Anda di halaman 1dari 54

PEDOMAN PROGRAM KEBUTUHAN KHUSUS

PENGEMBANGAN KOMUNIKASI, INTERAKSI


SOSIAL DAN PERILAKU BAGI PESERTA DIDIK
AUTIS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, PENDIDIKAN DASAR,
DAN PENDIDIKAN MENENGAH
DIREKTORAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN KHUSUS
JAKARTA 2021
PROGRAM KEBUTUHAN KHUSUS
PEDOMAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI, INTERAKSI SOSIAL, DAN
PERILAKU PESERTA DIDIK AUTIS

Tim Penyusun Modul


Pengarah:
Dr. Samto – Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus

Penanggung Jawab Program:


Aswin Wihdiyanto, ST, MA – Koordinator Fungsi Penilaian

Penanggung Jawab Teknis Koordinator Kegiatan


Dr. Baharudin, M.Pd. Anggia Ayu Sebrina, M.Pd.
Dr. Ngadirin, M.Ed.

Kontributor Naskah Editor/Layouter


Dr. Joko Yowono, M.Pd. Nita Apriyani, S.Pd.
Marina, S.Pd., M.Pd. Rofiudin, S.Kom.
Ai Siti Nurhayati, M.Pd. Tukiman, M.Pd.
Momi Mahdaniar, M.Pd. Aden Koding, M.Ak.
Frans Gonata S, S.Psi.
Dr. Muktiono Wibowo.
Toni Yudha Pratama, M.Pd.
Sri Hartini, S. Pd.

ISBN: ……………………….
Cetakan ke-…..: Tahun 2021

@Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang

Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis ii


KATA PENGANTAR

TBA…………..

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................................................1
B. Landasan................................................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................................4
D. Ruang Lingkup......................................................................................................................................4
BAB II KONSEP INTERVENSI INTERAKSI SOSIAL, DAN PERILAKU PESERTA DIDIK AUTIS.....5

A. Intervensi Interaksi Sosial Peserta Didik Autis.....................................................................................5


B. Pengembangan Komunikasi Peserta Didik Autis..................................................................................6
C. Pengembangan Perilaku Peserta Didik Autis........................................................................................8
D. Sensori...................................................................................................................................................9
E. Motorik................................................................................................................................................10
F. Kemandirian........................................................................................................................................11
G. Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan Dalam Pengembangan Interaksi Sosial, Komunikasi,
Perilaku, Serta Sensorik.......................................................................................................................12
BAB III PELAKSANAAN PENGEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL, KOMUNIKASI, DAN
PERILAKU ANAK AUTIS..................................................................................................................................13

A. Prinsip Pelaksanaan.............................................................................................................................13
B. Rambu-Rambu Pelaksanaan................................................................................................................15
C. Prosedur Pelaksanaan:.........................................................................................................................15
D. Persiapan Pelaksanaan.........................................................................................................................17
BAB IV PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT................................................................................................40

A. Penilaian..............................................................................................................................................40
B. Tindak Lanjut......................................................................................................................................40
BAB V PENUTUP.................................................................................................................................................49

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis iv


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Autis adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat komplek/berat dalam


kehidupan yang panjang, yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksi sosial,
komunikasi dan bahasa, serta gangguan emosi dan persepsi sensori bahkan pada aspek
motoriknya. Gejala autis ini muncul pada usia sebelum 3 tahun. (Yuwono, 2019).
Gangguan pada anak autis termanifestasikan dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda
dari anak autis satu dengan yang lainnya.
Gangguan peserta didik autis usia dini terlihat pada perilaku seperti tidak peduli terhadap
lingkungan sekitarnya, perilaku yang tak terarah; mondar-mandir, lari-lari, manjat-
manjat, berputar-putar, lompat-lompat, memiliki kelekatan terhadap benda tertentu,
rutinitas yang ketat (rigid routine), Tantrum, Obsessive-Compulsive Behavior, terpukau
terhadap benda yang berputar atau benda yang bergerak dan lain lainnya. Pada aspek
interaksi Sosial pada peserta didik autis seperti tidak mau menatap mata saat bicara,
kurang merespon panggilan, kurang bisa bermain dengan teman sebayanya bahkan asik
dengan dirinya sendiri serta kurang adanya empati terhadap lingkungan sosial. Sedang
pada aspek komunikasi dan bahasa peserta didik autis menunjukkan adanya
keterlambatan bicara, tak ada usaha untuk berkomunikasi secara non verbal dengan
bahasa tubuh, meracau dengan bahasa yang tak dapat dipahami, membeo (echolalia) dan
tidak memahami pembicaraan orang lain. Kalaupun anak autis dapat berbicara,
kemampuan bicaranya kurang dapat digunakan untuk kepentingan dalam kehidupan
sehari-hari. (Yuwono, 2019)
Pada aspek lainnya, peserta didik autis juga menunjukkan ciri-ciri yang menyertainya
seperti gangguan emosional seperti tertawa dan menangis tanpa sebab yang jelas, tidak
dapat berempati, rasa takut yang berlebihan dan sebagainya. Hal lainnya adalah
koordinasi motorik dan persepsi sensoris misalnya kesulitan dalam menangkap dan
melempar bola, melompat, menutup telinga bila mendengar suara tertentu; car call,
klakson mobil, suara tangisan bayi dan sirine, menjilat-jilat benda, mencium benda, tidak
dapat merasakan sakit, tidak memahami bahaya dan sebagainya.
Upaya penanganan hendaknya dilakukan sejak dini. Upaya ini diharapakan anak
mencapai perkembangan yang mendekati dengan perkembangan anak-anak pada

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 1


umumnya. Dengan program penanganan yang tersusun secara sistematis, terukur dan
terarah diharapkan anak autis mencapai tugas-tugas perkembangan yang mendekati
perkembangan seusianya.
Program pengembangan interaksi, komunikasi, dan perilaku bagi peserta didik autis
merupakan upaya pendidikan yang diberikan secara khusus, karena pada umumnya
peserta didik autis mempunyai gangguan interaksi, komunikasi, dan perilaku sosial.
Gangguan tersebut dapat berupa perilaku yang tidak fungsional, kurangnya interaksi
sosial dengan orang-orang yang ada di sekitar, kesulitan dalam pengembangan bahasa
dan komunikasi. Program pengembangan ini bukan sebagai mata pelajaran, tetapi
merupakan serangkaian kegiatan dan latihan yang dilakukan secara terus menerus untuk
mencapai perkembangan yang maksimal.
Program intervensi interaksi, komunikasi, dan perilaku bagi peserta didik autis diberikan
kepada peserta didik dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai SMALB, dan peserta didik
autis yang berada di sekolah umum. Program layanan pada tiga aspek perkembangan
tersebut di atas dan juga termasuk masalah sensori, motorik dan kemandirian peserta
didik autis manjadi perhatian utama sebagai dasar pendidikan selanjutnya. Mengingat
kebutuhan pendidikan pada peserta didik autis sangat berbeda dengan anak berkebutuhan
khusus lainnya, maka disusun program pengembangan interaksi, komunikasi, dan
perilaku anak autis sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan program layanan
pendidikan bagi peserta didik autis di sekolah luar biasa/sekolah khusus.
Mengingat kebutuhan pendidikan pada peserta didik autis sangat berbeda dengan anak
berkebutuhan khusus lainnya, maka disusun program intervensi interaksi, komunikasi,
dan perilaku anak autis sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan program layanan
pendidikan bagi peserta didik autis di sekolah luar biasa/sekolah khusus.

B. Landasan

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;


2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 2


5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk
Peserta Didik Penyandang Disabilitas
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar
Pengawas Sekolah/Madrasah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan Satuan Pendidikan;
10. Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 01 Tahun 2008 tentang Standar Proses
Pendidikan Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa, dan Tunalaras;
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus;
12. Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 33 Tahun 2008 tentang Standar Sarana
dan Prasarana SDLB, SMPLB, dan SMALB;
13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa;
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan;

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 3


20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2018 tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah; dan
21. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 10/D/KR/2017
tentang Struktur Kurikulum, Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar, dan Pedoman
Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus.

C. Tujuan

Pelaksanaan program pengembangan interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku bagi


peserta didik autis berpedoman kepada kemampuan peserta didik. Tujuan pembuatan
buku pedoman ini adalah sebagai acuan guru dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi program kebutuhan khusus bagi peserta didik autis baik yang berada di
Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif (SPPI).

D. Ruang Lingkup

Dalam buku pedoman pelaksanaan pengembangan interaksi sosial, komunikasi, dan


perilaku bagi peserta didik autis berisi antara lain: Bab I, yaitu pendahuluan,
menguraikan latar belakang, landasan hukum, tujuan dan ruang lingkup. Bab II konsep
program pengembangan interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. Bab II juga
menguraikan mengenai pengertian, tujuan, ruang lingkup, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pengembangan interaksi sosial, komunikasi, serta perilaku. Bab III,
Pelaksanaan pengembangan interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku menguraikan
tentang prinsip pelaksanaan, rambu-rambu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan: a.
asesmen, b. perencanaan, c. pelaksanaan program pengembangan interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku d. penilaian. Bab IV, Tindak lanjut, pada bab ini diuraikan
tentang prosedur dan pelaporan penilaian serta tindak lanjutnya, serta Bab V Penutup.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 4


BAB II
KONSEP INTERVENSI INTERAKSI SOSIAL, DAN PERILAKU PESERTA DIDIK
AUTIS

Interaksi sosial, komunikasi dan perilaku merupakan masalah utama yang dihadapi
oleh peserta didik autis. Kemampuan peserta didik autis untuk berinteraksi dengan teman
seusianya, berkomunikasi dengan orang lain, dan berperilaku adaptif dengan lingkungan
harus dikembangkan secara optimal. Jika masalah tersebut tidak tertangani dengan baik
sejak usia dini, maka tantangan di masa datang bagi peserta didik autis akan sangat berat.
Program kebutuhan khusus bagi peserta didik autis adalah program perencanaan,
penyediaan, pelaksanaan dan evaluasi yang diberikan kepada peserta didik autis agar
memiliki kemampuan dasar yang memadai sehingga peserta didik autis siap untuk
memasukan kehidupan nyata baik di lingkungan rumah, sekolah dan lingkungan
masyarakat.

A. Intervensi Interaksi Sosial Peserta Didik Autis

1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi


antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi merupakan
proses dimana orang-orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi
dalam pikiran dan tindakannya

Bagi anak pada umumnya kontak sosial dan komunikasi nampaknya


bisa dipenuhi namun lain halnya dengan peserta didik autis yang memiliki
gangguan (impairment). Ada tiga gangguan perkembangan peserta didik
autis yang berbeda dengan anak lainnya yang dikenal dengan “The Triad of
Impairments” yaitu imajinasi (imagination), interaksi sosial (social
interaction), dan komunikasi sosial (Social Communication). Gangguan
peserta didik autis dalam bidang interaksi sosial ditandai dengan
ketidakmampuan melakukan interaksi sosial yang optimal sebagaimana
anak lainnya atau dengan kata lain adanya kegagalan dalam menjalin
interaksi sosial dengan menggunakan perilaku non verbal. Hal ini biasa
dirasakan bahwa ketika kita berbicara dengan anak autis mereka tidak

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 5


melakukan kontak mata, tidak mampu memperlihatkan ekspresi wajah,
gesture tubuh, ataupun gerakan yang sesuai dengan tema yang menjadi
bahan pembicaraan. Di samping itu peserta didik autis tidak mampu
membangun interaksi sosial dengan orang lain sesuai dengan tugas
psikologi perkembangannya dan penurunan berbagai perilaku non-verbal
seperti kontak mata, expresi wajah, dan isyarat dalam interaksi sosial.

2. Tujuan

Pengembangan interaksi peserta didik autis adalah untuk


meningkatkan kesadaran diri di tengah orang lain dan lingkungan serta
berhubungan secara timbal balik dengan orang lain dalam kehidupan sehari-
hari.

3. Ruang ligkup

Ruang lingkup intervensi interaksi sosial peserta didik autis


1) Mampu bersosialisasi di lingkungan sekitar baik di sekolah, di rumah,
dan lingkungan sekitar/masyarakat.
2) Mampu mengikuti kegiatan permainan baik dengan teman di sekolah,
rumah dan sekitar rumahnya.

B. Pengembangan Komunikasi Peserta Didik Autis

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar bagi manusia, tanpa komunikasi


manusia tidak dapat berhubungan satu sama lain, baik dalam kehidupan sehari-hari di
rumah dan lingkungannya, dalam masyarakat luas antar negara, bangsa atau dimana
saja dan kapanpun manusia itu berada. Tidak ada manusia yang dapat berdiri sendiri
karena manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan. Keinginan untuk
berhubungan satu sama lain itu pada hakekatnya merupakan naluri manusia untuk
selalu berkelompok.

Komunikasi dapat diartikan sebagai proses pada seseorang yang berusaha


untuk memberikan pengertian dan informasi dengan cara menyampaikan pesan
kepada orang lain. Komunikasi merupakan wujud interaksi manusia dimana keduanya

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 6


ada ikatan dan saling mempengaruhi satu sama lain, baik sengaja atau tidak sengaja.
Komunikasi tidak hanya dalam bentuk verbal saja, namun termasuk ekspresi muka,
teknologi, dan lukisan seni.

Peserta didik autis mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena mereka


mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Sedangkan bahasa merupakan
media utama dalam komunikasi. Jadi apabila perkembangan bahasa mengalami
hambatan, maka kemampuan komunikasi pun akan terhambat. Bila akhirnya peserta
didik autis dapat berbicara, seringkali mereka tidak dapat mempertahankan
percakapan atau menggunakannya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini
karena adanya penggunaan bahasa yang kaku dan repetitif atau dikenal dengan
Bahasa yang tidak dimengerti sama sekali yang aneh. oleh karena itu dengan berbagai
usaha dilakukan oleh orang tua agar anaknya yang autis itu bisa berkomunikasi
dengan baik sebagaimana anak pada umumnya.

2. Tujuan

Tujuan dari pengembangan komunikasi peserta didik autis dalam program kebutuhan
khusus ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
2. Meningkatkan kemampuan Bahasa reseptif dan aktif

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam Pengembangan komunikasi peserta didik autis adalah:


1) Membangun kemampampuan komunikasi awal dengan benar
2) Meningkatkan kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikiran
3) Mengenal diri sendiri (aku)
4) Mengidentifikasi orang-orang atau tempat-tempat yang ada di sekitar
5) Memahami objek/benda yang ada di sekitar
6) Memahami kata perintah sederhana
7) Memahami instruksi sederhana

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 7


C. Pengembangan Perilaku Peserta Didik Autis

1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan
dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau
genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat
diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Perilaku manusia dipelajari dalam
ilmu psikologi, sosiologi, ekonomi, dan kedokteran. Benyamin Bloom, seorang
psikolog pendidikan membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif,
dan psikomotor yang selanjutnya dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu pengetahuan
(knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik (practice), yaitu perilaku yang
diwujudkan dalam bentuk tindakan.
Menurut Skener dalam Notoatmodjo, bahwa semua kegiatan atau aktifitas
manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar
(Notoatmodjo, 2003). Dalam pengertian lain perilaku dapat diartikan sebagai suatu
reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, baik dalam bentuk pasif (tanpa
tindakan nyata atau kongkrit) maupun dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit).
Sedangkan menurut Skiner, yang dikutif Notoatmojo (2003) bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
dan teorinya dikenal dengan teori ‘S-O-R’ atau Teori – Organisme – Respon.
Peserta didik autis autis memiliki masalah dalam mengorganisasi perilakunya,
kurang memiliki perilaku adaftif dan perilaku yang tidak fungsional. Singkronisasi
anatara pengetahuan, sikap dan tindakanya kurang harmoni. Hukum stimulus respon
terkadang tidak berjalan dengan baik.

2. Tujuan

Tujuan dari pengembangan perilaku peserta didik autis adalah menigkatkan


kemampuan beradaptasi, mampu memiliki kemampuan menirukan, dan memiliki
perilaku yang adaptif dan menurunkan/menghilangkan perilaku maladaptif.

3. Ruang Lingkup

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 8


Ruang lingkup dalam program pengembangan perilaku peserta didik autis ini
meliputi program:
1) Meningkatkan perilaku adaptif
2) Meminimalisir prilaku mal adaptif

D. Sensori

1. Pengertian

Kemampuan sensorik merupakan suatu keterampilan yang berhubungan


dengan fungsi pada semua indra di dalam tubuh. Sementara sel saraf sensorik sendiri
ialah sebuah sel saraf yang berguna untuk menerima rangsangan dari reseptor atau
penerima rangsangan yakni panca indra. Peserta didik autis sering mengalami
gangguan dalam mengintegrasikan sensoriknya.

Sensori integrasi merupakan sebuah proses di mana otak anak dapat


mengintegrasikan informasi yang berasal dari semua indera dengan baik, sehingga
tubuhnya dapat merespons sesuai dengan situasi yang dihadapi. Selain indera
penglihatan, penciuman, pengecap, pendengaran, serta peraba, sejak lahir anak
sebenarnya dibekali dengan dua indera lain, yaitu indera proprioseptif dan indera
vestibular. Sensori integrasi merupakan dasar yang sangat mendukung kemampuan
akademik anak dan keterampilan dalam bersosialisasi.

Individu dengan gangguan sensori integrasi sering kali salah mengartikan


informasi sensorik yang masuk. Individu ini merasa seperti dihujani dengan informasi
dan tidak mampu memproses informasi yang masuk. Anak yang mengalami gangguan
sensori integrasi akan membuat anak memahami lingkungan dengan cara berbeda,
baik hipersensitif (sangat sensitif) maupun tidak sensitif (hiposensitif). Jika kita
menemukan ciri-ciri berikut di atas pada anak, bisa jadi anak tersebut tengah
mengalami gangguan dalam mengintegrasikan sensori.

2. Tujuan

Tujuan dari Pengembangan pada aspek sensorik anak autis adalah untuk
meningkatkan kemampuan respon peserta didik autis atas berbagai sensorik yang
diterima sehingga memunculkan perilaku yang efektif bagi kehidupan sehari-harinya.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 9


3. Ruang Lingkup

a. Visual/penglihatan
b. Auditory/pendengaran
c. Olfactory/penciuman
d. Gustatory/ pengecap
e. Tactile/perabaan
f. Vestibular
g. Proprioseptik

E. Motorik

1. Pengertian

Keterampilan motorik meliputi keterampilan motorik kasar dan


motorik halus. Manifestasi hambatan motorik peserta didik autis terkait
dengan fungsi gerak koordinasi. Masalah fungsi motorik pada peserta didik
autis makin nyata dalam kehidupan sehari-hari ketika peserta didik autis
memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi dan perhatian, interaksi,
komunikasi dan perilaku yang kooperatif.

