Anda di halaman 1dari 25

Laporan Hasil Observasi dan Wawancara Anak dengan Hambatan

Perkembangan Cacat Ganda di Panti Asuhan Ar-Rifdah

Oleh:

Joharul Arifin (30701601888)

Kenang Gilang (30701601892)

Mohammad Zakaria Okasha (30701601913)

Muhammad Luthfi Afwan (30701601916)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas-Nya lah rahmat serta hidayah senantiasa kita
rasakan hingga saat ini sehingga kami biasa menyelesaikan tugas Hambatan Perkembangan
Anak dan Remaja ini dengan baik. Adapun judul dari tugas kami adalah “Laporan Hasil
Observasi dan Wawancara Anak dengan Hambatan Perkembangan Cacat Ganda di Panti
Asuhan Ar-Rifdah”. Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Hambatan Perkembangan Anak dan Remaja.

Jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,
kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, hal tersebut semata-mata menjadi evaluasi
dalam pembuatan laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan untuk memperbaiki penulisan-penulisan selanjutnya.

Semarang, 24 Mei 2018

Kelompok
A. Tahap Persiapan
1. Who
a. Nama (Initial) : Musa
b. Jenis kelamin : Laki-Laki
c. Usia : Diperkirakan 4 Tahun
d. Pendidikan :-
2. Where
Observasi dan wawancara ini akan kami lakukan di Panti Asuhan Cacat
Ganda Al- Rifdah yang beralamat di Jalan Tlogomulyo No.40, Pedurungan Tengah
Kota Semarang, dimana disana terdapat anak yang memiliki penyakit cacat ganda
artinya mereka memiliki cacat fisik sekaligus cacat mental.
Observasi kami lakukan dengan jenis setting natural setting dimana
observer ini memiliki level kontrol yang rendah dan mengambil gejala dalam
kehidupan sehari-hari observee. Sedangkan, wawancara kami lakukan dengan
wawancara tak terstruktur dengan pertanyaan open-ended.
3. What
Dalam hal ini yang akan di observasi adalah anak dengan penderita autisme,
hyperaktif, tunawicara, dan retardasi mental. Jadi subjek yang kami observasi
memiliki empat disabilitas.
4. When
Observasi dan wawancara kami lakukan pada Selasa, 22 Mei 2018, pukul
11.10-12.00 WIB di Panti Asuhan Cacat Ganda Al-Rifda.
5. Why
Observasi ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui karakteristik pada
anak yang memiliki cacat ganda yaitu austime, hiperaktif, tunawicara dan retradasi
mental. Serta bagaimana kegiatan keseharian anak tersebut dilingkungannya,
bagaimana mereka berinteraksi dengan keadaan cacat ganda yang ada pada dirinya.
6. How
Kami menggunakan observasi dan wawancara untuk menggali data. Teknik
observasi kami adalah non-partisipan yaitu observer tidak terlibat secara langsung
dalam kegiatan observee sedangkan untuk wawancara sendiri kami menggunakan
wawancara terstruktur.
B. Landasan Teori
1. Definisi Autism
Istilah autism baru di perkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner. Autisme
berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Autos” yang berarti sendiri. Istilah Autisme
pertama kali digunakan untuk merujuk pada gaya berpikir yang aneh pada
skizofrenia oleh psikiater Swiss, Eugen Bleuer, pada tahun 1906. Anak – anak
autism dahulu dideskripsikan sebagai atypical children, symbiotic psychotic
children, dan childhood schizophrenia. Istilah “psikosis” kemudian dihilangkan dan
diganti oleh istilah gangguan pervasive.
PPDGJ (1993) mendefinisikan autism bagi gangguan perkembangan pervasive
yang ditandai oleh abnormalitas dan perkembangan, dengan ciri fungsi abnormal
dalam bidang interaksi sosial, komunikasi serta perilaku yang terbatas dan berulang.
Gangguan ini muncul sebelum usia 3 tahun dan di jumpai 3 sampai 4 kali lebih
banyak pada laki-laki dibanding anak perempuan. Pendapat senada dikemukakan
oleh Santrock (2009), bahwa gangguan akuistik adalah gangguan perkembangan
parah yang dimulai pada 3 tahun pertama kehidupan dalam bentuk keterbatasan
hubungan sosial; komunikasi yang abnormal; serta pola perilaku yang terbatas,
repetitive dan tetap.
2. Definisi Hiperaktif
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“
mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan
adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak
hatinya atau impulsif.
Sani Budiantini Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah
gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan
gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.
3. Definisi Tunawicara
Menurut Heri Purwanto dalam buku Ortopedagogik Umum (1998) tuna
wicara adalah apabila seseorang mengalami kelainan baik dalam pengucapan
(artikulasi) bahasa maupun suaranya dari bicara normal, sehingga menimbulkan
kesulitan dalam berkomunikasi lisan dalam lingkungan.
Sedangkan menurut Menurut Frieda Mangunsong, dkk dalam Psikologi dan
Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna wicara atau kelainan bicara adalah hambatan
dalam komunikasi verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono
Abdurrachman dan Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa Umum (1994)
gangguan wicara atau tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara,
artikulasi dari bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunawicara adalah
individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal
sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
4. Definisi Retradasi Mental
Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara
bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan
bermanifestasi selama masa perkembangan. Klasifikasi retardasi mental adalah mild
retardation, moderate retardation, severe retardation dan profound retardation
(Jurnal Retradasi Mental, Titi Sunarwati Sularyo, Muzal Kadim).
Retradasi mental sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara
menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan
gangguan adaptasi sosial (Rick Heber, 1961).
Karakter Mild Intellectual Disability (IQ antara 50-55 sampai 70)
1. Memiliki sedikit hendaya fisik (Biasanya)
2. Mencapai kelas sembilan dalam pencapaian akademik
3. Mencapai keterampilan vocasional
4. Hidup di tengah masyarakat dengan atau tanpa dukungan khusus
Karakteristik Moderate Intellectual Disability (IQ 35-40 sampai 50-55)
1. Memiliki abnormalitas fisik yang jelas seperti fitur sindrom Down
2. Pertasi akademik mencapai tingkat kelas dua
3. Aktifitas kerja membutuhkan pelatihan dan pengawasan dari dekat
4. Pengawasan khusus di keluarga atau group homes dibutuhkan untuk hidup di
masyarakat
Karakterisktik Severe Intellectual Disability (IQ 20-25 sampai 35-40)
1. Perkembangan motorik abnormal
2. Pembicaraan komunikatif sangat terbatas
3. Pengawasan dari dekat diperlukan untuk hidup di masyarakat
Karakteristik Profound Intellectual Disability (IQ dibawah 20-25)
1. Keterampilan motorik sangat terbatas
2. Komunikasi sangat terbatas

C. Panduan Observasi & Wawancara


a) Autisme

No. Bidang komunikasi


1. Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial yg bersifat menetap
pada berbagai konteks

2. Kurang mampu dalam komunikasi sosial dan emosional

3. Ketidakmampuan dalam komunikasi verbal

4. Ketidakmampuan dalam bahasa tubuh dan wajah

5. Terganggunya komunikasi dalam bahasa tubuh dan wajah

6. Kecenderungan menarik tangan orang lain bila menginginkan


sesuatu

7. Kecenderungan mengulang kata-kata (membeo)

8. Kata-kata yang diucapkan tidak mengerti artinya (mengoceh)

9. Meniru kalimat-kalimat khas, iklan, nyanyian tanpa mengerti


maknanya

10. Tidak memahami pembicaraan orang lain

No. Bidang interaksi

1. Menghindari kontak mata

2. Tidak bereaksi ketika dipanggil namanya

3. Menjauhi ketika diajak bermain

4. Tidak dapat merasakan empati

5. Asyik bermain sendiri

6. Kekurangan dalam mengembangkan, mempertahankan hubungan,


contohnya: kesulitan dalam menyesuaikan perilaku pada berbagai
konteks sosial, kesulitan dalam bermain imajinatif atau berteman,
tidak adanya ketertarikan terhadap teman sebaya

No Bidang perilaku

1. Pola perilaku dengan repetitif (perilaku yang berulang-ulang).


Contoh perilaku adaptif: melompat-lompat, berputar-putar,
mengepak-ngepakkan tangan.

