Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI ANAK AUTIS

LAPORAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Anak Autis

Oleh

FIRA GITA PURNAMA 41032102171003

RINA RISTIANA 41032102171050

ULFATUN HASANAH 41032102171143

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarrakatuh

Segala puji bagi Allah yang mana telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak
dapat menyelesaikannya. Sholawat serta salam tercurah limpahkan pada baginda
tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.

Laporan ini dibuat agar pembaca memahami dan memperluas wawasan


mengenai anak autis yang telah kami sajikan dari beberapa sumber. Laporan ini ditulis
oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik dalam diri kami maupun dari luar.

Laporan ini berjudul “Identifikasi Anak Autis” yang dapat dibaca oleh semua
kalangan. Walaupun laporan ini tidak sempurna tetapi akan memberi wawasan terhadap
pembaca.

Kami juga berterimakasih kepada dosen Pendidikan Anak Autis yang telah
memberikan kesempatan untuk membuat laporan ini. Sehingga kami dapat
mengembangkan potensi dalam menulis laporan. Serta kami berterimakasih pada orang
yang telah ikut serta dalam pembuatan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat memberi wawasan dan kesadaran kepada pembaca
sehingga dapat menanamkan nilai posistif pada laporan ini. Kami mohon saran dan
kritik yang membangun. Wassalamualaikum Warohmatullah Wabarakatuh.

Bandung, 23 Oktober 2018

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar i

Daftar isi ii

BAB I Profil Anak 1

BAB II Riwayat Kehidupan 2

BAB III Diagnosis 3

BAB IV Kesimpulan 6

ii
BAB I

PROFIL ANAK

Nama Lengkap : Rendi Winata

Umur : 11 tahun

Tempat, tanggal lahir :Sumedang, 1 Agustus 2007

Jenjang pendidikan : SDLB

Nama Sekolah : SLB Lingga Darma Sumedang

Diagnosa :Autis

1
BAB II

RIWAYAT KEHIDUPAN

Sejak Rendi masih di dalam kandungan ibunya mengidap penyakit asma,


sehingga sangat sensitif terhadap asap dan debu, tetapi Rendi dilahirkan secara normal
dengan usia kandungan 9 bulan, memiliki lingkar kepala, berat badan dan panjang yang
normal seperti anak pada umumnya.

Pada masa proses perkembangan bayi Rendi hampir tidak pernah menangis,
hanya pada saat dilahirkan saja. Awalnya dari usia 1-2 bulan Rendi lebih sering tidur
dan tidak pernah menangis, sampai pada usia 3 bulan mulai baru ada menangis. Pada
usia 2 tahun belum bisa meniru kata-kata yang sederhana sampai usia 5 tahun dia hanya
mampu menyebutkan kata ba-ba. Pada usia 6-7 tahun sudah masuk sekolah TK dan
mulai bisa meniru kalimat atau kata yang ada di film kartun yang dia sukai, tetapi hanya
bisa menyebutkan kata-kata yang mudah disebutkan (hanya 7 kata). Pada usia 8 tahun
dia masuk sekolah SD reguler meskipun harus didampingi oleh ibunya ketika di dalam
kelas, disini mulai sangat terlihat hiperaktifnya tetapi sudah bisa sedikit diajak
berkomunikasi. Selama 1 tahun sekolah di SD reguler semakin terlihat perbedaannya
dengan anak normal pada umumnya, sehingga gurunya pun menyarankan untuk
memasukkan Rendi ke sekolah khusus, sampai akhirnya ibunyapun membawa Rendi ke
beberapa dokter umum untuk memeriksa dan memastikan apa yang sebenarnya dialami
oleh Rendi, dan sebagian dokter menyatakan bahwa Rendi mengalami autis yang
hiperaktif, tetapi ibu Rendi belum memastikannya ke dokter spesialis dikarenakan
keterbatasan biaya, ibunya Rendi pun mencari informasi melalui internet seputar ciri-
ciri anak yang mengalami autis, karena memang tidak mempunyai riwayat keturunan
yang memiliki kebutuhan khusus (autis). Sehingga ibunyapun memasukkan Rendi ke
sekolah khusus pada kelas 2 SD, sampai sekarang sudah kelas 3 SDLB di SLB Lingga
Darma Sumedang, setelah Rendi dimasukan sekolah luar biasa mengalami perubahan
sedikit demi sedikit dalam segi bahasa maupun kognitif. Ketika dia disekolahkan di
SLB mengalami perubahan yaitu perkembangan bahasa serta komunikasi terhadap
orang lain menjadi lebih baik. Akan tetapi, dalam segi emosi Rendi merupakan seorang
anak yang belum bisa mengontrol emosi sehingga terkadang tantrum ketika diejek oleh
teman-temannya.