2. Tujuan

Tujuan dari kegiatan pengembangan pada aspek motorik adalah


untuk meningkatkan kemampuan gerak motorik baik motorik halus dan
motorik kasar yang bertujuan dan fungsional.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari

a. Melakukan latihan motorik halus


b. Melakukan latihan motorik kasar

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 10


F. Kemandirian

1. Pengertian

Kemandirian diartikan sebagai suatu kondisi dimana individu tidak


tergantung kepada orang lain dalam menentukan keputusan dan sikap
percaya diri. Kemandirian juga diartikan sebagai kemampuan diri dalam
mengelola waktu, berpikir dan melakukan kegiatan secara efektif, serta
bertanggungjawab atas semua keputusanya. Individu yang memiliki
kemandirian adalah individu yang dapat mengurus dirinya sendiri dalam
kehidupannya dan juga keberadaan dirinya sendiri diantara orang lain.

Peserta didik autis kurang memiliki kemandirian dalam merawat diri


sehingga kebutuhan dan kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari sangatlah bergantung kepada orang lain. Peserta didik autis perlu
dikembangkan/dilatih kemandiriannya, sehingga dapat membuat mereka
lebih percaya diri untuk menjalin interaksi dan komunikasi dengan orang
lain, walaupun kemandirian itu masih dalam tahap awal yaitu tentang
merawat diri dan kemandirian dalam kerja serta hidupnya.

2. Tujuan

Tujuan dari Pengembangan kemandirian peserta didik autis adalah


agar peserta didik autis menjadi lebih percaya diri dan tidak bergantung lagi
kepada orang lain dalam mengurus dirinya.

3. Ruang Lingkup

a. Mampu merawat diri sendiri


b. Kemandirian terkait dengan diri sendiri

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 11


G. Sarana dan Prasarana yang Dibutuhkan Dalam Pengembangan Interaksi Sosial,
Komunikasi, Perilaku, Serta Sensorik
Pelaksanaan program layanan bagi peserta didik autis harus didukung
dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang
disediakan hendaknya menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan
kondisi sekolah. Beberapa sarana yang dibutuhakan seperti ruang kelas, ruang
bermain, ruang khusus yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.
Sekolah dapat memodifikasi ruang yang ada di sekolah. Ruang terbuka juga
dapat digunakan.
Prasarana terkait dengan media belajar yang di sekolah dalam
pelaksanaan program layanan bagi anak autis seperti kartu gambar, foto
peserta didik, foto teman di kelas, foto guru dan anggota keluarga, balok
warna-warni, berbagai miniatur mainan, bola berbagai ukuran, puzzle, ayunan,
papan titian, seluncuran, lingkaran (holahop), matras, trampolin dan
sebagainya. Media-media ini tidak selalu harus bernilai mahal misalnya media
ayunan. Di beberapa sekolah menyediakan ayunan dengan cara membeli
dengan harga cukup mahal dan digunakan untuk di dalam ruangan. Tetapi
untuk sekolah lain dapat membuatnya sendiri dan di pasang di luar ruang
(pohon di halaman sekolah).

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 12


BAB III
PELAKSANAAN PENGEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL, KOMUNIKASI, DAN
PERILAKU ANAK AUTIS

A. Prinsip Pelaksanaan

Pendidikan dan pengajaran peserta didik autis pada umumnya


dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berkut:

1. Terstruktur

Pendidikan atau pemberian materi pembelajaran dimulai dari bahan


ajar/materi yang mudah ke yang sukar. Setelah kemampuan tersebut dikuasai,
ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat diatasnya namun merupakan rangkaian
yang tidak terpisah dari materi sebelumnya. Struktur pendidikan dan pengajaran bagi
peserta didik autis meliputi struktur (waktu, ruang, dan kegiatan).

2. Terpola

Kegiatan peserta didik autis biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola dan
terjadwal, baik di sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun tidur
sampai tidur kembali. Oleh karena itu dalam pendidikannya harus dikondisikan atau
dibiasakan dengan pola yang teratur. Namun, bagi peserta didik dengan kemampuan
kognitif yang telah berkembang, dapat dilatih dengan memakai jadwal yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya, supaya peserta didik dapat
menerima perubahan dari rutinitas yang berlaku (menjadi lebih fleksibel). Diharapkan
pada akhirnya peserta didik akan lebih mudah menerima perubahan, mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan (adaptif) dan dapat berperilaku secara wajar.

3. Terprogram

Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang
ingin dicapai dan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Prinsip ini berkaitan erat
dengan prinsip dasar sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan harus
dilakukan secara bertahap dan berdasarkan pada kemampuan peserta didik, sehingga
apabila target program pertama tersebut menjadi dasar target program yang kedua,
demikian pula selanjutnya.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 13


4. Konsisten

Dalam pelaksanaan pendidikan bagi peserta didik autis, prinsip konsistensi


mutlak diperlukan. Artinya: apabila peserta didik berperilaku positif memberi respon
positif terhadap sesuatu stimulan (rangsangan), maka guru pembimbing harus cepat
memberikan respon positif (reward/penguatan), begitu pula apabila peserta didik
berperilaku negatif (reinforcement). Hal tersebut juga dilakukan dalam ruang dan
waktu lain yang berbeda (maintenance) secara tetap dan tepat, dalam arti respon yang
diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.

Konsisten memiliki arti "tetap", bila diartikan secara bebas konsisten


mencakup tetap dalam berbagai hal, ruang, dan waktu. Konsisten bagi guru
pembimbing berarti; tetap dalam bersikap, merespon dan memperlakukan peserta
didik sesuai dengan karakter dan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu
peserta didik autis. Sedangkan arti konsisten bagi peserta didik adalah tetap dalam
mempertahankan dan menguasai kemampuan sesuai dengan stimulan yang muncul
dalam ruang dan waktu yang berbeda. Orang tua pun dituntut konsisten dalam
pendidikan bagi anaknya, yakni dengan bersikap dan memberikan perlakukan
terhadap peserta didik sesuai dengan program pendidikan yang telah disusun bersama
antara guru dan orang tua sebagai wujud dari generalisasi pembelajaran di sekolah
dan dirumah.

5. Continue

Pendidikan dan pengajaran bagi peserta didik autis sebenarnya tidak jauh
berbeda dengan peserta didik pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan
pengajaran yang berkesinambungan juga mutlak diperlukan bagi peserta didik autis.
Continue di sini meliputi kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran, program
pendidikan dan pelaksanaannya. Kontinuitas dalam pelaksanaan pendidikan tidak
hanya di sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan
lingkungan sekitar peserta didik. Kesimpulannya penanganan perilaku dan pendidikan
bagi peserta didik autis harus dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan
integral (menyeluruh dan terpadu).

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 14


B. Rambu-Rambu Pelaksanaan

Dalam melaksanakan program pengembangan interaksi, komunikasi, dan perilaku


peserta didik autis perlu memperhatikan rambu-rambu pelaksanaannya agar tidak
terjadi kesalahan dalam merancang program, melaksanakan dan mengevaluasi program
kegiatannya. Rambu-rambu yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Adanya program pengembangan interaksi, komunikasi, dan perilaku yang


dibuat tidak berdasarkan jenjang satuan pendidikan dan tingkatan kelas,
tetapi disesuaikan dengan jenis, klasifikasi, tingkat kemampuan peserta
didik, tingkat perkembangan emosi dan usia.
2. Melakukan asesmen untuk mengetahui kemampuan, ketidakmampuan,
potensi dan kebutuhan peserta didik autis sehingga dapat digunakan untuk
membuat program dan merancang kegiatan belajar/latihan yang dibutuhkan.
3. Metode, alat pengembangan untuk pelatihan, dan evaluasi diserahkan
sepenuhnya kepada guru dan berdiskusi dengan orang tua serta terapis jika
dibutuhkan.
4. Bentuk latihan pengembangan interaksi, komunikasi, dan perilaku
sebaiknya bervariasi, menarik perhatian, merangsang emosi serta menuntun
ke arah kesanggupan diri untuk melakukannya.
5. Penguasaan kompetensi dan penjabaran kompetensi ada yang harus
dilakukan secara berurutan dan ada yang tidak harus berurutan. Guru diberi
wewenang untuk memilih dan menentukan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan peserta didik.
6. Dalam proses pelaksanaan mengembangkan program kebutuhan khusus ini
guru harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

C. Prosedur Pelaksanaan:

1. Asesmen

Asesmen pada pengertian ini diartikan sebagai proses yang sistematis untuk
pengumpulan data seorang peserta didik sehingga dapat diketahui kemampuan dan
hambatan yang dihadapinya, dan pada akhirnya dari data tersebut dapat disusun
program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan obyektif serta

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 15


kebutuhan dari pesera didik tersebut. Jadi, asesmen ditujukan untuk melihat kondisi
anak saat ini dan dalam rangka menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat
melakukan intervensi secara tepat.

2. Asesmen Perkembangan

Asesmen dalam pendidikan khusus dapat dikelompokkan menjadi dua


kategori yaitu: a. asesmen berazaskan kurikulum (asesmen akademik), dan b. asesmen
berazaskan perkembangan (asesmen non-akademik). Pada program kebutuhan khusus
peserta didik autis menggunakan asesmen perkembangan.

Zaenal Alimin (2010) menjelaskan bahwa asesmen perkembangan adalah


kegiatan asesmen yang berkenaan dengan usaha mengetahui kemampuan yang sudah
dimiliki, hambatan perkembangan yang dialami, latar belakang mengapa hambatan
perkembangan itu muncul serta mengetahui bantuan/intervensi yang seharusnya
dilakukan. Asesmen perkembangan (non-akademik) meliputi asesmen perkembangan
perilaku, interaksi sosial, komnuikasi bahasa, kognitif, persepsi, motorik, sosial-
emosi, dan sensorik serta kemandirian. Seorang guru yang akan melakukan asesmen
perkembangan harus memahami secara mendalam tentang perkembangan peserta
didik.

3. Teknik Pelaksanaan Asesmen

Teknik pelaksanaan asesmen meliputi tes, wawancara, observasi, dan analisis


pekerjaan anak.

a. Tes

Tes biasanya dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu tes tertulis, tes secara lisan
dan tes kinerja/performan. Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut
jawaban secara tertulis, baik berupa tes objektif dan uraian. Tes secara lisan
adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara langsung. Sementara tes
perbuatan adalah berupa instruksi, dimana kita dapat melihat kemampuan anak
secara langsung.

b. Wawancara

Teknik wawancara bisa dilakukan kepada guru kelas, guru bidang studi, orang tua
dan keluarga laiannya yang dekat dengan peserta didik atau dapat dilakukan pada

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 16


teman anak untuk mengetahui kemampuan maupun riwayat anak dari yang
terdahulu hingga yang terbaru.

c. Observasi

Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil
pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi dilakukan dengan
cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya sesuai dengan
jenis perilaku yang akan diamati dan situasi yang akan diobservasi, misalnya
dalam kelas, waktu istirahat atau ketika bermain. Metode pencatatan, berapa lama
dan berapa kali observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi.

d. Analisis kinerja anak

Analisis kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik


mendemonstrasikan keterampilannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari
misalnya berupa kemahiran mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan untuk
melakukan kinerja tertentu, bersimulasi, ataupun melakukan pekerjaan yang
sesungguhnya.

D. Persiapan Pelaksanaan

1. Persiapan Penyusunan Materi

Penyusunan materi layanan interaksi, komunikasi dan perilaku peserta didik


autis dilakukan berdasarkan hasil asesmen. Hasil asesmen merupakan kesimpulan
yang menggambarkan kondisi kemampuan peserta didik autis. Dengan mengetahui
kondisi peserta didik autis maka guru dapat membuat kompetensi apa yang ingin
dicapai. Di bawah ini adalah Tabel Kompetensi dan Penjabaranya bagi Peserta Didik
Autis.

Tabel 3.1. Tabel Kompetensi dan Penjabaranya bagi Peserta Didik Autis

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 17


Aspek Kompetensi Penjabaran Kompetensi

Manifestasi Perilaku

Interaksi 1. Mampu bersosialisasi di  Kontak mata


Sosial lingkungan sekitar  Dapat menunggu giliran/antrian
 Mematuhi aturan sederhana
(boleh/tidak boleh dilakukan)

2. Mampu mengikuti  Memilih kegiatan sendiri


permainan dengan baik  Dapat bermain dengan teman
sebaya
 Melakukan permainan
terstruktur

3. Memahami aturan sosial  Mengenal aturan sosial di


lingkungan
 Menunjukan sikap
kebersamaan pada saat
berinteraksi dengan orang
 Berbagi dengan orang lain
 Mengenal benda fungsional
 Mengenal simbol sosial di
tempat umum
 Mengidentifikasi emosi
(senang,sedih,marah).

Komunikasi 1. Terampil melakukan  Instruksi sederhana/perintah


dan Bahasa komunikasi awal dengan satu tahap
benar  Dipanggil namanya
 Konsep meniru
 Konsep meminta
 Konsep menolak

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 18


Aspek Kompetensi Penjabaran Kompetensi

Manifestasi Perilaku

 Pengenalan anggota tubuh


 Pengenalan kata benda fungsi
sederhana
 Melakukan kontak mata pada
saat berkomunikasi
 Menirukan verbal vokal
 Menjawab “iya” setiap kali
namanya dipanggil
 Menjawab kabar sesuai dengan
kondisi pada saat itu
 Memberi salam pada saat
bertemu orang lain

2. Mampu mengungkapkan  Memanggil orang


perasaan dan pikiran disekitarnya/temannya
 Menyatakan keinginan secara
lisan: mau pipis, makan dan
minum
 Menjawab pertanyaan
sederhana mengenai apa

3. Mengidentifikasi orang-  Mengidentifikasi diri sendiri


orang atau tempat-tempat  Mengidentifikasi keluarga inti
yang ada di sekitar  Mengidentifikasi teman sekelas
 Mengidentifikasi guru-gurunya

4. Memahami objek/benda  Dapat menunjukan alat


yang ada di sekitar makan:sendok dan piring
 Dapat menunjukan alat

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 19


Aspek Kompetensi Penjabaran Kompetensi

Manifestasi Perilaku

minum:gelas
 Dapat menunjukan binatang:
ayam,bebek,kucing dsb
 Dapat menunjukan alat
transportasi:
mobil,motor,pesawat

5. Memahami kata perintah  Dapat melakukan perintah satu


tahap: duduk, berdiri, ke sini
dan ambil

Perilaku 1. Adaptif  Memiliki perilaku yang


kooperatif
 Mampu menirukan
gerakan/aktivitas

2. Maladaptif  Tantrum
 Menyakiti diri sendiri
 Menyendiri
 Sulit mengikuti aturan

Sensori 1. Visual/penglihatan  Tidak suka di tempat yang


Integrasi gelap
 Sensitif terhadap cahaya atau
pusing jika kena cahaya
 Mudah terdistraksi
 Kesulitan membedakan warna,
gambar, huruf, objek, angka
atau simbol

2. Auditory/pendengaran  Tidak suka mendengar suara

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 20


Aspek Kompetensi Penjabaran Kompetensi

Manifestasi Perilaku

tertentu
 Mudah terdistraksi dengan
suara
 Senang dengan suara musik
atau TV yang keras
 Tidak sadar dengan suara di
sekitar

3. Olfactory/penciuman  Menolak makanan karena tidak


suka baunya
 Terganggu dengan aroma
tertentu: farfum dll
 Sulit membedakan bau
 Tidak terganggu dengan bau

4. Gustatory/pengecap  Pemilih makanan (picky eater)


 Hanya suka dengan makanan
dingin atau panas
 Lebih suka makanan yang
tawar
 Tidak suka makanan yang
lembek
 Suka menjilat atau merasakan
benda
 Rasa makanan harus kuat
(pedas, gurih dll)
 Senang dengan makanan yang
keras (kriuk)

5. Tactile/perabaan  Menghindari banyak orang

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 21


Aspek Kompetensi Penjabaran Kompetensi

Manifestasi Perilaku

 Menggunakan ujung-ujung jari


 Tidak suka menyentuh yang
lembek, kotor
 Terganggu dengan pakaian
yang agak kasar, berlabel dll
 Tidak suka di sentuh atau di
peluk
 Tidak sadar jika dirinya
kotor,basah dll
 Kurang reaksi terhadap rasa
nyeri dll

6. Vestibular  Takut terhadap gerakan


sederhana
 Takut dengan ketinggian
 Kurang suka dengan aktifitas
fisik
 Senang di ayun dengan
kencang
 Senang menggoyang-
goyangkan kursi/benda yang
didudukinya
 Tidak mau diam loncat-loncat

7. Proprioseptif  Cenderung clumsi diam,malas-


malasan
 Tidak suka olahraga
 Kecenderungan jatuh, postural

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 22


Aspek Kompetensi Penjabaran Kompetensi

Manifestasi Perilaku

aneh
 Makan berantakan
 Sulit memanipulasi objek kecil
 Suka nubruk-nubruk jika
berjalan
 Suka menjatuhkan diri
 Menggigit-gigit sesuatu
 Membenturkan kepala

Motorik 1. Mampu melakukan latihan  Memasang puzzle 1 keping


motorik halus  Memasukan benda ke dalam
botol
 Memegang alat tulis
 Meronce manik-manik dengan
tepat
 Meremas kertas, plastisin atau
kain dengan menggerakkan
seluruh jari
 Menyobek
 Mengelem dan menempel

2. Mampu melakukan latihan  Melempar dan menangkap bola


motorik kaar dengan benar
 Menarik suatu benda
 Melompat dengan dua kaki
dari lingkaran satu ke lingkaran
lainnya.
 Dapat berguling di atas matras
 Mengangkat beban

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 23


Aspek Kompetensi Penjabaran Kompetensi

Manifestasi Perilaku

Pengembangan 1. Mampu merawat diri  Dapat melakukan kegiatan


Diri sendiri buang air kecil (pipis)
 Melakukan kegiatan buang air
besar (BAB)

2. Kemandirian terkain  Membuka makanan kemasan


dengan diri sendiri  Mengambil nasi dan lauk
sendiri
 Makan menggunakan
tangan/sendok dan garpu
 Minum menggunakan gelas
atau cangkir

2. Pelaksanaan program pengembangan interaksi sosial, komunikasi, dan


perilaku, sensorik, motorik, dan kemandirian
a) Pelaksanaan program Intervensi Sosial
1. Mampu bersosialisasi di lingkungan sekitar

 Kontak Mata
 Guru menyapa peserta didik sambil menyebut namanya
 Peserta didik merespon sapaan/panggilan guru
 Guru mengajak peserta didik berbicara dengan saling berhadapan dan
sejajar
 Guru memandang mata peserta didik
 Peserta didik merespon memandang kontak mata guru
Catatan: Jika kontak mata belum bisa anak di latih terlebih dahulu
kontak dengan benda

 Dapat menunggu giliran/antrian

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 24


 Guru memberikan pemahaman untuk sabar menunggu giliran contoh
antri waktu masuk kelas, antri saat membeli makanan di kantin dan
menunggu giliran di rumah sakit/ dokter.
 Guru mengkondisikan peserta didik berbaris rapi
 Guru memberi instruksi ke peserta didik masuk kelas satu persatu
 Peserta didik masuk satu persatu dengan tertib menuju kursinya masing
masing.

 Mematuhi aturan sederhana (boleh/ tidak boleh di lakukan)

 Guru memberi arahan/penjelasan tentang aturan sederhana boleh/tidak


boleh di lakukan
 Guru menyiapkan beberapa gambar sesuai dengan materi
 Guru memberi contoh mengambil salah satu gambar dan
memperlihatkan pada peserta didik.
 Peserta didik mengerti arti kata “Ya” untuk hal-hal yang boleh
dilakukan
 Peserta didik mengerti kata “tidak“ untuk hal-hal yang tidak boleh
dilakukan.

2. Mampu mengikuti permainan dengan baik


 Memilih kegiatan sendiri

 Guru memperlihatkan beberapa foto kegiatan


 (bermain, berkebun, belajar)
 Peserta didik mengamati gambar
 Peserta didik memilih salah satu kegiatan dengan menunjuk gambar
 Guru membimbing peserta didik dalam melakukan kegiatan
yang telah di pilih oleh peserta didik
 Guru memberikan informasi tentang berbagai macam
permainan
 Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menunjuk permainan
yang lain

 Bermain dengan Teman Sebaya

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 25


 Guru mengajak peserta didik bermain secara berkelompok
 Peserta didik dapat bermain dengan teman sebaya
 Guru mengintruksikan peserta didik cara bermain bersama
 Peserta didik ikut aktif/tidak perduli dengan teman sekelasnya untuk
bermain bersama
 Pesrta didik
 Melakukan permainan terstruktur
 Guru menunjukkan beberapa puzel pada anak.
 Peserta didik meminta sesuai yang dibutuhkan
 Guru memberikan contoh menyusun puzel
 Peserta didik menyusun puzel dengan bimbingan guru
 Peserta didik dapat bermain dengan waktu yang telah ditentukan
 Peserta didik dapat mengikuti aturan dalam bermain

3. Memahami aturan sosial


 Mengenal aturan sosial di lingkungan
 Guru memberikan contoh aturan-aturan sosial seperti: menghormati
orang tua, menghormati guru, menghormati orang yang lebih tua,
menghormati orang lain di lingkungan.
 Peserta didik mematuhi aturan sesuai contoh guru atau yang ada di
gambar
 Menunjukkan sikap kebersamaan pada saat berinteraksi dengan orang lain
 Peserta didik dapat bersikap toleran dengan teman sekelasnya.
 Peserta didik menunjukkan sikap kebersamaan dengan orang lain
 Peserta didik menunjukkan sikap kebersamaan dengan anggota
keluarga
 Peserta didik menunjukkan sikap kebersamaan dengan tetangga

 Berbagi dengan orang lain

 Guru memberikan pemahaman tentang bersosialisasi dengan teman,


mau meminjamkan barang miliknya dengan senang hati

27
Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 26
 Peserta didik meminjamkan barang miliknya apabila ada teman yang
tidak membawa pensil/penghapus

 Mengenal benda fungsional


 Guru menunjukkan benda yang ada di lingkungan sekolah dan
menyebutkan fungsinya.
 Peserta didik menyebutkan nama benda dan fungsinya yang ada
disekitar sekolah
 Guru menunjukkan gambar benda yang ada di lingkungan rumah
serta menyebutkan fungsinya
 Peserta didik menyebutkan nama benda dan fungsinya yang ada di
lingkungan rumah
 Mengenal simbol sosial di tempat umum
 Mengena tempat umum rumah ibadah, sekolah, pasar, taman, bank,
rumah sakit, terminal, stasiun, bandara.
 Guru menunjukkan gambar rumah ibadah dan menjelaskan
kegunaannya
 Guru menunjukkan gambar sekolah dan menjelaskan kegunaannya
 Guru menunjukkan gambar pasar dan menjelaskan kegunaannya
 Guru menunjukkan gambar taman dan menjelaskan
kegunaannya
 Guru menunjukkan gambar Bank dan menjelaskan kegunaannya
 Mengidentifikasi emosi (senang, sedih, dan marah)
 Guru mengenalkan macam-macam emosi dengan gambar mau pun
secara langsung (untuk awal berikan 1-3 emosi, setelah konsisten
barulah mengenalkan emosi-emosi yang lain).
 Berikan anak pemahaman tentang perbedaan dari masing- masing
emosi.
 Guru menunjukan gambar dan mengekspresikan bentuk emosi
 Peserta didik dapat menunjukkan gambar emosi dan mengekspresikan
bentuk emosi tersebut

b) Terampil Melakukan Latihan Komunikasi

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 27


Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
1. Terampil melakukan latihan komunikasi
 Instruksi sederhana / perintah satu tahap: duduk, berdiri, kesini, ambil,
simpan/taruh, dan tepuk tangan
Tahap awal:
 menirukan gerakan.
 melakukan gerakan secara bersamaan.
 membantu secara penuh terkait dengan gerakan yang diberikan.
 menggunakan gambar atau simbol sesuai dengan yang diinstruksikan
 Dipanggil namanya
Tahap awal:
 Bantu penuh dengan mengarahkan peserta didik kearah sumber suara
 Dapat pergunakan reward yang menstimulasi peserta didik
 intonasi suara yang jelas dan tegas
 berikan reward yang menstimulasi peserta didik

 Konsep meniru tangan ke atas, tepuk tangan, tangan kesamping, tangan ke


depan, hentakkan kaki, dan memukul meja
Tahap awal:
 Guru menunjukkan gerakan yang dimaksudkan sambil mengarahkan
peserta didik melakukan gerakan yang sama
 Memberikan bantuaan penuh dengan dibantu oleh pendamping guru untuk
membantu secara penuh terkait dengan gerakan yang akan ditirukan
 Menunjukkan gambar gerakan yang akan ditiru secara bersamaan
melakukan gerakan yang dimaksudkan, tetap dengan bantuan guru kelas
dan guru pendamping
 Adanya pengulangan secara berkala
 Pengaturan intonasi suara dalam menyampaikan informasi gerakan apa
yang akan ditirukan
 Berikan reward yang cukup dapat menstimulasi peserta didik
 Konsep meminta
Tahap awal

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 28


 Guru mencontohkan gerakan memita dihadapan peserta didik secara
individu
 Adanya pendamping guru untuk membantu peserta didik ketika akan
melakukan proses meniru konsep meminta
 Lakukan dengan konsisten disertai ketegasan intonasi suara pada saat
menyampaikan instruksi tersebut
 Berikan reward yang menarik sehingga peserta didik terstimulasi
 Konsep menolak
 role model dengan menunjukkan gerakn menolak secara bahasa tubuh
(gusture)
 bantu penuh dengan adanya guru pendamping dengan mengarahkan
gerakan konsep menolak
 bantuan gambar apabila peserta didik visual
 berikan reward yang dapat menstimulasi peserta didik
 Pengenalan angota tubuh seperti, mata, mulut, hidung, rambut, tangan, kaki
 visualisasi gambar anggota tubuh
 peragakan langsung/ role model
 Pengenalan kata benda fungsi sederhana: piring, gelas, sendok, garpu.

Tahap awal:

 benda nyata
 menyamakan benda identik
 menyamakan gambar identik
 menyamakan gambar identik ke benda

c) Terampil Melakukan Latihan Perilaku

Langkah- langkah pelaksanaan program :

 Tantrum
 guru mencari tahu apa penyebab tantrum
 berikan input Calmdown dgn beberapa teknik contoh peluk beruan
 ignor (abaikan)
 Menyakiti diri sendiri

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 29


 Hindarkan peserta didik dari benda-benda dan lingkungan berbahaya
 Alihkan, kemudian Berikan aktifitas/benda yg disukai peserta didik

 Menyendiri
 Tidak membiarkan peserta didikasyik sendiri
 Berrikan input /stimulus/rangsangan yang dapat menarik perhatian peserta
didik
 Sulit mengikuti aturan
 Sodorkan gambar setiap aktifitas yg akan dilakukan
 Berikan aktifitas satu persatu dan dimulai dari yg disukai
 Dampingi terus dalam setiap kegiatan
 Memiliki perilaku yang kooperatif
 Duduk dengan tenang selama 5-10 menit
 Dapat memperhatikan/fokus pada kegiatan belajar di kelas
 Dapat mengikuti/melakukan kegiatan sederhana; pasang puzzle, mewarnai
bebas dsb.
 Dapat mengikuti aturan, mudah dialihkan kembali
 Dapat memanipulasi mainan sesuai dengan fungsinya
 Mampu menirukan gerakan/aktivitas
 Dapat menirukan gerakan motorik kasar; angkat tangan, tepuk tangan,
lompat, berguling dsb. Dari gerakan yang sederhana sampai yang komplek

d) Terampil Melakukan Latihan Motorik


1. Melakukan kegiatan terkait dengan visual/Penglihatan
 Tidak suka di tempat gelap.
 Guru tidak memaksa peserta didik masuk kedalam tempat/ruangan gelap
 Guru melatih peserta didik bertoleransi pada ruang gelap dgn cara
menurunkan cahaya dr yg terang hingga agak gelap. (butuh waktu
berulang-ulang)
 Bermain ciluk ba dengan tangannya sendiri kemudian dgn kain. Dst
 Sensitif terhadap cahaya atau Pusing jika kena cahaya
 Guru harus memahami saat seperti apa dan kapan peserta didik tidak suka
dgn cahaya terang

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 30


 Tidak memaksa peserta didik pada ruangan dengan cahaya terlalu terang
tidak selalu menghindarkan peserta didik dengan ruangan atau cahaya
terang
 Secara perlahan membiasakan peserta didik melihat atau berada di
ruangan yg terang
 Jika bepergian pesiapkan kaca mata yg berubah warna/kacamata gelap.
Catatan: hal-hal di atas bertujuan menghindarkan peserta didik menjadi
tantrum
 Mudah terdistraksi
 Berikan aktifitas dengan alat/mainan satu persatu dengan durasi waktu
bergradasi
 Hindarkan peserta didik dr stimulus lain saat mengerjakan tugas
 Jika di dalam kelas saat mengerjakan tugas posisikan peserta didik
menghadap dinding
 Berikan aktifitas untuk meningkatkan konsentrasi.
Contoh:
1. Memindahkan biji2an dari 1 tempat ke tempat lain dengan jarak
tertentu (50 cm) menggunakan sendok. (motorik halus)
2. Memindahkan bendera dari 1 tempat ke dalam botol dgn jarak tertentu
mis: 2-4 m (motorik kasar)

Catatan: jika peserta didik masih kesulitan boleh di promt terlebih


dahulu

 Kesulitan membedakan warna, gambar, huruf, objek, angka atau simbol. Latih
peserta didik dengan tahapan:
 Mulai perkenalkan dari menjodohkan dgn perbedaan yang kontras terlebih
dahulu baik dari bentuk atau warnanya misalnya merah dengan biru dst.
 Diawali dari benda/bentuk yang kongkrit, semi kongkrit, semi abstrak dan
abstrak.

1. Melakukan kegiatan terkait dengan Auditory/pendengaran


 Tidak suka mendengar suara tertentu /mudah terdistraksi dengan suara

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 31


 Jangan paksakan peserta didik mendengarkan suara/bunyi yang tidak
disukai
 Tidak menghindarkan peserta didik mendengar suara/bunyi yang tidak
disukai
 Biarkan peserta didik mendengarkan suara/bunyi tertentu yg tidak disukai
secara natural

2. Melakukan kegiatan terkait dengan Olfactory/ Penciuman


 Menolak makanan karena tidak suka baunya /Terganggu dengan aroma
tertentu mis; Parfum
 Tidak menghindarkan peserta didik dengan bau yg tidak disukai, biarkan
mencium secara natural
 Latih peserta didik mencium berbagai macam bau
 Mulai dari 1 macam bau yg familier bagi peserta didik dengan aroma yg
soft (secara berulang)
 Perkenalkan terus macam-macam bau yang lainnya (diwaktu yang
berbeda)
 Sulit membedakan bau/ tidak terganggu dengan bau
 Latih peserta didik mencium berbagai macam bau
 Mulai dari 1 macam bau yang streng (kuat)
 Perkenalkan terus macam-macam bau yang lainnya (diwaktu yang
berbeda)
 Perkenalkan 2 macam bau yang kontras di awali dengan yang soft dan
kemudian yang streng (kuat), dst.

3. Melakukan kegiatan terkait dengan Gustatory/ Pengecap


 Peserta didik yang mengalami gangguan ini biasanya:

Pemilih makanan (picky eater), hanya suka dengan makanan dingin atau
panas.Lebih suka makanan yang tawar, Tidak suka makanan yang lembek,
Suka menjilat atau merasakan benda, Rasa makanan harus kuat (pedas, gurih
dll), Senang dengan makanan yang keras (kriuk)

 perkenalkan berbagai macam makanan dengan berbagai macam tekstur.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 32


 perkenalkan berbagai macam makanan dengan berbagai macam rasa.
 perkenalkan berbagai macam makanan dengan berbagai macam suhu.

Catatan: jika pengecapnya hypersensitif, awal dari yg soft dan makanan


peserta didik suka berikan perubahannya secara perlahan.

4. Melakukan kegiatan terkait dengan Tactile/ Perabaan


 Menghindari banyak orang, Menggunakan ujung-ujung jari, Tidak suka
menyentuh yang lembek, kotor, Terganggu dengan pakaian yg agak kasar,
berlebel, Tidak suka di sentuh atau di peluk, Tidak sadar jika dirinya kotor,
basah, Kurang reaksi terhadap rasa nyeri dll
 Bagi peserta didik hyperaktif jangan menyentuh/memegang peserta didik
dengan sentuhan ringan krn akan menambah hypersensitifnya
 Jangan di takuti atau di sentuhkan dengan benda-benda berbulu atau
lembek tetapi biarkan bereksplorasi secara natural
 Ajak peserta didik pada lingkungan dengan berbagai macam tekstur
 Ajak peserta didik bermain Playdoch/cley, bermain pasir
 Ajak peserta didik bermain air (memindahkan air dengan busa) dengan
suhu berbeda (air hangat dan air es)
 Melukis dengan jari

5. Melakukan kegiatan terkait dengan Vestibular (Hypersensitif terhadap


Vestibular)
 Takut terhadap gerakan sederhana, Takut dengan ketinggian, Kurang suka
dengan aktifitas fisik
 Ajak peserta didik berjalan di atas pematang sawah dengan bimbingan
 Ajak peserta didik melakukan berbagai aktifitas main perosotan mulai dari
didamping sampai dapat melakukan sendiri.
 Ajak peserta didik bermain dengan papan titian
 Bermain bola
 Senang di ayun dengan kencang, Senang menggoyang goyangkan kursi/benda
yang didudukinya, tidak mau diam loncat-loncat. (Hypo terhadap Vestibular)

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 33


 Ajak peserta didik bermain trampolin., tanpa tantangan dan dengan
tantangan contohnya: melompat di trampolin sambil menangkap dan
melempar bola
 Ajak peserta didik bermain perosotan (stop and Go) contohnya: peserta
didik meluncur di tengah2 minta/ tahan agar berhenti, lalu teruskan
meluncur
 Ajak peserta didik bermain ayunan (Stop and Go) Contohnya: peserta
didik main Ayunan dengan kencang langsung distop atau tahan berhenti
beberapa saat, kemudian ayun lagi. Lakukan berulang ulang.

6. Melakukan kegiatan terkait dengan Proprioseptif


 Peserta didik dengan gangguan proprioseptif pada umumnya, Cenderung
clumsi diam, malas-malasan, tidak suka olahraga, postural yang aneh, makan
berantakan, sulit memanipulasi objek kecil, suka nubruk nubruk, suka
menjatuhkan diri, menggigit gigit sesuatu atau membenturkan kepala.
Latihan yang dapat di berikan
 Ajak peserta didik bermain trampolin
 Ajak peserta didik bermain memindahkan balok
 Bermain seluncuran
 Ajak peserta didik berenang /bermain di dalam air. Cont: bejalan di dalam
air dari satu sisi kolam ke sisi kolam lain.

e) Pelaksanaan Program Motorik


1. Mampu melakukan kegiatan motorik halus
 Memasang puzzel 1 keping
 Guru menyediakan media puzzel 1 keping
 Guru memberikan intruksi kepada peserta didik untuk memasang
kepingan puzzel sesuai dengan bentuknya
 Peserta didik memasang puzzel sesuai bentuknya
 Bantu peserta didik bila kesulitan dalam menempatkannya
 Latihan ini dapat di lakukan secara klasikal maupun individual

 Memasukkan benda ke dalam botol

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 34


 Guru menyediakan benda–benda kecil berbagai bentuk
 Peserta didik mengambil benda tersebut dengan jari tangan (pinset grap)
dengan memasukkan ke dalam botol
 Peserta didik melakukan kegiatan tersebut secara berulang-ulang.

 Memegang alat tulis


 Gurumendemonstrasikan cara memegang alat tulis
 Peserta didik untuk memegang alat tulis dengan benar
 Guru membimbing peserta didik untuk belajar menulis
 Peserta didik memegang alat tulis dengan benar tanpa bantuan guru
 Peserta didik menulis dengan benar sesuai contoh

 Meronce manik-manik dengan tepat


 Guru memberikan contoh cara meronce manik-manik kepada peserta
didik
 Dimulai dengan yang berukuran besar sehingga menjadi (gelang, kalung)
dan secara bertahap meronce manic-manik yang berukuran lebih kecil
 Peserta didik meronce manik-manik yang berukuran besar/sedang dengan
bimbingan guru sehingga menjadi rangkaian (kalung, gelang)
 Peserta didik meronce manik-manik berukuran kecil setelah menguasai
meronce manik-manik besar dengan bimbingan guru

 Meremas kertas, plastisin atau kain dengan menggerakkan seluruh jari

 Guru memberikan contoh cara-cara meremas/membentuk plastisin


sehingga menjadi bentuk sesuai yang diinginkan
 Meremas kertas, plastisin atau kain dengan menggerakkan seluruh jari
 Peserta didik dengan bimbingan guru meremas-remas kertas dengan
menggerakkan seluruh jari sebanyak-banyaknya
 Guru mendemonstrasikan cara meremas-remas plastisin dan membentuk
tiruan benda sederhana.
 Peserta didik mengulang-ulang kegiatan meremas kertas dan meremas
plastisin

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 35


 Menyobek

 Guru mendemonstrasikan cara membalik kertas, kemudian peserta


didik membalik-balik kertas yang disediakan guru
 Guru memberi contoh cara menyobek kertas dengan tidak beraturan
kemudian peserta didik menyobek kertas yang telah disediakan
 Guru memberi contoh cara melipat kertas sama besar, kemudian
peserta didik mengikuti contoh guru untuk melipat kertas dengan rapi.