2. Perilaku rutinitas yang kaku (tidak mau menerima perubahan)

3. Kelekatan yang abnormal pada suatu objek tertentu

4. Acuh tak acuh terhadap orang lain

5. Asyik dengan dunianya sendiri

6. Berteriak tanpa sebab


7. Jalan jinjit

8. Menyakiti diri sendiri

9. Menyakiti orang lain

10. Tidak mau diam, mealakukan aktifitas yg berlebihan dan tidak


terarah (hiperaktif)

11. Cendrung diam dan menarik diri (Hipoaktif)

12. Melamun, bengong, dengan tatapan kosong

No Bidang emosi

1. Tertawa sendiri tanpa sebab

2. Menangis tanpa alasan

3. Marah-marah tanpa sebab

4. Sering menunjukkan perilaku mengamuk tak terkendali apabila ia


tidak mendapatkan apa yang diinginkannya bahkan ada yang
menjadi agresif dan merusak

5. Rasa takut yang tidak wajar

6. Sensitif dengan suara-suara tertentu (bunyi bell, musik tertentu)

7. Kurang atau bahkan tidak memiliki rasa empati, (misalnya ketika


anak lain menangis karena terluka ia tidak merasa kasihan atau
bahkan merasa terganggu dengan anak yang menangis tersebut
dan mungkin saja malah memukul).

b) Hiperaktif
No Gejala
1. Adanya keterlambatan dalam tahapan perkembangan baik dari
anak-anak hingga ketika mereka dewasa

2. Adanya kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi,


khususnya melakukan pekerjaan umum dan lainnya

3. Sering berlari dan memanjat.


4. Mengalami kesulitan melakukan kegiatan dengan tenang.
5. Sering bergerak seolah diatur oleh motor penggerak.
6. Sering berbicara berlebihan.

c) Retradasi Mental

No Gejala
1. Tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi yang diberikan
oleh orang lain
2. Adanya kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari sehingga
harus dipandu bahkan hingga harus dibantu.
3. Mengalami kelambatan dalam kemampuan sensomotorik
4. Kemampuan berpikir rendah
5. Perhatian dan ingatannya lemah
d) Tuna Wicara

No Gejala
1 Tidak dapat berbicara
e)
D. Deskripsi Observasi

Musa memakai setelan kaos dan celana pendek warna merah dengan rambut
masih basah dan luluran bedak di mukanya.Musa dipanggil ibu yayasan untuk
disuruh duduk disampingnya tetapi Musa hanya tengak tengok tidak
menghiraukan kalimat dari ibu pemilik yayasan tersebut Musa hanya
memandang ibu pemilik yayasan lalu ibu pemilik yayasan mengambilkan kursi
untuk musa bermain tetapi musa masih berdiam diri di kursi kayu ibu pemilik
yayasan memberikan bolpoin sama kertas tetapi musa tidak langsung menerima
bolpoin dan kertasnya dia melihat objek tersebut lebih dahulu lalu mulai
dipegang tetapi setelah dipegang dia menaruh kembali bolpoin tersebut di meja
plastik lalu mendorong meja plastiknya lalu musa berdiri di kursi kayu diam
diatas kursi dengan melihat sekeliling matanya tidak bisa diam dalam satu objek
matanya terus berputar putar melihat lihat tidak jelas lalu musa turun mulai
melihat kertas diatas meja plastik lalu musa hanya melihat memegang lalu
mengembalikan kertas di meja plastik lalu musa kembali duduk di kursi kayu
dan tidak betrtahan lama dia mulai bergerak aktif kesana kemari duduk di
beberapa kursi berpindah ke kursi kursi melihat ke atas kemudian ke samping.
Musa berdiri berputar putar diatas kursi kayu dan berpindah pindah dari kursi ke
kursi Musa berjalan ke depan dan ke belakang di atas kursi kayu, beberapa saat
kemudian Musa mencoba dan menuruni kursi lalu kemudian terjatuh. Setelah
beberapa menit duduk terdiam, Musa mulai beraktivitas kembali dengan
menaiki kursi kayu kembali. Pemilik yayasan mencoba memanggil Musa namun
musa tidak bereaksi hanya saja kedua matanya melihat ke arah suara lalu Musa
memain mainkan meja di depannya tepatnya lemari yang berada di bawah meja.
Membuka menutup berulang kali kemudian Musa berlari menghampiri pemilik
yayasan kemudian berlari mengambil kursi pla stik yang terletak di kursi kayu
lalu membawanya pindah ke meja ketika Musa naik ke Meja ibu pemilik
yayasan bereaksi untuk memindahkan musa karena jika terjadi sesuatu
berbahaya. Musa pun kembali duduk dan memainkan pintu lemari kembali
berulang kali. Kembali lagi Musa mengambil kursi dan memindahkan di depan
saya, lalu mengambil kertas yang terjatuh dan membawa kursi plastiknya
kembali ke atas meja.

E. Tabel Checklist
a) Autisme

No. Bidang komunikasi Cheklist


Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial yg bersifat menetap pada 
berbagai konteks

2. Kurang mampu dalam komunikasi sosial dan emosional 

3. Ketidakmampuan dalam komunikasi verbal 

4. Ketidakmampuan dalam bahasa tubuh dan wajah 

5. Terganggunya komunikasi dalam bahasa tubuh dan wajah 

6. Kecenderungan menarik tangan orang lain bila menginginkan sesuatu 

7. Kecenderungan mengulang kata-kata (membeo) X

8. Kata-kata yang diucapkan tidak mengerti artinya (mengoceh) X

9. Meniru kalimat-kalimat khas, iklan, nyanyian tanpa mengerti X


maknanya

10. Tidak memahami pembicaraan orang lain 

No. Bidang interaksi Checklist

Menghindari kontak mata 

2. Tidak bereaksi ketika dipanggil namanya 


3. Menjauhi ketika diajak bermain 

4. Tidak dapat merasakan empati 

5. Asyik bermain sendiri 

6. Kekurangan dalam mengembangkan, mempertahankan hubungan, 


contohnya: kesulitan dalam menyesuaikan perilaku pada berbagai
konteks sosial, kesulitan dalam bermain imajinatif atau berteman,
tidak adanya ketertarikan terhadap teman sebaya

No Bidang perilaku Checklist

Pola perilaku dengan repetitif (perilaku yang berulang-ulang). 


Contoh perilaku adaptif: melompat-lompat, berputar-putar,
mengepak-ngepakkan tangan.

2. Perilaku rutinitas yang kaku (tidak mau menerima perubahan) 

3. Kelekatan yang abnormal pada suatu objek tertentu 

4. Acuh tak acuh terhadap orang lain 

5. Asyik dengan dunianya sendiri 

6. Berteriak tanpa sebab X

7. Jalan jinjit 

8. Menyakiti diri sendiri X

9. Menyakiti orang lain 

10. Tidak mau diam, mealakukan aktifitas yg berlebihan dan tidak 


terarah (hiperaktif)

11. Cendrung diam dan menarik diri (Hipoaktif) 

12. Melamun, bengong, dengan tatapan kosong 

No Bidang emosi Checklist

Tertawa sendiri tanpa sebab 

2. Menangis tanpa alasan X

3. Marah-marah tanpa sebab X

4. Sering menunjukkan perilaku mengamuk tak terkendali apabila ia X


tidak mendapatkan apa yang diinginkannya bahkan ada yang menjadi
agresif dan merusak

5. Rasa takut yang tidak wajar X

6. Sensitif dengan suara-suara tertentu (bunyi bell, musik tertentu) 

7. Kurang atau bahkan tidak memiliki rasa empati, (misalnya ketika 


anak lain menangis karena terluka ia tidak merasa kasihan atau
bahkan merasa terganggu dengan anak yang menangis tersebut dan
mungkin saja malah memukul).

b) Hiperaktif

No Gejala Checklist
1. Adanya keterlambatan dalam tahapan perkembangan baik dari 
anak-anak hingga ketika mereka dewasa
2. Adanya kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi, 
khususnya melakukan pekerjaan umum dan lainnya

3. Sering berlari dan memanjat. 


4. Mengalami kesulitan melakukan kegiatan dengan tenang. 
5. Sering bergerak seolah diatur oleh motor penggerak. 
6. Sering berbicara berlebihan. X

c) Retradasi Mental

No Gejala Checklist
1. Tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi yang diberikan 
oleh orang lain
2. Adanya kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari sehingga 
harus dipandu bahkan hingga harus dibantu.
3. Mengalami kelambatan dalam kemampuan sensomotorik 
4. Kemampuan berpikir rendah 
5. Perhatian dan ingatannya lemah 

a) Tuna Wicara

No Gejala Checklist
1 Tidak dapat berbicara 
F. Kesimpulan

Musa adalah salah satu anak yang tinggal di Panti Asuhan Cacat Ganda Ar-Rifdah. Dia
diserahkan oleh Dinas Sosial sekitar tiga tahun lalu, yakni saat Musa berusia sekitar satu
tahun. Musa telah didiagnostik oleh psikolog dan mengalami Retardasi mental, Autism,
Hiperaktif, serta Tuna wicara dan terakhir kali dites sekitar setahun lalu.

Dari hasil observasi dan wawancara kami, kami melihat begitu jelas simptom-simptom
yang ada pada diri Musa. Simptom-simptom yang jelas itu seperti, Musa tidak pernah diam,
tandanya dia mengalami hiperaktif. Lalu saat dipanggil dia tidak menyahut, serta seringkali
Musa melakukan gerakan repetitif, tanda dari anak autism. Sejak awal Musa tidak berbicara
sepatah kata pun hingga akhir kunjungan kami karena Musa menderita Tuna wicara pula.
Sehingga ada beberapa simptom autism yang tidak kami checklist, contohnya mengulang-
ulang perkataan, mengoceh tanpa dimengerti artinya, dan simptom lainnya yang
berhubungan dengan Tuna wicara tidaklah muncul.
Daftar Pustaka

Oltmanns, T. F., & Emery, R. E. (2013). Psikologi Abnormal. Yogyakarta: PUSTAKA


BELAJAR.

Anjani dkk, A. T. (n.d.). Studi kasus tentang konsentrasi belajar pada anak ADHD di SD
AT-Taqwa Surabaya dan SDN V Babatan. Jurnal BK Unesa, 125-135.
Hatiningsih, N. (2013). Play Therapy untuk meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD.
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 01, 324-342.
Lampiran

Verbatim

Luthfi : Assalamu’alikum wr.wb

Narasumber : Walaikum salam wr.wb

Luthfi : eee, sebelumnya perkenalkan kami dari UNISSULA. Kami disini dengan
tujuan untuk wawancara soal bagaimana keadaan musa dan lain
sebagainya. Eee untuk pertanyaan-pertanyaanya kami mohon izin untuk
memulainya ya bu.

Narasumber : Ya baik

Luthfi : Sejak kapan musa berada di Panti Asuhan Ar-Rifdah ini ?

Narasumber : Musa di sini dari sejak umur 1 tahun. Ya 1 tahun belum ada ik, itu udah
dibawa oleh dinas sosial salatiga. Jadi dinas sosial sana itu eee menampung
anak-anak seluruh anak-anak buangan yang ada dijawa tengah. Anak yang
terbuang, anak yang dibuang, anak yang ditinggalkan seperti itu kemudian
diantar ke sini kurang lebih beberapa tahun yang lalu ya, 3 tahun yang lalu,
tiga tahun empat tahun. Eee tiga tahun yang lalu diantar oleh dinas sosial
yang mana kondisinya dia itu mental retradasi, tunawicara, autis, hiperaktif
juga dan juga kurang fokus atau kurang konek.

Luthfi : Bagaimana kisah musa bisa sampai atau tiba di Panti Ar-Rifdah ini ?

Narasumber : Ya, tadi seperti yang saya jelaskan. Dikirim dari dinas sosial Salatiga, yang
mana disana adalah tempat anak-anak penampunang tadi, terus karena dia
itu mengalami anak berkebutuhan khusus atau difabel, makanya dikirim
kesini karena disini memang tempatnya anak disabilitas.

Luthfi : Memang seperti itu udah biasa ya bu ?

Narasumber : Iya
Luthfi : Dari dinas datang kesini minta izin, lalu diserahkan anaknya

Narasumber : Iya betul, ketika anaknya disabilitas pasti dikirim disini.

Luthfi : Apa kesan pertama, eee ibu saat melihat musa tiba di sini ?

Narasumber : Ketika tiba kita sudah tahu bahwa anak ini cenderung autism akut (berat)
terus hiperaktif karena apa pada usia setahun itu dia sudah menunjukkan
gelagat-gelagat yang banyak gerakan terus sudah menunjukkan bahwa dia
itu sudah ada autismenya da nada hiperaktifnya.

Luthfi : Kalau dari ibu sendiri perilaku yang paling mencolok dari musa itu apa?

Narasumber : Gerak terus jadi dia satu kurang fokus, ketika dipanggil itu gak fokus sama
sekali, tidak merespon, terus kemudian dia juga bergerak tiada henti dan
ketika tidak dihentikan dia akan bergerak terus dan dia tidak mengerti apa
sebab-akibat yang dia lakukan, contohnya seperti tadi jalan sembarang
terjatuh, padahal kan itu areanya udah tahu nanti bakal jatuh, tapi dia gak
mungkin bisa mikir dia akan terjatuh.

Luthfi : Dari mana ibu mengetahui diagnostik yang di derita oleh Musa?

Narasumber : Musa sudah pernah di tes oleh Psikolog dan terakhir kali dites sekitar
setahun yang lalu. Dan Musa di diagnostik terkena Retardasi Mental,
Autism, ada hiperaktifnya juga, sama Tuna Wicara.

Luthfi : Untuk jam tidur sendiri bagaimana jam tidur musanya?

Narasumber : Jam tidur musa itu sedikit berantakan dalam artian kadang pernah satu hari
jam tidurnya posisi terbalik ketika malam dia melek dan ketika siang dia
tidur, itu pernah dan jarang sekali tidur, 24 jam kadang pernah tidak tidur
sama sekali. Bahkan pernah 4 hari tidak tidur. Jadi untuk tidurnya dia
kurang, dipaksa pun tidak bisa kan dengan tidak bisa dibilangin “ayo tidur…
ayo nak tidur” gak mungkin bisa dia karena dia tidak bisa mendengar
perintah.
Luthfi : Berarti musa ini pernah ya satu disatu siang hari itu full tidur ?

Narasumber : Full enggak, paling sebentar.

Luthfi : Ohh, walaupun semalaman itu gak tidur ?

Narasumber : Iya semalam gak tidur seperti tadi bisa gak tidur sampai besok. Jadi untuk
jam tidurnya dia memang sedikit bermasalah ya, karena memang dia itu gak
tentu, jadi kita semisal disuruh menidurkan jam berapa kita gak bisa karena
memang gak tentu.

Luthfi : Kalau jam tidur sendiri kan seperti itu bu, berarti sisanya itu kan aktivitas.

Narasumber : Tapi aktivitasnya ya seperti itu kalau didiamkan, maka keliaran 24 jam lari-
lari dan seperti yang beberapa hari lalu yang dia itu ya kalau sekarang kan
dia posisi baru bangun tidur dia mungkin sedikit biasa, tetapi sekarang udah
mulai menunjukan seperti autisme.

Luthfi : Kalau selain tidur itu apa musa pernah mungkin istirahat diam duduk aja
atau gimana?

Narasumber : Dia duduk ketika diikat.

Luthfi : Ohhh diikat,

Narasumber : Dia diikat memang kita memang sedikit bukan menyalahi aturan ya. Tetapi
memang diikat dalam artian supaya dia mengurangi hiperaktifnya tadi.
Ketika dia dibiarkan maka akan bergerak terus-menerus.

Luthfi : Apakah ketika diikat itu musa secara otomatis istirahat sendiri ?

