1. 1.
Pengertian Tunagrahita
Pedoman penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (1993) Mendefinisikan tungrahita yaitu
adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat intelegensi
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social. Tunagrahita dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Namun demikian, penyandang tunagrahita bisa mengalami
semua gangguan jiwa yang ada, dan prevalensi dari gangguan jiwa lainnya sekurang-kurangnya tiga
sampai empat kali lipat pada populasi umum. Selain itu, penyandang tunagrahita mempunyai resiko
lebih besar untuk di eksploitasi untuk diperlakukan salah secara fisik atau seksual (physic or sexual
abuse). Selalu ada hendaya perilaku adaptif, tetapi dalam lingkingan social terlindung dimana sarana
pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin tidak sampai sama sekali pada penyandang
tunagrahita taraf ringan.
AAMD (America Association of Mental Deficiency) menjelaskan bahwa tunagrahita
menunjukkan adanya keterbatasan dalam fungsi, yang mencakup fungsi intelektual yang dibawah ratarata, dimana berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih keterampilan adaptif seperti
komunikasi, merawat diri sendiri, keterampilan social, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, dan
waktu luang. Keadaan ini nampak sebelum usia 18 Tahun. Gangguan dipengaruhi oleh faktor genetic,
lingkungan dan psikososial (Kaplan, 1997).
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita atau retardasi mental,
jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk
meniti tugas perkembangnnya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam
program pendidikannya (Branata dalam Effendi, 2006).
Edgarr Doll (dalam Efendi, 2006) berpendapat seseorang dikatakan tunagrahita jika : (1) secara
social tidak cakap, (2) secara mental dibawah normal, (3) kecerdasannya terhambat sejak lahir atau
pada usia muda, dan (4) kematangannya terhambat. Adapun Efendi (2006) mengemukakan istilah anak
berkelainan mental subnormal disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan (feebleminded),
mental subnormal serta tunagrahita. Semua makna diatas menunjuk kepada seseorang yang memiliki
kecerdasan mental bawah normal.
Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan pengertian tunagrahita adalah salah satu bentuk
gangguan yang dapat ditemui diberbagai tempat, dengan karakteristik penederitanya yang memiliki
tingkatn kecerdasan dibawah rata-rata (IQ dibawah 75), dan mengalami kesulitan dalam beradaptasi
maupun melakukan berbagai aktivitas sosial lingkungan.
1. 2.
Anak tunagrahita mampu latih atau imbecile adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan
sedimikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak
tunagrahita mampu didik. Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang
perlu diberdayakan, yaitu:
1)
Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, pakaian, tidur, atau mandi sendiri.
2)
3)
Kesimpulannya, anak tungrahita mampu latih berarti anak tunagrahita yang hanya dapat dilatih untuk
megurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (daily living), serta melakukan fungsi
social kemasyarakatan menurut kemampuannya.
c. Berat atau Idiot (IQ 0-25)
Anak tunagrahita mampu rawat (idiot) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat
rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri
sendiri sangat membutuhkan orang lain. A child who is an idiot is so low intelectually that he does not
lern to talk and usually does learn to take care of his bodily need (kirk & Johnson dalam Efendi, 2006).
Dengan kata lain, anak tunagrahita rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan
sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (totally
dependent) (Patton dalam Efendi, 2006).
Klasifikasi tunagrahita menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
adalah :
1. Tunagrahita Ringan (IQ 50-69)
Penyandang tunagrahita ringan biasanya agak terlambat dalam belajar bahasa tetapi sebagian besar
dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari, mengadakan percakapan, dan
dapat diwawancarai. Kebanyakan dari mereka juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri
(makan, mandi, berpakaian, buang air besar dan kecil) dan mencapai keterampilan praktis dan
keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal.
Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademis, dan banyak
diantaranya mempunyai masalah khusus dalam membaca dan menulis. Namun demikian, penyandang
tunagrahita ringan bisa sangat tertolong dengan pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan
keterampilan mereka dan mengkompensasi kecacatan mereka. Kebanyakan penyandang tunagrahita
ringan yang tingkat intelegensinya lebih tinggi mempunyai potensi melakukan pekerjaan yang lebih
membutuhkan kemampuan praktis daripada akademik, termasuk memerlukan sedikir keterampilan
saja. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan sedikit prestasi akademik, sampai tingkat tertentu
dari tunagrahita ringan tidak menunjukkan masalah. Namun demikian, bila juga terdapat immaturitas
emosional dan sosial yang nyata, maka tampak akibat kecacatannya misalnya ketidakmampuan
mengatasi tuntutan pernikahan atau pengasuhan anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan harapan
dan tradisi budaya.
