Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kesulitan belajar sebagai salah satu bentuk keistimewaan pada anak- anak
tertentu, terkadang juga tidak disadari oleh orang tua, guru, dan lingkungan.
Ketidaktahuan dan ketidakpahaman mereka terhadap anak berkesulitan belajar
seringkali menyebabkan anak berkesulitan belajar tidak mendapatkan pelayanan
yang memadai karena mereka sering dianggap sebagai anak bodoh atau malas. Sikap
orang tua, guru, dan lingkungan yang tidak memahami kesulitan anak juga berakibat
terhadap perkembangan anak secara menyeluruh.
Laporan ini disusun sebagai salah satu bentuk jawaban dari banyaknya kesalahan
anggapan mengenai anak berkesulitan belajar . Laporan ini ditujukan untuk
memberikan intervensi mengenai pembelajaran anak berkesulitan belajar. Selain itu,
laporan ini juga menjadi salah satu bentuk gambaran dari hasil identifikasi dan
intervensi kasus apakah metode yang penyusun laksanakan adalah tepat dan efektif
untuk anak berkesulitan belajar membaca yang penulis observasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis guakan diantaranya adalah:
1. Apakah hambatan kesulitan belajar yang anak miliki?
2. Bagaimana yang digunakan untuk anak tersebut?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui hambatan kesulitan belajar yang anak miliki
2. Mengetahui pembelajaran yang digunakan untuk anak tersebut
1.4 Prosedur Penulisan
Observasi dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan sekolah yang akan
diobservasi, kemudian mengurus perizinan. Observasi dilakukan lebih dari satu
kali di SDN SUKAWARNA 2.
1.5 Prosedur Pemecahan Masalah
Prosedur pemecahan masalah dalam penulisan makalah ini dilakukan dengan
metode studi literatur, wawancara kepada wali kelas, dan pihak-pihak yang
terkait, serta pengamatan langsung. Setalah pengumpulan data selesai

1
penyusunan laporan dilakukan dengan cara menyusun data yang telah terkumpul,
kemudian melakukan analisa terhadap data dan fakta yang ada di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan


KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.4 Prosedur Penulisan
1.5 Prosedur Pemecahan Masalah
1.6 Sistematika Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Khusus Learning Disability (Disleksia)


2.2 Permasalahan Kasus
2.3 Langkah-langkah Identifikasi
2.4 Identifikasi Kasus
2.5 Analisis kemungkinan kausal/penyebab terjadinya hambatan belajar

BAB 3 PROGRAM INTERVENSI

3.1 Program Pembelajaran yang di gunakan

3.2 Identifikasi Program Pembelajaran

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Khusus Learning Disability (Disleksia)


Disleksia merupakan sebutan lain untuk kesulitan belajar membaca. Kata ini
berasal dari bahasa Yunani yang artinya kesulitan membaca. Lerner dalam
Abdurrahman (2003) mengungkapkan bahwa definisi kesulitan belajar membaca
atau disleksia sangat bervariasi, tetapi semuanya merujuk pada adanya disfungsi
otak.
Bryan dan Bryan dalam Abdurrahman (2003) mendefinisikan disleksia
sebagai suatu sindrom kesulitan dalam mempelajari komponen- komponen kata dan
kalimat, dan dalam belajar sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa.
Disleksia terjadi pada 5 sampai 10 persen dari seluruh anak di dunia (Le
Fanu, 2006). Gangguan belajar jenis ini pertama kali ditemukan pada akhir abad
sembilan belas, ketika itu ia disebut dengan istilah ‘word blindness’~buta huruf (Le
Fanu, 2006).
Data yang cukup bisa dipercaya sampai saat ini menunjukkan bahwa
penyebab disleksia adalah faktor genetis, yaitu diturunkan oleh salah satu atau kedua
orangtua anak yang menderitanya (Le Fanu, 2006). Bukti ini didapatkan dari hasil
penelitian yang dilakukan terhadap anak kembar identik (Le Fanu, 2006). Apabila
salah satu dari anak kembar tersebut diketahui menderita disleksia, maka
kemungkinan saudara kembarnya mengidap jenis gangguan belajar ini bisa mencapai
antara 85 sampai 100 persen (Le Fanu, 2006). Penelitian-penelitian berikutnya juga
menunjukkan bahwa disleksia memiliki keterkaitan dengan hubungan keluarga atau
pertalian darah (Le Fanu, 2006). Apabila seorang anak menderita Disleksia, ada
kemungkinan sekitar 40 persen saudara kandungnya juga mengalami kondisi yang
sama (Le Fanu, 2006). Begitu juga ketika salah satu orang tua mengalami masalah
disleksia, terdapat kemungkinan antara 25 sampai 50 persen bagi mereka untuk
mewariskan gangguan belajar tersebut pada anak-anaknya (Le Fanu, 2006).
Mungkin membaca dipandang sebagai hal yang mudah, tetapi sesungguhnya
ia merupakan sebuah proses yang amat pelik dan rumit (Le Fanu, 2006). Jika anda
tidak percaya mari kita buktikan dalam sebuah ilustrasi ketika seseorang

3
mendapatkan sebuah surat atau tulisan, ketika ia harus membacanya ia harus
melakukan hal sebagai berikut (Le Fanu, 2006):
a. Membaca cepat (scanning) huruf demi huruf penyusun kalimat-kalimat yang ada
dalam tulisan tersebut dengan urutan yang benar, yaitu dari kiri ke kanan;
b. Memindahkan huruf-huruf tersebut ke dalam otak dalam waktu yang singkat;
c. Mengenali pengelompokkan huruf-huruf yang berbeda yang membentuk satu
kata tertentu ~ ini melibatkan identifikasi terhadap masing-masing huruf, dengan
berbagai macam bentuk font atau model tulisan tangan yang ada;
d. Membandingkan pengelompokkan dengan cara seperti di atas dengan kata-kata
yang sudah dikenali yang tersimpan dalam memori otak untuk mengenali bunyi
dan arti kata-kata tersebut secara keseluruhan;
e. Mengingat-ingat arti kata-kata tersebut dan menghubungkannya dengan kata-kata
pada kalimat berikutnya untuk memahami seluruh isi tulisan;
f. Menyelesaikan seluruh proses tersebut dalam hitungan detik, seiring dengan
perpindahan pandangan mata yang beranjak dari kalimat satu ke kalimat-kalimat
berikutnya.
Bagi para penderita Disleksia, masalah utama dalam membaca terletak pada
menghubungkan antara kumpulan huruf dengan kata-kata yang hanya mereka
ketahui melalui pengucapannya (Le Fanu, 2006).
Terlalu dini untuk mengatakan bahwa seorang anak mengalami Disleksia
ketika ia baru berusia lima atau enam tahun (Le Fanu, 2006). Hal ini dikarenakan
semua anak pernah membuat kesalahan dalam melafalkan dan mengenali huruf-huruf
(Le Fanu, 2006).
Anak-anak baru bisa dikatakan mengalami kesulitan membaca ketika mereka
berusia tujuh tahun atau delapan tahun, karena biasanya pada umur-umur tersebut
anak sudah bisa membaca secara mandiri, tanpa bantuan orang lain (Le Fanu, 2006).
Bila ini terjadi, anak-anak yang mengalami disleksia akan merasa bahwa dirinya
berbeda dari teman-teman sekelasnya, karena mereka masih belum bisa membaca
kata-kata (Le Fanu, 2006).

4
a) Karakteristik
Tanda-tanda Disleksia tidaklah terlalu sulit dikenali apabila kita dapat
melihatnya dengan cermat. Kekurangan yang akan tampak pada anak disleksia ketika
sedang membaca dapat ditunjukkan oleh tanda-tanda di bawah ini (Le Fanu, 2006):
a. Membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin dengan apa yang ia
ucapkan;
b. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang beranjak dari
satu teks ke teks berikutnya;
c. Melewatkan beberapa suku kata, kata, frase atau bahkan baris-baris dalam teks;
d. Menambahkan kata-kata atau frase-frase yang tidak ada dalam teks yang dibaca;
e. Membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan memasukkan huruf-huruf
lain;
f. Salah melafalkan kata-kata yang sedang ia baca, walaupun kata-kata tersebut
sudah akrab;
g. Mengganti satu kata dengan kata lainnya, sekalipun kata yang diganti tidak
memiliki arti yang penting dalam teks yang dibaca;
h. Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti;
i. Mengabaikan tanda-tanda baca.
Ketika belajar menulis, anak-anak Disleksia ini kemungkinan akan
melakukan hal-hal berikut (Le Fanu, 2006):
a. Menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata;
b. Tidak menuliskan sejumlah huruf-huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis;
c. Menambahkan huruf-huruf pada kata-kata yang ia tulis;
d. Mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf-huruf tersebut
tidak sama;
e. Menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan
bunyi kata-kata yang ingin ia tuliskan;
f. Mengabaikan tanda-tanda baca yang terdapat dalam teks-teks yang sedang ia
baca.

Masalh –masalah yang muncul :


 Subtitusi = mengganti huruf atau kata. Padi dibaca ( pagi, dadi, badi )

5
 Insersi = menambah kata. Saya pulang sekolah (saya pulang dari sekolah)
 Omisi = Menghilangkan kata. Saya pergi ke sekolah (saya pergi sekolah)
 Repetisi = Tertukar posisi. Saya pergi ke sekolah (saya ke sekolah pergi)
 Reversal = Melakukan penghentian. Saya pergi ke sekolah ( saya-pergi-ke-
sekolah)
 Hesitasi = Melakukan peghentian. Sebelum pergi ke sekolah saya selalu
sarapan pagi ( sebelum pergi-ke sekolah-saya selalu-sarapan)
 Word by word = Ibu pergi ke pasar ( Ibu/pergi/ke/pasar)

b) Kondisi Psikologis Anak Disleksia


Kondisi psikologis yang dialami oleh anak dengan disleksia meliputi:
1. Aspek Kognitif
Aspek kognitif yang dimiliki oleh anak disleksia kurang dapat berkembang
secara optimal karena tidak mampu mengikuti pelajaran yang diberikan seperti
anak lainnya. Namun, hal ini bukan berarti bahwa ia adalah anak yang tidak
pintar secara inteligensi melainkan hanya tidak mampu mengikuti pelajaran-
pelajaran yang membutuhkan kemampuan membaca dan menulis.
2. Aspek Bahasa
Tidak terjadi masalah yang berarti pada anak dengan disleksia karena ia memiliki
kosa kata layaknya anak biasa. Namun jika kekesalannya dalam mengikuti
pelajaran yang membutuhkan kemampuan menulis dan membaca tidak dapat
tertangani dengan baik kemungkinan besar ia akan mengeluarkan kata-kata yang
tidak sepantasnya diucapkan kepada teman-teman, guru maupun orang tuanya.

3. Aspek Sosial dan Emosi


Apabila penderita disleksia tersebut tidak difasilitasi dalam memecahkan masalah
dalam membaca dan menulis, mereka akan menjadi putus asa dan mulai merasa
ketakutan dengan kelas-kelas yang di dalamnya ada pelajaran membaca. Rasa
putus asa ini bisa mengakibatkan perilaku buruk pada diri mereka, seperti mudah
marah, merasa terisolir dari lingkungannya atau merasa rendah diri karena sering
ditertawakan teman-temannya (Le Fanu, 2006).

6
2.2 Permasalahan Kasus

Nama sekolah : SD Negeri Sukawarna II

Alamat sekolah : Jalan Sari Wangi I Bandung 40164

Desa / kelurahan : Sukawarna

Kecamatan : Sukajadi, Bandung – Jawa Barat

Penulis mengambil kasus lanjutan dari hasil asesmen terdahulu yang sekarang
duduk di kelas 5. karena Penulis sudah cukup dekat dengan “Dani” dikarenakan
pernah memberikan asesmen pada mata kuliah terdahulu dengan demikian penulis
dapat mengidentifikasi kembali mengenai hambatan yang dimiliki Dani dengan data
yang telah di miliki. Dani yang dulunya duduk di kelas 4 sekarang sudah naik kelas,
menurut penuturan gurunya dani sudah cukup mampu untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, maka sekolah menaikan Dani ke kelas 5 agar lebih termotivasi kembali.
Meskipun Dani ini memiliki kesulitan dalam membaca, Dani kurang dapat
memahami isi bacaan dan cukup lama apabila membaca, itu pun terlihat dari nilai
rapot Dani yang cukup dibawah rata-rata kelas, pada beberapa mata pelajaran yang
berhubungan dengan membaca. Namun sekolah tetap berusaha untuk memberikan
pelajaran tambahan untuk latihan membaca. Oleh karena itu penulis memutuskan
untuk melakukan observasi dan intervensi lebih dalam terhadap Dani

Identitas Anak
1. Nama siswa : Hamdani Maulana Syamsudin
2. Nomor Induk : 060701013
3. TTL : Bandung, 11 Juni 2000
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Pendidikan sebelumnya : TK
7. Alamat Siswa : Dangdeur
8. Nama Orang tua
a. Ayah : D. Syamsudin
b. Ibu :-

7
9. Pekerjaan Orang Tua
a. Ayah : Swasta
b. Ibu :

2.3 Langkah-langkah Identifikasi

Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang disuga mengalami kesulitan


belajar;
a. Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun
khusus dalam bidang studi. Sesuai dengan rekomendasi guru kelas.
b. Meneliti nilai rapot yang kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas
atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut.
c. Menganalisis buku catatan dan buku tugas siswa yang akan di identifikasi..
d. Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar
mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-
tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas.
e. Melakukan Asesmen terhadap siswa menggunakan instrument yang sesuai
dengan tingkatan kelasnya.
f. Menganalisis hasil asesmen dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat
g. Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas,dan
guru pembimbing.
h. Menyusun program pembelajaran individual untuk anak
i. Melaksanakan pembelajaran yang telah di susun

2.4 Identifikasi Kasus


Dari serangkaian observasi dan Asesmen yang diberikan pada anak maka
terdapat beberapa hasil analisis dari anak yang diduga mengalami kesulitan belajar
(LD):
a) Membaca
Penyusun memberikan beberapa Asesmen membaca kepada Dani. Dari hasil
bacaan Dani masih banyak mengalami kesulitan dalam membaca. Dani masih sering
mengganti kata/ huruf (substitusi), penambahan kata/ huruf (Insersi), Pengurangan

8
huruf/ kata (Omisi), Pertukaran posisi (Repetisi) dan terdapat banyak penghentian
pada saat membaca. Dani sering mengganti kata nya dengan ya ataupun
menghilangkan “nya” pada kata-kata tertentu. Ketika membaca huruf konsonan-
konsonan yang berdampingan pada kata Dani sering memenggal kata tersebut seperti
september dibaca sep/tem/ber atau pun menghilangkan huruf seperti sebagai dibaca
sebaga.
Setelah itu dilanjutkan dengan menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan teks bacaan. Dani dapat menjawab beberapa pertanyaan yang mengandung
unsur fakta dan urutan dalam cerita. Namun, Dani tidak dapat menjawab pertanyaan
yang mengandung unsur argumen ataupun prediksi dan ketika saya bertanya
mengenai isi bacaan Dani tidak mampu menceritakan kembali isi bacaan tersebut.
Melihat jawaban dari teks bacaan, siswa 50% benar. Sehingga Dani termasuk kepada
Frustation level.

ASPEK – ASPEK PENILAIAN

NO ASPEK FREKUENSI DIBACA DAN TERBACA


kanal nakal akan ada
nelayan pelayan dengan memakan
menjadi terjadi wah yah
tentang pentang Lo No
1 Subtitusi 12
Menguntungkan Penguntungkan
Petromaks tetronaks
Tentang Mentang
tepiannya Ptepiaya
jala jalan
Insersi (penambahan
2 3 Bapak Bakpak
huruf / kata)
cerita bercerita
nasional nasinal
Omisi (pengurangan bapakku bapaku
3 4
huruf / kata) sebagai sebagi
sebagai sebaga
4 Repetisi (pertukaran 4 kenal nakal
posisi) Mahal Malah
bisa bias

9
sambung sumbang
tanjung tan/jung
Melaut Mela-ut
Reversal
September sep-tem-ber
5 (pengehentian dalam 6
Digunakan di/gu/na/kan
membaca)
Penangkap pe/nang/kap
Keong-keong keo/ng-keo/ng
Hesitasi (penghentian Keramba__adalah
6 1
yang lebih lama)
7 Word by word -
* keterangan: (dibaca) / (pemenggalan kata) __ (berhenti/ jeda)

Dilanjutkan dengan instrumen asesmen membaca permulaan dengan


membaca imbol-simbol huruf, suku kata, kata dan kalimat. Konsonan rangkap seperti
ny (tidak dibaca), sering mengganti kata yang dibaca dengan kata lain yang bunyinya
terdengar sama peta dibaca tepa, kelapa dibaca kepala (repetisi/ pertukaran posisi).
Dani mampu mengenal simbol bacaan namun ketika membaca Dani belum
menggunakan simbol tersebut. Ketepatan artikulasi dan Intonasi juga harus
diperhatikan dan Dani pun sering menghiraukan tanda baca.
*) Untuk lebih jelas dapat dilihat dari hasil asesmen pada lampiran
b) Menulis
Intrumen asesmen menulis yang di ujikan adalah mengarang bebas sesuai dengan
daya imajinasi Dani. Dalam aspek mengarang Dani masih sangat kurang, tidak ada
kejelasan suatu kalimat, karena Dani tidak menggunakan symbol-simbol bacaan.
Kosakata yang digunakan masih sedikit, masih banyak menulis huruf kapital pada
awal kata, bukan awal kalimat. Ide atau daya imajinasi siswa masih kurang, alur cerita
yang digunakan pun sangat singkat.
Menulis dengan cara dikte Dani sudah mampu mengikuti apa yang dibacakan,
namun harus dengan pelan dan cara membacakan dikte haruslah perkata. Dani belum
mampu menangkap dan menuliskan kalimat yang didiktekan secara utuh. Penggunaan
symbol sudah tepat, namun harus sesuai dengan arahan. Penggunaan spasi masih
kurang, Dani terkadang menulis dengan jarak yang terlalu dekat dan ada beberapa
huruf yang bertumpuk. Penggunaan huruf kapitalpun belum tepat, terkadang Dani
menggunakan huruf Kapital di tengah-tengah kalimat/ kata, ataupun tidak

10
menggunakan huruf kapital setelah titik. Dani melakukan mengganti kata/ huruf
(substitusi) pada kata sulung menjadi sulum
Motorik halus Dani sudah cukup baik, dapat dilihat pada instrumen asesmen
menulis permulaan Dani mampu menarik garis lurus,menjiplak symbol/kata namun
pada aspek meniru Dani tidak melakukannya dengan baik. Terlihat pada contoh yang
tertulis huruf kapital namun Dani menulis dengan huruf kecil. “BAGAIMNA 120
MURID SD?” ditulis “BAGAIMna 120 muRiD SD?”
*) Untuk lebih jelas dapat dilihat dari hasil asesmen pada lampiran

c) Aritmatika
Dari beberapa asesmen aritmatika yang diberikan, Dani masih ragu-ragu dan
memerlukan waktu yang lama ketika berhitung. Dari hasil asesmen yang diberikan,
siswa mampu menyelesaikan konsep bilangan kongkrit, semi-kongkrit, bahkan
abstrak.
Pada lembar kerja siswa asesmen aritmatika 1, aspek kemampuan
mengelompokan objek berdasarkan bentuk, warna, ukuran, siswa sudah memahami
konsep pengelompokan.
Pada operasi hitung penjumlahan ataupun pengurangan Dani sudah mampu
menyelesaikan soal-soal dengan konsep abstrak secara cepat dan tepat. Namun,
ketika beranjak pada operasi bilangan perkalian dan pembagian, Dani hanya mampu
menjawab soal satuan-puluhan saja
*) Untuk lebih jelas dapat dilihat dari hasil asesmen pada lampiran

2.5 Analisis kemungkinan kausal/penyebab terjadinya hambatan belajar


Jika dilihat dari tingkah laku anak dan kemampuan membaca. Penyebab
terjadinya hambatan belajar yang dimiliki anak dikarenakan adanya ganguan proses
berfikir dan memory karena anak sering berkata lupa dan ragu-ragu dalam
mengungkapkan pernyataanya

Anak membutuhkan ruang yang lebih sunyi agar dia bisa focus mengerjakan
tugasnya Terbukti saat membaca dia lebih yakin karena tidak ada teman-teman yang
memperhatikannya, meskipun masih memerlukan banyak bimbingan dan arahan.

11
Penulis tidak bisa mempastikan penyebab terjadinya hambatan belajar pada
dani dikarenakan tidak ada bukti tes yang otentik. Wallahu’alam

BAB 3

PROGRAM INTERVENSI

12
3.1 Program Pembelajaran yang di gunakan

Mrembaca permulaan merupakan proses penerjemahan smbol bunyi menjadi bunyi


yang bermakana. Seangkan membaca pemahaman merupakan proses menemukan
makna/ pesan/ informasi dari bacaan.

Dalam tahapan ini penulis menggunakan metode-metode pembelajaran sebgai


berikut:

a. Pendekatan perkembangan
Pendekatan teori perkembangan memandang bahwa membaca merupakan
bentuk kemampuan yang dipengaruhi oleh factor kemampuan pra membaca.
Oleh karena itu penanganan kesulitan membanca lebih diarahkan pada
kekuatan pra-membacanya misalnya:
 Latiha konsep lateral yang mengembangkan konsep arah (atas-bawah, depan-
belakang, tengah-tepi, kiri-kanan)
 Aktivasi pengenalan symbol/ bentuk bermakna (tanda panah, gambar symbol
umum, huruf, angka)
 Aktifitas mengurutkan benda (sesuai warna, bentuk, pola dan seterusnya)
 Metode selusur (untuk membaca permulaan dengan V-K-A-T)

Prinsip : Mendayagunakan sebanyak-banyaknya kemampuan sensorisatau


pengidraan.

1. Visual : penglihatan
2. Auditori : pendengaran
3. Taktil : peabaan
4. Kinestetik : kesadaran pola gerak

Langkah-langkah :

1. Perlihatkan sebuah huruf berukuran besar


2. Guru menyebutkan nama huruf dan anakmengulanginya
3. Guru mencontohkan cara menulusuri pola hurup tersebut dengan jari tangan
4. Anak menelusuri pola huruf itu dengan tangannya sendiri
5. Saat menelusuri pla huruf anak memunyika nama hurufnya

13
6. Ulangai kegiatan tersebut dua atau tiga kali
7. Berikan anak selembar kertas berisi titik-titik pola huruf tersebut
8. Anak merangkaikan titk-titik pola huruf tersebut
9. Saat merangkaikan titik-titik pola huruf, anak membunyikan nama hurufnya
10. Tugaskan anak tersebut menuliskan pola huruf tersebut di atas kertas kosong,
sambil membunyikan nama hurufnya.
(krik & Minskoff, dalam lerner 2000)

b. Pendekatan perilaku

Pendekatan teori perilaku memandang bahwa membaca merupakan bentuk


kemampuan yang kemampuan dan hambatannya tampak pada saat proses
membacanya sendiri. Ketidaklancaran membaca merupakan salah satu bentuk
hambatan yang seing tampak.

 Pembiasaan membaca huruf suku kata. Kata dan kalimat yang secara
bertahap taraf kesulitannya kian di tingkatkan
 Pengenalan huruf, suku kata, kata dan kalimat, terutama pada bagian di mana
anak kerap menunjukan kesulitan.
 Metode bunyi untuk aktivitas membaca permulaan dan metode linguistic
untuk aktifitas membaca lanjutan
o Metode bunyi

Prinsip

1. Menamai huruf sesuai dengan “bunyi”-nya.


Misalnya : huruf “k” dibunyikan /ek/atau/ ke/
“g” dibunyikan/ eg/ atau/ ge/
2. Contoh pelafalan
Kata kaki : ek-a-ek-i
Bukan : ka-a-ka-i

Langkah-langkah

1. Anak diperinthkan menggunakan bunyi huruf saat mengeja

14
2. Anak memanjangkan unyi huruf tersebut saat akan menyambungkan dengan
bunyi huruf lain.
3. Pelajaran dimulai dengan susunan huruf KV-KV lalu dilanjutkan dengan pola
huruf lain yang lebih rumit
4. Anak dikenalkan dengan bunyi konsonan rangkap sebagai satu kesatuan
bunyi. Misalnya konsonan /ng/dan /ny/
5. Selain itu anak juga dikenalkan dengan bunyi diftong (vocal rangap sebagai
satu kesatuan bunyi. Misalnya difrog /ai/, /au/, dan /oi/
o Metode linguistic

Metode membaca permulaan / lanjut dengan pendekatan perilaku

Prinsip

1. Anak dapat menyimpulakan sendiri pola hubungan antara symbol huruf dan
bunyi dari symbol huruf tersebut
2. Mengajarkan kata secara utuh
3. Penekanan pada kemiripan bunyi
4. Tidak memperhatikan makna klimat

Langkah-langkah

1. Berikan anak beberapa kata yang bermiripan


Missal : Anjing dan kucing
Anjing dan kucing suka daing
Anjing dan kucing berguling
2. Tugaskan anak untuk membaca nyaring rangkaian kalimat tersebut
3. Ulangi sampai anak sadar kemiripan bunyi
4. Biarkan anak mengulangi kata/ kalimat meski belum paham maknanya

(Barnhart dalam Lerner, 2000)

3.2 Identifikasi Program Pembelajaran

a. Kondisi objektif dan tujuan

15
Deskripsi Tujuan
(kondisi saat ini) Pendek Panjang
Kemampuan : 1. anak mampu 1. anak mampu membaca
1. mampu menyebutkan huruf membaca bunyi kata/ kalimat denan tepat
maupun kata dan kalimat konsonan rangkap tanpa adanya penggantian
2. mapu membaca namun sebagai satu kata/ huruf (substitusi),
masih terdapat kekeliruan kesatuan bunyi” ny” penambahan kata/ huruf
3. kurang memahami isi membaca “nya” (Insersi), Pengurangan
baaan bukan “ya” huruf/ kata (Omisi),
Ketidakmampuan: Pertukaran posisi
1. sering mengganti kata nya (Repetisi) dan terdapat
dengan ya ataupun banyak penghentian pada
menghilangkan “nya” saat membaca
2. masih bayak terdapat 2. Anak mampu
penggantian kata/ huruf menceritakan kembali
(substitusi), penambahan mengenai isi bacaan.
kata/ huruf (Insersi),
Pengurangan huruf/ kata
(Omisi), Pertukaran posisi
(Repetisi) dan terdapat
banyak penghentian pada
saat membaca

b. Target sasaran
Dalam hal ini penulis menargetkan agar anak mampu membaca bunyi “nya”
dan meminimalisir kesalahan penggantian kata/ huruf (substitusi), penambahan kata/
huruf (Insersi), Pengurangan huruf/ kata (Omisi), Pertukaran posisi (Repetisi) dan
terdapat banyak penghentian pada saat membaca dalam 8 kali pertemuan.

16
PROGRAM PEMBELAJARAN MEMBACA

Nama : Hamdani Maulana Syamsudin Kelas/Se : V/1


mester
Usia : 10 tahun Sekolah : SDN ISukawarna
II
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Membaca
Kesulitan
:
AEPEK INDOKATOR TUJUAN MATERI STRATEGI DAN ALAT WAKTU EVALUASI
PEMBELAJ PEMBELAJARAN
ARAN
Melakukan Mampu memahami Anak mampu  Latiha konsep Strategi yang digunakan 1x30 Evaluasi yang
latihan pra konsep arah, memahami lateral yang berupa permainan mengenal menit diberikan terdiri
membaca symbol, dan urutan konsep arah, mengembangkan arah, menunjukan beberapa dari evaluasi
benda symbol, dan konsep arah (atas- symbol yang berada dpada proses dan
urutan benda bawah, depan- gambar dan mengurutkan evaluasi hasil.
belakang, tengah- benda sesuai warna ataupun Evaluasi proses
tepi, kiri-kanan) bentuknya melalui gambar dilakukan setiap
 Aktivasi yang telah di susun pertemuan setelah
pengenalan symbol/ maetode diberikan.
bentuk bermakna penulis akan

17
(tanda panah, memberikan
gambar symbol perintah yang
umum, huruf, sama pada evaluasi
angka) proses. Pada
 Aktifitas evaluasi hasil,
mengurutkan benda guru akan
(sesuai warna, memeberikan
bentuk, pola dan semacam tes atau
seterusnya) ujian setelah
Mengenal Mampu Mengenal huruf Materi yang digunakan Menggunakan Metode 1x30 seluruh metode
huruf dan dan berupa latihan selusur (untuk membaca Menit selesai diberikan.
membunyika membaca di sertai permulaan dengan V-K-A-T)
nnya dengan menulis. Anak a)Perlihatkan sebuah huruf
menelusuri pola huruf berukuran besar
dan membacanya b) Penulis menyebutkan
dengan nyaring setelah nama huruf dan
itu anak diberikan soal anakmengulanginya
berupa tulisan cetak c)Penulis mencontohkan cara
putus-putus yang akan menulusuri pola hurup
di tulis dan di bunyikan tersebut dengan jari tangan
kembali oleh anak d) Anak menelusuri pola

18
huruf itu dengan tangannya
sendiri
e)Saat menelusuri pola huruf
anak memunyika nama
hurufnya
f) Ulangai kegiatan tersebut
dua atau tiga kali
g) Berikan anak selembar
kertas berisi titik-titik pola
huruf tersebut
h) Anak merangkaikan
titk-titik pola huruf tersebut
i) Saat merangkaikan titik-titik
pola huruf, anak
membunyikan nama
hurufnya
j) Tugaskan anak tersebut
menuliskan pola huruf
tersebut di atas kertas
kosong, sambil
membunyikan nama

19
hurufnya.
k) Medianya
berupa kertas dan crayon/
bolpoint

Membaca Mampu mengenal Agar anak  Menamai huruf a) Anak diperinthkan 2x30
bunyi dan membiasakan mampu membaca sesuai dengan menggunakan bunyi huruf Menit
konsonan pembacaan bunyi bunyi huruf, dan “bunyi”-nya. saat mengeja
rangkap huruf, dan membaca membaca Misalnya : b) Anak memanjangkan
sebagai satu kesatuan bunyi kesatuan bunyi huruf “p” bunyi huruf tersebut saat
kesatuan. konsonan rangkap konsonan rangkap dibunyikan akan menyambungkan
dan bunyi diftong. dan bunyi /ep/atau/ pe/ dengan bunyi huruf lain.
diftong. “t” dibunyikan/ et/ c) Pelajaran dimulai dengan
atau/ te/ susunan huruf KV-KV
 Contoh pelafalan lalu dilanjutkan dengan
Kata peta: ep-e-et- pola huruf lain yang lebih
a rumit
Bukan : d) Anak dikenalkan dengan
pe-e-ta-a bunyi konsonan rangkap
sebagai satu kesatuan
bunyi. Misalnya konsonan

20
/ng/dan /ny/
e) Selain itu anak juga
dikenalkan dengan bunyi
diftong (vocal rangap
sebagai satu kesatuan
bunyi. Misalnya difrog
/ai/, /au/, dan /oi/
Kemiripan Mampu menyadari Agar anak Memberikan beberapa Metode linguistic= Metode 2x30
bunyi pada kesamaan bunyi mampu kata yang bermiripan membaca permulaan / Menit
kata pada kata kata “nya” menyadari bunyi. lanjut dengan pendekatan
kesamaan bunyi Missal : perilaku.
pada kata kata Andi sedang Anak di suruh membaca
“nya”. bernyanyi nyaring dengan kata-kata
Sambil bernyanyi, dia yang diberikan penulis,
menyapu setelah itu anak
mengulangi kata tersebut
sampai anak menyadari
adanya kemiripan bunyi.
Membaca Anak mampu Mampu Memberikan teks Metode yang digunakan 2x30
dengan menyadari bacaan menyadari bacaan bacaan dengan guru adalah metode tutor antara Menit
koreksi yang kurang tepat yang kurang tepat memperhatikan anak penulis dan anak yang
dalam proses agar anak menyadari saling berhadapan pada

21
membaca (untuk kesalahan baca dan saat latihan membaca
penghilangan guru mampu
(substitusi), membimbing dan
penambahan kata/ mengkoreksi
huruf (Insersi), kesalahan tersebut
Pengurangan huruf/ agar anak mengetahui
kata (Omisi), dimana letak
Pertukaran posisi kesalahannya.
(Repetisi) dan
terdapat banyak
penghentian pada
saat membaca

Pertemu ASPEK PEJABARAN


SOAL PENJELASAN
an MATERI
1 Melakukan  Latiha konsep  Latiha konsep lateral Pada aspek pra memaca

22
latihan pra lateral yang Ikuti apa yang ibu perintahkan ! berupa latihan konsep lateral,
membaca mengembangkan a. Coba angkat tangan/ kaki (kanan/kiri) ke pengenalan symbol dan
konsep arah (atas- atas/bawah. mengurutkan benda, dani
bawah, depan- b. Coba angkat tangan/ kaki (kanan/kiri) ke sudah mampu menyelesaikan
belakang, tengah- depan / belakang. soal pada tahapan ini.
tepi, kiri-kanan) c. Silahkan berdiri di tengah garis lurus tersebut! Pembelajaran yang diberikan
 Aktivasi d. Silahkan berdiri di tepi garis lurus tersebut! berupa tahapa awal dan
pengenalan pengenalan sebelum
symbol/ bentuk  Aktivasi pengenalan symbol membaca.
bermakna (tanda Coba sebutkan gambar apakah dibawah ini?
panah, gambar
symbol umum,
huruf, angka)  Aktifitas mengurutkan benda
 Aktifitas Urutkan benda / gambar di bawah ini dari yang
mengurutkan terkecil sampai yang terbesar!
benda (sesuai
warna, bentuk,
pola dan
seterusnya)
A B C D

23
A B C D

A B C D E
2 Mengenal huruf Materi yang a. Lihatlah, huruf apakah ini? Pada metode ini dani merasa
dan digunakan berupa b. Coba telusuri gambar huruf ini dengan jari asyik melakukan telusur pada
membunyikann latihan membaca di tanganmu sambil membunyikannya! huruf, huruf-huruf yang
ya sertai dengan c. Hubungkan titik-titik pada kertas sambil digunakan berupa vocal dan
menulis. Anak membunyikan huruf tersebut! beberapa konsonan yang
menelusuri pola d. Sekarang tulis dan bunyikan huruf tersebut masih sulit / tertukar untuk
huruf dan pada kertas kosong! dani baca.
membacanya dengan Pada alphabet dani sudah
nyaring setelah itu mampu untuk membaca
anak diberikan soal huruf satu per satu dengan
berupa tulisan cetak baik.
putus-putus yang
akan di tulis dan di

24
bunyikan kembali
oleh anak

3 Menamai huruf Materi yang  Bunyikan kata di bawah ini sesuai dengan Pada tahapan ini dani masih
sesuai dengan digunakan berupa bunyi hurufnya. melakukan beerapa
“bunyi”-nya. penguraian huruf 1. Mata kekeliruan dalam
pada kata berpola 2. Tisu membunyikan huruf pada
VK-VK 3. Nasi kata TAHU dai menyebutkan
4. Roti TA-HU tidak satu bunyi
5. Tahu sesuai dengan hurufnya.
6. Meja Begitu pula pada kata MEJA
7. Susu dst
8. Bibi
9. Baju
10. Peta

4 Membaca bunyi Materi yang  Bacalah konsonan di bawah ini ! Masih sulit untuk melakukan
konsonan digunkan ng ny latihan dengan konsonan dan
rangkap sebagai pengulangan vocal rangkap, dani harus
satu kesatuan. konsonan dan vocal ai au Ao mengulang beberapa kali

25
rangkap agar anak setelah di ingatkan.
terbiasa dan terlatih
menghadapi pola
seperti itu
5 Kemiripan Memberikan Memberikan beberapa kata yang bermiripan bunyi. Pada tahap awal dani masih
bunyi pada kata beberapa kata yang Missal : memunyikan kata nya
bermiripan bunyi Andi sedang bernyanyi menjadi ya dan it uterus
“nya” Sambil bernyanyi, dia menyapu berlangsung.
Namun setelah diberikan
contoh maka dani mengikuti.
Namun masih selalu di
ingatkan.
6 Kemiripan Memberikan beberapa kata yang bermiripan bunyi. Pada pertemuan selanjutnya
Memberikan
bunyi pada kata Missal : masih membahas kanya nya
beberapa kata yang
Andi sedang bernyanyi dan dani masih sering keliru
bermiripan bunyi
Sambil bernyanyi, dia menyapu dan harus selalu di latih dan
“nya”
di ingatkan.
7 Membaca Materi yang Teks bacaan Pada tahapan ini masih
dengan koreksi digunakan berupa “pergi ke kantor pos” sering melakukan kesalahan
teks bacaan. Anak pengulangan, penggantian
membaca dengan dan sebagainya, namun
nyaring dan guru sekali lagi dani perlu di

26
memperhatikan ingatkan dan di bimbing agar
terbiasa membaca dengan
tepat.
8 Membaca Materi yang Teks bacaan Intensitas kesalahan dani
dengan koreksi digunakan berupa “yang bisa di tanam di pekarangan rumah” dalam membaca sudah
teks bacaan. Anak semakin berkurang dan itu
membaca dengan dapat diminimalisir dengan
nyaring dan guru bimbingan dari guru atau
memperhatikan orang tua

27
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ternyata dalam menghadapi anak dengan hambatan belajar tidak semudah dengan
apa yang kita bayangkan. Terkadang anak tidak mau melakukan apa yang kita perintahkan
kepadanya. Kekurangan motivasi dalam belajar. Membuat penulis harus ekstra
menyemangatinya agar mau belajar intensif membaca. Memperingatinya beberapa kali
agar anak menyadari kesalahan yang ia lakukan.

Dengan beberapa intervensi yang dilakukan belum menunjukan hasil yang optimal
meskipun ada sedikit perubahan dengan pembiasaan yang dilakukan dengan melatih
ketidakmampuan yang dimiliki karena dengan demikian dalam jangka waktu yang tidak
kita ketahui semua perubahan akan terjadi. Dukungan dari orang tua dan guru sangat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Meskipun intervensi yang dilakukan tidak merubah
anak menjadi bisa membaca tanpa kesalahan namun dengan apa yang kita lakukan sudah
mendukung pembelajaran bagi siswa.

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan akademik dapat diketahui oleh guru
atau orang tua ketika anak tersebut menampakkan kesulitan pada salah satu atau beberapa
kemampuan akademik, termasuk diantaranya adalah kesulitan membaca.

Untuk kedepannya diharapkan terjalinnya hubungan kerjasama antara orang tua


dan guru dalam membahas secara bersama-sama demi perkembangan anak baik di sekolah
maupun di rumah. Agar hambatan yang dialami anak dapat diatasi dengan baik.
Komunikasi antara orang tua dan guru sangatlah penting untuk dilakukan setiap harinya,
bukan pada saat pembagian raport saja. Hal ini dianggap perlu karena anak terus
berkembang setiap saat dan tugas kitalah untuk mengembangkannya kearah yang lebih
baik.

28
4.2 Rekomendasi

Orang tua
Diperlukan perhatian yang cukup besar dari orang tua sebagai pembimbing prestasi
akademik siswa, dimana selain disekolah siswa pun mampu menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan rumah dari guru yang memerlukan perhatian dan bimbingan yang khusus. Untuk
mengasah kembali kemampuan akademik siswa. Orang tua menjalin kerjasama yang baik
dengan guru, agar dapat melanjutkan tugas guru mengatasi kesulitan menulis yang dialami
oleh anak. Orang tua harus memberikan latihan-latihan pada anak, dengan bimbingan dan
petunjuk dari guru. Lakukan segera perbaikan jika pada saat memberikan latihan, anak
melakukan kesalahan walaupun hanya kesalahan yang kecil seperti pertukaran huruf,
penghilangan satu huruf dan sebagainya. Karena jika tidak segera dilakukan perbaikan,
anak akan semakin konsisten dengan kesalahan yang dilakukannya. Dan bisa jua
memberikan motovasi baik berupa pujian ataupun hadiah yang lainnya agar anak semangat
dalam meningkatkan prestasi akademiknya.

Guru Kelas
 Mengenalkan kembali tanda baca seperti tanda koma, titik, tanda jeda, tanda seru,
tanda tanya, dan lain-lain dengan intensif dalam hal membaca kata / kalimat.
 Melatih ketetapan artikulasi dan intonasi pada bacaan
 Melatih pemahaman makna kata, kelompok kata atau pun isi bacaan
 Pembiasaan membaca huruf, suku kata, kata dan kalimat yang secara bertahap taraf
kesulitannya kian ditingkatkan.
 Melatih pembiasaan untuk membaca suku kata nya, dan pendampingan membaca
acar anak di ingatkan ketika salah membaca.

29
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Astuti, Marfuah Panji. (TT). Mengenal Gangguan Belajar Diskalkulia &Disgrafia.
[Online]. Tersedia: http://www.mail-archive.com/milis-nakita@news.gramedia-
majalah.com/
Drajat, Untung. 2009. Kerangka Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar Di
Sekolah Dasar. Tersedia [online]: http://toenks.blogspot.com

Pusat kurikulum badan penelitian dan pengembangan departemen pendidikan nasional


2007. Model kurikulum bagi peserta didk yang mengalami kesulitan belajar.
Tersedia http://www.docstoc.com/docs/38986176/MODEL-KESULITAN-BELAJAR
Shadiq Fadjar. (2007). Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa. [ Onlline].
Tersedia: http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/aa-
litansiswa_wartaguru_.pdf
Wiguna, Tjhin. (2008). Seluk Beluk Kesulitan Belajar pada Anak. [Online]. Tersedia:
http://fauzy.kotangawi.com/files/2008/11/seluk-beluk-kesulitan-belajar-pada-
anak.pdf [23 Mei 2010]

30
31

Anda mungkin juga menyukai