Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan karunia,
rahmat serta hidayah-Nya, penulis masih diberikan kesehatan untuk dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Program Pembelajaran Individual.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat berbagai
bantuan dari berbagai pihaksehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis mengakui bahwa dalam proses penyelesaian tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu berbagai kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga melalui sumbangan pemikiran yang berupa makalah ini, dapat memberikan
manfaat bagi penulis pada khusunya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3-4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kemampuan Membaca Permulaan ............................................................. 5-11
B. Kemampuan Membaca Pemahaman ......................................................... 11-14
DAFTAR PUSTAKA
2
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus sangat berkembang
pesat, terbukti dari banyaknya sekolah inklusi yang ada di Indonesia saat ini.Berbagai
program pun banyak kita jumpai, salah satunya yaitu PPI (Program Pembelajaran
Individual). Salah satu komponen penting dalam pengembangan dan implementasi
program pembelajaran individual (PPI), adalah penyusunan program secara sistematis,
konkrit dan relevan dengan kebutuhan belajar siswa. Pengembangan program
pembelajaran dalam PPI merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dan oleh
karena itu harus menjadi kompetensi guru pendidikan luar biasa.
Pengembangan program individual sangat berbeda dari program pembelajaran
(klasikal) yang biasa kita lakukan di sekolah . Program pembelajaran klasikal biasanya
dikembangkan hanya dari kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional, tanpa
memperhatikan kebutuhan anak secara individual. Sedangkan Program Pembelajaran
Individual (PPI) dikembangkan berdasarkan atas dua sisi. Pertama, berdasarkan data hasil
asesmen yang menggambarkan kebutuhan belajar siswa secara individual. Kedua
didasarkan kepada materi kurikulum dari bidang studi yang bersangkutan.
Keterampilan guru dalam mengembangkan program pembelajaran individual akan
terkait erat dengan keterampilan dalam melakukan asesmen, mendeskripsikan hasil
asesmen dan keterampilan di dalam menganalisis kurikulum itu sendiri. Namun, justru
keterampilan-keterampilan itulah yang menjadi kesulitan para guru di lapangan. Oleh
karena itu dalam makalah ini penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai Program
Pembelajaran Individual.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari kemampuan membaca permulaan?
2. Apakah definisi dari kemampuan membaca pemahaman?
3. Apa saja hasil asesmen anak?
4. Apa saja program pembelajaran untuk anak?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan definisi kemampuann membaca permulaan
2. Mendeskripsikan definisi kemampuann membaca pemahaman
3
3. Menjelaskan hasil asesmen anak
4. Membuat program pembelajaran untuk anak
4
BAB II
KAJIAN TEORI
Membaca permulaan merupakan tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan
kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf
sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca permulaan
(Darwadi, 2002). Menurut Steinberg (Ahmad Susanto, 2011:83) membaca permulaan
adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini
merupakan perhatian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi
anak-anak dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik
sebagai perantara pembelajaran.
Menurut Yulia Ayriza, Chaer, Purwanto dan Alim (dalam Lucky Ade, 2007:9), terdapat
huruf konsonan yang harus dapat dilafalkan dan dikuasai dengan benar oleh anak untuk
membaca permulaan, yaitu b, d, k, l, m, p, s, dan t. Huruf-huruf ini jika ditambah dengan
huruf-huruf vokal akan digunakan sebagai indikator kemampuan membaca permulaan,
sehingga menjadi a, b, d , e, i, k, l, m, o, p, s, t, dan u.
a. Sikap yang baik pada waktu membaca, seperti sikap duduk yang benar.
b. Cara anak meletakkan buku di meja.
c. Cara anak memegang buku.
d. Cara anak dalam membuka dan membalik-balik buku.
e. Cara anak melihat dan memperhatikan tulisan.
5
Pada tahap membaca permulaan, menitik beratkan pada kesesuaian antara tulisan dan
bunyi yang ada, kelancaran dan kejelasan suara, pemahaman isi atau makna. Bahan-bahan
untuk membaca permulaan harus sesuai dengan bahasa dan pengalaman anak.
Menurut Abdurrahman M (2002:201), tahapan membaca anak usia dini ada pada tahap
kesiapan membaca dan membaca permulaan. Adapun ciri-cirinya yaitu anak sudah mulai
memusatkan perhatiannya pada satu atau dua aspek dari sebuah kata, seperti huruf pertama
yang ada pada sebuah kata dan gambarnya. Anak juga akan mempelajari kosa kata dan
dalam waktu yang bersamaan anak belajar membaca dan menuliskan kosa kata tersebut.
Riawati (1996: 51) menyebutkan ada lima langkah dalam membaca permulaan, yaitu
mengenal unsur kalimat, mengenal unsur kata, mengenal unsur huruf, merangkai huruf
menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata. Pengajaran membaca permulaan
lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Anak dituntut
untuk mampu menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam
bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan (Sabarti A Khaidah, dkk. 1993:11).
Contohnya seperti:
6
Anak dapat berbahasa melalui beberapa tahap. Secara umum proses
perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam beberapa rentang usia, yang masing-
masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri. Menurut Guntur (Ahmad Susanto 2011: 75)
menyatakan bahwa tahap perkembangan bahasa anak sebagai berikut:
a. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahun ini terdiri dari:
1) Tahap meraba-1 (pralinguistik pertama)
Tahap ini dimulai dari anak lahir sampai anak usia enam bulan, pada masa
ini anak sudah mulai tertawa, menangis, dan menjerit.
2) Tahap meraba-2 (pralinguistik kedua)
Pada tahap ini anak mulai menggunakan kata, tetapi masih kata yang belum
ada maknanya dari bulan ke-6 hingga 1 tahun.
b. Tahap II; (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu:
1) Tahap-1 holafrastik (1 tahun)
Pada tahap ini anak mulai menyatakan makna keseluruhan kalimat dalam
satuan kata. Perbendaharaan kata yang dimiliki anak kurang lebih 50 kosa
kata.
2) Tahap-2 frase (1-2)
Pada tahap ini anak dapat mengucapkan dua kata, perbendaharaan anak-
anak sampai dengan rentang 50-100 kosa kata.
c. Tahap III; (pengembangan tata bahasa, yaitu anak prasekolah dasar 3, 4, 5 tahun).
Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat. Dilihat dari aspek
perkembangan tata bahasa seperti: S-P-O, anak dapat memperpanjang kata
menjadi suatu kalimat.
d. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun).
Tahap ini kemampuan anak sudah lebih sempurna, anak sudah dapat
menggabungkan kelimat sederhana dan kalimat kompleks.
1) Lahir – 2 tahun, pada usia ini fase fonologis mulai berkembang, anak bermain dengan
bunyi-bunyi bahasa mulai mengoceh sampai menyebutkan kata-kata sederhana.
2) Usia 2-7 tahun, pada usia ini fase yang berkembang adalah sintaktik yaitu, anak mulai
menunjukkan kesadaran gramatis; berbicara menggunakan kalimat
7
3) Usia 7-11 tahun, pada usia ini fase yang berkembang adalah semantik, yaitu anak
sudah dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata.
a) Fase prelinguistik adalah proses belajar bahasa anak usia 0-1 tahun yaitu sejak
tangisan pertama anak sampai anak selesai fase mengoceh. Anak mengeluarkan suara-
suara yang mirip erangan untuk menyatakan kesenangan atau kepuasan dan jeritan
untuk menunjukkan keinginannya.
Pada periode ini anak juga sudah mulai peka terhadap bahasa, anak mulai tahu bunyi
tertentu yang memiliki arti tertentu. Masa ini merupakan saat menyenangkan dan
tampak begitu komunikatif.
b) Fase linguistik yaitu sejak anak berusia 1 tahun sampai 5 tahun mulai dari mengucap
kata-kata pertama sampai anak dapat berbicara dengan lancar.
Periode ini dibagi pada tiga fase besar, yaitu :
1) Fase satu kata atau holofrase
Pada masa ini anak menggunakan satu kata untuk menyatakan suatu pikiran yang
kompleks, baik berupa keinginan, perasaan, atau kemauannya tanpa perbedaan
yang jelas.
2) Fase lebih dari satu kata
Pada fase ini anak dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata.
Ada pokok kalimat dan ada predikat, kadang-kadang objek tetapi dengan tata
bahasa yang tidak selalu benar. Pada periode ini bahasa yang tidak selalu benar.
Pada periode ini bahasa yang digunakan tidak bersifat egosentris, yaitu dari dan
untuk dirinya. Komunikasi dengan orang lain mulai lancar, mulai tanya jawab
yang sederhana, anak mulai bercerita dengan kalimat sederhana.
3) Fase diferensiasi
Pada anak usia 2,5–5 tahun keterampilan berbicara anak berkembang pesat.
Anak sudah mampu mengucap kata demi kata. Anak mampu mengkritik,
bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu, dan bentuk lain untuk satu
pembicaraan gaya dewasa.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan tentang proses belajar bahasa
anak yang pertama kali adalah dengan tangisan, tangisan merupakan cara komunikasi
8
yang dapat dilakukan anak pada bulan pertama sampai keenam. Pada poses belajar
bahasa yang selanjutnya anak mulai mengoceh, tertawa, mengucap kata tanpa makna,
pada usia 6 bulan sampai 2 tahun, selanjutnya pada usia 3 tahun proses belajar bahasa
anak sampai menggunakan kata untuk membentuk kalimat untuk berkomunikasi
dengan orang lain dan keterampilan anak dalam berbicara sudah berkembang pesat
sampai dengan usia 5 tahun.
2. Proses Membaca
Burns, dkk. (Farida Ramli 2007:12) mengungkapkan bahwa membaca merupakan
proses yang melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri dari
sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual, urutan pengalaman, pikiran, pembelajaran,
asosiasi, sikap, dan gagasan.
Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan
simbol-simbol grafis melalui indra penglihatannya. Aspek urutan dalam proses membaca
merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier. Pengalaman
merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak yang memiliki pengalaman yang
banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman
kosa-kata dalam membaca. Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan
meningkatkan perkembangan konseptual anak. Aspek afektif merupakan proses membaca
yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian.
Dalam belajar membaca anak usia dini terdiri dari beberapa komponen. Menurut
Budihasti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi (2001:37) menyebutkan beberapa
komponen membaca, yaitu sebagai berikut:
a. Pengenalan kata-kata
Disini penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan dan apa
yang ditulis sebagai simbol.
b. Pengertian
Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang terpenting
adalah mengerti apa yang dibaca.
c. Reaksi
Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang dibaca.
d. Penggabungan
Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalaman membaca dimasa
lalu.
3. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini
9
Masri Sareb (2008:4) mengungkapkan bahwa membaca permulaan menekankan
pengkondisian siswa untuk masuk dan mengenal bahan bacaan. Belum sampai pada
pemahaman yang mendalam akan materi bacaan, apalagi dituntut untuk menguasai
materi secara menyeluruh, lalu menyampaikan hasil pemerolehan dari membacanya.
Pada masa prasekolah, anak distimulus untuk dapat membaca permulaan.
Menurut Steinberg (Ahmad Susanto, 2011: 83) membaca permulaan adalah membaca
yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Program ini merupakan
perharian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak
dan bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik
sebagai perantaran pembelajaran.
Anderson (Nurbiana Dhieni, dkk 2008:5.5) mengungkapkan bahwa membaca
permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terpadu, yang menitik beratkan
pada pengenalan hurur dan kata, menghubungkannya dengan bunyi.
4. Tahap Perkembangan Membaca Kemampuan
Membaca pada anak berlangsung pada beberapa tahap. Menurut Cachrane Efal
(Nurbiana Dhieni (2008: 5.12) perkembangan kemampuan dasar membaca anak usia
4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap, yakni : (a) tahap fantasi, (b) tahap
pembentukan konsep diri, (c) tahap membaca gemar, (d) pengenalan bacaan, (e) tahap
membaca lancar.
Perkembangan kemampuan membaca anak dapat dikategorikan ke dalam
beberapa tahap. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 8-9) berdasarkan penelitian
yang dilakukan dibarat, perkembangan membaca anak-anak dapat dikatagorikan ke
dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap Magic
Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku adalah
sesuatu yang penting. Anak melihatlihat buku, membawa-bawa buku, dan sering
memiliki buku favorit.
2) Tahap Konsep Diri
Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan “pura-
pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku walaupun
tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.
3) Tahap Membaca Antara
Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka mungkin
memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang berkaitan dengan
10
dirinya, dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis, dapat membaca puisi.
Anak-anak mungkin mempercayai setiap silabel sebagai kata dan dapat menjadi
frustasi ketika mencoba mencocokkan bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak
mulai mengenali alfabet.
4) Tahap Lepas Landas
Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda/ciri yakni
grafofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah membaca, mulai
mengenal huruf dari konteks, memperhatikan lingkungan huruf cetak dan
membaca apa pun di sekitarnya, seperti tulisan pada kemasan, tanda-tanda.
Resiko bahasa dari tiap tahap iniadalah jika anak diberikan terlalu banyak
perhatian pada setiap huruf.
5) Tahap Independen
Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri,
mengkonstruksikan makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya dan
isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi bacaan.
Materi berhubungan langsung dengan pengalaman yang paling mudah untuk
dibaca, tetapi anak-anak dapat memahami struktur dan genre yang dikenal, serta
materi ekpositoris yang umum.
B. Kemampuan Membaca Pemahaman
1. Pengertian Membaca Pemahaman
11
c. Proses pemerolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.
Menurut Harjasujana dan Mulyati (1996: 5), mengemukakan beberapa hal yang
berkaitan dengan proses membaca, yaitu:
12
yang di ajarkan dan bukan terjadi secara incidental dan (b) meyakinkan bahwa
membaca bukanlah suatu subjek melainkan suatu proses.
e. Membaca sebagai proses perkembangan keterampilan.
Seorang pembaca harus mengenal tahapan-tahapan atau tingkatan-tingkatan
membaca. Menurut Harjasujana dan Mulyati (1996: 23), tahap-tahap keterampilan
yang dapat dikembangkan anak dalam membaca, yaitu (a) perkembangan konsep,
(b) pengenalan dan identifikasi, dan (c) interpretasi mengenai informasi.
a. Pemahaman literal
Tingkatan membaca pemahaman pertama. Nurhadi (2010: 57), membaca
literal adalah kemampuan mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera
secara tersurat. Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tersurat atau
tampak jelas dalam bahan bacaan.
Unsur-unsur dalam keterampilan membaca literal menurut Nurhadi (2010:
58), antara lain sebagai berikut:
1) Keterampilan mengenal kata
2) Keterampilan mengenal kalimat
3) Keterampilan mengenal paragraph
4) Keterampilan mengenal unsur detail
5) Keterampilan mengenal unsur perbandingan
6) Keterampilan mengenal unsur urutan
7) Keterampilan mengenal unsur hubungan sebab-akibat
8) Keterampilan menjawab pertanyaan: apa, siapa, kapan, dan di mana
9) Keterampilan menyatakan kembali unsur perbandingan
10) Keterampilan menyatakan kembali unsur urutan
11) Keterampilan menyatakan kembali unsur sebab-akibat
b. Pemahaman interpretasi
13
Tingkatan membaca pemahaman setelah pemahaman literal adalah
pemahaman interpretasi. menurut Smith (Via Ahuja, 2010:55), pemahaman
interpretasi berkaitan dengan proses memperoleh makna implisit terhadap sebuah
teks.
c. Pemahaman kritis
Tingkatan membaca pemahaman yang ketiga adalah kemampuan membaca
kritis. Pembacanya disebut pembaca kritis. Menurut Nurhadi (2010: 59),
kemampuan membaca kritis merupakan kemampuan pembaca mengolah bahan
bacaan secara kritis yang berupaya untuk menemukan keseluruhan makna bahan
bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersirat, melalui tahap mengenal,
memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Seseorang dikatakan sebagai
pembaca kritis apabila memiliki memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Kegiatan membaca sepenuhnya melibatkan kemampuan berpikir kritis.
2) Tidak begitu saja menerima, apa yang dikatakan pengarang.
3) Membaca kritis adalah usaha mencari kebenaran yang hakiki.
4) Membaca kritis selalu terlibat dengan permasalahan mengenai gagasan
dalam bacaan.
5) Membaca kritis adalah mengolah bahan bacaan, bukan mnegingat
(menghafal).
6) Hasil membaca untuk diingat dan diterapkan, bukan untuk dilupakan.
d. Pemahaman kreatif
Tingkatan pemahaman membaca yang terakhir adalah pemahaman kreatif.
Kemampuan membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan
membaca seseorang. Menurut Nurhadi (2008: 60-61), dalam membaca kreatif,
pembaca tidak hanya sekadar menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan
makna di balik baris. Seseorang dikatakan memiliki pemahaman membaca kreatif
jika dapat emmenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Kegiatan membaca tidak berhenti sampai pada saat menutup buku.
2) Mampu menerapkan hasil untuk kepentingan hidup sehari-hari.
3) Munculnya perubahan sikap dan tingkah laku setelah proses membaca selesai.
4) Hasil membaca berlaku sepanjang masa.
5) Mampu menilai secara kritis dan kreatif bahan-bahan bacaan, dan mampu
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari berdasarkan hasil bacaan yang
telah dibaca.
14
BAB III
HASIL ANALISIS ASESMEN
1. Hasil Analisis Kemampuan Berhitung (LKS Terlampir)
Kemampuan yang sudah dikuasai anak :
- Anak sudah mampu menghitung banyak benda dengan benar.
- Anak sudah mampu menentukan mana benda yang paling banyak dan sedikit.
- Anak sudah mampu memasangkan lambang bilangan dengan banyak benda.
- Anak sudah mampu mengurutkan benda dari yang terbanyak ke yang paling sedikit
dan sebaliknya.
- Anak sudah mampu mengenal dengan membaca lambang bilangan 1-5 melalui acak
atau berurutan.
- Anak sudah mampu menuliskan lambang bilangan 1-5 dengan urut atau dengan acak.
Dengan meniru maupun dengan perintah.
- Anak sudah mampu melengkapi urutan angka yang hilang.
- Anak sudah mampu penjumlahan yang hasilnya kurang dari atau sama dengan 5.
- Anak sudah mampu melakukan penjumlahan 2 bilangan yang hasilnya tidak melebihi
5
15
3. Hasil Analisis Kemampuan Menulis (LKS Terlampir)
Kemampuan Yang Sudah Dikuasai Anak:
- Anak sudah mampu menarik garis horizontal
- Anak sudah mampu menarik garis vertikal
- Anak sudah mampu menarik garis lengkung
- Anak sudah mampu menjiplak seluruh huruf cetak
- Anak sudah mampu menyalin seluruh huruf cetak.
- Anak sudah mampu menyalin seluruh huruf tegak bersambung.
- Anak sudah mampu menyalin seluruh angka.
- Anak sudah mampu menyalin seluruh suku kata dengan huruf cetak.
- Anak sudah mampu menyalin seluruh suku kata dengan huruf tegak bersambung.
- Anak sudah mampu menyalin kalimat dengan benar.
- Anak sudah mampu meniru kalimat sederhana dengan huruf tegak bersambung
dengan benar.
16
- Anak belum menguasai konsep posisi letak benda (vertikal dan horizontal)
- Anak masih belum mampu mengurutkan suatu gambar berdasarkan warna gelap
terang.
