Anda di halaman 1dari 5

NAMA: MAHARANI AZ-ZAHRA

KELAS: 3A PIAUD
NIM: 12111021
MATA KULIAH: PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DOSEN PENGAMPU: Dr. Muhammad Edi Kurnanto, S. Ag,. M.Pd

PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


TUNAGRAHITA

BAB I
PENDAHULUAN

Tunagrahita adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan intelektual


dan kognitif yang berada di bawah rata-rata dibandingkan orang pada umumnya.
Kondisi ini biasanya terdeteksi sejak masa kanak-kanak, tetapi bisa pula muncul ketika
dewasa.
Anak dengan tunagrahita dapat dikenali dari proses berpikir dan belajar yang
lebih lambat dibandingkan anak-anak lain seusianya. Tak hanya itu, seorang anak
tunagrahita juga kurang cakap dalam mempraktikkan keterampilan saat menjalani
kegiatan sehari-hari secara normal.
Anak tunagrahita adalah anak berkebutuhan khusus yang terdiri dari beberapa
jenis yang beragam dari yang ringan hinggan yang berat. Anak tunagrahita belum
mampu berdiri sendiri oleh karena itu masih memputuhkan bantuan dari lingkungan
sekitar seperti orang tua, guru, shadow, dan teman.Orang tua sangat memiliki peran
penting dalam membantu anak tuna grahita, orang tua memiliki tanggung jawab agar
anak tuna grahita dapat bersekolah Seperti anak-anak lainya di sekolah yang dapat
melatih kemandirian serta pendewasaan dalam setiap proses pembelajaran.
Penyandang tunagrahita memiliki keterbatasan salah satunya dalam
kemampuan merawat diri. Tunagrahita mengalami kesulitan dalam memelihara
kebersihan diri karena ketidakmampuan dan aktivitasnya terbatas, faktor yang
melatarbelakangi kesulitan di karenakan penguasaan motorik halus tunagrahita
mengalami keterbatasan. Tunagrahita yang kurang mendapatkan dukungan keluarga
tetapi justru bisa lebih mandiri dibandingkan siswa yang lainnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian anak tunagrahita
Tunagrahita termasuk dalam golongan anak berkebutuhan khusus. Pendidikan
secara khusus untuk penyandang tunagrahita lebih dikenal dengan sebutan sekolah luar
biasa (SLB). Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita
ialah sebutan untuk anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau
berkurangnya kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.Secara
umum pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus yang memiliki
keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang membutuhkan
perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada kemampuan yang maksimal.
Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata
berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku
penyesuaian diri dan semua ini berlangsung pada masa perkembangannya.
Dari definisi di atas, beberapa ciri terkait tunagrahita adalah, berikut ini:
1. Fungsi Intelektual umum secara signifikan berada dibawah rata-rata, artinya
kekurangan tersebut harus benar terbukti sehingga yang bersangkutan memerlukan
layanan pendidikan khusus. Sebagai contoh: anak normal rata-rata IQ 100, sedangkan
anak tunagrahita memiliki IQ paling tinggi 70.
2. Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adaptif), yaitu yang
bersangkutan tidak atau kurang memiliki kesanggupan untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang sesuai dengan usianya. Ia hanya mampu melakukan pekerjaan seperti
yang dapat dilakukan oleh anak yang usianya lebih muda darinya.
3. Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan, yaitu sejak konsepsi
hingga usia 18 tahun.