1. Tunagrahita Sedang (IQ 35-49)
Penyandang tunagrahita kategori ini lambat dalam mengembangkan pemahaman dan penggunaan
bahasa, prestasi akhir yang dapat mereka capai dalam bidang ini terbatas. Keterampilan merawat diri
dan keterampilan motorik juga terlambat, dan sebagian dari mereka ini memerlukan pengawasan
seumur hidup. Kemajuan dengan pekerjaan sekolah terbatas, tetapi sebagian dari mereka ini dapat
belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk membaca, menulis dan berhitung. Program
pendidikan khusus dapat memberi kesempatan mereka untuk mengembangkan potensi mereka yang
terbatas dan memperoleh keterampilan dasar. Ketika dewasa, penyandang tunagrahita sedang ini
biasanya mampu melakukan pekerjaan praktis yang sederhana, bila tugas-tugasnya disusun rapid an
diawasi. Jarang ada yang dapat hidup mandiri sepenuhnya pada masa aktif secara fisik dan mayoritas
menunjukkan perkembangan sosial dalam kemampuan mengadakan kontak, berkomunikasi dengan
orang lain, dan terlibat dalam aktivitas sosial yang sederhana.
1. Tunagrahita Berat (IQ 20-34)
Kategori ini umumnya mirip dengan tunagrahita sedang dalam hal gambaran klinis, terdapatnya suatu
etiologi organic, dan kondisi yang menyertainya. Prestasi yang lebih rendah daripada tunagrahita
sedang juga paling lazim pada kelompok ini. Kebanyakan penyandang tunagrahita kategori ini
menderita hendaya motorik atau defisit lain yang menyertainya, dan hal ini menunjukkan adanya
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan syaraf pusat.
1. Tunagrahita Sangat Berat (IQ <20)
Dalam kategori ini, secara praktis individu yang menyandang tunagrahita sangat berat sangat terbatas
kemampuannya untuk mematuhi atau memahami permintaan atau instruksi. Sebagian besar dari
mereka tidak dapat bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya, inkontinensia, dan hanya mampu
mengadakan komunikasi verbal yang belum sempurna. Mereka tidak atau hanya mempunyai sedikit
sekali kemampuan untuk mengurus sendiri kebutuhan dasar mereka, dan senantiasa memerlukan
bantuan dan pengawasan.
Pengklasifikasian atau penggolongan anak tunagrahita menurut American Psychiatric
Association (dalam Kaplan, 1997) sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Tunagrahita taraf ringan (mild mental retardation) tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
Tunagrahita taraf sedang (moderate mental retardation) tingkat IQ 35-40 sampai 50-55.
Tunagrahita taraf berat (severe mental retardation) tingkat IQ dibawah 20 atau 25.
Tunagrahita, keparahan tidak ditentukan (jika terdapat kecurigaan kuat adanya tunagrahita tetapi
intelegensi pasien tidak dapat diuji oleh tes intelegensi baku).
Beradarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita memiliki beberapa jenis berdasarkan
tingkat skor IQ yang dimiliki individu tunagrahita yaitu tunagrahita ringan (IQ 50-69), tunagrahita
sedang (IQ 35-49), tunagrahita berat (IQ 20-34), tunagrahita sangat berat (IQ <20).
1. 3.
Penyebab Tunagrahita
orang dengan sindroma ini adalah tingginya angka gangguan defisit atensi/hiperaktivitas, gangguan
belajar, dan gangguan perkembangan pervasif, seperti gangguan autistic. Defisit dalam fungsi bahasa
adalah pembicaraan yang cepat dan perseveratif dengan kelainan mengkombinasikan kata-kata
membentuk frase dan kalimat. Orang dengan sindroma X rapuh tampaknya memiliki keterampilan
dalam komunikasi dan sosialisasi yang relative kuat, dan fungsi intelektual mereka tampaknya
menurun dalam periode pubertal.
3)
Sindroma Prader-Willi, merupakan akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15, biasanya
terjadi secara sporadik. Orang-orang dengan sindroma ini menunjukkan perilaku makan yang
kompulsif dan seringkali obesitas, tunagrahita, hipogonadisme, perawakan pendek, hipotonia, dan
tangan dan kaki yang kecil. Anak-anak dengan sindroma ini seringkali memiliki perilaku oposisional
yang menyimpang.
4)
Sindroma tangisan kucing (cat cry syndrome). Anak-anak dengan sindroma ini kehilangan bagian
kromosom 5. mereka mengalami seringkali disertai dengan penyimpangan kromosom, seperti
mikrosefali, telinga yang letaknya rendah, fisura palpebraoblik, hipertelorisme, dan mikrognatia.
Tangisan seperti kucing yang karakteristik, disebabkan oleh kelainan laring, dan sindroma ini
menghilang seiring dengan bertambahnya usia.
1. Faktor genetik lain:
1)
Femilketonuria (PKU), merupakan gangguan metabolisme bawaan. Sebagian besar pasien
dengan PKU mengalami tingkat keparahan tunagrahita yang berat, tetapi beberapa dilaporkan
mengalami kecerdasan yang normal. Ekserma, kejang dan muntah ditemukan pada sepertiga kasus.
Gambaran anak dengan PKU adalah hiperaktif dan menunjukkan gerakan yang aneh pada tubuhnya
dan anggota gerak atas dan manerisme memuntir tangan, dan perilaku mereka terkadang menyerupai
anak yang autistic dan schizofrenik. Komunikasi verbal dan nonverbal biasanya terganggu parah atau
tidak ditemukan. Koordinasi anak adalah buruk, dan mereka memiliki banyak kesulitan perceptual.
2)
Gangguan Rett, merupakan sindroma tunagrahita dominant terkait-X yang degeneratif dan hanya
mengenai wanita. Pemburukan keterampilan komunikasi perilaku motorik, dan fungsi sosial dimulai
pada usia 1,5 tahun. Gejala autistik dan ataksia sering ditemukan.
3)
Neurofibromatosis, merupakan sindroma neurokutaneus yang paling sering disebabkan oleh gen
dominant tunggal. Gangguan ini mungkin diturunkan, atau mungkin juga karena mutasi yang baru.
Ditemukan pada sepertiga dari penderita tunagrahita taraf ringan.
4)
Sklerosis tuberosis merupakan sindrom neurokutaneus yang kedua yang tersering. Angka autisme
yang lebih tinggi dibandingkan gangguan intelektual akan menyebabkan orang memperkirakan
gangguan ini.
5)
Sindroma Lesch-Nyhan, merupakan suatu gangguan yang jarang disebabkan oleh defisiensi suatu
enzim yang terlibat dalam metabolisme purin. Sindroma ini disertai dengan mutilasi diri kompulsif
yang parah dengan menggigit mulut dan jari-jari.
6)
Adrenoleukodistrofi, ditandai oleh demielinasi difus pada materi putih serebral, yang
menyebabkan gangguan visual dan intelektual, kejang, spastisitas, dan perkembangan menuju
kematian. Onset klinis biasanya antara 5 dan 8 tahun, dengan kejang awal, gangguan gaya berjalan, dan
gangguan intelektual ringan.
7)
Penyakit urin sirup maple, gejala klinis dari penyakit urin sirup maple tampak selama minggu
pertama kehidupan. Bayi memburuk dengan cepat dan mengalami rigiditas deserebrasi, kejang,
iregularitas pernapasan, dan hipoglikemia.
8)
biasanya secara bermakna menonjol di antara orang yang mengalami gangguan cultural, kelompok
sosioekonomi rendah, dan banyak saudaranya yang terkena tunagrahita dengan derajat yang serupa.
Kehamilan pada remaja juga sering menjadi penyebab tunagrahita.
Sedangkan menurut Kirk (dalam Effendi, 2006), penyebab tunagrahita yaitu karena faktor
endogen, yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen (hereditary
transmission of psycho-biologicalinsufficiency) dan faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat
perubahan psikologis dari perkembangan mental.
Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, pemyebab ketunagrahitaan menurut Devenport
(dalam Efendi, 2006) dapat dirinci melalui jenjang berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab tunagrahita adalah
berasal dari faktor genetik dan kelainan kromosom yang terjadi pada masa pra-natal , pada masa perinatal seperti adanya sesak nafas dan lahir prematur, pada masa post-natal seperti infeksi atau
meningitis dan defisiensi nutrisi, serta faktor sosiokultural seperti keberhasian yang terjadi pada usia
remaja.
4. Karakteristik Tunagrahita
Berdasarkan Efendi (2006) karakteristik anak tunagrahita yaitu:
1. Anak tunagrahita mampu didik (debil)
1)
2)
3)
1)
2)
3)
1)
2)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di simpulkan bahwa karakteristik indivvidu tuangrahita
adalah lamban belajar, kemampuan biacaranya kurang, dan memiliki penyesuaian diri dengan
lingkungan serta cenderung untuk melakukan tindakan yang kurang wajar dan dilakukannya secara
terus-menerus.
5. Dampak Tunagrahita
Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi di bidang baca, tulis, hokum, tidak lebih dari anak
normal khususnya setingkat kelas III sampai IV Sekolah Dasar.
Tunagrahita
1.
Pengertian Tunagrahita
Pedoman penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (1993) Mendefinisikan tungrahita yaitu
adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat intelegensi
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan social. Tunagrahita dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Namun demikian, penyandang tunagrahita bisa mengalami
semua gangguan jiwa yang ada, dan prevalensi dari gangguan jiwa lainnya sekurang-kurangnya tiga
sampai empat kali lipat pada populasi umum. Selain itu, penyandang tunagrahita mempunyai resiko
lebih besar untuk di eksploitasi untuk diperlakukan salah secara fisik atau seksual (physic or sexual
abuse). Selalu ada hendaya perilaku adaptif, tetapi dalam lingkingan social terlindung dimana sarana
pendukung cukup tersedia, hendaya ini mungkin tidak sampai sama sekali pada penyandang
tunagrahita taraf ringan.
2.
Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, pakaian, tidur, atau mandi sendiri.
2)
3)
Klasifikasi tunagrahita menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ III)
adalah :
a.
percakapan, dan dapat diwawancarai. Kebanyakan dari mereka juga dapat mandiri penuh dalam
merawat diri sendiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar dan kecil) dan mencapai
keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak
lambat daripada normal. Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang
bersifat akademis, dan banyak diantaranya mempunyai masalah khusus dalam membaca dan
menulis. Namun demikian, penyandang tunagrahita ringan bisa sangat tertolong dengan
pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan mereka dan mengkompensasi
kecacatan mereka. Kebanyakan penyandang tunagrahita ringan yang tingkat intelegensinya lebih
tinggi mempunyai potensi melakukan pekerjaan yang lebih membutuhkan kemampuan praktis
daripada akademik, termasuk memerlukan sedikir keterampilan saja. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit prestasi akademik, sampai tingkat tertentu dari
tunagrahita ringan tidak menunjukkan masalah. Namun demikian, bila juga terdapat immaturitas
emosional dan sosial yang nyata, maka tampak akibat kecacatannya misalnya ketidakmampuan
mengatasi tuntutan pernikahan atau pengasuhan anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan
harapan dan tradisi budaya.
b. Tunagrahita Sedang (IQ 35-49)
Penyandang tunagrahita kategori ini lambat dalam mengembangkan pemahaman dan
penggunaan bahasa, prestasi akhir yang dapat mereka capai dalam bidang ini terbatas.
Keterampilan merawat diri dan keterampilan motorik juga terlambat, dan sebagian dari mereka
ini memerlukan pengawasan seumur hidup. Kemajuan dengan pekerjaan sekolah terbatas, tetapi
sebagian dari mereka ini dapat belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan untuk membaca,
menulis dan berhitung. Program pendidikan khusus dapat memberi kesempatan mereka untuk
mengembangkan potensi mereka yang terbatas dan memperoleh keterampilan dasar. Ketika
dewasa, penyandang tunagrahita sedang ini biasanya mampu melakukan pekerjaan praktis yang
sederhana, bila tugas-tugasnya disusun rapid an diawasi. Jarang ada yang dapat hidup mandiri
sepenuhnya pada masa aktif secara fisik dan mayoritas menunjukkan perkembangan sosial
dalam kemampuan mengadakan kontak, berkomunikasi dengan orang lain, dan terlibat dalam
aktivitas sosial yang sederhana.
c.
d.
