajak untuk lebih memahami kelima
bentuk ketdakadilan gender tersebut dan wujudnya dalam kehidupan se-
hari-hari mereka termasuk di tempat kerja/pabrik.

B. Tujuan: C. Capaian:
1. Mengajak peserta untuk lebih 1. Peserta memahami 5 bentuk
memahami 5 bentuk ketidakadilan ketidakasilan gender serta im-
gender serta implementasinya plementasinya dalam kehidupan
dalam kehidupan sehari-hari. sehari-hari.
2. Mengajak peserta untuk mampu 2. Peserta menyadari dan mampu
menyadari ketidakdilan gender melakukan analisis terkait ketida-
yang mereka alami dalam ke- kadilan gender yang mereka alami
hidupannya sehari-hari, termasuk dalam kehidupan sehari-hari,
di tempat kerja/pabrik. termasuk di tempat kerja/pabrik.

D. Durasi: 60 menit F. Alat dan Bahan:


E. Pokok Bahasan: 1. Plano dan flipchart
1. Ketidakadilan Gender dalam 2. Spidol warna-warni
Konstruksi Budaya Patriarkhi
3. LCD Proyektor dan Layar
2. Menonton Film Impossible
Dream 4. Laptop dan Speaker Portable
5. Film: Impossible Dream

62
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

G. Langkah-Langkah:

Aktivitas 1:
Ketidakadilan Gender dalam Konstruksi Budaya Patriarkhi
1. Fasilitator menjelaskan bahwa pembakuan peran gender yang bertemu
dengan ketimpangan relasi kuasa mengakibatkan apa yang kita sebut dengan
ketidakadilan gender yang terwujud dalam 5 hal yaitu pelabelan (stereotyp-
ing), penomorduaan (subordinasi), peminggiran (marginalisasi), beban gan-
da, dan kekerasan terhadap perempuan, seperti terlihat pada bagan tersebut:

2. Fasilitator menjelaskan kelima bentuk ketidakdilan gender serta memberi-


kan contoh dari kelima wujud ketidakadilan gender tersebut dalam konteks
yang dekat dengan kehidupan peserta.

PELABELAN (STEREOTYPING)
Pelabelan atau penandaan secara negatif terhadap salah satu pihak dalam
pola hubungan relasi antar dua pihak. Pelabelan muncul karena ada relasi
kuasa yang saling mempengaruhi dan mendominasi.
Contoh: Pelabelan bahwa perempuan yang bersolek seksi adalah dalam

63
rangka memancing perhatian lawan jenisnya, sehingga setiap ada kasus
kekerasan atau pelecehan seksual, masyarakat cenderung menyalahkan
korban.
SUBORDINASI (PENOMORDUAAN)
Subordinasi berarti pengkondisian atau penetapan seseorang pada
keadaan yang tidak mandiri, tidak diakui, dan tentu saja tidak diper-
hitungkan, kecuali dia harus melekat dan bergantung, atau subordinat
pada orang lain. Relasi gender yang timpang bisa mengakibatkan sub-
ordinasi salah satu jenis kelamin, biasanya perempuan, yaitu ketika
keberadaan perempuan tidak diakui dan tidak diperhatikan. Perempuan
seringkali diakhirkan pendapatnya atau bahkan tidak diajak bicara dalam
pengambilan keputusan, sehingga perempuan tidak memiliki kontrol
terhadap keputusan tersebut.

Contoh: Laki-laki lebih diprioritaskan dalam akses dan kesempatan untuk


mendapatkan pendidikan, pekerjaan, maupun pembuatan keputusan
dibandingkan perempuan.

MARGINALISASI (PEMINGGIRAN)
Marginalisasi adalah suatu proses peminggiran seseorang atau suatu
kelompok masyarakat. Jika subordinasi biasanya digunakan untuk aspek
politik-sosial, marginalisasi biasanya menunjuk pada peminggiran aspek
ekonomi, sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi dimi-
skinkan. Banyak cara yang dapat digunakan untuk memarginalkan ses-
eorang atau suatu kelompok. Salah satunya adalah dengan menggunakan
asumsi gender.

Contoh: Diskriminasi upah dan tunjangan antara laki-laki dan perem-


puan atau diskriminasi perlakuan misalnya di tempat kerja laki-laki lebih
mendapat kesempatan untuk naik jabatan.

DOUBLE BURDEN (BEBAN GANDA)


Ketika kehidupan modern menuntut perempuan untuk juga keluar ke
ranah publik, hal ini tidak dibarengi dengan laki-laki juga melakukan
pekerjaan domestik, sehingga perempuan harus menanggung beban

64
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

ganda atau bahkan multi-beban, perempuan bekerja mencari nafkah


sekaligus mengerjakan tugas rumah tangga, perempuan sebagai pendidik
anak, pendamping suami sekaligus mencari nafkah.
Contoh: Seorang buruh perempuan yang selain bekerja di pabrik, ia
masih harus melakukan pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak
seorang diri tanpa berbagi peran dan berbagi kerja dengan pasangannya.

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN


Kekerasan terhadap perempuan berbasis gender (KTPBG) adalah ke-
kerasan yangterjadi akibat adanya ketimpangan hubungan kekuasaan
yang diakibatkan oleh perbedaan asumsi gender antara laki-laki dan per-
empuan, yaitu perbedaan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultur-
al. Kekerasan terhadap perempuan ini bisa berupa kekerasan fisik, psikis,
seksual, sosial, maupun ekonomi.
Contoh: KDRT (kekerasan dalam rumah tangga), pelecehan seksual, pe-
merkosaan, dibatasi pergaulannya, tidak dinafkahi.

3. Fasilitator meminta peserta memberikan contoh-contoh lain dari


kelima bentuk ketidakadilan gender berdasarkan pengalaman peserta
atau orang-orang lain dalam kehidupan peserta, termasuk contoh
ketidakadilan gender yang terjadi di tempat kerja/pabrik.

Aktivitas 2:
Menonton Film Impossible Dream
1. Fasilitator memutar film “Impossible Dream” dan meminta peserta
memperhatikan film tersebut baik-baik.
2. Fasilitator memandu diskusi reflektif berdasarkan film Impossible
Dream yang sudah disaksikan bersama-sama dengan pertanyaan
kunci sebagai berikut:
• Menurut Anda, apakah situasi yang digambarkan dalam film tadi
familiar (banyak terjadi) di lingkungan Anda? Ceritakan!

65
• Jika ya, mengapa demikian?
• Apa saja bentuk ketidakadilan gender yang tergambarkan dalam
film tadi? Tolong ceritakan secara spesifik bentuk ketidakadilan
gender yang mana diperlihatkan dalam adegan yang mana dalam
film?
• Apakah Anda setuju dengan penggambaran situasi yang ada di
dalam film tersebut atau menginginkan sesuatu yang berbeda?
• Jika menginginkan sesuatu yang berbeda, situasi yang seperti apa
yang Anda inginkan/menurut Anda lebih ideal?
• Menurut Anda, apa yang bisa Anda lakukan untuk mewujudkan
situasi yang Anda idealitaskan tersebut?

H. Catatan untuk Fasilitator:


1. Fasilitator selalu berusaha menggali pengalaman peserta.
2. Fasilitator mengecek dan mencoba peralatan untuk memutar film
agar siap diputar ketika sesi dimulai, misalnya apakah LCD proyektor
bekerja dengan baik, peletakan layar agar tidak silau/backlight, audio/
speaker, dan lain-lain.
3. Ketika diskusi film Impossible Dream dan contoh-contoh ketida-
kadilan gender yang tergambar dalam adegan/scene film tidak keluar
dari peserta, fasilitator bisa menunjukkan dan menjelaskannya kepada
peserta.
4. Film Impossible Dream bisa diunduh di tautan berikut: https://youtu.
be/Q7OeRdETQeE

BAHAN BACAAN 4
Kapan gender menimbulkan permasalahan?
• Ketika ada pembakuan gender
• Ketika menimbulkan ketidakadilan gender

66
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Ketidakadilan Gender
Peran gender yang dibakukan ditambah dengan adanya ketimpangan
relasi kuasa mengakibatkan ketidakadilan gender yang sebagian besar di-
alami oleh perempuan dalam bentuk pelabelan, subordinasi, marginaliasi,
beban ganda, dan kekerasan berbasis gender.

67
Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender

PELABELAN (STEREOTYPING)
Pelabelan atau penandaan secara hitungkan, kecuali dia harus melekat
negatif terhadap salah satu pihak da- dan bergantung, atau subordinat pada
lam pola hubungan relasi antar dua orang lain. Relasi gender yang timpa-
pihak. Pelabelan muncul karena ada ng bisa mengakibatkan subordinasi
relasi kuasa yang saling mempen- salah satu jenis kelamin, biasanya
garuhi dan mendominasi. perempuan, yaitu ketika keberadaan
perempuan tidak diakui dan tidak
diperhatikan. Perempuan seringkali
Contoh: Pelabelan bahwa perem- diakhirkan pendapatnya atau bahkan
puan yang bersolek seksi adalah tidak diajak bicara dalam pengambi-
dalam rangka memancing per- lan keputusan, sehingga perempuan
hatian lawan jenisnya, sehingga tidak memiliki kontrol terhadap
setiap ada kasus kekerasan atau keputusan tersebut.
pelecehan seksual, masyarakat
cenderung menyalahkan korban.
Contoh: Laki-laki lebih diprior-
itaskan dalam akses dan kes-
SUBORDINASI empatan untuk mendapatkan
(PENOMORDUAAN) pendidikan, pekerjaan, maupun
pembuatan keputusan diband-
Subordinasi berarti pengkondi-
ingkan perempuan.
sian atau penetapan seseorang pada
keadaan yang tidak mandiri, tidak
diakui, dan tentu saja tidak diper-

68
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

MARGINALISASI (PEMINGGIRAN)
Marginalisasi adalah suatu proses Contoh: Seorang buruh per-
peminggiran seseorang atau suatu empuan yang selain bekerja di
kelompok masyarakat. Jika subordi- pabrik, ia masih harus melaku-
nasi biasanya digunakan untuk aspek kan pekerjaan rumah tangga
politik-sosial, marginalisasi biasanya dan pengasuhan anak seorang
menunjuk pada peminggiran aspek diri tanpa berbagi peran dan
ekonomi, sehingga mengakibatkan berbagi kerja dengan pasangan-
yang bersangkutan menjadi dimi- nya.
skinkan. Banyak cara yang dapat di-
gunakan untuk memarginalkan ses-
eorang atau suatu kelompok. Salah KEKERASAN TERHADAP
satunya adalah dengan menggunakan
asumsi gender. PEREMPUAN
Contoh: Diskriminasi upah dan Kekerasan terhadap perempuan ber-
tunjangan antara laki-laki dan basis gender (KTPBG) adalah ke-
perempuan atau diskriminasi kerasan yangterjadi akibat adanya
perlakuan misalnya di tempat ketimpangan hubungan kekuasaan
kerja laki-laki lebih mendapat yang diakibatkan oleh perbedaan
kesempatan untuk naik jabatan. asumsi gender antara laki-laki dan
perempuan, yaitu perbedaan yang
dikonstruksi secara sosial maupun
kultural. Kekerasan terhadap per-
DOUBLE BURDEN empuan ini bisa berupa kekerasan
fisik, psikis, seksual, sosial, maupun
(BEBAN GANDA) ekonomi.
Ketika kehidupan modern menun-
tut perempuan untuk juga keluar ke
ranah publik, hal ini tidak dibaren- Contoh: KDRT (kekerasan da-
gi dengan laki-laki juga melakukan lam rumah tangga), pelecehan
pekerjaan domestik, sehingga per- seksual, pemerkosaan, dibatasi
empuan harus menanggung beban pergaulannya, tidak dinafkahi.
ganda atau bahkan multi-beban,
perempuan bekerja mencari nafkah
sekaligus mengerjakan tugas rumah
tangga, perempuan sebagai pendidik
anak, pendamping suami sekaligus
mencari nafkah.

69
VI.6. KAITAN ANTARA NORMA GENDER DAN PEKERJAAN DI PABRIK

A. Pengantar:
Sesi ini akan berfokus pada bagaimana harapan spesifik dari lingkungan
kerja (pabrik) terhadap perempuan dan laki-laki, terutama harapan-harapan
yang berbahaya yang dapat membatasi perempuan dan laki-laki untuk mem-
peroleh hak yang sama dalam pekerjaan.
Selanjutnya, sesi ini akan menggali ekspektasi-ekspektasi dari peserta terkait
harapan-harapan baru terhadap perempuan dan laki-laki di tempat kerja/
pabrik yang dapat mengarah pada perubahan perilaku yang lebih adil dan
setara.

B. Tujuan: pan-harapan baru terhadap


pekerja perempuan dan laki-laki
1. Mengajak peserta untuk mere- yang lebih adil dan setara.
fleksikan harapan-harapan di
tempat kerja/pabrik yang dapat
membatasi hak-hak pekerja
D. Durasi: 60 menit
perempuan dan laki-laki.
2. Mengajak peserta untuk meng- E. Pokok Bahasan:
gali harapan-harapan baru 1. Harapan terhadap pekerja
terhadap pekerja perempuan dan perempuan dan laki-laki.
pekerja laki-laki yang lebih adil
dan setara.
F. Alat dan Bahan:
1. Kertas plano dan flipchart
C. Capaian:
2. Metaplan warna-warni
1. Peserta mampu merefleksikan
harapan-harapan yang ada di 3. Spidol dan pulpen
tempat kerja/pabrik yang dapat
4. Selotip kertas
membatasi hak-hak pekerja
perempuan dan laki-laki.
G. Langkah-Langkah:
2. Peserta memberikan hara-

70
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Aktivitas 1:
Harapan terhadap Pekerja Perem- ki-laki yang membatasi kemampuan
puan dan Pekerja Laki-Laki mereka untuk mendapatkan hak-
hak yang sama, bagaimana hara-
1. Fasilitator membagi peserta ke da- pan-harapan tersebut menjauhkan
lam 2 kelompok. mereka dari pemenuhan hak, serta
2. Fasilitator meminta masing-masing alternatif harapan baru yang lebih
kelompok mengidentifikasi hara- adil dan setara. Seperti pada tabel
pan-harapan yang dilekatkan pada berikut:
pekerja perempuan dan pekerja la-

Bagaimana Harapan
Alternatif Harapan Baru
Harapan Saat Ini yang Tersebut Menjauhkan
yang Lebih Adil dan
berbahaya Pekerja Dari Pemenu-
Setara
han Hak
Perempuan mudah me- Membatasi perempuan Perempuan dan laki-laki
nerima apapun keputusan untuk menuntut haknya mempunyai bobot suara
atasannya dan perusa- sebagai pekerja. yang sama untuk menyu-
haan. arakan keberatannya.
Perempuan tidak Membatasi perempuan Hasil kerja perempuan
perhitungan atas hasil memperoleh perhitungan dan laki-laki diperhitung-
kerjanya. hasil kerja yang adil. kan sama.
… … …
… … …

3. Fasilitator meminta masing-mas- antara pekerja perempuan dan


ing kelompok untuk mempresen- pekerja laki-laki?
tasikan hasil diskusi di kelom-
• Apakah ada norma atau hara-
poknya.
pan tertentu yang sangat meru-
4. Fasilitator memandu diskusi re- gikan salah satu jenis kelamin?
flektif dengan pertanyaan kunci Apakah itu? Apa alasannya?
sebagai berikut:
• Apakah ada norma atau harapan
• Apa yang menonjol dari hasil tertentu yang menurut Anda paling
diskusi kedua kelompok? penting untuk diubah? Yang mana?
Apa alasannya?
• Apa persamaan dan perbedaan

71
• Apa pesan utama dari hasil sendiri, terutama di tempat kerja?
diskusi ini yang akan bisa mem-
5. Fasilitator mengajak peserta
promosikan kesetaraan gender
untuk membuat kesimpulan ber-
dan serta pencegahan kekerasan
sama, dan mempersilakan jika
berbasis gender di tempat kerja?
ada peserta yang masih ingin
• Bagaimana kita dapat menerap- bertanya atau mengungkapkan
kannya dalam kehidupan kita pendapatnya.

H. Catatan untuk Fasilitator:


1. Fasilitator menggali pengalaman dari peserta.
2. Fasilitator bisa masuk ke dalam kelompok-kelompok diskusi secara
bergantian dan terlibat dalam diskusi yang dilakukan peserta.

VI.7. PENGUATAN (EMPOWERMENT) UNTUK PERUBAHAN

A. Pengantar:
Setelah membahas tentang konstruksi gender dan ketimpangan relasi kuasa
yang mengakibatkan ketidakadilan gender yang lebih banyak merugikan per-
empuan, sesi kali ini akan mengajak peserta untuk menyadari kekuatan yang
ada dalam dirinya serta kekuatan-kekuatan lain yang ada di sekitar mereka.
Selanjutnya peserta akan diajak untuk melakukan analisis kekuatan/kekua-
saan yang ada tersebut untuk menggulirkan perubahan mewujudkan komu-
nitas/tempat kerja yang lebih setara dan adil gender.

B. Tujuan:
1. Mengajak peserta untuk mema- 3. Mengajak peserta untuk menga-
hami konsep, definisi, dan klasifi- nalisis peran penguatan (em-
kasi penguatan (empowerment). powerment) perempuan dalam
2. Mengajak peserta untuk mengek- dinamika persoalan gender di
splorasi jenis kekuasaan yang komunitas/tempat kerja peserta.
kerap mereka temui dalam
kehidupan sehari-hari.

72
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

C. Capaian: tentu dalam hidupnya ketika mereka


mendapatkan “kekuasaan” untuk
1. Peserta memahami konsep, definisi, melakukan sesuatu.
dan klasifikasi penguatan (empow-
erment). 2. Fasilitator kemudian meminta
peserta, berdasarkan apa yang mer-
2. Peserta bisa mengeksplorasi jenis eka sampaikan mengenai “kekua-
kekuasaan yang kerap mereka temui saan” yang dapat mereka lakukan,
dalam kehidupan sehari-hari. menyampaikan pandangannya
3. Peserta menyadari kekuatan di mengenai “kekuasaan atas (power
dalam dirinya untuk melakukan over)”, “kekuasaan di dalam (power
perubahan terkait kesetaraan gender within)”, “kekuasaan untuk (power
di komunitas/tempat kerjanya. to)” dan “kekuasaan dengan (power
with)”. Fasilitator meminta peserta
menuliskan dalam kertas metaplan
D. Durasi: 60 menit pengertian mereka tersebut dan
ditempelkan di kertas plano atau
E. Pokok Bahasan: papan tulis.

1. Penguatan (Empowerment) 3. Fasilitator membahas pengertian


untuk Perubahan peserta dan membantu mereka
memahami jenis kekuasaan yang
mereka temui dalam kehidupan
F. Alat dan Bahan: sehari-hari mereka dan kaitkan den-
1. Kertas plano dan flipchart gan dinamika persoalan gender di
tempat mereka serta apa yang perlu
2. Metaplan warna-warni
dilakukan agar mereka mampu
3. Spidol dan pulpen melakukan sesuatu. Pada saat peser-
ta menyadari apa yang bisa dilaku-
4. Selotip kertas kan untuk mengatasi persoalan yang
dihadapinya, maka pada saat itulah
G. Langkah-Langkah: mereka terkuatkan (empowered).
Aktivitas 1:
Penguatan (Empowerment) untuk
Perubahan
1. Fasilitator meminta peserta untuk
menyampaikan nama dan posisi,
serta menjelaskan suatu kondisi ter-

73
Bentuk-Bentuk Kekuasaan:
• Power over: Kekuasaan yang digu- • Power with: Kekuatan yang
nakan oleh seorang atau sekelom- terasa ketika satu orang atau lebih
pok orang untuk mengontrol orang melakukan sesuatu yang tidak
lain atau kelompok lain. Kontrol itu dapat dilakukannya sendiri.
dapat bersifat langsung atau tidak
langsung seperti keyakinan dan • Power to: Keyakinan, energi, atau
praktik yang menyebutkan bahwa tindakan yang digunakan oleh
laki-laki lebih tinggi dibanding den- seorang atau sekelompok orang
gan perempuan. untuk melakukan perubahan yang
positif.
• Power within: Kekuatan yang
muncul dalam diri kita setelah kita • Powerless: Tidak memiliki kekua-
menyadari bahwa setiap orang tan atau lemah.
memiliki kemampuan yang setara
untuk mempengaruhi orang lain
dan komunitas secara positif.

Catatan:

• Kekuasaan yang paling berpotensi destruktif (merusak) adalah


“power over” dan “powerless”.
• Kekuasaan menjadi tidak seimbang ketika kekuasaan itu digu-
nakan untuk menekan orang lain apalagi orang lain yang power-
less.
• Akan tetapi, kekuasaan juga diperlukan untuk melakukan peruba-
han-perubahan yang positif.
• Kekuasaan menjadi masalah ketika dia menjadi kekuatan untuk
mengontrol dan ketika dia menjadi powerless.
• Tidak semua kekuasaan itu bersifat destruktif, karena seharusnya
kekuasaan itu untuk tujuan kesejahteraan bagi semua.

74
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

H. Catatan untuk Fasilitator:


1. Fasilitator mendukung dan menyemangati peserta untuk menyadari kekuatan
di dalam diri mereka yang dapat mereka gunakan untuk menggulirkan perubahan.
2. Sesi ini merupakan jembatan untuk masuk ke modul 2 dan modul 3.
3. Fasilitator memberikan PR (tugas) untuk semua peserta agar keesokan harin-
ya membawa 5 benda (bisa makanan, barang, tanaman, dan lain-lain) yang
dengan ikhlas ingin mereka berikan kepada orang lain.

VI.8. PERANGKAT HUKUM DALAM PENGHAPUSAN KEKERASAN


BERBASIS GENDER DI TEMPAT KERJA
A. Pengantar:
Dalam ranah internasional maupun nasional di negara Republik Indonesia,
sudah ada atau tersedia berbagai perangkat hukum—baik konvensi interna-
sional, undang-undang, maupun peraturan lainnya—yang bisa digunakan
dalam upaya-upaya penghapusan kekerasan berbasis gender di tempat kerja.
Namun perangkat-perangkat hukum yang sudah ada tersebut tidak akan
cukup jika tidak dibarengi dengan penegakan dan implementasi yang ber-
jalan dengan baik dan mengikat.
Sesi ini akan mengajak peserta untuk mengidentifikasi apa saja perangkat
hukum yang sudah ada, baik di tingkat internasional maupun nasional, yang
bisa digunakan dalam upaya penghapusan kekerasan berbasis gender di
tempat kerja. Selain itu, peserta juga akan diajak untuk mendiskusikan pent-
ingnya penegakan hukum dan implementasi yang berjalan dengan baik dan
mengikat, serta apa tantangan, peluang, serta rekomendasinya.

B. Tujuan:
1. Mengajak peserta untuk mengiden- 2. Mengajak peserta untuk memahami
tifikasi dan memahami perang- bahwa perangkat hukum saja tidak
kat-perangkat hukum apa saja, baik akan cukup untuk menghapuskan
di tingkat internasional maupun kekerasan berbasis gender di tempat
nasional, yang bisa digunakan da- kerja jika tidak ada penegakan dan
lam upaya penghapusan kekerasan implementasi yang berjalan dengan
berbasis gender di tempat kerja. baik dan mengikat.

75
3. Mengajak peserta untuk mengiden- F. Alat dan Bahan:
tifikasi dan memahami tantangan
dan peluang yang dimiliki dalam 1. Kertas plano dan flipchart
upaya penegakan hukum untuk 2. Metaplan warna-warni
penghapusan kekerasan berbasis
gender di tempat kerja. 3. Spidol dan pulpen
4. Selotip kertas
C. Capaian: 5. Presesentasi Power Point
1. Peserta mengetahui dan memahami
perangkat-perangkat hukum yang G. Langkah-Langkah:
ada di tingkat internasional dan
nasional yang bisa digunakan dalam
upaya penghapusan kekerasan ber- Aktivitas 1:
basis gender di tempat kerja. Mengidentifikasi Perangkat Hukum
2. Peserta memahami bahwa adanya dalam Penghapusan Kekerasan Ber-
perangkat hukum saja tidak akan basis Gender di Tempat Kerja
cukup jika tidak ada penegakan dan 1. Fasilitator mengajak peserta untuk
implementasi yang berjalan dengan mengidentifikasi perangkat hukum
baik dan mengikat. yang telah ada, baik secara interna-
3. Peserta memahami tantangan dan sional maupun nasional yang bisa
peluang yang dimiliki dalam upaya digunakan dalam advokasi kasus
penegakan hukum untuk pengha- penghapusan kekerasan berbasis
pusan kekerasan berbasis gender di gender di tempat kerja.
tempat kerja, serta bisa memberikan
rekomendasi.

D. Durasi: 90 menit

E. Pokok Bahasan:
1. Mengidentifikasi Perangkat Hukum
dalam Penghapusan Kekerasan Ber-
basis Gender di Tempat Kerja
2. Penegakan Hukum dan Tantangan
serta Peluangnya

76
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Internasional:

• CEDAW (Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terha-


dap Perempuan)
Merupakan sebuah kesepakatan Hak Asasi Internasional yang secara
khusus mengatur hak-hak perempuan. Konvensi ini mendefinisikan
prinsip-prinsip tentang hak-hak manusia, norma-norma, dan stan-
dar-standar kelakuan dan kewajiban di mana negara-negara peserta
konvensi sepakat untuk memenuhinya. Dengan menerima konvensi
ini, negara-negara berkomitmen untuk melakukan serangkaian tinda-
kan untuk mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan dalam segala
bentuknya, termasuk:
— Memasukkan prinsip kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam
sistem hukum mereka, menghapus semua undang-undang yang
diskriminatif dan mengadopsi undang-undang yang tepat yang
melarang diskriminasi terhadap perempuan.
— Membentuk pengadilan dan lembaga publik lainnya untuk memas-
tikan perlindungan efektif terhadap perempuan dari diskriminasi.
— Memastikan penghapusan segala tindakan diskriminasi terhadap
perempuan oleh orang, organisasi, atau perusahaan.
• Konvensi ILO-190 (catatan: belum diratifikasi oleh pemerintah Indo-
nesia)
— Konvensi ini mengakui “pelecehan” dan mendefinisikannya secara
khusus sebagai “serangkaian perilaku dan praktik yang tidak dapat
diterima” yang bertujuan, mengakibatkan, atau mungkin mengaki-
batkan kerugian fisik, psikologis, seksual, atau ekonomi.
— Hal ini berpotensi mencakup pelecehan fisik, pelecehan verbal,
intimidasi dan pengeroyokan, pelecehan seksual, ancaman, dan
penguntitan.
— Konvensi ini juga memperhitungkan fakta bahwa saat ini peker-
jaan tidak selalu dilakukan di tempat kerja fisik, jadi termasuk yang
bekerjanya menggunakan teknologi informasi komunikasi.
— Semua pekerja dilindungi di bawah konvensi ini, terlepas dari

77
status kontrak, pekerja magang, sukarelawan, pelamar kerja, dan
orang-orang yang menjalankan wewenang pemberi kerja. Ini ber-
laku untuk sektor publik dan swasta, ekonomi formal dan infor-
mal, serta daerah perkotaan dan pedesaan.
— Konvensi dan rekomendasi ini menyerukan penilaian risiko tem-
pat kerja, pelatihan, dan langkah-langkah peningkatan kesadaran.

Nasional:
• Undang-Undang Dasar 1945
— Pasal 27 ayat (1) menentukan bahwa segala warga negara bersa-
maan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
— Pasal 27 ayat (2) menjamin bahwa setiap warga negara Indonesia
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanu-
siaan.
— Pasal 28D menjamin bahwa setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.
— Pasal 28H ayat (2) menentukan bahwa setiap orang berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mendapat persamaan
dan keadilan.
— Pasal 28I menentukan bahwa:
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diper-
budak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah
hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskrim-
inatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

78
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras


dengan perkembangan zaman dan perubahan.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia, dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
• Undang-Undang Nomor 80 Tahun 1957 tentang Persetujuan Kon-
vensi ILO No. 100 Tahun 1951 tentang pengupahan yang sama buruh
laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya
— Menjamin gaji yang sama bagi pekerja perempuan dan laki-laki
yang bekerja dengan nilai yang sama di tempat kerja yang sama
dan dengan penjelasan tugas yang sama.
• Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi
ILO No. 111 Tahun 1958
— Menjamin bahwa para pekerja perempuan tidak didiskriminasi
dalam mendapatkan pelatihan, pekerjaan, kenaikan jabatan, dan
kondisi kerja yang setara.
• Undang-Undang Nomor 68 Tahun 1958 tentang Pengesahan Konven-
si tentang Hak Politik Perempuan
• Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Mengenai Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)
• Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
— Memuat hak asasi yang harus dilindungi, dimajukan, ditegakkan,
dan dipenuhi oleh seluruh masyarakat terutama pemerintah.
— Pasal I angka 1 menentukan bahwa: Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilind-
ungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
— Pasal I angka 2 menentukan bahwa: Kewajiban dasar manusia ada-
lah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak

79
memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusa.
— Pasal 2, Pasal 3, Pasal 45 menentukan bahwa: Hak perempuan
dalam undang-undang ini adalah hak asasi manusia.
— Pasal 46 sampai dengan Pasal 51 menentukan hak-hak istimewa
perempuan.
— Pasal 71 menentukan bahwa: Pemerintah wajib dan bertanggung
jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan
hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini, dan hu-
kum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh
negara Republik Indonesia.
— Pasal 72 menentukan bahwa: Kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, meliputi
langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, poli-
tik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan
bidang lain.
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Ke-
kerasan Seksual
— Dalam Pasal 4 Undang-Undang TPKS disebutkan, tindak pidana
kekerasan seksual meliputi pelecehan seksual non-fisik, pelece-
han seksual fisik, pemaksaan kontrasepsi, pemaksaan sterilisasi,
pemaksaan perkawinan, penyiksaan seksual, eksploitasi seksual,
perbudakan seksual, dan kekerasan seksual berbasis elektronik.
— Dalam Pasal Pelecehan Seksual Fisik Huruf C disebutkan: Setiap
orang yang menyalahgunakan kedudukan, wewenang, keper-
cayaan, atau perbawa yang timbul dari tipu muslihat atau hubun-
gan keadaan atau memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan,
atau ketergantungan seseorang, memaksa atau dengan penyesatan
menggerakkan orang itu untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan persetubuhan atau perbuatan cabul dengannya atau
dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama
12 (dua belas) tahun dan/atau pidana dengan paling banyak Rp
300.000.000, 00 (tiga ratus juta rupiah).
• Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja
— Pasal 28 menjamin perlindungan bagi para pekerja untuk men-

80
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

gorganisir, membentuk, menjadi pengurus atau anggota Serikat


Buruh dan menjalankan aktivitas-aktivitas Serikat Buruh.
• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Ke-
kerasan Dalam Rumah Tangga
— Memberikan jaminan oleh negara untuk mencegah terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga, mengambil tindakan terhadap
pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban
kekerasan dalam rumah tangga.
• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
— Menjamin bahwa bayi berhak mendapat ASI eksklusif selama 6
bulan dari sejak dilahirkan dan merupakan kewajiban bagi seluruh
anggota masyarakat, keluarga, pemerintah, dan semua orang
untuk sepenuhnya memberikan dukungan kepada ibu menyusui
dengan menyediakan waktu menyusui khusus dan juga fasilitas
menyusui di tempat-tempat kerja dan di fasilitas-fasilitas umum.
• Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
— Menjamin pemenuhan hak-hak bayi dan perlindungan bagi ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6
bulan.
• Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja
Menjamin bahwa setiap tenaga kerja memiliki kesempatan tanpa
diskriminasi untuk mendapatkan pekerjaan. Secara khusus mengenai
pengaturan-pengaturan terkait dengan perlindungan pekerja perempuan
adalah sebagai berikut:
— Perlindungan terhadap pekerja perempuan yang bekerja di malam
hari (Pasal 76) yang menjamin bahwa pekerja perempuan di
bawah usia 18 tahun tidak boleh bekerja di malam hari, dan me-
wajibkan perusahaan untuk menyediakan makanan dan minuman
bergizi serta menjaga moralitas dan keamanan di tempat kerja
bagi pekerja perempuan di atas 18 tahun yang bekerja pada jam
23.00 hingga 07.00.
— Cuti haid (Pasal 81), selama menstruasi pekerja perempuan tidak
diharuskan untuk bekerja pada hari pertama dan kedua men-

81
struasi. Hal yang juga harus diatur di dalam perjanjian kerja dan
persetujuan kerja kolektif adalah bahwa pemberi kerja diwajibkan
untuk tetap membayarkan upah pekerja perempuan yang tengah
mengambil cuti haid (Pasal 92).
— Kehamilan, persalinan, dan keguguran (Pasal 82): Pekerja perem-
puan berhak untuk mendapatkan cuti selama 1,5 bulan.
— Kesempatan untuk menyusui (Pasal 83): Pekerja perempuan yang
sedang dalam masa menyusui anak harus diberikan kesempatan
untuk menyusui pada jam kerja.
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Orang dengan Dis-
abilitas
— Menjamin perlindungan upah, jaminan keamanan sosial, fasili-
tas kerja, perlindungan terhadap pekerja dengan disabilitas, dan
pekerja perempuan.
• Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 5 Tahun 2015
— Menjamin ketentuan tentang fasilitas-fasilitas kerja yang responsif
gender dan perawatan anak di tempat kerja.
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 224/2003
— Menjamin bahwa para pemberi kerja wajib untuk menjaga
keamanan dan moralitas bagi pekerja perempuan dengan menye-
diakan penjaga keamanan di tempat kerja, menyediakan
kamar mandi, penerangan, menyediakan makanan dan
minuman paling sedikit 1.400 kalori dan tidak dapat di-
ganti dengan uang.
• Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 03/2011 tentang Pencegahan
Pelecehan Seksual di Tempat Kerja
— Menjamin peran pengawas ketenagakerjaan dalam menjalankan
pencegahan dan upaya-upaya promosi terkait dengan pelecehan
seksual dan diskriminasi di tempat kerja.
• RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
Pasal 4 ayat (2) menentukan bahwa setiap ibu yang bekerja berhak:

82
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

(1) Mendapatkan waktu istirahat untuk memerah air susu ibu selama
waktu bekerja.
(2) Mendapatkan cuti melahirkan paling sedikit 6 (enam) bulan.
(3) Mendapatkan waktu istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai
dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan jika men-
galami keguguran.
(4) Mendapatkan pendampingan saat melahirkan atau keguguran dari
suami dan/atau keluarga.
(5) Mendapatkan cuti yang diperlukan untuk kepentingan terbaik
bagi anak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undan-
gan.

2. Fasilitator memberikan sedikit pengantar tentang masing-masing perangkat


hukum yang sudah ada baik dalam ranah internasional maupun nasional, dan
mempersilakan jika ada peserta yang ingin bertanya.

Aktivitas 2:
Penegakan Hukum dan Tantangannya serta Peluangnya
1. Fasilitator melemparkan pertanyaan kepada peserta, yaitu apakah
cukup hanya dengan memiliki hak-hak hukum yang dijamin dalam
perangkat hukum yang sudah dibahas sebelumnya?
2. Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan tentang pengalaman upaya penegakan hukum dalam
advokasi kasus (terutama yang terkait dengan penghapusan kekerasan
berbasis di tempat kerja), serta apa tantangan peluangnya?
3. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk mempresenta-
sikan hasil diskusinya, dan meminta kelompok lain untuk memberi-
kan pertanyaan atau komentar terhadap presentasi tersebut.
4. Fasilitator memandu diskusi bersama, dengan pertanyaan kunci
sebagai berikut:
• Ceritakan pengalaman Anda dalam upaya penegakan hukum ketika
melakukan advokasi kasus, terutama kasus penghapusan kekerasan

83
berbasis gender di tempat kerja. Apakah berjalan dengan baik? Apa-
kah tidak berjalan baik?
• Perangkat hukum apa saja yang Anda gunakan? Apakah berjalan
dengan baik? Apakah tidak berjalan dengan baik?
• Tantangan-tantang apa saja yang Anda hadapi dalam upaya penega-
kan hukum dalam advokasi kasus?
• Peluang-peluang apa saja yang Anda miliki dalam upaya penegakan
hukum dalam advokasi kasus?
• Apakah Anda memiliki rekomendasi yang ingin Anda berikan?
5. Fasilitator merangkum dan menyimpulkan hasil diskusi bersama,
serta mempersilakan jika ada peserta yang masih ingin bertanya atau
mengutarakan pendapatnya.

H. Catatan untuk Fasilitator:


1. Fasilitator bisa meminta panitia pelatihan untuk mengundang nara-
sumber khusus yang memiliki keahlian dalam bidang hukum jika
diperlukan.
2. Fasilitator tidak perlu membahas semua perangkat hukum yang
tertulis di kotak di atas, tetapi bisa memilih sesuai dengan kebutuhan
peserta pelatihan.

84
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

VII.
MODUL 2: KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
VII.1. SIAPAKAH PEMIMPIN

A. Pengantar:
Pemimpin adalah seseorang yang mampu dengan kata dan atau tinda-
kannya mendorong orang lain untuk mengikutinya dengan sukarela.
Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, seorang pemimpin yang baik mesti
memiliki karakteristik, kemampuan, serta keterampilan tertentu. Sesi
ini akan mengajak peserta untuk mengeksplorasi hal-hal tersebut secara
mendalam dengan menggunakan contoh-contoh pemimpin perempuan
yang telah berkiprah selama ini, dan juga dengan menggali pengalaman
hidup peserta selama ini dan pembelajaran apa yang peserta peroleh dari
pengalaman hidup mereka tersebut.
Sesi ini juga akan mengajak peserta untuk menggali nilai-nilai apa yang
mesti diwujudkan oleh seorang pemimpin dan syarat-syarat apa yang
mesti dipenuhi untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. Selanjutnya peser-
ta akan diajak untuk mengenali bermacam-macam gaya kepemimpinan,
mencoba mempraktikkannya dan menemukan mana yang paling cocok
untuk diterapkan di komunitasnya.

B. Tujuan:
1. Mengeksplorasi definisi dan karak- menginspirasi orang lain.
teristik pemimpin yang baik.
4. Mengajak peserta untuk memahami
2. Memperluas perspektif peserta kemampuan dan keterampilan yang
mengenai siapakah pemimpin dan mesti dimiliki oleh seorang pemi-
siapa yang dapat menjadi pemimp- mpin.
in.
5. Mengajak peserta untuk menggali
3. Mengajak peserta untuk menggali nilai-nilai yang mesti diwujudkan
pengalaman hidupnya dan me- oleh seorang pemimpin dan syarat-
nemukan saripati pembelajaran syarat yang mesti dipenuhi agar
dari pengalaman hidupnya untuk nilai-nilai tersebut bisa terwujud.

85
6. Mengajak peserta untuk mengenali E. Pokok Bahasan:
bermacam-macam gaya kepemi-
mpinan dan mana yang paling 1. Karakteristik Pemimpin
cocok untuk diterapkan di komuni- 2. Kemampuan Seorang
tasnya. Pemimpin
3. Gaya Kepemimpinan
C. Capaian
1. Peserta memahami definisi dan F. Alat dan Bahan:
karakteristik pemimpin yang baik.
1. Plano dan flipchart
2. Peserta memiliki perspektif yang
2. Metaplan warna-warni
luas terkait siapakah pemimpin dan
siapa yang dapat menjadi pemimp- 3. Spidol dan pulpen
in.
4. Gunting dan selotip kertas
3. Peserta mampu menggali pengala-
man hidupnya dan menemukan
G. Langkah-Langkah:
saripati pembelajaran dari pengala-
man hidupnya untuk menginspirasi Aktivitas 1:
orang lain.
4. Peserta memahami kemampuan Karakteristik Pemimpin
dan keterampilan yang mesti dimili- 1. Fasilitator meminta salah
ki oleh seorang pemimpin. seorang peserta untuk
5. Peserta mampu menggali nilai-nilai membacakan kisah kepemi-
yang mesti diwujudkan oleh seorang mpinan Asnaini, seorang
pemimpin dan syarat-syarat yang perempuan Aceh berikut
mesti dipenuhi agar nilai-nilai terse- ini:
but bisa terwujud.
6. Peserta mengenali bermacam-ma-
cam gaya kepemimpinan dan mana
yang paling cocok untuk diterapkan
di komunitasnya.

D. Durasi: 120 menit

86
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Perempuan Paling Berpengaruh di Aceh

Asnaini (41), lulusan SMA, merupakan Kepala Desa (Reje) Pegasing,


Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah. Dia dinobatkan sebagai tokoh perem-
puan paling berpengaruh di Aceh oleh Gerakan Perempuan Aceh, meny-
isihkan empat nominator lain. Asnaini merupakan Kepala Desa perem-
puan pertama di Tanah Gayo. Asnaini terbilang sukses memperjuangkan
hak-hak warganya, khususnya kaum perempuan. Ibu tiga anak itu akhirn-
ya dianugerahi Perempuan Aceh Award (PAA) 2012.
Asnaini yang terpilih sebagai Kepala Desa sejak 2011 dinilai sukses mem-
perjuangkan hak-hak perempuan dalam kebijakan Pemkab Aceh Tengah
dan aktif menyuarakan suara masyarakat khususnya kaum hawa. Asnaini
berhasil mendorong Pemkab dalam hal pengalokasian anggaran untuk
intensif 1.500 orang kader Posyandu, memastikan bidan desa menetap di
desa yang ditugaskan, mengalokasikan Anggaran Dana Gampong (ADG)
50 persen untuk kepentingan perempuan.
Selain itu, Asnaini juga berhasil menginisiasi masuknya aliran listrik ke
Dusun Luwang, Pegasing sejak 2012. Dusun yang letaknya di kaki bukit
dan dihuni 22 Kepala Keluarga itu, sebelumnya belum pernah menikmati
listrik sejak Indonesia merdeka 68 tahun silam. Dengan adanya listrik
masyarakat sekarang bisa meningkatkan perekonomiannya.
Selain menjadi Kepala Desa Asnaini juga aktif sebagai pengurus Program
Pengembangan Kecamatan (PPK) PNPM Mandiri Pedesaan. Meskipun
pada awalnya banyak pihak meragukan kemampuan Asnaini untuk
memimpin, namun Asnaini tidak gentar untuk terus maju dalam pemi-
lihan kepala kampung, agar dapat memperjuangkan hak-hak perempuan
sekaligus membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin.
Dia ingin membuktikan bahwa pekerjaan perempuan bukan hanya di
sumur, di kasur dan di dapur, perempuan juga bisa berkarya.
Desa Pegasing terdapat 270 KK atau 414 jiwa. Dalam memimpin, Asnaini
sering menghadapi kendala karena banyak kaum pria sering malu men-
yampaikan keluhannya secara langsung kepadanya. Tapi belakangan
sudah mulai terbuka. Sebagai kepala kampung di Kabupaten Aceh Ten-
gah, Asnaini dituntut untuk mengaktifkan semua struktur desa, sekretaris

87
desa, kepala dusun dan kaur. Peran kepala kampung hanya mengontrol.
Apabila ada permasalahan di Kampung Pegasing, harus terlebih dahulu
diselesaikan oleh kepala dusun dan kaur. Kepala dusun diberikan keper-
cayaan untuk menyelesaikan masalah. Kadang kepala dusun juga mampu
untuk menyelesaikan, tidak harus kepala kampung yang menyelesaikann-
ya. Pada intinya pekerjaan dilakukan secara bersama-sama dan berdasar-
kan tugas masing-masing, agar pekerjaan mudah terselesaikan.
Asnaini menyatakan akan terus mewujudkan cita-citanya untuk me-
menuhi hak-hak perekonomian, pendidikan warganya.

2. Fasilitator membagi peserta menjadi saja yang mestinya dimiliki oleh


3 kelompok dan meminta mendi- seorang pemimpin?
skusikan karakteristik pemimpin
• Menurut Anda, apakah seo-
berdasarkan cerita tentang Asnaini
rang pemimpin itu dilahirkan
yang tadi sudah dibacakan di depan
(berasal dari karakter pribadi),
kelas. Peserta juga bisa menambah-
dibentuk dan dididik oleh
kan karakteristik seorang pemimpin
lingkungan dan situasi yang
berdasarkan pemimpin-pemimpin
dihadapinya, atau gabungan
yang mereka ketahui di luar cerita
antara keduanya (memiliki
Asnaini.
bakat-bakat kepemimpinan
3. Fasilitator meminta masing-masing sejak lahir dan bakat tersebut
kelompok untuk mempresentasikan mendapat kesempatan untuk
hasil diskusinya. dikembangkan melalui pen-
galaman dan pendidikan)?
4. Fasilitator memandu diskusi reflektif
Jelaskan alasan Anda!
dengan pertanyaan kunci sebagai
berikut: • Adakah faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi
• Menurut Anda, apa definisi
seseorang menjadi pemimpin?
seorang pemimpin?
Jelaskan!
• Menurut Anda, karakter apa
5. Fasilitator menyebutkan karak-
saja yang mestinya dimiliki oleh
ter-karakter dan keahlian-keahlian
seorang pemimpin?
yang sudah disebutkan di atas
• Menurut Anda, keahlian apa (misalnya: memikirkan orang lain,

88
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

menginspirasi orang lain, membuat dan keahlian seorang pemimpin dan


perubahan, berani, bisa mempen- sudah siap untuk menjadi seorang
garuhi orang, bisa mengajak orang, pemimpin!
dan lain-lain), dan menanyakan
6. Fasilitator mengajak peserta mem-
apakah peserta sudah memilikinya
buat kesimpulan bersama, dengan
atau sudah sering melakukannya da-
catatan-catatan sebagai berikut:
lam kehidupan sehari-hari mereka?
Jika peserta menjawab ya, berarti
peserta sudah memiliki karakter

BAHAN BACAAN 5
Pemimpin adalah orang yang memimpin. Pemimpin adalah orang yang
dipilih untuk menjadi ketua atau supervisor dari suatu kelompok. Pemi-
mpin adalah seseorang yang mampu dengan kata dan atau tindakannya
mendorong orang lain untuk mengikuti dia dengan sukarela. Pemimp-
in adalah seseorang yang mempunyai wewenang atau pengaruh yang
mengikat.

Karakter yang mesti dimiliki oleh seorang pemimpin:


1. Dapat dipercaya, dihormati, disegani, dan disukai.
2. Memiliki kemampuan, wewenang, dan kewibawaan.
3. Senang bekerja dengan manusia merupakan falsafah hidupnya.
4. Mempunyai keinginan menjadi pemimpin, mempengaruhi orang lain
untuk berkembang (bukan untuk menguasai orang lain).
5. Bersedia untuk bekerja keras.
6. Mampu bicara di depan orang banyak.
7. Selalu gembira, dapat dipercaya dan memahami tugas pemimpin,
yaitu memahami tujuan, memahami tugas, dan memahami kema-
jemukan manusia.
8. Berani berkonflik (melawan arus yang menyengsarakan orang banyak
dan alam semesta) ketika mengambil keputusan.

89
Aktivitas 2:
Pengalaman Hidup Membentuk Seseorang Menjadi Pemimpin
1. Fasilitator membagikan selembar metaplan kepada peserta dan
meminta masing-masing peserta untuk menuliskan kalimat-kalimat
sakti yang berisi saripati pembelajaran hidup mereka selama ini yang
menurut mereka akan bisa menginspirasi orang lain.
2. Fasilitator meminta masing-masing peserta untuk menempelkan
metaplan-metaplan berisi kalimat-kalimat sakti tersebut di tembok.
3. Fasilitator meminta peserta untuk berjalan berkeliling membacai
metaplan-metaplan yang berisi kalimat-kalimat sakti yang tertempel
di tembok tersebut.
4. Fasilitator memandu diskusi reflektif dengan pertanyaan kunci se-
bagai berikut:
• Kalimat-kalimat mana yang paling menginspirasi Anda dan men-
gapa kalimat-kalimat tersebut menginspirasi Anda?
• Bagaimana Anda bisa menuliskan kalimat-kalimat sakti yang
Anda sudah tempelkan tadi?
• Bagaimana pengalaman hidup Anda memberikan Anda pembe-
lajaran berharga yang Anda saripatikan dalam kalimat-kalimat
sakti tadi?
• Apakah Anda pernah menyadari sebelumnya bahwa ternya-
ta pembelajaran dari pengalaman hidup Anda selama ini bisa
menginspirasi orang lain?
• Menurut Anda apa kaitan antara kemampuan Anda mengambil
pembelajaran dari saripati pengalaman hidup Anda tadi dengan
kemampuan Anda menjadi seorang pemimpin?
5. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesimpulan bersama-sama.

Aktivitas 3:
Kemampuan Seorang Pemimpin
1. Fasilitator mengingatkan peserta akan tugas (PR) yang telah diberikan
hari sebelumnya untuk membawa benda (makanan, barang, tanaman,

90
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

dan lain-lain) yang dengan ikhlas ingin mereka berikan kepada orang
lain. Fasilitator mengecek apakah seluruh peserta sudah membawan-
ya. Jika ada peserta yang belum, fasilitator meminta peserta tersebut
untuk mencarinya kelima benda tersebut di sekitar mereka tetapi
harus yang merupakan milik mereka sendiri (bukan mengambil milik
orang lain).
2. Fasilitator meminta semua peserta untuk meletakkan benda-benda
yang sudah dibawanya di depan mereka.
3. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4 kelompok dan meminta
masing-masing kelompok untuk mengumpulkan benda-benda yang
dibawa oleh anggota kelompoknya menjadi satu. Kemudian minta
masing-masing kelompok untuk mengamati benda-benda tersebut
dan mendiskusikan hal baik dan bermanfaat apa yang bisa mere-
ka lakukan dengan benda-benda tersebut. Selanjutnya minta juga
masing-masing kelompok untuk menyajikan benda-benda tersebut
secara menarik dan kreatif (misalnya dijadikan tumpeng, parcel, dan
lain-lain).
4. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk mempresenta-
sikan hasil diskusinya dan juga hasil penyajian kreatif dari benda-ben-
da tersebut.
5. Fasilitator meminta peserta untuk duduk kembali di kelas dan
kemudian menanyakan kepada peserta nilai-nilai apa yang mereka
dapatkan/rasakan dalam proses diskusi di kelompok tadi. Fasilitator
mencatat jawaban peserta di kertas plano. Nilai-nilai yang peserta
sebutkan misalnya:
• Kebersamaan
• Kekompakan
• Kreativitas
• Kekeluargaan
• Keterampilan
• Menerima Masukan
• Kerja Sama
• Berorientasi untuk Kebaikan Orang Lain
• Keikhlasan

91
• Musyawarah
• Sukacita
• Solidaritas
• Cinta
6. Fasilitator menanyakan kepada peserta, kapan dan di mana terakhir
kali peserta merasakan nilai-nilai yang tadi sudah disebutkan?
7. Fasilitator menanyakan kepada peserta, apakah peserta ingin mera-
sakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka? Fasilitator kemu-
dian bertanya kepada mereka apa syarat yang harus dipenuhi agar
nilai-nilai tersebut bisa terwujud. Fasilitator mencatat jawaban peserta
di kertas plano dan menambahkan poin-poin berikut jika belum dise-
butkan oleh peserta:
• Tidak ada hierarkhi relasi kuasa.
• Menghilangkan ketakutan dan menumbuhkan cinta.
• Menikmati proses.
8. Fasilitator mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah yang bisa
mewujudkan nilai-nilai yang sudah disebutkan tadi pada diri orang-
orang yang dipimpinnya dan juga di komunitasnya/lingkungannya.
Salah satu caranya tentunya dengan memenuhi syarat-syarat yang
sebelumnya sudah dicatat di kertas plano.
9. Fasilitator bertanya kepada peserta apakah peserta siap untuk mewu-
judkan nilai-nilai di atas di komunitas mereka?
10. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesimpulan bersa-
ma-sama.

Aktivitas 4:

Gaya Kepemimpinan
1. Fasilitator memberikan pengantar tentang gaya kepemimpinan serta
macam-macam gaya kepemimpinan sebagai berikut:

92
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

BAHAN BACAAN 6
Gaya kepemimpinan adalah penampilan seseorang sebagai pemimpin.
Gaya kepemimpinan ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang.
Gaya kepemimpinan tampak dari perilaku dia sebagai pemimpin. Per-
ilaku berasal dari pilihan sikap yang didasari oleh iman, ideologi, visi,
kesadaran misi atau menjalankan Amanah, serta kedewasaan seseorang.
Kedewasaan seseorang tergantung pada bagaimana keterampilannya
mengatur pikiran (nalar, logika) dan perasaan (hati) ketika ia mengambil
sikap dan bertindak.
Menurut teori kepemimpinan ada banyak gaya kepemimpinan. Namun
dapat diklasifikasikan menjadi empat macam gaya kepemimpinan sebagai
berikut:
1. Pemimpin Otoriter adalah seorang pemimpin yang sikapnya antara
lain selalu mau menangnya sendiri, kehendaknya harus dituruti, suka
main perintah dan menyalahkan orang lain, suka marah kalau ada
orang lain salah, sukar diajak kompromi, sikap melindungi besar,
tanggung jawabnya besar, kekuasaan dipusatkan.
2. Pemimpin Liberal adalah pemimpin yang membagikan tugas dan
tanggung jawab kepada anak buahnya, menyerahkan keputusan kepa-
da anak buahnya, tanggung jawab bersama-sama, anak buah dibebas-
kan untuk mencari jalan sendiri, jarang memberi pengarahan.
3. Pemimpin Demokratis adalah pemimpin yang mau berbagi kekua-
saan. Tugas dan wewenang dibagikan secara jelas, selalu mengadakan
musyawarah untuk memutuskan semua permasalahan, tidak tegas
dalam mengambil keputusan karena tergantung pada delegasi yang
diserahi tugas dan wewenang, pengambilan keputusan selalu melalui
musyawarah dan mufakat.
4. Pemimpin situasional adalah pemimpin yang berorientasi pada situasi
dan kondisi, mau berbagi kekuasaan, berbagi tugas dan wewenang,
selalu mengajak anak buahnya terlibat dalam pengambilan keputusan,
tetapi dalam situasi tertentu ia tegas dan memutuskan sendiri sesuai
dengan keyakinannya. Situasi khusus di sini berarti apabila terjadi
masalah yang penting yang segera harus mendapatkan keputusan.

93
2. Fasilitator meminta peserta untuk mempelajari dan memahami ma-
teri di atas, dan jika ada yang belum dimengerti peserta dipersilakan
untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya di kelas.
3. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dan meminta mas-
ing-masing kelompok untuk menyiapkan role play (bermain peran)
dari keempat macam gaya kepemimpinan menggunakan kasus “Kisah
Ibu Ani Kepala Sekolah SMA Nusantara” di bawah ini dengan pem-
bagian sebagai berikut:
• Kelompok 1: Gaya Kepemimpinan Otoriter
• Kelompok 2: Gaya Kepempimpinan Liberal
• Kelompok 3: Gaya Kepemimpinan Demokratis
• Kelompok 4: Gaya Kepemimpinan Situasional

KASUS (MATERI ROLE PLAY)

KISAH IBU ANI KEPALA SEKOLAH SMA NUSANTARA

SMA Nusantara adalah sebuah sekolah favorit di Kota Salatiga, Jawa


Tengah. Banyak masyarakat yang menyekolahkan anaknya di sekolah
tersebut, karena mutu pendidikan tinggi dan situasi sekolahnya nyaman.
Ekologi di sekolah dirawat dengan sungguh-sungguh, rindang, teduh,
rapi, dan bersih. Para guru sangat peduli terhadap muridnya. Murid-mu-
ridnya banyak yang berasal dari luar kota, maka sekolah menyediakan
asrama.
Sudah berulang kali sekolah tersebut mendapatkan juara akreditasi, baik
juara se-kabupaten maupun se-propinsi. Oleh karena prestasinya itu,
SMA Nusantara mendapatkan anugerah Sekolah Andalan Berwawasan
Lingkungan dari pemerintah pusat. Hadiah akan diberikan sendiri oleh
presiden dalam sebuah upacara di SMA Nusantara.
Setelah mendengar berita tersebut, Ibu Ani segera membentuk panitia
untuk mempersiapkan upacara yang membanggakan itu. Ia meminta Pak
Agus, Mas Wito, Bu Ambar, Mbak Nining, Pak Toyo, Bu Nurul, Mas Gito,

94
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Bu Giyarti, dan 5 orang murid, Tuti, Narto, Endah, Totok, dan Rini untuk
membantu dia sebagai anggota Panitia Penerimaan Anugerah.
Agendanya adalah akan membuat sambutan penerimaan semeriah
mungkin. Para pejabat pemerintahan di Kabupaten Salatiga dan Propinsi
Jawa Tengah akan diundang. Makanan akan dipesan dari katering yang
terkenal. Acara kesenian akan dilakukan oleh para murid SMA Nusantara
sendiri. Rapat persiapan dilakukan dua kali dalam seminggu.

Ketika persiapan sudah matang, relasi dengan semua pihak sudah oke
dan undangan sudah disebar, ada berita dari Jakarta bahwa acara pener-
imaan anugerah Sekolah Andalan Berwawasan Lingkungan ditunda
sebulan. Tentu saja Ibu Ani dan semua anggota panitia terkejut dan panik.
Bagaimana Ibu Ani sebagai pemimpin menghadapi masalah ini?

4. Fasilitator meminta masing-mas- • Apa saja ciri-ciri gaya kepemi-


ing kelompok untuk melakukan mpinan otoriter?
role play (bermain peran) di depan
• Apa saja ciri-ciri gaya kepem-
kelas sesuai dengan pembagian
pimpinan liberal?
gaya kepemimpinannya. Selain itu
fasilitator juga meminta agar pe- • Apa saja ciri-ciri gaya kepemi-
serta yang lain yang tidak melaku- mpinan demokratis?
kan role play untuk menyimak role
• Apa saja ciri-ciri gaya kepemi-
play yang dilakukan dan mencatat
mpinan situasional?
apa saja ciri-ciri dari masing-mas-
ing gaya kepemimpinan. • Menurut Anda, gaya kepemi-
mpinan apa yang paling cocok
5. Fasilitator memandu diskusi re-
untuk diterapkan di lingkungan
flektif dengan pertanyaan sebagai
Anda pada saat ini?
berikut:
6. Fasilitator mengajak peserta untuk
• Bagaimana perasaan Anda
membuat kesimpulan bersama-sa-
setelah melakukan role play?
ma dan mempersilakan jika masih
Bagaimana perasaan yang
ada peserta yang ingin bertanya
memerankan pemimpin?
atau menyampaikan pendapatnya.
Bagaimana perasaan yang me-
merankan orang yang dipimp-
in?

95
H. Catatan untuk Fasilitator:
1. Fasilitator boleh mengganti kisah/cerita yang digunakan untuk studi
kasus dengan kisah/cerita lain, mungkin kisah/cerita yang lebih dekat
dengan peserta atau pernah terjadi di lingkungan peserta.
2. Fasilitator menyemangati peserta agar lebih percaya diri dan menik-
mati ketika melakukan role play (bermain peran).
3. Dalam proses diskusi, fasilitator mendorong agar peserta banyak
mengingat pemimpin-pemimpin perempuan yang ada di lingkungan
mereka.

VII.2. KEKUATAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

A. Pengantar:
Kepemimpinan perempuan memiliki kekuatan dan hal-hal yang khas dalam
kiprah kepemimpinannya. Hal tersebut sudah banyak ditunjukkan oleh
pemimpin-pemimpin perempuan dari berbagai komunitas/lingkungan yang
telah berhasil membawa perubahan positif bagi komunitas/lingkungan atau
orang-orang yang dipimpinnya.
Sebagai seorang pemimpin tentu tidak akan pernah terlepas dari konflik.
Konflik adalah hal yang normal/biasa dan tidak perlu ditakuti karena konflik
merupakan tanda situasi yang sehat. Meskipun demikian, seorang pemimpin
perlu memahami seni/ilmu mengelola konflik serta bagaimana melakukan
resolusi konflik.
Selain itu, seorang pemimpin juga erat kaitannya dengan mengambil kepu-
tusan. Pengambilan keputusan merupakan hal yang unik dan tidak bisa
dipelajari secara khusus. Pengambilan keputusan adalah hal yang personal,
membutuhkan kecerdasan, pengalaman, penentuan preferensi pada masalah,
intuisi atau feeling. Namun demikian, ada proses dan langkah-langkah yang
mesti dilakukan sebelum sebuah pengambilan keputusan.

