MOdul pelatihan
Gender dan Kepemimpinan
perempuan
1
2
MODUL
PELATIHAN
GENDER DAN KEPEMIMPINAN
PEREMPUAN
Disusun oleh:
I. KATA PENGANTAR 5
II. DAFTAR ISI 4
III. PENGANTAR MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 7
III.1. LATAR BELAKANG PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 7
III.2. TUJUAN PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 8
III.3. FASILITATOR PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 9
III.3.1. PERAN, KARAKTERISTIK, DAN KETERAMPILAN FASILITATOR 9
III.3.2. TUGAS FASILITATOR 12
III.4. PESERTA PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN 15
I. KATA PENGANTAR
S
PN adalah serikat pekerja yang memiliki tujuan utama memper-
satukan dan menggalang solidaritas kaum pekerja untuk mencapai
kesejahteraan pekerja beserta keluarganya tanpa membedakan ras,
suku bangsa, agama atau keyakinan, jenis kelamin, kondisi fisik, status per-
kawinan, dan status serta jabatan dalam perusahaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah disusun program kerja organisasi
yang berpedoman kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SPN,
yang secara spesifik dibagi ke dalam 4 ruang lingkup, yaitu program pengem-
bangan organisasi, pendidikan, pelatihan, dan kaderisasi; program advokasi,
penegakan hukum, dan publikasi; program gerakan perempuan dan perlindungan
pekerja anak; serta program sosial, ekonomi, politik, dan hubungan interna-
sional.
Dalam ruang lingkup pengembangan organisasi, pendidikan, pelatihan,
dan kaderisasi, serta gerakan perempuan dan perlindungan pekerja anak itu-
lah dikembangkan suatu strategi penguatan kepemimpinan perempuan yang
akan berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi dan melaksanakan
program-program kerja organisasi, termasuk dalam upaya-upaya pencegahan
dan penghapusan kekerasan berbasis gender di dunia kerja.
Masih banyak tantangan yang dihadapi oleh serikat pekerja, khususnya
anggota-anggota perempuannya dalam melaksanakan kegiatan dan program
mereka, terutama yang berkaitan dengan permasalahan-permasalah-
an perempuan di tempat kerja, seperti ketidakadikan gender dan kekerasan
berbasis gender di tempat kerja. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya
pelatihan gender dan peningkatan kapasitas kepemimpinan perempuan, baik
bagi para pemimpin maupun para anggota perempuan serikat pekerja.
Modul Pelatihan Gender dan Kepemimpinan Perempuan ini dibuat se-
bagai panduan untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas
para pemimpin dan anggota perempuan SPN dalam kesetaraan gender dan
kepemimpinan perempuan, sebagai salah satu upaya untuk memperkuat
kapasitas kepemimpinan perempuan di tingkat organisasi dalam pengeta-
5
huan, pemahaman, keterampilan, dan perubahan perilaku (kesadaran), agar
bisa menjadi garda terdepan organisasi dalam mengeksekusi program-pro-
gram organisasi, termasuk dalam advokasi isu atau permasalahan perempuan,
seperti penghapusan kekerasan berbasis gender di tempat kerja.
Diharapkan modul ini dapat digunakan oleh siapa saja, baik pimpinan
maupun anggota perempuan SPN, yang memiliki semangat dan keinginan
kuat untuk mengembangkan dan melatih jiwa serta keterampilan kepemimpinan
dalam diri mereka, dengan perspektif kesetaraan gender, untuk terlibat aktif
dalam gerakan penghapusan kekerasan berbasis gender di tempat kerja, se-
bagai salah satu prasyarat terwujudnya solidaritas kaum pekerja untuk men-
capai kesejahteraan seluruh pekerja beserta keluarganya.
Modul pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan ini merupakan
dokumen hidup, sehingga modul ini akan terus diujicobakan untuk kemudi-
an dikembangkan serta direvisi berdasarkan pembelajaran-pembelajaran dari
proses ujicoba-ujicoba tersebut, serta masukan-masukan dari pihak-pihak
yang bekepentingan.
Besar harapan kami, modul ini dapat membantu mengoptimalkan
proses pembelajaran bersama dan penguatan kapasitas perempuan-perem-
puan SPN dalam memimpin gerakan mewujudkan kesejahteraan dan keadilan
bagi seluruh pekerja beserta keluarganya, dengan nol toleransi terhadap ke-
kerasan berbasis gender di tempat kerja.
Sumiyati
Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPP SPN &
Ketua Komite Perempuan Nasional DPP SPN
6
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
III.
PENGANTAR MODUL PELATIHAN GENDER DAN
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
III.1. LATAR BELAKANG PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIPINAN PEREMPUAN
S
alah satu upaya yang bisa digu- juan untuk meningkatkan kapasitas
nakan untuk memperkuat kapa- kelompok perempuan, khususnya
sitas pemimpin perempuan ada- anggota perempuan serikat buruh
lah sebuah kegiatan pelatihan gender dalam hal pengarusutamaan gender
dan kepemimpinan perempuan yang dan memperjuangkan isu dan kebu-
diharapkan bisa memperkuat peng- tuhan perempuan serta penghapusan
etahuan, pemahaman, keterampilan, kekerasan berbasis gender di tempat
dan perubahan perilaku (kesada- kerja.
ran) dalam melakukan penguatan
Pelatihan gender dan kepemimpinan
kepemimpinan perempuan serta ad-
perempuan ini menggunakan prin-
vokasi mengenai isu atau permasala-
sip-prinsip pendidikan orang dewa-
han perempuan, termasuk pengha-
sa, serta pendekatan partisipatif dan
pusan kekerasan berbasis gender di
pendekatan reflektif. Pelatihan yang
tempat kerja.
partisipatif dicirikan dengan adanya
Masih banyak tantangan yang dihada- penghargaan bagi peserta yang aktif
pi oleh serikat buruh, khususnya ang- belajar sendiri dan aktif pula belajar
gota-anggota perempuannya dalam dari orang lain. Saling mendengar dan
melaksanakan kegiatan dan program saling menghargai pendapat orang
mereka, terutama yang berkaitan adalah kunci dari pelatihan yang par-
dengan permasalahan-permasalahan tisipatif. Sementara prinsip-prinsip
perempuan di tempat kerja, seperti pendidikan atau belajar orang dewa-
ketidakadikan gender dan kekerasan sa adalah percaya bahwa setiap orang
berbasis gender di tempat kerja. Oleh dewasa memiliki beragam pengala-
karena itu, pelatihan peningkatan man dan pengetahuan, selain juga
kapasitas kepemimpinan perempuan memiliki cara sendiri dalam mema-
baik bagi para pemimpin maupun hami sesuatu.
para anggota perempuan serikat bu-
Oleh karena itu, pelatihan kepempinan
ruh sangat dibutuhkan.
perempuan ini diharapkan dapat
Pelatihan ini secara umum bertu- mendorong partisipasi semua pihak
7
yang berada dalam proses belajar kepemimpinan perempuan ini
tersebut. Diharapkan pelatihan ini merupakan modul hidup, sehingga
dapat menjadi proses belajar yang modul ini akan terus diujicobakan
terbuka dan nyaman bagi semua un- untuk kemudian dikembangkan
tuk mengemukakan pendapatnya. serta direvisi berdasarkan pembe-
Selanjutnya diharapkan juga akan lajaran-pembelajaran dari proses
ada sebuah kesinambungan dalam ujicoba-ujicoba tersesebut, serta
upaya peningkatan kapasitas agar ke- masukan-masukan dari pihak-pihak
berhasilan dalam memperkuat posisi yang bekepentingan. Diharapkan
perempuan di masyarakat lebih terja- modul pelatihan gender dan kepemi-
min. mpinan perempuan ini dapat men-
jadi acuan bagi siapa saja yang ingin
Modul pelatihan gender dan
menggunakannya.
Tujuan Khusus:
1. Memberikan pemahaman tentang lah isu privat melainkan isu sosial/
relasi kuasa dan konsep serta poli- masalah kemanusiaan.
tik yang membentuk peran gender,
4. Memberikan pemahaman tentang
norma gender, dan relasi gender.
kepemimpinan perempuan, ter-
2. Memberikan pemahaman bahwa masuk kekuatan serta ciri khas
kekerasan berbasis gender tere- kepemimpinan perempuan.
jawantahkan dalam berbagai ben-
5. Memberikan pemahaman tentang
tuk dan praktik dalam budaya dan
tugas dan kemampuan teknis yang
konteks yang berbeda-beda, ter-
diperlukan dalam melaksanakan
masuk di tempat kerja/pabrik.
tugas sebagai advokator isu per-
3. Memberikan pemahaman bahwa empuan.
kekerasan berbasis gender bukan-
8
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
F
asilitator memiliki peran yang fasilitator juga perlu mengingatkan
sangat penting dalam proses peserta agar melakukan proses pem-
pembelajaran modul pelatihan belajaran dengan sukacita dan hati
gender dan kepemimpinan perem- gembira. Proses pembelajaran yang
puan ini. Sesuai dengan namanya, penuh sukacita dan hati gembira
fasilitator memiliki peran utama da- ini bisa diwujudkan bersama-sama
lam mempermudah proses pembela- melalui kerja sama antara fasilitator
jaran peserta. Konsep fasilitasi men- dengan para peserta.
gandaikan bahwa peserta workshop
atau diskusi telah memiliki penge-
tahuan dan peran fasilitator adalah Secara lebih lengkap peran
meramu, mengolah, atau menstruk- utama fasilitator adalah:
turkan pengetahuan peserta. 1. Membantu peserta untuk mem-
Jadi peran fasilitator di sini adalah buat aturan main dan menegak-
mempermudah proses pembela- kannya.
jaran dengan menciptakan proses 2. Memandu dan mendorong peser-
belajar yang hangat, menyenangkan, ta untuk berpikir kritis.
penuh sukacita, dan aman bagi
3. Mendengarkan komentar,
setiap peserta. Setiap peserta ada-
pendapat, dan umpan balik pe-
lah narasumber, karena peserta lah
serta.
yang memiliki pengetahuan tentang
situasi, kondisi, serta kebutuhan di 4. Menjaga fokus diskusi dan alur
komunitasnya masing-masing. diskusi.
9
8. Membuat ringkasan diskusi atau el) bagi peserta untuk pencapaian
meminta peserta untuk melaku- hasil yang maksimal.
kannya.
3. Memahami isu-isu dasar terkait
9. Menciptakan suasana pembelaja-
dengan gender, relasi kuasa,
ran yang penuh sukacita dan hati
kepemimpinan perempuan, serta
gembira.
advokasi untuk menghapuskan
Tema-tema dalam modul ini sangat kekerasan berbasis gender di
khusus yakni tema-tema terkait tempat kerja.
dengan gender dan relasi kuasa
Selain beberapa karakteristik mini-
sebagai akar penyebab terjadinya
mal sebagaimana diuraikan, fasilita-
ketidakadilan gender, kepemi-
tor hendaknya juga memiliki keter-
mpinan perempuan sebagai sebuah
ampilan memfasilitasi seperti:
kepemimpinan yang berperspektif
adil gender, serta advokasi untuk 1. Keterampilan mendengar
mewujudkan kesetaraan gender • Mampu menangkap inti dan
serta penghapusan kekerasan ber- keseluruhan pembicaraan.
basis gender di tempat kerja. Oleh • Mengamati ekspresi.
karena itu, perspektif dan sensitivi-
• Sensitif terhadap bahasa tubuh.
tas fasilitator terkait dengan isu-isu
• Santun.
yang disebutkan di atas sangatlah
penting dan utama. • Mampu melakukan klarifikasi
atas pembicaraan yang terjadi.
Selain itu, fasilitator disyaratkan • Memahami metode fasilitasi.
untuk memiliki karakteristik dan
keterampilan minimal untuk dapat
menjalankan fungsinya dan men-
capai tujuan pembelajaran dengan
baik. Di antara karakteristik min-
imal fasilitator untuk modul ini
adalah sebagai berikut:
10
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
11
III.3.2. TUGAS FASILITATOR
Beberapa tugas-tugas yang harus diperhatikan oleh fasilitator adalah
sebagai berikut:
1. Mempersiapkan pelatihan
Mempersiapkan pelatihan sangat yang memadai untuk pelatihan,
penting bagi fasilitator karena akan kelengkapan audio-visual jika akan
mempengaruhi kelancaran proses menggunakan alat bantu audio-vi-
sekaligus mempengaruhi pencapa- sual, kelengkapan alat tulis, flipchart,
ian tujuan dari setiap sesi pelatihan. kertas metaplan, selotip, gunting dan
Persiapan pelatihan ini meliputi per- alat bantu lainnya.
siapan materi dan persiapan keleng-
kapan perangkat pelatihan termasuk
ruangan yang akan digunakan untuk 2. Membangun hubungan baik
pelatihan. dengan peserta
Untuk persiapan materi, sangat disa- Membangun hubungan yang baik
rankan bagi fasilitator untuk mempe- dengan peserta sejak awal pelatihan
lajari modul secara seksama terma- sangat penting bagi fasilitator karena
suk handout yang akan digunakan akan mempengaruhi proses selanjut-
sebelum pelatihan berlangsung. Per- nya. Hubungan baik yang terbangun
siapan ini akan membantu fasilitator sejak awal pertemuan akan memun-
untuk memiliki pemahaman terha- gkinkan peserta dan fasilitator untuk
dap alur pelatihan dan cakupan ma- bergaul, bekerjasama, membaur, dan
teri yang akan didiskusikan. Dalam mendorong satu sama lain untuk ter-
persiapan materi ini fasilitator juga libat aktif dalam proses diskusi. Beri-
mengantisipasi kemungkinan-ke- kut beberapa cara yang dapat dilaku-
mungkinan yang akan terjadi dalam kan fasilitator untuk membangun
proses pelatihan sehingga member- hubungan baik dengan peserta:
ikan kesempatan kepada fasilitator
• Tersenyum dan menyapa orang
untuk mempersiapkan srategi yang lain ketika mereka datang.
efektif sehingga hasil yang diharap-
• Berterima kasih atas kontribusi
kan dari sesi pelatihan tetap tercapai. mereka.
Sedangkan persiapan kelengkapan • Kontak mata.
pelatihan meliputi kesiapan ruang • Amati kelompok dan kenalilah
12
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
13
5. Menghadapi perbedaan satu proses dengan proses lainnya
memiliki kaitan yang sangat erat.
Menyampaikan pendapat yang ber-
beda secara nyaman bagi setiap pe-
serta sangat penting dalam proses
diskusi. Oleh sebab itu untuk memu- 7. Mengelola waktu
ngkinkan proses diskusi berlangsung,
Mengelola waktu secara efektif sangat
fasilitator disarankan untuk menggu-
penting bagi fasilitator untuk memas-
nakan pertanyaan terbuka. Dalam
tikan bahwa seluruh tahapan dalam
proses diskusi fasilitator kemudian
sesi dapat dijalankan dengan baik.
memilah pandangan yang berbe-
Ada banyak cara dalam mengelola
da lalu mendiskusikan konsekuensi
waktu ini, di antaranya menyepakati
dari pandangan yang berbeda-beda
waktu bersama peserta di awal proses
tersebut. Dalam proses ini fasilitator
dengan mempertimbangkan cakupan
tidak berperan untuk menyampaikan
materi dan tahapan yang harus dilalui,
ide yang dapat diterima oleh semua
memilih salah satu peserta untuk
peserta, akan tetapi menyampaikan
menjadi pengendali/penjaga waktu
informasi yang benar kepada peserta.