Tunagrahita taraf ringan (mild mental retardation) tingkat IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
b.
Tunagrahita taraf sedang (moderate mental retardation) tingkat IQ 35-40 sampai 50-55.
c.
Tunagrahita taraf berat (severe mental retardation) tingkat IQ dibawah 20 atau 25.
d.
Tunagrahita, keparahan tidak ditentukan (jika terdapat kecurigaan kuat adanya tunagrahita
tetapi intelegensi pasien tidak dapat diuji oleh tes intelegensi baku).
Beradarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita memiliki beberapa jenis
berdasarkan tingkat skor IQ yang dimiliki individu tunagrahita yaitu tunagrahita ringan (IQ 50-69),
tunagrahita sedang (IQ 35-49), tunagrahita berat (IQ 20-34), tunagrahita sangat berat (IQ <20).
3.
Penyebab Tunagrahita
Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor (Kaplan, 1997) yaitu:
a.
Sindroma down (mongoloid) dengan karakteristik mata yang sipit, lipatan epikantus, dan
hidung yang pesek. Terdapat persetujuan tentang beberapa faktor penyebab dalam gangguan
kromosom, diantaranya yaitu bertambahnya usia ibu, kemungkinan bertambahnya usia ayah,
dan radiasi sinar-X. Menurut banyak sumber, pasien dengan sindroma down adalah tenang,
riang dan bekerja sama yang mempermudah penyesuaian diri mereka dirumah. Gambaran
tampaknya berubah pada masa remaja yang mungkin mengalami berbagi kesulitan emosional,
gangguan perilaku, dan kemungkina kecil gangguan psikotik. Orang dengan sindroma down
menunjukkan pemburukan yang jelas dalam bahasa, daya ingat, keterampilan merawat diri
sendiri, dan memecahkan masalah dalam usia 30 tahunan.
2)
Sindroma X rapuh merupakan penyebab tunggal kedua yang tersering pada tunagrahita.
Sindroma ini disebabkan dari mutasi pada kromosom X yang diketahui sebagai tempat rapuh.
Fenotip yang tipikal adalah kepala yang besar dan panjang, perawakan pendek, sendi
hiperekstensif, dan makro-orkhidisme pascapubertal. Derajat tunagrahita terentang dari ringan
sampai berat. Ciri perilaku orang dengan sindroma ini adalah tingginya angka gangguan defisit
atensi/hiperaktivitas, gangguan belajar, dan gangguan perkembangan pervasif, seperti gangguan
autistic. Defisit dalam fungsi bahasa adalah pembicaraan yang cepat dan perseveratif dengan
kelainan mengkombinasikan kata-kata membentuk frase dan kalimat. Orang dengan sindroma
X rapuh tampaknya memiliki keterampilan dalam komunikasi dan sosialisasi yang relative kuat,
dan fungsi intelektual mereka tampaknya menurun dalam periode pubertal.
3)
Sindroma Prader-Willi, merupakan akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15,
biasanya terjadi secara sporadik. Orang-orang dengan sindroma ini menunjukkan perilaku
makan yang kompulsif dan seringkali obesitas, tunagrahita, hipogonadisme, perawakan pendek,
hipotonia, dan tangan dan kaki yang kecil. Anak-anak dengan sindroma ini seringkali memiliki
perilaku oposisional yang menyimpang.
4)
Sindroma tangisan kucing (cat cry syndrome). Anak-anak dengan sindroma ini kehilangan
bagian kromosom 5. mereka mengalami seringkali disertai dengan penyimpangan kromosom,
seperti mikrosefali, telinga yang letaknya rendah, fisura palpebraoblik, hipertelorisme, dan
mikrognatia. Tangisan seperti kucing yang karakteristik, disebabkan oleh kelainan laring, dan
sindroma ini menghilang seiring dengan bertambahnya usia.
b.
2)
Gangguan Rett, merupakan sindroma tunagrahita dominant terkait-X yang degeneratif dan
hanya mengenai wanita. Pemburukan keterampilan komunikasi perilaku motorik, dan fungsi
sosial dimulai pada usia 1,5 tahun. Gejala autistik dan ataksia sering ditemukan.
