1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Khusus :
2. MATERI BELAJAR
A. Pengertian
(GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
masa perkembangan dini (sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama
tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini
menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak.
Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi
aktivitas fisik yang berlebihan atau gerakan yang tidak bertujuan dan dengan
aktivitas berlebihan, tidak terkontrol dan tidak terarah sehingga anak tidak
a. Menentang
Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap
akan marah jika dilarang berlari ke sana kemari, coret-coret atau naik-
cuek.
b. Destruktif
barang yang ada di rumah, seperti vas atau pajangan lain, kecenderungan
anak untuk menghancurkannya juga sangat besar. Oleh karena itu, anak
sikap lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak ke sana kemari,
bergerak terus,” ujar Sani. Hal inilah yang seringkali membuat orang tua
d. Tanpa tujuan
ketika naik ke atas kursi punya tujuan, misalnya ingin mengambil mainan
atau bermain peran sebagai Superman. Anak hiperaktif melakukannya
dia tidak mau menunggu giliran. “Ketika dia ingin memainkan mobil-
tanpa ba-bi-bu,” komentar Sani. Tak hanya itu, anak hiperaktif pun
f. Intelektualitas rendah
a. Tidak focus
lebih dari lima menit. Tidak memiliki focus yang jelas dan
melakukan sesuatu tanpa tujuan. Cenderung tidak mampu
c. Impulsif
d. Menentang
e. Destruktif
perilakunya.
yang jelas.
h. Intelektualitas rendah
sebagai berikut :
duduk manis.
tenang.
a. Defenisi
e. Penanganan
1) Mengevaluasi pola asuh. Idealnya orang tua bersikap demokratis,
tetap memegang kendali namun tetap memberikan kebebasan
anak berpendapat.
2) Agenda sosialisasi. Masukkan jadwal sosialisasi dalam jadwal
kegiatan anak. Anak sebaiknya tidak teralu disibukkan dengan les
privat sehingga membuat ia lupa bermain dengan teman-
temannya. Pastikan anak mempunyai waktu untuk menambah
koleksi teman dan berinteraksi dengan teman lama.
3) Kenalkan anak pada beragam karakter. Hal ini dapat dilakukan
dengan membacakan cerita fiksi, mengenalnya tokok-tokoh yang
ada didalam cerita tersebut, atau bisa juga menceritakan
pengalaman berteman guru/orang tua kemudian membiarkan anak
memperlajari tokoh-tokoh yang diceritakan dan minta anak untuk
menceritakan kembali apa yang ia dengar dan pahami dari karakter
tokoh-tokoh tersebut.
4) Bermain peran. Hal ini untuk melatih anak komunikasi
interpersonal. Misal, bermain telpon-telponan, guru/oarngtua
sebagai penelpon, anak sebagai penerima. Atau bermain dengan
bertamu kerumah tetangga, guru/orangtua sebagai tuan rumah,
anak sebagai tetangga yang berkunjung.
5) Sering mengajak anak silaturahim kekerabat, sepupu, tetangga,
bermain di taman bermain dan tempat keramaian lain.
3) Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena
sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
4) Faktor Kultural dan Psikososial
Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan
anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja,
dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih
caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
Kurang disiplin dan pengawasan
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat
sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak
dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam
rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya
ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan
sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi
kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara
sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau
mendengarkan dan menyesuaikan diri.
Metode yang dapat digunakan ialah metode visual salah satunya dengan
Alat Bantu : Poster angka dan benda-benda yang akan di tebak oleh
anak-anak(permainan)
4. EVALUASI
Anak akan menjadi lebih disiplin dalam bermain, lebih fokus dengan apa yang
dia kerjakan, lebih percaya diri dalam melakukan kegiatan, mulai menunjukkan