Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
SURAKARTA
2021
PENDAHULUAN
➢ Tujuan Identifikasi
Secara umum tujuan identifikasi ini adalah untuk menghimpun
informasi seawal munggkin apakah seorang anak mengalami
kelainan/penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau
sensoris neurologis) atau tidak. Disebut mengalami kelainan/
penyimpangan tentunya harus dibandingkan dengan anak lain yang
sebaya dengannya. Hasil dari identifikasi akan dilanjutkan dengan
asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan program
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
Dalam rangka pendidikan inklusi, kegiatan identifikasi Anak
Berkebutuhan Khusus dilakukan untuk lima keperluan, yaitu:
1) Penjaringan (screening)
Pada tahap ini identifikasi berfungsi menandai anak-anak
mana yang menunjukan gejala-gejala tertentu, kemudian
menyimpulkan anak-anak mana yang mengalami
kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga tergolong ABK.
Dengan alat identifikasi ini guru, orang tua, maupun tenaga
profesional terkait, dapat melakukan kegiatan penjaringan secara
baik dan hasilnya dapat digunakan untuk bahan penanganan
lebih lanjut.
2) Pengalihtanganan (referal)
Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap
penjaringan, selanjutnya anak-anak dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok. Pertama, ada anak yang tidak peru
dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung
ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk layanan pembelajaran
yang sesuai. Kedua, kelompok anak yang perlu dirujuk ke ahli
lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog, dokter,
orthopedagog (ahli PLB), dan atau therapis, baru kemudian
ditangani oleh guru.
Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga professional lain
untuk membantu mengatasi masalah anak yang bersangkutan
disebut proses pengalihtanganan (referral). Jika tenaga
professional tersebut tidak tersedia dapat dimintakan bantuan ke
tenaga lain yang ada seperti Guru Pembimbing Khusus (Guru
PLB) atau Konselor.
3) Klasifikasi
Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk
menentukan apakah anak yang telah dirujukkan tenaga
professional benar-benar memerlukan penanganan lebih lanjut
atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.
Apabila berdasar pemeriksaan tenaga professional ditemukan
masalah yang perlu penanganan lebih anjut (misalnya
pengobatan, terapi, latihan-latihan khusus, dan sebagainya)
maka guru tinggal mengkomunikasikan kepada orang tua siswa
yang bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan atau memberi
terapi sendiri, melainkan menfasilitasi dan meneruskan kepada
orang tua tentang kondisi anak yang bersangkutan. Guru hanya
akan membantu siswa dalam hal pemberian pelayanan
pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak
ditemukan tanda-tanda yang cukup kuat bahwa anak yang
bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut, maka anak
dapat dikembalikan ke kelas semula untuk mendapatkan
pelayanan pendidikan khusus. Kegiatan klasifikasi ini memilah-
milah mana ABK yang memerlukan penanganan lebih lanjut
dan mana yang langsung dapat mengikuti pelayanan pendidikan
khusus di kelas reguler.
4) Perencanaan pembelajaran
Tahapan ini bertujuan untuk keperluan penyusunan program
pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah
hasil dari klasifikasi. Setiap jenis dan gradiasi (tingakt kelainan)
ABK memerlukan program pembelajaran yang berbeda satu
sama lain.
➢ Sasaran Identifikasi
Secara umum sasaran identifikasi ABK adalah seluruh anak usia pra-
sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangkan secara khusus (operasional),
sasaran identifikasi ABK adalah :
1. Anak yang sudah bersekolah di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah;
2. Anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah;
3. Anak yang belum/ tidak bersekolah karena orangtuanya merasa
anaknya tergolong Anak Berkebutuhan Khusus sedangkan lokasi
SLB jauh dari tempat tinggalnya; sementara itu, semua SD terdekat
belum/ tidak mau menerimanya;
4. Anak yang drop-out Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah karena
faktor akademik.
➢ Pelaksana Identifikasi
• Guru kelas
• Orang tua anak
• Tenaga proffesional terkait
B. ASESMEN
1. Asesmen akademik
Asesmen akademik adalah suatu proses untuk mengetahui
kondisi/kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK)
dalam bidang akademik. Bagi PDBK pada jenjang preeschool,
kemampuan akademik yang perlu digali terkait dengan kemampuan
membaca, menulis dan berhitung. Sedangkan bagi PDBK pada
jenjang pendidikan dasar dan selanjutnya, kemampuan akademik
yang perlu digali adalah terkait dengan semua bidang studi/mata
pelajaran yang diajarkan pada sekolah tersebut.
Asesmen akademik dapat dibagi lagi menjadi;
• Asesmen akademik membaca
• Asesmen akademik berhitung
• Asesmen akademik menulis
• Asesmen akademik mata pelajaran Bahasa Indonesia
• Asesmen akademik mata pelajaran Matematika