(time keeper), memberikan peringa-
tan setiap kali waktu akan berakhir,
dan menanyakan kepada peserta apa-
6. Mengelola permainan kah peserta masih membutuhkan
waktu tambahan.
Permainan menjadi proses yang pent-
ing karena dengan permainan memu-
ngkinkan peserta untuk mendapatkan
kegembiraan, memperkuat kerjasama, 8. Isu Kunci yang harus diketa-
menghilangkan hambatan komunika- hui oleh fasilitator
si, mendapatkan energi baru, menghi-
langkan kejenuhan sekaligus belajar • Apa itu pelatihan gender dan
sesuatu. Terkait dengan permainan ini kepemimpinan perempuan?
sedapat mungkin fasilitator menerap-
• Apa itu perspektif dan alat analisis
kan permainan yang memiliki kaitan
gender?
langsung dengan tema atau topik yang
didiskusikan. Sehingga permainan • Apa itu pemimpin perempuan?
bukan semata-mata permainan akan
tetapi permainan bertujuan pem- • Apa itu advokasi dan kebijakan
belajaran sehingga fasilitator dapat (baik kebijakan secara umum mau-
membangun kesan proses pelatihan pun kebijakan yang khusus terkait
sebagai proses yang utuh dan antara dengan isu perempuan)?
14
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
P
eserta pelatihan gender dan peserta perempuan di situ, termasuk
kepemimpinan perempuan mungkin pengalaman kekerasan
adalah anggota Serikat yang pernah dialami atau dilakukan-
Buruh/Serikat Pekerja yang diuta- nya. Sesi refleksi terpisah juga ber-
makan perempuan. Tidak menutup fungsi untuk mengurangi dominasi
kemungkinan ada peserta laki-laki, salah satu jenis kelamin (biasanya
tetapi jumlahnya mesti lebih sedikit laki-laki) dalam sesi tersebut.
dibandingkan peserta perempuan
Jumlah peserta ideal untuk pelatihan
(maksimal 20 % dari jumlah kes-
gender dan kepemimpinan perem-
eluruhan peserta). Ketika sesi refleksi
puan ini adalah antara 15 hingga 25
yang membahas tentang pengalaman
orang. Tetapi jika memang diperlu-
menjadi perempuan (dan menjadi
kan, jumlah peserta bisa ditambah
laki-laki), jika memungkinkan dire-
hingga 30 orang, dengan catatan
komendasikan agar peserta perem-
fasilitator harus bekerja ekstra agar
puan dan peserta laki-laki melaku-
bisa melibatkan dan memperhatikan
kan refleksi secara terpisah.
seluruh peserta, terutama dalam se-
Hal ini dikarenakan ketika dalam si-sesi refleksi. Jumlah peserta yang
sesi refleksi perempuan dan ada paling ideal untuk pelatihan gender
peserta laki-laki, maka peserta dan kepemimpinan perempuan ini
perempuan akan lebih terbatas adalah 20 orang.
(merasa malu atau kurang terbuka)
Mengingat mayoritas peserta pela-
ketika menceritakan pengalamannya
tihan gender dan kepemimpinan
sebagai perempuan, terutama pen-
perempuan ini adalah perempuan,
galaman ketidakadilan atau ketidak-
maka undangan untuk mengikuti
nyamanan yang pernah dialaminya.
pelatihan ini tidak boleh diberikan
Demikian juga peserta laki-laki,
secara mendadak. Idealnya adalah
yang juga akan merasa lebih terbatas
antara 2 minggu hingga 1 minggu
atau merasa perlu menjaga gengsi
sebelum tanggal pelatihan. Hal ini
ketika ingin menceritakan pengala-
penting dilakukan untuk memberi
mannya sebagai laki-laki dan ada
kesempatan para calon peserta per-
15
empuan mempersiapkan rumah dan rumah dan keluarga (anak) yang
keluarga (anak) yang akan ditinggal- akan ditinggalkan sejenak sehingga
kan sejenak untuk mengikuti pelati- lebih memilih untuk memberikan
kesempatan mengikuti pelatihan ini
han. Karena jika undangan diberikan
kepada rekan laki-lakinya. Dengan
mendadak (1 sampai 3 hari sebelum-
undangan yang sudah diberikan jauh
nya), ada kemungkinan calon peser-
sebelum acara, diharapkan tingkat
ta perempuan akan menolak karena
partisipasi perempuan untuk mengi-
belum sempat mempersiapkan
kuti pelatihan ini akan meningkat.
16
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
M
odul pelatihan gender dan pemahaman peserta terhadap materi
kepemimpinan perem- yang akan disajikan.
puan ini dibuat sebagai
Modul pelatihan gender dan
modul untuk peningkatan kapasitas
kepemimpinan perempuan ini pada
kepemimpinan buruh perempuan.
dasarnya terdiri dari 3 modul, yaitu
Secara umum tujuan pelatihan gen-
gender dan relasi kuasa, kepemi-
der dan kepemimpinan perempuan
mpinan perempuan, dan advokasi.
ini adalah meningkatkan kapasitas
Ketiga modul tersebut menjadi pili-
kelompok perempuan, khususnya
han karena dinilai mampu mening-
anggota perempuan serikat buruh
katkan kemampuan seseorang untuk
dalam hal pengarusutamaan gender
berjuang mengadvokasi isu perem-
dan memperjuangkan isu dan kebu-
puan.
tuhan perempuan serta penghapusan
kekerasan berbasis gender di tempat Modul gender dan relasi kuasa ter-
kerja. diri dari berbagai materi, yang jika
dikelompokkan terdiri dari materi
Modul pelatihan gender dan
dasar dan kerangka analisis gender.
kepemimpinan perempuan ini
Jika peserta pelatihan banyak yang
menjelaskan proses pelatihan yang
pernah mendapatkan materi gender
diawali dengan pembukaan dan
sebelumnya (dapat dilihat dari hasil
dilanjutkan dengan sesi perkenalan,
pre-test), maka fasilitator dapat lebih
penjelasan alur, kontrak belajar,
fokus pada materi kerangka analisis
bagian ini menjadi penting karena
gender dengan mengaitkannya pada
ini adalah awal dari interaksi peser-
isu/permasalahan yang ada.
ta dan fasilitator. Setelahnya, acara
dilanjutkan dengan pengisian pre- Pada modul kedua, yaitu kepemi-
test berupa pertanyaan-pertanyaan mpinan perempuan, banyak digu-
kepada peserta seputar pengetahuan nakan contoh kasus sebagai bahan
mereka terkait materi yang akan dis- diskusi dan bahan pembelajaran. Hal
ampaikan dalam pelatihan. Kegiatan ini memiliki maksud untuk mencip-
pre-test bertujuan mangukur tingkat takan semangat baru bagi peserta
17
pelatihan untuk terus memperjuangkan isu-isu perempuan. Materi modul
pertama dan modul kedua harus dipakai secara berurutan sebagai landasan
bagi modul ketiga yang berisikan tentang materi advokasi.
Selanjutnya modul pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan ini
akan ditutup dengan sesi evaluasi yang berisi evaluasi perubahan peserta
menggunakan permainan “where do you stand?” yang dilanjutkan dengan
sesi post-test dan evaluasi pelatihan secara umum. Dari hasil post-test dapat
dinilai apakah pelatihan telah berhasil meningkatkan kapasitas peserta dan
dari lembar evaluasi dapat dilihat penilaian dan masukan peserta terhadap
pelatihan yang telah diselenggarakan.
Modul pelatihan gender dan kepemimpinan perempuan ini menggunakan
prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa, pendekatan partisipatif, serta
pendekatan reflektif.
18
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
19
IV.2. PENDEKATAN PARTISIPATIF
Proses pembelajaran dalam modul ini menerapkan pendekatan partisipatif.
Pendekatan partisipatif adalah proses pembelajaran yang mengandaikan pe-
serta memiliki pengalaman dan pengetahuan, karenanya peserta diposisikan
sebagai narasumber, baik bagi fasilitator maupun bagi peserta lainnya. Ada
beberapa ciri penting proses pembelajaran partisipatif adalah sebagai berikut:
20
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
21
akhir pelatihan. Alat pre dan post-test ini. Tetapi terkadang situasi di lapa-
terlampir pada bagian awal (pem- ngan tidak memberikan kesempatan
bukaan dan perkenalan) serta pada pada fasilitator untuk melakukan
bagian akhir (evaluasi) pada modul semua sesi yang ada di modul dikare-
ini. Sebaiknya lembar evaluasi pre- nakan keterbatasan waktu.
test sudah dibagikan kepada peserta
Ketika fasilitator memilili keter-
sebelum pelatihan dimulai, sehing-
batasan waktu di lapangan, maka
ga peserta bisa mengisinya terlebih
berikut adalah sesi-sesi prioritas
dahulu di rumah masing-masing
yang mesti diberikan kepada peserta
dan mengumpulkannya ke panitia
sebagai materi dasar untuk mem-
pada hari pertama pelatihan ketika
berikan pemahaman kepada peserta
melakukan registrasi peserta.
tentang kepemimpinan perempuan:
Selain itu, modul ini juga menye-
diakan metode evaluasi untuk
melihat perubahan perspektif peserta 1. Seks dan Gender
dengan menggunakan permainan
“where do you stand?” serta evalu-
2. Menjadi Perempuan
asi pelatihan secara umum dengan 3. Relasi Kuasa sebagai Akar
menggunakan pertanyaan-per- Penyebab Ketidakadilan
tanyaan terbuka. Keduanya terdapat dan Kekerasan
pada bagian akhir (evaluasi) modul
ini. 4. Ketidakadilan Gender
22
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
B. Tujuan: C. Capaian:
1. Memberikan gambaran tentang 1. Peserta mendapatkan gamba-
pelatihan gender dan kepemi- ran tentang pelatihan gender dan
mpinan perempuan bagi para bu- kepemimpinan perempuan bagi
ruh perempuan termasuk tujuan, para buruh perempuan ini beserta
alur, serta prosesnya. tujuan, alur, serta prosesnya.
2. Mengajak peserta untuk saling 2. Peserta mengenal satu sama lain.
mengenal satu sama lain.
3. Peserta menyepakati aturan dasar
3. Mengajak peserta menyepakati pelatihan (Ground Rules).
aturan dasar pelatihan (Ground
4. Peserta paham pelatihan ini adalah
Rules).
ruang yang aman untuk berefleksi
4. Memberikan pemahaman kepada dan berbagi.
peserta bahwa pelatihan ini adalah
5. Peserta mengisi lembar pre-test.
ruang yang aman untuk berefleksi
dan berbagi.
D. Durasi:60 menit
5. Mengajak peserta untuk mengisi
lembar pre-test.
23
E. Pokok Bahasan: • Hobby atau aktivitas di waktu
senggang.
1. Pembukaan dan Perkenalan
2. Penjelasan Alur dan Proses Pelati- • Satu hal (bisa benda, tanaman,
han hewan, dan lain-lain) yang paling
3. Harapan dan Kekhawatiran menggambarkan diri dan apa
alasannya.
4. Kontrak Belajar (Aturan Dasar
Kelas) 2. Fasilitator bertanya kepada peserta,
5. Mengisi Lembar Pre-Test “adakah yang seperti saya?” Peserta
yang memiliki kesamaan dengan
F. Alat dan Bahan: fasilitator (satu kesamaan saja) bisa
1. Kertas plano dan flipchart menjadi yang selanjutnya mem-
perkenalkan diri dengan cara yang
2. Spidol & pulpen
sama. Begitu seterusnya, sehingga
3. Selotip kertas
semua peserta mendapat giliran
4. Metaplan warna-warni memperkenalkan diri sekaligus
5. Post it warna-warni menemukan kesamaan mereka
dengan peserta yang lain.
G. Langkah-Langkah:
Aktivitas 1: Aktivitas 2:
Mengenal Lebih Dekat Menjelaskan Tujuan, Alur, Serta
1. Fasilitator menyapa seluruh peser- Proses Pelatihan
ta, kemudian fasilitator mengajak 1. Fasilitator menjelaskan kepada
peserta untuk saling memperke- peserta hal-hal sebagai berikut:
nalkan diri. Fasilitator memulainya
dengan memperkenalkan diri yang • Program pelatihan gender dan
berisi beberapa hal sebagai berikut: kepemimpinan perempuan
untuk buruh perempuan ini dan
• Nama lengkap dan nama panggilan. siapa yang menyelenggarakannya.
• Domisili (tempat tinggal) • Tujuan dan capaian yang di-
• Pekerjaan atau aktivitas se- harapkan dari pelatihan gender
hari-hari. dan kepemimpinan perempuan
untuk buruh perempuan ini.
24
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
25
disepakai bersama antara fasilita- gunakan selama pelatihan.
tor dan seluruh peserta di kelas.
Fasilitator mengajak peserta mem-
buat kesepakatan bersama (Aturan
Dasar Kelas) untuk memperlan- Aktivitas 5:
car kegiatan yang akan dilakukan. Mengisi Lembar Pre-Test
Kesepakatan tersebut setidaknya
1. Fasilitator membagikan lembar
meliputi poin-poin berikut:
pre-test berikut ini kepada setiap
• Saling menghormati dan peserta dan meminta peserta un-
menghargai pendapat orang tuk mengisinya. Fasilitator meng-
lain. ingatkan agar peserta mengisinya
dengan baik dan tidak terburu-bu-
• Saling menjaga kerahasiaan.
ru, serta jujur tanpa beban sesuai
• Bicara atas nama sendiri dengan pendapatnya atau kata
dan pengalaman pribadi hatinya karena tidak ada jawaban
bukan pengalaman orang yang benar atau salah.
lain.
• Mendengarkan dan mem-
beri kesempatan kepada
orang lain untuk berbicara.
2. Fasilitator meminta peserta untuk
menuliskan konsekuensi dari se-
tiap pelanggaran atas kesepakatan
Aturan Dasar Kelas yang sudah
dibuat dalam selembar post it. Na-
mun konsekuensi tersebut harus
masuk akal dan bisa diterapkan di
kelas serta tidak bersifat menyaki-
ti. Kemudian post it tersebut digu-
lung dan dimasukkan ke dalam
“Kotak Cinta”, yang nantinya seti-
ap kali ada peserta yang melanggar
aturan dasar, harus mengambil gu-
lungan post it dari kotak cinta dan
melakukan yang tertulis di situ.
Kotak cinta ini disimpan untuk di-
26
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
PRE TEST
PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Nama: ……………………………………………………………
Organisasi: .……………………………………………………..
Tempat Kerja/Posisi: ...…………………………………………..
1. Gender adalah:
a. Jenis kelamin biologis laki-laki dan perempuan.
b. Jenis kelamin sosial laki-laki dan perempuan.
c. Kodrat laki-laki dan perempuan yang dibawa sejak lahir.
d. Ketidakadilan sosial atas laki-laki dan perempuan.
27
b. Laki-laki lebih diprioritaskan dalam akses dan kesempatan untuk
mendapatkan promosi/kenaikan jabatan dibandingkan perem-
puan.
c. Perempuan mendapatkan akses lebih sedikit untuk posisi-posisi
kepemimpinan di masyarakat, di organisasi, maupun di tempat
kerja.
d. Pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang dibebankan
hanya kepada perempuan saja.
28
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
29
b. Kemampuan membangun relasi dengan orang lain.
c. Kemampuan menjalankan aktivitas-aktivitas pemimpin seperti
berbicara di depan orang banyak, memimpin rapat, mengambil
keputusan, menyelesaikan konflik, dan lain-lain.
d. Semua jawaban benar.
30
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
31
VI.MODUL 1:
GENDER DAN RELASI KUASA
A. Pengantar:
Dalam proses kehidupan seorang manusia (perempuan dan laki-laki), ia akan
dihadapkan pada kondisi-kondisi dari luar yang mempengaruhi dirinya.
Sikap, tindakan, perilaku dan harapan-harapan sosial selalu dilekatkan pada
seorang individu perempuan dan laki-laki. Proses pelekatan tersebut tidaklah
terbentuk dalam waktu singkat. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi
kehidupan sosial di mana individu tersebut tumbuh dan dibentuk secara so-
sial. Dalam proses pelekatan tersebut seringkali kita terjebak untuk tidak bisa
membedakan antara seks dan gender.
Dalam diskusi ini, peserta diajak untuk melihat dan merefleksikan dirinya se-
bagai seorang perempuan, bagaimana perempuan dibentuk secara sosial se-
hingga muncul pelekatan sikap, tindakan, perilaku dan harapan sosial terha-
dap perempuan. Pada proses ini, akan diperkenalkan tentang konsep seks dan
gender. Peserta diajak untuk bisa membedakan konsep seks dan gender dan
bagaimana konsep gender ternyata mempengaruhi kehidupan mereke sebagai
perempuan.
B. Tujuan:
1. Memberikan pemahaman kepada bagaimana proses pembentukan
peserta tentang perbedaan perem- gender (bentukan sosial yang
puan dan laki-laki secara biologis dipercaya sebagai hal umum da-
(kodrat yang merupakan ciptaan lam masyarakat).
Tuhan) dan gender (bentukan 3. Mengajak peserta berefleksi
sosial yang dipercaya sebagai hal tentang akibat/implikasi gender
umum dalam masyarakat). terhadap dirinya sebagai perem-
2. Memberikan pemahaman puan.
32
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
G. Langkah-Langkah:
Aktivitas 1:
Seks vs Gender
1. Fasilitator meminta peserta untuk memikirkan dan menuliskan satu kata
(bisa ciri-ciri, sifat/karakter, pekerjaan, dan lain-lain) ketika mendengar
kata laki-laki di kertas metaplan warna pink dan ketika mendengar kata
perempuan di kertas metaplan warna biru.
2. Fasilitator menempelkan 3 kertas plano di dinding. Satu kertas plano ber-
gambar laki-laki, satu kertas plano bergambar perempuan, dan satu kertas
plano lagi bergambar tumpukan batu bata yang ditempelkan di tengah di
antara gambar laki-laki dan gambar perempuan.
3. Fasilitator meminta peserta untuk menempelkan metaplan pink-nya di
kertas plano bergambar laki-laki dan metaplan biru-nya di kertas plano
bergambar perempuan.
4. Fasilitator membahas masing-masing metaplan yang sudah tertempel
dengan menanyakannya kepada peserta apakah kata yang ada di mas-
33
ing-masing metaplan juga dimiliki oleh lawan jenisnya. Jika jawabannya
iya, fasilitator memindahkan metaplan tersebut ke kertas plano bergambar
tumpukan batu bata yang ada di tengah.
5. Fasilitator menjelaskan kepada peserta bahwa kertas metaplan yang ma-
sih tetap berada pada gambar laki-laki dan pada gambar perempuan itu-
lah yang dinamakan seks (jenis kelamin). Sementara metaplan yang sudah
dipindahkan ke kertas metaplan bergambar tumpukan batu bata di tengah
itulah yang dinamakan gender.
Aktivitas 2:
Pengertian Seks dan Gender
Seks Gender
Bersifat kodrati atau diperoleh dari sejak
Bersifar konstruktif atau dibentuk oleh
lahir dan merupakan pemberian dari
manusia/masyarakat
Tuhan Yang Maha Esa.
Berlangsung selamanya dan tidak dapat Berlangsung di waktu tertentu dan bisa
diubah atau dipertukarkan. diubah atau dipertukarkan.
Bersifat universal. Bersifat kontekstual.
Tidak dipengaruhi oleh ruang dan
Berubah sesuai ruang dan waktu.
waktu.
Contoh: Laki-laki mempunyai penis, Contoh: Rambut panjang, pemberani,
jakun, sperma, hormon testoteron, dan lemah lembut, pakai rok, memimpin,
lain-lain. Perempuan memiliki vagina, rasional, emosional, badan kekar, me-
rahim, ASI, hormone estrogen dan pro- masak, mencuci, dokter, sekretaris, dan
gesteron, dan lain-lain. lain-lain.
34
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Aktivitas 3:
Gender atau
Pernyataan
Seks?
Perempuan bisa melahirkan, laki-laki tidak bisa melahirkan.
Anak perempuan lembut, sedangkan anak laki-laki kasar.
Banyak perempuan tidak membuat keputusan tentang hidup
mereka secara mandiri, bahkan hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan seksual mereka.
Suara laki-laki berubah selama masa pubertas, sedangkan
suara perempuan tidak.
Perempuan bekerja di bagian administrasi dan pelayanan,
laki-laki di bagian keamanan dan supervisor.
Perempuan menerima keputusan yang diambil oleh laki-laki.
Perempuan dapat menyusui bayi dengan payudara, sedangan
laki-laki dapat menyusui bayi dengan botol dan gelas.
Di Mesir kuno, laki-laki menenun di rumah, perempuan men-
gatur urusan rumah. Perempuan mewarisi harta dan laki-laki
tidak.
Mayoritas pengemudi truk adalah laki-laki dan pelayan toko
adalah perempuan.
Laki-laki dikatakan “pria sejati” setelah mereka memberi
keturunan.
Laki-laki rasional dan perempuan emosional.
Perempuan sensitif terhadap suara bernada tinggi sehingga
mereka dapat mendengar tangisan anaknya bahkan ketika
mereka sedang tidur. Laki-laki menumpukan pengurusan
anak kepada perempuan
35
3. Setelah peserta memahami konsep seks dan gender, ajak peserta untuk
membahas pertanyaan reflektif sebagai berikut:
• Bagaimana perlakuan keluarga/orang sekitar terhadap Anda sebagai perem-
puan jika dibandingkan terhadap saudara laki-laki/teman laki-laki Anda,
baik di rumah, sekolah atau lingkungan masyarakat?
4. Selanjutnya, fasilitator memandu diskusi reflektif dengan pertanyaan kunci
sebagai berikut:
• Menurut Anda, seperti apa seharusnya mengajari perempuan?
• Bagaimana pengharapan keluarga pada Anda sebagai perempuan?
• Bagaimana masyarakat mengharapkan Anda sebagai perempuan?
• Sebenarnya Anda menginginkan diri Anda menjadi perempuan yang seperti apa?
• Bagaimana dan dengan siapa Anda belajar menjadi perempuan?
5. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesimpulan bersama dan
mempersilakan jika ada peserta yang ingin bertanya atau memberikan
pendapatnya.
1. Fasilitator bisa mengganti istilah seks 2. Dalam sesi reflektif, peserta akan ber-
dan gender dengan istilah yang lebih cerita tentang proses ia belajar men-
familiar dengan peserta, misalnya jadi perempuan. Fasilitator mesti
kodrat dan bentukan masyarakat, memastikan bahwa peserta memili-
jenis kelamin biologis dan jenis ki kesempatan bercerita agar peserta
kelamin sosial, gawan dan gawean, menangkap bahwa bagaimana cara
dan lain-lain. mereka belajar menjadi perempuan
dipengaruhi oleh bentukan budaya.
BAHAN BACAAN 1
Gender adalah serangkaian asumsi, tuntutan, dan harapan yang dilekatkan
pada perempuan dan pada laki-laki. Gender berbeda dengan jenis kelamin
biologis (seks) atau kodrat Tuhan. Karena dibentuk oleh masyarakat/budaya,
gender seringdisebut dengan jenis kelamin sosial.
36
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
PEREMPUAN LAKI-LAKI
Mempunyai vagina Mempunyai penis
Memiliki rahim sehingga dapat hamil
dan melahirkan
Menghasilkan sel telur (ovum) Menghasilkan sperma
Memiliki payudara Memiliki jakun
“Mimpi basah” (mengeluarkan sperma
Mendapat menstruasi
melalui mimpi)
SEKS GENDER
Bersifat biologis (jenis kelamin dan Bersifat tidak biologis tetapi punya
fungsinya) fungsi dan peran sosial masing-masing
Diperoleh dari Tuhan sejak lahir Bentukan adat/kebiasaan
Dapat dipertukarkan antara perempuan
Tidak dapat dipertukarkan antara per-
dan laki-laki (mempunyai potensi ke-
empuan dan laki-laki
mampuan yang sama)
Berlaku di mana saja, kapan saja di
Berlaku di tempat dan waktu tertentu
seluruh dunia
Proses Pemasyarakatan
37
Proses Pemasyarakatan Gender
Melalui
corong
Keluarga: masyarakat:
- Orang tua,saudara/i - Pemuka masyarakat Penanaman
- Kakek, nenek, paman, bibi - Tradisi, adat istiadat Keyakinan
- Sepupu, kerabat - Dongeng, mitos, slogan Tentang
- Pembantu tumah tangga, - Nilai-nilai setempat
supir - Ujaran-ujar
- Lagu-lagu, nyanyian
Agama - Kesenian
- Pemuka agama
- Ajaran-ajaran dan Tempat kerja - Apa yang harus dan tidak harus
aturan-aturan agama - Pimpinan - Apa yang pantas dan tidak pantas
- Kitab-kitab agama - Sistem perusahaan - Apa yang diharapkan dan tidak
- Hukum/tradisi agama - Peraturan diharapkan
- Rekan kerja - Apa yang baik dan apa yang buruk
- Peran cocok dan tidak cocok
Sekolah - AD/ART - Perilaku yang sesuai dan tidak sesuai
- Sistem pendidikan - Apa saja yang boleh dan tidak boleh
- Guru, staff pendidik Negara - Dan sebagainya
- Buku-buku pelajaran - Pejabat negara, para birokrat
- Mata pelajaran - Hukum/ Undang-undang
- Teman-teman sekolah - Kebijakan pemerintah Proses internalisasi atas individu:
- Sistem politik, ekonomi,
Laki-laki dan perempuan
Media Masa hankam
- Radio, tv, video - Propaganda (Membbentuk konsep diri)
Catatan:
Pada dasarnya gender tidak menjadi lebih mampu dan lebih kuat dalam
masalah sepanjang tidak merugikan banyak hal.
salah satu jenis kelamin. Akan tetapi, • Perempuan tidak mendapat pendi-
dalam kehidupan sehari-hari gender dikan formal yang sama dengan laki-la-
sering dipermasalahkan karena: ki.
• Perempuan tidak bisa berkembang • Perempuan tergantung secara ekonomi
karena hanya diberi peran domestik kepada laki-laki sehingga tidak memi-
dan tidak diberi kesempatan untuk liki keterampilan dan pengalaman
peran-peran produktif. sebanding dengan laki-laki.
• Laki-laki dibebani pekerjaan, tugas • Masih terdapat kebijakan/UU yang bias
yang terlalu berat, serta dituntut untuk gender.
38
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Konstruksi Gender
B. Tujuan:
1. Memberikan pemahaman bagaima- galamannya menjadi perempuan
na proses pembentukan gender. untuk memahami proses pemben-
2. Membantu peserta merefleksikan tukan identitas diri dan konsekuensi
pengalamannya menjadi perem- yang diterima serta pengaruhnya
puan, memahami proses pem- bagi kehidupan sosial.
bentukan identitas dirinya, dan
konsekuensi yang diterima serta
D. Durasi: 90 menit
pengaruhnya bagi kehidupan sosial.
40
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
41
15) Sebagai pemilik perusahaan, aku ingin karyawan perempuan yang ....
16)Sebagai kepala desa, aku ingin kamu warga desa perempuanku ....
17) Sebagai bupati/walikota, aku ingin warga kabupaten/kota perempuan
yang .....
18) Sebagai penonton, aku ingin model/artis perempuan yang .....
19) Sebagai pemilik media, aku ingin pemirsa/pembaca perempuan yang ......
42
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Aktivitas 2:
Sungai Kehidupan (Proses Terbentuknya Identitas Gender)
43
untuk menggambarkan situasi/pen- ketidakadilan atau pengalaman yang
galaman yang tidak menyenangkan tidak menyenangkan yang dialami
peserta bisa menggambarkan arus peserta ke dalam metaplan (satu
sungai yang deras, batu-batuan atau pengalaman ketidakadilan ditulis
batang pohon yang menghalangi, dalam satu metaplan).
banjir, dan seterusnya. Peserta juga
5. Setelah peserta selesai bercerita,
bisa bermain dengan warna dan
fasilitator menempelkan meta-
bentuk/gambar lainnya. Dorong
plan-metaplan berisi pengalaman
peserta untuk mengembangkan
ketidakadilan yang dialami oleh
kreativitasnya walaupun gambarnya
peserta tadi dan membacakan
tidak harus bagus. Fasilitator juga
semuanya untuk menekankan kem-
bisa memutarkan lagu yang me-
bali pengalaman-pengalaman tidak
nenangkan untuk membuat situasi
menyenangkan atau tidak adil bagi
lebih kondusif bagi peserta dalam
perempuan tersebut.
menggambarkan sungai kehidupan-
nya. 6. Fasilitator lalu mengajak peser-
ta untuk merefleksikan bersama
3. Minta peserta yang bersedia untuk
pengalaman-pengalaman tersebut
menceritakan sungai kehidupannya
dengan menggunakan pertanyaan
di depan kelas. Sebelumnya fasilita-
kunci berikut ini:
tor mengingatkan kembali tentang
kesepakatan saling menjaga keraha- • Apakah pengalaman yang tidak
siaan dan saling menghormati pen- menyenangkan atau perlakuan
galaman yang berbeda. Dorong agar yang tidak adil ini juga dialami
semua peserta bersedia bercerita, oleh perempuan lain?
namun jika ada peserta yang tidak
• Apakah laki-laki juga men-
bersedia, hormati keputusannya. Ke-
galami perlakuan yang tidak
tika peserta menceritakan pengala-
menyenangkan atau yang tidak
mannya yang kurang menyenang-
adil ini?
kan, fasilitator bisa menunjukkan
empati dan kepeduliannya atas • Mengapa perempuan yang leb-
pengalaman peserta. Jangan lupa ih banyak mengalami pengala-
ucapkan terima kasih dan berikan man tidak menyenangkan atau
penghargaan berupa tepuk tangan perlakuan tidak adil?
kepada setiap peserta yang bersedia
• Apakah ada perbedaan cara
menceritakan pengalamannya.
orangtua dalam mendidik anak
4. Selama para peserta bercerita, laki-laki dan anak perempuan?
fasilitator mencatat pengalaman
• Apakah ada perbedaan per-
44
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
45
adalah budaya patriarkhi (budaya dalamnya konstruksi gender) yang
yang memberi lebih banyak keistime- membentuk perempuan dan laki-laki
waan kepada laki-laki dan lebih ban- pun sangat kental dipengaruhi oleh
yak pembatasan kepada perempuan), budaya patriarkhi.
maka konstruksi sosial (termasuk di
Selain itu, teori Kerangka Ekologis ini juga dapat digunakan untuk
menjelaskan kenapa terjadi kekerasan terhadap perempuan, sebagai
berikut:
•Menjadi lelaki
• Kesepakatan global • Norma dan hukum • Pengisolasian perem- •Konflik dalam
• Menyaksikan konflik
regional maupun bilat- yang memperoleh puan dan keluarga pernikahan
konflik perkawinan
eral yang tidak sensitif perilaku laki-laki men- • Berhubungan dengan • lelaki adalah
(orang tua pada masa
gender dan kebutuhan gontrol perempuan kelompok kemitraan pengendali kekayaan
kanak-kanak)
perempuan • Kekerasan dapat diter- yang jahat keluarga dan pem-
• Tidak adanya figure
• Norma dan budaya ima untuk menyele- • Status sosial ekonomi buat keputusan
ayah atau ayah yang
global yang denderung saikan konflik yang rendah • Pengangguran
menolak
menjadikan perempuan • Kelaki-lakian dikaitkan • menjadi korban
sebagai komoditi dengan peran dominan, kekerasan pada masa
kehormatan atau agresi kanak kanak
• Penggunaan alkohol
46
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
D. Durasi: 90 menit
47
E. Pokok Bahasan:
1. Jam Aktivitas
2. Keistimewaan dan Pembatasan
Laki-Laki dan Perempuan
G. Langkah-Langkah:
Aktivitas 1:
Jam Aktivitas
1.Fasilitator membagi peserta menjadi 3 kelompok dan meminta masing-masing
kelompok membahas serta menuliskan aktivitas apa yang dilakukan oleh ayah,
ibu, anak laki-laki, dan anak perempuan dari sejak bangun tidur hingga tidur
lagi, dengan format seperti berikut:
Anak
Jam Ayah Ibu Anak Perempuan
Laki-Laki
Bangun dan
04.30 Masih tidur Masih tidur Masih tidur
beribadah
Bangun dan Memasak, mem- Bangun dan
05.00 Masih tidur
beribadah buat kopi beribadah
Mencuci baju,
Bangun dan
06.00 Minum kopi membersihkan Mencuci piring
beribadah
rumah
07.00 … … … …
… … … … …
… … … … …
48
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
49
contoh keluarga bahagia yang saling berbagi peran dan berikan contoh
beban ganda yang sangat merugikan perempuan, terutama ketika dia sedang
hamil.
Aktivitas 2:
Keistimewaan dan Pembatasan banyak keistimewaan-keistimewaan
Laki-Laki dan Perempuan di masyarakat dan di tempat kerja.
1. Fasilitator membagi peserta ke Mengapa atau apa yang mendasari
dalam 4 kelompok. Minta mas- hal tersebut terjadi? Kemudian siapa
ing-masing kelompok untuk mendi- di antara laki-laki dan perempuan
skusikan hal-hal berikut: yang memiliki lebih banyak pem-
batasan-pembatasan di masyarakat
• Kelompok 1: Keistimewaan-keis- dan di tempat kerja. Mengapa atau
timewaan yang diperoleh laki-la- apa yang mendasari hal tersebut
ki di masyarakat dan di tempat terjadi?
kerja.
4. Fasilitator memandu diskusi reflektif
• Kelompok 2: Pembatasan-pem- dengan pertanyaan kunci sebagai
batasan yang diperoleh laki-laki berikut:
di masyakarat dan di tempat • Apa yang Anda rasakan terkait
kerja. keistimewaan dan pembatasan
• Kelompok 3: Keistimewaan-keis- tersebut?
timewaan yang diperoleh • Apakah ada dampak dari
perempuan di masyarakat dan di keistimewaan dan pembatasan
tempat kerja. tersebut terhadap diri Anda?
• Kelompok 4: Pembatasan-pem- • Apakah menurut Anda keistime-
batasan yang diperoleh per- waan dan pembatasan tersebut
empuan di masyarakat dan di salah satunya disebabkan oleh
tempat kerja. jenis kelamin?
2. Fasilitator meminta masing-masing • Selain jenis kelamin, adakah hal
kelompok untuk mempresentasikan lain yang menyebabkan adanya
hasil diskusinya. keistimewaan dan pembatasan
3. Fasilitator mengajak peserta untuk tersebut?
menganalisis siapa di antara laki-laki • Siapakah yang membuat keis-
dan perempuan yang memiliki timewaan dan pembatasan
50
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
tersebut? laki-laki.
• Mungkinkah keistimewaan dan 6. Fasilitator mengajak peserta untuk
pembatasan tersebut diubah? mendiskusikan apa pengaruh
5. Fasilitator memberikan penekanan budaya tersebut terhadap sikap yang
hasil diskusi dan mengajak peserta dikembangkan oleh laki-laki dan
untuk menamai budaya yang lebih bagaimana pula terhadap perem-
banyak memberikan keistimewaan puan. Diskusikan pula apa pengaruh
pada laki-laki dan lebih banyak budaya tersebut terhadap sikap
pembatasan pada perempuan laki-laki pada perempuan dan sikap
tersebut. Fasilitator bisa pula mem- perempuan pada laki-laki.
berikan penjelasan tentang budaya 7. Fasilitator mengajak peserta untuk
patriarkhi dan menekankan bahwa membuat kesimpulan bersama-sa-
dalam konstruksi budaya patriarkhi, ma, bahwa budaya patriarkhi
laki-laki memiliki lebih banyak keis- mempengaruhi sikap dan perilaku
timewaan-keistimewaan dibanding- laki-laki maupun perempuan, serta
kan perempuan dan sebaliknya per- mempengaruhi sikap dan perilaku
empuan lebih banyak mendapatkan laki-laki terhadap perempuan dan
pembatasan-pembatasan dibanding perempuan terhadap laki-laki.
51
yang ada. Kekerasan bisa terjadi 4. Membantu peserta merefleksikan
antara orang yang mempunyai bahwa setiap orang memiliki poten-
kekuasaan lebih tinggi ke orang si untuk menjadi korban sekaligus
yang mempunyai kekuasaan lebih pelaku kekerasan dan ketidakadilan.
rendah. Dari konstruksi gendern-
ya, laki-laki cenderung mempu-
nyai kekuasaan yang lebih tinggi C. Capaian:
dari perempuan. 1. Peserta memahami bahwa relasi
kuasa yang timpang merupakan
Sesi ini akan mengajak peserta
akar penyebab terjadinya ketida-
untuk merefleksikan ketimpa-
kadilan dan kekerasan.
ngan relasi kuasa yang ada di
masyarakatnya dan mengidenti- 2. Peserta bisa merefleksikan hier-
fikasikan dirinya berada di mana arkhi kekuasaan yang berada dalam
dalam tangga relasi kuasa. Selain kehidupan mereka.
itu peserta juga diajak untuk 3. Peserta bisa merefleksikan dirinya
berefleksi bahwa setiap orang berada di mana di dalam tangga
memiliki potensi untuk menjadi relasi kuasa di setiap ranah ke-
korban kekerasan dari orang- hidupannya.
orang yang kekuasaannya berada
4. Peserta menyadari bahwa dirinya
di atas mereka, sekaligus memili-
memiliki potensi untuk menjadi
ki potensi untuk menjadi pelaku
korban sekaligus pelaku kekerasan.
kekerasan terhadap orang-orang
yang kekuasaannya berada di
bawah mereka. D. Durasi:90 menit
52
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
53
o. Laki-laki 38 Tahun Buruh Tani
p. Laki-Laki 38 Tahun Supervisor Pabrik
q. Laki-Laki 40 Tahun Ustadz
r. Laki-Laki 22 Tahun Pemuda Pengangguran
s. Laki-Laki 29 Tahun PNS
t. Perempuan 23 Tahun Ibu Rumah Tangga Hamil
u. Perempuan 35 Tahun Buruh Pabrik Sepatu Belum Menikah
v. Laki-Laki 20 Tahun Anak Kapolres
w. Perempuan 37 Tahun Kerja di Salon Mengidap HIV/AIDS
x. Anak Laki-Laki Pelajar SMP Tubuhnya Kecil dan Pendek
y. Perempuan 20 Tahun ODGJ
z. Perempuan 42 Tahun Istri Pejabat
3. Fasilitator membacakan pernyataan-pernyataan dan setiap kali ada peser-
ta yang menjawab YA, fasilitator dibantu oleh panitia akan mengikatnya
dengan menggunakan tali koor yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ikatan
bisa dimulai dari kaki ke atas tergantung jumlah ya yang diberikan oleh
masing-masing peserta.
Pernyataan yang dibacakan oleh fasilitator:
a. Ketika keluar malam, mendapat citra negatif.
b. Tidak pernah atau jarang diundang di rapat-rapat penting di mas-
yarakat.
c. Rentan di suit-suit atau digoda ketika jalan sendirian di jalan.
d. Sulit melawan ketika mendapatkan kekerasan.
e. Sulit atau bahkan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
f. Pendapatnya tidak pernah atau jarang didengar ketika membuat
keputusan.
g. Sering tidak dihargai karena dianggap tidak menghasilkan uang.
54
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
55
• Di antara laki-laki dan perempuan siapa yang secara umum cend-
erung mendapat ikatan lebih banyak? Apa alasannya?
• Menurut Anda, jika tadi Anda bermain menjadi diri Anda sendiri,
berapa ikatan yang akan peroleh dan untuk pernyataan yang
mana? (Fasilitator memotivasi peserta untuk menceritakan pen-
galaman mereka.) Bagaimana perasaan Anda terkait hal tersebut?
5. Fasilitator menjelaskan tentang hierarki kekuasaan dan bertanya
kepada peserta apa saja yang bisa membuat seseorang mempunyai
kekuasaan yang lebih dibanding orang lain. Fasilitator melengkapi
jawaban yang belum keluar dari peserta.
56
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Aktivitas 2:
57
orang-orang yang tangga relasi sulung mereka yang kebetulan la-
kuasanya berada di bawahnya. ki-laki usia SMP terlambat pulang
Potensi tersebut bisa dicegah agar pada sore hari, si istri yang masih
tidak terjadi. sakit hati pada suaminya akhirnya
melampiaskan kekesalannya pada
4. Fasilitator memperjelas soal tangga
anaknya, mungkin dengan menga-
relasi kuasa dengan menceritakan
ta-ngatai atau bahkan memukul. Si
cerita berikut sambil menuliskan/
sulung yang kesal tentu tidak be-
menggambarkannya di kertas pla-
rani membalas ibunya, kebetulan
no: Ada seorang laki-laki katakan-
ada anak kedua, perempuan yang
lah bernama Joko. Joko bekerja
masih berusia SD, si kakak pun
di pabrik garmen sebagai seorang
melampiaskan kemarahannya pada
manajer produksi. Sebagai seorang
adiknya, mungkin dengan menga-
manajer produksi Joko mendapa-
ta-ngatai atau bahkan memukul.
tkan target bulanan dari bosnya.
Kebetulan di rumah Pak Joko ada
Pada suatu bulan, Joko tidak bisa
pekerja rumah tangga laki-laki
gagal mencapai target sehingga
berusia 40 tahunan, si anak bungsu
dia dimarahi oleh bosnya bah-
melampiaskan kemarahannya
kan sampai dikata-katai dengan
kepada pekerja rumah tangganya
kata-kata yang menyakitkan. Joko
tersebut. Si pekerja rumah tangga
tentu saja sakit hati tapi dia tidak
sakit hati dimarah-marahi oleh
berani membalas mengata-nga-
anak majikan, tapi dia tidak berani
tai bosnya karena dia tidak mau
membalasnya karena meskipun
kehilangan pekerjaannya. Joko
ia masih anak-anak tapi ia adalah
pulang ke rumah masih membawa
anak majikan, dia takut dipecat. Si
rasa sakit hatinya. Di rumah ada
pembantu rumah tangga laki-la-
istrinya yang menurut Joko kurang
ki pulang ke rumah, di rumah
menyambutnya dengan senyum,
ada istrinya, dia melampiaskan
akhirnya Joko melampiaskan
kekesalan ke istrinya, istrinya ke
kekesalannya dengan memarahi
anaknya, dan seterusnya. Dalam
istrinya, mengata-ngatai, bahkan
kehidupan nyata, permasalah-
mungkin sampai memukulnya.
annya tentu lebih kompleks dari
Istrinya sakit hati diperlakukan
itu, Joko bisa juga melampiaskan
seperti itu oleh pasangannya, tetapi
kekesalannya pada bawahannya
kemungkinan besar dia tidak akan
(buruh-buruh bagian produksi di
berani membalas suaminya karena
pabrik). Istri Joko bisa melampias-
nilai yang berkembang di mas-
kan kekesalannya pada adiknya.
yarakat, istri harus menurut dan
Anak sulung Joko bisa melamp-
patuh pada suami. Kemudian anak
58
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
PERASAAN
SIAPA YANG
NO PERISTIWA YANG DITIM- RESPON KITA
MELAKUKAN
BULKAN
59
6. Dari latihan menggunakan tabel di atas, fasilitator mengajak peserta un-
tuk merefleksikan bahwa untuk satu peristiwa yang sama dan perasaan
yang ditimbulkan pun sama, ketika yang melakukannya adalah orang yang
berbeda, maka respon yang kita lakukan pun akan berbeda tergantung pada
apakah yang melakukannya tersebut kuasa berada di atas atau di bawah kita.
BAHAN BACAAN 3
Pembakuan peran gender dan relasi kuasa yang timpang menyebabkan
ketidakadilan gender.
60
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
61
VI.5. KETIDAKADILAN GENDER
A. Pengantar:
Adanya kontruksi gender yang dibakukan yang lebih banyak memberikan
keistimewaan kepada laki-laki dan pembatasan kepada perempuan ditambah
dengan ketimpangan relasi kuasa menyebabkan apa yang kita sebut dengan
ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender mewujud dalam 5 bentuk yang
sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pelabelan (stereotyp-
ing), penomorduaan (subordinasi), peminggiran (marginalisasi), beban
ganda, serta kekerasan terhadap perempuan.
Pada sesi kali ini, peserta pelatihan diajak untuk lebih memahami kelima
bentuk ketdakadilan gender tersebut dan wujudnya dalam kehidupan se-
hari-hari mereka termasuk di tempat kerja/pabrik.
B. Tujuan: C. Capaian:
1. Mengajak peserta untuk lebih 1. Peserta memahami 5 bentuk
memahami 5 bentuk ketidakadilan ketidakasilan gender serta im-
gender serta implementasinya plementasinya dalam kehidupan
dalam kehidupan sehari-hari. sehari-hari.
2. Mengajak peserta untuk mampu 2. Peserta menyadari dan mampu
menyadari ketidakdilan gender melakukan analisis terkait ketida-
yang mereka alami dalam ke- kadilan gender yang mereka alami
hidupannya sehari-hari, termasuk dalam kehidupan sehari-hari,
di tempat kerja/pabrik. termasuk di tempat kerja/pabrik.
62
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
G. Langkah-Langkah:
Aktivitas 1:
Ketidakadilan Gender dalam Konstruksi Budaya Patriarkhi
1. Fasilitator menjelaskan bahwa pembakuan peran gender yang bertemu
dengan ketimpangan relasi kuasa mengakibatkan apa yang kita sebut dengan
ketidakadilan gender yang terwujud dalam 5 hal yaitu pelabelan (stereotyp-
ing), penomorduaan (subordinasi), peminggiran (marginalisasi), beban gan-
da, dan kekerasan terhadap perempuan, seperti terlihat pada bagan tersebut:
PELABELAN (STEREOTYPING)
Pelabelan atau penandaan secara negatif terhadap salah satu pihak dalam
pola hubungan relasi antar dua pihak. Pelabelan muncul karena ada relasi
kuasa yang saling mempengaruhi dan mendominasi.
Contoh: Pelabelan bahwa perempuan yang bersolek seksi adalah dalam
63
rangka memancing perhatian lawan jenisnya, sehingga setiap ada kasus
kekerasan atau pelecehan seksual, masyarakat cenderung menyalahkan
korban.
SUBORDINASI (PENOMORDUAAN)
Subordinasi berarti pengkondisian atau penetapan seseorang pada
keadaan yang tidak mandiri, tidak diakui, dan tentu saja tidak diper-
hitungkan, kecuali dia harus melekat dan bergantung, atau subordinat
pada orang lain. Relasi gender yang timpang bisa mengakibatkan sub-
ordinasi salah satu jenis kelamin, biasanya perempuan, yaitu ketika
keberadaan perempuan tidak diakui dan tidak diperhatikan. Perempuan
seringkali diakhirkan pendapatnya atau bahkan tidak diajak bicara dalam
pengambilan keputusan, sehingga perempuan tidak memiliki kontrol
terhadap keputusan tersebut.
MARGINALISASI (PEMINGGIRAN)
Marginalisasi adalah suatu proses peminggiran seseorang atau suatu
kelompok masyarakat. Jika subordinasi biasanya digunakan untuk aspek
politik-sosial, marginalisasi biasanya menunjuk pada peminggiran aspek
ekonomi, sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi dimi-
skinkan. Banyak cara yang dapat digunakan untuk memarginalkan ses-
eorang atau suatu kelompok. Salah satunya adalah dengan menggunakan
asumsi gender.
64
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Aktivitas 2:
Menonton Film Impossible Dream
1. Fasilitator memutar film “Impossible Dream” dan meminta peserta
memperhatikan film tersebut baik-baik.
2. Fasilitator memandu diskusi reflektif berdasarkan film Impossible
Dream yang sudah disaksikan bersama-sama dengan pertanyaan
kunci sebagai berikut:
• Menurut Anda, apakah situasi yang digambarkan dalam film tadi
familiar (banyak terjadi) di lingkungan Anda? Ceritakan!
65
• Jika ya, mengapa demikian?
• Apa saja bentuk ketidakadilan gender yang tergambarkan dalam
film tadi? Tolong ceritakan secara spesifik bentuk ketidakadilan
gender yang mana diperlihatkan dalam adegan yang mana dalam
film?
• Apakah Anda setuju dengan penggambaran situasi yang ada di
dalam film tersebut atau menginginkan sesuatu yang berbeda?
• Jika menginginkan sesuatu yang berbeda, situasi yang seperti apa
yang Anda inginkan/menurut Anda lebih ideal?
• Menurut Anda, apa yang bisa Anda lakukan untuk mewujudkan
situasi yang Anda idealitaskan tersebut?
BAHAN BACAAN 4
Kapan gender menimbulkan permasalahan?
• Ketika ada pembakuan gender
• Ketika menimbulkan ketidakadilan gender
66
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Ketidakadilan Gender
Peran gender yang dibakukan ditambah dengan adanya ketimpangan
relasi kuasa mengakibatkan ketidakadilan gender yang sebagian besar di-
alami oleh perempuan dalam bentuk pelabelan, subordinasi, marginaliasi,
beban ganda, dan kekerasan berbasis gender.
67
Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender
PELABELAN (STEREOTYPING)
Pelabelan atau penandaan secara hitungkan, kecuali dia harus melekat
negatif terhadap salah satu pihak da- dan bergantung, atau subordinat pada
lam pola hubungan relasi antar dua orang lain. Relasi gender yang timpa-
pihak. Pelabelan muncul karena ada ng bisa mengakibatkan subordinasi
relasi kuasa yang saling mempen- salah satu jenis kelamin, biasanya
garuhi dan mendominasi. perempuan, yaitu ketika keberadaan
perempuan tidak diakui dan tidak
diperhatikan. Perempuan seringkali
Contoh: Pelabelan bahwa perem- diakhirkan pendapatnya atau bahkan
puan yang bersolek seksi adalah tidak diajak bicara dalam pengambi-
dalam rangka memancing per- lan keputusan, sehingga perempuan
hatian lawan jenisnya, sehingga tidak memiliki kontrol terhadap
setiap ada kasus kekerasan atau keputusan tersebut.
pelecehan seksual, masyarakat
cenderung menyalahkan korban.
Contoh: Laki-laki lebih diprior-
itaskan dalam akses dan kes-
SUBORDINASI empatan untuk mendapatkan
(PENOMORDUAAN) pendidikan, pekerjaan, maupun
pembuatan keputusan diband-
Subordinasi berarti pengkondi-
ingkan perempuan.
sian atau penetapan seseorang pada
keadaan yang tidak mandiri, tidak
diakui, dan tentu saja tidak diper-
68
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
MARGINALISASI (PEMINGGIRAN)
Marginalisasi adalah suatu proses Contoh: Seorang buruh per-
peminggiran seseorang atau suatu empuan yang selain bekerja di
kelompok masyarakat. Jika subordi- pabrik, ia masih harus melaku-
nasi biasanya digunakan untuk aspek kan pekerjaan rumah tangga
politik-sosial, marginalisasi biasanya dan pengasuhan anak seorang
menunjuk pada peminggiran aspek diri tanpa berbagi peran dan
ekonomi, sehingga mengakibatkan berbagi kerja dengan pasangan-
yang bersangkutan menjadi dimi- nya.
skinkan. Banyak cara yang dapat di-
gunakan untuk memarginalkan ses-
eorang atau suatu kelompok. Salah KEKERASAN TERHADAP
satunya adalah dengan menggunakan
asumsi gender. PEREMPUAN
Contoh: Diskriminasi upah dan Kekerasan terhadap perempuan ber-
tunjangan antara laki-laki dan basis gender (KTPBG) adalah ke-
perempuan atau diskriminasi kerasan yangterjadi akibat adanya
perlakuan misalnya di tempat ketimpangan hubungan kekuasaan
kerja laki-laki lebih mendapat yang diakibatkan oleh perbedaan
kesempatan untuk naik jabatan. asumsi gender antara laki-laki dan
perempuan, yaitu perbedaan yang
dikonstruksi secara sosial maupun
kultural. Kekerasan terhadap per-
DOUBLE BURDEN empuan ini bisa berupa kekerasan
fisik, psikis, seksual, sosial, maupun
(BEBAN GANDA) ekonomi.
Ketika kehidupan modern menun-
tut perempuan untuk juga keluar ke
ranah publik, hal ini tidak dibaren- Contoh: KDRT (kekerasan da-
gi dengan laki-laki juga melakukan lam rumah tangga), pelecehan
pekerjaan domestik, sehingga per- seksual, pemerkosaan, dibatasi
empuan harus menanggung beban pergaulannya, tidak dinafkahi.
ganda atau bahkan multi-beban,
perempuan bekerja mencari nafkah
sekaligus mengerjakan tugas rumah
tangga, perempuan sebagai pendidik
anak, pendamping suami sekaligus
mencari nafkah.
69
VI.6. KAITAN ANTARA NORMA GENDER DAN PEKERJAAN DI PABRIK
A. Pengantar:
Sesi ini akan berfokus pada bagaimana harapan spesifik dari lingkungan
kerja (pabrik) terhadap perempuan dan laki-laki, terutama harapan-harapan
yang berbahaya yang dapat membatasi perempuan dan laki-laki untuk mem-
peroleh hak yang sama dalam pekerjaan.
Selanjutnya, sesi ini akan menggali ekspektasi-ekspektasi dari peserta terkait
harapan-harapan baru terhadap perempuan dan laki-laki di tempat kerja/
pabrik yang dapat mengarah pada perubahan perilaku yang lebih adil dan
setara.
70
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Aktivitas 1:
Harapan terhadap Pekerja Perem- ki-laki yang membatasi kemampuan
puan dan Pekerja Laki-Laki mereka untuk mendapatkan hak-
hak yang sama, bagaimana hara-
1. Fasilitator membagi peserta ke da- pan-harapan tersebut menjauhkan
lam 2 kelompok. mereka dari pemenuhan hak, serta
2. Fasilitator meminta masing-masing alternatif harapan baru yang lebih
kelompok mengidentifikasi hara- adil dan setara. Seperti pada tabel
pan-harapan yang dilekatkan pada berikut:
pekerja perempuan dan pekerja la-
Bagaimana Harapan
Alternatif Harapan Baru
Harapan Saat Ini yang Tersebut Menjauhkan
yang Lebih Adil dan
berbahaya Pekerja Dari Pemenu-
Setara
han Hak
Perempuan mudah me- Membatasi perempuan Perempuan dan laki-laki
nerima apapun keputusan untuk menuntut haknya mempunyai bobot suara
atasannya dan perusa- sebagai pekerja. yang sama untuk menyu-
haan. arakan keberatannya.
Perempuan tidak Membatasi perempuan Hasil kerja perempuan
perhitungan atas hasil memperoleh perhitungan dan laki-laki diperhitung-
kerjanya. hasil kerja yang adil. kan sama.
… … …
… … …
71
• Apa pesan utama dari hasil sendiri, terutama di tempat kerja?
diskusi ini yang akan bisa mem-
5. Fasilitator mengajak peserta
promosikan kesetaraan gender
untuk membuat kesimpulan ber-
dan serta pencegahan kekerasan
sama, dan mempersilakan jika
berbasis gender di tempat kerja?
ada peserta yang masih ingin
• Bagaimana kita dapat menerap- bertanya atau mengungkapkan
kannya dalam kehidupan kita pendapatnya.
A. Pengantar:
Setelah membahas tentang konstruksi gender dan ketimpangan relasi kuasa
yang mengakibatkan ketidakadilan gender yang lebih banyak merugikan per-
empuan, sesi kali ini akan mengajak peserta untuk menyadari kekuatan yang
ada dalam dirinya serta kekuatan-kekuatan lain yang ada di sekitar mereka.
Selanjutnya peserta akan diajak untuk melakukan analisis kekuatan/kekua-
saan yang ada tersebut untuk menggulirkan perubahan mewujudkan komu-
nitas/tempat kerja yang lebih setara dan adil gender.
B. Tujuan:
1. Mengajak peserta untuk mema- 3. Mengajak peserta untuk menga-
hami konsep, definisi, dan klasifi- nalisis peran penguatan (em-
kasi penguatan (empowerment). powerment) perempuan dalam
2. Mengajak peserta untuk mengek- dinamika persoalan gender di
splorasi jenis kekuasaan yang komunitas/tempat kerja peserta.
kerap mereka temui dalam
kehidupan sehari-hari.
72
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
73
Bentuk-Bentuk Kekuasaan:
• Power over: Kekuasaan yang digu- • Power with: Kekuatan yang
nakan oleh seorang atau sekelom- terasa ketika satu orang atau lebih
pok orang untuk mengontrol orang melakukan sesuatu yang tidak
lain atau kelompok lain. Kontrol itu dapat dilakukannya sendiri.
dapat bersifat langsung atau tidak
langsung seperti keyakinan dan • Power to: Keyakinan, energi, atau
praktik yang menyebutkan bahwa tindakan yang digunakan oleh
laki-laki lebih tinggi dibanding den- seorang atau sekelompok orang
gan perempuan. untuk melakukan perubahan yang
positif.
• Power within: Kekuatan yang
muncul dalam diri kita setelah kita • Powerless: Tidak memiliki kekua-
menyadari bahwa setiap orang tan atau lemah.
memiliki kemampuan yang setara
untuk mempengaruhi orang lain
dan komunitas secara positif.
Catatan:
74
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
B. Tujuan:
1. Mengajak peserta untuk mengiden- 2. Mengajak peserta untuk memahami
tifikasi dan memahami perang- bahwa perangkat hukum saja tidak
kat-perangkat hukum apa saja, baik akan cukup untuk menghapuskan
di tingkat internasional maupun kekerasan berbasis gender di tempat
nasional, yang bisa digunakan da- kerja jika tidak ada penegakan dan
lam upaya penghapusan kekerasan implementasi yang berjalan dengan
berbasis gender di tempat kerja. baik dan mengikat.
75
3. Mengajak peserta untuk mengiden- F. Alat dan Bahan:
tifikasi dan memahami tantangan
dan peluang yang dimiliki dalam 1. Kertas plano dan flipchart
upaya penegakan hukum untuk 2. Metaplan warna-warni
penghapusan kekerasan berbasis
gender di tempat kerja. 3. Spidol dan pulpen
4. Selotip kertas
C. Capaian: 5. Presesentasi Power Point
1. Peserta mengetahui dan memahami
perangkat-perangkat hukum yang G. Langkah-Langkah:
ada di tingkat internasional dan
nasional yang bisa digunakan dalam
upaya penghapusan kekerasan ber- Aktivitas 1:
basis gender di tempat kerja. Mengidentifikasi Perangkat Hukum
2. Peserta memahami bahwa adanya dalam Penghapusan Kekerasan Ber-
perangkat hukum saja tidak akan basis Gender di Tempat Kerja
cukup jika tidak ada penegakan dan 1. Fasilitator mengajak peserta untuk
implementasi yang berjalan dengan mengidentifikasi perangkat hukum
baik dan mengikat. yang telah ada, baik secara interna-
3. Peserta memahami tantangan dan sional maupun nasional yang bisa
peluang yang dimiliki dalam upaya digunakan dalam advokasi kasus
penegakan hukum untuk pengha- penghapusan kekerasan berbasis
pusan kekerasan berbasis gender di gender di tempat kerja.
tempat kerja, serta bisa memberikan
rekomendasi.
D. Durasi: 90 menit
E. Pokok Bahasan:
1. Mengidentifikasi Perangkat Hukum
dalam Penghapusan Kekerasan Ber-
basis Gender di Tempat Kerja
2. Penegakan Hukum dan Tantangan
serta Peluangnya
76
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Internasional:
77
status kontrak, pekerja magang, sukarelawan, pelamar kerja, dan
orang-orang yang menjalankan wewenang pemberi kerja. Ini ber-
laku untuk sektor publik dan swasta, ekonomi formal dan infor-
mal, serta daerah perkotaan dan pedesaan.
— Konvensi dan rekomendasi ini menyerukan penilaian risiko tem-
pat kerja, pelatihan, dan langkah-langkah peningkatan kesadaran.
Nasional:
• Undang-Undang Dasar 1945
— Pasal 27 ayat (1) menentukan bahwa segala warga negara bersa-
maan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
— Pasal 27 ayat (2) menjamin bahwa setiap warga negara Indonesia
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanu-
siaan.
— Pasal 28D menjamin bahwa setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.
— Pasal 28H ayat (2) menentukan bahwa setiap orang berhak
mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mendapat persamaan
dan keadilan.
— Pasal 28I menentukan bahwa:
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diper-
budak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah
hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskrim-
inatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
78
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
79
memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusa.
— Pasal 2, Pasal 3, Pasal 45 menentukan bahwa: Hak perempuan
dalam undang-undang ini adalah hak asasi manusia.
— Pasal 46 sampai dengan Pasal 51 menentukan hak-hak istimewa
perempuan.
— Pasal 71 menentukan bahwa: Pemerintah wajib dan bertanggung
jawab menghormati, melindungi, menegakkan, dan memajukan
hak asasi manusia yang diatur dalam undang-undang ini, dan hu-
kum internasional tentang hak asasi manusia yang diterima oleh
negara Republik Indonesia.
— Pasal 72 menentukan bahwa: Kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71, meliputi
langkah implementasi yang efektif dalam bidang hukum, poli-
tik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan negara, dan
bidang lain.
• Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Ke-
kerasan Seksual
— Dalam Pasal 4 Undang-Undang TPKS disebutkan, tindak pidana
kekerasan seksual meliputi pelecehan seksual non-fisik, pelece-
han seksual fisik, pemaksaan kontrasepsi, pemaksaan sterilisasi,
pemaksaan perkawinan, penyiksaan seksual, eksploitasi seksual,
perbudakan seksual, dan kekerasan seksual berbasis elektronik.
— Dalam Pasal Pelecehan Seksual Fisik Huruf C disebutkan: Setiap
orang yang menyalahgunakan kedudukan, wewenang, keper-
cayaan, atau perbawa yang timbul dari tipu muslihat atau hubun-
gan keadaan atau memanfaatkan kerentanan, ketidaksetaraan,
atau ketergantungan seseorang, memaksa atau dengan penyesatan
menggerakkan orang itu untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan persetubuhan atau perbuatan cabul dengannya atau
dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama
12 (dua belas) tahun dan/atau pidana dengan paling banyak Rp
300.000.000, 00 (tiga ratus juta rupiah).
• Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja
— Pasal 28 menjamin perlindungan bagi para pekerja untuk men-
80
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
81
struasi. Hal yang juga harus diatur di dalam perjanjian kerja dan
persetujuan kerja kolektif adalah bahwa pemberi kerja diwajibkan
untuk tetap membayarkan upah pekerja perempuan yang tengah
mengambil cuti haid (Pasal 92).
— Kehamilan, persalinan, dan keguguran (Pasal 82): Pekerja perem-
puan berhak untuk mendapatkan cuti selama 1,5 bulan.
— Kesempatan untuk menyusui (Pasal 83): Pekerja perempuan yang
sedang dalam masa menyusui anak harus diberikan kesempatan
untuk menyusui pada jam kerja.
• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Orang dengan Dis-
abilitas
— Menjamin perlindungan upah, jaminan keamanan sosial, fasili-
tas kerja, perlindungan terhadap pekerja dengan disabilitas, dan
pekerja perempuan.
• Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 5 Tahun 2015
— Menjamin ketentuan tentang fasilitas-fasilitas kerja yang responsif
gender dan perawatan anak di tempat kerja.
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 224/2003
— Menjamin bahwa para pemberi kerja wajib untuk menjaga
keamanan dan moralitas bagi pekerja perempuan dengan menye-
diakan penjaga keamanan di tempat kerja, menyediakan
kamar mandi, penerangan, menyediakan makanan dan
minuman paling sedikit 1.400 kalori dan tidak dapat di-
ganti dengan uang.
• Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 03/2011 tentang Pencegahan
Pelecehan Seksual di Tempat Kerja
— Menjamin peran pengawas ketenagakerjaan dalam menjalankan
pencegahan dan upaya-upaya promosi terkait dengan pelecehan
seksual dan diskriminasi di tempat kerja.
• RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
Pasal 4 ayat (2) menentukan bahwa setiap ibu yang bekerja berhak:
82
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
(1) Mendapatkan waktu istirahat untuk memerah air susu ibu selama
waktu bekerja.
(2) Mendapatkan cuti melahirkan paling sedikit 6 (enam) bulan.
(3) Mendapatkan waktu istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai
dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan jika men-
galami keguguran.
(4) Mendapatkan pendampingan saat melahirkan atau keguguran dari
suami dan/atau keluarga.
(5) Mendapatkan cuti yang diperlukan untuk kepentingan terbaik
bagi anak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undan-
gan.
Aktivitas 2:
Penegakan Hukum dan Tantangannya serta Peluangnya
1. Fasilitator melemparkan pertanyaan kepada peserta, yaitu apakah
cukup hanya dengan memiliki hak-hak hukum yang dijamin dalam
perangkat hukum yang sudah dibahas sebelumnya?
2. Fasilitator membagi peserta ke dalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan tentang pengalaman upaya penegakan hukum dalam
advokasi kasus (terutama yang terkait dengan penghapusan kekerasan
berbasis di tempat kerja), serta apa tantangan peluangnya?
3. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk mempresenta-
sikan hasil diskusinya, dan meminta kelompok lain untuk memberi-
kan pertanyaan atau komentar terhadap presentasi tersebut.
4. Fasilitator memandu diskusi bersama, dengan pertanyaan kunci
sebagai berikut:
• Ceritakan pengalaman Anda dalam upaya penegakan hukum ketika
melakukan advokasi kasus, terutama kasus penghapusan kekerasan
83
berbasis gender di tempat kerja. Apakah berjalan dengan baik? Apa-
kah tidak berjalan baik?
• Perangkat hukum apa saja yang Anda gunakan? Apakah berjalan
dengan baik? Apakah tidak berjalan dengan baik?
• Tantangan-tantang apa saja yang Anda hadapi dalam upaya penega-
kan hukum dalam advokasi kasus?
• Peluang-peluang apa saja yang Anda miliki dalam upaya penegakan
hukum dalam advokasi kasus?
• Apakah Anda memiliki rekomendasi yang ingin Anda berikan?
5. Fasilitator merangkum dan menyimpulkan hasil diskusi bersama,
serta mempersilakan jika ada peserta yang masih ingin bertanya atau
mengutarakan pendapatnya.
84
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
VII.
MODUL 2: KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
VII.1. SIAPAKAH PEMIMPIN
A. Pengantar:
Pemimpin adalah seseorang yang mampu dengan kata dan atau tinda-
kannya mendorong orang lain untuk mengikutinya dengan sukarela.
Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, seorang pemimpin yang baik mesti
memiliki karakteristik, kemampuan, serta keterampilan tertentu. Sesi
ini akan mengajak peserta untuk mengeksplorasi hal-hal tersebut secara
mendalam dengan menggunakan contoh-contoh pemimpin perempuan
yang telah berkiprah selama ini, dan juga dengan menggali pengalaman
hidup peserta selama ini dan pembelajaran apa yang peserta peroleh dari
pengalaman hidup mereka tersebut.
Sesi ini juga akan mengajak peserta untuk menggali nilai-nilai apa yang
mesti diwujudkan oleh seorang pemimpin dan syarat-syarat apa yang
mesti dipenuhi untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. Selanjutnya peser-
ta akan diajak untuk mengenali bermacam-macam gaya kepemimpinan,
mencoba mempraktikkannya dan menemukan mana yang paling cocok
untuk diterapkan di komunitasnya.
B. Tujuan:
1. Mengeksplorasi definisi dan karak- menginspirasi orang lain.
teristik pemimpin yang baik.
4. Mengajak peserta untuk memahami
2. Memperluas perspektif peserta kemampuan dan keterampilan yang
mengenai siapakah pemimpin dan mesti dimiliki oleh seorang pemi-
siapa yang dapat menjadi pemimp- mpin.
in.
5. Mengajak peserta untuk menggali
3. Mengajak peserta untuk menggali nilai-nilai yang mesti diwujudkan
pengalaman hidupnya dan me- oleh seorang pemimpin dan syarat-
nemukan saripati pembelajaran syarat yang mesti dipenuhi agar
dari pengalaman hidupnya untuk nilai-nilai tersebut bisa terwujud.
85
6. Mengajak peserta untuk mengenali E. Pokok Bahasan:
bermacam-macam gaya kepemi-
mpinan dan mana yang paling 1. Karakteristik Pemimpin
cocok untuk diterapkan di komuni- 2. Kemampuan Seorang
tasnya. Pemimpin
3. Gaya Kepemimpinan
C. Capaian
1. Peserta memahami definisi dan F. Alat dan Bahan:
karakteristik pemimpin yang baik.
1. Plano dan flipchart
2. Peserta memiliki perspektif yang
2. Metaplan warna-warni
luas terkait siapakah pemimpin dan
siapa yang dapat menjadi pemimp- 3. Spidol dan pulpen
in.
4. Gunting dan selotip kertas
3. Peserta mampu menggali pengala-
man hidupnya dan menemukan
G. Langkah-Langkah:
saripati pembelajaran dari pengala-
man hidupnya untuk menginspirasi Aktivitas 1:
orang lain.
4. Peserta memahami kemampuan Karakteristik Pemimpin
dan keterampilan yang mesti dimili- 1. Fasilitator meminta salah
ki oleh seorang pemimpin. seorang peserta untuk
5. Peserta mampu menggali nilai-nilai membacakan kisah kepemi-
yang mesti diwujudkan oleh seorang mpinan Asnaini, seorang
pemimpin dan syarat-syarat yang perempuan Aceh berikut
mesti dipenuhi agar nilai-nilai terse- ini:
but bisa terwujud.
6. Peserta mengenali bermacam-ma-
cam gaya kepemimpinan dan mana
yang paling cocok untuk diterapkan
di komunitasnya.
86
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
87
desa, kepala dusun dan kaur. Peran kepala kampung hanya mengontrol.
Apabila ada permasalahan di Kampung Pegasing, harus terlebih dahulu
diselesaikan oleh kepala dusun dan kaur. Kepala dusun diberikan keper-
cayaan untuk menyelesaikan masalah. Kadang kepala dusun juga mampu
untuk menyelesaikan, tidak harus kepala kampung yang menyelesaikann-
ya. Pada intinya pekerjaan dilakukan secara bersama-sama dan berdasar-
kan tugas masing-masing, agar pekerjaan mudah terselesaikan.
Asnaini menyatakan akan terus mewujudkan cita-citanya untuk me-
menuhi hak-hak perekonomian, pendidikan warganya.
88
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
BAHAN BACAAN 5
Pemimpin adalah orang yang memimpin. Pemimpin adalah orang yang
dipilih untuk menjadi ketua atau supervisor dari suatu kelompok. Pemi-
mpin adalah seseorang yang mampu dengan kata dan atau tindakannya
mendorong orang lain untuk mengikuti dia dengan sukarela. Pemimp-
in adalah seseorang yang mempunyai wewenang atau pengaruh yang
mengikat.
89
Aktivitas 2:
Pengalaman Hidup Membentuk Seseorang Menjadi Pemimpin
1. Fasilitator membagikan selembar metaplan kepada peserta dan
meminta masing-masing peserta untuk menuliskan kalimat-kalimat
sakti yang berisi saripati pembelajaran hidup mereka selama ini yang
menurut mereka akan bisa menginspirasi orang lain.
2. Fasilitator meminta masing-masing peserta untuk menempelkan
metaplan-metaplan berisi kalimat-kalimat sakti tersebut di tembok.
3. Fasilitator meminta peserta untuk berjalan berkeliling membacai
metaplan-metaplan yang berisi kalimat-kalimat sakti yang tertempel
di tembok tersebut.
4. Fasilitator memandu diskusi reflektif dengan pertanyaan kunci se-
bagai berikut:
• Kalimat-kalimat mana yang paling menginspirasi Anda dan men-
gapa kalimat-kalimat tersebut menginspirasi Anda?
• Bagaimana Anda bisa menuliskan kalimat-kalimat sakti yang
Anda sudah tempelkan tadi?
• Bagaimana pengalaman hidup Anda memberikan Anda pembe-
lajaran berharga yang Anda saripatikan dalam kalimat-kalimat
sakti tadi?
• Apakah Anda pernah menyadari sebelumnya bahwa ternya-
ta pembelajaran dari pengalaman hidup Anda selama ini bisa
menginspirasi orang lain?
• Menurut Anda apa kaitan antara kemampuan Anda mengambil
pembelajaran dari saripati pengalaman hidup Anda tadi dengan
kemampuan Anda menjadi seorang pemimpin?
5. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesimpulan bersama-sama.
Aktivitas 3:
Kemampuan Seorang Pemimpin
1. Fasilitator mengingatkan peserta akan tugas (PR) yang telah diberikan
hari sebelumnya untuk membawa benda (makanan, barang, tanaman,
90
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
dan lain-lain) yang dengan ikhlas ingin mereka berikan kepada orang
lain. Fasilitator mengecek apakah seluruh peserta sudah membawan-
ya. Jika ada peserta yang belum, fasilitator meminta peserta tersebut
untuk mencarinya kelima benda tersebut di sekitar mereka tetapi
harus yang merupakan milik mereka sendiri (bukan mengambil milik
orang lain).
2. Fasilitator meminta semua peserta untuk meletakkan benda-benda
yang sudah dibawanya di depan mereka.
3. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4 kelompok dan meminta
masing-masing kelompok untuk mengumpulkan benda-benda yang
dibawa oleh anggota kelompoknya menjadi satu. Kemudian minta
masing-masing kelompok untuk mengamati benda-benda tersebut
dan mendiskusikan hal baik dan bermanfaat apa yang bisa mere-
ka lakukan dengan benda-benda tersebut. Selanjutnya minta juga
masing-masing kelompok untuk menyajikan benda-benda tersebut
secara menarik dan kreatif (misalnya dijadikan tumpeng, parcel, dan
lain-lain).
4. Fasilitator meminta masing-masing kelompok untuk mempresenta-
sikan hasil diskusinya dan juga hasil penyajian kreatif dari benda-ben-
da tersebut.
5. Fasilitator meminta peserta untuk duduk kembali di kelas dan
kemudian menanyakan kepada peserta nilai-nilai apa yang mereka
dapatkan/rasakan dalam proses diskusi di kelompok tadi. Fasilitator
mencatat jawaban peserta di kertas plano. Nilai-nilai yang peserta
sebutkan misalnya:
• Kebersamaan
• Kekompakan
• Kreativitas
• Kekeluargaan
• Keterampilan
• Menerima Masukan
• Kerja Sama
• Berorientasi untuk Kebaikan Orang Lain
• Keikhlasan
91
• Musyawarah
• Sukacita
• Solidaritas
• Cinta
6. Fasilitator menanyakan kepada peserta, kapan dan di mana terakhir
kali peserta merasakan nilai-nilai yang tadi sudah disebutkan?
7. Fasilitator menanyakan kepada peserta, apakah peserta ingin mera-
sakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka? Fasilitator kemu-
dian bertanya kepada mereka apa syarat yang harus dipenuhi agar
nilai-nilai tersebut bisa terwujud. Fasilitator mencatat jawaban peserta
di kertas plano dan menambahkan poin-poin berikut jika belum dise-
butkan oleh peserta:
• Tidak ada hierarkhi relasi kuasa.
• Menghilangkan ketakutan dan menumbuhkan cinta.
• Menikmati proses.
8. Fasilitator mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah yang bisa
mewujudkan nilai-nilai yang sudah disebutkan tadi pada diri orang-
orang yang dipimpinnya dan juga di komunitasnya/lingkungannya.
Salah satu caranya tentunya dengan memenuhi syarat-syarat yang
sebelumnya sudah dicatat di kertas plano.
9. Fasilitator bertanya kepada peserta apakah peserta siap untuk mewu-
judkan nilai-nilai di atas di komunitas mereka?
10. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesimpulan bersa-
ma-sama.
Aktivitas 4:
Gaya Kepemimpinan
1. Fasilitator memberikan pengantar tentang gaya kepemimpinan serta
macam-macam gaya kepemimpinan sebagai berikut:
92
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
BAHAN BACAAN 6
Gaya kepemimpinan adalah penampilan seseorang sebagai pemimpin.