96
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

B. Tujuan: D. Durasi:120 menit


1. Mengajak peserta mengeksplorasi
kekuatan kepemimpinan perem- E. Pokok Bahasan:
puan dan hal-hal yang khas dari 1. Kekuatan kepempimpinan perem-
pemimpin-pemimpin perempuan puan
berdasarkan kisah para pemimpin
2. Resolusi dan pengelolaan konflik
perempuan yang ada dan cerita
kepemimpinannya. 3. Mengambil keputusan

2. Mengajak peserta untuk memaha-


mi bahwa konflik akan selalu ada
F. Alat dan Bahan:
dan bagaimana mengelola atau 1. Kertas plano dan flipchart
melakukan resolusi konflik.
2. Metaplan warna-warni
3. Mengajak peserta untuk belajar
tentang pengambilan keputusan 3. Spidol dan pulpen
serta proses dan langkah-lang- 4. Gunting dan selotip kertas
kah yang perlu dilakukan dalam
sebuah pengambilan keputusan. 5. LCD proyektor dan layar
6. Laptop
C. Capaian: 7. Speaker portable
1. Peserta dapat mengeksplorasi
kekuatan dan hal-hal yang khas
G. Langkah-Langkah:
dari pemimpin perempuan ber-
dasarkan kisah para pemimpin
perempuan yang sudah ada. Aktivitas 1:
2. Peserta memahami bahwa konflik Kekuatan Kepemimpinan Perempuan
akan selalu ada dan bagaimana
1. Fasilitator mengajak peserta untuk
mengelola atau melakukan resolusi
bersama-sama menonton film
konflik.
pendek berjudul Perlawanan Saida
3. Peserta belajar hal-hal terkait pen- dan mencermati kisahnya.
gambilan keputusan serta proses
2. Setelah itu, fasilitator juga meminta
dan langkah-langkah yang perlu
peserta untuk membaca dua kisah
dilakukan dalam sebuah pengam-
kepemimpinan perempuan berikut
bilan keputusan.
ini:

97
Srikandi Air Bersih dari Pasat

Sisilia Mbimbus, seorang ibu rumah tangga (41 tahun) warga Dusun Pa-
sat, Desa Pong Majok, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat,
Nusa Tenggara Timur, dengan pendidikan kelas II sekolah dasar berhasil
memberdayakan warga desanya berkat air bersih.
Adat istiadat di tempat tinggal Sisilia, melarang perempuan ikut mengu-
rus dusun. Segala sesuatunya, termasuk jabatan Ketua Organisasi Penge-
lola Air Minum (OPA), biasanya diemban kaum lelaki. Itu pun tidak sem-
barang lelaki. Kalau bukan seorang tua gendang (kepala suku), haruslah
seorang tua golo (kepala pemerintahan, misalnya minimal ketua RW).
Sisilia dapat dinilai “berdosa” melanggar adat istiadat kalau berani men-
jadi Ketua OPA. Meski awalnya Sisilia menolak, namun dengan adanya
dukungan yang kuat dari tetua dusun akhirnya Sisilia yakin dengan dirin-
ya untuk mengemban jabatan tersebut. Hal ini merupakan kasus pertama
kalinya terjadi dan tergolong istimewa maka dibuatlah upacara adat agar
Sisilia terhindar dari kutukan leluhur.
Sisilia menjadi motor penggerak bagi pemberdayaan warga desa. Kondisi
tanah di Dusun Pasat kering kerontang. Warga Pasat harus berjalan be-
berapa kilometer untuk mandi, mencuci, atau untuk urusan kakus. Hidup
warga desa hanya mengandalkan perkebunan jagung. Kemiskinan pun
menyergap Dusun Pasat. Tak hanya miskin, Dusun Pasat pun seringkali
terserang wabah penyakit karena lingkungan yang tak bersih. Padahal,
desa-desa lainnya di Kecamatan Lembor terkenal sebagai lumbung padi
untuk kawasan Manggarai Barat. Warganya lebih banyak menjadi buruh
tani di desa tetangga. Dalam keprihatinannya, Sisilia pun memulai per-
juangannya dari hal yang tampaknya sepele yaitu menyediakan air bersih
bagi warga Pasat.

Setelah berusaha mencari bantuan, Sisilia akhirnya mendapat uluran tan-


gan dari Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines), sebuah lembaga
swadaya masyarakat, pada 2005. Setahun kemudian, bersama warga
Pasat, Yakines membangun instalasi air bersih yang mata airnya
berasal dari desa tetangga. Pipa air bersih yang dibangun sepanjang

98
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

4 kilometer. Warga Pasat menghimpun dana mencapai Rp 4 juta


untuk membeli air dari desa tetangga.
Kehidupan warga Pasat perlahan mulai berubah. Yang paling menggem-
birakan, anak-anak warga Pasat mulai rajin pergi ke sekolah. Jumlah anak
yang putus sekolah berkurang drastis. Sebelumnya banyak anak yang
putus sekolah karena harus “berjuang” berjalan kaki 2 kilometer dalam
mendapatkan air bersih untuk mandi pagi lebih dulu. Waktu dan tenaga
banyak tersita dan akhirnya mereka malas bersekolah.
Tersedianya air bersih membuat banyak anak Pasat melanjutkan pen-
didikan yang lebih tinggi. Selain itu, Sisilia juga mengadakan gebrakan
bersih lingkungan. Selama ini, warga Pasat tak punya jamban keluarga
karena tak ada air. Kini, setelah air bersih mengalir, 65 kepala keluarga
diwajibkan membuat jamban. Sejak 2007 hingga sekarang, semua warga
Pasat sudah memanfaatkan jamban.
Sisilia juga mendorong warga bergotong-royong membangun dan mem-
perbaiki rumah yang dianggap jauh dari syarat kesehatan. Kebanyakan
pria Pasat adalah tukang batu dan tukang kayu. Selama ini hanya bekerja
membangun rumah orang lain untuk upah. Jadi, mereka bergotong roy-
ong membangun rumah warga yang layak huni dan sehat.
Daripada tiap tahun banyak warga yang menjadi buruh panen di desa
tetangga, Sisilia juga mulai mengarahkan warganya untuk bercocok
tanam. lebih baik mandiri, bisa belanja dan beli beras. Kini banyak hasil
sayuran, terutama kacang panjang, di Ruteng dan Labuhan Bajo di kabu-
paten yang berasal dari Pasat.
Untuk menjaga kesinambungan jaringan air bersih tersebut Sisilia me-
minta warganya iuran Rp 2.000 per keluarga. Dari hasil iuran tersebut,
dana utamanya untuk biaya pemeliharaan jaringan pipa air bersih. Selain
itu, juga dipinjamkan kepada anggota untuk membeli benang atau kain
tenun untuk dijual di pasar.
Dari berbagai prestasi itulah, Sisilia dipercaya kembali secara aklama-
si menjadi Ketua OPA untuk kedua kalinya. Dusun Pasat mengalami
kemajuan pesat di tangan Sisilia. Sisilia adalah seorang srikandi yang
memecahkan mitos.
Nur Hidayat, dan Antonius Un Taolin (Flores)

99
7 Momen Kepemimpinan PM Selandia Baru
Jacinda Ardern yang Diakui Dunia

Kepemimpinan Jacinda Ardern sebagai Perdana Menteri Selandia Baru


telah mendapat pengakuan dari dunia. Ia sering dibilang pemimpin
sempurna karena respon dan pendekatannya terhadap berbagai masalah.
Belakangan Jacinda Ardern pun dipuji karena penanganan Selandia Baru
terhadap kasus COVID-19 yang efektif hingga kini sudah bisa menjalani
hidup normal. Berikut tujuh momen kepemimpinan Jacinda Ardern yang
patut ditiru.

1. Mengatasi Pandemi COVID-19 2. Penembakan Christchurch


Berkat kepemimpinan Jacinda Dunia dikejutkan dengan pen-
Ardern yang tanggap dalam embakan yang terjadi di sebuah
mencegah perkembangan Co- mesjid di Christchurch, Selandia
rona, kini warga Selandia Baru Baru tahun lalu. Pertama kalin-
sudah bebas beraktivitas. Selandia ya, sebuah aksi teror menyerang
Baru pun dilaporkan tidak lagi komunitas Muslim disiarkan
mendapati kasus COVID-19. secara langsung dan menewaskan
Sebelumnya hanya ada 100 kasus 51 orang. Jacinda Ardern yang
Corona di Negeri Kiwi dan tidak menganut agnostik pun langsung
ada kematian. Beberapa hal yang memberi pesan yang membawa
dilakukannya antara lain segera bangsanya bersatu untuk mela-
melakukan lockdown hingga wan kebencian akan umat Islam.
langkah-langkah pencegahan Setelah kejadian ini, Ardern
yang dikomunikasikan secara mengetatkan aturan kepemilikan
efektif. Karena keberhasilannya senjata.
ini, popularitas Jacinda Ardern
pun meningkat.
“Selandia Baru dipilih (pen-
“Pekerjaan ini belum selesai tapi datang) karena aman karena
tentu ini adalah pencapaian besar. tidak ada tempat untuk keben-
Jadi bisakah aku menutup ini cian atau rasisme. Karena kita
dengan sesuatu yang sangat sim- merepresentasikan keberagaman,
pel, ‘Terima Kasih, New Zealand’” kebaikan, kasih sayang, rumah
ujarnya. untuk mereka yang juga berpikir

100
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

sama. Tempat untuk mereka yang gan perubahan iklim. Karenanya,


membutuhkan,” ungkap Arderns. setelah menjadi presiden, Jacinda
“Kalian memilih kami tapi kami langsung menetapkan aturan
malah menolak dan menghujat yang melarang penggunaan tas
kalian,” tambahnya. plastik. Salah satu alasannya ada-
lah karena ia menerima banyak
3. Ibu yang Multitasking surat dari anak-anak mengenai
masalah yang bisa mengganggu
Jacinda Ardern melahirkan anak masa depan mereka itu.
pertamanya setelah menjadi
perdana menteri. Perempuan 39
5. Memperjuangkan
tahun tersebut adalah pemimpin
kedua yang punya anak selama Hak-Hak Perempuan
memimpin negara setelah Bena- Sebagai pemimpin perempuan
zir Bhutto. Jacinda juga menjadi tentunya Jacinda Ardern juga
pemimpin pertama yang men- ingin memajukan sesamanya.
gambil cuti melahirkan selagi Mencapai kesetaraan gender
menjabat selama enam minggu. adalah salah satu masalah un-
Tak heran jika ia menjadi panutan tuk dituntaskan yang ada dalam
perempuan di dunia. daftarnya. Salah satunya adalah
“Sudah tidak bisa diterima di dengan menggratiskan produk
tahun 2017 untuk mengatakan pembalut untuk perempuan-per-
perempuan harus menjawab empuan muda pada 2021 yang
pertanyaan (memilih antara juga sekaligus untuk mengurangi
pekerjaan atau keluarga) di tem- kemiskinan.
pat kerja,” katanya. “Aku bukan Selain berusaha mewujudkan
perempuan pertama yang multi- dengan berbagai kebijakan, Jacin-
tasking. Aku bukan perempuan da pun menginspirasi perempuan
pertama yang bekerja dan punya untuk maju dengan menjadi pa-
bayi, ada banyak perempuan yang nutan mereka. Kepemimpinannya
melakukannya sebelumnya,” yang kental dengan kehangatan
dan empati adalah salah satu hal
4. Usahanya Mengatasi yang ingin ditiru perempuan.
Perubahan Iklim
Dikatakan jika anak dari pas-
angan polisi dan pekerja kantin
tersebut sudah lama peduli den-

101
6. Mendengarkan dan Belajar 7. Responnya Saat Gunung Meletus
dari Anak-anak
Sebelum pandemi Corona, Se-
Salah satu alasan Jacinda Ardern landia Baru sempat dihadapkan
bergabung dengan partai di usia dengan bencana gunung meletus
17 adalah untuk mengurangi yang menewaskan 16 orang. Saat
kemiskinan pada anak. Sebagai itu, Jacinda kembali menunjukkan
aktivis, Jacinda pun sering hangatnya kepemimpinan yang
mendengarkan curhat anak-anak mengutamakan empati. “Banyak
mengenai permasalahan mereka. orang yang melakukan hal-hal luar
Dari anak-anak, Jacinda belajar biasa untuk menyelamatkan nyawa,
untuk mengetahui masalah yang mereka yang pergi selamanya ada
terjadi di negaranya. Sebelum di Selandia Baru, dan kami akan
jadi perdana menteri, Jacinda mendekap mereka dengan erat,”
pun pernah bekerja di organisasi tuturnya.
pemuda di mana ia mengunjungi
pengungsi dan anak terlantar. Sumber: https://wolipop.detik.com/worklife/d-
5050708/7-momen-kepemimpinan-pm-selandia-
baru-jacinda-ardern-yang-diakui-dunia.

3. Fasilitator membagi peserta ke dalam 3 kelompok dan me-


minta masing-masing kelompok untuk mendiskusikan hal-
hal berikut berdasarkan film dan cerita yang sudah mereka
saksikan/baca tersebut:
• Mengapa Saida, Sisilia Mbim- puan dalam film dan ceri-
bus, dan Jacinda Ardern ta-cerita di atas?
dianggap sebagai pemimpin • Apakah ada pernyataan dari
dalam komunitasnya? tiga pemimpin perempuan
• Apa saja kekuatan, kemam- dalam film dan cerita-cerita
puan, serta keahlian ketiga tersebut yang menggambarkan
pemimpin perempuan yang permasalahan, solusi, serta
disebutkan dalam film dan peran mereka dalam gagasan
cerita-cerita tersebut? yang diajukannya?
• Apa hal-hal yang khas dari • Apakah pernyataan-pernyata-
kepemimpinan ketiga perem- an tersebut menunjukkan

102
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

sebuah visi yang penting? Aktivitas 2:


Mengapa?
Resolusi dan Pengelolaan Konflik
• Apa yang sudah Anda laku-
kan atau ingin Anda lakukan 1. Fasilitator menjelaskan bahwa
dalam komunitas Anda untuk konflik adalah hal yang normal/
membantu perempuan keluar biasa, tidak perlu ditakuti, karena
dari permasalahannya? konflik merupakan tanda situasi
• Bagaimana cara Anda meya- yang sehat. Konflik bisa berarti ke-
kinkan agar masyarakat bisa sempatan dan bisa berarti bahaya.
menerima kepemimpinan Namun konflik tidak mesti berarti
perempuan? kehancuran. Konflik merupa-
kan kesempatan karena mampu
4. Fasilitator meminta membawa perubahan, hidup
masing-masing kelom- baru, kesadaran baru, kedewasaan
pok untuk mempresen- individu maupun kelompok.
tasikan hasil diskusinya Konflik merupakan bahaya karena
dan mengomentari serta dapat menghilangkan hidup atau
mengajukan pertanyaan kehidupan baik individu maupun
untuk presentasi hasil kelompok. Sebaiknya kita men-
diskusi ketiga kelompok. dorong konflik supaya terbuka,
mungkin riskan, tetapi mendiam-
5. Fasilitator mempersi-
kan atau menutupi konflik akan
lakan peserta untuk
jauh lebih riskan.
memberikan pertanyaan
atau komentar terhadap 2. Fasilitator membagikan handout
presentasi hasil diskusi kepada peserta tentang resolusi
ketiga kelompok. dan pengelolaan konflik sebagai
berikut:
6. Fasilitator mengajak
peserta untuk membuat
kesimpulan bersama-sa-
ma.

103
BAHAN BACAAN 7

Belajar Tentang Konflik


1. Banyak orang tahu tentang konflik, tetapi tidak menyadarin-
ya. Tidak ada seorangpun yang dapat menghindari konflik.
Maka belajar tentang konflik itu bukan belajar sesuatu yang
baru, tetapi merefleksikan pengalaman yang sudah terjadi,
mengolah kesempatan yang ada agar keterampilan menyele-
saikan konflik makin meningkat.
2. Konflik selalu berkaitan erat (kait-mengkait) dengan budaya.
Jadi tidak ada cara penyelesaian yang sama.
3. Menangani konflik membutuhkan kesadaran bahwa prinsip
belajar dan mendengarkan merupakan dasar pedoman. Sara-
na penting dalam penanganan konflik adalah: disiplin, kes-
adaran reflektif terhadap kekuatan setiap orang, kekurangan
dan perbedaan (pluralitas).
4. Menangani konflik membutuhkan kesadaran untuk berani
menanggung risiko dan membuat kesalahan.
5. Sikap terbuka untuk mendapatkan kritik merupakan syarat
bagi seorang mediator.