- Anak belum dapat menirukan gambar seperti yang diinstruksik
17
18
19
BAB IV
KURIKULUM PEMBELAJARAN
KURIKULUM MATEMATIKA
20
menggunakan
istilah sehari-hari
(lebih berat, lebih
ringan
1.5 Membandingkan
dengan
memperkirakan
panjang suatu benda
menggunakan
istilah sehari-hari
(lebih panjang, lebih
pendek)
1.6 Mengenal dan
memprediksi pola-
pola bilangan
sederhana
menggunakan
gambar-
gambar/benda
konkrit
1.7 Menemukan bangun
yang membentuk
pola pengubinan
sederhana
1.8 Menentukan pola
dari sebarisan
bangun datar
sederhana
menggunakan
benda-benda yang
ada di alam sekitar
1.9 Mengenal panjang,
luas, massa,
kapasitas, waktu,
dan suhu
21
1.10 Menunjukk
an pemahaman
tentang besaran
dengan menghitung
maju sampai 100
dan mundur dari 20
1.11 Menentukan
urutan berdasarkan
panjang pendeknya
benda, tinggi
rendahnya tinggi
badan, dan urutan
kelompok
berdasarkan jumlah
anggotanya
1.12 Mengenal
lambang bilangan
dan
mendeskripsikan
kemunculan
bilangan dengan
bahasa yang
sederhana
2. Menyajikan 2.1 Mengemukakan
pengetahuan kembali dengan
faktual dalam kalimat sendiri dan
bahasa yang memecahkan
jelas dan masalah yang
logis, dalam berkaitan dengan Anakbarumampumenjumlahkanbilang
karya yang penjumlahan dan an yang jumlahnyatidaklebihdari 10
estetis, dalam pengurangan terkait
gerakan yang dengan aktivitas
mencerminka sehari-hari di
n anak sehat, rumah, sekolah, atau
dan dalam tempat bermain
22
tindakan yang serta memeriksa
mencerminka kebenarannya
n perilaku 2.2 Membentuk
anak beriman berbagai bangun
dan berakhlak datar dengan
mulia menggunakan papan
berpaku atau media
lainnya
2.3 Menyatakan suatu
bilangan asli
sebagai hasil
penjumlahan atau
pengurangan dua
buah bilangan asli
lainnya dengan
berbagai
kemungkinan
jawaban
2.4 Melakukan
pengubinan dari
bangun datar
sederhana tertentu
2.5 Membentuk dan
menggambar
bangun baru dari
bangun-bangun
datar atau pola
bangun datar yang
sudah ada
2.6 Membaca dan
mendeskripsikan
data pokok yang
ditampilkan pada
grafik konkrit dan
piktograf
23
2.7 Mengumpulkan dan
mengelola data
pokok kategorikal
dan menampilkan
data menggunakan
grafik konkrit dan
piktograf tanpa
menggunakan
urutan label pada
sumbu horizontal
2.8 Mengurai sebuah
bilangan asli sampai
dengan 99 sebagai
hasil penjumlahan
atau pengurangan
dua buah bilangan
asli lainnya dengan
berbagai
kemungkinan
jawaban
2.9 Mengelompokkan
teman sekelas
berdasarkan tinggi
badannya
2.10 Mendeskrip
sikan,
mengembangkan,
danmembuat pola
yang berulang
2.11 Menggunak
an benda konkrit
untuk menelusuri
pecahan dan jumlah
uang
24
KURIKULUM BAHASA INDONESIA
Kurikulum yang
KompetensiInti KompetensiDasar KeadaanAnakSaatIni
Disesuaikan
1.1 Mengenalteksdeskriptiftentanganggotatubuhdanpancaindra,
1.1 Mengenal 26
wujuddansifatbenda,
alphabet
sertaperistiwasiangdanmalamdenganbantuan guru
dengancaramen
atautemandalambahasa Indonesia lisandantulis yang
gasosiasikanbe
dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntuk
ndadisekitar.
1.2 MembantupemahamanMenegenaltekspetunjuk/arahantentan
1.2 Menyebutkank
gperawatantubuhsertapemeliharaankesehatandankebugarant
1. Memahamipengetah embali 26
ubuhdenganbantuan guru atautemandalambahasa Indonesia
uanfaktualdengancar alphabet
lisandantulis yang
amengamati secaraberurutan
dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupem
[mendengar, melihat, .
ahaman
membaca] 1.3 Menuliskan 26
1.3 Mengenalteksterimakasihtentangsikapkasihsayangdenganba Anakmasihbelumdapatmenguas
danmenanyaberdasar alphabet
ntuan guru atautemandalambahasa Indonesia lisandantulis aihuruf alphabet,
kan rasa secaraberurutan
yang sehinggaanakmasihkesulitanunt
ingintahutentangdiri .
dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupem ukmembacadanmemahamiteksd
nya, 1.4 Mengelompokk
ahaman eskriptif.
makhlukciptaanTuha annama-
1.4 Mengenalteksceritadiri/personal
ndankegiatannya, namatemansesu
tentangkeberadaankeluargadenganbantuan guru
danbenda-benda aidengan
atautemandalambahasa Indonesia lisandantulis yang
yang dijumpainya di alphabet.
dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupem
rumahdan di sekolah 1.5 Mengenalhuruf
ahaman
kapitaldanhuruf
1.5 Mengenalteks diagram/label
kecil.
tentanganggotakeluargadankerabatdenganbantuan guru
1.6 Mengenalhuruf
atautemandalambahasa Indonesia lisandantulis yang
vokaldanhurufk
dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupem
onsonan.
ahaman.
25
dalamkarya yang dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupeny eskriptif.
estetis, ajian
dalamgerakan yang 2.2 Mempraktikkanteksarahan/petunjuktentangmerawattubuhse
mencerminkananaks rtakesehatandankebugarantubuhsecaramandiridalambahasa
ehat, Indonesia lisandantulis yang
dandalamtindakan dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupeny
yang ajian
mencerminkanperila 2.3 Menyampaikanteksterimakasihmengenaisikapkasihsayangse
kuanakberimandanbe caramandiridalambahasa Indonesia lisandantulis yang
rakhlakmulia. dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupeny
ajian
2.4 Menyampaikanteksceritadiri/personal
tentangkeluargasecaramandiridalambahasa Indonesia
lisandantulis yang
dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupeny
ajian
2.5 Membuatteks diagram/label
tentanganggotakeluargadankerabatsecaramandiridalambaha
sa Indonesia lisandantulis yang
dapatdiisidengankosakatabahasadaerahuntukmembantupeny
ajian
26
BAB IV
PROGRAM PEMBELAJARAN
27
kalimat, mengenal Kalimat: saya Siswa mampu Siswa diharapkan Metode Drill, LKS 2x
unsur kata, pergi ke sekolah, membaca kalimat mampu membaca VAKT.
mengenal unsur dsb. kalimat dengan benar
huruf, merangkai Merangkai unsur Siswa mampu Siswa diharapkan Metode Drill, LKS 2x
huruf menjadi huruf menjadi suku merangkai huruf mampu merangkai huruf VAKT.
suku kata, kata menjadi suku kata menjadi suku kata yang
merangkai suku padu
kata menjadi kata. Merangkai suku Siswa mampu Siswa diharapkan Metode Drill, LKS 2x
kata menjadi kata merangkai suku mampu merangkai suku VAKT.
kata menjadi kata kata menjadi kata yang
padu
Merangkai kata Siswa mampu Siswa diharapkan Metode Drill, LKS 2x
menjadi kalimat merangkai kata mampu merangkai kata VAKT.
menjadi kalimat menjadi kalimat yang
padu
28
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis asesmen membaca, menulis, berhitung dan kognitif dasar,
anak sudah mampu menguasai sebagian besar kemampuan berhitung, sudah mampu menulis
baik itu menjiplak, meyalin dan meniru, dan sudah mampu membaca beberapa huruf, dan
anak juga sudah menguasai sebagian besar kemampuan kognitif dasar.
Program yang akan kami buat untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar
anak yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Drill dan VKAT.
29