Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PEMBELAJARAN HIPERAKTIVITAS PADA ANAK

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

 Tujuan Umum : Dapat mengatasi hiperaktivitas pada anak

 Tujuan Khusus :

 Anak dapat menjalin hubungan saling percaya dengan orang lain

 Anak dapat menerima saran dari orang yang dipercaya

 Anak dapat mengaplikasikan prilaku baik dalam bermain

 Anak dapat menilai apa yang baik dan tidak baik

 Anak dapat percaya diri

2. MATERI BELAJAR

A. Pengertian

Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun

1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul

istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Anak hiperaktif adalah

anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas

(GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini

juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut

minimal brain dysfunction syndrome.

Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada

masa perkembangan dini (sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama

tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini

mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.


Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“

mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif

menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak.

Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi

dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah

kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.

Pengertian Hiperaktif, Menurut salah satu sumber bahwa hiperaktif adalah

aktivitas fisik yang berlebihan atau gerakan yang tidak bertujuan dan dengan

kecepatan yang meningkat. Pengertian lain bahwa hiperaktif adalah istilah

yang menggambarkan perilaku tidak tenang, anak yang sering mengganggu

ketertiban baik di rumah maupun di sekolah. Hiperaktif juga populer dengan

istilah Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD), atau dengan

terjemahan bahasa Indonesia “Gangguan Pemusatan Perhatian Dengan

Hiperaktif” (GPPH). Victor Hartono Putra menjelaskan bahwa ADHD adalah

gangguan tingkah laku yang disebabkan oleh disfungsi neurologis.

Jadi hiperaktif merupakan salah satu gangguan tingkah laku berupa

aktivitas berlebihan, tidak terkontrol dan tidak terarah sehingga anak tidak

dapat memusatkan perhatian.

B. Ciri-ciri anak hiperaktif

Beberapa ciri anak hiperaktif menurut Sani Budiantini Hermawan,

Psi., Psikolog dari Klinik Empati Development Center, Jakarta (Tabloid

Nakita) sebagai berikut :

a. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap

penentang/pembangkang atau tidak mau dinasehati. Misalnya, penderita

akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-

turun tak berhenti. Penolakannya juga bisa ditunjukkan dengan sikap

cuek.

b. Destruktif

Perilakunya bersifat destruktif atau merusak. Ketika menyusun lego

misalnya, anak aktif akan menyelesaikannya dengan baik sampai lego

tersusun rapi. Sebaliknya anak hiperaktif bukan menyelesaikannya malah

menghancurkan mainan lego yang sudah tersusun rapi. Terhadap barang-

barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan

anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak

hiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang

dan mudah rusak.

c. Tak kenal lelah

Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan

sikap lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak ke sana kemari,

lompat, lari, berguling, dan sebagainya. “Kesannya tidak pernah letih,

bergerak terus,” ujar Sani. Hal inilah yang seringkali membuat orang tua

kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.

d. Tanpa tujuan

Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan jelas. Kalau anak aktif,

ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan
atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya

tanpa tujuan. Dia hanya naik dan turun kursi saja.

e. Tidak sabar dan usil

Yang bersangkutan juga tidak memiliki sifat sabar. Ketika bermain

dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-

mobilan yang sedang dimainkan oleh temannya, dia langsung merebut

tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun

seringkali mengusili temannya tanpa alasan yang jelas. Misalnya, tiba-tiba

memukul, mendorong, menimpuk, dan sebagainya meskipun tidak ada

pemicu yang harus membuat anak melakukan hal seperti itu.

f. Intelektualitas rendah

Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas

berada di bawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara

psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa

menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Sedang menurut buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007.

Jogjakarta: Katahati) Ciri anak hiperaktif atau anak penderita attention

deficit and hyperactivity disorder (ADHD)

a. Tidak focus

Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi

lebih dari lima menit. Tidak memiliki focus yang jelas dan
melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak mampu

melakukan sosialisasi dengan baik.

b. Sulit untuk dikendalikan

Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal.

Keinginannya harus segera dipenuhi. Tidak bisa diam dalam waktu

lama dan mudah teralihkan.

c. Impulsif

Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih

dahulu. Selalu ingin meraih dan memegang apapun yang ada di

depannya. Gangguan perilaku ini biasanya terjadi pada anak usia

prasekolah dasar, atau sebelum mereka berusia 7 tahun.

d. Menentang

Umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak

mau dinasehati. Penolakannya ditunjukkan dengan sikap cuek.

e. Destruktif

Destruksif atau merusak. Merusak mainan yang

dimainkannya dan cenderung menghancurkan sangat besar.

f. Tidak kenal lelah

Sering tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering

kali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni

perilakunya.

g. Tidak sabar dan usil


Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung

merebut. Sering pula mengusili teman-temannya tanpa alas an

yang jelas.

h. Intelektualitas rendah

Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki

intelektualitas di bawah rata-rata anak normal. Mungkin

dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu

sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Ciri-ciri khusus anak hiperaktif yang lainnya diantaranya ialah

sebagai berikut :

a. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk,

atau sering menggeliat.

b. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia

duduk manis.

c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada

keadaan yang tidak selayaknya.

d. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan

tenang.

e. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin.

Juga, tenaganya tidak pernah habis.

f. Sering terlalu banyak bicara.

g. Sering sulit menunggu giliran.


h. Sering memotong atau menyela pembicaraan.

i. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya

(bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).

Ciri-ciri lain yang menyertai Gangguan Pemusatan Perhatian

dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD) adalah :

a. Kemampuan akademik tidak optimal

b. Kecerobohan dalam hubungan social

c. Kesembronoan dalam menghadapi situasi yang berbahaya

d. Sikap melanggar tata tertib secara impulsive

C. Perkembangan Sosial Anak Hyperaktif

a. Defenisi

Phobia sosial adalah gangguan perkembangan sosial anak dimana


anak berada dalam kondisi irasional yaitu kecemasan yang berlebihan
ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.
b. Ciri-ciri
1) Anak takut berintaraksi dengan lingkungan social
2) Anak enggan untuk berangkat kesekolah dan tempat-tempat
keramaian.
3) Anak tidak mau berkenalan dengan teman sebaya atau orang lain,
cenderung menghindari kontak mata dengan orang lain, menarik
diri, cemas ketika berhadapan dengan orang lain.
4) Anak selalu menempel pada orang tua, tidak mau ditinggal di
sekolah.
5) Rendahnya kepercayaan diri anak, memiliki konsep negative takut
tidak di teriman di lingkungan.
c. Penyebab
1) Pola asuh yang salah sehingga perkembangan kemandirian
sosialnya terhambat, misal orang tua dengan pengasuhan yang
otoriter, atau overprotektif.
2) Trauma
3) Genetik/bawaan dari lahir
Yaitu pada masa janin perkembangan otak anak tidak
normal, terdapat kelebihan pada otak bagian kanan (amygdala)
yang berperan mengontrol rasa takut. Respon tersebut
menimbulkan reaksi fisik saat anak berinteraksi, misal pusing,
mual, sakit perut, keringat dingin. Reaksi fisik tersebut dipicu oleh
adanya overaktif pada system saraf otonom yang mengatur system
saraf denyut jantung.

d. Perbedaan phobia sosial dengan anak pemalu/pencemas.


Pada anak dengan phobia sosial, dia menganggap segala
perilakunya akan dinilai oleh orang lain. Pikirannya hanya terfokus pada
hal tersebut sehingga membuatnya tidak mampu mengatasi rasa cemas.
Sedangkan pada anak pemalu, ia hanya takut berinteraksi dengan
lingkungan sosial sementara waktu, ketika sudah bisa beradaptasi, ia
akan bergaul secara normal dengan teman-teman sebaya dan orang-
orang disekitarnya.

e. Penanganan
1) Mengevaluasi pola asuh. Idealnya orang tua bersikap demokratis,
tetap memegang kendali namun tetap memberikan kebebasan
anak berpendapat.
2) Agenda sosialisasi. Masukkan jadwal sosialisasi dalam jadwal
kegiatan anak. Anak sebaiknya tidak teralu disibukkan dengan les
privat sehingga membuat ia lupa bermain dengan teman-
temannya. Pastikan anak mempunyai waktu untuk menambah
koleksi teman dan berinteraksi dengan teman lama.
3) Kenalkan anak pada beragam karakter. Hal ini dapat dilakukan
dengan membacakan cerita fiksi, mengenalnya tokok-tokoh yang
ada didalam cerita tersebut, atau bisa juga menceritakan
pengalaman berteman guru/orang tua kemudian membiarkan anak
memperlajari tokoh-tokoh yang diceritakan dan minta anak untuk
menceritakan kembali apa yang ia dengar dan pahami dari karakter
tokoh-tokoh tersebut.
4) Bermain peran. Hal ini untuk melatih anak komunikasi
interpersonal. Misal, bermain telpon-telponan, guru/oarngtua
sebagai penelpon, anak sebagai penerima. Atau bermain dengan
bertamu kerumah tetangga, guru/orangtua sebagai tuan rumah,
anak sebagai tetangga yang berkunjung.
5) Sering mengajak anak silaturahim kekerabat, sepupu, tetangga,
bermain di taman bermain dan tempat keramaian lain.

D. Menangani anak hiperaktif dikelas


Anak hiperaktif memiliki tiga karakteristik utama, yaitu :
1) Rentang perhatian yang kurang sehingga anak mudah lupa, tugas
tidak tuntas, cenderung menghindari tugas, sulit mencurahkan
perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.
2) Memiliki perilaku impulsif yang menyebabkan anak ini sulit diterima
temannya karena sering merebut barang miliki orang lain/temannya,
sering memotong pembicaraan, banyak bicara, mengganggu teman.
3) Selalu bergerak sulit untuk duduk diam/tenang memperhatikan,
aktivitas motorik yang berlebihan, sulit mengatur kegiatan.
Berdasarkan karakteristik di atas maka jika di kelas terdapat anak hiperaktif
dapat dibayangkan bahwa anak itu akan menjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar, sementara guru sendiri sudah cukup sibuk untuk
memperhatikan anak-anak lain. Kesibukan guru akan semakin bertambah
dengan hadirnya anak hiperaktif yang membutuhkan perhatian atau bimbingan
yang lebih dari guru.
Namun demikian sebagai guru yang baik tentunya akan mencari solusi
terbaik untuk mengatasi gangguan perilaku hiperaktif pada anak didiknya.
Melalui tulisan ini, penulis ingin berbagi sedikit pengalaman dalam menangani
anak hiperaktif. Untuk menangani perilaku hiperaktif, penanganan harus
dil;akukan secara bertahap dan fokus pada gangguan yang akan
dikurangi/dihilangkan atau perilaku mana yang akan dikembangkan.
Untuk memulai langkah penanganan, kita harus mencatat perilaku mana
yang akan dihilangkan dan perilaku mana yang akan dikembangkan. Dari
mana kita mendapat data tentang perilaku itu, bisa kita peroleh melalui
pengamatan terhadap perilaku anak di kelas selain itu dapat pula diperoleh
melalui wawancara dengan orangtua anak. Setelah mencatat dan
mengelompokkan perilaku yang akan dihilangkan/dikurangi dan perilaku yang
akan dikembangkan, selanjutnya dapat dilakukan teknik-teknik penanganan
yang penulis aplikasikan berdasarkan Sugiarmin (2005) berikut ini.
1. Menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki
Carilah faktor pemicu dari perilaku yang tidak dikehendaki itu muncul.
Contoh anak tidak bisa duduk diam sering jalan-jalan di kelas. Carilah alasan
mengapa anak itu tidak bisa duduk diam. Misal, alasannya karena anak
membutuhkan perhatian, merasa bosan, ingin udara segar, dan sebagainya.
Hilangkan atau atasi faktor pemicu tersebut. Cara menghilangkan factor pemicu
dapat dilakukan melalui teknik-teknik
a. Ekstingsi, yaitu tidak merespon tingkah laku yang tidak dikehendaki
sampai anak menghentikannya. Contoh, guru mengabaikan siswa
yang berbicara tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu. Atau guru
dan teman-temannya mengabaikan anak yang mengganggu sampai ia
bosan atau sadar bahwa guru dan temannya tidak terpancing.
b. Satiasi, yaitu memberikan apa yang anak inginkan sebelum
menuntutnya. Contohnya, memberikan perhatian sebelum menuntut
perhatian, segera beralih pada kegiatan lain sebelum anak merasa
bosan, anak yang suka memukul-mukul meja mintalah anak tersebut
untuk terus memukul meja.
c. Time out, Anak dipindahkan dari tempat di mana tingkah laku yang
tidak dikehendaki terjadi.
d. Hukuman
Cara ini jarang diterapkan karena khawatir dampak negatifnya, namun jika
akan diterapkan maka perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
 Diberlakukan untuk perilaku yang sangat membahayakan dan agar tidak
berlanjut misalnya perilaku agresif
 Jika prosedur lain tidak berhasil
 Berikan hukuman ringan yang terbukti efektif
 Jangan menghukum dalam keadaan marah

2. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki


Tingkah laku yang baik tentunya harus dipertahankan dan dikembangkan
menjadi lebih baik lagi. Untuk melakukannya dapat dilakukan dengan cara
penguatan (reinforcement). Setiap perilaku yang dikehendaki akan memperoleh
penguatan berupa imbalan. Imbalan dapat berupa benda atau yang lain,
misalnya pujian.
Ketika anak berbuat benar kemudian diperkuat dengan imbalan, diharapkan
anak akan mempertahankannya untuk selanjutnya dapat dikembangkan.
Imbalan atau hadiah sebaiknya diberikan segera setelah perilaku yang
dikehendaki terjadi. Demikian sedikit teknik-teknik penanganan anak hiperaktif di
kelas. Pilihlah teknik yang paling tepat sesuai dengan perilaku yang akan
ditangani. Semoga bermanfaat.

E. Masalah yang dapat dihadapi adnak hiperaktif


a. Problem di Sekolah
Anak tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh
guru dengan baik. Konsentrasi yang mudah terganggu membuat anak
tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan. Rentang
perhatian yang pendek membuat anak ingin cepat selesai bila
mengerjakan tugas-tugas sekolah. Kecenderungan berbicara yang tinggi
akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru
akan menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran. Banyak
dijumpai bahwa anak hiperaktif banyak mengalami kesulitan membaca,
menulis, bahasa, dan matematika. Khusus untuk menulis, anak hiperaktif
memiliki ketrampilan motorik halus yang secara umum tidak sebaik anak
biasa.
b. Problem di Rumah
Dibandingkan dengan anak yang lain, anak hiperaktif biasanya
lebih mudah cemas dan kecil hati. Selain itu, ia mudah mengalami
gangguan psikosomatik (gangguan kesehatan yang disebabkan faktor
psikologis) seperti sakit kepala dan sakit perut. Hal ini berkaitan
dengan rendahnya toleransi terhadap frustasi, sehingga bila
mengalami kekecewaan, ia gampang emosional.
Selain itu anak hiperaktif cenderung keras kepala dan mudah
marah bila keinginannya tidak segera dipenuhi. Hambatan-hambatan
tersbut membuat anak menjadi kurang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Anak dipandang nakal dan tidak jarang
mengalami penolakan baik dari keluarga maupun teman-temannya.
Karena sering dibuat jengkel, orang tua sering memperlakukan anak
secara kurang hangat. Orang tua kemudian banyak mengontrol anak,
penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman.
Reaksi anakpun menolak dan berontak. Akibatnya terjadi ketegangan
antara orang tua dengan anak. Baik anak maupun orang tua menjadi
stress, dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman. Akibatnya anak
menjadi lebih mudah frustrasi. Kegagalan bersosialisasi di mana-mana
menumbuhkan konsep diri yang negatif. Anak akan merasa bahwa
dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu, dan ditolak.
c. Problem berbicara
Anak hiperaktif biasanya suka berbicara. Dia banyak berbicara,
namun sesungguhnya kurang efisien dalam berkomunikasi. Gangguan
pemusatan perhatian membuat dia sulit melakukan komunikasi yang
timbal balik. Anak hiperaktif cenderung sibuk dengan diri sendiri dan
kurang mampu merespon lawan bicara secara tepat.
d. Problemfisik
Secara umum anak hiperaktif memiliki tingkat kesehatan fisik yang
tidak sebaik anak lain. Beberapa gangguan seperti asma, alergi, dan
infeksi tenggorokan sering dijumpai. Pada saat tidur biasanya juga
tidak setenang anak-anak lain. Banyak anak hiperaktif yang sulit tidur
dan sering terbangun pada malam hari. Selain itu, tingginya tingkat
aktivitas fisik anak juga beresiko tinggi untuk mengalami kecelakaan
seperti terjatuh, terkilir, dan sebagainya.

F. Factor-faktor penyebab hiperaktif


Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
1) Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari
orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun
pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki
dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih
memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2) Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia
gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan
persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir
dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok
dan minum alkohl juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam
bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya
disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama
dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk
memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di
daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah
orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah
kanan.

3) Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena
sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
4) Faktor Kultural dan Psikososial
 Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan
anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja,
dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih
caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
 Kurang disiplin dan pengawasan
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat
sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak
dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam
rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya
ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan
sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
 Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi
kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara
sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau
mendengarkan dan menyesuaikan diri.

G. Cara Mengatasi Anak Yang Hiperaktif


a. Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak
 Mengidentifikasi segi positif
Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa mempunyai
segi positif, sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal yang
salah & sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak
dengan saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari
bahwa setiap anak mempunyai perkembangan yang berbeda
meskipun saudara sekandung.
Beberapa peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi
syarat berikut : jelas & tidak abstrak, diawali dengan peraturan mudah
dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika
menerangkannya pada anak, sesuai dengan tingkat perkembangan
anak dan tidak terlalu banyak.
 Memberi hadiah
Misalnya jika anak berhasil, yang bersifat : langsung diberikan,
menyenang-kan hati anak , konsisten yang berarti diberikan bagi anak
yang benar-benar berhasil dan bukan karena rengekan, disampaikan
dengan hangat & dibarengai dengan pujian.
Sekali waktu mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih
luas, misalnya di taman. Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa
dibawa ke klinik spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa
ahlinya dalam ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan,
dokter anak & psikoterapis. Bagaimanapun, anak adalah amanah Allah. Tugas
orang tua adalah bagaimana memaksimalkan diri dalam membawa mereka
menjadi hamba Allah yang shalih. Dan Allah-lah yang akan menentukan
hasilnya.
b. Solusi mengatasi anak hiperaktif di sekolah
1) Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang
tenang dan amat memperhatikan pelajaran.
2) Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau
gambar atau lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak
konsentrasinya.
3) Menatap anak saat berkomunikasi.
4) Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar
anak, supaya perhatiannya tidak pecah.
5) Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau
menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya.
6) Memberikan pujian bila anak tenang.
7) Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang
tenang, jauh dari televisi atau musik keras.
8) Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan
secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi,
belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).
9) Mendorong orang tuanya nutk melatih anak menyiapkan keperluan
sekolah sebelum tidur, sehingga tidak tergesa-gesa di saat akan
berangkat sekolah.
Jadi secara garis besar hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang
yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan
impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak
pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain
seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus
yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan
mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya
dalam mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena
hukuman atau mengalami kecelakaan. Ada tiga tanda utama anak yang menderita
ADHD, yaitu: Tidak ada perhatian; Hiperaktif, mempunyai terlalu banyak energi; dan
Impulsif, Bertindak tanpa dipikir atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu
akibatnya.
Mengelola anak hiperaktif memang butuh kesabaran yang luar biasa, juga
kesadaran untuk senantiasa tak merasa lelah, demi kebaikan si anak. Beberapa hl
berikut dapat dijadikan pedoman dalam menangani masalah anak hiperaktif
 Periksalah
Tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai
hiperaktif.
 Pahamilah
Sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara
psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis.
 Latih Kefokusannya
Jangan tekan dia, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi
konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
 Telatenlah
Jika dia telah “betah” untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk
melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik
yang membentuk angka atau huruf.
 Bangkitkan Kepercayaan Dirinya
Misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil
melakukan sesuatu dengan benar, memberikan disiplin yang konsisten, dan
selalu memonitor perilaku anak.
 Kenali Arah Minatnya
Jika anak bergerak terus, jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik,
kemana sebenarnya tujuan dari keaktifan dia. Yang paling penting adalah
mengenali bakat atau kecenderungan perhatiannya secara dini.
 Minta Dia Bicara
Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk
dengan dirinya sendiri. Karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia
mempelajari nilai-nilai apa saja yang dapat diterima kelompoknya.
3. METODE
 Metode Pembelajaran:

Metode yang dapat digunakan ialah metode visual salah satunya dengan

role palaying. Dengan Metode demikian ini memungkinkan memperkecil

masalah gangguan terhadap anak yang hyperaktif tersebut.

 Alat Bantu : Poster angka dan benda-benda yang akan di tebak oleh

anak-anak(permainan)

4. EVALUASI

Anak akan menjadi lebih disiplin dalam bermain, lebih fokus dengan apa yang

dia kerjakan, lebih percaya diri dalam melakukan kegiatan, mulai menunjukkan

minat dan bakatnya, mampu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar

(individu/kelompok), dan lebih telaten.

Anda mungkin juga menyukai