Peran dalam Resolusi Konflik


1. Pihak yang mempunyai wewenang untuk menyelesaikan
konflik adalah mereka yang sedang berkonflik. Maka kebutu-
han mereka adalah pendampingan yang dapat menyadarkan
mereka terhadap tanggung jawabnya untuk menyelesaikan
konflik sendiri.
2. Pendampingan atau mediasi adalah untuk pemberdayaan
orang yang sedang konflik untuk mampu menyelesaikannya
sendiri.
3. Oleh karena itu mediator atau juru damai harus memperhati-
kan:

104
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

• Sikap setia melayani orang MACAM-MACAM KONFLIK


lain tanpa syarat.
1. Konflik pribadi
• Bersedia bekerja keras tanpa
mengharapkan imbalan. 2. Konflik antar-pribadi

• Mempunyai pandangan 3. Konflik antar-institusi/


bahwa orang yang pal- lembaga/organisasi
ing bertanggung jawab 4. Konflik sosial-politik
menyelesaikan konflik
adalah mereka sendiri. • Daerah

• Mendorong kreativitas • Nasional


untuk menemukan ide-ide • Internasional
baru.
MEDIASI
MEDIATOR
tidak sama dengan ARBITRATOR Mediasi adalah sarana untuk
(wasit, pemisah) menggali saya seseorang agar
dapat menyelesaikan konfliknya
sendiri dan bertanggung jawab
PROSES RESOLUSI KONFLIK terhadap hidupnya sendiri. Medi-
1. Pertama: Mengatur jalannya proses ator bukan wasit. Wasit tugasnya
rekonsiliasi. Dalam tahap ini menilai orang atau kelompok
dijelaskan posisi dan peran mas- yang melanggar aturan. Jadi tugas
ing-masing. Peran mediator adalah wasit tidak sesuai ketika ditrans-
mendorong kelompok/orang un- fer untuk penyelesaian konflik.
tuk bicara dan menjawab (dialog),
serta menyela untuk memperjelas Orang yang melakukan mediasi
pembicaraan/dialog. disebut mediator atau rekon-
2. Kedua: Tahap dialog. Mediator siliator. Larangan atau hal yang
mempersilakan kelompok untuk harus dihindari oleh mediator/
menjelaskan masalah dan maksud- rekonsiliator:
nya. Mediator mencatat isu yang 1. Membuat keputusan untuk orang
muncul. yang sedang berkonflik atau
menyuruh mereka apa yang harus
mereka lakukan.
2. Mencari kesalahan di antara mere-

105
ka. serta kaya ide agar selalu dapat
memberikan ide bagaimana proses
3. Berusaha mendapatkan semua
perdamaian berjalan.
jawaban untuk pertanyaan-per-
tanyaan mereka. 6. Mampu memisahkan tugasnya
sebagai mediator dengan tugas
4. Merasa bertanggung jawab jika
tanggung jawab pihak yang sedang
rekonsiliasi atau mediasi gagal.
konflik, agar pihak-pihak yang
5. Mengharapkan penghargaan jika sedang konflik tidak menggan-
rekonsiliasi berhasil. tungkan diri pada mediator.

Sebaliknya yang harus dimiliki


Keterampilan Mediasi
oleh mediator/rekonsiliator: Dua keterampilan khusus yang
dibutuhkan oleh seorang media-
1. Memiliki sikap jujur dan setia
tor atau rekonsiliator adalah men-
dalam melayani orang lain yang
dengarkan dan memparafrase.
sedang konflik. Orang yang tidak
Bagaimana menjadi pendengar
dengan ikhlas bekerja melayani
yang baik dapat dipelajari dalam
orang lain, ia tidak akan mau
komunikasi dan latihan. Parafrase
meluangkan waktu untuk bekerja
merupakan metode yang sangat
keras dan menghadapi bahaya
kuat dan sangat intensif bekerja
dalam menjadi mediator.
selama proses mendengarkan
2. Memiliki sikap terbuka untuk berjalan.
bekerja keras dan tidak menghara-
pkan hadiah dari pekerjaan berat Cara Melakukan
ini. Parafrase
3. Memiliki pandangan bahwa 1. Parafrase adalah mengulang yang
kelompok atau orang yang sedang didengar dengan kata-kata sendiri
berkonflik adalah pihak yang pal- sesuai dengan tangkapan penden-
ing bertanggung jawab terhadap garan kita. Jadi fokusnya ada pada
konflik. pembicara.
4. Memiliki kemampuan menjadi 2. Parafrase adalah ringkasan dan
konsultan bagi pihak yang sedang selalu lebih pendek dari yang diu-
berkonflik, dengan mendampingi capkan pembicara.
mereka dalam berproses mencapai
perdamaian. 3. Sebuah parafrase adalah cermin
dari pengertian yang diucapkan
5. Memiliki sikap terbuka dan kreatif

106
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

pembicara, tetapi bukan meniru 5. Parafrase adalah alat positif dan


seperti burung beo. sangat berdaya untuk mendorong
reaksi pembicara untuk mengklar-
4. Sebuah parafrase berisi gambaran ifikasikan informasinya dan mem-
empati kita kepada pembicara, jadi punyai dampak menggali potensi
bukan menilai atau menghakimi. pembicara.

3. Fasilitator memberikan waktu kepada peserta untuk memba-


ca dan mempelajari terlebih dahulu handout tersebut selama
sekitar 10 menit. Kemudian fasilitator bertanya kepada peser-
ta apakah ada yang ingin mereka tanyakan atau ungkapkan.
Fasilitator mendiskusikan isi handout tersebut bersama-sama
dengan peserta.
4. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4 kelompok dan me-
minta masing-masing kelompok untuk memilih salah satu
konflik sebagai studi kasus (bisa konflik yang pernah dialami
atau diketahui oleh salah satu anggota kelompok) dengan
pembagian sebagai berikut:

Kelompok 1: Konflik pribadi


Kelompok 2: Konflik antar-pribadi
Kelompok 3: Konflik antar-institusi/lembaga/organisasi
Kelompok 4: Konflik sosial-politik (daerah, nasional, internasional)

5. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk mendi-


skusikan dan merencanakan resolusi konflik yang akan mer-
eka lakukan untuk mengatasi konflik tersebut dan melakukan
proses rekonsiliasi.
6. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk melaku-
kan role play (bermain peran) dari hasil perencanaan res-
olusi konflik/proses rekonsiliasi konflik yang sudah mereka
diskusikan, dengan sebelumnya menceritakan studi kasus
konflik yang mereka pilih.

107
7. Fasilitator melakukan diskusi reflektif dengan pertanyaan
kunci sebagai berikut:
• Bagaimana perasaan Anda setelah melakukan role play tersebut?
• Apakah resolusi konflik/proses rekonsiliasi konflik yang tadi sudah
Anda perankan mudah dilakukan ketika Anda benar-benar harus
melakukannya di dunia nyata? Jelaskan alasannya!
• Apa saja hal-hal yang bisa menghambat berjalannya resolusi konflik/
proses rekonsiliasi konflik yang tadi sudah Anda perankan ketika itu
benar-benar Anda lakukan di dunia nyata?
• Siapa-siapa saja yang bisa Anda libatkan untuk membantu Anda
merealisasikan resolusi konflik/proses rekonsiliasi konflik yang tadi
sudah Anda perankan ketika itu benar-benar Anda lakukan di dunia
nyata?
• Menurut Anda, apa manfaat yang bisa diperoleh dari resolusi konflik/
proses rekonsiliasi konfllk yang tadi sudah Anda perankan ketika itu
benar-benar Anda lakukan di dunia nyata, terutama bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik?
8. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesimpulan
bersama-sama.

Aktivitas 3:
Mengambil Keputusan
1. Fasilitator menjelaskan bahwa seperti halnya manajemen,
pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni, yang artinya
menggunakan pengetahuan dan hati (intuisi).
2. Fasilitator membagikan handout kepada peserta tentang pen-
gambilan keputusan sebagai berikut:

108
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

BAHAN BACAAN 8

MENGAMBIL KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni pemilihan alternatif solusi atau
alternatif tindakan dari sejumlah alternatif solusi dan alternatif tindakan
untuk menyelesaikan masalah.
Fungsi keputusan adalah untuk memahami secara komprehensif terhadap
masalah, memberi kerangka berpikir sistematis untuk solusi, membimbing
dalam penerapan teknik-teknik pengambilan keputusan, dan meningkatkan
kualitas keputusan.
Sebagai sebuah seni, pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada karak-
teristik yang unik dari faktor internal maupun eksternal organisasi/lembaga.
Faktor internal: struktur organisasi, manajemen organisasi, dan budaya
organisasi.
Faktor eksternal: situasi dan kondisi sosial, ekonomi, politik dalam mas-
yarakat.
Ciri pengambilan keputusan: personal, kecerdasan, pengalaman, penentuan
preferensi pada masalah, intuisi atau feeling, dan tidak dapat dipelajari.

Komponen pengambilan keputusan: Cara pengambilan keputusan pada


prinsipnya terdiri dari 3 bagian:
1. Tujuan
1. Mengumpulkan informasi sebanyak
2. Keterbatasan atau kelangkaan
mungkin dari sumber yang bisa
3. Ketidakpastian diakses. Informasi berdasarkan
realitas.
4. Alternatif atau pilihan
2. Mempertimbangkan informasi
5. Nilai atau manfaat setiap pilihan
secara hoilistik, tanpa menilai dan
6. Nilai jual atau nilai tukar setiap emosional.
pilihan (keuntungannya apa)
3. Akhirnya membuat keputusan
7. Cara atau teknik pengambilan berdasarkan informasi.
keputusan

109
Proses pengambilan keputusan:
• Mencari dan menentukan 3. Fasilitator memberikan waktu
tujuan kepada peserta untuk membaca
dan mempelajari terlebih dahulu
• Mencari alternatif pemecah-
handout tersebut selama sekitar
an
10 menit. Kemudian fasilitator
• Memilih alternatif bertanya kepada peserta apakah
ada yang ingin mereka tanyakan
• Melaksanakan alternatif atau ungkapkan. Fasilitator mendi-
• Evaluasi skusikan isi handout tersebut
bersama-sama dengan peserta.

Pengambilan keputusan dilakukan


langkah demi langkah: 4. Fasilitator membagi peserta ke
1. Jernihkanlah pikiran, gunakan dalam 3 kelompok untuk melaku-
pola pikir yang berperspektif kan praktik mengambil keputusan
keadilan gender. dengan studi kasus. Masing-mas-
ing kelompok diminta untuk
2. Kumpulkan informasi. membaca studi kasus berikut ini:
3. Pertimbangkan informasi yang
masuk dengan memilah informasi
yang berdasarkan realitas.
4. Membuat daftar alternatif atau
pilihan.
5. Pertimbangkan hasil yang mun-
gkin terjadi.
6. Konsultasikan pilihan alternatif
dengan intuisi (bekerja dengan
hati).
7. Menentukan pilihan.
8. Melaksanakan keputusan dengan
sukacita.
9. Evaluasi hasil keputusan.

110
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Kasus Eri
Pada suatu hari karyawan sebuah Lembaga Pendidikan “Paramitha”
mendapat telepon dari Kantor Polisi. Seorang anggota polisi mengabar-
kan bahwa ia telah menahan seorang karyawan lembaga tersebut yang
bernama Eri, karena kedapatan mencuri coklat di sebuah supermarket.
Ia tertangkap basah oleh penjaga toko ketika memasukkan 2 pak coklat
berisi 20 batang coklat ke dalam ranselnya. Polisi menelepon ke kantor
lembaga tersebut karena satu-satunya petunjuk identitas yang ditemukan
di dalam ranselnya adalah kartu karyawan. Pimpinan lembaga mengirim-
kan salah seorang karyawannya untuk mengecek informasi lewat telepon
tadi. Tutik, seorang karyawan bidang personalia, melaksanakan tugasnya,
pergi ke Kantor Polisi. Di sana Tutik melakukan tugasnya mencari infor-
masi dari polisi yang menahan, penjaga toko yang menjadi saksi, dan Eri
sendiri sebagai tertuduh. Setelah sampai di kantor, Tutik menceritakan
semua informasi yang sudah dikumpulkan.
Penjaga toko mengatakan bahwa ia melihat gerak-gerik Eri mencuriga-
kan. Penjaga mengamati dari jauh dan melihat Eri memasukkan sesuatu
ke dalam ranselnya. Ketika melihat itu, penjaga langsung menegur Eri
dan membawanya ke bagian keamanan untuk menggeledah ranselnya. Di
dalam ranselnya terdapat 2 pak coklat. Oleh bagian keamanan, Eri dibawa
ke Kantor Polisi yang terdekat. Petugas keamanan melaporkan kejadiann-
ya ditemani oleh penjaga toko sebagai saksi.
Di Kantor Polisi, seorang polisi yang sedang piket bertanya kepada Eri
apakah memang betul ia melakukan tindakan seperti yang dituduhkan.
Eri mengaku dengan terus terang. Setelah polisi mencatat identitas dan
semua keterangan yang dibutuhkan, kemudian ia ditahan berserta barang
buktinya. Polisi piket lalu menelepon ke kantor di mana Eri bekerja.
Dari Eri, Tutik mendapatkan informasi bahwa Eri mencuri coklat terse-
but karena anak satu-satunya, Iwan, akan berulang tahun dan meminta
hadiah coklat. Eri tidak punya uang, istrinya sedang berada di Malaysia
untuk bekerja. Ibu Iwan, Tini, sudah 2 tahun berada di Malaysia bekerja
sebagai buruh pabrik. Alasan Tini menjadi TKW karena keluargan-
ya dililit hutang yang tidak kunjung selesai. Eri bekerja sebagai staf
administrasi di lembaga pendidikan tersebut. Gaji Eri hanya cukup
untuk makan dan membayar kebutuhan sehari-hari. Uang kiriman
dari Tini datang setiap 3 bulan dipergunakan untuk membayar

111
pendidikan Iwan yang sudah duduk di kelas 5 SD (11 tahun), dan
untuk membayar uang kontrakan rumah setiap 3 bulan. Eri tidak
dapat memperoleh pekerjaan lain kecuali pekerjaan yang seka-
rang ini. Karena tugasnya sebagai orangtua tunggal, ia kurang bisa
menjalankan kedisiplinan waktu dan pekerjaan. Sidang Pengadilan
memutuskan Eri dijatuhi hukuman 3 bulan penjara. Selama Eri di
penjara, Iwan dititipkan neneknya yang ada di desa, sehingga seko-
lahnya terpaksa berhenti.
Kasus yang menimpa Eri menjadi masalah bagi seluruh karyawan
dan pengurus Lembaga Pendidikan “Paramitha”. Beberapa
karyawan mengusulkan agar Eri dikeluarkan karena sudah melaku-
kan tindak criminal, mencemarkan corps kerja. Ada pula karyawan
yang mengusulkan Eri dipecat dengan alasan ia tidak pernah bisa
disiplin soal waktu dan kerap kali ia tidak bertanggung jawab den-
gan pekerjaannya. Sudah kerap kali ia tidak mengunci pintu kantor
ketika ia pulang paling akhir. Untungnya belum pernah terjadi hal-
hal yang merugikan akibat kelalaiannya tersebut. Namun beberapa
teman kantornya merasa dikecewakan oleh sikap dan perilaku Eri.