Narasumber : Iya, otamatis akan tidur. Walaupun kita ngikatnya gak terlalu kencang ya
dan itu ada beberapa jarak antar ikatan, nah itu akan sangat membantu
sekali. Kita gak semata-mata asal ikat ya, kita sudah belajar bagaimana cara
mengatasi dia supaya dia lebih tenang sedikit baik dalam 24 jam. Dan tidak
mungkin ditampilkan dalam 24 jam itu aktif terus. Karena dia juga rawan
kejang, waktu kecil dia konsumsi diazepam obat anti kejang.
Luthfi : Sudah mendingan atau gimana?

Narasumber : Iya sudah mendingan, dulu kan kadang-kadang kejang sekarang enggak.

Luthfi : Alhamdulillah, berarti ada perkembangan ya bu ?

Narasumber : Kan diterapi juga.

Luthfi : Berarti untuk terapi itu seperti apa ya bu?

Narasumber : Fisioterapi, jadi pijatan.

Luthfi : Ohhh pijatan. Kalau interaksi musa dengan teman-temannya seperti apa ya
bu ?

Narasumber : Gak ada, gak gak bisa berinteraksi. Seperti mengucap “yok bermain”
karena dia tunawicara, dia gak tahu apa itu main. Dia mainan aja dengan
dunianya sendiri atau autisme. Dia sering melakukan hal yang diulang-
ulang.

Luthfi : Musa ini kan ada tunawicaranya juga ya bu. Kalau menurut ibu sendiri ada
gak cara dia untuk berkomunikasi dengan orang lain?

Narasumber : Kita upayakan untuk berbicara, tetapi dia mau atau tidak yang penting kita
mengajak berbicara terus. Pernah musa digigit sama itu (xxxxxxxx) sampai
rahangnya kelihatan.

Luthfi : Tapi musa sendiri gak kenapa-kenapa gitu bu?

Narasumber : Dia baik-baik saja.

Luthfi : Belum sampai berdarah ya bu ?

Narasumber : Enggak, kan rahangnya masih gigi susu

Luthfi : Berarti musa sendiri itu sudah paham kalau dipanggil tapi dia tidak tahu
cara meresponnya ?
Narasumber : Musa…. Musa…. Musaa… musaaa. Kelihatan kan gak ada respon.
Musa… musa… musa… musa… kadang-kandang gak ada respon kan.

Luthfi : Kalau dari musa sendiri apakah punya komunikasi khusus ke ibu, seperti
kalau ingin makan atau pingin ke kamar mandi, seperti itu ?

Narasumber : Dia gak bisa sama sekali, jadi aktivitas toilet mandi atau buang air ya
pengasuh yang ngurus. Dia kalau disuapin gak minta, haus gak minta
minum. Kasih makan ya dimakan gak ya sudah, sama halnya minum dia gak
tahu haus terus ngomong haus.

Luthfi : Berarti kalau mau ke kamar mandi pun pengasuhnya harus tahu ?

Narasumber : Enggak, karena di pakaikan pampers.

Luthfi : Ohh ya, lebih efektif bu ya.

Luthfi : Dari musa sendiri pernah gak menyakiti teman yang lain atau mungkin
pengasuhnya atau seperti apa ?

Narasumber : Untuk menyakiti yang lain, dia itu pernah to. Contoh dia itu mainan kaleng
susu dilempar ke atas jatuhi temannya yang lagi tiduran. Menurut dia, dia
main. Tapi apa yang terjadi dia menyakiti orang lain, contoh lain temannya
tidur diinjak-injak. “apakah dia paham menyakiti temannya”, gak paham dia
kalau itu menyakiti temannya. Yang dia lakukan ya semau dia, tetapi dia
tidak mengerti apakah yang dilakukannya menyakiti orang lain atau tidak.

Luthfi : Apakah musa sendiri itu setiap hari itu apa punya rutinitas yang kaku
seperti itu-itu saja atau terkadang ada rutinitas tersendiri seperti itu ?

Narasumber : Dia itu karena tidak bisa apa-apa ya cuman mampu rawat aja ya. Setiap
hari ya gitu-gitu dan nanti kalau ada dinas sosial datang baru diterapi, kalau
gak yawis kita berusaha urus sendiri. Terus emmm… ya gitu-gitu aja dia,
gerak-gerak terus gitu, barang dibantingi, wadah susu dibantingi, susunya
teman dicrot-crotke.
Luthfi : Untuk gejala emosi musa itu yang pernah timbul itu apa ya seperti marah,
apa sedih atau senang dan lain sebagainya ?

Narasumber : Dia gak pernah nangis kok, tertawa jarang, terus flat aja. Dikasih makan ya
dimakan gak kasih ya udah, jadi gak pernah minta. Gitu-gitu tok wis.

Luthfi : Berarti emosi yang timbul kebanyakan datar dan biasanya senang gitu ya
bu ya ?

Narasumber : Senang… marah-marah, banting-banting enggak. Dia gak pernah marah,


ada gejala baru beberapa hari ini seperti melepas baju sendiri.

Luthfi : Iya berarti dia melepas baju sendiri itu

Narasumber : Dia telanjang karena beberapa hari ini yang namanya aini temen
sekamarnya sukanya nelanjangi dia, itu sebenernya dia tidak mungkin
telanjang. Terus karena dapat perilaku ditelanjangi terus dia dapat telanjang
sekarang. Berarti dia mengikuti temannya.

Luthfi : Ohh berarti modelling ya bu, atau memodel sesuatu yang baru?

Narasumber : Ha’ah, soalnya itu kasusnya baru teknik. Tapi beberapa hari yang lalu kan
yang jaga cerita “kalau malam itu aini gak bisa tidur”, terus dia juga suka
menelanjangi teman-temannya.

Luthfi : Ohh berarti aini ini sama teman-temannya ya bukan sendiri ya?

Narasumber : Ha’ah satu kamar kan 5 orang, jadi dia menandai keteman-temannya akhir-
akhir ini. Nah sekarang kan dia beralih ke musa, dan musa sekarang
telanjangan.

Luthfi : Sebenarnya lebih ke stimulus respon gitu, missal dia seneng terhadap
stimulus itu dia akan mengulang-ngulang terus. Kayak dalam teori skinner
itu ada perilaku belajar, kalau orang itu diberi sesuatu yang senang dia akan
mengulangi terus, seperti itu.

Narasumber : Ohh ya itu contohnya ya.


Luthfi : Kalau dari perilaku tersebut itu sering muncul atau mungkin cuma malam
aja ?

Narasumber : Akhir-akhir ini, “bu… bu haris, dia sering telanjang gak?”

Narasumber 2 (bu haris) : Sering kalau malam.

Narasumber : Gara-gara sering ditelanjangi aini ya ?

Narasumber 2 (bu haris) : Iya.

Narasumber : Jadi dia meniru, kan pernah ditelanjangi aini. Terus kan dia seneng,
akhirnya itu dia menirukan. Sebelumnya gak mungkin telanjang kan bu.
Terus diajari aini. Aini itu kan menelanjangi dia terus dia suka dan
dilakukan berulang.

Luthfi : Karena memang malam ya pas itunya (ditelanjangi) ?

Narasumber : Iya malam kan sepi ya, saat aini melakukan itu ya pas malam.

Luthfi : Untuk musa tersendiri dia punya rasa takut gak bu, tentang apa ? mungkin
disuatu saat dia menghindari, contoh ya bu missal ada suatu benda didekati
musa dan dia otomatis takut sendiri, yang seperti itu pernah ada gak bu?
Maksudnya si musa ini takut terhadap sesuatu ?

Narasumber : Dia gak pernah menunjukkan rasa takut sama sesuatu.

Luthfi : Berarti dia gak takut sama benda atau binatang ya.

Luthfi : Emm mungkin seperti itu aja ya bu pertanyaannya, ini sudah terjawab
semua, insyallah. Karena memang yang ibu jelaskan itu sudah mencakupi
semua yang kita butuhkan dalam wawancara ini. Terima kasih ibu.

Narasumber : Ohh ya nanti kalau ada apa-apa butuh musah nanti bisa tak WA dan kalau
ada waktu bisa tak jawab.
Luthfi : Ohh ya bu, baik selebihnya kami memohon maaf mengenai semua baik
perkataan maupaun sesuatu yang kurang berkenang dengan ibu.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Narasumber : Wa’alaikum salam wr.wb

Anda mungkin juga menyukai