3)
4)
Sklerosis tuberosis merupakan sindrom neurokutaneus yang kedua yang tersering. Angka
autisme yang lebih tinggi dibandingkan gangguan intelektual akan menyebabkan orang
memperkirakan gangguan ini.
5)
Sindroma Lesch-Nyhan, merupakan suatu gangguan yang jarang disebabkan oleh defisiensi
suatu enzim yang terlibat dalam metabolisme purin. Sindroma ini disertai dengan mutilasi diri
kompulsif yang parah dengan menggigit mulut dan jari-jari.
6)
Adrenoleukodistrofi, ditandai oleh demielinasi difus pada materi putih serebral, yang
menyebabkan gangguan visual dan intelektual, kejang, spastisitas, dan perkembangan menuju
kematian. Onset klinis biasanya antara 5 dan 8 tahun, dengan kejang awal, gangguan gaya
berjalan, dan gangguan intelektual ringan.
7)
Penyakit urin sirup maple, gejala klinis dari penyakit urin sirup maple tampak selama minggu
pertama kehidupan. Bayi memburuk dengan cepat dan mengalami rigiditas deserebrasi, kejang,
iregularitas pernapasan, dan hipoglikemia.
8)
c.
1.
Infeksi Rubella (cacar Jerman), Rubella telah menggantikan sifilis sebagai penyebab utama
malformasi congential dan tunagrahita yang disebabkan oleh infeksi maternal. Anak-anak dari
ibu yang terkena menunjukkan sejumlah kelainan, termasuk penyakit jantung congential,
tunagrahita, katarak, ketulian, mikrosefali, dan makroftalmia.
2.
Penyakit inklusi sitomegalik, anak-anak dengan tunagrahita dari penyakit ini seringkali
memiliki klasifikasi serebral, mikrosefali, atau hidrosefalus. Diagnosis ditegakkan dengan
temuan virus yang positif pada kultur tenggorok urin dengan ditemukannya sel mengandung
inklusi dalam urin.
3.
Sifilis, sifilis pada wanita hamil dahulu merupakan penyebab utama berbagai perubahan
Toxoplasmosis, dapat ditransmisikan dari ibu kepada janinnya. Penyakit ini menyebabkan
tunagrahita ringan atau berat, dan pada kasus yang berat, meyebabkan hidrosefalus, kejang,
mikrosefali, dan korioretinitis.
5.
Herpes simpleks, dapat ditransmisikan transplasental, walaupun cara yang paling sering
adalah selama kelahiran. Mikrosefali, tunagrahita, klasifikasi intracranial, dan kelainan ocular
dapat terjadi.
6.
Sindroma AIDS, banyak janin dari ibu dengan AIDS tidak pernah cukup bulan karena terjadi
lahir mati dan abortus spontan. Pada mereka yang dilahirkan terinfeksi virus HIV sampai
sepenuhnya mengalami ensefalopati progresif, tunagrahita, dan kejang dalam tahun pertama
kehidupan.
7.
Sindroma alcohol janin, dapat terdiri dari tunagrahita da gambaran fenotipik tipikal berupa
dismorfisme fasial yang termasuk hipertelorisme, mikrosefall, fisura palpebra yang pendek,
lipatan epikantus bagian dalam, dan hidung yang pendek dan mengarah ke atas. Seringkali,
anak yang terkena, mengalami gangguan belajar dan gangguan defisit atensi/hiperaktivitas.
8.
Pemaparan zat prenatal, pemaparan prenatal seperti heroin, oplate, seringkali menyebabkan
seorang bayi yang kecil untuk usia kehamilannya, dengan lingkaran kepala di bawah persentil
ke-10 dengan gejala putus zat yang bermanifestasi dalam dua hari pertama kehidupannya.
Gejala putus zat pada bayi adalah iritabilitas, hipertonia, tremor, muntah, tangisan dengan nada
tinggi, dan kelainan pola tidur.
9.
Penyulit kehamilan, toksemia pada kehamilan dan diabetes maternal yang tidak terkendala
memberikan bahaya bagi janin dan kadang-kadang menyebabkan tunagrahita.
d.