5. Tugas masing-masing kelompok: 7. Fasilitator memandu diskusi


• Diskusikan bahwa untuk reflektif dengan pertanyaan kunci
menghadapi kasus Eri, sebagai berikut:
pimpinan lembaga harus men- • Bagaimana perasaan Anda
gambil keputusan. Bagaimana setelah melakukan role play?
cara pimpinan lembaga men- • Menurut Anda, bagaimana
gambil keputusan? keputusan yang diambil oleh
• Uraikan proses dan lang- ketiga kelompok? Bagaimana
kah-langkahnya! proses dan langkah-langkah
• Presentasikan dalam role play yang diambil sebelum men-
(bermain peran)! gambil keputusan?
• Menurut Anda, bagaimana
6. Fasilitator meminta masing-mas-
keputusan akhir yang diambil
ing kelompok untuk mempresen-
oleh ketiga kelompok? Apakah
tasikan hasil diskusinya dalam role
sudah tepat? Jelaskan jawaban
play (bermain peran).
Anda!

112
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

8. Fasilitator mengajak peserta untuk 2. Fasilitator mempersiapkan dan


membuat kesimpulan bersama-sa- mencoba terlebih dahulu LCD
ma. proyektor, laptop, dan layar yang
akan digunakan untuk memutar
H. Catatan untuk Fasilitator: film.

1. Fasilitator dapat mengganti film 3. Dorong peserta untuk mengin-


atau cerita yang ada di sesi ini den- gat-ingat pengalamannya sendiri
gan film atau cerita lain yang lebih atau pengalaman pemimpin-pemi-
dekat dengan lingkungan peserta. mpin perempuan di lingkungan
mereka ketika berdiskusi atau
melakukan role play.

VII.3. CIRI KHAS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

A. Pengantar:
Konstruksi gender dalam budaya patriarki selama ini telah mem-
buat banyak perempuan (dan laki-laki) merasa jika perempuan
tidak cocok untuk menjadi seorang pemimpin. Padahal sebaliknya,
perempuan memiliki kekuatan serta karakteristik yang khas yang
membuat kepemimpinan perempuan memiliki kekuatan tersendiri
yang menguntungkan komunitas atau orang-orang yang dipimpin
oleh perempuan tersebut.
Sesi ini mengajak peserta untuk mengeksplorasi apa ciri-ciri yang
khas dari kepemimpinan perempuan dan bagaimana hal tersebut
meningkatkan kualitas kepemimpinan perempuan dalam menggu-
lirkan perubahan ke arah yang lebih baik bagi komunitasnya atau
orang-orang yang dipimpinnya.

B. Tujuan:
1. Mengajak peserta untuk mengek- splorasi bagaimana ciri-ciri yang
splorasi ciri-ciri yang khas dari khas tersebut meningkatkan kual-
kepemimpinan perempuan. itas kepemimpinan perempuan
dalam menggulirkan perubah-
2. Mengajak peserta untuk mengek-
an.

113
Aktivitas 1:
C. Capaian: Ciri-Ciri Pemimpin Berperspektif
1. Peserta mengeksplorasi ciri-ciri Keadilan Gender
yang khas dari kepemimpinan 1. Fasilitator membagikan kertas ber-
perempuan. isikan ciri-ciri pemimpin berpers-
2. Peserta mengeksplorasi bagaima- pektif keadilan gender (satu kertas
na ciri-ciri yang khas tersebut berisi satu ciri-ciri). Masing-mas-
meningkatkan kualitas kepemi- ing peserta akan mendapatkan 1
mpinan perempuan dalam meng- kertas yang berisi 1 ciri-ciri. Jika
gulirkan perubahan. jumlah peserta melebihi kertas
yang telah disiapkan, peserta yang
belum mendapatkan kertas boleh
D. Durasi: 60 menit bergabung dengan peserta lain
yang sudah mendapatkan kertas.
E. Pokok Bahasan: Ciri-ciri pemimpin berperspektif
keadilan gender yang dituliskan
1. Ciri-Ciri Pemimpin adalah sebagai berikut:
Berperspektif Keadilan Gender
• Berpijak pada realitas sosial
budaya, tidak berandai-andai.
F. Alat dan Bahan:
• Berpandangan pluralis (berpa-
1. Kertas plano dan flipchart ham pluralisme), non-primor-
2. Kertas metaplan warna-warni dial (tidak mengagungkan
kelompoknya sendiri/ber-
3. Spidol dan pulpen pandangan sempit), holistik,
4. Gunting dan selotip kertas non-dikotomis serta memiliki
cara pandang yang gradasi
(tidak hitam-putih).
G. Langkah-Langkah:
• Inklusif serta menghargai per-
bedaan agama, ras, gender dan
kepercayaan.
• Berorientasi pada proses dalam
menyusun perencanaan strategi.
Perencanaan dimulai dari real-
itas, bukan dari angan-angan/
berandai-andai. Membuat per-

114
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

encanaan dari bawah (bottom • Memandang bahwa hidup


up). adalah siklus yang berputar
sembari terus meningkat/
• Membangun kekuatan ber-
berkembang.
sama, bukan menunjukkan
kekuasaannya sendiri atau • Menggunakan cara-cara yang
kelompoknya. merangkul serta memberikan
cinta tanpa syarat.
• Pengambilan keputusan dibic-
arakan dan diproses bersama, • Bijaksana dan memandang
melibatkan kelompok yang segala sesuatu dengan analisis
akan menjalani keputusannya. sebab-akibat.

• Mengembangkan potensi • Menikmati serta menjalankan


kekuatan (power within/kekua- tugas, kewajiban, serta aktivi-
tan bersama) bukan kekuasaan tas-aktivitasnya dengan suka
(power over/menguasai orang cita.
lain).
• Percaya pada hal-hal spiritual,
• Luwes dalam berelasi dengan seperti ketuhanan, keyakinan,
orang lain, bersikap setara, kepercayaan, insting yang terla-
tidak menunjukkan sikap hier- tih, dan lain-lain.
arkhis (berposisi ordinat).
• Membangun relasi personal
• Membangun budaya organisasi yang baik dengan semua pihak
atas dasar kepekaan terhadap dan memiliki kemampuan un-
situasi dan kondisi kelompok tuk berkomunikasi dengan baik
masyarakat yang dipimpin. dengan setiap orang.
Menghargai kebutuhan dan
• Mampu menjelaskan tujuan
kepentingan pihak lain dalam
dengan ikut serta dalam suatu
mencapai tujuan.
proses kerja serta mampu
• Menunjukkan gaya kepemi- membuat semua yang terlibat
mpinan yang tegas, tanpa ke- dalam suatu kerja saling meng-
kerasan, menghindari perilaku hargai satu dengan lainnya.
memaksakan kehendak.
2. Fasilitator meminta masing-mas-
• Bersikap terbuka untuk ing peserta mencermati tulisan
mendengarkan dan menerima di kertas yang telah diperolehn-
orang lain serta terbuka pada ya, memahami maknanya, serta
perubahan. memikirkan contoh seorang yang
pemimpin yang mereka tahu

115
memiliki ciri-ciri seperti yang gan, organisasi dan/atau individu
tertulis di dalam kertas mere- dalam membantu para pemimpin
ka. perempuan dalam mewujudkan
tujuan mereka?
3. Fasilitator meminta semua peserta
secara bergantian membacakan tu- • Apa saja hal-hal yang mengham-
lisan dalam kertas yang dimilikin- bat perempuan untuk memiliki
ya serta menjelaskan apa arti atau kualitas atau ciri-ciri seperti yang
makna dari ciri-ciri tersebut, serta sudah kita bahas sebelumnya?
menceritakan contoh pemimpin
• Bagaimana cara perempuan
yang mereka tahu yang memiliki
mengatasi hambatan-hambatan
ciri-ciri tersebut.
tersebut?
4. Fasilitator mempersilakan peserta
6. Fasilitator mengajak peserta untuk
yang lain untuk mengomentari
membuat kesimpulan bersama
atau menambahkan pemaknaan
dan mempersilakan jika masih ada
maupun contoh-contoh pemimpin
peserta yang ingin bertanya atau
yang memiliki ciri-ciri tersebut.
mengungkapkan pendapatnya.
5. Fasilitator memandu diskusi
reflektif dengan pertanyaan kunci H. Catatan untuk Fasilitator:
sebagai berikut:
1. Fasilitator mempersiapkan terlebih
• Kualitas atau ciri-ciri kepemi- dahulu kertas-kertas yang bertu-
mpinan yang seperti apakah yang liskan ciri-ciri pemimpin berper-
banyak dimiliki oleh para perem- spektif keadilan gender sebelum
puan? sesi dimulai. Jika jumlah peserta
• Apa kaitan dari kualitas atau ci- lebih banyak dari jumlah kertas
ri-ciri tersebut dengan konstruksi yang disediakan, maka peserta
gender yang selama ini mengitari bisa saling bergabung namun tidak
hidup perempuan? melebihi 2 orang untuk setiap
kertas.
• Apa yang membentuk karakter
kepemimpinan perempuan? 2. Jika dirasa perlu, fasilitator bisa
mengganti diksi “pemimpin per-
• Bagaimana cara kita, perempuan, empuan” dengan diksi lain seperti
bisa memiliki kualitas atau ciri-ci- “pemimpin berperspektif keadilan
ri seperti yang sudah kita bahas gender” atau diksi lain yang sesuai.
sebelumnya?
• Apa peran dan dukungan jarin-

116
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

VII.4. MENJADI PEMIMPIN PEREMPUAN

A. Pengantar:
Seorang pemimpin membutuhkan sebuah visi yang akan mem-
perjelas tujuannya. Sesi ini akan mengajak peserta untuk berlatih
memformulasikan misi konkret mereka yaitu perubahan yang
mereka inginkan terhadap situasi, kondisi, atau masalah dalam
kehidupan mereka.
Kemudian pernyataan misi tersebut akan dikembangkan untuk
mendeskripsikan visi pribadi peserta yang selanjutnya akan ditu-
angkan ke dalam perkataan dan tindakan. Pada akhirnya, visi-visi
pribadi peserta ini akan memotivasi mereka untuk menjadi seorang
pemimpin.

B. Tujuan: C. Capaian:
1. Menemukan kekuatan 1. Peserta menemukan
dari memformulasikan kekuatannya dari mem-
pernyataan atau misi formulasikan pernyataan
konkret yang menjelas- atau misi konkret yang
kan visi seseorang. menjelaskan visinya.
2. Mengeksplorasi 2. Peserta bisa menuangkan
bagaimana menuangkan visi pribadinya ke dalam
visi pribadi seseorang perkataan dan tindakan.
ke dalam perkataan dan
3. Peserta mengeksplorasi
tindakan.
bagaimana visi indivi-
3. Mengeksplorasi du dapat memotivasi
bagaimana visi individu mereka menjadi seorang
dapat memotivasinya pemimpin.
menjadi seorang pemi-
mpin. D. Durasi: 60 menit

117
E. Pokok Bahasan: merencanakan dan menuliskan
bagaimana ia akan mengarah-
1. Menjadi Pemimpin Per- kan atau berpartisipasi dalam
empuan penerapan solusi yang telah
dideskripsikannya.
F. Alat dan Bahan: 4. Selanjutnya, fasilitator meminta
1. Kertas plano dan flip- setiap peserta memformulasikan
chart pernyataan singkat secara ter-
tulis (1 atau 2 kalimat) yang
2. Metaplan warna-warni mendiskripsikan visi mereka
3. Spidol dan pulpen terkait peran mereka dalam mem-
buat perubahan yang diperlukan
4. Gunting dan selotip ker- terhadap permasalahan yang telah
tas diidentifikasikan.
5. Fasilitator meminta setiap peserta
G. Langkah-Langkah: untuk menyampaikan hasil dari
tugas-tugasnya tersebut di depan
Aktivitas 1: kelas secara bergantian.

Menjadi Pemimpin Perempuan 6. Fasilitator memberikan komentar


dan pertanyaan terhadap hasil
1. Fasilitator memberikan tugas tugas para peserta dan juga me-
kepada setiap peserta untuk: minta peserta untuk memberikan
• Mengidentifikasikan situasi, komentar dan pertanyaan atas ha-
kondisi, atau masalah dalam sil tugas teman-temannya sesama
keluarga atau komunitas peserta.
yang ingin Anda ubah. 7. Fasilitator memandu diskusi
• Merumuskan perubahan reflektif dengan pertanyaan kunci
apa yang ingin Anda lihat sebagai berikut:
untuk memperbaiki situasi, • Bagaimana perasaan Anda
kondisi, atau masalah terse- setelah mengerjakan tugas terse-
but. but?
2. Peserta boleh berdiskusi dengan • Menurut Anda apakah tugas
teman sesama peserta, meskipun tersebut sulit atau tidak? Jelaskan
tetap ini adalah tugas individual. alasannya!
3. Kemudian fasilitator setiap peserta • Menurut Anda apakah Anda

118
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

memformulasikan pernyataan menyuarakan visi Anda kepada


pribadi yang mendeskripsikan yang orang lain? Jelaskan ala-
visi Anda tersebut sulit atau sannya!
tidak? Jelaskan alasannya! • Bagaimana Anda akan menyam-
• Apakah mengembangkan paikan atau menyuarakan visi
pernyataan pribadi yang Anda kepada orang lain?
mendeskripsikan visi dapat mem- 8. Fasilitator mengajak peserta untuk
bantu menjelaskan tujuan Anda? membuat kesimpulan bersama
Jelaskan alasannya! dan mempersilakan jika masih ada
• Apakah Anda membayangkan peserta yang ingin bertanya atau
bahwa visi pribadi Anda akan menyampaikan sesuatu.
berubah seiring waktu? Jelaskan 9. Di akhir sesi, fasilitator mengum-
alasannya! pulkan hasil tugas tertulis setiap
• Apa yang Anda rasakan ketika peserta. Pastikan bahwa setiap
mendengar visi dari peserta-pe- peserta telah menuliskan namanya
serta yang lain? Jelaskan alasann- dalam hasil tugasnya tersebut kare-
ya! na dapat digunakan lagi sebagai
rujukan dalam Rencana Tindak
• Menurut Anda, apakah pent- Lanjut.
ing untuk menyampaikan atau

H. Catatan untuk Fasilitator:

1. Meskipun tugas yang diberikan adalah tugas individual, tetapi fasilitator


tetap mengingatkan bahwa peserta bisa saling berdiskusi dengan peserta
lainnya, termasuk mengajak fasilitator untuk berdiskusi.
2. Fasilitator meminta peserta untuk mengingat-ingat serta menyimpan
dalam hati dan pikiran mereka visi-visi yang telah mereka buat dan men-
jadikannya sebuah komitmen dalam hidup mereka.

119
VIII.
EVALUASI PELATIHAN
A. Pengantar:
Sesi ini menjadi sesi penutup dari pelatihan kepemimpinan perem-
puan yang sudah dilaksanakan selama 2 hari. Sesi ini akan berisi
permainan evaluasi untuk melihat perubahan perspektif peserta terkait
hal-hal yang sudah dibahas sebelumnya dalam pelatihan.
Selain itu, dalam sesi ini peserta juga akan diminta untuk mengisi lem-
bar post-test dan juga lembar evaluasi pelatihan sebagai bahan evaluasi
yang akan ditindaklanjuti oleh organisasi/penyelenggara pelatihan.

B. Tujuan: D. Durasi: 60 menit


1. Melihat perubahan perspektif
peserta terkait hal-hal yang sudah E. Pokok Bahasan:
dibahas dalam pelatihan.
1. Permainan Where Do You Stand?
2. Mengajak peserta untuk mengisi
2. Mengisi Lembar Post-Test
lembar post-test.
3. Mengisi Lembar Evaluasi Pelatihan
3. Mengajak peserta untuk mengisi
lembar evaluasi pelatihan.
F. Alat dan Bahan:
C. Capaian: 1. Plano dan flipchart

1. Peserta terlihat mengalami peru- 2. Metaplan warna-warni


bahan perspektif atau tidak terkait 3. Spidol warna-warni
hal-hal yang sudah dibahas dalam 4. Gunting/cutter
pelatihan.
5. Selotip kertas
2. Lembar post-test sejumlah peserta 6. Pulpen
yang sudah terisi lengkap.
7. Lembar Post-Test
3. Lembar evaluasi pelatihan sejumlah
8. Lembar Evaluasi Pelatihan
peserta yang sudah terisi lengkap.

120
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

G. Langkah-Langkah:

Aktivitas 1:
Permainan Where Do You Stand?
1. Fasilitator membuat 3 pulau di • Laki-laki lebih penting daripada
lantai, bisa dengan memberi tanda perempuan.
menggunakan selotip atau kertas
(atau bisa juga dengan pohon jika • Salah satu cara laki-laki men-
out door); pulau setuju, pulau tidak yayangi perempuan adalah den-
setuju, pulau ragu-ragu (Permain- gan menunjukkan rasa cemburu
an Where Do You Stand?). dan mengawasi aktivitasnya.

2. Fasilitator membacakan beberapa • Merawat dan mendidik anak


pernyataan, dan meminta peserta adalah tugas seorang istri, suami
untuk memposisikan dirinya di hanya membantu saja.
salah satu pulau sesuai dengan • Seorang buruh perempuan
sikapnya terkait pernyataan yang memiliki kapasitas, kemampuan,
dibacakan. dan produktivitas yang sama
3. Fasilitator meminta peserta di dengan buruh laki-laki, sehingga
masing-masing pulau untuk mesti mendapatkan kesempatan
mengemukakan alasan kenapa yang sama.
memilih pulau tersebut dan me- • Perempuan yang sedang hamil
minta peserta di masing-masing sebaiknya tidak usah bekerja
pulau untuk meyakinkan peserta sama sekali selama kehamilannya
yang di pulau lain untuk berpin- untuk menjaga dirinya dan calon
dah pulau mengikutinya. Alasann- bayinya.
ya tentu harus logis, masuk akal,
dan dengan hati. • Cuti haid tidak perlu diambil
oleh perempuan ketika ia tidak
4. Fasilitator menanyakan kepada mengalami kesakitan selama haid
peserta, apakah ada yang berubah atau hanya mengalami kesakitan
pikiran dan mau berpindah pulau. yang ringan saja.
5. Fasilitator melanjutkan dengan • Supaya tidak mendapatkan
pernyataan berikutnya. pelecehan seksual di tempat kerja,
6. Pernyataan yang dibacakan adalah buruh perempuan semestinya
sebagai berikut: menggunakan pakaian serba ter-

121
tutup dan jangan banyak berbic- • Perempuan perlu dididik dan
ara. didisiplinkan oleh laki-laki.
• Seorang pemimpin yang baik • Laki-laki tidak perlu dan tidak
dilihat dari kemampuan, kapa- pantas melakukan pekerjaan
sitas, kerja keras, serta tanggung rumah tangga seperti memasak,
jawabnya menjalankan amanah mencuci, dan membersihkan
kepemimpinannya, bukan dari rumah.
jenis kelaminnya.
• Perempuan berhak mengemuka-
• Tidak masalah istri bekerja kan pendapatnya terkait segala
mencari uang di luar rumah dan hal yang berhubungan dengan
suami tinggal di rumah merawat dirinya.
anak dan melakukan pekerjaan
• Anak perempuan dapat menjadi
rumah tangga, asal disepakati
cerdas, secerdas anak laki-laki.
oleh keduanya.
• Membentak atau meneriaki bu-
• Semua manusia memiliki hak
kanlah bentuk kekerasan.
dan kehormatan yang sama.

Aktivitas 2:

Mengisi Lembar Post-Test


1. Fasilitator membagikan lembar post-test berikut ini kepada setiap
peserta dan meminta peserta untuk mengisinya. Fasilitator mengin-
gatkan agar peserta mengisinya dengan baik dan tidak terburu-bu-
ru, serta jujur tanpa beban sesuai dengan pendapatnya atau kata
hatinya karena tidak ada jawaban yang benar atau salah.

122
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

POST TEST
PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Nama: ………………………………………………………………………
Organisasi: .......……………………………………………………………..
Tempat Kerja/Posisi: ...……………………………………………………..

1. Gender adalah:
a. Jenis kelamin biologis laki-laki dan perempuan.
b. Jenis kelamin sosial laki-laki dan perempuan.
c. Kodrat laki-laki dan perempuan yang dibawa sejak lahir.
d. Ketidakadilan sosial atas laki-laki dan perempuan.

2. Konstruksi gender menjadi permasalahan ketika:


a. Menimbulkan ketidakadilan yang sebagian besar dialami oleh per-
empuan.
b. Pasangan suami istri bersepakat untuk istri bekerja di pabrik men-
cari nafkah sementara suami tinggal di rumah mengurus anak dan
pekerjaan rumah tangga.
c. Seorang buruh perempuan memutuskan untuk keluar dari peker-
jaannya di pabrik dan menjadi ibu rumah tangga untuk merawat
anaknya yang masih kecil.
d. Zaman sekarang banyak laki-laki yang berprofesi sebagai koki
(juru masak) dan banyak perempuan yang berprofesi sebagai pilot
pesawat terbang.

3. Salah satu bentuk ketidakadilan gender adalah subordinasi


atau penomorduaan perempuan. Di bawah ini adalah con-
toh-contoh subordinasi/penomorduaan perempuan, kecuali:

123
a. Perempuan jarang diminta atau didengar pendapatnya dalam proses
pengambilan keputusan.
b. Laki-laki lebih diprioritaskan dalam akses dan kesempatan untuk
mendapatkan promosi/kenaikan jabatan dibandingkan perempuan.
c. Perempuan mendapatkan akses lebih sedikit untuk posisi-posisi
kepemimpinan di masyarakat, di organisasi, maupun di tempat kerja.
d. Pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang dibebankan
hanya kepada perempuan saja.

4. Bentuk ketidakadilan gender lainnya yang dialami perem-


puan adalah beban ganda, yang dimaksud dengan beban ganda
adalah:
a. Perempuan harus memasak, mencuci, memandikan anak, dan men-
gantarkan anak ke sekolah.
b. Perempuan harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kelu-
arga.
c. Perempuan mencari nafkah di luar rumah untuk memenuhi kebu-
tuhan keluarga, namun pekerjaan domestik tetap hanya menjadi
tanggung jawabnya saja.
d. Perempuan melakukan 2 pekerjaan sekaligus untuk mencari uang
demi memenuhi kebutuhan keluarga (misalnya bekerja di pabrik
sekaligus berjualan online).

5. Apa akar penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan


berbasis gender?
a. Pelaku ada kesempatan untuk melakukannya.
b. Perempuan merupakan makhluk yang lemah dan perlu dilindungi.
c. Relasi kuasa yang timpang dan konstruksi gender yang tidak setara.
d. Kurangnya pendidikan dan faktor ekonomi.

124
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

6. Seorang pemimpin adalah:


a. Orang yang bisa menguasai orang lain untuk melakukan apa saja yang
diinginkannya.
b. Orang yang dengan ilmu dan keterampilannya bisa menggerakkan
dan mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama mencapai tujuan
tertentu.
c. Orang yang dikagumi dan diidolakan oleh banyak orang.
d. Orang yang sangat populer dan dikenal oleh banyak orang.

7. Berikut ini adalah hambatan perempuan untuk menjadi pemimpin,


kecuali:
a. Konstruksi gender yang seringkali menempatkan perempuan sebagai
“konco wingking” atau orang yang dipimpin.
b. Perempuan tidak memiliki kemampuan dan keterampilan sebagai
seorang pemimpin.
c. Kurangnya ruang untuk menggali potensi kepemimpinan bagi per-
empuan.
d. Kurangnya kesempatan dan ruang yang diberikan kepada perempuan
untuk muncul sebagai seorang pemimpin.

8. Di bawah ini adalah prinsip-prinsip yang harus dimiliki oleh


seorang pemimpin yang berperspektif keadilan gender, kecuali:
a. Dalam memecahkan permasalahan berpijak pada realitas konkret,
bukan berandai-andai.
b. Memiliki cara pandang yang berorientasi pada proses.
c. Menginginkan segala sesuatu serba instan dan cepat.
d. Menghargai nilai kemanusiaan, kehidupan, serta relasi personal.

125
9. Berikut adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin:
a. Kemampuan membuat konsep.
b. Kemampuan membangun relasi dengan orang lain.
c. Kemampuan menjalankan aktivitas-aktivitas pemimpin seperti ber-
bicara di depan orang banyak, memimpin rapat, mengambil keputu-
san, menyelesaikan konflik, dan lain-lain.
d. Semua jawaban benar.

10. Di bawah ini adalah kualifikasi keberhasilan kepemimpinan,


kecuali:
a. Menghindari konflik demi kedamaian dan keharmonisan suasana.
b. Senang bekerja dengan manusia merupakan falsafah hidupnya.
c. Mempunyai keinginan untuk mempengaruhi orang lain untuk
berkembang dan bukan untuk menguasai orang lain.
d. Bersedia untuk bekerja keras.

2. Fasilitator mengumpulkan lembar post-test yang sudah diisi oleh


peserta, dan pastikan semua sudah terisi lengkap. Jika ada yang be-
lum terisi lengkap, fasilitator mengembalikan kepada peserta yang
bersangkutan agar melengkapinya.

Aktivitas 3:
Mengisi Lembar Evaluasi Pelatihan
1. Fasilitator membagikan lembar evaluasi pelatihan berikut ini
kepada setiap peserta dan meminta peserta untuk mengisin-
ya. Fasilitator mengingatkan agar peserta mengisinya dengan
baik dan tidak terburu-buru, serta jujur tanpa beban sesuai
dengan pendapatnya atau kata hatinya karena tidak ada jawa-
ban yang benar atau salah.

126
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

EVALUASI AKHIRPELATIHAN
GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

Jawablah pertanyaan berikut!

1. Bagaimana pendapat/kesan Anda tentang Pelatihan Gender dan


Kepemimpinan Perempuan ini?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________

2. Hal baru apa yang Anda dapatkan setelah mengikuti Pelatihan


Gender dan Kepemimpinan Perempuan ini?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________

3. Apa saja hal-hal yang berguna/bermanfaat dari Pelatihan Gender


dan Kepemimpinan Perempuan ini?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________

127
4. Apa saja yang Anda pahami dan dapatkan dalam sesi-sesi 2 hari
Pelatihan Gender dan Kepemimpinan Perempuan ini?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________

5. Adakah hal yang Anda tidak setujui dari tema/pandangan yang di-
bahas dalam Pelatihan Gender dan Kepemimpinan Perempuan ini?
Jelaskan alasannya!
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________

6. Apa rencana Anda secara pribadi untuk mengatasi hambatan-ham-


batan yang Anda hadapi selama ini?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________

7. Apa rencana Anda ke depan setelah mengikuti Pelatihan Gender


dan Kepemimpinan Perempuan ini (baik rencana pribadi maupun
di organisasi atau di tempat kerja)?
______________________________________________________
______________________________________________________

128
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________

8. Apa saran Anda terhadap penyelenggaraan Pelatihan Gender dan


Kepemimpinan Perempuan ini (hal apa yang masih bisa ditingkat-
kan)?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________

9. Lingkari emoticon yang paling menggambarkan perasaan Anda


terhadap Pelatihan Gender dan Kepemimpinan Perempuan ini!

Senang Biasa Saja Tidak Senang

129
2. Fasilitator mengumpulkan lembar evaluasi pelatihan yang su-
dah diisi oleh peserta, dan pastikan semua sudah terisi leng-
kap. Jika ada yang belum terisi lengkap, fasilitator mengemba-
likan kepada peserta yang bersangkutan agar melengkapinya.

H. Catatan untuk Fasilitator:

1. Dalam permainan “Where Do You Stand?” fasilitator bisa


memilih pernyataan-pernyataan yang dirasa relevan dengan
dinamika peserta (tidak usah semuanya, tetapi disesuaikan
dengan ketersediaan waktu). Fasilitator juga bisa menambah-
kan pernyataan lain yang belum ada di daftar.
2. Ketika peserta mengisi lembar post-test dan lembar evaluasi
pelatihan, fasilitator mengingatkan peserta bahwa tidak ada
jawaban benar atau salah, sehingga peserta dipersilakan untuk
mengisi dengan jujur tanpa beban sesuai dengan pendapatnya
atau kata hatinya.
3. Jangan lupa untuk memberi waktu yang cukup bagi semua
peserta untuk mengisi lembar post-test dan lembar evalu-
asi pelatihan tanpa terburu-buru. Pastikan peserta mengisi
semua pertanyaan dengan lengkap tanpa ada yang terlewat-
kan.

130
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN

IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Anastasia, Ayu dkk. 2015. Panduan Pelatihan Kepemimpinan


Perempuan. Jakarta: Women Research Institute
2. Harjanti, Fitri Indra dkk. 2014. Modul Diskusi Komunitas un-
tuk Kelas Ibu (Program Laki-Laki Peduli). Yogyakarta: Rifka
Annisa
3. Harjanti, Fitri Indra dkk. 2016. Modul Pendidikan Kesetaraan
Gender untuk Remaja. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia

131
MOdul pelatihan
Gender dan Kepemimpinan

perempuan
Metode yang digunakan oleh fasilitator pelatihan gender dan
kepemimpinan perempuan ini dalam menyampaikan materi berbeda
dengan yang lain, asyik, tidak monoton, memberikan pemahaman yang
pas tentang materi kekerasan dan pelecehan berbasis gender di tempat
kerja dengan contoh yang riil terjadi, serta bisa mengajak peserta untuk
berani bersuara tentang kekerasan, dan juga memberikan dukungan
terhadap mereka.
Lisniatun Mun'am – DPC SPN Kabupaten Jepara

Pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan yang dilakukan


sangat menyenangkan. Banyak tabir yang terungkap, kita menjadi tahu
bentuk kekerasan itu apa saja. Materi yang paling berkesan adalah
tentang relasi kuasa, karena kekerasan lebih dominan terjadi di tempat
kerja itu karena relasi kuasa. Metode pembelajarannya asyik, tidak mem-
bosankan, serta sangat mudah dipahami. Setelah pelatihan tersebut,
saya kemudian melakukan diskusi dengan pengurus DPC dan melaku-
kan pelatihan-pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan sendiri
di tingkat PSP.
Yanti Rismawati – DPC SPN Kabupaten Bogor

Saya senang bisa ikut pelatihan gender dan kepemimpinan perem-


puan ini. Saya jadi lebih banyak tahu tentang kekerasan dan pelecehan
berbasis gender. Fasilitatornya bisa mengajak bercanda peserta, jadi pe-
sertanya tidak mengantuk. Materinya mudah dipahami dan dimengerti.
Materi yang paling saya ingat adalah tentang bentuk-bentuk kekerasan
di pabrik. Harapan saya ke depan tentunya ada perubahan di pabrik
menjadi tempat kerja yang bebas kekerasan dan pelecehan berbasis
gender.
Kristianingsih – Ketua PSP SPN di Daerah Istimewa Yogyakarta

132

Anda mungkin juga menyukai