Gaya kepemimpinan ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang.
Gaya kepemimpinan tampak dari perilaku dia sebagai pemimpin. Per-
ilaku berasal dari pilihan sikap yang didasari oleh iman, ideologi, visi,
kesadaran misi atau menjalankan Amanah, serta kedewasaan seseorang.
Kedewasaan seseorang tergantung pada bagaimana keterampilannya
mengatur pikiran (nalar, logika) dan perasaan (hati) ketika ia mengambil
sikap dan bertindak.
Menurut teori kepemimpinan ada banyak gaya kepemimpinan. Namun
dapat diklasifikasikan menjadi empat macam gaya kepemimpinan sebagai
berikut:
1. Pemimpin Otoriter adalah seorang pemimpin yang sikapnya antara
lain selalu mau menangnya sendiri, kehendaknya harus dituruti, suka
main perintah dan menyalahkan orang lain, suka marah kalau ada
orang lain salah, sukar diajak kompromi, sikap melindungi besar,
tanggung jawabnya besar, kekuasaan dipusatkan.
2. Pemimpin Liberal adalah pemimpin yang membagikan tugas dan
tanggung jawab kepada anak buahnya, menyerahkan keputusan kepa-
da anak buahnya, tanggung jawab bersama-sama, anak buah dibebas-
kan untuk mencari jalan sendiri, jarang memberi pengarahan.
3. Pemimpin Demokratis adalah pemimpin yang mau berbagi kekua-
saan. Tugas dan wewenang dibagikan secara jelas, selalu mengadakan
musyawarah untuk memutuskan semua permasalahan, tidak tegas
dalam mengambil keputusan karena tergantung pada delegasi yang
diserahi tugas dan wewenang, pengambilan keputusan selalu melalui
musyawarah dan mufakat.
4. Pemimpin situasional adalah pemimpin yang berorientasi pada situasi
dan kondisi, mau berbagi kekuasaan, berbagi tugas dan wewenang,
selalu mengajak anak buahnya terlibat dalam pengambilan keputusan,
tetapi dalam situasi tertentu ia tegas dan memutuskan sendiri sesuai
dengan keyakinannya. Situasi khusus di sini berarti apabila terjadi
masalah yang penting yang segera harus mendapatkan keputusan.
93
2. Fasilitator meminta peserta untuk mempelajari dan memahami ma-
teri di atas, dan jika ada yang belum dimengerti peserta dipersilakan
untuk bertanya atau mengungkapkan pendapatnya di kelas.
3. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 kelompok dan meminta mas-
ing-masing kelompok untuk menyiapkan role play (bermain peran)
dari keempat macam gaya kepemimpinan menggunakan kasus “Kisah
Ibu Ani Kepala Sekolah SMA Nusantara” di bawah ini dengan pem-
bagian sebagai berikut:
• Kelompok 1: Gaya Kepemimpinan Otoriter
• Kelompok 2: Gaya Kepempimpinan Liberal
• Kelompok 3: Gaya Kepemimpinan Demokratis
• Kelompok 4: Gaya Kepemimpinan Situasional
94
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Bu Giyarti, dan 5 orang murid, Tuti, Narto, Endah, Totok, dan Rini untuk
membantu dia sebagai anggota Panitia Penerimaan Anugerah.
Agendanya adalah akan membuat sambutan penerimaan semeriah
mungkin. Para pejabat pemerintahan di Kabupaten Salatiga dan Propinsi
Jawa Tengah akan diundang. Makanan akan dipesan dari katering yang
terkenal. Acara kesenian akan dilakukan oleh para murid SMA Nusantara
sendiri. Rapat persiapan dilakukan dua kali dalam seminggu.
Ketika persiapan sudah matang, relasi dengan semua pihak sudah oke
dan undangan sudah disebar, ada berita dari Jakarta bahwa acara pener-
imaan anugerah Sekolah Andalan Berwawasan Lingkungan ditunda
sebulan. Tentu saja Ibu Ani dan semua anggota panitia terkejut dan panik.
Bagaimana Ibu Ani sebagai pemimpin menghadapi masalah ini?
95
H. Catatan untuk Fasilitator:
1. Fasilitator boleh mengganti kisah/cerita yang digunakan untuk studi
kasus dengan kisah/cerita lain, mungkin kisah/cerita yang lebih dekat
dengan peserta atau pernah terjadi di lingkungan peserta.
2. Fasilitator menyemangati peserta agar lebih percaya diri dan menik-
mati ketika melakukan role play (bermain peran).
3. Dalam proses diskusi, fasilitator mendorong agar peserta banyak
mengingat pemimpin-pemimpin perempuan yang ada di lingkungan
mereka.
A. Pengantar:
Kepemimpinan perempuan memiliki kekuatan dan hal-hal yang khas dalam
kiprah kepemimpinannya. Hal tersebut sudah banyak ditunjukkan oleh
pemimpin-pemimpin perempuan dari berbagai komunitas/lingkungan yang
telah berhasil membawa perubahan positif bagi komunitas/lingkungan atau
orang-orang yang dipimpinnya.
Sebagai seorang pemimpin tentu tidak akan pernah terlepas dari konflik.
Konflik adalah hal yang normal/biasa dan tidak perlu ditakuti karena konflik
merupakan tanda situasi yang sehat. Meskipun demikian, seorang pemimpin
perlu memahami seni/ilmu mengelola konflik serta bagaimana melakukan
resolusi konflik.
Selain itu, seorang pemimpin juga erat kaitannya dengan mengambil kepu-
tusan. Pengambilan keputusan merupakan hal yang unik dan tidak bisa
dipelajari secara khusus. Pengambilan keputusan adalah hal yang personal,
membutuhkan kecerdasan, pengalaman, penentuan preferensi pada masalah,
intuisi atau feeling. Namun demikian, ada proses dan langkah-langkah yang
mesti dilakukan sebelum sebuah pengambilan keputusan.
96
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
97
Srikandi Air Bersih dari Pasat
Sisilia Mbimbus, seorang ibu rumah tangga (41 tahun) warga Dusun Pa-
sat, Desa Pong Majok, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat,
Nusa Tenggara Timur, dengan pendidikan kelas II sekolah dasar berhasil
memberdayakan warga desanya berkat air bersih.
Adat istiadat di tempat tinggal Sisilia, melarang perempuan ikut mengu-
rus dusun. Segala sesuatunya, termasuk jabatan Ketua Organisasi Penge-
lola Air Minum (OPA), biasanya diemban kaum lelaki. Itu pun tidak sem-
barang lelaki. Kalau bukan seorang tua gendang (kepala suku), haruslah
seorang tua golo (kepala pemerintahan, misalnya minimal ketua RW).
Sisilia dapat dinilai “berdosa” melanggar adat istiadat kalau berani men-
jadi Ketua OPA. Meski awalnya Sisilia menolak, namun dengan adanya
dukungan yang kuat dari tetua dusun akhirnya Sisilia yakin dengan dirin-
ya untuk mengemban jabatan tersebut. Hal ini merupakan kasus pertama
kalinya terjadi dan tergolong istimewa maka dibuatlah upacara adat agar
Sisilia terhindar dari kutukan leluhur.
Sisilia menjadi motor penggerak bagi pemberdayaan warga desa. Kondisi
tanah di Dusun Pasat kering kerontang. Warga Pasat harus berjalan be-
berapa kilometer untuk mandi, mencuci, atau untuk urusan kakus. Hidup
warga desa hanya mengandalkan perkebunan jagung. Kemiskinan pun
menyergap Dusun Pasat. Tak hanya miskin, Dusun Pasat pun seringkali
terserang wabah penyakit karena lingkungan yang tak bersih. Padahal,
desa-desa lainnya di Kecamatan Lembor terkenal sebagai lumbung padi
untuk kawasan Manggarai Barat. Warganya lebih banyak menjadi buruh
tani di desa tetangga. Dalam keprihatinannya, Sisilia pun memulai per-
juangannya dari hal yang tampaknya sepele yaitu menyediakan air bersih
bagi warga Pasat.
98
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
99
7 Momen Kepemimpinan PM Selandia Baru
Jacinda Ardern yang Diakui Dunia
100
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
101
6. Mendengarkan dan Belajar 7. Responnya Saat Gunung Meletus
dari Anak-anak
Sebelum pandemi Corona, Se-
Salah satu alasan Jacinda Ardern landia Baru sempat dihadapkan
bergabung dengan partai di usia dengan bencana gunung meletus
17 adalah untuk mengurangi yang menewaskan 16 orang. Saat
kemiskinan pada anak. Sebagai itu, Jacinda kembali menunjukkan
aktivis, Jacinda pun sering hangatnya kepemimpinan yang
mendengarkan curhat anak-anak mengutamakan empati. “Banyak
mengenai permasalahan mereka. orang yang melakukan hal-hal luar
Dari anak-anak, Jacinda belajar biasa untuk menyelamatkan nyawa,
untuk mengetahui masalah yang mereka yang pergi selamanya ada
terjadi di negaranya. Sebelum di Selandia Baru, dan kami akan
jadi perdana menteri, Jacinda mendekap mereka dengan erat,”
pun pernah bekerja di organisasi tuturnya.
pemuda di mana ia mengunjungi
pengungsi dan anak terlantar. Sumber: https://wolipop.detik.com/worklife/d-
5050708/7-momen-kepemimpinan-pm-selandia-
baru-jacinda-ardern-yang-diakui-dunia.
102
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
103
BAHAN BACAAN 7
104
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
105
ka. serta kaya ide agar selalu dapat
memberikan ide bagaimana proses
3. Berusaha mendapatkan semua
perdamaian berjalan.
jawaban untuk pertanyaan-per-
tanyaan mereka. 6. Mampu memisahkan tugasnya
sebagai mediator dengan tugas
4. Merasa bertanggung jawab jika
tanggung jawab pihak yang sedang
rekonsiliasi atau mediasi gagal.
konflik, agar pihak-pihak yang
5. Mengharapkan penghargaan jika sedang konflik tidak menggan-
rekonsiliasi berhasil. tungkan diri pada mediator.
106
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
107
7. Fasilitator melakukan diskusi reflektif dengan pertanyaan
kunci sebagai berikut:
• Bagaimana perasaan Anda setelah melakukan role play tersebut?
• Apakah resolusi konflik/proses rekonsiliasi konflik yang tadi sudah
Anda perankan mudah dilakukan ketika Anda benar-benar harus
melakukannya di dunia nyata? Jelaskan alasannya!
• Apa saja hal-hal yang bisa menghambat berjalannya resolusi konflik/
proses rekonsiliasi konflik yang tadi sudah Anda perankan ketika itu
benar-benar Anda lakukan di dunia nyata?
• Siapa-siapa saja yang bisa Anda libatkan untuk membantu Anda
merealisasikan resolusi konflik/proses rekonsiliasi konflik yang tadi
sudah Anda perankan ketika itu benar-benar Anda lakukan di dunia
nyata?
• Menurut Anda, apa manfaat yang bisa diperoleh dari resolusi konflik/
proses rekonsiliasi konfllk yang tadi sudah Anda perankan ketika itu
benar-benar Anda lakukan di dunia nyata, terutama bagi pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik?
8. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesimpulan
bersama-sama.
Aktivitas 3:
Mengambil Keputusan
1. Fasilitator menjelaskan bahwa seperti halnya manajemen,
pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni, yang artinya
menggunakan pengetahuan dan hati (intuisi).
2. Fasilitator membagikan handout kepada peserta tentang pen-
gambilan keputusan sebagai berikut:
108
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
BAHAN BACAAN 8
MENGAMBIL KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan adalah ilmu dan seni pemilihan alternatif solusi atau
alternatif tindakan dari sejumlah alternatif solusi dan alternatif tindakan
untuk menyelesaikan masalah.
Fungsi keputusan adalah untuk memahami secara komprehensif terhadap
masalah, memberi kerangka berpikir sistematis untuk solusi, membimbing
dalam penerapan teknik-teknik pengambilan keputusan, dan meningkatkan
kualitas keputusan.
Sebagai sebuah seni, pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada karak-
teristik yang unik dari faktor internal maupun eksternal organisasi/lembaga.
Faktor internal: struktur organisasi, manajemen organisasi, dan budaya
organisasi.
Faktor eksternal: situasi dan kondisi sosial, ekonomi, politik dalam mas-
yarakat.
Ciri pengambilan keputusan: personal, kecerdasan, pengalaman, penentuan
preferensi pada masalah, intuisi atau feeling, dan tidak dapat dipelajari.
109
Proses pengambilan keputusan:
• Mencari dan menentukan 3. Fasilitator memberikan waktu
tujuan kepada peserta untuk membaca
dan mempelajari terlebih dahulu
• Mencari alternatif pemecah-
handout tersebut selama sekitar
an
10 menit. Kemudian fasilitator
• Memilih alternatif bertanya kepada peserta apakah
ada yang ingin mereka tanyakan
• Melaksanakan alternatif atau ungkapkan. Fasilitator mendi-
• Evaluasi skusikan isi handout tersebut
bersama-sama dengan peserta.
110
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Kasus Eri
Pada suatu hari karyawan sebuah Lembaga Pendidikan “Paramitha”
mendapat telepon dari Kantor Polisi. Seorang anggota polisi mengabar-
kan bahwa ia telah menahan seorang karyawan lembaga tersebut yang
bernama Eri, karena kedapatan mencuri coklat di sebuah supermarket.
Ia tertangkap basah oleh penjaga toko ketika memasukkan 2 pak coklat
berisi 20 batang coklat ke dalam ranselnya. Polisi menelepon ke kantor
lembaga tersebut karena satu-satunya petunjuk identitas yang ditemukan
di dalam ranselnya adalah kartu karyawan. Pimpinan lembaga mengirim-
kan salah seorang karyawannya untuk mengecek informasi lewat telepon
tadi. Tutik, seorang karyawan bidang personalia, melaksanakan tugasnya,
pergi ke Kantor Polisi. Di sana Tutik melakukan tugasnya mencari infor-
masi dari polisi yang menahan, penjaga toko yang menjadi saksi, dan Eri
sendiri sebagai tertuduh. Setelah sampai di kantor, Tutik menceritakan
semua informasi yang sudah dikumpulkan.
Penjaga toko mengatakan bahwa ia melihat gerak-gerik Eri mencuriga-
kan. Penjaga mengamati dari jauh dan melihat Eri memasukkan sesuatu
ke dalam ranselnya. Ketika melihat itu, penjaga langsung menegur Eri
dan membawanya ke bagian keamanan untuk menggeledah ranselnya. Di
dalam ranselnya terdapat 2 pak coklat. Oleh bagian keamanan, Eri dibawa
ke Kantor Polisi yang terdekat. Petugas keamanan melaporkan kejadiann-
ya ditemani oleh penjaga toko sebagai saksi.
Di Kantor Polisi, seorang polisi yang sedang piket bertanya kepada Eri
apakah memang betul ia melakukan tindakan seperti yang dituduhkan.
Eri mengaku dengan terus terang. Setelah polisi mencatat identitas dan
semua keterangan yang dibutuhkan, kemudian ia ditahan berserta barang
buktinya. Polisi piket lalu menelepon ke kantor di mana Eri bekerja.
Dari Eri, Tutik mendapatkan informasi bahwa Eri mencuri coklat terse-
but karena anak satu-satunya, Iwan, akan berulang tahun dan meminta
hadiah coklat. Eri tidak punya uang, istrinya sedang berada di Malaysia
untuk bekerja. Ibu Iwan, Tini, sudah 2 tahun berada di Malaysia bekerja
sebagai buruh pabrik. Alasan Tini menjadi TKW karena keluargan-
ya dililit hutang yang tidak kunjung selesai. Eri bekerja sebagai staf
administrasi di lembaga pendidikan tersebut. Gaji Eri hanya cukup
untuk makan dan membayar kebutuhan sehari-hari. Uang kiriman
dari Tini datang setiap 3 bulan dipergunakan untuk membayar
111
pendidikan Iwan yang sudah duduk di kelas 5 SD (11 tahun), dan
untuk membayar uang kontrakan rumah setiap 3 bulan. Eri tidak
dapat memperoleh pekerjaan lain kecuali pekerjaan yang seka-
rang ini. Karena tugasnya sebagai orangtua tunggal, ia kurang bisa
menjalankan kedisiplinan waktu dan pekerjaan. Sidang Pengadilan
memutuskan Eri dijatuhi hukuman 3 bulan penjara. Selama Eri di
penjara, Iwan dititipkan neneknya yang ada di desa, sehingga seko-
lahnya terpaksa berhenti.
Kasus yang menimpa Eri menjadi masalah bagi seluruh karyawan
dan pengurus Lembaga Pendidikan “Paramitha”. Beberapa
karyawan mengusulkan agar Eri dikeluarkan karena sudah melaku-
kan tindak criminal, mencemarkan corps kerja. Ada pula karyawan
yang mengusulkan Eri dipecat dengan alasan ia tidak pernah bisa
disiplin soal waktu dan kerap kali ia tidak bertanggung jawab den-
gan pekerjaannya. Sudah kerap kali ia tidak mengunci pintu kantor
ketika ia pulang paling akhir. Untungnya belum pernah terjadi hal-
hal yang merugikan akibat kelalaiannya tersebut. Namun beberapa
teman kantornya merasa dikecewakan oleh sikap dan perilaku Eri.
112
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
A. Pengantar:
Konstruksi gender dalam budaya patriarki selama ini telah mem-
buat banyak perempuan (dan laki-laki) merasa jika perempuan
tidak cocok untuk menjadi seorang pemimpin. Padahal sebaliknya,
perempuan memiliki kekuatan serta karakteristik yang khas yang
membuat kepemimpinan perempuan memiliki kekuatan tersendiri
yang menguntungkan komunitas atau orang-orang yang dipimpin
oleh perempuan tersebut.
Sesi ini mengajak peserta untuk mengeksplorasi apa ciri-ciri yang
khas dari kepemimpinan perempuan dan bagaimana hal tersebut
meningkatkan kualitas kepemimpinan perempuan dalam menggu-
lirkan perubahan ke arah yang lebih baik bagi komunitasnya atau
orang-orang yang dipimpinnya.
B. Tujuan:
1. Mengajak peserta untuk mengek- splorasi bagaimana ciri-ciri yang
splorasi ciri-ciri yang khas dari khas tersebut meningkatkan kual-
kepemimpinan perempuan. itas kepemimpinan perempuan
dalam menggulirkan perubah-
2. Mengajak peserta untuk mengek-
an.
113
Aktivitas 1:
C. Capaian: Ciri-Ciri Pemimpin Berperspektif
1. Peserta mengeksplorasi ciri-ciri Keadilan Gender
yang khas dari kepemimpinan 1. Fasilitator membagikan kertas ber-
perempuan. isikan ciri-ciri pemimpin berpers-
2. Peserta mengeksplorasi bagaima- pektif keadilan gender (satu kertas
na ciri-ciri yang khas tersebut berisi satu ciri-ciri). Masing-mas-
meningkatkan kualitas kepemi- ing peserta akan mendapatkan 1
mpinan perempuan dalam meng- kertas yang berisi 1 ciri-ciri. Jika
gulirkan perubahan. jumlah peserta melebihi kertas
yang telah disiapkan, peserta yang
belum mendapatkan kertas boleh
D. Durasi: 60 menit bergabung dengan peserta lain
yang sudah mendapatkan kertas.
E. Pokok Bahasan: Ciri-ciri pemimpin berperspektif
keadilan gender yang dituliskan
1. Ciri-Ciri Pemimpin adalah sebagai berikut:
Berperspektif Keadilan Gender
• Berpijak pada realitas sosial
budaya, tidak berandai-andai.
F. Alat dan Bahan:
• Berpandangan pluralis (berpa-
1. Kertas plano dan flipchart ham pluralisme), non-primor-
2. Kertas metaplan warna-warni dial (tidak mengagungkan
kelompoknya sendiri/ber-
3. Spidol dan pulpen pandangan sempit), holistik,
4. Gunting dan selotip kertas non-dikotomis serta memiliki
cara pandang yang gradasi
(tidak hitam-putih).
G. Langkah-Langkah:
• Inklusif serta menghargai per-
bedaan agama, ras, gender dan
kepercayaan.
• Berorientasi pada proses dalam
menyusun perencanaan strategi.
Perencanaan dimulai dari real-
itas, bukan dari angan-angan/
berandai-andai. Membuat per-
114
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
115
memiliki ciri-ciri seperti yang gan, organisasi dan/atau individu
tertulis di dalam kertas mere- dalam membantu para pemimpin
ka. perempuan dalam mewujudkan
tujuan mereka?
3. Fasilitator meminta semua peserta
secara bergantian membacakan tu- • Apa saja hal-hal yang mengham-
lisan dalam kertas yang dimilikin- bat perempuan untuk memiliki
ya serta menjelaskan apa arti atau kualitas atau ciri-ciri seperti yang
makna dari ciri-ciri tersebut, serta sudah kita bahas sebelumnya?
menceritakan contoh pemimpin
• Bagaimana cara perempuan
yang mereka tahu yang memiliki
mengatasi hambatan-hambatan
ciri-ciri tersebut.
tersebut?
4. Fasilitator mempersilakan peserta
6. Fasilitator mengajak peserta untuk
yang lain untuk mengomentari
membuat kesimpulan bersama
atau menambahkan pemaknaan
dan mempersilakan jika masih ada
maupun contoh-contoh pemimpin
peserta yang ingin bertanya atau
yang memiliki ciri-ciri tersebut.
mengungkapkan pendapatnya.
5. Fasilitator memandu diskusi
reflektif dengan pertanyaan kunci H. Catatan untuk Fasilitator:
sebagai berikut:
1. Fasilitator mempersiapkan terlebih
• Kualitas atau ciri-ciri kepemi- dahulu kertas-kertas yang bertu-
mpinan yang seperti apakah yang liskan ciri-ciri pemimpin berper-
banyak dimiliki oleh para perem- spektif keadilan gender sebelum
puan? sesi dimulai. Jika jumlah peserta
• Apa kaitan dari kualitas atau ci- lebih banyak dari jumlah kertas
ri-ciri tersebut dengan konstruksi yang disediakan, maka peserta
gender yang selama ini mengitari bisa saling bergabung namun tidak
hidup perempuan? melebihi 2 orang untuk setiap
kertas.
• Apa yang membentuk karakter
kepemimpinan perempuan? 2. Jika dirasa perlu, fasilitator bisa
mengganti diksi “pemimpin per-
• Bagaimana cara kita, perempuan, empuan” dengan diksi lain seperti
bisa memiliki kualitas atau ciri-ci- “pemimpin berperspektif keadilan
ri seperti yang sudah kita bahas gender” atau diksi lain yang sesuai.
sebelumnya?
• Apa peran dan dukungan jarin-
116
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
A. Pengantar:
Seorang pemimpin membutuhkan sebuah visi yang akan mem-
perjelas tujuannya. Sesi ini akan mengajak peserta untuk berlatih
memformulasikan misi konkret mereka yaitu perubahan yang
mereka inginkan terhadap situasi, kondisi, atau masalah dalam
kehidupan mereka.
Kemudian pernyataan misi tersebut akan dikembangkan untuk
mendeskripsikan visi pribadi peserta yang selanjutnya akan ditu-
angkan ke dalam perkataan dan tindakan. Pada akhirnya, visi-visi
pribadi peserta ini akan memotivasi mereka untuk menjadi seorang
pemimpin.
B. Tujuan: C. Capaian:
1. Menemukan kekuatan 1. Peserta menemukan
dari memformulasikan kekuatannya dari mem-
pernyataan atau misi formulasikan pernyataan
konkret yang menjelas- atau misi konkret yang
kan visi seseorang. menjelaskan visinya.
2. Mengeksplorasi 2. Peserta bisa menuangkan
bagaimana menuangkan visi pribadinya ke dalam
visi pribadi seseorang perkataan dan tindakan.
ke dalam perkataan dan
3. Peserta mengeksplorasi
tindakan.
bagaimana visi indivi-
3. Mengeksplorasi du dapat memotivasi
bagaimana visi individu mereka menjadi seorang
dapat memotivasinya pemimpin.
menjadi seorang pemi-
mpin. D. Durasi: 60 menit
117
E. Pokok Bahasan: merencanakan dan menuliskan
bagaimana ia akan mengarah-
1. Menjadi Pemimpin Per- kan atau berpartisipasi dalam
empuan penerapan solusi yang telah
dideskripsikannya.
F. Alat dan Bahan: 4. Selanjutnya, fasilitator meminta
1. Kertas plano dan flip- setiap peserta memformulasikan
chart pernyataan singkat secara ter-
tulis (1 atau 2 kalimat) yang
2. Metaplan warna-warni mendiskripsikan visi mereka
3. Spidol dan pulpen terkait peran mereka dalam mem-
buat perubahan yang diperlukan
4. Gunting dan selotip ker- terhadap permasalahan yang telah
tas diidentifikasikan.
5. Fasilitator meminta setiap peserta
G. Langkah-Langkah: untuk menyampaikan hasil dari
tugas-tugasnya tersebut di depan
Aktivitas 1: kelas secara bergantian.
118
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
119
VIII.
EVALUASI PELATIHAN
A. Pengantar:
Sesi ini menjadi sesi penutup dari pelatihan kepemimpinan perem-
puan yang sudah dilaksanakan selama 2 hari. Sesi ini akan berisi
permainan evaluasi untuk melihat perubahan perspektif peserta terkait
hal-hal yang sudah dibahas sebelumnya dalam pelatihan.
Selain itu, dalam sesi ini peserta juga akan diminta untuk mengisi lem-
bar post-test dan juga lembar evaluasi pelatihan sebagai bahan evaluasi
yang akan ditindaklanjuti oleh organisasi/penyelenggara pelatihan.
120
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
G. Langkah-Langkah:
Aktivitas 1:
Permainan Where Do You Stand?
1. Fasilitator membuat 3 pulau di • Laki-laki lebih penting daripada
lantai, bisa dengan memberi tanda perempuan.
menggunakan selotip atau kertas
(atau bisa juga dengan pohon jika • Salah satu cara laki-laki men-
out door); pulau setuju, pulau tidak yayangi perempuan adalah den-
setuju, pulau ragu-ragu (Permain- gan menunjukkan rasa cemburu
an Where Do You Stand?). dan mengawasi aktivitasnya.
121
tutup dan jangan banyak berbic- • Perempuan perlu dididik dan
ara. didisiplinkan oleh laki-laki.
• Seorang pemimpin yang baik • Laki-laki tidak perlu dan tidak
dilihat dari kemampuan, kapa- pantas melakukan pekerjaan
sitas, kerja keras, serta tanggung rumah tangga seperti memasak,
jawabnya menjalankan amanah mencuci, dan membersihkan
kepemimpinannya, bukan dari rumah.
jenis kelaminnya.
• Perempuan berhak mengemuka-
• Tidak masalah istri bekerja kan pendapatnya terkait segala
mencari uang di luar rumah dan hal yang berhubungan dengan
suami tinggal di rumah merawat dirinya.
anak dan melakukan pekerjaan
• Anak perempuan dapat menjadi
rumah tangga, asal disepakati
cerdas, secerdas anak laki-laki.
oleh keduanya.
• Membentak atau meneriaki bu-
• Semua manusia memiliki hak
kanlah bentuk kekerasan.
dan kehormatan yang sama.
Aktivitas 2:
122
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
POST TEST
PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Nama: ………………………………………………………………………
Organisasi: .......……………………………………………………………..
Tempat Kerja/Posisi: ...……………………………………………………..
1. Gender adalah:
a. Jenis kelamin biologis laki-laki dan perempuan.
b. Jenis kelamin sosial laki-laki dan perempuan.
c. Kodrat laki-laki dan perempuan yang dibawa sejak lahir.
d. Ketidakadilan sosial atas laki-laki dan perempuan.
123
a. Perempuan jarang diminta atau didengar pendapatnya dalam proses
pengambilan keputusan.
b. Laki-laki lebih diprioritaskan dalam akses dan kesempatan untuk
mendapatkan promosi/kenaikan jabatan dibandingkan perempuan.
c. Perempuan mendapatkan akses lebih sedikit untuk posisi-posisi
kepemimpinan di masyarakat, di organisasi, maupun di tempat kerja.
d. Pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang dibebankan
hanya kepada perempuan saja.
124
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
125
9. Berikut adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin:
a. Kemampuan membuat konsep.
b. Kemampuan membangun relasi dengan orang lain.
c. Kemampuan menjalankan aktivitas-aktivitas pemimpin seperti ber-
bicara di depan orang banyak, memimpin rapat, mengambil keputu-
san, menyelesaikan konflik, dan lain-lain.
d. Semua jawaban benar.
Aktivitas 3:
Mengisi Lembar Evaluasi Pelatihan
1. Fasilitator membagikan lembar evaluasi pelatihan berikut ini
kepada setiap peserta dan meminta peserta untuk mengisin-
ya. Fasilitator mengingatkan agar peserta mengisinya dengan
baik dan tidak terburu-buru, serta jujur tanpa beban sesuai
dengan pendapatnya atau kata hatinya karena tidak ada jawa-
ban yang benar atau salah.
126
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
EVALUASI AKHIRPELATIHAN
GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
127
4. Apa saja yang Anda pahami dan dapatkan dalam sesi-sesi 2 hari
Pelatihan Gender dan Kepemimpinan Perempuan ini?
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________
5. Adakah hal yang Anda tidak setujui dari tema/pandangan yang di-
bahas dalam Pelatihan Gender dan Kepemimpinan Perempuan ini?
Jelaskan alasannya!
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________
128
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
______________________________________________________
______________________________________________________
______________________________________________________
__________________________________________________
129
2. Fasilitator mengumpulkan lembar evaluasi pelatihan yang su-
dah diisi oleh peserta, dan pastikan semua sudah terisi leng-
kap. Jika ada yang belum terisi lengkap, fasilitator mengemba-
likan kepada peserta yang bersangkutan agar melengkapinya.
130
MODUL PELATIHAN GENDER DAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
131
MOdul pelatihan
Gender dan Kepemimpinan
perempuan
Metode yang digunakan oleh fasilitator pelatihan gender dan
kepemimpinan perempuan ini dalam menyampaikan materi berbeda
dengan yang lain, asyik, tidak monoton, memberikan pemahaman yang
pas tentang materi kekerasan dan pelecehan berbasis gender di tempat
kerja dengan contoh yang riil terjadi, serta bisa mengajak peserta untuk
berani bersuara tentang kekerasan, dan juga memberikan dukungan
terhadap mereka.
Lisniatun Mun'am – DPC SPN Kabupaten Jepara
132