Anda di halaman 1dari 32

Modul 6

Pendidikan khusus anak


tunagrahita
Kelompok 4
• Salimatul khaliyYA
• Sariroh sabilma
• Siti zulaihah
Kegiatan Belajar 1

Definisi, Klasifikasi, Penyebab, dan Cara


Pencegahan Tunagrahita
A. DEFINISI TUNAGRAHITA
1. Peristilahan
•Berbagai istilah yang dikemukakan mengenai
tunagrahita, selalu menunjuk pada keterhambatan
fungsi kecerdasan yang secara umum berada di
bawah usia kronologisnya secara meyakinkan
sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus
Istilah – istilah untuk tunagrahita di berbagai negara

• Mental retardation
• Feebleminded (lemah pikiran)
• Mental subnormality
• Mental deficiency
• Mentally handicapped
• Intellectually handicapped
• Intellectual disabled
• Development mental disability

Kata mental dalam peristilahan di atas mengacu pada fungsi kecerdasan intelektual, bukan kondisi
psikologis.
Istilah –istilah yang digunakan
di Indonesia
Lemah pikiran, lemah ingatan, digunakan
sekitar tahun 1967

Terbelakang mental, digunakan tahun 1967-


1983

Tunagrahita, digunakan sejak tahun 1983 sampai


sekarang
2. Pengertian
AAMD (American Assosiation on
Mental Deficiency) menggunakan
pengertian dari Grossman (1983) di
mana tunagrahita mengacu pada fungsi
intelektual umum yang secara nyata
(signifikan) berada di bawah rata-rata
(normal)bersamaan dengan
kekurangan dalam tingkah laku
penyesuaian dan berlangsung pada
masa perkembangannya.
Ciri-ciri penyandang tunagrahita :

1.Fungsi intelektual umum secara signifikan berada


di bawah rata-rata

2.Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian


(perilaku adaptif)

3.Ketunagrahitaan berlangsung pada periode


perkembangan
•KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA

Pengklasifikasian anak tunagrahita penting


dilakukan untuk mempermudah guru dalam
menyusun program dan melaksanakan layanan
pendidikan
KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITA

Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah klasifikasi berdasarkan AAMD


yaitu :
1.Mild mental retardation (tunagrahita ringan) dengan IQ 70-55
2.Moderate mental retardation (tunagrahita sedang) dengan IQ 55-40)
3.Severe mental retardation (tunagrahita berat) dengan IQ 40-25
4.Profound mental retardation (tunagrahita sangat berat) dengan IQ 25 ke
bawah
Klasifikasi yang digunakan di Indonesia sesuai
dengan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 1991

• Tunagrahita ringan IQ-nya 50-70


• Tunagrahita sedang IQ-nya 30-50
• Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30
Klasifikasi berdasarkan kelainan jasmani yang
disebut tipe klinis, yaitu

1. Down Syndrome (Mongoloid)


2. Kretin (cebol)
3. Hydrocephalus
4. Microcephalus
5. Macrocephalus
C. PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN
KETUNAGRAHITAAN

1.Penyebab Ketunagrahitaan
Smith (1998) mengemukakan penyebab
terjadinya ketunagrahitaan, yaitu :
a) Penyebab genetik dan kromosom
b)Penyebab pada prakelahiran
c)Penyebab pada saat kelahiran
d)Penyebab-penyebab selama masa perkembangan
anak-anak dan remaja
Faktor lain yang juga dapat menyebabkan
ketunagrahitaan adalah :
• Kecelakaan yang menyebabkan cedera otak pada masa
perkembangan
• Gizi yang buruk dan keracunan
• Kirk ( Triman Prasadio, 1982:25) menemukan bahwa anak
dari keluarga dengan tingkat social ekonomi yang rendah
cenderung prestasi belajarnya menurun seiring dengan
meningkatnya usia.
• Kurangnya rangsangan intelektual yang mengakibatkan
timbulnya hambatan dalam perkembangan intelegensinya
sehingga seorang anak berkembang menjadi anak tunagrahita
2. Usaha Pencegahan Ketunagrahitaan

a) Penyuluhan genetic
b) Diagnostik prenatal
c) Imunisasi
d) Tes darah
e) Melalui program Keluarga Berencana
f) Tindakan operasi
g) Sanitasi lingkungan
h) Pemeliharaan kesehatan
i) Intervensi dini
j) Diet sesuai petunjuk ahli kesehatan
k) Meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan sosial
ekonomi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pendidikan
dini
Kegiatan Belajar 2
DAMPAK KETUNAGRAHITAAN

Kegiatan belajar ini akan mengajak kita mengkaji berbagai dampak


ketunagrahitaan. Pengkajian mengenai dampak dimulai dari dampak
akademik, social/emosional, fisik/kesehatan.

Dengan memahami dampak ketunagrahitaan tentu akan sangat


membantu kita dalam memberi layanan pendidikan kepada mereka yang
tidak mustahil hadir di kelas Anda dan belajar bersama-sama anak
normal.
Dampak Ketunagrahitaan Secara Umum

1. Dampak Kemampuan Akademik


2. Dampak Sosial/emosional
3. Dampak Fisik/kesehatan
Dampak Kemampuan Akademik

Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas, lebih-lebih kapasitasnya


mengenai hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (rote
learning) dari pada dengan pengertian. Mereka mengalami kesukaran memusatkan
perhatian, dan lapang minatnya sedikit. Mereka juga cenderung cepat lupa, sukar
membuat kreasi baru, serta rentang perhatiannya pendek, contohnya berikut :
a.Apabila diberikan pelajaran matematika hanya berkisar beberapa menit mereka
langsung mengatakan bosan, susah dan ngantuk
b.Apabila anak normal mendapatkan mainan baru ia langsung memainkanya dengan
memeriksa mainan itu. Begitu sebaliknya, tidak jarang anak tunagrahita hanya diam saja
menatap mainan itu tanpa mencoba menggerakannya
Dampak Sosial/emosional

Dampak social dan emosional tunagrahita dapat berasal dari ketidakmampuannya dalam
menerima dan melaksanakan norma social dan pandangan masyarakat yang masih menyamakan
keberadaan anak tunagrahita dengan anggota masyarakat lainnya atau masyarakat masih
menganggap bahwa anak tunagrahita tidak dapat berbuat sesuatu karena ketunagrahitaannya.
Dampak ketunagrahitaan dalam social dan emosional adalah; anak tunagrahita memiliki
ketidakmampuan untuk memahami aturan social dan keluarga, sekolah serta masyarakat. Ketika
masih muda mereka harus dibantu terus karena mereka mudah terperosok ke tingkah laku yang
kurang baik. Mereka cenderung bergaul atau bermain bersama dengan anak yang lebih muda
darinya.
Mereka mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan
tidak berpandangan luas. Mereka juga mudah disugesti atau dipengaruhi sehingga tidak jarang dari
mereka mudah terperosok ke hal-hal yang tidak baik, seperti mencuri, merusak dan pelanggaran
seksual.
Dampak Fisik/kesehatan

Baik struktur maupun fungsi tubuh pada umumnya anak tunagrahita


kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia
yang lebih tua dari anak normal. Sikap dan gerakannya kurang indah, bahkan
diantaranya banyak yang mengalami cacat bicara. Pendengarannya dan
penglihatannya banyak yang kurang sempurna. Kelainan ini bukan pada organ
tetapi pada pusat pengolahan di otak sehingga mereka melihat, tetapi tidak
memahami apa yang dilihatnya, mendengar, tetapi tidak memahami apa yang
didengarnya.
Dampak Ditinjau Dari Tingkat Ketunagrahitaan

1. Tunagrahita Ringan
2. Tunagrahita Sedang
3. Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Tunagrahita Ringan

Anak yang ketunagrahitaannya ringan, masih mampu melakukan kegiatan


bina diri seperti merawat diri, mengurus diri, menolong diri, berkomunikasi,
adaptasi social, dan melakukan tata laksana rumah sehingga dalam hal ini
mereka tidak tergantung pada orang lain. Dalam belajar mereka tidak mampu
mempelajari hal-hal bersifat abstrak.
Tunagrahita Sedang

Anak yang ketunagrahitaannya sedang melakukan kegiatan bina diri


khusunya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, misalnya dapat makan
minum sendiri, berpakaian, ke kamar mandi sendiri, dan lain-lain. Dengan
demikian mereka akan sedikit menggantungkan dirinya kepada orang tua atau
orang yang terdekat dengannya. Mereka dapat mengerjakan sesuatu yang
sifatnya rutin (mengayam, menjelujur, menenun) dan membutuhkan
pengawasan.
Tunagrahita Berat dan Sangat Berat

Dampak ketunagrahitaan pada tingkat ini lebih berat, karena itu mereka
membutuhkan bantuan secara terus menerus dalam kehidupannya, namun
mereka masih dapat dilatih untuk melakukan sesuatu yang sifatnya sederhana
dan berulang-ulang, seperti mengampelas papan tetapi harus dengan
pengawasan.
Dampak Dilihat Dari Waktu Terjadinya
Ketunagrahitaan

Disamping dampak ketunagrahitaan menurut tingkat ketunagrahitaannya,


waktu munculnya ketunagrahitaan pun mempengaruhi hambatan yang diderita oleh
anak. Anak tunagrahita sejak lahir tidak mereaksi dengan baik terhadap rangsangan
yang diperolehnya. Mereka tampak mengantuk saja, apatis, tidak pernah sadar,
jarang menangis, kalau menangis susah berhentinya, terlambat duduk, bicara dan
berjalan. Selanjutnya anak tunagrahita yang mengalami ketunagrahitaan pada masa
kanak-kanak akan mempengaruhinya dalam bermain, reaksi yang lambat, cepat
tetapi tidak tepat. Akibat dari keadaan ini mereka tidak mengeksplorasi lingkungan
dengan baik dan tentu saja akan dijauhi oleh teman seusianya
Mereka mengalami kesulitan pada hampir semua mata pelajaran, terutama
dalam pelajaran membaca, dan berhitung. Dapat disimpulkan bahwa anak
tunagrahita mengalami kelainan dalam persepsi, asosiasi, mengingat kembali,
kekurangmatangan motorik, dan gangguan koordinasi sesomotorik, perhatiannya
mudah beralih. Kondisi ini mempengaruhi proses belajar dan pada akhirnya proses
belajarnya kurang.
Selanjutnya dampak ketunagrahitaan pada masa puber adalah; Pertumbuhan
fisik kurang normal, tetapi perkembangan berpikir dan kepribadiannya berada di
bawah usianya. Dampaknya ia mengalami kesulitan dalam pergaulan dan
mengendalikan diri. Setelah tamat sekolah ia belum siap untuk bekerja, sedangkan
ia tidak mungkin untuk melanjutkan pendidikan. Akibatnya ia hanya tinggal diam
dirumah yang pada akhirnya ia merasa frustasi.
Kegiatan Belajar 3
Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Bagi
Anak Tunagrahita

 KEBUTUHAN KHUSUS ANAK


TUNAGRAHITA
1. Kebutuhan Pendidikan
Seperti Jenis mata pelajaran, Waktu belajar,
Kemampuan bina diri
2. Kebutuhan Sosial dan Budaya
3. Keebutuhan Fisik dan Kesehatan
Prinsip
Ciri Khusus
Khusus

PELAYANAN 1 PRINSIP
BAHASA
SKALA
2 PRINSIP
2
KECEPATAN
PENEMPAT 3 PRINSIP
AN ANAK KEPERAGAAN
4 PRINSIP
MATERI
PENGULANGAN
3 PRINSIP
PROGRAM 5
INDIVIDUALISAS
I
STRATEGI
PEMBELAJAR
ANN
4
Strategi Pengajaran yang
a
diindividualisasikan
1 Pengelompokan Murid

2 Pengaturan Lingkungan Belajar

3 Mengadakan Pusat Belajar


STRATEGI
PEMBELAJAR
ANN
4

b Strategi Kooperatif

c Strategi Modifikasi Tingkah Laku

Media Sarana
5 6

Fasilitas Pendukung
7
EVALUASI
8

a Waktu Pengadaan Evaluasi

b Alat Evaluasi

c Kriteria Keberhasilan

d Pencatatan Hasil Evaluasi


TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai