Anda di halaman 1dari 12

OLAHRAGA ADAPTIF

DIFABEL GRAHITA

KELOMPOK 5 :

 BENHINON AMONAY SINAGA


 NAJLA AQIL HIDAYAT
 JOSHUA JEKSON SITORUS

DOSEN PENGAMPU :

ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak terlepas dari kehidupan setiap
individu. Seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain melalui komunikasi. Pesan
yang diterima dengan baik oleh lawan bicara apabila komunikasi yang dilakukan
secara efektif dan efisien. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, memberi pendapat, atau
perilaku baik yang disampaikan secara lisan maupun tidak langsung melalui media
(Effendy, 2003). Anak difabel merupakan anak yang memiliki keterbelakangan
mental maupun fisik yang terhambat dalam mencapai potensi yang ada didalam diri.
Terkadang emosi mereka sulit terkontrol oleh dirinya sendiri. Terkadang apa yang
mereka inginkan tidak dimengerti oleh orang sekitar sehingga semakin tidak
terkontrol emosinya dan sulit untuk diredakan. Pada dasarnya anak difabel memiliki
gangguan dalam perkembangannya baik itu gangguan pada fisik maupun pada mental
mereka sendiri. Biasanya mereka terhambat untuk berkomunikasi ataupun sulit untuk
mengungkapkan perasaannya (Nuryani, 2016). Secara umum pola komunikasi pada
anak difabel adalah tidak adanya interaksi timbal balik. Baik secara kontak mata,
gerak tubuh, merespon, ekspresi wajah maupun curahan perasaan. Sehingga mereka
lebih memilih menyediri dari keramaian, karena mereka tidak dapat merasakan apa
yang dirasakan lingkungan sekitar. Bahkan interaksi mereka hanya untuk mereka
sendiri.

B. Tujuan
 Apakah pengertian anak tunagrahita?
 Karakteristik anak tunagrahita?
 Klasifikasi anak tunagrahita?
 Dampak tunagrahita?
 Bagaimana pola komunikasi anak tunagrahita?

C. Manfaat

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Anak-anak dalam kelompok dibawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak
normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan
mental, istilah resminya di Indonesia disebut anak tunagrahita (PP No.72 tahun 1991). Istilah
yang biasa digunakan dalam menyebut anak tunagrahita bodoh, tolol, dungu, bebal, lemah
otak, lemah ingatan, lemah pikiran, terbelakang mental, retardasi mental, cacat grahita, dan
tunagrahita. Sedang dalam bahasa asing, tunagrahita dikenal dengan beberapa istilah seperti
mental retardation, mental deficiency, mentally handcapped, feebleminded, mental
subnormality, intellectually handicapped, intellectually disabled. Anak tunagrahita secara
signifikan memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak normal pada umumnya.
Perkembangan kecerdasan anak berada dibawah pertumbuhan usia sebenarnya
(Apriyanto, 2012: 22). Anak tunagrahita tidak bisa sembuh dari ketuna grahitaannya.
Kecerdasan mereka tidak bisa berkembang seperti anak-anak pada umumnya yang berumur
sama. Keterbelakangan merupakan suatu kondisi yang terjadi selama masa perkembangan
yang ditandai oleh intelektual yang nyata berada dibawah rata-rata dan kurang dalam sosial.
Ketunagrahitaan bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan kondisi seseorang.
Definisi terseb Anak Difabel didalam Tunagrahita ringan mengalami problematika belajar
yang disebabkan adanya hambatan perkembangan inteligensi, mental, emosi, sosial, dan fisik.
Kebutuhan gerak anak tunagrahita lebih besar dari pada anak lainnya, karena anak tunagrahita
mengalami hambatan yang di berikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerakan
bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga mereka tidak dapat melakukan
gerakan yang terarah dengan benar. Hal ini terjadi karena mereka memiliki masalah dalam
meghambat perkembangan gerak.
Untuk menekankan bahwa tunagrahita merupakan kondisi yang komplek,
menunjukkan kemampuan intelektual yang rendah dan mengalami hambatan dan perilaku
adaptif. Anak Difabel didalam Tunagrahita ringan mengalami problematika belajar yang
disebabkan adanya hambatan perkembangan inteligensi, mental, emosi, sosial, dan fisik.
Kebutuhan gerak anak tunagrahita lebih besar dari pada anak lainnya, karena anak tunagrahita
mengalami hambatan yang di berikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerakan
bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga mereka tidak dapat melakukan
gerakan yang terarah dengan benar. Hal ini terjadi karena mereka memiliki masalah dalam
meghambat perkembangan gerak.

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita


adalah anak atau seseorang yang mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata, mengalami
kesulitan dalam komunikasi dan sosial, terjadi pada masa perkembangan, mengalami
keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, kurang cakap dalam
memikirkan hal-hal yang abstrak, memerlukan layanan pendidikan khusus dan kondisi
tersebut tidak bisa disembuhkan.
pola komunikasi anak difabel yang termasuk dalam kelompok tuna grahita. Anak difabel ini
merupakan anak yang memiliki keterbelakangan mental pada saat dia masih kecil.
Perkembangan mereka lambat tidak seperti anak normal pada umumnya. Perilaku mereka
tidak seceria anak pada umumnya. Mereka mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain.

2. Seseorang tidak dapat dikategorikan sebagai tunagrahita apabila tidak memiliki dua hal
tersebut yaitu, perkembangan intelektual yang rendah dan kesulitan dalam perilaku
adaptif. Istilah perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul
tanggung ngjawab sosial menurut ukuran norma sosial tertentu dan bersifat kondidi sesuai
dean tahap perkembangannya. Hambatan dalam perilaku adaptif pada tunagrahita dapat
dilihat dalam tujuh area yaitu: a) terhambat dalam perkembangan keterampilan
sensorimotor, b) terhambat dalam keterampilan komunikasi, c)terhambat dalam
keterampilan menolong diri, d) terhambat dalam sosialisasi, e) terhambat dalam 10
mengaplikasikan keterampilan akademik dalam kehidupan sehari-hari, f) terhambat
dalam menilai situasi lingkungan secara tepat dan g) terhambat dalam menilai
keterampilan sosial (Rochyadi, 2005: 12). Kategori anak tunagrahita bermacam-macam
yaitu ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan badan kerdil, disertai dengan
berkepala panjang, disertai dengan bau badan tertentu, tetapi ada pula yang tidak disertai
apa-apa. Mereka semua memiliki persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya
(Apriyanto, 2012: 27)
3. Secara historis terdapat lima basis yang dapat dijadikan pijakan konseptual dalam
memahami tunagrahita (Herbart J. Prehm dalam Philip L Browning, 1974) yaitu: 1)
tunagrahita merupakan kondisi, 2) kondisi tersebut ditandai oleh adanya kemampuan
mental jauh dibawah rata-rata, 3) memiliki hambatan dalam penyesuaian diri secara
sosial, 4) berkaitan dengan adanya kerusakan organik pada susunan saraf pusat dan 5)
tunagrahita tidak dapat disembuhkan. Berdasarkan lima kriteria tersebut AAMD
merumuskan definisi tunagrahita sebagai berikut Mental retardition refers to significantly
subaverege general intellectual fuctioning exsisting concurrently with deficits in adaptive,
and manifested during development period (Grossman dalam Robert Inggalls 1987).

ABK tuna grahita merupakan salah satu ABK yang memiliki kekurangan yaitu salah satunya
adalah dalam merawat dirinya (E. Kurniawan, 2012). Penelitian terdahulu menunjukan bahwa, orang
tua memiliki peran penting pada setiap tahap perkembangan anaknya sehingga dapat mencapai
kemandirian. Anak berkebutuhan khusus memiliki banyak keragaman yang dapat membawa dampak
pada kebutuhan nya. Melaksanakan Activity of Daily Living (ADL) merupakan salah satu dari
kebutuhan ABK (Apsari, 2015). Berdasarkan temuan yang terdapat pada penelitian terdahulu lainnya
menunjukkan bahwa, guru sudah menawarkan program latihan kepada para orang tua untuk
menjalankan nya di rumah agar anak dapat mandiri. Akan tetapi orang tua hanya menjalankan sekali
saja program latihannya, kemudian orang tua kembali memanjakan anak dan mendidik anak secara
bebas sesuai apa yang disukai nya. Orang tua akan hanya beberapa kali saja mengikuti saran yang
sudah diberikan, tetapi orang tua kembali mulai memanjakan anak sehingga membuat anak menjadi
tergantungan kepada orang tuanya (Wiryadi, 2014).

1) Kategori intelektual: Retardasi

Mental (Tuna Grahita); dan Lamban Belajar (slow learner).

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak terlepas dari kehidupan setiap individu.
Seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain melalui komunikasi. Pesan yang diterima dengan baik
oleh lawan bicara apabila komunikasi yang dilakukan secara efektif dan efisien. Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, memberi
pendapat, atau perilaku baik yang disampaikan secara lisan maupun tidak langsung melalui media
(Effendy, 2003). Anak difabel merupakan anak yang memiliki keterbelakangan mental maupun fisik
yang terhambat dalam mencapai potensi yang ada didalam diri. Terkadang emosi mereka sulit
terkontrol oleh dirinya sendiri. Terkadang apa yang mereka inginkan tidak dimengerti oleh orang
sekitar sehingga semakin tidak terkontrol emosinya dan sulit untuk diredakan. Pada dasarnya anak
difabel memiliki gangguan dalam perkembangannya baik itu gangguan pada fisik maupun pada
mental mereka sendiri. Biasanya mereka terhambat untuk berkomunikasi ataupun sulit untuk
mengungkapkan perasaannya (Nuryani, 2016).

Secara umum pola komunikasi pada anak difabel adalah tidak adanya interaksi timbal balik. Baik
secara kontak mata, gerak tubuh, merespon, ekspresi wajah maupun curahan perasaan. Sehingga
mereka lebih memilih menyediri dari keramaian, karena mereka tidak dapat merasakan apa yang
dirasakan lingkungan sekitar. Bahkan interaksi mereka hanya untuk mereka sendir
Pola Komunikasi adalah proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-
unsur yang di cakup beserta keberlangsunganya, guna memudahkan pemikiran secara sistematik dan
logis. Komunikasi adalah salah satu bagian dari hubungan antar manusia baik individu maupun
kelompok dalam kehidupan sehari-hari. berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa komunikasi
melibatkan banyak orang dimana mereka menyatakan sesuatu kepada orang lain, jadi yag terlibat
dalam Komunikasi itu adalah manusia itu sendiri. Menurut Effendy, Pola Komunikasi terdiri atas 3
macam yaitu (Effendy, 2003):

1. Pola Komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari Komunikator kepada Komunikan
baik menggunakan media maupun tanpa media, tampa ada umpan balik dari Komunikan dalamhal ini
Komunikan bertindak sebagai pendengar saja.

2. Pola Komunikasi dua arah atau timbal balik (Two way traffic aommunication) yaitu Komunikator
dan Komunikan menjadi salingtukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, Komunikator pada tahap
pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada
hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama, komunikator utama mempunyai
tujuan tertentu melalui proses Komunikasi tersebut, Prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi
secara langsung (Siahaan, 1991).

3. Pola Komunikasi multi arah yaitu Proses komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih
banyak di mana Komunikator dan Komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis.

Menurut Sunarto “Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang berorientasi pada
konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang mempunyai arah hubungan yang berlainan”
(Sunarto, 2006). Pola komunikasi terdiri atas beberapa macam, yaitu:

ISSN: 2355-0287, E-ISSN: 2549-3299 http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jika

1. Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian oleh komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi
menjadi dua lambang verbal dan nirverbal. Lambang komunikasi verbal yaitu berupa bahasa,
sedangkan lambang komunikasi nirverbal yaitu lambang yang digunakan bukan bahasa namun
menggunakan isyarat anggota tumbuh.

2. Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media
pertama.

3. Pola komunikasi linear, Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu
titik ketitik yang lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan sebagai titik termina. Jadi, dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam
komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia.

4. Pola komunikasi sirkular Sirkular secara harfiah berarti bulat, bundar, atau keliling. Dalam proses
sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke
komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi.

Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempurnaan psychobiology’s dalam memindahkan gen


(Hereditary transmission of psycho- biological insufficiency). Sedangkan faktor eksogen yaitu faktor
yang terjadi akibat perubahan patologis

perkembangan normal. Penyebab tunagrahita sendiri bisa disebabkan oleh:

1. Kelainan yang timbul pada benih plasma.

2. Kelainan yang dihasilkan selama penyuburan telur.

3. Kelainan yang dikaitkan dengan implantation.

4. Kelainan yang timbul dalam embrio.

5. Kelainan yang timbul dari luka saat kelahiran.

6. Kelainan yang timbul dalam janin.

7. Kelainan yang timbul pada masa bayi dan masa anak-anak. Di dalam video tersebut mereka
menggunakan subjek pada anak penyandang tunagrahita ringan.

Menurut American Psychiatric Association (2013:33) anak tunagrahita atau biasa disebut
IDD (Intellectual Developmental Disoder) atau gangguan perkembangan intelektual adalah anak yang
mengalami gangguan pada masa periode perkembangan yang meliputi intelektual dan keterbatasan
fungsi adaptif dalam konseptual, sosial, dan keterampilan adaptif, mempunyai IQ antara 68-52
menurut Skala Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55 (Somantri,
2012:106).

Karakteristik anak tunagrahita ringan mempunyai dasar fisiologis, sosial dan emosional sama seperti
anak-anak pada umumnya yang tidak menyandang tunagrahita dan biasanya suka meniru perlakuan
yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin dia lakukan.
Karakteristik umum anak tunagrahita bisa meliputi akademik mereka kapasitas belajar anak
tunagrahita sangat terbatas mereka lebih banyak belajar hal-hal yang abstrak, mereka cenderung
menghindar dari perbuatan berfikir, mudah pelupa, sukar membuat ide-ide baru, serta rentang
perhatiannya pendek.
Menurut Sujihati & Somantri (2007:105) Tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan
kondisi dimana perkembangan kecerdasan mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap
perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik umum anak tunagrahita yaitu:

1. Keterbatasan Intelegensi.

2. Keterbatasan Sosial.

3. Keterbatasan Fungsi-fungsi Mental Lainnya.

Menurut Mumpuniarti (2007:17)karakteristik motorik anak tunagrahita ringan lebih rendah


dari anak normal. Karakteristik fisik yang tidak jauh beda dengan anak normal ini yang menyebabkan
tidak terdeteksi sejak awal sebelum masuk sekolah. Berikut disampaikan adaptasi dalam aktivitas fisik
dan kegiatan jasmani anak normal dengan anak tunagrahita ringan. Potensi motorik yang dimiliki
anak tunagrahita dapat digali dan dimaksimalkan dengan baik jika motorik halusnya juga baik.
Motorik halus anak tunagrahita ringan harus sering dilatih dengan terlebih dahulu mengetahui
perkembangan dan kemampuannya. Motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan
menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar,
menyusun balok, dan memasukkan kelereng (Yudha M. Saputra & Rudyanto, 2005:118).

Menurut Rahyubi (2012:211) keterampilan motorik yaitu kemampuan seseorang untuk


melakukan suatu tugas gerak secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Keterampilan motorik
setiap orang berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhi antara lain minat, kemauan,
usia, dan pengalaman. Keterampilan motorik kasar meliputi pola gerak locomotor (gerak yang
menyebabkan perpindahan tempat) seperti berjalan, lari, lompat, loncat, dan sebagainya. Juga
keterampilan melempar, menendang, dan memantulkan bola (Rahyubi, 2012:222).

Keterampilan motorik kasar meliputi berjalan, berlari, menangkap, dan melompat. Untuk memberikan
rangsangan pengembangan motorik kasar, anak-anak membutuhkan lingkungan yang aman dan bebas
dari rintangan, serta membutuhkan banyak dorongan dari orang tua dan guru. Keterampilan motorik
kasar melibatkan kemampuan otot-otot besar seperti leher, lengan, dan kaki (Lerner & Kline, 2006:

Adapun kekurangan yang di miliki oleh anak-anak tunagrahita ini mencakup:

a. Kekurangan Intelegensi Yang dimaksud kekurangan intelegensi adalah kemampuan


untuk.
b. melaksanakan belajar dari tunagrahita sangat kurang, terutama yang bersifat umum,
seperti membaca dan menulis, belajar dan berhitung angka sangat terbatas
c. Kekurangan atau keterbatasan Sosial Anak tunagrahita ini mengalami hambatan
dalammengurus sendiri didalam kehidupan bermasyarakat
d. Kekurangan atau Keterbatasan Fungsi dan Mental Lainya Anak tuanagrahita memerlukan

waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya (Aqila Smart,
2011). Anak Difabel didalam Tunagrahita ringan mengalami problematika belajar yang disebabkan
adanya hambatan perkembangan inteligensi, mental, emosi, sosial, dan fisik. Kebutuhan gerak anak
tunagrahita lebih besar dari pada anak lainnya, karena anak tunagrahita mengalami hambatan yang di
berikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerakan bahkan ada yang memang fisiknya
terganggu sehingga mereka tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar. Hal ini terjadi
karena mereka memiliki masalah dalam meghambat perkembangan gerak.
Daftar pustaka

Nuryani. (2016). KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL GURU DAN SISWA ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INKLUSI. Jurnal
Kajian Komunikasi, 4, 102–110. Retrieved from http://jurnal.unpad.ac.id/jkk/article/view
/6134

Basyarudin Acha. (2018). SURVEY PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


JASMANI ANAK TUNA GRAHITA DI SLB KOTA LANGSA. Jurnal olahraga rekreasi
samudra, 1 ,16 - 26. Retrieved from https://ejurnalunsam.id/index.php/jors

Tommy, Sukanow, Wawan Syafutra. (2022). ANALISIS KESULITAN DALAM


PEMBELAJARAN PENJAS ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA
NEGERI LUBUK LINGGAU.Journal Science Education, 2, 12 - 26. Retrieved from
https://jurnal.lp3mkil.or.id/index.php/ljse/article/view/176

Amalia Lathifah Hidayat, Maulana Rezi Ramadhana. (2021). PERAN KOMUNIKASI


KELUARGA DALAM KEMANDIRIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNA
GRAHITA DI YAYASAN RUMAH BERSAMA. Jurnal Ilmu Komunikasi, 4, 2684-9054.
Retrieved from https://jurnal-umbuton.ac.id/index.php/Medialog/article/view/1010

Rahmawati , D. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan


diri anak Tunagrahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah

Ramawati, Dian. "Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawatan diri anak
tuna grahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah." Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (2011)

Anda mungkin juga menyukai