B. Ciri-ciri dan klasifikasi anak tunagrahita


CIRI
Karakteristik anak tunagrahita secara umum menurut james D. Page (1995)
dicirikan dalam hal: kecerdasan, sosial, fungsi mental, dorongan dan emosi serta
kepribadian dan Kemampuan Organisasi. Berikut penjelasannya:
1 Intelektual. Tingkat kecerdasan tunagrahita selalu dibawah rata-rata anak yang
berusia sama, perkembangan kecerdasannya juga sangat terbatas. Mereka hanya
mampu mencapai tingkat usia mental setingkat anak SD kelas IV, atau kelas II, bahkan
ada yang hanya mampu mencapai tingkat usia mental anak pra sekolah.
2. Segi Sosial. Kemampuan bidang sosial anak tunagrahita mengalami kelambatan. Hal
ini ditunjukkan dengan kemampuan anak tunagrahita yang rendah dalam hal mengurus,
memelihara, dan memimpin diri, sehingga tidak mampu bersosialisasi.
3. Ciri pada Fungsi Mental Lainnya. Anak tunagrahita mengalami kesukaran dalam
memusatkan perhatian, jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih
sehingga kurang mampu menghadapi tugas.
4. Ciri Dorongan dan Emosi. Perkembangan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-
beda sesuai dengan ketunagrahitaannya masing-masing. Anak yang berat dan sangat
berat ketunagrahitaannya hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk
mempertahankan diri, dalam keadaan haus dan lapar tidak menunjukkan tanda-
tandanya, ketika mendapat stimulus yang menyakitkan tidak mampu menjauhkan diri
dari stimulus tersebut. Kehidupan emosinya lemah, dorongan biologisnya dapat
berkembang tetapi peng-hayatannya terbatas pada perasaan senang, takut, marah, dan
benci.
5. Ciri Kemampuan dalam Bahasa. Kemampuan bahasa anak tunagrahita sangat
terbatas terutama pada perbendaharaan kata abstrak. Pada anak yang
ketunagrahitaannya semakin berat banyak yang mengalami gangguan bicara
disebabkan cacat artikulasi dan masalah dalam pembentukan bunyi di pita suara dan
rongga mulut.
KLASIFIKASI
Anak tunagrahita memiliki beberapa klasifikasi, yaitu :
1) Tunagrahita Ringan
Tunagrahita ringan adalah anak tunagrahita yang memiliki IQ 50-75, mereka mampu
dididik tetapi tidak mampu mengikuti pendidikan pada program sekolah biasa
(Mohammad Effendi, 2006: 90). Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik
tunagrahita ringan pada saatnya akan memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri
dan dapat hidup mandiri.
2) Tungrahita Sedang
Tunagrahita sedang atau mampu latih adalah anak yang memiliki IQ 25-50, mereka
hanya mampu dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktifitas dan kehidupan
sehari-hari (Mohammad Effendi, 2006 : 90)
3) Tunagrahita Berat
Tunagrahita berat atau mampu rawat memiliki IQ 0-25, mereka tidak mampu mengurus
diri sendiri atau sosialisasi. Untuk menguruds kebutuhan diri sendiri sangat
membutuhkan orang lain. Dengan kata lain, anak tunagrahita berat atau mampu rawat
ini merupakan anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan hidup sepenuhnya
sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain
(Mohammad Effendi, 2006 : 90).
C. Karakteristik anak tunagrahita
Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik dan mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bervariasi, disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki
anak.Karakteristik anak tunagrahita dapat dilihat dari segi :
1. Fisik (Penampilan)
• Hampir sama dengan anak normal
• Kematangan motorik lambat
• Koordinasi gerak kurang
• Anak tunagrahita berat dapat kelihatan
2. Intelektual
• Sulit mempelajari hal-hal akademik.
• Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak
• normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50 – 70.
• Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak
• normal usia 7, 8 tahun IQ antara 30 – 50
• Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya setaraf anak normal usia 3-4
tahun, dengan IQ 30 ke bawah.
3. Sosial dan Emosi
• Bergaul dengan anak yang lebih muda.
• Suka menyendiri
• Mudah dipengaruhi
• Kurang dinamis
• Kurang pertimbangan/kontrol diri
• Kurang konsentrasi
• Mudah dipengaruh
• Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.
D. Faktor penyebab anak tunagrahita
Berikut beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal
dari faktor keturunan maupun faktor lingkungan:
1. Faktor Keturunan
Kelainan kromosom dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuk
dapat berupa inversi atau kelainan yang menyebabkan berubahnya urutan gen karena
melihatnya kromosom; delesi (kegagalan meiosis), yaitu salah satu pasangan sel tidak
membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel; duplikasi yaitu
kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi kelebihan kromosom pada
salah satu sel lainnya; translokasi, yaitu adanya kromosom yang patah dan patahannya
menempel pada kromosom lain.
Kelainan gen. Kelainan ini terjadi pada waktu imunisasi, tidak selamanya
tampak dari luar namun tetap dalam tingkat genotif.
2. Gangguan Metabolisme dan Gizi
Metabolisme dan gizi merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan
individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagalan metabolisme dan kegagalan
pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental
pada individu.
3. Infeksi dan Keracunan
Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih
berada didalam kandungan. Penyakit yang dimaksud antara lain rubella yang
mengakibatkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendengaran, penyakit jantung
bawaan, berat badan sangat kurang ketika lahir, syphilis bawaan, syndrome gravidity
beracun.
4. Faktor Lingkungan
Banyak faktor lingkungan yang diduga menjadi penyebab terjadinya ketunagrahitaan.
Telah banyak penelitian yang digunakan untuk pembuktian hal ini, salah satunya adalah
penemuan Patton & Polloway (Mangunsong, 2012), bahwa bermacam-macam
pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama
periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Latar belakang
pendidikan orangtua sering juga dihubungkan dengan masalah-masalah perkembangan.
Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya
pengetahuan dalam memberikan rangsangan positif dalam masa perkembangan anak
menjadi penyebab salah satu timbulnya gangguan.
E. Pendidikan anak tunagrahita
Tunagrahita membutuhkan layananan pendidikan yang khusus supaya dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Kurikulum dan proses pembelajaran perlu
dirancang khusus supaya cocok dengan kebutuhan mereka, sehingga pada gilirannya
mampu memberdayakan mereka untuk menjadi manusia yang mandiri.
Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi anak tunagrahita telah menjadi komitmen
dari pemerintah Indonesia. Hal ini tampak dari bunyi pasal 5 ayat 2 UU No. 20/2003
yang menyatakan bahwa warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.Fakta di
lapangan menunjukkan bahwa masih sangat sedikit anak-anak tunagrahita dan anak
berkebutuhan khusus yang telah mendapat kesempatan pendidikan.
Data yang bersumber dari BPS menyebutkan bahwa proyeksi jumlah anak
berkebutuhan khusus di Indonesia tahun 2008 adalah 1.504.000 orang, dan 322 ribu di
ntaranya adalah anak berkebutuhan khusus usia sekolah (5-18 thn). Selajutnya, data
direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (PSLB) menunjukkan bahwa saat ini jumlah
anak berkebutuhan khusus yang telah mendapat pendidikan di sekolah luar biasa adalah
66.610 anak. Dengan demikian, baru sekitar 20% anak-anak berkebutuhan khusus usia
sekolah (termasuk di dalamnya tunagrahita) yang telah mendapat kesempatan
mengikuti pendidikan.

BAB III
ANALISIS
Jumlah tunagrahita atau cacat mental di Indonesia cukup tinggi, mencatat 6,6
juta orang atau tiga persen dari jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa. ” kelainan
bawaan lahiriah seperti autis dan hiperaktif serta cacat mental retardasi (idiot) cucup
banyak diderita oleh anak di negara kita”. penyebab cacat mental atau tunagrahita
adalah faktor keturunan atau gen yang berasal dari pihak perempuan. Selain itu juga
bisa disebabkan karena pada saat kehamilan banyak mengonsumsi alkohol, narkotika,
dan zat adiktif lainya. Penderita cacat mental ini perlu mendapatkan perhatian khusus
dengan cara membantu mereka agar timbul sikap percaya diri, mandiri, menjadi
manusia yang produktif, memiliki kehidupan yang layak, dan aman terlindungi serta
bahagia lahir batin.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.


Jakarta:Bumi Aksara.
https://www.antaranews.com/berita/83721/tunagrahita-di-indonesia-capai-66-juta-
orang
Wardani, I, G, A, Hernawati, K. dan Astati, T. (2007). Pengantar Pendidikan Luar
Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai