Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Behavioristik
1. Pengertian Teori Behavioristik
Menurut Gunarsa (2009) mengatakan bahwa behaviorisme berasal dari kata Behavior
yang artinya tingkah laku. Jadi behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang hanya
mempelajari tingkah laku- tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat diukur secara
obyektif.
Menurut Lefudin (2014) mengatakan teori behavioristik adalah teori yang menerapkan
penguatan stimulus respon. Maksudnya adalah penguatan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus respon akan semakin kuat apabila diberi penguatan. Penguatan tersebut terdiri dari
penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus dapat dapat
meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat
mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang.
Menurut Darmadi (2017) teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (Tanggapan). Dengan
kata lain, belajar merupakan perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil antara stimulus dan respon. Seseorang di
anggap belajar apabila ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.

2. Prinsip Prinsip Teori Behavioristik


Menurut Lefudin (2014), prinsip-prinsip dari teori behavioristik antara lain adalah
a) Obyek psikologi adalah tingkah laku
b) Semua tingkah laku dikembalikan kepada refleks
c) Mementukan pembentukan kebiasaan

3. Para Ahli dari Teori Behavioristik


Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori behavioristik diantaranya sebagai berikut
a. Teori Belajar Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Teori Thorndike disebut sebagai Trial and error learning atau selecting and connecting
learning. Hal ini karena hubungan yang terbentuk melalui Trial and Error, yaitu agar
mencoba berbagai respon untuk mencapai stimulus meski berkali-kali mengalami
kegagalan.
Dari eksperimen yang dilakukan oleh thorndike maka diperoleh beberapa hukum-hukum
belajar utama/primer, yaitu sebagai berikut :
a) Hukum kesiapan (Law of readiness)
Semakin siap suatu organisme dalam menerima sesuatu perubahan tingkah laku, maka
pelaksanaan tingkah laku akan menghasilkan suatu kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme ini adalah belajar suatu kegiatan
yang membentuk suatu asosiasi (Connection) antara kesan panca indra dengan
kecendrungan bertindak.
b) Hukum latihan (Law of exercise)
Semain sering tingkah laku diulangi maka asosiasi akan semakin kuat. Ini menunjukkan
bahwa prinsip dari belajar adalah ulangan. Materi yang sering diulangi akan dapat dikuasai.
c) Hukum akibat (law of effect)
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan
dan cenderung diperlemah bila akibatnya tidak memuaskan. Koneksi antara kesan panca
indra dengan kecendrungan bertindak dapat menguat atau mlemah, tergantung pada buah
hasil perbuata yang pernah dilakukan

b. Teori belajar Ivan Petrovich Pavlov


Teori classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah teori yang
ditemukan oleh pavlov melalui eksperimen tehadap anjing.
1) Law of respondent conditioning yaitu hukum yang pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara stimulan maka refleks dan stimulus lainya akan
mengikat
2) Law of respondent extinction yaitu hukum pemusnahan yang dituntut jika refleks yang
sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
mengahdirkan reinforcer , maka keuatannya akan menurun.

c. Teori Belajar B.F Skinner


Eksperimen dilakukan skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati
menghasilkan hukum-hukum belajar diantaranya :
a) Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat maka kekuatan prilaku tersebut akan meningkat
b) Law of operant extinction, yaitu timbulnya perilaku operan telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan prilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah

Teori belajar operant conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant yang
berbeda lainnya, yaitu law operant conditioning dan law extinction. Menurut hukum operant
conditioning, jika suatu tingkah diriingi oleh sebuah penguat (reinforcement), maka tingkah
laku tersebut meningkat. Sedangkan menurut hukum law extinction, jika suatu tingkah laku
yang diperkuat dengan stimulus penguat dalam kondisioning, tidak diiringi stimulus penguat,
maka tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Kedua hukum ini pada
dasarnya juga memiliki kesamaan dengan hukum pembiasaan klasik (classical conditioning).

4. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik


Adapun terdapat kelebihan pada teori behavioristik, antara lain :
a. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan
senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
b. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar

Adapun kekurangan dari teori behavioristik ini, antara lain :


a) Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifatmekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
b) Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa
yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa (teori skinner) baik hukuman verbal
maupun fisik seperti kata-kata kasar, ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada
siswa.
c) Cenderung mengarahakan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif, tidak
produktif, dan menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
d) Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center, otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid.
5. Implikasi Teori Behavioristik
Menurut Nai (2017) mengatakan bahwa aplikasi teori pembelajaran behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung pada beberapa hal, yaitu :
a. Tujuan pembelajaran
b. Sifat maeri pembelajaran
c. Karakteristik si pelajar
d. Media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia

a. Implikasi teori behavioristik di PAUD


Contoh penerapan teori ini dalam pembelajaran, misalnya :
1) Guru memberikan rangsangan dengan memberi pertanyaan yang terbuka, contoh; anak-
anak, kenapa kita harus mengkonsumsi sayur-sayuran? dengan pertanyaan seperti ini,
siswa pasti menanggapi atau merespon secara aktif dengan berbagai jawaban, agar
sehat, supaya tidak buta. Dengan ini pikiran mereka terbuka, dan yang paling penting
guru memberikan penghargaan (reward) dengan tujuan agar siswa bisa dikuatkan dan
termotivasi sehingga pola tingkah laku mereka untuk belajar lebih tinggi, dan dengan
penguatan ini, mereka saling menguji untuk menjawab ketika diberikan pertanyaan.

b. Implikasi teori behavioristik di SD


1) Teknik Menggambar Garis
Menggambar garis digunakan dalam pengajaran pra-menulis. Tujuannya melatih otot-
otot tangan agar terbiasa melakukan gerak dalam menulis. Garis-garis yang digambar adalah
garis lurus, melengkung, membulat, dsb.
Contoh kegiatan guru dan siswa pada saat menggambar garis tegak lurus:
Guru :Anak-anak lihat baik-baik garis berikut!
Siswa :(Melihat cara membuat garis dan gambar garis).
Guru : Sekarang anak-anak meniru Ibu menggambar garis lurus. Masing-masing
menggambar di udara atau di awang-awang dahulu. Lihat baik-baik gerak tangan Ibu.
Siswa : Mengikuti dan meniru gerak tangan dari atas ke bawah membentuk garis lurus.
Guru : Sekarang lakukan hal tadi dalam bukumu masing-masing.
Siswa : (Menggambar garis-garis tegak di bukunya masing-masing).
Guru :(Berkeliling kelas memperhatikan siswa menggambar garis serta menolong
siswa yang mengalami kesulitan).
b. Implikasi teori behavioristik di SMP
1) Dalam pembelajaran menulis narasi, guru menunjukkan gambar beberapa objek tempat
wisata. Respon verbal yang muncul dari siswa yaitu diam. Kemudian siswa menanggapi
orientasi dari guru dengan menyebutkan nama objek wisata yang ditunjukkan oleh guru.
Kemudian guru memberikan apersepsi dengan memberikan gambar objek tempat wisata.
Siswa merespon dengan menganggukkan kepala. Kemudian siswa mencatat dan
mengamati gambar yang diberikan oleh guru, kemudian menanyakan tentang jenis-jenis
karangan. Siswa mengingat dan menyebutkan jenis-jenis karangan dengan jelas.
Kemudian guru menjelaskan manfaat menulis karangan dan memberikan motivasi
kepada siswa. pada kegiatan inti, dalam menyampaikan materi guru langsung
memberikan contoh konkret dengan bercerita tentang pengalamannya pribadinya sebagai
salah satu contoh dalam cerita karangan narasi. Para siswa mengapresiasi contoh cerita
karangan narasi dari guru dengan bertanya dan mengomentari contoh cerita karangan
narasi.

B. Kecerdasan Majemuk
1. Pengertian Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan majemuk atau multiple intelligences adalah berbagai keterampilan dan
bakat yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam
pembelajaran. teori multiple intelligences ini berdasarkan pakar psikologi Harvard, Howard
Gardner yang menggungkapkan bahwa kecerdasan merupakan kapasitas seseorang (Bodmin
Cornwall, 2006 :82)

2. Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk


Menurut Walter McKenzie kecerdasan majemuk terbagi atas tiga domain sebagai
berikut :

a. Domain Interaktif
Domain ini terdiri atas kecerdasan verbal, interpersonal dan kinestetik. Peserta didik
menggunakan kecerdasan ini untuk mengekspresikan diri dan mengeksplorasi lingkungan.
Kecerdasan interaktif diperoleh melalui proses sosial yang terbentuk secara alamiah.
b. Domain Analitik
Domain Analitik terdiri atas kecerdasan musik, logis dan kecerdasan naturalistik yang
digunakan oleh siswa dalam menganalisis data dan pengetahuan. Kecerdasan ini pada
dasarnya merupakan proses heuristis alamiah.
c. Domain Introspektif
Domain Introspektif terdiri atas kecerdasan eksistensial, intrapersonal dan visual.
Kecerdasan ini memiliki komponen afektif. Kecerdasan introspektif memerlukan keterlibatan
peserta didik untuk melihat sesuatu lebih dalam dari sekedar memandang melainkan harus
mampu membuat hubungan emosional antara yang dipelajari dengan masa lalu. Kecerdasan
introspektif dapat dicapai melalui proses afektif secara alamiah.

Ketiga domain yang diklarifikasikan oleh McKenzie diatas, masing-masing domain


merangkum beberapa kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner dan Fleetham, yaitu :

a. Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan Verbal linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa-bahasa
termasuk bahasa ibu dan bahasa asing untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran
dan untuk memahami orang lain yang meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi,
sintaksis, sematik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai
kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang
digunakan.

b. Kecerdasan Logis-Matematis
Kecerdasan matametik adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan,
mengenai pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini merujuk pada kemampuan untuk
mengeksplorasi pola-pola, kategori-kategori dan hubungan dengan memanipulasi obyek atau
simbol untuk melakukan percobaan dengan cara yang terkontrol dan teratur. Kecerdasan
matematika disebut juga kecerdasan logis dan penalaran kerena merupakan dasar dalam
memecahkan masalah dengan memahami prinsip-prinsip yang mendasari sistem kausal atau
dapat memanipulasi bilangan, kuantitas, dan operasi. Kecerdasan yang mendasakan diri pada
kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang
berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan
angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna.

c. Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan yang mempunyai korelasi dengan bakat seni, khususnya seni lukis dan seni
arsitektur, kecerdasan visual-spasial atau kecerdasan gambar adalah kemampuan mempersepsi
dunia visual-spasial secara akurat serta mentransformasikan persepsi visual-spasial ke dalam
berbagai bentuk. Kemampuan berfikir visual-spasial merupakan kemampuan berfikir dalam
bentuk visualisasi, gambar dan bentuk tiga dimensi.

d. Kecerdasan Jamaniah-Kinetetik
Kecerdasan Jamaniah-Kinetetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh tubuh
dalam mengekspresikan ide, perasaan dan menggunakan tangan untuk menghasilkan atau
mentransformasikan sesuatu. Kecerdasan ini mencangkup keterampilan khusus seperti
koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan. Kecerdasan ini
juga meliputi keterampilan untuk mengontrol gerakan-gerakan tubuh dan kemampuan untuk
memanipulasi objek.
Menurut Gardner (2008) Kecerdasan kinestetik itu merupakan kemampuan untuk
menggunakan seluruh bagian badan secara fisik, seperti menggunakan jari, tanggan, lengan
dan berbagai kegiatan fisik lain dalam menyelesaikan masalah, membuat sesuatu atau
menghasilkan berbagai macam produk.

e. Kecerdasan musikal
Kecerdasan yang dimiliki oleh orang yang peka terhadap nada serta memungkinkan
individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.

f. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertindak
berdasarkan pemahaman. Kecerdasan intrapersonal tergantung pada proses dasar yang
memungkinkan individu untuk mengklarifikasi dengan tepat perasaan-perasaan mereka.

g. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami
orang lain diluar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai
fenomena dari sudut pandang orang lai, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan
merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang,
menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok.
Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran
komunikasi dengan orang lain.

h. Kecerdasan naturalistik
Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan dalam melakukan kategorisasi dan membuat
herarki terhadap keadaan organisme seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan alam. Salah satu
ciri yang ada pada anak-anak yang kuat dalam kecerdasan naturalistik adalah kesenangan
mereka pada alam dan hewan, misalnya anak berani memegang, mendekati, mengelus bahkan
memiliki naluri untuk memelihara.

i. Kecerdasan Eksistensi-Spiritual
Segala sesuatu harus selalu diolah dan diputuskan melalui pertimbangan yang dalam
yang terbentuk dengan menghadirkan pertimbangan hati nurani.

1. Implikasi teori intelegensi majemuk pada pembelajaran di PAUD.


a. Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kemampuan siswa PAUD untuk menggunakan bahasa-bahasa termasuk bahasa ibu
yang diperkenalkan oleh keluarga semenjak lahir dan diperkenalkannya bahasa asing seperti
penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar di dalam kelas untuk menambah kosa kata
yang baik seusianya, siswa dilatih bercerita tentang pengalaman, siswa dilatih menginggat
nama-nama, tempat, tanggal atau janji. Tujuannya untuk mengekspresikan apa yang ada di
dalam pikiran dan untuk memahami orang lain

b. Kecerdasan Logis-Matematis
Kemampuan siswa PAUD untuk mengeksplorasi pola-pola pada gambar-gambar yang
telah dihubungkan dengan garis, pengenalan angka melalui media gambar warna-warni,
pengenalan huruf melalui pengunaan media susun kata atau puzzel, pengenalan bilangan
melalui bermain atau game, pengenalan gambar berupa simbol-simbol, pengenalan pola.
Kegiatan-kegiatan baik pengenalan dan percobaan pada siswa tersebut dilakukan secara
terkontrol dan teratur.
Tujuannya agar siswa PAUD mampu mengasah kecerdasan matematika yang disebut
kecerdasan logis dan melakukan percobaan-percobaan melalui penalaran sehingga siswa
mampu mengeksplor dan belajar memecahkan masalah melalui pemahaman yang dimiliki,
baik melalui bimbingan guru maupun orang sekitar.

c. Kecerdasan Visual-Spasial
Kemampuan siswa PAUD berupa bakat seni, khususnya seni lukis (mengambar) dan
seni arsitektur (pengenalan gambar rumah, gambar bangunan, gambar sekolah), setiap harinya
perlu diasah melalui pengenalan warna-warna, pengenalan tata cara mengambar yang baik dan
benar dan hal-hal yang bisa digambar sesuai dengan tahapan usianya.
Tujuannya siswa mampu mengeksplor bakat seni yang ada dalam diri siswa sejak usia
dini serta dukungan keluarga yang dapat menunjang keberlangsungan penyaluran bakat siswa
yang bersangkutan.

d. Kecerdasan Jamaniah-Kinetetik
Kemampuan siswa untuk menggunakan seluruh bagian badan secara fisik, seperti
menggunakan jari, tanggan, lengan dan berbagai kegiatan fisik lain. Misalnya pengenalan
pembelajaran olah raga untuk siswa PAUD, seperti senam, bermain bola.
Tujuannya melatih keseimbangan dan kelincahan tubuh, membantu perkembangan
motorik anak.

e. Kecerdasan musikal
Pada siswa PAUD diperkenalkan lagu-lagu anak, lagu kebangsaan dan doa-doa yang
dipanjatkan dicontohkan oleh guru dengan nada lagu. Tahap ini siswa diminta menirukan apa
yang diucapkan guru secara bertahap, gunanya agar siswa mampu menyerap dan menghafal
secara lebih mudah dan gembira.

f. Kecerdasan intrapersonal
Kemampuan siswa untuk memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan
pemahaman. Kecerdasan intrapersonal tergantung pada proses dasar yang memungkinkan
individu untuk mengklarifikasi dengan tepat perasaan-perasaan mereka. Misalnya
membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut.

g. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain diluar dirinya. Kecerdasan
tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain,
agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Pada siswa PAUD
diperkenalkan tugas kelompok atau kerja kelompok tujuannya agar siswa mampu beradaptasi
terhadap teman sebaya (menjalin kerjasama dengan orang lain), mengorganisasikan orang
dalam tim atau kelompoknya, ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok.

h. Kecerdasan naturalistik
Kemampuan siswa mengenali alam dan hewan yang mana siswa mampu membedakan
anggota-anggota spesies , mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara
beberapa spesies baik secara formal maupun informal. Kemampuan ini ditandai dengan
kesenangan siswa PAUD pada alam dan hewan, misalnya siswa mampu membedakan hewan
buas dan tidak, siswa mampu membedakan tumbuhan yang dapat ditanam didalam rumah
ataupun diluar rumah, siswa berani memegang, mendekati, mengelus bahkan memiliki naluri
untuk memelihara hewan maupun tumbuhan yang ada disekitarnya.

i. Kecerdasan Eksistensi-Spiritual
Siswa PAUD diajarkan mengenali dan memilih apa yang mereka sukai ataupun mereka
ingginkan sesuai dengan pertimbangan hati nurani masing-masing siswa. Contoh : siswa
diminta memilih mengikuti salah satu lomba yang diadakan di sekolah sesuai bakat ataupun
keingginan.

2. Implikasi teori intelegensi majemuk pada pembelajaran di SD.


Jenis Kecerdasan Metode Alat
Kartu istilah
Kertas Karton spidol warna warni
Kecerdasan Verbal- Membaca dan Puisi (membaca puisi)
Linguistik menghafal Cerita rakyat (menghafal cerita dan
penambahan kosa kata baru melalui
cerita)
Kecerdasan Logis- Potongan kertas yang berisi urutan
Uji Logika
Matematis tahapan pengelolaan penyelesaian.
Kecerdasan Visual- Kartu dengan berbagai bentuk dan
Tebak kartu
Spasial warna yang berisi angka pembukuan
Kecerdasan Jamaniah-
Senam Pengorganisasian gerak tubuh.
Kinetetik
Kecerdasan musikal Demonstrasi Tape recorder
Kecerdasan
Pesan berantai Soal bersambung
intrapersonal
Kecerdasan
Pembagian kelompok Peluit, pensil buku tulis
interpersonal
Mind mapping / outing Kertas origami berbentuk bunga/
Kecerdasan naturalistik
class buah/ daun
Kecerdasan Eksistensi- Pertanyaan mengapa
Buku
Spiritual dan bagaimana

3. Implikasi teori intelegensi majemuk pada pembelajaran di SMP.


Jenis Kecerdasan Metode Alat
Kecerdasan Verbal-Linguistik Diskusi Teks pidato
Kecerdasan Logis-Matematis Diskusi Soal teka-teki logika
Kecerdasan Visual-Spasial Diskusi Peta negara dan kota
Kecerdasan Jamaniah-Kinetetik Keseluruhan Matras
Kecerdasan musikal Demonstrasi Rekaman lagu
Kecerdasan intrapersonal Eksperimen IT
Kecerdasan interpersonal Diskusi kelompok Buku
Kecerdasan naturalistik Outing Class Alam, Lingkungan
Kecerdasan Eksistensi-Spiritual Alamiah Pembelajaran PKN

Anda mungkin juga menyukai