2
BAB III

DIAGNOSIS

Dalam Standar Pelayanan Psikologi Kinis (SPPK) Autisme diartikan sebagai


gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya kelainan yang muncul
sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri kelainan fungsi dalam 3 bidang: interaksi sosial,
komunikasi dan perilaku yang terbatas dan berulang.

Kriteria diagnosis yang digunakan mengacu pada DSM IV (Diagnostic


Statistical Manual), yaitu: Harus ada minimum dua gejala dari a, dan masing-masing
satu gejala dari b dan c :

Gangguan interaksi sosial (minimal 2 gejala):

No Karakteristik Ya Tidak Keterangan


1 Gangguan dalam penggunaan √ Tidak ada kontak mata
berbagai perilaku nonverbal seperti
kontak mata, ekspresi wajah, sikap
tubuh, dan gerak-gerik tubuh untuk
menjalankan interaksi sosial.

2 Kegagalan dalam membangun √


hubungan pertemanan yang sesuai
dengan tingkat perkembangan.

3 Kurangnya spontanitas dalam √ Tidak menunjukan, membawa


berbagi kesenangan, minat atau atau menunjuk objek yang
prestasi dengan orang lain. diminati

4 Kurangnya hubungan sosial dan


emosional yang timbal balik.

Gangguan komunikasi (minimal 1 gejala):

No Karakteristik Ya Tidak Keterangan

3
1 Keterlambatan atau sama sekali √
tidak berkembangnya kemampuan
bicara (tidak disertai usaha
menggunakan cara komunikasi
yang lain, misalnya bahasa tubuh).

2 Anak dapat berbicara, tetapi ada √ Adanya hambatan untuk


hambatan untuk memulai atau memulai dan mempertahankan
mempertahankan percakapan percakapan dengan orang lain,
dengan orang lain. hanya menjawab apa yang
ditanyakan saja (tidak adanya
timbal balik)
3 Penggunaan bahasa yang stereotip √
dan berulang, atau bahasa yang
aneh.

4 Kurangnya spontanitas dalam √


melakukan permainan berkhayal
atau meniru, yang sesuai dengan
tingkat perkembangannya.

Gangguan perilaku (minimal 1 gejala):

No Karakteristik Ya Tidak Keterangan


1 Preokupasi dengan satu atau lebih √ Tidak suka akan perubahan
pola minat yang stereotip dan kesehariannya
terbatas, abnormal baik dalam
fokus maupun intensitasnya.

2 Keterikatan pada ritual atau √


rutinitas spesifik yang tidak
berguna.

3 Adanya gerakan-gerakan yang √

4
stereotip dan berulang.

4 Perhatian yang secara terus √


menerus terikat pada bagian
tertentu dari benda.

Gangguan lainnya (minimal 1 gejala):

No Karakteristik Ya Tidak Keterangan


1 Interaksi social √ Tidak bisa mengungkapkan
apa yang diinginkannya
2 Bahasa yang digunakan dalam √ Hanya dapat berbicara ketika
komunikasi social ditanya saja

3 Permainan yang bersifat simbolik √


atau imajinatif

5
BAB IV

KESIMPULAN

Setelah melakukan wawancara pada orang tua dan guru kami menduga bahwa
Rendi termasuk anak Autis, karena setelah kami mengobservasi langsung dengan
beberapa Asessmen dan kami mendapatkan hasil, yang menyatakan bahwa Rendi
mengalami gejala yang tampak pada anak autis, seperti :

1. Interaksi social : Anak autis dapat memiliki rasa senang berada di sekitar
orang lain, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya berinteraksi dengan orang
lain.
2. Hambatan emosi : Anak autis mengalami kesulitan memahami emosi dan
pikiran orang lain sehingga tidak tahu bagaimana cara merespon emosi dan
pikiran orang lain.
3. Kemampuan intelektual : Anak autis memiliki tingkat kecerdasan yang
bervariasi. Ada anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, sedang,
atau rendah. Anak autis yang memiliki tingkat kecerdasan rendah pun dapat
belajar di sekolah umum, tetapi masalah biasanya muncul pada saat harus
menyesuaikan diri dengan cara belajar anak normal.

Anda mungkin juga menyukai