 Mengelem dan menempel

 Guru menyediakan media untuk kegiatan mengelem yakni kertas hvs,


oligarmi, dan lem.
 Guru memberikan tugas mengelem bentuk sesuai bentuk gambarnya.
 Guru membantu peserta didik mengelem dengan jarinya atau
menggunakan media stik untuk mengambil lem.
 Bantu peserta didik yang tidak nyaman bersentuhan dengan lem secara
langsung.

2. Mampu melakukan latihan motorik kasar

 Melempar dan menangkap bola dengan benar

 Guru menyiapkan bola dengan berat dan ukuran tertentu


 Guru berdiri di depan peserta didik dengan jarak tertentu (1-2 meter).
 Guru melempar bola dan peserta didik menangkap bola.
 Posisikan peserta didik untuk menengadahkan kedua tangannya/posisi
menangkap bola.
 Guru melempar bola tepat pada kedua tangan peserta didik
 Guru meminta peserta didik untuk melempar bola kea rah guru.
 Posisikan kedua tangan melempar bola dari atas.
 Guru membantu peserta didik jika kesulitan dalam melempar dan
menangkap bola

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 36


 Menarik suatu benda

 Guru menyiapkan media yang akan di gunakan


 Guru mendeminstrasikan menarik benda
 Peserta didik melakukan cara menarik benda dengan posisi yang benar

 Melompat dengan dua kaki dari lingkaran satu ke lingkaran lainnya


 Guru menyiapkan media lingkaran holahop atau media lainnya seperti
tali, kotak ubin, gambar bentuk menggunakan kapur dan lain
sebagainya.
 Guru memposisikan peserta didik untuk berada di dalam lingkaran.
 Guru memberikan instruksi kepada peserta didik untuk melompat.
 Guru membantu peserta didik melompat dengan memberikan pegangan
lengannya kepada peserta didik.
 Lakukan beberapa kali dan dorong peserta didik untuk melompat
dengan dua

 Dapat berguling di atas matras

 Guru memberikan contoh cara berguling ke depan di atas matras.

 Peserta didik melakukan berguling di atas matras sesuai contoh guru.

 Guru memberikan contoh cara berguling ke belakang di atas matras.

 Peserta didik melakukan berguling ke belakang sesuai contoh guru

 Mengangkat beban

 Guru memberikan contoh cara mengangkat beban dengan kedua


tangan
 Peserta didik melakukan cara mengangkat beban dengan kedua
tangan
 Peserta didik melakukan megangkat beban sesuai dengan contoh

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 37


f) Mampu Melakukan Kegiatan Terkait dengan Pengembangan Diri
1. Mampu merawat diri sendiri
Langkah- langkah pelaksanaan program :
 Melakukan Buang air kecil/ besar di wc jongkok atau wc duduk
 Membuka pintu, masuk kamar mandi dan menutup pintu
 Membuka celana luar dan dalam
 Jongkok /duduk di atas wc/cloosed dengan tepat dan benar.
 Melakukan buang air kecil / besar
 Cebok menggunakan gayung
 Memakai kembali celana dalam dan celana luar.
 Mencuci tangan dengan sabun.
 Mengeringkan tangan dengan tisu
 Membuka kunci pintu, membuka dan keluar dari kamar mandi
 Menutup kembali pintu

 Memakai baju
 Mengambil baju dan celana dari lemari
 Membuka kancing baju
 Memasukkan lengan baju kanan ke tangan kanan
 Memasukkan lengan baju kiri ke tangan kiri
 Mengancingkan baju dengan tepat sampai selesai
 Membuka kancing dan retsleting celana
 Memasukkan kaki kanan ke lobang celana sebelah kanan
 Memasukkan kaki kiri ke lobang celana sebelah kiri
 Menancingan/ menarik retsleting celana

 Melakukan kegiatan mandi sendiri


 Membuka pintu masuk kamar mandi dan menutup kembali pintu.
 Menanggalkan baju, celana, kaos dalam dan celana dalam
 Membuka kran air.
 Membasahi/menyiram seluruh badan dengan gayung.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 38


 Menggosokkan sabun ke seluruh tubuh dan
 Menggosoknya hingga merata ke badan.
 Menyiram seluruh tubuh dengan gayung sampai bersih.
 Mengeringkan badan dengan handuk.
 Keluar kamar mandi dan menuup pintu kamar mandi

 Melepas sepatu dan kaus kaki


 Peserta didik duduk di kursi
 Peserta didik dengan bimbingan guru melepas ikatan tali sepatu
 Melepas sepatu bergantian kaki kanan dan kiri
 Melepasakan kaos kaki kanandan kiri
 Menyimpan kaos kaki di tempat cucian/keranjang pakaian kotor

2. Kemandirian terkait dengan diri sendiri


 Membuka makanan kemasan
 Guru menyediakan makanan kemasan yang akan di kenalkan
 Peserta didik memegang makanan kemasan
 Peserta didik mencoba membuka dengan kedua tangan atau gunting
 Menggunting / membuka ujung kemasan makanan

 Mengambil dan lauk sendiri


 Guru menyediakan sarana makan
 Guru menyediakan makanan nasi dengan lauk pauknya
 Guru memberikan latihan kepada peserta didik cara mengambil lauk
sendiri
 Guru dapat membantu mengambil lauk sendiri dengan baik

 Makan menggunakan tangan/sendok dan garpu


 Guru menyediakan sarana makan
 Guru menyediakan makanan nasi dengan lauk pauknya.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 39


 Guru memberikan latihan kepada peserta didik untuk menyendok
nasi.
 Guru dapat membantu menyendok nasi dan meletakkan lauk pauknya
dan peserta didik mengankat dan memasukkan ke mulutnya.
 Pastikan nasi dan laukpauknya tidak tertumpah.
Catatan: latihan ini dapat dilakukan sebagai aktifitas pembiasaan pada
saat makan bersama.

 Minum menggunakan gelas/cangkir


 Guru menyiapkan gelas yang berisikan air minum.
 Guru memberi kesempatan peserta didik untuk minum sendiri.
 Guru membantu mengarahkan gelas minum kea rah bibir peserta
didik.
Catatan: latihan ini dapat dilakukan bersama dengan kegiatan makan
bersama. Pembiasaan.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 40


BAB IV
PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
A. Penilaian

Penilaian bertujuan untuk menjamin bahwa proses dan kinerja yang dicapai telah
sesuai dengan rencana dan tujuan. Penilaian merupakan salah satu aspek penting dalam
pembelajaran agar sebagian besar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya
secara optimal. Penilaian dilakukan secara terus menerus. Penilaian juga dilakukan untuk
mengetahui dan memantau perubahan serta kemajuan yang dicapai peserta didik.
Penilaian pembelajaran dilakukan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Penilaian pada program layanan peserta didik autis dilihat dari keberhasilan peserta
didik mencapai indikator yang dibuat. Dengan melakukan penilaian, guru dapat
menentukan efektifitas pembelajaran bagi peserta didik autis. Penilaian pada program
layanan peserta didik autis dominan berbentuk diskriptif. Kalaupun terdapat penilaian
kuantitatif, guru sebaiknya membubuhkan keterangan yang menyertainya. Beberapa
teknik penilaian pada program layanan peserta didik autis sebagai berikut:
1. Guru dapat memberikan penilaian secara kuantitatif dimana ketercapaian program
diukur dari frekuensi perilaku muncul, perilaku yang dapat diamati baik dari aktifitas,
kemampuan komunikasi, interaksi, emosi, sensori dan kemandirianya.
2. Guru dapat memberikan penilaian kualitatif (diskripsi) dari kemampuan yang dicapai
berdasarkan hasil dari pengamatan secara terus menerus dan dari berbagai sumber
informasi (guru lainnya).
3. Penilaian kualitatif bermanfaat memberikan informasi yang detail tentang tingkat
kemampuan, hal-hal yang mendukung dan menghambat ketercapaian program materi.
Dalam penilaian ini, selain hasil juga didiskripsikan kondisi peserta didik dan
prosesnya sehingga hasil penilain ini dapat memberikan gambaran kondisi
kemampuan peserta didika autis secara faktual.
4. Guru dapat melakukan penilaian secara kombinasi dari dua penilaian di atas
(kuantitatif dan kualitatif).

B. Tindak Lanjut

Hasil penilaian memberikan informasi kepada guru untuk memberikan tindak lanjut
dari program layanan bagi peserta didik autis. Pada umumnya tindak lanjut dilakukan

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 41


setelah waktu pelaksanaan dari program selesai (satu semester dan satu tahun). Tindak
lanjut dilakukan sebagai bentuk respon dari penilaian program, baik tercapai maupun
tidak tercapaian program oleh peserta didik autis.
Pada praktiknya program layanan peserta didik autis sangat memungkinkan tindak
lanjut tidak dilakukan pada akhir semester atau satu tahun. Jika hasil penilaian
menunjukkan perkembangan yang berarti, menunjukkan hasil sesuai indikator yang
diinginkan maka guru dapat mengubah materi sesuai kebutuhan peserta didik autis
sebelum pada waktu yang ditentukan. Tidak harus menunggu hingga satu semester atau
satu tahun.
Tindak lanjut adalah suatu fase dari salah satu pelaksanaan program layanan peserta
didik autis. Tindak lanjut sangat penting untuk menentukan/merespon atas hasil dari
pelaksanaan program layanan. Pada bagian ini, proses penilaian terhadap keberhasilan
dan kegagalam program harus memberikan informasi tentang hal-hal apa yang
menjadikan hasil sedemikian rupa sehingga diperlukan tindak lanjut. Tidak lanjut dapat
berupa mengubah program, mengubah prosedur, menghentikan program dan
menggantikannya dengan program yang lain. Oleh karenanya, keterlibatan semua
komponen yang dibutuhkan harus ada. Guru, terapis, orang tua dan profesi lain yang
dibutuhkan sebaiknya terlibat dalam pembahasan masalah program bagi peserta didik
autis di SLB.
Untuk melakukan penilaian dibutuhkan beberapa instumen dan tamplate sebagai
kelengkapannya. Instumen dan tamplate bersifat fleksibel dan fungsional. Guru sangat
memungkinkan untuk menambah dan atau mengubah isi, bentuk, format atau elemen-
elemen lainnya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Di bawah ini adalah beberapa
contoh tabel penilaian program motorik kasar, Prosedur dan Pelaporan Penilaian Serta
Tindak Lanjutnya
Tabel 4.1 Tabel Penilaian Program Motorik Kasar

No Kompetensi Indikator Penilaian Ket

M MB TM

1 Interaksi Sosial

2 Komunikasi

3 Perilaku

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 42


No Kompetensi Indikator Penilaian Ket

M MB TM

4 Sensorik

5 Motorik  Melempar dan menangkap


bola
a. Motorik kasar
 Merobek dan melipat
kertas
 Mendorong dan menarik
beban
 Membuka menutup suatu
objek
 Berlari sambil membawa
sesuatu tanpa jatuh
 Berbaring dan berguling
ke arah kiri/kanan
 Dapat berguling diatas
matras ke kiri dan ke
kanan
 Dapat melakukan gerakan
merayap/jalan buaya
 Melakukan gerakan
merangkak
 Melakukan gerakan jalan
gerobak

b. Motorik Halus  Meronce manik-manik


 Meremas
kertas , ,plastisin, atau
kain dengan
menggerakkan seluruh jari
 Merobek dan melipat
kertas
 Meremas kertas dengan
jari.
 Menyobek kertas
 Mengancingkan baju
 Menjumput benda dengan
jari tangan
 Menyusun balok
 Memegang alat tulis
dengan 3 jari trampil
 Menggunakan alat tulis
dengan baik
 Menuang air dari wadah
satu ke wadah lain dengan

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 43


No Kompetensi Indikator Penilaian Ket

M MB TM

tepat
 Meronce manik-manik
berukuran dengantepat
 Meronce dengan
squensing dengan tepat.

6 Kemandirian  Mencuci tangan dengan


sabun
 Mencuci kaki
 Melakukan kegiatan BAK
di kamar mandi dengan
baik
 Melakukan kegiatan BAB
di kamar mandi
 Berpakaian dengan rapi
 Menggosok gigi
 Menggunakan kamar
mandi sesuai fungsinya
 Melakukan kegiatan
mandi dengan mandiri
 Menggunakan deodoran
 Memakai sepatu atau
sandal
 Memotong kuku
 Mencuci rambut dan
menyisir
 Merias diri
 Memakai baju tanpa
kancing
 Memakai baju berkancing
 Melipat
 Mengenal dan
menghindari benda
berbahaya

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 44


Tabel 4.2. Prosedur dan Pelaporan Penilaian Serta Tindak Lanjutnya
LEMBAR PENILAIAN

Nama Anak : .......................................... Kelas: ......................................


Sekolah : ........................................... Guru: ......................................

Indikator: Makan dengan menggunakan tangan

SKOR
NO. TAHAP KEGIATAN
4 3 2 1

1. Mencuci tangan ke dalam mangkuk

2. Membaca do’a sebelum makan

3. Mengambil nasi dari tempat nasi ke piring

4. Mengambil lauk dari yang terdekat ke piring

5. Mengambil nasi dan lauk lalu dengan tangan


dan memasukkannya ke dalam mulut

6. Menghabiskan makanan yang diambil di piring


sampai bersih

7. Membaca doa setelah selesai makan

8. Mencuci tangan

9. Mengelap tangan dan mulut dengan serbet

Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri

Skor Kategori Indikator Perilaku

4 Mandiri  Melakukan tugas yang diberikan atau


diperintahkan secara mandiri tanpa bantuan dari
guru atau orang lain.
 Melakukan tugas yang diberikan atau
diperintahkan secara lancar.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 45


Skor Kategori Indikator Perilaku

3 Dengan bantuan  Melakukan tugas yang diberikan atau


diperintahkan dengan bantuan verbal atau
verbal
bimbingan secara verbal dari guru atau orang lain

2 Dengan bantuan  Melakukan tugas yang diberikan atau


diperintahkan dengan bantuan fisik atau bimbingan
fisik
secara fisik secara langsung dari guru atau orang
lain.

1 Dengan bantuan  Melakukan tugas yang diberikan atau diperintahkan


dengan bantuan verbal dan fisik secara langsung
verbal dan fisik
dari guru atau orang lain.

Penghitungan skor untuk setiap indikator dapat dihitung dengan membagi skor perolehan
dengan skor maksimal dikalikan 4 (100%)
Skor perolehan
x 4 (100 %)
Skor Maksimal

Secara keseluruhan rata-rata capaian kemampuan peserta didik untuk setiap indikator
dalam satu kompetensi dapat dikelompokkan dalam kategori huruf sebagai berikut.

3,51 sd 4 (>87,5 % - 100%) = Kelompok A (Sangat Baik)

2,51 sd 3,50 (>62,5 % - 87,5 %) = Kelompok B (Baik)

1,51 sd 2,50 (>37,5% sd 62,5%) = Kelompok C (Cukup)


1 sd 1,5 (<25% sd 37,5%) = Kelompok D (Kurang)

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 46


FORMAT PEMBAHASAN HASIL ASESMEN
Nama Anak : ……………………………
Jenis Kelamin : ……………………………
Tanggal Lahir/ umur : ....…………………………
Alamat : ..…………………………..
Tanggal Asesmen :.……………………………
NO ASPEK*) DESKRIPSI
1

DS
T
*) diisi sesuai kebutuhan. Guru dapat menambahkan komponen perkembangan yang dibutuhkan. misal
Kompetensi interaksi sosial, komunikasi, emosi, prilaku, sensorik, motorik, dan kemandirian.

..........., ........... 2021


Mengetahui,
Kepala sekolah Wali kelas

.................................. …………................
NIP. NIP.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 47


PEMETAAN PROGSUS
Nama Anak : …………………………
Jenis Kelamin : ……………………………
Tanggal Lahir/ umur : ....………………………
Alamat : ..…………………………
Tanggal Asesmen :.……………………………
NO ASPEK *) YANG TELAH YANG YANG
DIKUASI BELUM DIBUTUHKAN
DIKUASI
1

*) diisi sesuai kebutuhan. Guru dapat menambahkan komponen perkembangan yang dibutuhkan.
misal Kompetensi interaksi sosial, komunikasi, emosi, prilaku, sensorik, motorik, dan kemandirian.

..........., ........... 2021


Mengetahui,
Kepala sekolah Wali kelas

.................................. …………................
NIP. NIP.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 48


SKALA PRIORITAS
Nama Anak : …………………………………
Jenis Kelamin : …………………………………
Umur : ....………………………………
Kelas : ....………………………………
N MATERI POKOK
KOMPETENSI INDIKATOR
O PENGEMBANGAN
1

*) diisi sesuai kebutuhan. Guru dapat menambahkan komponen perkembangan yang dibutuhkan.
misal Kompetensi interaksi sosial, komunikasi, emosi, prilaku, sensorik, motorik, dan kemandirian.

..........., ........... 2021


Mengetahui,
Kepala sekolah Wali kelas

.................................. …………................
NIP. NIP.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 49


BAB V
PENUTUP

Buku panduan program kebutuhan khusus pengembangan interaksi, komunikasi dan


perilaku dibuat untuk memberikan panduan bagi guru di sekolah luar biasa maupun di
sekolah inklusi agar dapat memberikan layanan dasar bagi peserta didik autis. Panduan ini
dapat digunakan oleh guru untuk menangani peserta didik autis dengan memperhatikan
karakteristik unik peserta didik autis, sarana-prasarana dan sumber daya yang ada di sekolah.

Di dalam memberikan layanan pendidikan bagi peserta didik autis terdapat metode
yang sangat kaya dan bervariatif. Dalam buku panduan program kebutuhan khusus bagi
peserta didik autis ini tidak menekankan pada satu metode tertentu. Guru sangat diberikan
keleluasaan dalam menentukan metode apa yang sesuai (pendekatan, prosedur, dan prinsip)
terhadap peserta didik autis. Tentu hasil asesmen dan pembuatan program serta pelaksanaan
yang dibuat dengan mempertimbangkan masukan orang tua dan terapis serta profesi yang
relevan menjadi dasar penentuannya. Guru dapat memodifikasi dan mengadaptasi sesuai
dengan kebutuhannya.

Pada tahap pelaksaan dalam buku pandua ini tidak semuanya dibuat secara mendetail
langkah-langkah pembelajaranya. Beberapa yang dibuat dalam buku ini hanya bersifat contoh
sehingga guru harus melakukan modifikasi dan penyesuaian berdasarkan karakteristik,
kondisi dan kebutuhan dalam proses pembelajaran.

Tim Penulis menyadari bahwa buku panduan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dalam kesempatan ini penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan buku ini. Semoga dengan hadirnya buku panduan ini dapat membantu guru
dalam mendidik peserta didik autis sesuai dengan kemampuan, potensi, bakat dan minat serta
harapan kita semua terutama di lingkungan pendidikan AUTIS.

Pedoman Program Kebutuhan Khusus_Autis 50

Anda mungkin juga menyukai