LAPORAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Autis
Oleh
Bismillahirohmanirohim
Segala puji bagi Allah yang mana telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak
dapat menyelesaikannya. Sholawat serta salam tercurah limpahkan pada baginda
tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.
Laporan ini berjudul “Identifikasi Anak Autis” yang dapat dibaca oleh semua
kalangan. Walaupun laporan ini tidak sempurna tetapi akan memberi wawasan terhadap
pembaca.
Kami juga berterimakasih kepada dosen Pendidikan Anak Autis yang telah
memberikan kesempatan untuk membuat laporan ini. Sehingga kami dapat
mengembangkan potensi dalam menulis laporan. Serta kami berterimakasih pada orang
yang telah ikut serta dalam pembuatan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberi wawasan dan kesadaran kepada pembaca
sehingga dapat menanamkan nilai posistif pada laporan ini. Kami mohon saran dan
kritik yang membangun. Wassalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB IV Kesimpulan 6
ii
BAB I
PROFIL ANAK
Umur : 11 tahun
Diagnosa :Autis
1
BAB II
RIWAYAT KEHIDUPAN
Pada masa proses perkembangan bayi Rendi hampir tidak pernah menangis,
hanya pada saat dilahirkan saja. Awalnya dari usia 1-2 bulan Rendi lebih sering tidur
dan tidak pernah menangis, sampai pada usia 3 bulan mulai baru ada menangis. Pada
usia 2 tahun belum bisa meniru kata-kata yang sederhana sampai usia 5 tahun dia hanya
mampu menyebutkan kata ba-ba. Pada usia 6-7 tahun sudah masuk sekolah TK dan
mulai bisa meniru kalimat atau kata yang ada di film kartun yang dia sukai, tetapi hanya
bisa menyebutkan kata-kata yang mudah disebutkan (hanya 7 kata). Pada usia 8 tahun
dia masuk sekolah SD reguler meskipun harus didampingi oleh ibunya ketika di dalam
kelas, disini mulai sangat terlihat hiperaktifnya tetapi sudah bisa sedikit diajak
berkomunikasi. Selama 1 tahun sekolah di SD reguler semakin terlihat perbedaannya
dengan anak normal pada umumnya, sehingga gurunya pun menyarankan untuk
memasukkan Rendi ke sekolah khusus, sampai akhirnya ibunyapun membawa Rendi ke
beberapa dokter umum untuk memeriksa dan memastikan apa yang sebenarnya dialami
oleh Rendi, dan sebagian dokter menyatakan bahwa Rendi mengalami autis yang
hiperaktif, tetapi ibu Rendi belum memastikannya ke dokter spesialis dikarenakan
keterbatasan biaya, ibunya Rendi pun mencari informasi melalui internet seputar ciri-
ciri anak yang mengalami autis, karena memang tidak mempunyai riwayat keturunan
yang memiliki kebutuhan khusus (autis). Sehingga ibunyapun memasukkan Rendi ke
sekolah khusus pada kelas 2 SD, sampai sekarang sudah kelas 3 SDLB di SLB Lingga
Darma Sumedang, setelah Rendi dimasukan sekolah luar biasa mengalami perubahan
sedikit demi sedikit dalam segi bahasa maupun kognitif. Ketika dia disekolahkan di
SLB mengalami perubahan yaitu perkembangan bahasa serta komunikasi terhadap
orang lain menjadi lebih baik. Akan tetapi, dalam segi emosi Rendi merupakan seorang
anak yang belum bisa mengontrol emosi sehingga terkadang tantrum ketika diejek oleh
teman-temannya.
2
BAB III
DIAGNOSIS
3
1 Keterlambatan atau sama sekali √
tidak berkembangnya kemampuan
bicara (tidak disertai usaha
menggunakan cara komunikasi
yang lain, misalnya bahasa tubuh).
4
stereotip dan berulang.
5
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah melakukan wawancara pada orang tua dan guru kami menduga bahwa
Rendi termasuk anak Autis, karena setelah kami mengobservasi langsung dengan
beberapa Asessmen dan kami mendapatkan hasil, yang menyatakan bahwa Rendi
mengalami gejala yang tampak pada anak autis, seperti :
1. Interaksi social : Anak autis dapat memiliki rasa senang berada di sekitar
orang lain, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya berinteraksi dengan orang
lain.
2. Hambatan emosi : Anak autis mengalami kesulitan memahami emosi dan
pikiran orang lain sehingga tidak tahu bagaimana cara merespon emosi dan
pikiran orang lain.
3. Kemampuan intelektual : Anak autis memiliki tingkat kecerdasan yang
bervariasi. Ada anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, sedang,
atau rendah. Anak autis yang memiliki tingkat kecerdasan rendah pun dapat
belajar di sekolah umum, tetapi masalah biasanya muncul pada saat harus
menyesuaikan diri dengan cara belajar anak normal.